Anda di halaman 1dari 22

Djan Faridz: 2014, Banten Bebas Rumah Kumuh

M.Latief | Latief | Senin, 16 Januari 2012 | 16:25 WIB

BANTEN, KOMPAS.com - Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz menargetkan, dalam dua tahun ke depan atau 2014, Provinsi Banten bebas dari rumah kumuh. Niatan baik itu perlu didukung pemerintah daerah tersebut.

Target kawasan bebas rumah kumuh sangat mudah terwujud. Apalagi, delapan kota/kabupaten di Provinsi Banten terdapat sejumlah pengembang yang dapat membantu. -- Djan Faridz

"Target kawasan bebas rumah kumuh sangat mudah terwujud. Apalagi, delapan kota/kabupaten di Provinsi Banten terdapat sejumlah pengembang yang dapat membantu dalam rangka pembangunan," kata Djan Faridz di Tangerang, Kamis (12/1/2012) lalu. Seperti halnya di wilayah Serpong, kata dia, yang terdapat beberapa pengembang perumahan seperti Sinar Mas dan telah melakukan beberapa pembangunan. Bahkan, bila di suatu wilayah terdapat seribu rumah kumuh, maka pemda dapat mengalokasikan dana sebesar Rp 5 miliar dengan estimasi setiap rumahnya Rp 5 juta. Dengan begitu, maka penanganan terhadap rumah kumuh dapat teratasi dalam kurun waktu dua tahun, dan pengalokasian anggaran Rp 5 miliar oleh pemda, tidaklah terlalu besar, kalau memang ada kesungguhan. Selain itu, dalam pembangunan tersebut pun, pemda dapat menggandeng pihak ketiga dan dukungan dari pemerintah pusat. Jika sinergitas ini dijalankan, rasanya tidak sulit mengeluarkan Banten dari masalah rumah kumuh. Menpera juga menjelaskan, pihaknya sudah memprogramkan pembangunan 100.000 rumah dengan kredit bunga rendah, yakni 5 persen, yang pelaksanaannya dimulai 2012. Ia mengatakan, pembangunan akan dilakukan di seluruh wilayah Indonesia dengan asumsi pembagian dilakukan secara merata dan untuk besaran bunga lima persen dalam tahap negosiasi dengan pihak terkait. Nantinya, selain mendapatkan kredit bunga rendah, masyarakat pun dapat menyicil pembelian selama 15 tahun. "Program ini ditargetkan berjalan pada tahun ini di seluruh wilayah Indonesia sehingga dapat membantu warga mendapatkan tempat kehidupan yang layak," katanya.

Oleh karena itu, Kemenpera mengajak pengembang swasta untuk ikut serta dalam pembangunan tersebut. Tidak hanya membangun rumah yang biayanya sangat tinggi dan dapat memberatkan masyarakat. Apalagi, pertumbuhan masyarakat di setiap daerah sangat tinggi. "Seperti di Banten khususnya Serpong, semua masyarakat ingin menetap disini. Maka, jangan sampai kesulitan mendapatkan fasilitas," katanya. Wakil Gubernur Banten, Rano Karno menuturkan, ada beberapa permasalahan penyediaan perumahan dan kawasan permukiman di Provinsi Banten di antaranya tingginya permintaan rumah dikarenakan meningkatnya jumlah penduduk di Banten. "Menurut sensus penduduk tahun 2010 penduduk Banten 10,6 juta jiwa dengan peningkatan 2,8 persen, meningkatnya jumlah penduduk ini menyebabkan Banten tingginya kebutuhan rumah layak huni di propinsi Banten agar masyarakat dapat hidup di permukiman layak, sehat dan berkualitas," katanya. Permasalahan lain, kata dia, rendahnya penyediaan rumah layak huni baik oleh pengembang maupun pemerintah, tingginya harga lahan dan bahan bangunan serta masih banyaknya masyarakat miskin yang tinggal di rumah kumuh Pemerintah Provinsi Banten, kata dia, terus berupaya meningkatkan penyediaan rumah layak huni, di antaranya melalui pembangunan kawasan strategis dan kawasan usaha tumbuh, peningkatan rumah secara swadaya, pembangunan rumah susun milik dan rumah susun sewa atau rusunawa. (Sambas)
http://properti.kompas.com/read/2012/01/16/16254918/Djan.Faridz.2014.Banten.Bebas.Rumah.Ku muh

Siap-siap...Dokumen Izin Lingkungan Bakal Diperiksa!


M.Latief | Latief | Senin, 16 Januari 2012 | 10:53 WIB

ANGERANG, KOMPAS.com - Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Tangerang Selatan, Banten, akan melakukan inspeksi mendadak ke sejumlah tempat pembangunan perumahan terkait pemeriksaan kelengkapan dokumen izin lingkungan. Disinyalir, saat ini ada beberapa pengembang perumahan tidak mematuhi peraturan mengenai kelengkapan dokumen izin lingkungan.

Para pengembang kecil ini harus sepakat untuk tidak melakukan pencemaran lingkungan dalam pembangunannya, membuat saluran air akhir hingga sumur resapan. -- Rahmat Salam

"Kami sudah agendakan waktunya untuk memeriksa secara langsung mengenai kelengkapan dokumen izin lingkungan dalam pembangunan kawasan hunian perumahan," kata Kepala BLHD Kota Tangsel, Rahmat Salam di Tangerang, Minggu (15/1/2012) kemarin. Rahmat mengatakan, pemeriksaan kelengkapan dokumen izin lingkungan sebagai upaya kepada pengembang perumahan dalam menjaga lingkungan. "Karena skalanya kecil, biasanya pengusaha tidak mengindahkan dokumen lingkungan dan fasilitas umum berbasis lingkungan," katanya. Agenda sidak ini akan dilakukan pada triwulan awal 2012, yaitu pada Januari, Februari dan Maret. Sedangkan tahap kedua akan dilakukan pada triwulan berikutnya. Adapun data yang pengembang skala kecil dan menengah ini, BLHD telah melakukan koordinasi dengan sejumlah kecamatan. Dalam sidaknya nanti, BLHD akan memeriksa mengenai kelengkapan dokumen izin lingkungan. Bila luas hunian lebih dari 5 hektare, maka amdalnya yang akan diperiksa. Namun, jika perumahan skala kecil, yang diperiksa adalah UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan), UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan). "Para pengembang kecil ini harus sepakat untuk tidak melakukan pencemaran lingkungan dalam pembangunannya, membuat saluran air akhir hingga sumur resapan," katanya.

Kemudian, nantinya kesepakatan tersebut pun akan dituangkan dalam SPPL (Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan).
http://properti.kompas.com/read/2012/01/16/10531364/Siapsiap.Dokumen.Izin.Lingkungan.Bakal.Diperiksa.

Kemenpera Tidak Akan Buka FLPP


FLPP tidak akan dibuka jika suku bunga KPR tidak diturunkan menjadi 5 persen.
Selasa, 17 Januari 2012, 00:24 WIB Eko Priliawito, Ronito Kartika Suryani

Perumahan rakyat (kemenpera.go.id)

VIVAnews - Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI) menyatakan Kementerian Perumahan Rakyat tetap bersikeras tidak akan membuka fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) jika suku bunga KPR tidak diturunkan menjadi 5 persen. "Pak Menteri tetap ngotot tidak akan membuka FLPP jika bunga tidak turun menjadi 5 persen" kata Ketua APERSI, Eddy Ganefo kepada VIVAnews.com di Jakarta, Senin 16 Januari 2012. Eddy mengatakan, bahwa pihaknya sudah beraudiensi dengan Bank Tabungan Negara (BTN) Pusat bahwa Perjanjian Kerja Operasional BTN dan Badan Layanan Umum Kementerian Perumahan Rakyat sudah berakhir. "Ya memang kami tadi beraudiensi dengan BTN Pusat, bahwa tidak bisa lagi menggunakan FLPP karena PKO sudah berakhir antara BTN dengan BLU jadi jika itu dipaksakan maka

BTN tidak dibayar oleh Kemenpera" kata Edy. Ditambahkan Edy, saat ini kementerian sedang menunggu dari BTN untuk menurunkan suku bungan KPR dari 8,5 persen menjadi 5 sampai 6 persen. "Penurunan suku bungan itu kan karena melihat BI Rate menjadi 6 persen" kata Edy. Maka dari itu, Edy menuturkan pihak Kemenpera meminta kepada APERSI untuk bersabar sampai negosiasi ini berjalan sesuai kesepakatan. "Kemenpera meminta kepada APERSI untuk bersabar 1 minggu sampai 2 minggu" kata Edy lagi. Sebelumnya, Pemerintah memastikan bahwa program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) akan tetap berjalan di tahun 2012. Rencananya, program ini akan berjalan di awal bulan Februari mendatang. Terhentinya program FLPP ini dikarenakan belum bertemunya negosiasi ulang perjanjian kerja sama operasional (PKO) antara pemerintah dengan para perbankan mengenai penetapan suku bunga KPR. "Ya memang mati sementara atau berhenti sejenak. Namun untuk nanti di awal bulan Februari akan aktif kembali," kata Sri Hartoyo, Deputi Pembiayaan Kementerian Perumahan Rakyat.

http://bisnis.vivanews.com/news/read/280553-kemenpera-tidak-akan-buka-flpp

Kemenpera Ingin Bunga KPR Turun Jadi 5%


Saat ini, program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) berhenti sejenak.
Senin, 16 Januari 2012, 21:04 WIB Muhammad Firman, Ronito Kartika Suryani

Saat ini, program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) berhenti sejenak. (www.kemenpera.go.id)

VIVAnews - Pemerintah memastikan bahwa program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) akan tetap berjalan di tahun 2012. Rencananya, program ini akan berjalan di awal bulan Februari mendatang. Terhentinya program FLPP ini dikarenakan belum bertemunya negosiasi ulang perjanjian kerja sama operasional (PKO) antara pemerintah dengan para perbankan mengenai penetapan suku bunga KPR. "Ya memang mati sementara atau berhenti sejenak. Namun untuk nanti di awal bulan Februari akan aktif kembali," kata Sri Hartoyo, Deputi Pembiayaan Kementerian Perumahan Rakyat, pada VIVAnews, Senin, 16 Januari 2012.

Sri mengatakan, untuk negosiasi kepada perbankan pihaknya menginginkan suku bunga KPR turun menjadi 5 persen sampai 6 persen. "Kita akan mencari bunga yang sesuai dengan kebutuhan rakyat." kata Sri. Maka dari itu, Sri mengatakan, pihaknya akan mengusahakan semaksimal mungkin untuk menyelesaikan proses negosiasi kepada para perbankan. "Lebih cepat, lebih baik. Ya dalam waktu seminggu dan dua minggu ini akan diselesaikan," ucapnya. Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW), Ali Tranghanda mengatakan, seharusnya pemerintah sudah mempunyai antisipasi jika negosiasi belum selesai. "Itulah kekonyolan Menpera. Kalau negosiasi belum selesai, seharusnya sudah ada antisipasi sebelumnya," kata Ali pada VIVAnews. Ali menambahkan hal seperti itu menandakan kinerja Kementerian Perumahan Rakyat masih sangat buruk. "Seharusnya skema lama tetap berjalan dengan dengan suku bunga 8,75 persen. Selama belum ada skema baru, dampaknya nanti akan sangat buruk bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah," kata Ali.
http://bisnis.vivanews.com/news/read/280534-kemenpera-ingin-bunga-kpr-turun-jadi-5-

Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan Jalan Lagi Akhir Januari


Senin, 16/01/2012 10:03 WIB Rista Rama Dhany detikFinance

Jakarta - Program subsidi rumah yakni Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) akan tetap berjalan pada akhir Januari 2012, walaupun sampai saat ini antara Pemerintah dengan bank penyalur belum ada kata sepakat mengenai suku bunga. "Tidak stop kok, FLPP tidak mati suri, cuma hanya tertunda karena antara kami (Kementerian Perumahan Rakyat/Kemenpera) dengan bank penyalur FLPP belum ketemu suku bunganya," ujar Deputi Pembiayaan Kemenpera, Sri Hartoyo, kepada detikFinance, Selasa (16/1/2012). Sri yakin, pada akhir Januari antara Kemenpera dan Bank penyaluar FLPP sudah ada kesepakatan, sehingga program FLPP khususnya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) bisa berjalan lagi. "Akhir Januari program FLPP jalan lagi," yakinnya. Memang saat ini, bilang Sri, dalam negosiasi ulang perjanjian kerja sama operasional (PKO) Kemenpera mengingkan suku bunga hanya berkisar 5%-6%, namun bank belum menyetujuinya. Dimana sebelumnya 8,15% (fixed rate). "5-6% itukan ancar-ancarnya, kalau bisa kan lebih meringankan masyarakat, tapi kalau banknya belum tahu mau apa tidak, kita belum ketemu lagi," tuturnya. Sebelumnya diberitakan, program subsidi rumah dengan pola FLPP terancam tak lagi bergulir tahun ini karena belum adanya kesepakatan antara pemerintah dengan perbankan penyalur FLPP. Negosiasi ulang perjanjian kerja sama operasional (PKO) belum optimal, perbankan belum

juga menyampaikan proposal baru di 2012. Akibatnya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang ingin kredit rumah harus gigit jari. Kemenpera menginginkan, suku bunga yang tercantum dalam PKO menjadi 5%, atau turun dari kesepakatan sebelumnya 8,15% (fixed rate). Ini yang disinyalir menjadikan perbankan enggan menyampaikan PKO ke pemerintah. "Ini terkait dengan penurunan BI rate. Bunga KPR juga harusnya turun. Kita inginnya 5%6%. BCA saja bunga (KPR komersial 7,5%)," kata Deputi Perumahan Formal Kemenpera Pangihutan Marpaung di Jakarta, Minggu (15/1/2012). Diskusi dengan perbankan, khususnya PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) sudah terjadi beberapa kali. BTN menjadi bank penyalur FLPP yang paling dominan, selain itu masih ada PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), PT Bank Bukopin Tbk, dan BPD Sumut. Namun sayangnya proposal dari perbankan diatas belum juga diterima Kemenpera. Padahal Pangihutan menantikan 'itung-itungan' perbankan tersebut. "Ya paling tidak harus ada. Ini tidak ada. Jangan bicara. Harus tertulis (proposal). Lengkapi dengan cost of money, over head-nya berapa? Kita tunggu," tambahnya. Namun, Kemenpera masih berpegang pada semangat menurunkan suku bunga menjadi 5%. Saat belum juga terjadi kesepakatan dalam proposal PKO, FLPP dalam rangka penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), akan mati suri. "Usulannya ditunggu. Mestinya paling lambat minggu depan sudah harus masuk (ke Kemenpera). Setelah itu, bisa MoU dalam waktu dua hari," imbuhnya. http://us.finance.detik.com/read/2012/01/16/100307/1816222/1016/fasilitas-likuiditaspembiayaan-perumahan-jalan-lagi-akhir-januari

FASILITAS KREDIT PERUMAHAN

Untuk sementara, pemberian fasilitas subsidi perumahan dihentikan


Senin, 16 Januari 2012 | 20:57 oleh Rika Panda

JAKARTA. Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) menunda penyaluran Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) untuk sementara waktu. Pasalnya, masa Perjanjian Kerjasama Operasional antara Kementerian Perumahan Rakyat dengan bank-bank penyedia layanan tersebut sudah habis. Deputi Bidang Pembiayaan Kemenpera Sri Hartoyo menjelaskan, perjanjian tersebut hanya berlaku satu tahun. "Desember 2011 lalu sudah habis masanya," katanya kepada KONTAN, Senin (16/1). Hartoyo menjelaskan, penghentian ini akan berlangsung hingga akhir Januari nanti. Dia berharap, setelah akhir Januari 2012 lalu penyaluran kredit bisa dikucurkan kembali. "Semoga satu atau dua minggu lagi sudah bisa kembali disalurkan," ujarnya. Untuk perjanjian baru bakal ada penyesuaian suku bunga kredit. Menurut Hartoyo, suku bunga trennya cenderung turun. Asal tahu saja, suku bunga FLPP saat ini berkisar antara 8,15%-8,5%. Kemenpera berharap suku bunga kredit yang akan datang bisa mencapai 5%6%. Sementara, untuk masa tenor pembayaran FLPP tetap yakni 15 tahun. Namun, dia mengungkapkan, komposisi antara dana dari pemerintah dan perbankan mengalami perubahan menjadi 50%-50%. Sebelumnya, dana dari komposisi antara pemerintah dan perbankan adalah 60%-40%. Tahun ini, pemerintah menargetkan pengucuran subsidi FLPP bagi 123.790 unit rumah. Target ini lebih tinggi dari pencapaian 2010 dan 2011. Sepanjang 2011, pengucuran FLPP sebanyak lebih dari 108.000 unit.

http://nasional.kontan.co.id/news/untuk-sementara-pemberian-fasilitas-subsidi-perumahandihentikan

Rumah Murah Tipe 22 Dijual 67 Juta dan Bisa Dicicil Rp 633 Ribu Per Bulan
Selasa, 17 Januari 2012 | 04:58:51 JAKARTA(EKSPOSnews): Peminat rumah murah tipe 22 untuk karyawan outsourcing Bank Indonesia cukup besar. Program rumah murah seharga Rp 67 juta itu cukup ringan karena cicilannya hanya Rp 633 ribu tanpa uang muka. Direktur Utama Jamsostek, Hotbonar Sinaga menjelaskan para debitur rumah murah mendapat beragam fasilitas menarik. Selain harga Rp 67 juta untuk tipe 22/60, uang muka (dp) rumah dibayar terlebih dahulu oleh Jamsostek. Sehingga secara berkala, debitur membayar cicilan selama 15 tahun dengan jumlah tetap. Berikut ilustrasi sederhana perhitungan kredit rumah murah: -Harga Rp 67 juta -Tipe 22/60 (luas bangunan/luas tanah) -BTN membiayai Rp 46 juta: perkiraan angsuran Rp 462 ribu per bulan selama 15 tahun, bunga BTN 8,15%. -Jamsostek membiayai Rp 20 juta: perkiraan angsuran Rp 171 ribu per bulan selama 15 tahun, bungan Jamsostek 6%.

Sehingga debitur membayar cicilan dengan total sekitar Rp 633 ribu per bulan, tanpa uang muka. Sementara Deputi Gubernur BI, Ardayadi menjelaskan, dari 600 peminat rumah murah, hanya 150 karyawan yang bisa mendapatkannya. "Dari 2.000 outsourcing, 600 peminat, yang dapat 150," kata di kantornya, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Senin 16 Januari 2012. Pada hari ini dilaksanakan acara serah terima kunci secara simbolik antara karyawan dengan

BI, dan dihadiri Bank Tabungan Indonesia (BTN) dan PT Jamsostek sebagai lembaga penyedia uang muka dan fasilitas kredit. Menurut Ardayadi, program tersebut bisa saja dilanjutkan namun mesti mendapat persetujuan dahulu dari bank sentral.(detikfianance) http://eksposnews.com/view/16/30906/Rumah-Murah-Tipe-22-Dijual-67-Juta-dan-BisaDicicil-Rp-633-Ribu-Per-Bulan.html

Kondisi Rusunawa Memprihatinkan


Tuesday, 17 January 2012 SUKOHARJO Kondisi rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di Kelurahan Joho, Sukoharjo memprihatinkan.

Rusunawa yang masih menjadi aset pemerintah pusat tersebut banyak mengalami kerusakan. Instalasi listrik di empat blok yang belum dihuni itu juga hilang. Dari inspeksi mendadak yang kami lakukan,kondisi rusunawa tersebut banyak mengalami kerusakan. Di sisi lain, pemkab tidak bisa berbuat apa-apa karena aset belum diserahkan ke daerah,papar Ketua Komisi II DPRD Sukoharjo Hasman Budiadi di sela-sela inspeksi mendadak (sidak) kemarin. Rusunawa tersebut selesai dibangun sekitar empat tahun lalu oleh Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) dan Kementerian PU. Sayangnya, meski sudah selesai dibangun, hingga kini pemerintah pusat belum menyerahkan aset rusunawa kepada pemerintah daerah. Hasman mengatakan ada enam blok rusunawa di Kelurahan Joho.Dari enam blok tersebut, dua blok di antaranya sudah dihuni dan empat blok masing- masing dibiarkan kosong. Nah, empat blok yang masih kosong tersebut kondisinya cukup memprihatinkan karena bangunan banyak mengalami kerusakan. Hasman menambahkan, di empat blok tersebut, instalasi listrik hilang karena dicuri orang. Belum lagi kerusakan seperti terjadi kebocoran dan lainnya. Komisi II berniat mendatangi Kemenpera terkait kejelasan penyerahan aset tersebut. Anggota Komisi II DPRD Sukoharjo Hery Purwanto menambahkan, sebelum aset diserahkan, pemkab belum bisa berbuat apa-apa. Termasuk melakukan perbaikan. Untuk sekadar menganggarkan perbaikan saja, Pemkab belum bisa karena aset masih dimiliki pemerintah pusat. Sementara itu, Kabid Aset Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Sukoharjo Haryadi Sudjatmoko menerangkan, sejak selesai pembangunan hingga sekarang belum ada penyerahan aset sama sekali.Akibatnya, enam blok rusunawa tersebut belum menjadi aset daerah. Setiap blok memiliki 98 kamar dan dua blok sudah dihuni secara swadaya. Sementara empat blok lainnya masih kosong. sumarnoC http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/460920/

Rusunawa Mangkrak, Komisi II Akan Temui Kemenpera


16 Januari 2012 | 21:41 wib

SUKOHARJO, suaramerdeka.com - Komisi II DPRD Sukoharjo akan menemui Kementrian Perumahan Rakyat (Kemenpera) terkait mangkraknya Rusunawa. Sebab sejak selesai dibangun tahun 2008 silam, tidak ada penyerahan pengelolaan dari pusat ke Pemkab Sukoharjo. Akibatnya pengelolaan tidak bisa dilakukan oleh Pemkab. "Bagaimana mau mengelola kalau status tidak jelas. Untuk menganggarkan saja sulit dilakukan karena status masih aset pusat," ujar Ketua Komisi II Hasman Budiadi. Karena itu dalam waktu dekat pihaknya akan segera ke Jakarta untuk kepastiannya. Sebab dari enam blok yang ada, empat blok kosong tidak berpenghuni. Ironisnya kondisinya saat ini sangat parah karena tidak dirawat. Bahkan fasilitas air dan listrik rusak serta hilang karena dicuri. Kabid Aset DPPKAD Setda Sukoharjo Haryadi Sujatmoko mengaku, pihaknya memang kesulitan untuk mengelola rusunawa. "Kami sudah pernah mengirimkan surat ke pusat terkait dengan status ini. Tetapi sampai saat ini tidak ada jawaban," ujarnya. Karena itu pihaknya mendukung jika komisi II DPRD akan ke Jakarta menanyakan hal tersebut. http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/01/16/106973/Rusunawa-MangkrakKomisi-II-Akan-Temui-Kemenpera

RUSUNAWA JOHO: Instalasi Listrik Dijarah Maling


Senin, 16/1/2012 |

SUKOHARJO Sejumlah kabel instalasi listrik di rumah susun sewa sederahana (Rusunawa) Sukoharjo di Desa Joho, Kecamatan Sukoharjo hilang dijarah maling. Sementara itu Komisi IV DPRD Sukoharjo dalam waktu dekat ini berencana menemui Kemenpera guna menanyakan status Rusunawa yang hingga kini belum diserahkan ke Pemkab Sukoharjo. Sekarang kondisi Rusuna menjadi sangat memrihatinkan, karena belum diserahkan sehingga belum ada penghuninya dan tidak terawat, papar Ketua KOmisi II DPRD Sukoharjo, Hasman Budiadi ketika melakukan inspeksi mendadak di Rusunawa, Senin (16/1). Menurut dia selain kabel instalasi listrik, beberapa peralatan lainya seperti meteran air minum, atap kanopi dan sejumlah barang lainnya juga hilang. Bukan hanya itu plafon bangunan itu juga banyak yang rusak akibat tak terawat. Komisi II DPRD Sukoharjo dua atau tiga hari lagi akan menemui Kemenpera di Jakarta guna meminta ketegasan Rusunawa Joho, Sukoharjo. Karena beberapa bagian seperti paving block sudah banyak yang pecah, cat dinding pun banyak yang sudah pudar. Sayang kalau ini dibiarkan tanpa kepastian status, tegas dia. Anggota Komisi II lainnya Sunarso mengatakan seluruhnya ada enam blok Rusunawa di Joho, Sukoharjo. Namun dari jumlah itu dua di antaranya sudah ditempati warga. Sedangkan empat blok lainya yang belum ditempati dibiarkan mangkrak. Rusunawa ini seharusnya bisa dipergunakan dan dikelola bagi warga, tapi ternyata dibiarkan tidak karuan seperti ini. Oleh sebab itu secepatnya pemerintah harus melakukan serahterima ke Pemkab supaya bisa di pakai dan jangan sampai dianggap bangunan miliaran rupiah disebut proyek gagal, tandas Sunarso JIBI/SOLOPOS/Iskandar

http://www.solopos.com/2012/sukoharjo/instalasi-listrik-rusunawa-joho-dijarah-maling156343

EKONOMI - PROPERTI Senin, 16 Januari 2012 , 17:41:00

600 Rumah Swadaya akan Dibangun di Serang


JAKARTA - Sekitar 600 unit rumah swadaya akan dibangun Kementerian Perumahan Rakyat di Serang, Provinsi Banten. Rumah swadaya yang dikhususkan untuk masyarakat berpenghasilan rendah itu akan dibangun tahun ini dan akan disalurkan melalui Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS). "Kami berharap Pemda Serang dapat menginventarisasi data serta lokasi pelaksanaan program tersebut di lapangan," kata Deputi Bidang Perumahan Swadaya Kemenpera, Jamil Anshari, Senin (16/1). Kebutuhan perumahan swadaya saat ini sangat besar. Apalagi masyarakat di daerah juga lebih banyak membangun rumahnya secara swadaya dibanding pembangunan perumahan secara formal yang banyak dilaksanakan pengembang. Data Kemenpera menyebutkan, ada permintaan BSPS untuk sekitar 1.600 unit rumah. Namun, pada gelombang pertama BSPS akan dibangun sekitar 600 unit dulu. Sisanya akan dilaksanakan pada gelombang selanjutnya serta menunggu tambahan anggaran dari APBN-P. "Pemda harus menunjuk pejabat khusus minimal eselon III yang menangani masalah perumahan di daerah, harapnya. Keterlibatan Pemda dalam program perumahan swadaya sangatlah penting. Apalagi saat ini masalah perumahan merupakan urusan wajib Pemda. Dalam program ini, menurut Jamil, Pemda juga harus dapat memfasilitasi pembuatan gambar kerja masing-masing rumah serta membentuk kelompok swadaya masyarakat sehingga diketahui secara pasti siapa yang menerima bantuan, kondisi rumah yang akan diperbaiki serta berapa biayanya. "Jumlah bantuan untuk peningkatan kualitas rumah yang dibangun Rp 6 juta per unit rumah. Sedangkan setiap satu tenaga pendamping dari Pemda setidaknya bisa ikut mengawasi serta mendampingi pelaksaksanaan pembangunan 60 rumah. Dengan demikian, Pemda juga ikut bertanggung jawab dalam program ini. Kami berharap program yang dilaksanakan dalam satu desa dapat selesai dalam waktu tiga bulan, tuturnya. (esy/jpnn)

http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=114337

Masyarakat Miskin Menjadi Target Penyaluran Bantuan

Kemenpera Targetkan Pembangunan 600 Rumah Swadaya di Serang


SENIN, 16 JANUARI 2012 23:02 WIB

LENSAINDONESIA.COM: Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) mentargetkan pembangunan sekitar 600 rumah swadaya bagi masyarakat miskin di Serang, Banten. Untuk itu, Kemenpera berharap pemerintah daerah (Pemda) Serang dapat ikut membantu dengan menginventarisasi data serta lokasi pelaksanaan program tersebut di lapangan. Kami (Kemenpera-red) mentargetkan pembangunan 600 rumah swadaya bagi masyarakat miskin di Serang, Banten pada tahun ini, ujar Deputi Bidang Perumahan Swadaya, Jamil Anshari di sela-sela Rapat Kerja Kedeputian Bidang Perumahan Swadaya bertemakan Meningkatkan Pelayanan Perumahan Swadaya Kepada Masyarakat Miskin di Serang, Banten, beberapa waktu lalu. Jamil Anshari mengungkapkan, bantuan perumahan bagi masyarakat miskin tersebut nantinya akan disalurkan melalui Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS). Masyarakat miskin menjadi target penyaluran bantuan karena mereka merupakan orang-orang yang sangat membutuhkan karena tidak memiliki penghasilan tetap sehingga tidak memiliki sisa uang untuk membangun rumahnya. Lebih lanjut, Jamil Anshari menjelaskan, kebutuhan program perumahan swadaya saat ini memang sangat besar. Apalagi masyarakat di daerah juga lebih banyak membangun rumahnya secara swadaya dibandingkan pembangunan perumahan secara formal yang banyak dilaksanakan oleh pengembang. Berdasarkan data yang masuk ke Kemenpera, imbuh Jamil, setidaknya ada permintaan BSPS untuk sekitar 1.600 unit rumah. Namun demikian, pada gelombang pertama BSPS

akan dibangun sekitar 600 unit dulu. Sedangkan sisanya akan dilaksanakan pada gelombang selanjutnya serta menunggu tambahan anggaran dari APBN-P. Kami berharap Pemda setempat juga bisa ikut mendampingi serta melanjutkan program perumahan swadaya di daerah. Selain itu Pemda juga harus menunjuk pejabat khusus minimal eselon III yang menanganai masalah perumahan di daerah, harapnya. Jamil Anshari menerangkan, keterlibatan Pemda dalam program perumahan swadaya sangatlah penting. Apalagi saat ini masalah perumahan merupakan urusan wajib Pemda. Dalam program ini, Pemda juga harus dapat memfasilitasi pembuatan gambar kerja masing-masing rumah serta membentuk kelompok swadaya masyarakat sehingga diketahui secara pasti siapa yang menerima bantuan, kondisi rumah yang akan diperbaiki serta berapa biaya yang dibutuhkan. Adapun jumlah bantuan untuk peningkatan kualitas rumah yang dibangun adalah Rp 6 juta per unit rumah. Setiap satu orang tenaga pendamping dari Pemda setidaknya bisa ikut mengawasi serta mendampingi pelaksaksanaan pembangunan 60 rumah. Dengan demikian, Pemda juga ikut bertanggung jawab dalam program ini. Kami berharap program yang dilaksanakan dalam satu desa dapat selesai dalam waktu tiga bulan, tandasnya. Sementara itu, Kasi Perumahan Swadaya, Formal dan Non formal Dinas Tata Ruang, Bangunan dan Perumahan Kabupaten Serang, Iim Rohimudin menjelaskan, saat ini pihaknya telah memiliki data nama dan alamat calon penerima bantuan perumahan swadaya. Selain itu melalui kelompok swadaya masyarakat yang ada juga telah dilakukan pengambilan gambar foto mengenai kondisi rumah yang rusak. Saat ini, imbuh Iim, pihaknya telah mengajukan Desa Cinangka di Kecamatan Cinangka untuk menjadi salah satu lokasi percontohan untuk program BSPS Tahun Anggaran 2012. Di desa tersebut setidaknya ada sekitar 152 rumah yang akan mendapat bantuan program tersebut. Sebenarnya masyarakat di Desa Cinangka yang membutuhkan bantuan ini masih cukup banyak. Namun setelah di verifikasi baru sekitar 152 rumah yang memenuhi syarat untuk menerima bantuan ini. Kami harap ke depan jumlah penerima program BSPS ini bisa lebih banyak lagi, tambahnya. Hal senada juga disampaikan Kepala Desa Cinangka, Nana Supriatna. Menurutnya masyarakat di desanya banyak yang tergolong masyarakat miskin. Sebagian besar pekerjaan masyarakatnya adalah petani penggarap lahan serta buruh pabrik serta buruh harian. Kami sangat berterimakasih atas perhatian pemerintah dalam pembangunan rumah swdaya di desa ini. Program ini sangat membantu kami mengingat banyak masyarakat

yang bekerja sebagai petani serta buruh harian yang tidak memiliki biaya untuk membangun bahkan memperbaiki rumahnya yang rusak, katanya.ari Editor: Noviyanto

http://www.lensaindonesia.com/2012/01/16/tahun-2012-kemenpera-targetkanpembangunan-600-rumah-swadaya-di-serang.html

Kemenpera Segera Bangun 600 Rumah Swadaya di Serang


Jan 16, 2012 - Rumah.com

RumahCom - Tahun ini, Kemenpera menargetkan pembangunan sekitar 600 rumah swadaya bagi masyarakat miskin di Serang, Banten. Untuk itu, kemenpera mengharapkan Pemda Serang segera menginventarisasi data serta lokasi pelaksanaan program tersebut. Demikian pernyataan Deputi Bidang Perumahan Swadaya, Jamil Anshari di sela-sela Rapat Kerja Kedeputian Bidang Perumahan Swadaya dengan tema Meningkatkan Pelayanan Perumahan Swadaya Kepada Masyarakat Miskin di Serang, Banten, Jumat (13/1). Jamil mengungkapkan, bantuan tersebut nantinya akan disalurkan melalui Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS). Kebutuhan program perumahan swadaya saat ini memang sangat besar. Apalagi masyarakat di daerah lebih banyak membangun rumah secara swadaya, dibanding membeli perumahan lewat pengembang, jelasnya. Berdasarkan data Kemenpera, setidaknya ada permintaan BSPS untuk sekitar 1.600 unit rumah. Namun, pada gelombang pertama BSPS hanya akan membangun sekitar 600 unit. Sedangkan sisanya akan dibangun pada gelombang selanjutnya, sambil menunggu tambahan anggaran dari APBN-P.Kami berharap Pemda setempat juga bisa ikut mendampingi serta melanjutkan program perumahan swadaya di daerah. Selain itu Pemda juga harus menunjuk pejabat khusus, minimal eselon III yang menangani masalah perumahan di daerah, kata Jamil. Jamil Anshari menerangkan, keterlibatan Pemda dalam program perumahan swadaya

sangat penting. Apalagi saat ini masalah perumahan merupakan urusan wajib Pemda. Soal jumlah bantuan, imbuhnya, masing-masing rumah akan menerima sebesar Rp6 juta. Sementara itu, Iim Rohimudin, Kasi Perumahan Swadaya, Formal dan Non formal Dinas Tata Ruang, Bangunan, dan Perumahan Kabupaten Serang menjelaskan, saat ini pihaknya telah memiliki data nama dan alamat calon penerima bantuan perumahan swadaya. Melalui kelompok swadaya masyarakat, telah dilakukan pengambilan foto mengenai kondisi rumahrumah yang rusak, tutur Iim. Kami mengajukan Desa Cinangka di Kecamatan Cinangka untuk menjadi salah satu lokasi percontohan untuk program BSPS tahun ini. Di desa ini setidaknya ada sekitar 152 rumah yang akan mendapat bantuan, kata Iim.Anto Erawan
http://www.rumah.com/berita-properti/2012/1/173/kemenpera-segera-bangun-600-rumah-swadaya-di-serang

Kemenpera Bangun 600 Rumah Warga Miskin di Banten


Tribunnews.com - Senin, 16 Januari 2012 18:21 WIB

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Andri Malau TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) menargetkan pembangunan sekitar 600 rumah swadaya bagi masyarakat miskin di Serang, Banten. Untuk itu, Kemenpera berharap pemerintah daerah (Pemda) Serang dapat ikut membantu dengan menginventarisasi data serta lokasi pelaksanaan program tersebut di lapangan. Kami (Kemenpera) menargetkan pembangunan 600 rumah swadaya bagi masyarakat miskin di Serang, Banten pada tahun ini, ujar Deputi Bidang Perumahan Swadaya, Jamil Anshari, dalam rilis yang diterima Tribunnews.com, Jakarta, Senin (16/1/2012). Bantuan perumahan bagi masyarakat miskin tersebut nantinya akan disalurkan melalui Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS).Berdasarkan data yang masuk ke Kemenpera, setidaknya ada permintaan BSPS untuk sekitar 1.600 unit rumah. Namun demikian, pada gelombang pertama BSPS akan dibangun sekitar 600 unit dulu.Sedangkan sisanya akan dilaksanakan pada gelombang selanjutnya serta menunggu tambahan anggaran dari APBN-P. Kami berharap Pemda setempat juga bisa ikut mendampingi serta melanjutkan program perumahan swadaya di daerah. Selain itu pemda juga harus menunjuk pejabat khusus minimal eselon III yang menanganai masalah perumahan di daerah, harapnya. Jamil Anshari menerangkan, keterlibatan pemda dalam program perumahan swadaya sangatlah penting. Apalagi saat ini masalah perumahan merupakan urusan wajib pemda.Dalam program ini, pemda juga harus dapat memfasilitasi pembuatan gambar kerja masing-masing rumah serta membentuk kelompok swadaya masyarakat sehingga diketahui secara pasti siapa yang menerima bantuan, kondisi rumah yang akan diperbaiki, serta berapa biaya yang dibutuhkan. Adapun jumlah bantuan untuk peningkatan kualitas rumah yang dibangun adalah Rp 6 juta per unit rumah. Setiap satu orang tenaga pendamping dari pemda setidaknya bisa ikut mengawasi serta mendampingi pelaksaksanaan pembangunan 60 rumah. Dengan demikian, pemda juga ikut

bertanggung jawab dalam program ini. Kami berharap program yang dilaksanakan dalam satu desa dapat selesai dalam waktu tiga bulan, tandasnya.

Penulis: Srihandriatmo Malau | Editor: Anwar Sadat Guna

http://www.tribunnews.com/2012/01/16/kemenpera-bangun-600-rumah-warga-miskin-dibanten

Kemenpera Tunda Penyaluran FLPP


Nasional / Jumat, 13 Januari 2012 19:38 WIB

Metrotvnews.com, Jakarta: Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) menunda penyaluran fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) untuk sementara waktu. Pasalnya, masa perjanjian kerja sama operasional (PKO) antara Kementerian Perumahan Rakyat dengan bank-bank penyedia layanan tersebut sudah habis. "Kami menundanya karena masa PKO sudah habis dan menunggu ditekennya PKO baru. Berlakunya PKO kan satu tahun. Desember lalu, PKO 2011 sudah habis masanya," kata Deputi Bidang Pembiayaan Kemenpera Sri Hartoyo, Jumat (13/1). Penghentian sementara itu berlangsung sejak awal hingga akhir Januari. "Saya harap sudah selesai akhir Januari, sehingga akad kredit dapat dilakukan kembali. Saat ini sedang diurus masa PKO baru." Untuk PKO baru itu bakal ada penyesuaian suku bunga kredit. Menurut Hartoyo, tren suku bunga saat ini cenderung turun. Suku bunga FLPP saat ini berkisar antara 8,15%-8,5%. Kemenpera berharap suku bunga untuk PKO baru dapat mencapai 5%-6%. Masa tenor pembayaran FLPP dalam PKO yang baru sama seperti PKO terdahulu yakni 15 tahun. Namun, komposisi antara dana dari pemerintah dan perbankan mengalami perubahan menjadi 50%-50%. Sebelumnya, dana dari komposisi antara pemerintah dan perbankan adalah 60%-40%.(MI/DNI)

http://www.metrotvnews.com/read/news/2012/01/13/78417/Kemenpera-TundaPenyaluran-FLPP/6

16 Januari 2012 | 21:41 wib

Rusunawa Mangkrak, Komisi II Akan Temui Kemenpera


Share

SUKOHARJO, suaramerdeka.com - Komisi II DPRD Sukoharjo akan menemui Kementrian Perumahan Rakyat (Kemenpera) terkait mangkraknya Rusunawa. Sebab sejak selesai dibangun tahun 2008 silam, tidak ada penyerahan pengelolaan dari pusat ke Pemkab Sukoharjo. Akibatnya pengelolaan tidak bisa dilakukan oleh Pemkab. "Bagaimana mau mengelola kalau status tidak jelas. Untuk menganggarkan saja sulit dilakukan karena status masih aset pusat," ujar Ketua Komisi II Hasman Budiadi. Karena itu dalam waktu dekat pihaknya akan segera ke Jakarta untuk kepastiannya. Sebab dari enam blok yang ada, empat blok kosong tidak berpenghuni. Ironisnya kondisinya saat ini sangat parah karena tidak dirawat. Bahkan fasilitas air dan listrik rusak serta hilang karena dicuri. Kabid Aset DPPKAD Setda Sukoharjo Haryadi Sujatmoko mengaku, pihaknya memang kesulitan untuk mengelola rusunawa. "Kami sudah pernah mengirimkan surat ke pusat terkait dengan status ini. Tetapi sampai saat ini tidak ada jawaban," ujarnya. Karena itu pihaknya mendukung jika komisi II DPRD akan ke Jakarta menanyakan hal tersebut.
( Heru Susilo / CN34 / JBSM )

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/01/16/106973/RusunawaMangkrak-Komisi-II-Akan-Temui-Kemenpera

Anda mungkin juga menyukai