Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN

PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (PEL) JAWA TENGAH


Semarang, 22-24 Maret 2011

BADAN PENANAMAN MODAL DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

FORUM PENGEMBANGAN EKONOMI DAN SUMBER DAYA JAWA TENGAH

Laporan Kegiatan Pelatihan ini disiapkan oleh Pusat Pelayanan Perencanaan Pembangunan Partisipatif, Universitas Diponegoro (P5 UNDIP) bekerjasama dengan Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) Provinsi Jawa Tengah.

Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) Provinsi Jawa Tengah Jalan Mgr. Sugiyopranoto No.1 Semarang Telp / Fax :+62 24 3547091

Pusat Pelayanan Perencanaan Pembangunan Partisipatif (P5 UNDIP) Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Gedung B, Lantai II, Ruang B-203 Kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275 Indonesia Telp / Fax :+62 24 7648 0583 / +62 24 746 0054 Email : p5_undip@yahoo.com Website: http://www.p5undip.org/

Cover depan menggambarkan kondisi pelaksanaan Pelatihan PEL selama 3 hari (22-24 Maret 2011) di Gedung LPPU UNDIP Semarang. Foto-foto didokumentasi oleh tim P5 Undip sebagai pelaksana kegiatan.

LAPORAN KEGIATAN
PELATIHAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (PEL)

JAWA TENGAH

Semarang, 22-24 Maret 2011 LPPU UNDIP Semarang

Pusat Pelayanan Perencanaan Pembangunan Partisipatif (P5 UNDIP) Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

DAFTAR ISI
LATAR BELAKANG PELATIHAN ................................................................................................... 7 TUJUAN PELATIHAN .................................................................................................................. 8 AGENDA PELATIHAN ................................................................................................................. 8 DAFTAR PESERTA YANG HADIR DALAM PELATIHAN PEL JAWA TENGAH 2011 ........................ 9 PEMBUKAAN KEGIATAN .......................................................................................................... 13 SESI I : PENGANTAR KONSEP PEL : .......................................................................................... 16 PENYIAPAN DAN PENGUATAN PLATFORM KELEMBAGAAN ................................................... 16 SESI II : PEMETAAN, ANALISIS, DAN PENILAIAN KONDISI PEL SERTA PENENTUAN FAKTOR PENGUNGKIT PEL .................................................................................................................... 19 SESI III : PENETAPAN KLASTER UNGGULAN............................................................................. 21 SESSION IV : RENCANA TINDAK PEL DAN PEMBIAYAAN ......................................................... 23 SESI V : PENGEMBANGAN KLASTER USAHA DAN PEMBIAYAAN ............................................. 26 SESI VI : MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEL .................................................... 29 SESSION VII : PENYUSUNAN BISNIS PLAN KLASTER ................................................................ 31 PRESENTASI PESERTA PENYUSUNAN BISNIS PLAN KLASTER................................................... 33 KELOMPOK 1 ........................................................................................................................... 33 KELOMPOK 2 ........................................................................................................................... 34 KELOMPOK 3 ........................................................................................................................... 35 LAMPIRAN ............................................................................................................................... 36

KATA PENGANTAR
Laporan hasil kegiatan pelatihan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) di Jawa Tengah tahun 2011 ini, merupakan salah satu hasil dokumentasi kegiatan pelatihan yang telah dilaksanakan selama 3 hari yaitu dari tanggal 22-24 Maret 2011, dengan melibatkan peserta dari 33 Kabupaten/kota di Jawa Tengah. Pelatihan ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan daerah. Pelatihan ini mempunyai harapan untuk dapat meningkatkan kapasitas pelaku PEL di masing-masing kabupaten/kota di Jawa Tengah sehingga mampu mendukung terhadap visi pembangunan provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2013 yaitu Terwujudnya Masyarakat Jawa Tengah Yang Semakin Sejahtera. Pendekatan pengembangan ekonomi lokal ini merupakan bagian dari kebijakan ekonomi daerah secara umum yang berfokus pada sektor-sektor pengungkit (leverage sectors) yang memberikan pengaruh besar kepada kemajuan sistem perekonomian daerah secara umum. Diharapkan bidang ini menjadi pendorong utama (prime mover) pembangunan, guna tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan berkualitas, serta penciptaan lapangan kerja yang memadai. Hasil yang diharapkan dari pelatihan PEL ini adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman dari masing-masing peserta akan komponen-komponen PEL, yaitu terkait dengan pemahaman konsep PEL, pemetaan dan analisis kondisi PEL di daerah masingmasing, rencana tindak pengembangan PEL dan pembiayaannya, rencana tindak pengembangan klaster usaha dan pembiayaannya, penyusunan rencana bisnis klaster usaha, serta monitoring terhadap kegiatan PEL di daerah masing-masing. Pelatihan PEL ini merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan PEL di Jawa Tengah. Harapannya lagi, selain memahami materi-materi yang telah disampaikan, peserta pun bisa untuk mengaplikasikan materi-materi di daerah masing-masing sesuai dengan kondisi kewilayahannya, serta mampu untuk meningkatkan kapasitas PEL yang berkelanjutan dan sustain bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, sehingga pada rangkaian kegiatan peningkatan kapasitas PEL selanjutnya pun, akan mudah untuk dipahami dan tentunya mempunyai harapan untuk peningkatan kapasitas PEL di masing-masing wilayah juga. Salam Hormat, Tim Penulis

Foto : Kepala BPMD Jawa Tengah bersama peserta pelatihan PEL Jawa Tengah, 2011

BAB I - PENDAHULUAN

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG PELATIHAN

Pengembangan ekonomi lokal berakar dari pengembangan ekonomi regional yang menitikberatkan kajian terhadap potensi ekonomi yang dimiliki pada tingkatan lokal/regional. Konsep pengembangan ekonomi lokal merupakan suatu upaya untuk menciptakan dan mengembangkan potensi yang ada di daerah yang dijadikan sebagai faktor dalam penentu daya saing wilayah dengan peningkatan kapasitas pelaku baik dalam kegiatan ekonomi maupun dalam peningkatan kapasitas sosial kemasyarakatan. Pengembangan ekonomi lokal dengan melihat keunggulan yang ada di tingkatan lokal dijadikan sebagai upaya untuk mendekati pembangunan ekonomi dari sisi yang lain, bukan hanya dari sisi makro, non sektoral, namun berbasis pada pengembangan keunggulan lokal atau daerah (Munir, 2007). Dalam upaya peningkatan daya saing dan peningkatan kapasitas pelakunya, diperlukan berbagai upaya strategis, salah satunya melalui Pelatihan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) ini yang melibatkan para pelaku PEL di kab/kota yang ada Jawa Tengah. Pelibatan pelaku PEL yang menyeluruh ini juga akan mampu meningkatkan networking antar pelaku bisnis dan stakeholders pembangunan. Pelaksanaan Pelatihan ini juga merupakan upaya untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang terlibat dalam PEL. Pelaksanaan program PEL di kota dan kabupaten dilakukan dengan memanfaatkan secara optimal dan efektif seluruh potensi lokal yang ada di daerah. Termasuk dalam hal ini adalah perangkat kerja dan kelembagaan yang telah berjalan selama ini (FEDEP, FRK, BDS, dan Klaster yang sudah ada). Pelaksanaan kegiatan PEL ini juga hendaknya dilaksanakan sepenuhnya oleh stakeholders lokal di kota dan kabupaten yang bersangkutan. Dukungan Provinsi adalah sebagai inisiasi awal kegiatan, serta arahan dalam sinkronisasi program dalam konteks yang lebih luas. Dalam fungsi monev dan koordinasi program PEL, Provinsi Jawa Tengah akan melakukan pemetaan dan monitoring progress program PEL di kota dan kabupaten. Hal ini dimaksudkan untuk menyiapkan strategi dan program proaktif terhadap perkembangan yang terjadi. Pengembangan ekonomi lokal memerlukan proses kemitraan antara pemerintah, swasta, masyarakat dengan tujuan untuk mendorong pertumbuhan kegiatan ekonomi di daerah

yang mampu meningkatkan daya saing daerah serta adanya lapangan pekerjaan yang semakin luas di daerah. Pengembangan ekonomi lokal tidak terlepas dari peranan daya saing dan penggunaan teknologi dalam pengembangan inovasi di dalam kegiatan ekonomi lokal.

TUJUAN PELATIHAN
Pelatihan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas pelaku Pengembangan Ekonomi Lokal di 33 kabupaten/kota di Jawa Tengah untuk dapat mengaplikasikan konsep PEL dalam pembangunan di daerahnnya. Pelaku PEL itu tidak hanya terkait dengan pemerintah pada masing kab/kota namun stakeholders lainnya seperti pelaku usaha.

AGENDA PELATIHAN
Pelatihan ini dilaksanakan selama 3 hari, yaitu dari hari Selasa-Kamis tanggal 22-24 Maret 2011, yang bertempat di Lembaga Pelatihan PU (LPPU) UNDIP. Dalam kegiatannya, penyampaian materi dibagi dalam beberapa sesi, yang masing-masing sesinya menyampaikan materi sesuai dengan modul yang telah dipersiapkan sebelumnya. Adapun susunan acara pelatihan PEL tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
Hari/Tanggal Selasa, 22 Maret 2011 Waktu 09.00-10.00 10.30-12.30 Uraian Kegiatan Registrasi Peserta dan Coffee Break Session I : Refreshing dan Updating Konsep Penyiapan dan Penguatan Forum PEL ISHOMA Pengisi acara P5 UNDIP Holi Bina Wijaya PEL P5 UNDIP Bening Dwiono

12.30-13.30 13.30-15.30

15.30-16.00 16.00-18.00 18.00-20.00 Rabu, 23 Maret 2011 07.00-08.00 08.00-10.00

Session II : Pemetaan, Analisis, dan Penilaian Kondisi PEL serta Penentuan Faktor Pengungkit ISHO + Coffee Break Session III : Penetapan Klaster Unggulan ISTIRAHAT Sarapan Pagi Session IV : Rencana Tindak PEL dan Pembiayaan

Bening Dwiono

Artiningsih

Hari/Tanggal

Waktu 10.00-10.15 10.15-12.15

Uraian Kegiatan Coffee Break Session V : Pengembangan Klaster Usaha dan Pembiayaan ISHOMA Sambutan dari Kepala BPM

Pengisi acara Artiningsih

12.15-13.00

P5 UNDIP

13.00-15.00 15.00-15.30 15.30-17.30 17.30-19.00 Kamis, 24 Maret 2011 19.00-21.00 07.00-08.00 08.00-10.00 10.00-10.15 10.15-10.30 10.30-11.30

Session VI : Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan PEL ISHO + Coffee Break Session VII : Rencana Bisnis Klaster Usaha ISHOMA Latihan dan Diskusi Sarapan Pagi Presentasi Kelompok Coffee Break Penutup Makan Siang

Holi Bina Wijaya

Untari

Tim TAR PEL PESERTA

DAFTAR PESERTA YANG HADIR DALAM PELATIHAN PEL JAWA TENGAH 2011
Jumlah peserta yang ikut dalam pelatihan pengembangan ekonomi lokal jawa tengah adalah sebanyak 39 orang, yang diikuti oleh 32 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Kabupaten yang tidak mengikuti kegiatan ini adalah dari Kabupaten Pati. Daftar undangan dari peserta pelatihan PEL JATENG sebagian besar merupakan anggota dari forum pengembangan ekonomi pada masing-masing kabupaten dan kota di Jawa Tengah.

Daftar Nama Peserta Pelatihan PEL 2011


No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21 22. 23. 24. Nama Dwi Marfiana, SPd Dian Kustiani SH, MM Susanti Pangesti Ari Nugraheni Endang Puspitosari, SE Paulina Prasetyanti, SE Endang SR Juwaningsih, SPi, MSi Drs. Jumadiarto Drs. Untung Usmanto Heri Suprapto, STP Drs. Tonny Tri AMP, MM Abdul Jamal, SE H. Abdul Karim Agus Sutanto, SE Sukino Ahmad Novrian Wahyu Widianto Drs. Riswanto Ir. Danto Pramonosidi, MSi Heri Sugianto Fatkhur Rohman Setyo Waluyo Saptari Pamungkas, S.P. Risqin Hidayat Jaelani, SE, MM Prasetyo, FRK Batik FRK Pertanian Klaster Batik FRK Makanan Ringan Klaster Gula Kelapa FEDEP Salatiga FEDEP BDS Wonogiri BDS PER LKKI FEDEP Pendamping FEDEP FRK Troso FRK Batik FEDEP FEDEP FEDEP FEDEP FRK Mebel BDS Yapeker BDS Al Barokah FEDEP POKJA DPDS FEDEP BDS Karanganyar Institusi Kab Demak Kab. Magelang Kab. Batang Kab. Temanggung Kab. Banyumas Kota Salatiga Kab. Pekalongan Kab. Wonogiri Kab. Grobogan Kab. Kebumen Kab. Purworejo Kab. Jepara Kab. Pemalang Kab. Boyolali Kab. Wonosobo Kab. Kudus Kota Tegal Kab. Sukoharjo Kab. Cilacap Kab. Semarang Kab. Kendal Kab. Tegal Kab. Rembang Kab. Karanganyar Kab./Kota

10

25. 26 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39.

Ir. Sugeng Budhiarto Teguh Handoko, S.Sos Ir. Yani Budi S, MM, MBA Ehrnall Suhartono, ST Yoga Prabowo Arif Mahmudi, SH Sunandar Eko Pranoto Helmi Nor Amien Zainal Arifin, SE Drs. Aprih Santoso, MM Alif Abdul Muiz, SS Iswahyudi Andi Hartono, SE Yustinus Sutama Nugroho Yunianto Purnomo, SE

FEDEP FEDEP FEDEP FEDEP FEDEP FEDEP FEDEP FEDEP FEDEP FEDEP Sekretariat FPESD Sekretariat FPESD Sekretariat FPESD BDS BDS

Kab. Brebes Kab. Banjarnegara Kota Pekalongan Kab. Sragen Kab. Purbalingga Kota Magelang Kab. Klaten Kota Surakarta Kab. Blora Kota Semarang Semarang Semarang Semarang Semarang Semarang

Berikut merupakan persentase kehadiran peserta dari masing-masing forum. FEDEP Kota/ Kab. FPESD BDS FRK Klaster POKJA 21 3 7 6 2 1 52,5% 7,5% 17,5% 15% 5% 2,5%

11

Foto : Peserta Pelatihan PEL Jawa Tengah dalam diskusi kelompok, 2011

BAB 2 PELAKSANAAN KEGIATAN

12

PELAKSANAAN KEGIATAN

Bertempat dibalai LPPU Undip Tembalang, Semarang pelaksanaan kegiatan pelatihan Pengembangan Ekonomi Lokal dimulai pada tanggal 22 Maret hingga 24 Maret 2011. Pelaksanaan kegiatan pelatihan ini dibagi dalam beberapa bagian yaitu pembukaan kegiatan oleh Kepala BPMD Provinsi Jawa Tengah yang dilanjutkan oleh pelatihan oleh beberapa narasumber dan diskusi serta presentasi kelompok dari peserta pelatihan. Pelaksanaan kegiatan pelatihan PEL ini dapat digambarkan dalam paparan berikut ini.

PEMBUKAAN KEGIATAN
Acara ini terselenggara atas kerjasama BPMD Jawa Tengah, FPESD Jawa Tengah serta P5 Undip sebagai panitia pelatihan. Kegiatan pelatihan ini dibuka oleh sambutan kepala PBMD Tawa tengah dr. Anung Sugihartono, M.Kes.

NASKAH SAMBUTAN KEPALA BPMD JAWA TENGAH DALAM ACARA PEMBUKAAN PELATIHAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (PEL) JAWA TENGAH SEMARANG, 22 MARET 2011

Yang terhormat Kepala Bappeda Provinsi Jawa Tengah selaku Ketua FPESD Jawa Tengah atau yang mewakili; Yang kami hormati Para Ketua POKJA FPESD Jawa Tengah atau yang mewakili; Yang kami hormati segenap peserta Pelatihan yang berbahagia

13

Assalamualaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua. Puji dan syukur marilah bersama kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas limpahan rahmat-NYA lah kita dapat berkumpul dalam pembukaan Pelatihan Pengembangan Ekonomi Lokal ini. Hadirin yang berbahagia; Pengembangan ekonomi lokal di Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan daerah. Kebijakan pembangunan Provinsi Jawa Tengah secara umum ditujukan dalam rangka mencapai visi pembangunan Provinsi Jawa Tengah 2008-2013 yaitu Terwujudnya Masyarakat Jawa Tengah Yang Semakin Sejahtera. Peningkatan kesejahteraan adalah kondisi kemakmuran suatu masyarakat yang terpenuhi kebutuhan ekonomi maupun sosial. Pendekatan pengembangan ekonomi lokal ini merupakan bagian dari kebijakan ekonomi daerah secara umum yang berfokus pada sektor-sektor pengungkit (leverage sectors) yang memberikan pengaruh besar kepada kemajuan sistem perekonomian daerah secara umum. Diharapkan bidang ini menjadi pendorong utama (prime mover) pembangunan, guna tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan berkualitas, serta penciptaan lapangan kerja yang memadai. Salah satu fokus kebijakan perekonomian Provinsi Jawa Tengah adalah peningkatan dan pengembangan peran UMKM dalam pemenuhan kebutuhan pasar domestik dan berorientasi ekspor, serta pengembangan kewirausahaan untuk mendorong daya saing. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan potensi ekonomi lokal dengan mengembangkan klaster usaha dan kawasan khususnya pertanian, industri dan pariwisata. Pengembangan klaster usaha ini dilakukakan dalam rangka mendorong penguatan kegiatan bisnis bersama oleh UMKM yang dapat menghasilkan efisiensi kolektif dalam klaster usaha. Hadirin yang berbahagia; Kebijakan Pengembangan Ekonomi Lokal sebagai strategi pengembangan daerah telah didukung luas secara Nasional. BAPPENAS pada tahun 2006 telah mencanangkan program Pengembangan Ekonomi Lokal. Kerangka kerja PEL yang disampaikan BAPPENAS ini dapat menjadi platform roadmap kerja bagi pelaksanaan PEL di daerah. Proses adopsi kerangka kerja ini selanjutnya perlu dilengkapi dan disempurnakan untuk menjadi acuan operasional kegiatan PEL di tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota. Pelaksanaan program PEL di kota dan kabupaten dilakukan dengan memanfaatkan secara optimal dan efektif seluruh potensi lokal yang ada di daerah. Termasuk dalam hal ini adalah perangkat kerja dan kelembagaan yang telah berjalan selama ini seperti halnya FEDEP, FRK, BDS, dan Klaster yang sudah ada. Pelaksanaan kegiatan PEL ini juga hendaknya

14

dilaksanakan sepenuhnya oleh stakeholders lokal di kota dan kabupaten yang bersangkutan. Dukungan Provinsi adalah sebagai inisiasi awal kegiatan, serta arahan dalam sinkronisasi program dalam konteks yang lebih luas. Kita menyadari, bahwa peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak akan mampu ditopang dari alokasi belanja pemerintah saja, namun diperlukan peran serta masyarakat untuk menumbuhkembangkan ekonomi daerah, baik ekonomi makro dan atau ekonomi riil yang berkaitan dengan penyediaan lapangan usaha berbasis lokalitas yang ada. Dalam hal ini, Jawa Tengah telah berkomitmen untuk menetapkan prioritas misi kedua Pembangunan Jawa Tengah Tahun 2008-2013, yaitu: Pembangunan ekonomi kerakyatan berbasis pertanian dengan melaksanakan sapta usaha tani, pemberdayaan UMKM dan industri padat karya. Komitmen ini didasarkan pada potensi Jawa Tengah agar memiliki daya saing yang mempunyai nilai kompetitif serta komparatif dengan daerah lain. Didasarkan kepada berbagai pertimbangan itulah, dipandang perlu untuk memberikan dukungan terhadap proses Pengembangan Ekonomi Lokal di Jawa Tengah. Selanjutnya, untuk mengakhiri sambutan saya, ijinkanlah saya menyampaikan beberapa hal sebagai berikut : 1. Hendaknya disadari bahwa keberhasilan pelaksanaan PEL tidak semata terletak di tangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, namun lebih kepada adanya kesatuan gerak dan sinergitas semua pihak terkait baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/ kota di Jawa Tengah; 2. Hendaknya sekembalinya peserta dari kegiatan ini, dapat terus dilakukan koordinasi baik dengan jajaran Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Tenaga Ahli regional (TAR) PEL Jawa Tengah, maupun stakeholder di kabupaten/ kota, untuk memantapkan rencana tindak yang nantinya akan disusun bersama; Demikian sambutan kami dan akhir kata selamat mengikuti kegiatan ini, semoga bermanfaat. Selanjutnya, dengan mengucap Bismillahirohmanirokhim, kegiatan Pengembangan Ekonomi Lokal ini saya nyatakan dibuka dan dimulai. Wasalamualaikum wr. wb. Pelatihan

KEPALA BPMD PROV. JAWA TENGAH

dr. ANUNG SUGIHANTONO, M.Kes

15

SESI I : PENGANTAR KONSEP PEL : PENYIAPAN DAN PENGUATAN PLATFORM KELEMBAGAAN

A.

Pengantar Presentasi ini dilaksanakan di sesi ke-1 dengan mengundang 1 orang pembicara. Tiga bagian dari sesi 1 ini adalah : 1). Paparan dari pembicara; 2). Tanya jawab dari peserta; 3). Kesimpulan dari pembicara. Sesi ini dilakukan dengan pembicara sebagai berikut: Pembicara: Holi Bina Wijaya, Ketua P5 Undip, Tenaga Pengajar UNDIP

B.

Tujuan Umum dan Fokus Kegiatan Presentasi pemaparan pengantar konsep PEL ini bertujuan untuk memberikan gambaran pelaksanaan PEL di JATENG yang telah dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya. Juga perkembangan program PEL JATENG dari tahun ke tahun. Serta arah strategi kebijakan terhadap PEL yang dilaksanakan di Jawa Tengah. Tujuan dari sesi ini adalah peserta dapat mengerti secara lebih mendalam mengenai pendekatan, model serta cara pengelolaan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) di daerahnya.

C.

Paparan dari Pembicara Pengantar dan Konsep PEL Jawa Tengah Bp. Holi memulai presentasi dengan memaparkan sekilas tentang UMKM di Jawa Tengah. Pada tahun 2008 di Indonesia sumbangan kegiatan UMKM sebesar 55,56% dari PDRB Nasional. Jumlah UMKM di Jawa Tengah meliputi lebih dari 7,9 juta unit usaha UMKM berbasis pada sumber daya dan tenaga kerja lokal. Keberadaa klaster usaha UMKM tersebut memberikan dampak luas bagi kesejahteraan lokal pada masing-masing daerah.

16

Pada dasarnya Jawa Tengah memiliki potensi yang besar dalam mengembangkan konsep PEL yang bertumpu pada potensi sumber daya yang tersedia dan beragam jenisnya pada tingkat lokal. Semuanya bertumpu pada satu hal yang berkaitan dengan KEGIATAN EKONOMI yang bertumpu pada potensi lokal. Kegiatan ekonomi yang dilakukan bisa memberikan suatu nilai tambah dalam proses dan kegiatannya. Semakin Banyak Transaksi Dan Produksi = Semakin Banyak Kebutuhan Hidup Yang Terpenuhi Dan Nilai Tambah Yang Semakin Meningkat Kegiatan Perekonomian bukan hanya bertumpu pada kebijakan dari pemerintah, namun kesinergian dari semua pelaku yang juga diperlukan. Dengan mengembangkan konsep PEL tersebut maka tujuan untuk pemerataan pendapatan dan pembangunan ekonomi dapat diakselerasikan. Perkembangan Program PEL JATENG Kegiatan PEL mungkin sudah lama dilakukan, namun baru ada suatu konsep yang jelas baru pada tahun 2006, dengan beberapa pilot project. Tahun 2009 BAPPEDA Prov. JATENG baru mengadopsi konsep PEL yang telah disusun dalam Bappenas. Pada tahun ini dilakukan penilaian kondisi PEL pada setiap Kab/kota dengan suatu metode RALED. Salah satu contoh pengembangan PEL: Batik Laweyan, value chain telah ada yang dapat dikembangkan dan dorong adalah bussines plan klaster yang dapat dikerjasamakan bersama. Peta pengembangan ekonomi lokal digunakan untuk melihat keefektifan kegiatan PEL dan pelaksanaan PEL di daerah. Framework ini didasarkan dari BAPPENAS dengan dilengkapi lagi dengan 5 tahap. Dan bersifat berkesinambangan alur dan tanpa henti. One village one product merupakan salah satu bestpractise dengan bentuk dokumentasi yang baik (sebenarnya sama dengan konsel PEL) yang dapat dikembangkan juga dengan penajaman produk. Penguatan Platform Kelembagaan PEL Untuk memperkuat pelaksanaan PEL, dilakukan beberapa usaha. Antara lain yaitu dengan dibentuknya klaster usaha. Klaster usaha yaitu kelompok usaha yang tergabung bersama secara geografis yang memiliki keterkaitan sinergis, dan ditopang oleh institusi dan aktivitas penunjang usaha, sehingga terbentuk rantai nilai usaha yang menghasilkan efisiensi kolektif.

17

Selain itu juga dibentuk suatu forum untuk mendukung kegiatan PEL daerah.. Kegiatan PEL didorong bersama dalam satu forum PEL. Forum PEL ini melibatkan beberapa stakeholder. Antara lain pemerintah mulai dari nasional, provinsi dan kabupaten, fasilitator, asosiasi usaha, lembaga penunjang usaha, pelaku usaha, dan lembaga bantuan nasional maupun internasional. Dengan adanya suatu forum yang mewadahi, diharapkan kegiatan PEL yang dilaksanakan dapat berkesinambungan dan berkelanjutan pada masa mendatang. Harapan pelatihan PEL dari tingkat propinsi : Adanya roadmap PEL sampai ke tingkat kab/kota serta mampu menjalin jaringan kerja dalam PEL. Dari pelatihan ini, semoga bisa diaplikasikan di tingkat kota/kab masing-masing dengan pengaplikasian yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang ada di wilayah.

D.

Tanya Jawab dan Masukan Pak Hari Suprapto : - Diperlukan platform PEL yang harus disesuaikan dengan sosio kultur masyarakat Jawa Tengah sehingga lebih membumi dengan masyarakat? - One village one product saat ini dirasa kurang mendukung, dengan asumsi one village dengan multi product adalah konsep yang lebih baik.

18

SESI II : PEMETAAN, ANALISIS, DAN PENILAIAN KONDISI PEL SERTA PENENTUAN FAKTOR PENGUNGKIT PEL

A.

Pengantar Presentasi ini dilaksanakan di sesi ke-2 dengan mengundang 1 orang pembicara. Tiga bagian dari sesi 2 ini adalah : 1). Paparan dari pembicara; 2). Tanya jawab dari peserta; 3). Kesimpulan dari pembicara. Sesi ini dilakukan dengan notulen dan pembicara sebagai berikut: Pembicara: Bening Dwiono, Tim TAR PEL Tujuan Umum dan Fokus Kegiatan Presentasi pada sesi ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kegiatan pemetaan, analisis, dan penilaian kondisi PEL. Langkah-langkah dalam penerapan kegiatan tersebut. Serta untuk menentukan factor-faktor pengungkit dalam kegiatan PEL. Tujuan dari sesi ini adalah agar peserta dapat memetakan kondisi PEL yang diharapkan dapat menjadi bekal pengembangan di daerahnya. Pemetaan kondisi ini meliputi kondisi, faktor dan stakeholder PEL di daerah. Selain itu peserta juga diharapkan dapat melakukan analisis dan penilaian kondisi agar dapat menetapkan faktor pengungkit PEL di daerahnya. Pemahaman mengenai penetapan klaster dan produk unggulan juga diberikan kepada peserta agar dapat mewujudkan fokus pengembangan ekonomi di daerah. Paparan dari Pembicara Pemetaan Kondisi PEL Dalam kegiatan pemetaan PEL, hal pertama yang perlu diketahui yaitu metode yang digunakan. Metode dalam pemetaan PEL tersebut adalah metode partisipatif. Hal ini berarti bahwa pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan PEL daerah harus ikut berpartisipasi. Dalam kegiatan pemetaan PEL, diperlukan fasilitator yang menguasai metode yang digunakan untuk pemetaan PEL dan teknik fasilitasi. Peran masing-masing stakeholder ditetapkan dalam kegiatan pemetaan PEL ini. Penetapan tersebut sesuai dengan tingkat pengaruh dan tingkat kepentingan masingmasing stakeholder dalam kegiatan PEL lokal.

B.

C.

19

Beberapa perangkat yang digunakan dalam kegiatan pemetaan PEL menurut Bapak Bening antara lain adalah analisis dengan Multi Dimentional Scalling (MDS), analisis sensitifitas serta simulasi montecario. Sedangkan untuk alat analisis yang dipilih yaitu RALED. Penilaian PEL Setelah melakukan kegiatan pemetaan terhadap kondisi PEL, kegiatan selanjutnya adalah kegiatan penilaian PEL. Kegiatan penilaian PEL ini didasarkan dari hasil verifikasi RALED dari kegiatan pemetaan PEL. Penilaian terhadap PEL ini dilakukan terhadap beberapa bidang PEL, yaitu proses manajemen, tata kelola, pembangunan berkelanjutan, kesinergisan dan fokus kebijakan, faktor lokasi, serta kelompok sasaran. Kelompok sasaran dalam penilaian PEL terdiri dari pelaku usaha lokal, pelaku usaha baru serta investor. Penentuan faktor pengungkit PEL Dalam kegiatan penentuan faktor pengungkit PEL, metode yang digunakan sama dengan kegiatan pemetaan yaitu metode RALED. Setelah hasil RALED didapat, langkah selanjutnya yaitu mem verifikasi hasil RALED tersebut. Verifikasi tersebut meliputi FGD temuan RALED, pengesahan hasil kajian RALED, serta penggunaan hasil kajian sebagai dasar diagnosa. Langkah selanjutnya adalah memilih faktor pengungkit, serta kegiatan pengungkit. Dalam memilih faktor pengungkit, kegiatan yang dilakukan adalah melakukn prioritas urutan terhadap faktor pengungkit,serta menetapkan fokus faktor pengungkit. Sedangkan untuk memilih kegiatan pengungkit beberapa hal yang dilakukan adalah merencanakan kegiatan sesuai FP yang dipilih, juga menyinergikan antara kegiatan dan program. D. Tanya Jawab dan Masukan Abdul Jamal - KLASTER TENUN TROSO Kab. Jepara Apakah memungkinkan keterlibatan civitas akademika, SKPD, maupun pemerintah dalam mengembangkan klaster tenun troso itu di Jepara dan kegiatan produksi tenun troso juga tidak terganggu ?

- Danto Pramosidi FEDEP Kab. Sukoharjo Seperti apa memilih faktor pengungkit itu dan memilih kegiatan pengungkit itu seperti apa ? mungkin bisa diberikan contohnya, sehingga mudah untuk dipahami juga.

20

SESI III : PENETAPAN KLASTER UNGGULAN

A. Pengantar Paparan materi ini dilaksanakan di sesi ke-3 dengan mengundang 1 orang pembicara. Tiga bagian dari sesi 3 ini adalah : 1). Paparan dari pembicara; 2). Tanya jawab dari peserta; 3). Kesimpulan dari pembicara. Sesi ini dilakukan dengan pembicara sebagai berikut: Pembicara: Bening Dwiono Tim TAR PEL B. Tujuan Umum dan Fokus Kegiatan Presentasi pada sesi ini bertujuan untuk memberikan gambaran faktor-faktor apa saja yang perlu diketahui dalam penetapan klaster unggulan. Adapun tujuan umumnya yaitu agar peserta pelatihan dapat menentukan serta mengimplementasikan faktorfaktor apa saja yang harus diperhatikan dalam menentukan klaster-klaster unggulan di daerah masing-masing. C. Paparan dari Pembicara Penetapan klaster diperlukan agar tidak terjadi perang harga antara ukm atau yang sama produksinya. Pengertian Klaster menurut Porter, 1998 yaitu jaringan perusahaanperusahaan yang terkonsentrasi secara geografis, yang dikhususkan kepada para pemasok, penyedia jasa layanan, perusahaan yang terkait secara industri dan lembaga aosiasi di daerah tertentu yang saling bersaing, namun juga saling bekerjasama. Klaster usaha juga memiliki pengertian yaitu kelompok usaha yang tergabung bersama secara geografis yang memiliki keterkaitan sinergis, dan ditopang oleh institusi dan aktivitas penunjang usaha, sehingga terbentuk rantai nilai usaha yang menghasilkan efisiensi kolektif. Dalam penetapan klaster unggulan di suatu daerah, terdapat faktor-faktor yang perlu diketahui. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1. Modal Ketrampilan SDM, 2. Kemampuan para aktor dlm klaster, Aktor-aktor yang berperan antara lain adalah pemerintah, perusahaan, serta perguruan tinggi. 3. Kemampuan Manajemen Klaster, Manajemen klaster yang baik adalah salah

21

satu syarat agar suatu klaster dapat dikatakan sebagi klaster unggulan. Oleh karena itu diperlukan beberapa hal yang harus ada dalam manajemen kalster. Antara lain yaitu struktur kelembagaan, manajemen proyek, pemasaran,pendanaan,manajemen pengetahuan serta manajemen SDA. 4. Kemampuan Pelayanan/Permintaan, Faktor kemampuan pelayanan ini berarti bahwa klaster usaha harus bias memenuhi permintaan baik untuk pasar lokal maupun pasar internasional. 5. Jejaring, Jejaring disini meliputi jejaring pendidikan, R & D, dan jejaring bisnis. 6. Industri terkait, Indsutri-industri terkait antara lain yaitu pemasok/supplier,mitra dalam rantai nilai, klaster industry terkait, 7. Faktor Input Yang termasuk dalam faktor input antar lain sumber dana, SDM, SDA, serta akses informasi, 8. Budaya (kepercayaan, kewirausahaan,struktur tradisional, budaya bisnis) 9. Kerangka kondisi, Kerangka kondisi yang dimaksud yaitu meliputi kerangka hukum, kerangka administrasi, kerangka kebijakan, daya tarik wilayah, serta infrastruktur. 10. Lembaga pendukung, Lembaga-lembaga pendukung antara lain lembaga pendidikan dan pelatihan, R & D, jasa lembaga keuangan, KADIN, serta BDS pendamping. 11. Modal sosial. Modal sosial yang dimaksud adalah antara lain jaringan sosial, jaringan informal dan jaringan perusahaan. D. Tanya Jawab dan Masukan Drs. Jumadiarto Kompetisi yang sehat itu sebenarnya tidak masalah, malah wajib. Bagaimana menurut Pak Bening ? Jenis klaster : Klaster bottom up Klaster top down Klaster pusat roda dan jeruji / klaster satelit

Pertanyaan : - Ir. Danto Pramonosidi, MSi Hal yang juga perlu dilakukan adalah, adanya pengawalan dan pelaksanaan PEL tidak hanya pada tingkat eksekutif, namun juga dalam legislatif.

22

SESSION IV : RENCANA TINDAK PEL DAN PEMBIAYAAN

A. Pengantar Paparan materi ini dilaksanakan di sesi ke-4 dengan mengundang 1 orang pembicara. Tiga bagian dari sesi 4 ini adalah : 1). Paparan dari pembicara; 2). Tanya jawab dari peserta; 3). Kesimpulan dari pembicara. Sesi ini dilakukan dengan pembicara sebagai berikut: Pembicara: Ir. Artiningsih MSi, Tim TAR PEL B. Tujuan Umum dan Fokus Kegiatan Fokus kegiatan ini adalah memberikan pemahaman dan pembekalan kepada peserta dalam menyusun pembiayaan rencana tindak PEL. Tujuan dari sesi ke-4 ini adalah agar peserta dapat memahami konsep PEL sehingga dapat diaplikasikan sesuai dengan karakteristik daerahnya masing-masing. Selain itu, para peserta juga diharapkan dapat menyusun pembiayaan rencana tindak yang aplikatif dan memenuhi kelayakan teknik dan finansial. C. Paparan dari Pembicara Ibu Artinigsih dalam paparanya memulai dengan apa tujuan dari perencanaan? Dalam penjelasaannnya, tujuan perencanaan berupaya untuk mendapatkan keadaan/kondisi yang harmonis (lebih baik) dimasa depan. Perencanaan tidak cukup dibuat sekali. Setelah adanya monitoring dan evaluasi, kita dapatkan bahan untuk mengevaluasi sasaran awal. Untuk selanjutnya dapat digunakan untuk menyusun perencaaan kembali (pembaharuan perencanaan). Namun dalam pelaksanaannya, kendala dalam penyusunan dan penerapan rencana antara lain: Keterbatasan dana dari UKM-UKM untuk mendapatkan barang modal yang selalu meningkat. Keterbatasan informasi yang dapat diakses pelaku ukm.

23

Pendapat dari peserta, hambatan dan kendala: Bencana alam Birokrasi Rencana Tindak PEL Dalam pelaksanaan rencana tindak PEL, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: 1. Sumber daya : alam, manusia Ekonomi kreatif lahir karena keterbatasan sumber daya alam, sehingga mengusahakan untuk mengoptimalkan sumber daya manusia. 2. Perbedaan wilayah mempengaruhi perbedaan karateristik alam & masyarakat, 3. Inovasi mucul karena adanya persaingan antara satu pelaku usaha dengan pelaku usaha lain. Inovasi ini juga perlu ditunjang oleh jejaring agar dapat berakselerasi maksimal. Rencana tindak untuk pengambilan keputusan pada umumnya melalui musrenbang yang biasanya tidak efektif. Karena anggota musrenbang sebagian besar bukalah pelaku ekonomi lokal, sehingga diperlukan forum tersendiri untuk menampung ide-ide dan permasalahan dari ekonomi lokal. Rencana tindak tidak dapat menyelesaikan PEL hanya dalam sekali waktu. Harus ada komitmen untuk merencanakan bersama dan melaksanakan bersama, sehingga partisipatif pelaku ekonomi lokal sangat dibutuhkan. Proses Penyusunan Rencana Tindak Identifikasi permasalahan digunakan untuk menentukan tujuan dan sasaran rencana selanjutnya. Sasaran harus SMART.Spesifik, Measurable, Attainable, Timebound. Analisis daya dorong/hambat. Pelibatan pengambil kebijakan atau instansi-instansi terkait untuk mendukung pelaku ekonomi lokal, sehingga hambatan yang ada dapat diminimalisir dan dapat dijadikan daya dorong.

24

D. Hasil Pembelajaran Pembelajaran dari sesi rencana tindak PEL dan pembiayaan adalah sebagai berikut: Dalam penyusunan rencana tindak PEL harus memperhatikan komponen rencana tindak PEL. antara lain yaitu sumber daya, stakeholder, wilayah pelaksanaan, inovasi, legitimasi, serta implementasi. Hasil pembelajaran untuk daerah antara lain dengan meningkatkan sosialisasi PEL agar kegiatan PEL semakin membumi. PEL juga dapat dikembangkan lagi melalui PEL IT, yaitu menggunakan teknologi media informasi digital, sehingga PEL lebih bisa diakselerasikan.

25

SESI V : PENGEMBANGAN KLASTER USAHA DAN PEMBIAYAAN

A. Pengantar Paparan materi ini dilaksanakan di sesi ke-5 dengan mengundang 1 orang pembicara. Sebagai notulen adalah P5 Undip. Tiga bagian dari sesi 5 ini adalah : 1). Paparan dari pembicara; 2). Tanya jawab dari peserta; 3). Kesimpulan dari pembicara. Sesi ini dilakukan dengan pembicara sebagai berikut: Pembicara: Ir. Artiningsih MSi, Tim TAR PEL B. Tujuan Umum dan Fokus Kegiatan Klaster merupakan salah satu pendekatan PEL yang dapat diaplikasikan dalam pembangunan ekonomi daerah. Pada sesi ini, akan dipaparkan bagaimana pengimplementasian pendekatan PEL untuk dapat mengembangkan klaster usaha pada tiap-tiap daerah. Tujuan dari sesi ini adalah agar peserta pelatihan dapat menyusun rencana tindak klaster sesuai karakteristik daerah masing-masing. Selain itu, peserta juga dapat menyusun pembiayaan rencana tindak yang aplikatif dan memenuhi kelayakan teknik dan finansial. C. Paparan dari Pembicara Pelaksanaan pengembangan PEL salah satunya dapat diwujudkan melalui pengembangan klaster usaha. Klaster-klaster usaha yang merupakan salah satu klaster unggulan dapat dikembangkan sehingga dapat memberikan dampak yang lebih besar terhadap daerah, yang pada akhirnya memacu pengembangan ekonomi lokal di daerahdaera. Dalam kegiatan pengembangan klaster usaha, beberapa instrumen untuk memajukan klaster usaha: 1. Memampukan lingkungan/iklim usaha,

26

2. 3. 4. 5.

Pengembangan lokal, BDS (bussiness development support), Banking: Kredit, Tabungan, Asuransi, Sistem Inovasi dan Jejaring Klaster.

Dalam pengembangan klaster-klaster usaha, terdapat beberapa konsep. Antara lain dengan sistem inovasi dan jejaring, serta konsep value chain. Struktur Klaster Untuk mendukung pengembangan klaster diperlukan sarana prasarana transportasi, informasi yang termasuk dalam spesialisasi layanan peyediaan infrastruktur. Dalam hal ini, pemerintah berperan sebagai provider (penyedia). Kerjasama harus diupayakan dalam lingkup industri, sehingga dapat memudahkan pengembangan kedepannya. Institusi sebagai media perantara diperlukan untuk menjembatani ukm dengan instansi terkait. Institusi ini seperti BDS, FEDEP dll. Fokus dan Sinergi Pembangunan Sektor Penggerak Utama Leading Champion Kemandirian Usaha Keberlanjutan Kegiatan Pembangunan Pengembangan klaster-klaster usaha daerah harus memiliki tenggat waktu yang telah direncanakan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan atau membuka kesempatan agar klaster usaha yang menjadi klaster unggulan tidak hanya 1. Tenggat waktu tersebut dituangkan dalam sebuah road map. dalam Road Map tersebut mencakup beberapa hal, yaitu sebagai berikut: Kejelasan rencana pengembangan Kejelasan pembagian peran antar klaster

D. Tanya Jawab dan Masukan Pertanyaan Peserta: 1. Ketika memampukan iklim itu seperti apa? Jawaban Bu Arti :

27

Klaster diusahakan dapat bekerjasama dalam jejaring untuk pengembangan klaster. Keberadaan kelembagaan terkait untuk memajukan klaster yang terkait seperti FEDEP diperlukan untuk mengakselerasi pertumbuhan klaster. Sehingga penciptaan iklim usaha melibatkan pelaku klaster dan pemerintah. Pembangunan kewirausahaan berguna untuk membangun etos kerja masyarakat. 2. Pak Untung Bagaimana kedepan kurikulum PEL itu ditambahankan nilai spiritual dan nasionalisme sehingga ada nilai-nilai moral dalam PEL. 3. Pak Danto Akhlak atau mental dalam pelatihan selama ini kurang diperhatikan. Hanya body building. Dengan demikian diperlukan pembentukan akhlak atau moral sehingga apapun pelatihan yang diberikan dapat diserap dengan baik. Agen / distribusi yang malahan biasanya menikmati nilai tambah, bukan pelaku klaster. Untuk penempatan indomart dan alfamart tidak melihat lokasi-lokasi pasarpasar tradisional sehingga dapat mematikan pasar tradisional. 4. Pak Bening, menanggapi tentang keberadaan indomaret dan alfamart. Melihat kebijakan Pak Jokowi Solo. Dimana market-market tersebut tidak masuk dalam daerah-daerah di Solo, sehingga pasar tradisional dapat dilindungi keberlangsungannya.

5. Pak Jumianto, kalau perlu dibangun kerjasama antara pelaku pasar tradisional atau pelaku PEL untuk dapat mengambil aksi sehingga dapat menghadapai keberadaan market-market yang ada.

Berdasarkan hasil diskusi kelompok dari peserta pelatihan, didapatkan beberapa pembelajaran mengenai sesi pengembangan usaha dan pembiayaan ini.

28

SESI VI : MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEL


A. Pengantar Presentasi ini dilaksanakan di sesi ke-VI dengan mengundang 1 orang pembicara. Tiga bagian dari sesi 1 ini adalah : 1). Paparan dari pembicara; 2). Tanya jawab dari peserta; 3). Kesimpulan dari pembicara. Sesi ini dilakukan dengan pembicara sebagai berikut: Pembicara: Holi Bina Wijaya, Ketua P5 Undip, Tenaga Pengajar UNDIP B. Tujuan Umum dan Fokus Kegiatan fokus kegiatan dari sesi ini adalah untuk memberikan materi monitoring dan evaluasi adalah mengetahui sejauh mana pelaksanaan klaster sesuai dengan tujuan awal pembentukan klaster, identifikasi kebutuhan pengembangan, serta merumuskan penyempurnaan konsep pengembangan PEL. adapun tujuan dari sesi ini adalah agar peserta pelatihan dapat melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan PEL di daerahnya masing-masing. C. Paparan dari Pembicara Agar suatu program berjalan dengan semestinya dan sesuai dengan target yang ditetapkan, diperlukan suatu tindakan untuk mengawal pelaksanaan program tersebut. Peran tersebut dapat diimplementasikan melalui monitoring dan evaluasi. Pengertian kegiatan monitoring dan evaluasi tesebut dalam pelaksanaan kegiatan PEL adalah sebagai berikut: - Monitoring Upaya berkelanjutan dalam rangka pemantauan dan dokumentasi proses dan hasil kegiatan PEL;

29

- Evaluasi Usaha penilaian, penyesuaian dan perbaikan konsep dan program kegiatan PEL. Hal yang penting dari kegiatan monitoring dan evaluasi adalah analisis dan perumusan perbaikan terhadap pelaksanaan PEL. Oleh karena itu, harus diketahui terlebih dahulu kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan dalam tahap monitoring dan evaluasi. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanankan antara lain sebagai berikut: - Formulasi hasil dan tujuan PEL - Penentuan indikator pemantauan - Pengumpulan informasi dasar (baseline) PEL - Penentuan target spesifik dan waktu pencapaiannya - Pengumpulan data kegiatan dan hasilnya secara reguler - Analisis dan penilaian pelaksanaan kegiatan dan hasilnya - Kajian penyesuaian dan penyempurnaan Untuk mengetahui dan mengukur keberhasilan dari kegiatan monitoring dan evaluasi, dapat melihat dari 2 indikator yaitu: - Indokator proses : pemanfaatan sumberdaya, pelaksanaan kegiatan, keterlibatan stakeholders - Indikator hasil : produk kegiatan, kemanfaatan hasil, dan keterlibatan stakeholder. Program yang berhasil adalah program yang hasilhasilnya dapat diakses sehingga dapat ditinjau kembali. Oleh karena itu, hasil dari kegiatan monitoring dan evaluasi harus mencakup beberapa hal, yaitu : - Dokumen : kegiatan dan hasil - Informasi : Kesesuaian program terhadap rencana kegiatan, Kemanfaatan program

30

SESSION VII : PENYUSUNAN BISNIS PLAN KLASTER


A. Pengantar Presentasi ini dilaksanakan di sesi ke-VII dengan mengundang 1 orang pembicara. Tiga bagian dari sesi 1 ini adalah : 1). Paparan dari pembicara; 2). Tanya jawab dari peserta; 3). Kesimpulan dari pembicara. Sesi ini dilakukan dengan pembicara sebagai berikut: Pembicara: Dr. Rustina Untari, Ketua Pusbangdaya B. Tujuan Umum dan Fokus Kegiatan Dalam sesi pelatihan ini peserta akan dibekali bagaimana menyusun rencana bisnis usaha klaster yang efektif dan bankable. Rencana bisnis usaha klaster tersebut meliputi : profil klaster, tujuan klaster, rencana investasi proyek, manajemen kelembagaan dan klaster, pemasaran, persaingan dan penjualan, produk dan jasa layanan, analisa keuangan, peluang dan kendala. Tujuan dari sesi ini adalah agar setiap peserta dapat menyusun rencana bisnis usaha klaster yang efektif dan bankable. C. Paparan dari Pembicara Business Plan merupakan salah satu alat dalam pengelolaan bisnis supaya pelaksanaan lebih terarah dan hasilnya dapat di evaluasi/dipertanggung jawabkan kepada anggota klaster. Dalam penyusunan business plan, terdapat beberapa langkah yang harus dilaksanakan. antara lai sebagai berikut: - Penentuan visi, misi dan tujuan klaster Ide bisnis, dirumuskan dengan alat analisis berupa value chain Penyusunan strategi bisnis Buat aspek-aspek perencanaan bisnis (pemasaran, teknis, sdm dan keuangan)

31

Penawaran Pelaksanaan

Adapun beberapa metode-metode yang digunakan dalam penyusunan business plan adalah sebagai berikut: - Wawancara : mencari data dan minta kesediaan stakeholder - Explorasi dan observasi - Focuss Group Discussion - Kegiatan ini akan membutuhkan beberapa waktu D. Tanya Jawab Pertanyaan : Pak Jaelani Wonogiri : Bagaimana menyikapi intervensi politik yang ada ? Siapa yang dapat menyusun BO ? Yang paling utama adalah klaster, dimana seluruh anggota klaster bersama-sama menyusun bisnis plan klasternya. Hasil pembelajaran dari sesi ini adalah setiap peserta mengetahui dasar dan teori dalam penyusunan business plan.

32

PRESENTASI PESERTA PENYUSUNAN BISNIS PLAN KLASTER KELOMPOK 1


Presenter : Endah Puspitasari Langkah-langkah Menggalang Komitmen Anggota klaster : Memetakan seluruh stakeholder dalam klaster Mengumpulkan seluruh stakeholder di dalam klaster untuk diskusi dan sharing membangun kesepahaman (dilakukan 3 kali) Sinkronisasi kepentingan antar pihak dalam menyusun rencana bisnis klaster Kesepakatan penyusunan bisnis plan dimuat dalam berita acara Jenis Data dan Informasi Yang Dibutuhkan : Data produksi/bahan baku Data pelaku usaha (petani kelapa, produsen gula kelapa) Informasi peluang pasar Informasi agenda pameran yang diselenggarakan oleh berbagai pihak Data tentang daya serap pasar Informasi tentang tenaga ahli dalam membranding produk Informasi sumber permodalan Tenaga ahli utk diversifikasi produk Data kelayakan usaha Data kemampuan manajemen SDM klaster Rencana Kerja Penyusunan Bisnis Plan : 1. Mencari Data a. Seluruh anggota klaster b. BDS Pendamping 2. Mengolah data yang diperoleh a.Pengurus klaster b. BDS c. Perguruan Tinggi 3. Wawancara a. Petani kelapa b. Produsen gula kelapa c. SKPD terkait Sosialisasi dan umpan balik penyempurnaan rencana bisnis klaster merupakan tanggung jawab seluruh anggota klaster dan stakeholder terkait Target waktu selesai selama kurun waktu tiga bulan

33

KELOMPOK 2
Presenter : Abdul Jamal Langkah yg harus dilakukan dalam menyusun bisnis plan klaster : Mengadakan pertemuan anggota klaster Menyamakan persepsi Identifikasi masalah dalam klaster Dialog anggota klaster untuk mengakomodasi kepentingan dan kebutuhan anggota Membuat perjanjian/nota kesepahaman Jenis data dan informasi kegiatan bisnis klaster : Data dan informasi pasar Bahan baku Tenaga kerja Pendamping Lembaga keuangan Kualitas Sosialisasi dan Umpan balik Penyempurnaan Rencana Bisnis Klaster Semua anggota klaster Pemerintah Bappeda Pendamping BDS FEDEP SKPD Lembaga keuangan/donor Untuk target waktu pelaksanaan, ditetapkan selama 3 bulan, dengan target awal dimulai bulan April 2011.

34

KELOMPOK 3
Presenter : Drs. Jumadiarto Langkahlangkah menggalang komitmen dan kesediaan anggota klaster untuk menyusun rencana bisnis klaster : Mengadakan pertemuan antara anggota klaster, SKPD terkait dan pendamping/ fasilitator agar : o Terwujudnya persepsi yang sama tentang pentingnya penyusunan rencana bisnis klaster o Terwujudnya kesepakatan untuk menyusun rencana bisnis klaster o Terwujudnya kesepakatan usaha unggulan klaster Jenis Data dan Informasi Branding dan kemasan/packing Promosi dan pemasaran Peluang klaster Kekuatan klaster Hambatan klaster Ancaman klaster Konsumen produk olehan mete Manajemen klaster dan kelembagaan NO KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 Field study Pembentukan Kelembagaan Forum Rembug Klaster Action plan Pembentukan R and D (untuk pengembangan) Monev PENANGGUNGJAWAB FRK,FEDEP, SKPD Terkait, BDS, Bappeda FRK,FEDEP, SKPD Terkait, BDS, Bappeda FRK,FEDEP, SKPD Terkait, BDS, Bappeda, DPRD Manager Klaster Manager Klaster Manager Klaster, FRK,FEDEP, SKPD Terkait, BDS, Bappeda Manager Klaster JADWAL WAKTU April 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 Sep-11 Desember 2011

Pengembangan Klaster

2012

35

LAMPIRAN
DOKUMENTASI

36

Anda mungkin juga menyukai