Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

1. 1.1 Latar Belakang Biokompatibilitas berarti selaras dengan kehidupan dan tidak memiliki efek toksik. (Annusavince, 2004:62). Bahan kedokteran gigi tidak hanya berpengaruh pada pasien selaku konsumen, tetapi berpengaruh pula pada dokter gigi sebagai operator. Oleh karena itu, biokompatibilitas menjadi salah satu faktor pertimbangan dalam pemilihan material. Air raksa atau merkuri merupakan suatu bahan kimia yang diperlukan dan dipakai oleh banyak industri seperti industri cat, pestisida, farmasi serta dipakai sebagai bahan campuran 1996:38). Amalgam sebagai bahan tumpatan gigi geligi terutama gigi bagian posterior masih banyak dipergunakan, baik di dalam maupun di luar negeri karena mempunyai berbagai keuntungan yang tidak dipunyai bahan tumpatan lainnya antara lain: kekuatan menahan daya kunyah, ekonomis, masa kadaluarsa yang panjang, dan teknik manipulasi yang mudah. 1996:38). Dari berbagai kasus seperti peristiwa keracunan di Minamata, tidak dapat dipungkiri bahwa merkuri mempunyai berbagai efek toksik. Karena itu, ada anggapan bahwa amalgam berbahaya bagi kesehatan tubuh pasien. Merkuri dalam keadaan bebas sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat meracuni tubuh oleh karena itu merkuri di dalam amalgam dianggap berbahaya. Bahaya merkuri tidak hanya mengancam kesehatan pasien tetapi juga dokter gigi itu sendiri, uap merkuri yang terhirup pada saat mengaduk amalgam dapat menimbulkan efek toksik kumulatif. Tentu saja, amalgam sebagai material yang mengandung merkuri tidak lepas dari kemungkinan untuk menimbulkan efek efek negatif pada pasien (Yusuf, tumpatan gigi yaitu amalgam. (Yusuf,

maupun dokter gigi, 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 1.2.2


1.2.3 1.2.4 1.2.5

Bagaimanakah mekanisme pelepasan merkuri pada tumpatan amalgam ? Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan merkuri pada tumpatan amalgam ? Apa saja efek toksik amalgam secara lokal ? Apa saja efek toksik amalgam secara sistemik ? Bagaimanakah efek karsinogenik dan mutagenik yang ditimbulkan amalgam ? Bagaimanakah efek alergi yang ditimbulkan amalgam ? Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan :

1.2.6

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 1.3.2 1.3.3 1.3.4 1.3.5 1.3.6 Mekanisme pelepasan merkuri pada tumpatan amalgam. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan merkuri pada tumpatan amalgam. Efek toksik amalgam secara lokal. Efek toksik amalgam secara sistemik. Efek karsinogenik dan efek mutagenik yang ditimbulkan amalgam. Efek alergi yang ditimbulkan amalgam. Melalui penelitian ini, diharapkan pembaca semakin memahami efek toksik amalgam. Pada penelitian ini, diungkapkan mengenai efek toksik amalgam terhadap bagian-bagian tubuh tertentu. Dengan mengetahui efek-efek negatif tersebut, pembaca dapat lebih berhati-hati dalam memilih perawatan gigi yang akan dilakukan.

1.4 Manfaat Penelitian

BAB II Landasan Teori


2.
2.1

Penelitian Sebelumnya Toksisitas adalah salah satu perhatian utama dalam masalah biokompatibilitas amalgam. Armilia menyatakan bahwa toksisitas amalgam hingga saat ini masih menjadi perdebatan. Ada kemungkinan bahwa merkuri yang terlepas dari restorasi amalgam dapat membahayakan kesehatan pasien. Masih ada anggapan bahwa toksisitas merkuri dari restorasi amalgam merupakan penyebab beberapa penyakit yang tidak terdiagnosis. (Armilia, 2008) Kupsinel menyatakan bahwa komponen yang paling berbahaya dalam amalgam adalah merkuri. Merkuri memiliki berbagai efek toksik bagi manusia. Reaksi toksik amalgam pada pasien mungkin disebabkan oleh penetrasi merkuri atau alergi terhadap ion-ion Hg yang dilepaskan dari permukaan amalgam. (Kupsinel, 2000)

2.2 2.2.1

Teori yang Digunakan Komposisi Amalgam American Dental Association (ADA) Spesification No. 1 mengharuskan agar logam campur amalgam mempunyai kandungan utama dari perak dan timah. Sedangkan unsur-unsur lain seperti tembaga, seng, emas, dan merkuri dalam jumlah yang tidak ditentukan, dibolehkan ada dalam konsentrasi kurang daripada konsentrasi perak atau timah. (Anusavice, 2004:302).

2.2.2

Reaksi Setting Amalgam Pada saat amalgam setting, terjadi reaksi antara Ag-Sn alloy dengan merkuri, dimana Ag-Sn larut ke dalam merkuri sehingga membentuk 2 fase baru yang solid, pada temperatur kamar. (Craig dan Powers, 2002 : 203).

Reaksi setting amalgam dapat dituliskan sebagai berikut :

Saat merkuri membasahi permukaan partikel, akan terjadi proses amalgamasi. Amalgamasi atau triturasi adalah proses di mana merkuri berdifusi ke fase partikel alloy dan bereaksi dengan perak (Ag) dan timah (Sn) membentuk senyawa variasi tergantung dari komposisi alloy yang digunakan. Senyawa perak merkuri disebut fase 1 (Ag2Hg3). Senyawa timah merkuri disebut fase 2 (Sn7-8Hg). (Van Noort, 2002 : 356). Pada saat mulai pembentukan fase 2 dan fase 1 maka amalgam relative lunak dan mudah untuk dikondensasi dan diukir. Semakin banyak fase 1 dan 2 terbentuk, maka amalgam menjadi semakin keras dan kuat sehingga tidak dapat dikondensasi dan diukir. (Craig dan Powers, 2002 : 203). 2.2.3 Sifat Fisik Amalgam Sifat fisik meliputi : a. Kekuatan tekanan Amalgam memiliki kekuatan tekan yang terbesar diantara bahan tumoatan lain. Amalgam yang mengandung merkuri paling sedikit memiliki kekuatan tekan yang paling besar. Hal ini akan memberikan keuntungan untuk mengurangi kemungkinan fraktur saat diaplikasikan ke pasien saat terjadi tekanan oklusal yang tinggi. b. Kekuatan tegangan

Kekuatan tegangan merupakan bagian dari kekuatan tekanan. Amalgam yang memiliki kekuatan tegangan yang tinggi dapat menghindari fraktur saat terjadi bitting forces. c. Keracunan Hg merupakan zat yang bersifat toksik. Hg dapat terjadi penetrasi ke dalam struktur gigi sehingga gigi mengalami diskolorasi dan dapat sampai ke pulpa.

BAB IV Metode Penelitian


3.
3.1

Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif. Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan lalu dinyatakan dalam bentuk katakata, kata-kata disusun dalam kalimat. Pendekatan kualitatif diambil agar data dari objek penelitian dapat digali sebanyak mungkin dan tidak terjadi pelebaran objek penelitian.

3.2

Sumber Data Sumber data penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan kepustakaan dengan cara menelusuri literatur yang berhubungan dengan toksisitas amalgam.

3.3

Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode pustaka. Data dikumpulkan dari buku pribadi peneliti, buku koleksi perpustakaan Fakuktas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya, dan jurnal ilmiah yang diperoleh dari internet.

3.4

Teknik Analisis Data Setelah data penelitian terkumpul, maka data akan dipilah, dianalisis, dan diinterprestasikan sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang objektif dari suatu penelitian. Pada penelitian ini, pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dengan cara mengkaji sumber pustaka.

Bab IV Hasil dan Pembahasan


4.1 Mekanisme Pelepasan Merkuri pada Tumpatan Amalgam Uap merkuri dilepaskan selama penempatan, kondensasi, dan pengukiran amalgam. Pelepasan merkuri dari tumpatan gigi dapat terjadi saat penempatan tumpatan gigi, pemolesan tumpatan, pengurangan tumpatan, pembuangan tumpatan, kondensasi tumpatan, dan pengunyahan. Uap merkuri dapat meningkat jika alloy mengandung perak lebih sedikit dalam komposisinya. Jumlah merkuri yang dipanaskan berbanding lurus dengan daerah permukaan yang terpapar dengan amalgam, tetapi perbandingan ini akan berkurang jika menggunakan alloy high copper. Lepasnya merkuri dari amalgam dalam mulut disebabkan oleh evaporasi dan disolusi. Evaporasi adalah proses menguapnya merkuri yang secara langsung terhisap masuk ke dalam paru-paru. Disolusi adalah proses menguapnya merkuri karena proses oksidasi, kemudian larut dalam cairan mulut masuk ke dalam saluran pencernaan. Amalgam melepaskan merkuri dari fase-fase yang mengandung banyak merkuri dan dapat ditemukan dalam bentuk atomik, merkuri dapat mengalami evaporasi dari fase gamma 1 (Ag2Hg3) langsung ke dalam atmosfer. Perbedaan penting antara evaporasi kering dan disolusi karena tekanan uap dapat dilihat pada tahap akhir dimana fraksi disolusi merkuri atomik yang lepas saat dalam bentuk evaporasi mengalami oksidasi sehingga menjadi bentuk yang non evaporasi. Evaporasi merkuri kering secara langsung dapat diamati dari efisiensi absorbsi uap merkuri dalam paru-paru sedangkan disolusi merkuri dapat diamati dari absorbsi ion Hg dalam saluran pencernaan makanan. Efek merkuri muncul karena sifat tekanan uap merkuri yang tinggi sehingga terjadi penguapan pada temperatur rongga mulut. Hal ini mengakibatkan resiko terkontaminasi merkuri tinggi. Merkuri dan komponen tumpatan lainnya dapat dilepaskan ke dalam jaringan yang berdekatan dengan amalgam termasuk gingiva, dentin, dan pulpa.

4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelepasan Merkuri pada Tumpatan

Amalgam Pelepasan merkuri pada tumpatan amalgam dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : 4.2.1 Penempatan Amalgam Uap merkuri dilepaskan selama penempatan/insersi amalgam ke dalam kavitas. Banyaknya merkuri yang dilepaskan dapat diukur dari udara yang dikeluarkan selama bernapas dan saliva. 4.2.2 Kondensasi Kondensasi dengan tangan dapat menghasilkan tingkat uap merkuri diatas 300 g/m, sementara kondensasi mekanis dapat menyebabkan nilai tersebut lebih tinggi dua kali lipat. 4.2.3 Pembongkaran / Pembuangan Amalgam Uap merkuri dilepaskan selama pembongkaran / pembuangan amalgam. Konsentrasi uap merkuri yang meningkat terjadi dalam rongga mulut dan udara pernapasan pasien dan operator selama pembongkaran/pembuangan tumpatan amalgam yang lama. 4.2.4 Selama Penggunaan Tumpatan Merkuri selalu lepas selama adanya tumpatan, mula-mula dalam bentuk uap, ion, dan partikel. Mengunyah makanan atau permen karet, menyikat gigi, dan minum cairan panas memicu pelepasan merkuri. 4.2.5 Pengunyahan Sebagian kecil merkuri dilepaskan pada saat mengunyah makanan. Uap merkuri elemental keluar dari tumpatan amalgam selama mengunyah, menyikat, dan makan makanan pedas atau asam.
4.2.6

Menyikat Gigi

Menyikat gigi menyebabkan pelepasan merkuri yang lebih tinggi daripada pengunyahan. Nilai pelepasan merkuri lebih tinggi pada amalgam konvensional daripada amalgam high copper. 4.2.7 Usia Amalgam dan Tipe Amalgam Usia amalgam dan tipe amalgam mempengaruhi luasnya pelepasan uap merkuri yang tidak tetap.

4.2.8

Komposisi Alloy

Kandungan/konsentrasi timah dalam fase matriks 1 amalgam adalah faktor penentu utama kecepatan penguapan merkuri dari amalgam setelah abrasi. 4.2.9 Korosi Korosi merupakan kejadian pengrusakan logam atau logam campur karena bereaksi secara kimia dengan lingkungan sekitarnya. Alloy amalgam konvensional yang terdiri atas logam perak, timah, tembaga, seng, mempunyai struktur heterogen karena setelah dicampur dengan merkuri akan terjadi 3 fase padat yang strukturnya berbeda. Pembasahan oleh larutan sodium chloride dan/atau asam lemah memungkinkan terjadinya korosi amalgam. Akibatnya merkuri metalik akan dilepaskan dalam rongga mulut.
4.3 Efek Toksik Amalgam Secara Lokal

Secara lokal, amalgam dapat menimbulkan efek negatif bagi jaringan sekitarnya. Efek tersebut antara lain : toksisitas in vitro, reaksi pulpa, dan reaksi mukosa rongga mulut. 4.3.1 Toksisitas In Vitro Pada kultur jaringan fibrous manusia, galium memiliki toksisitas yang paling rendah. Sedangkan tembaga dan seng memiliki toksisitas in vitro yang lebih tinggi dibanding merkuri. Merkuri hanya akan menimbulkan efek toksik apabila tidak bereaksi dengan baik pada proses amalgamasi. Pada dasarnya, tubuh manusia memiliki mekanisme tersendiri untuk mempertahankan homeostasisnya terhadap amalgam. Semua partikel amalgam, kecuali partikel fase 2 dapat dfagosit oleh makrofag. 4.3.2 Reaksi Pulpa Reaksi pulpa akan segera terjadi setelah aplikasi amalgam pada kavitas yang dalam dengan ketebalan sisa dentin kurang dari 0,5 mm. Reaksi yang mungkin timbul antara lain : berkurangnya

jumlah odontoblast, kematian odontoblast, pelebaran pembuluh darah kapiler, dan infiltrasi sel inflamasi pada lapisan odontoblast. 4.3.3 Reaksi Mukosa Rongga Mulut Pada mukosa ronbgga mulut, reaksi lokal yang timbul adalah munculnya amalgam tatto akibat terjebaknya komponen amalgam dalam jaringan mulut. Amalgam tattoo tampak sebaagi makula atau pigmentasi biru atau hitam atau abu-abu yang sedikit menonjol di sekitar tumpatan amalgam. Amalgam tattoo dapat muncul karena adanya merkuri bebas pada lapisan permukaan tumpatan amalgam. Merkuri bebas ini kemungkinan masuk pada saat pengaplikasian amalgam pada rongga mulut, partikel amalgam tidak sengaja masuk ke mukosa.
4.4 Efek Toksik Amalgam Secara Sistemik

Efek toksik amalgam sangat luas. Amalgam tidak hanya mengakibatkan efek lokal, tetapi juga efek sistemik pada tubuh manusia. Merkuri dapat menembus sawar darah otak dan sawar plasenta. Merkuri dapat ditemukan pada daerah fetus dan cairan amnion dua hari setelah insersi amalgam. Merkuri mudah larut dalam lemak sehingga mudah melewati membran sel dan blood brain barrier atau plasenta barrier. Setelah menembus blood brain barrier maka merkuri akan terakumulasi dalam otak sedangkan yang menembus plasenta barrier akan dideposit di organ janin yang berpotensi merusak pertumbuhan dan perkembangan janin. Merkuri juga dapat ditemukan pada ASI (air susu ibu). Namun, jumlah merkuri pada ASI lebih rendah daripada jumlah merkuri pada susu formula dan susu sapi. Efek sistemik lain yang juga dijumpai adalah disfungsi fertilitas. Konsentrasi merkuri memiliki hubungan terhadap reproduksi.
4.5 Efek Karsinogenik dan Mutagenik yang Ditimbulkan Amalgam

Ada anggapan yang beredar di masyarakat bahwa amalgam memiliki efek mutagenik. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Sampai saat ini, tidak ada penelitian yang menunjukkan hubungan antara paparan merkuri dan kanker.

Walaupun amalgam diduga tidak memilik efek karsinogenik, namun amalgam memiliki efek mutagenik. Merkuri metalik dan merkuri organik pada hewan dan manusia menyebabkan kerusakan kromosom. Merkuri adalah agen aktivasi gelendong mitosis yang berkaitan dengan reproduksi seluler. 4.6 Efek Alergi Amalgam Reaksi alergi terhadap amalgam jarang terjadi karena persentase merkuri dalam amalgam cukup kecil. Respon alergi pada amalgam termasuk reaksi hipersensitivitas tipe IV. Reaksi hipersensitivitas tipe IV yang disebut juga reaksi cepat, merupakan reaksi antigen-antibodi. Reaksi cepat diitandai dengan rasa gatal, bersin, kesulitan bernapas, pembengkakan, dll. Beberapa manifestasi reaksi alergi yang dapat ditemui adalah lesi kulit eksternal dan oral lichenplanus Lesi kulit eksternal biasanya berupa urtikaria rush pada tungkai. Oral lichenplanus tampak sebagai daerah erosi pada lidah atau mukosa bukal di sekitar tumpatan amalgam.

Bab V Penutup
5.1 Simpulan Amalgam adalah salah satu bahan tumpatan gigi yang paling sering digunakan. Dalam penggunaannya, amalgam perlu ditriturasi menggunakan merkuri. Merkuri memiliki berbagai dampak negatif bagi tubuh, antara lain : reaksi alergi, reaksi pulpa, reaksi mukosa seperti amalgam tattoo, dan efek sistemik lain. Selain itu, juga ada dugaan mengenai efek karsinogenik, efek mutagenik, dan neurotoksisitas yang belum terbukti. Pendapat para ahli mengenai toksisitas amalgam terbagi menjadi dua kubu. Kubu pertama menyatakan bahwa merkuri yang dilepaskan dari tumpatan amalgam sangat sedikit, sehingga tubuh masih bisa mentoleransi efek negatif tersebut. Sedangkan kubu kedua menyatakan bahwa merkuri pada tumpatan amalgam dilepaskan terus menerus dalam jumlah kecil sehingga terjadi akumulasi merkuri yang menyebabkan timbulnya efek negatif. Sampai saat ini, efek toksik merkuri pada amalgam masih diperdebatkan. Walaupun beberapa efek toksik yang sudah terbukti seperti amalgam tattoo, reaksi pulpa, dan sebagainya menjadi sorotan utama, tetapi penelitian lebih lanjut mengenai efek karsinogenik dan efek mutagenik masih perlu dilanjutkan. 5.2 Implikasi Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa amalgam memang memiliki beberapa efek negatif. Namun, tidak dapat dipungkiri pula bahwa amalgam masih merupakan bahan restorasi yang praktis dan efisien. Dokter gigi perlu menyadari kelebihan dan kekurangan bahan restorasi amalgam ini,terutama kekurangan yang menyangkut efek toksik amalgam. Kesadaran ini diperlukan agar dokter gigi dapat melakukan pemilihan bahan yang maksimal dan sesuai dengan kondisi maupun kebutuhan pasien.

Anda mungkin juga menyukai