Anda di halaman 1dari 11

PREPLANING TERAPI BERMAIN PADA ANAK DENGAN SINDROM NEFROTIK DI RUANG NON INFEKSI C1L2 RSUD DR.

KARIADI SEMARANG

Oleh: NI MADE DWI YUNICA ASTRIANI 010501057

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2010

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar. Anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai makhluk unik yang memiliki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak juga bukan merupakan harta atau kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial ekonomi, melainkan masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan secara individual. Anak adalah individu yang masih tergantung pada orang dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri (Supartini, 2004). Pemenuhan kebutuhan dasar dan belajar mandiri digunakan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak karena setiap individu hidup akan melalui tahapan pertumbuhan dan perkembangan. Selain nutrisi yang tepat yang menunjang perkembangan otak sejak janin hingga usia anak-anak, otak juga membutuhkan makanan dari luar tubuh. Para ahli menunjukkan bahwa bermain adalah makanan otak dari luar tubuh yang efektif menunjang tumbuh kembang anak secara optimal. Bermain merupakan suatu aktifitas untuk memperoleh suatu kesenangan tanpa memikirkan hasil akhir, yang dilakukan secara spontan dan tanpa paksaan dari orang lain untuk memenuhi kepuasan fisik, emosi, sosial dan perkembangan mental sehingga anak dapat mengekspresikan perasaannya. Masa anak sekolah adalah masa anak pertengahan atau masa yang terjadi pada anak usia 6-12 tahun. Pada masa itu adalah waktu yang penuh berisi dengan kegiatan fisik yang luar biasa. Pada perkembangan emosi dan sosial anak sekolah belajar untuk menyelesaikan tugas yang diberikan pada anak, mulai belajar untuk berteman yang pada dasarnya adalah memasuki masa sosialisasi anak. Anak masa sekolah yang harus dirawat dirumah sakit akan mempengaruhi masa perkembangannnya yang artinya mempengaruhi dalam

bersosialisasi dengan temannya. Salah satu cara untuk mengatasi hal itu adalah dengan bermain. Beberapa jenis permainan yang tepat diberikan pada usia sekolah adalah cooperative play yaitu bermain dalam kelompok, berdiskusi dan merencanakan kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dan juga memperoleh tujuan kompetisi. Contoh permainan tersebut antara lain: mainan kartu, pekerjaan tangan, pengumpulan perangko, teka-teki, ular tangga. Pada kesempatan ini kelompok memilih permainan ular tangga. B. TUJUAN 1. Tujuan umum Setelah diajak bermain diharapkan anak dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, 2. Tujuan khusus Setelah mengikuti program bermain selama 30 menit, anak dapat : a. Menyalurkan energi anak b. Dapat beradaptasi dengan efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat c. Mengembangkan aktivitas dan sportivitas anak melalui jenis permainan kompetisi. mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain.

BAB II DESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik sasaran. Karakteristik spesifik anak usia sekolah adalah menunjukkan peningkatan minat pada keterampilan fisik dan keterampilan motorik halusnya, yaitu menunjukkan peningkatkan kemampuan untuk mengungkapkan secara individu dan perhatian khusus seperti menjahit, membuat model dan bemain alat musik. Periode ini dikenal sebagai fase usia sekolah, yaitu anak mempunyai lingkungan lain selain keluarga, terutama sekolah. Anak banyak mengembangkan kemampuan interaksi sosial, belajar tentang nilai moral dan budaya dari lingkungan selain keluarganya. Anak sudah mulai mampu untuk mengambil bagian dalam kelompok, belajar tentang nilai sosial dari kelompok. Masa usia sekolah juga merupakan fase penting dalam pencapaian perkembangan konsep diri, dan keterampilan dasar membaca, menulis, serta berhitung lebih dikuasai. Perkembangan psikoseksual (Freud) anak usia sekolah disebut juga dengan periode laten, dimana anak menggunakan energi fisik dan psikologis yang merupakan media untuk mengeksplorasi pengetahuan dan pengalamannya melalui aktivitas fisik maupun sosialnya. Perkembangan psikososial (Erikson) anak usia sekolah berada pada fase industry versus inferiority dimana anak anak belajar untuk bekerja sama dan bersaing dengan anak lainnya melalui kegiatan yang dilakukan baik dalam kegiatan akademik maupun dalam pergaulan melalui permainan yang dilakukannya bersama. Otonomi mulai berkembang pada anak di fase ini, terutama awal usia 6 tahun, dengan dukungan keluarga terdekat. Terjadinya perubahan fisik, emosi, dan sosial pada anak berpengaruh terhadap gambaran tubuhnya (Body image) (Supartini, 2004).

B. Prinsip bermain menurut teori. 1. 2. 3. 4. 5. Permainan aman. Desain jelas. Berfungsi untuk meningkatkan keadekuatan kemampuan

kompetensi dalam interaksi sosial. Sederhana dan menarik Bentuk umum dan tidak mudah rusak.

C. Karakteristik permainan menurut teori Anak usia sekolah mengalami pertumbuhan fisik yang yang cepat. Tugas perkembangan psikososial anak usia sekolah adalah mulai belajar mengembangkan rasa keadekuatan terhadap kemampuan dan kompetensi pada saat kesempatan untuk belajar dan interaksi sosial bertambah. Prinsip bermain, anak menikmati aktivitas di luar rumah bersama teman sebaya. Permainan cenderung yang saling berhadapan (kompetisi). Ciri khas permainan adalah permainan di luar rumah yang tidak terstruktur. Minat pribadi dan hobi berkembang pada masa ini.

BAB III METODOLOGI BERMAIN

A. DESKRIPSI PERMAINAN Pada saat anak bermain ular tangga, anak berinteraksi dengan lawan mainnya, berdiskusi dan merencanakan sesuatu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan bersama B. TUJUAN PERMAINAN Tujuan permainan ular tangga ini antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. Menumbuhkan sportivitas Mengembangkan kepercayaan diri Mengembangkan koordinasi motorik Mengontrol emoosi, sosialisasi / bergaul Melatih ketrampilan fisik, intelektual fantasi serta terlibat dengan kelompok C. KETRAMPILAN YANG DIPERLUKAN Ketrampilan yang diperlukan dalam melakukan permainan ini adalah anak mampu bekerjasama dengan teman bermainnya dan mampu bersosialisasi dengan teman bermainnya tersebut

D. JENIS PERMAINAN Jenis permainan yang dipilih oleh kelompok adalah permainan ular tangga E. ALAT BERMAIN Alat permainan yang digunakan adalah seperangkat alat permainan ular tangga

F. PROSES BERMAIN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Memberitahukan kepada anak tentang aturan permainan Mempersiapkan alat dan tempat Menempatkan anak pada tikar yang telah disediakan Menjelaskan tujuan dan proses permainan Mengawasi jalannya permainan Memberikan dukungan / suport pada masing masing anak Mengevaluasi kegiatan bermain

G. WAKTU PELAKSANAAN Permainan dilaksanakan pada : Hari, tanggal Waktu Tempat : Senin, 11 Januari 2010 : Jam 10.00 WIB : Ruang C1L2 Non Infeksi RSDK Semarang

H. HAL-HAL YANG PERLU DIWASPADAI 1. 2. 3. Anak jengkel karena gagal berkompetisi dengan teman bermainnya sehingga tidak mau melanjutkan permainan Dadu permainan hilang saat bermain sehingga permainan tidak bisa dilanjutkan Anak terlalu lelah

I. ANTISIPASI UNTUK MEMINIMALKAN HAMBATAN 1. Menjelaskan pada anak bahwa ini hanyalah permainan sehingga tidak perlu mempermasalahkan siapa yang menang dan siapa yang kalah, yang terpenting manfaat permainan yaitu supaya tidak bosan di rumah sakit 2. 3. Mengawasi saat memainkan dadu sehingga dadu dapat terlacak Pelaksanaan tidak terlalu lama

J. PENGORGANISASIAN skema

Keterangan : 1 : pemain : anak N dan anak A 2 : alat permainan 3 : leader : Mufarika

K. SISTEM EVALUASI 1. 2. 3. Anak dapat mengikuit kegiatan dengan baik sampai selesai Anak merasa senang Anak tidak takut lagi terhadap petugas kesehatan

BAB IV PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

A. Tahap Persiapan Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 4 Januari 2010 terhadap klien An. T di ruang non-infeksi C1L2 RSDK Semarang ditemukan masalah kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan pola sosial yang biasa sekunder terhadap hospitalisasi. Hal ini didukung dengan data menurut keterangan ibu klien, klien di rumah biasa bermain dengan teman sebayanya, saat perawat datang klien terlihat malu saat berinteraksi. Perubahan pola sosial akibat hospitalisasi pada anak dapat memberikan dampak adanya rasa cemas, khawatir dan takut pada diri anak. Sehingga sebagai salah satu intervensi yang perlu diberikan adalah terapi bermain, selain untuk mempertahankan kontak periodik perawat-klien juga untuk tetap menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak meskipun dalam perawatan. Maka pre planning kegiatan disusun sekaligus menentukan jenis bermain yang akan dilakukan disesuaikan dengan usia anak yaitu usia sekolah. Jenis permainan yang dipilih adalah bermain ular tangga. Pelaksanaan Kegiatan 1. 2. a. b. dirawat. Tujuan Umum Tujuan Khusus Menyalurkan energi anak. Dapat beradaptasi terhadap stress karena penyakit dan Menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah Tujuan khusus dari terapi bermain ini adalah:

c. d. e. 3.

Mengembangkan

aktifitas

dan

kreativitas

melalui

pengalaman bermain. Untuk melanjutkan tumbuh kembang anak. Mempertahankan dan meningkatkan kreativitas dan Pelaksanaan

imajinasi anak Terapi bermain ini dilakukan pada tanggal Senin, 11 Januari 2010 jam 16.30 WIB bertempat di ruang non-infeksi C1Lt2 RSDK Semarang dengan rangkaian acara sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g. Pembukaan dengan salam, mengingatkan kontrak dan menjelaskan tujuan. Mempersilahkan klien untuk suit lebih dahulu Klien yang menang suit, ia yang memulai permainan Memberikan reinforcement positif kepada klien. Mendampingi dan mengarahkan klien selama bermain. Mengevaluasi hasil bermain. Memberikan reinforcement positif atas keberhasilan klien

menyelesaikan permainan tersebut.

Evaluasi
Evaluasi struktural Sebelum pelaksanaan kegiatan, pre planning telah disiapkan sehari sebelumnya. Evaluasi Proses Rencana pelaksanaan kegiatan sesuai yaitu 30 menit. Klien yang diberikan terapi bermain adalah An. T, 11 tahun, dengan diagnosa sindrom nefrotik, keadaan umum baik., posisi bermain duduk di atas tempat tidur klien. Terapi dapat dilakukan sesuai yang telah direncanakan.. Pengampu melakukan terapi bermain sesuai dengan yang telah direncanakan.

Klien antusias mengikuti terapi bermain ini. Pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Evaluasi hasil Klien dapat menyelesaikan bermain dengan ular tangga D. Faktor Pendukung 1. bermain. 2. Tersedianya media yang cukup memadai yaitu peralatan untuk memainkan game tersebut (ular tangga), sesuai permintaan klien pada saat kontrak awal. Adanya motivasi yang tinggi dari klien untuk mengikuti terapi

Anda mungkin juga menyukai