Anda di halaman 1dari 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Bukan sesuatu yang baru lagi bahwa dunia kita sedang menghadapi krisis kependudukan. Saat kita membicarakan mengenai pembangunan maka tidak terlepas dari masalah kependudukan. Namun yang paling merisaukan pada negara-negara berkembang terutama adalah tingginya tingkat fertilitas. Tidak dapat dipungkiri, dalam setiap masyarakat yang sedang berkembang, fertilitas merupakan masalah pelik yang harus dihadapi. Pertambahan jumlah penduduk pada gilirannya akan memaksa masyarakat untuk berubah dan berusaha untuk menghadapinya dengan pilihan-pilihan yang ada. Tidak diragukan lagi, bahwa tingkat fertilitas bergantung dengan dengan banyak faktor dan variabel. Perkembangan penduduk yang pesat antara lain disebabkan oleh pengendalian kematian yang semakin berhasil, yang tidak diimbangi dengan pengendalian kelahiran. Fertilitas suatu populasi dapat dilihat sebagai akibat dari berbagai tindakan dan keputusan individu, yang dibuat dalam kerangka untuk mengatasi tekanan biologis dan tekanan lingkungan yang dihadapi oleh individu. Dengan demikian, fertilitas merupakan pilihan yang diambil secara sadar oleh individu yang disesuaikan dengan kebutuhan dirinya dan lingkungannya. Promosi Keluarga Berencana merupakan tanggapan praktis utama dalam menghadapi masalah kependudukan. Terdapat minat dan usaha yang luar biasa dalam program Keluarga Berencana ini, walaupun seperti yang kita ketahui bahwa masalah ini seharusnya adalah sebuah privacy kini cepat sekali berubah menjadi masalah umum. Dan tentu saja hal ini tak terlepas dari masalah perkawinan, dimana fertilitas menunjukkan jumlah anak lahir hidup, ikatan perkawinan atau ikatan seksual, usia pada waktu kawin umumnya relatif rendah di negara-negara yang sedang berkembang, yang berarti proporsi yang besar dari seluruh usia subur (usia reproduksi) dilewatkan dalam perkawinan.
[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 oleh Vini Aristianti (04081002049)] | 1

1.2.

Tujuan Tujuan pengkajian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis variabel-variabel terkait fertilitas pada kota Palembang Tahun 2010.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

Fertilitas Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau kelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk. Istilah fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tandatanda kehidupan; misalnya berteriak, bernafas, jantung berdenyut, dan sebagainya (Mantra, 2003:145). Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia dapat melahirkan lebih dari seorang bayi. Disamping itu seorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya seorang perempuan yang telah melahirkan seorang anak tidak berarti resiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun. Masalah yang lain yang dijumpai dalam pengukuran fertilitas adalah tidak semua perempuan mengalami resiko melahirkan karena ada kemungkinan beberapa dari mereka tidak mendapat pasangan untuk berumah tangga. Juga ada beberapa perempuan yang bercerai, menjanda. Memperhatikan masalah-masalah diatas, terdapat variasi pengukuran fertilitas yang dapat diterapkan, dan masing-masing mempunyai keuntungan dan kelemahan. Ukuran-ukuran fertilitas tahunan meliputi: tingkat fertilitas kasar (Crude Birth Rate), tingkat fertilitas umum (General Fertility Rate), tingkat fertilitas menurut umur (Age Specific Fertily Rate) dan tingkat fertilitas menurut ukuran kelahiran (Birth Order Specific Fertily Rates). Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor demografi dan faktor non demografi. Faktor demografi di antaranya adalah sturktur umur, struktur perkawinan, umur kawin pertama, paritas, disrupsi perkawinan, dan proporsi yang kawin.

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

Sedangkan faktor non demografi antara lain, keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status perempuan, urbanisasi dan indstrialisasi. Variabel-variabel di atas dapat berpengaruh secara langsung terhadap fertilitas, ada juga berpengaruh tidak langsung. Davis dan Blake (1956) menyebutkan 11 variabel antara yang dikelompokkan sebagai berikut:
1. Umur memulai hubungan kelamin. 2. Selibet permanen, yaitu lama proporsi wanita yang tidak pernah

melakukan hubungan kelamin.


3. Lamanya masa reproduksi yang hilang karena, a. Perceraian, perpisahan, atau ditinggal pergi oleh suami. b. Suami meninggal dunia. 4. Abstinensi sukarela. 5. Abstinensi karena terpaksa. 6. Frekuensi hubungan seks. 7. Kesuburan dan kemandulan biologis. 8. Menggunakan atau tidaknya menggunakan alat-alat kontrasepsi. 9. Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor

disengaja, misalnya sterilisasi.


10. Kematian janin karena faktor-faktor yang tidak disengaja. 11. Kematian janin karena faktor-faktor yang disengaja.

Memperhatikan kompleksnya pengukuran terhadap fertilitas tersebut, maka memungkinkan pengukuran terhadap fertilitas ini dilakukan dengan dua macam pendekatan : pertama, Pengukuran Fertilitas Tahunan (Yearly Performance) dan kedua, Pengukuran Fertilitas Kumulatif (Reproductive History). 1. Yearly Performance (current fertility) Mencerminkan fertilitas dari suatu kelompok penduduk / berbagai kelompok penduduk untuk jangka waktu satu tahun. Yearly Performance terdiri dari :
[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 oleh Vini Aristianti (04081002049)] | 4

a. Angka Kelahiran Kasar atau Crude Birth Ratio (CBR) Angka Kelahiran Kasar dapat diartikan sebagai banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Atau dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut : CBR = Dimana : CBR : Crude Birth Rate atau Angka Kelahiran Kasar Pm : Penduduk pertengahan tahun k : Bilangan konstan yang biasanya 1.000 B : Jumlah kelahiran pada tahun tertentu Kebaikan dari perhitungan CBR ini adalah perhitungan ini sederhana, karena hanya memerlukan keterangan tentang jumlah anak yang dilahirkan dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Sedangkan kelemahan dari perhitungan CBR ini adalah tidak memisahkan penduduk laki-laki dan penduduk perempuan
yang masih kanak-kanak dan yang berumur 50 tahun keatas. Jadi angka yang dihasilkan sangat kasar.

xk

b. Angka Kelahiran Umum atau General Fertility Rate (GFR) Angka Kelahiran Umum adalah banyaknya kelahiran tiap seribu wanita yang berumur 15-49 tahun atau 15-44 tahun. Dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut : GFR = Dimana : GFR : Tingkat Fertilitas Umum B : Jumlah kelahiran Pf (15-49) : Jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun pada pertengahan Tahun Kebaikan dari perhitungan GFR ini adalah perhitungan ini lebih cermat daripada CBR karena hanya memasukkan wanita
[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 oleh Vini Aristianti (04081002049)] | 5

xk

yang berumur 15-49 tahun atau sebagai penduduk yang exposed to risk. Kelemahan dari perhitungan GFR ini adalah tidak membedakan risiko melahirkan dari berbagai kelompok umur, sehingga wanita yang berumur 40 tahun dianggap mempunyai risiko melahirkan yang sama besarnya dengan wanita yang berumur 25 tahun. c. Angka Kelahiran menurut Kelompok Umur atau Age Specific Fertility Rate (ASFR) Terdapat variasi mengenai besar kecilnya kelahiran antar kelompok penduduk tertentu, karena tingkat fertilitas penduduk ini dapat pula dibedakan menurut: jenis kelamin, umur, status perkawinan, atau kelompok-kelompok penduduk yang lain. Diantara kelompok perempuan usia reproduksi (15-49) terdapat variasi kemampuan melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas perempuan pada tiap-tiap kelompok umur Age Specific Fertility Rate (ASFR). Sehingga, ASFR dapat diartikan sebagai banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada kelompok umur tertentu, dengan rumus sebagai berikut: ASFRi = Dimana: ASFR : Age Specific Fertility Rate Bi : Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i Pfi : Jumlah perempuan kelompok umur i pada pertengahan tahun k : Angka konstanta 1.000 Kebaikan dari perhitungan ASFR ini adalah perhitungan ini lebih cermat dari GFR Karena sudah membagi penduduk yang exposed to risk ke dalam berbagai kelompok umur. Dengan ASFR dimungkinkan pembuatan analisis perbedaan fertilitas (current fertility) menurut berbagai karakteristik wanita. Dengan ASFR dimungkinkan dilakukannya studi fertilitas menurut kohor. ASFR
[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 oleh Vini Aristianti (04081002049)] | 6

xk

ini merupakan dasar untuk perhitungan ukuran fertilitas dan reproduksi selanjutnya (TFR, GRR, dan NRR). Kelemahan dari perhitungan ASFR ini adalah membutuhkan data yang terinci yaitu banyaknya kelahiran untuk kelompok umur. Sedangkan data tersebut belum tentu ada di tiap negara/daerah, terutama di negara yang sedang berkembang. Jadi pada kenyataannya sukar sekali mendapat ukuran ASFR. Kemudian pada perhitungan ini tidak menunjukkan ukuran fertilitas untuk keseluruhan wanita umur 15-49 tahun. d. Angka Kelahiran Total atau Total Fertility Rate (TFR) Tingkat Fertilitas Total didefenisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki-laki dan perempuan tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya dengan catatan: 1. Tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya 2. Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu. Tingkat Fertilitas Total menggambarkan riwayat fertilitas dari sejumlah perempuan hipotesis selama masa reproduksinya. Dalam praktek Tingkat Fertilitas Total dikerjakan dengan menjumlahkan tingkat fertilitas perempuan menurut umur, apabila umur tersebut berjenjang lima tahunan, dengan asumsi bahwa tingkat fertilitas menurut umur tunggal sama dengan rata-rata tingkat fertilitas kelompok umur lima tahunan. Maka rumus dari Tingkat Fertilitas Total atau TFR adalah sebagai berikut : TFR = 5 Dimana: ASFR = Angka kelahiran menurut kelompok umur. i = Kelompok umur 5 tahunan, dimulai dari 15-19. Kebaikan dari perhitungan TFR ini adalah TFR merupakan ukuran untuk seluruh wanita usia 15-49 tahun, yang dihitung
[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 oleh Vini Aristianti (04081002049)] | 7

(i = 1,2,..)

berdasarkan angka kelahiran menurut kelompok umur (Hatmadji, 2004 :63). 2. Reproductive History (cummulative fertility) a. Children Ever Born (CEB) atau jumlah anak yang pernah dilahirkan CEB mencerminkan banyaknya kelahiran sekelompok atau beberapa wanita selama reproduksinya; dan disebut juga paritas. Kebaikan dari perhitungan CEB ini adalah mudah didapatkan informasinya (di sensus dan survey) dan tidak ada referensi waktu. Kemudian kelemahan dari perhitungan ini adalah angka paritas menurut kelompok umur akan mengalami kesalahan karena kesalahan pelaporan umur penduduk, terutama di negara sedang berkembang. Kemudian ada kecenderungan semakin tua semakin besar kemungkinannya melupakan jumlah anak yang dilahirkan. Dan kelemahannya fertilitas wanita yang telah meninggal dianggap sama dengan yang masih hidup. b. Child Woman Ratio (CWR) CWR adalah hubungan dalam bentuk ratio antara jumlah anak di bawah 5 tahun dan jumlah penduduk wanita usia reproduksi. Kebaikan dari perhitungan CWR ini adalah untuk mendapatkan data yang diperlukan tidak perlu membuat pertanyaan khusus dan berguna untuk indikasi fertilitas di daerah kecil sebab di Negara yang registrasinya cukup baik pun, statistik kelahiran tidak ditabulasikan untuk daerah yang kecil-kecil. Kelemahan dari CWR ada tiga, pertama langsung dipengaruhi oleh kekurangan pelaporan tentang anak, yang sering terjadi di Negara sedang berkembang. Walaupun kekurangan pelaporan juga terjadi di kelompok ibunya namun secara relatif kekurangan pelaporan pada anak-anak jauh lebih besar. Kedua,
dipengaruhi oleh tingkat mortalitas, dimana tingkat mortalitas anak,
[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 oleh Vini Aristianti (04081002049)] | 8

khususnya di bawah satu tahun juga lebih besar dari orang tua, sehingga CWR selalu lebih kecil daripada tingkat fertilitas yang seharusnya. Ketiga, tidak memperhitungkan distribusi umur dari penduduk wanita.

Ada berbagai macam teori yang menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas. Teori tentang fertilitas tersebut dirumuskan dari berbagai disiplin seperti sosiologi salah satunya menurut Freedman variabel antara yang mempengaruhi langsung terhadap fertilitas pada dasarnya juga dipengaruhi oleh norma-norma yang berlaku di suatu masyarakat. Ekonomi salah satunya menurut Leibenstein anak dilihat dari dua aspek yaitu aspek kegunaannya (utility) dan aspek biaya (cost), menurut Becker anak dari sisi ekonomi pada dasarnya dapat dianggap sebagai barang konsumsi (a consumption good, consumers durable) yang memberikan suatu kepuasan (utility) tertentu bagi orang tua. Secara ekonomi, fertilitas dipengaruhi oleh pendapatan keluarga, biaya memiliki anak dan selera. Meningkatnya pendapatan (income) dapat meningkatkan permintaan terhadap anak. Ada juga teori fertilitas dari disiplin ilmu psikologi dan anthropologi. BAB III PEMBAHASAN 2.1. Temuan Lapangan A. Profil Kota Palembang Tahun 2010 Kota Palembang terletak antara 25235 LS dan 10437 10452 BT merupakan daerah tropis dengan angin lembab nisbi, suhu cukup panas antara 23,4C-31,7C dengan curah hujan terbanyak pada bulan April sebanyak 338 mm, minimal pada bulan September dengan curah hujan 10 mm. Kota Palembang adalah ibukota propinsi Sumatera Selatan yang mempunyai luas wilayah 400,61 km dengan jumlah

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

penduduk 1.455.284 jiwa, yang berarti setiap km dihuni oleh 3.632 jiwa (Profil Kota Palembang tahun 2010). Tabel. 2.1.1 Jumlah Penduduk Kota Palembang Tahun 2006 2010 No 1 2 3 4 5 Kepadatan Penduduk Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) (Jiwa/Km) 2006 2007 2008 2009 2010 1.394.322 1.405.720 1.417.047 1.438.938 1.455.284 3.480 3.509 3.537 3.592 3.632

Sumber: Kantor Statistik Kota Palembang

Dari tabel 2.1.1. diatas tampak bahwa jumlah penduduk kota palembang terus meningkat setiap tahunnya dari tahun 2006 sebesar 1.394.322 jiwa menjadi 1.455.284 jiwa pada tahun 2010. Berdasarkan hasil pendataan oleh BPS Kota Palembang, maka terjadi sedikit peningkatan jumlah penduduk bila dibandingkan dengan tahun 2009. Penyebaran penduduk di wilayah Kota Palembang tidak begitu merata, bila dilihat dari jumlah penduduk per kecamatan dimana kecamatan yang terbanyak penduduknya adalah Kecamatan Seberang Ulu I dengan jumlah penduduk 162.744 jiwa, sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Sematang Borang dengan jumlah penduduk 32.207 jiwa. Kota Palembang mempunyai luas wilayah 400,61 Km dengan jumlah penduduk 1.455.284 jiwa yang berarti tiap km dihuni oleh 3.632 jiwa penduduk, bila dibandingkan dengan tahun lalu (2009) dimana angka kepadatan penduduk adalah 3.592 jiwa tiap km, maka telah terjadi peningkatan kepadatan penduduk di kota Palembang. Tabel 2.1.2 Piramida Penduduk Kota Palembang Tahun 2010 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

No.

Kelompok Umur

Total
10

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

04 59 1014 1519 2024 2529 3034 3539 4044 4549 5054 5559 6064 6569 7074 75 + TT TOTAL

70,920 70,368 66,964 69,802 76,436 71,710 60,697 52,218 46,739 40,558 35,776 26,605 14,936 10,756 7,114 6,198 499 728,296

66,628 65,695 63,237 71,868 77,885 69,810 58,811 53,245 48,876 42,812 35,559 24,334 16,186 12,253 9,179 10,301 309 726,988

137,548 136,063 130,201 141,670 154,321 141,520 119,508 105,463 95,615 83,370 71,335 50,939 31,122 23,009 16,293 16,499 808 1,455,284

Sumber : sensus penduduk tahun 2010

Dari tabel diatas terlihat bahwa total penduduk kota palembang pada tahun 2010 meningkat menjadi 1.455.284 jiwa, dengan jumlah penduduk lakilaki sebesar 728.296 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 726.988 jiwa. Dari tabel ini dapat dilihat bahwa bentuk piramida penduduk kota palembang tahun 2010 adalah ekspansif dimana jumlah penduduk muda lebih banyak. Jika angka kelahiran atau fertilitas tidak dikendalikan hal ini akan membuat angka beban tanggungan kota palembang menjadi semakin tinggi dan tentu saja tidak baik bagi perekonomian kota palembang. B. Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 Hasil Sensus Penduduk, SDKI dan Supas menunjukkan penurunan tingkat fertilitas dari wanita usia subur (TFR) dari waktu ke waktu. Usia 15-49 tahun merupakan usia subur bagi seorang wanita karena pada rentang usia tersebut kemungkinan wanita untuk melahirkan anak cukup besar. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 1980 TFR di Sumatera Selatan diperkirakan sebesar 5,56 per 1000 wanita usia subur.
[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 oleh Vini Aristianti (04081002049)] | 11

Angka ini terus mengalami penurunan, berturut-turut 4,78 menurut hasil Supas 1985, menjadi 4,22 berdasarkan hasil SP 1990, menurut SDKI 1991 sebesar 3,43, hasil SDKI 1994 sebesar 2,87, hasil SDKI 1997 sebesar 2,64 dan menurut hasil SDKI 2002-2003 turun menjadi 2,3. Berdasarkan data yang dihitung dari Supas 2005, angka TFR di Sumatera Selatan kembali turun menjadi sebesar 2,26 per 1000 wanita usia subur. Sedangkan menurut hasil SDKI 2007, angka TFR di Sumatera Selatan cenderung meningkat yaitu sebesar 2,7.

Tabel 2.1.3 Beberapa Indikator Fertilitas Sumatera Selatan

Program perkawinan

Keluarga pada

Berencana wanita

(KB)

dan

penundaan

usia yang
12

pertama

merupakan

faktor-faktor

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

mempengaruhi penurunan tingkat fertilitas di Sumatera Selatan karena berdampak memperpendek masa reproduksi mereka. Wanita yang kawin pada usia sangat muda mempunyai resiko cukup besar pada saat mengandung dan melahirkan yang berdampak terhadap keselamatan ibu maupun anak. Dengan memberi kesempatan kepada wanita untuk bersekolah lebih tinggi dapat membantu menunda usia perkawinan bagi seorang wanita, terutama di daerah pedesaan. Tabel 2.1.4 Jumlah Wanita dan Rata-rata Anak Lahir Hidup (Paritas) menurut kelompok umur Wanita Kota Palembang Tahun 2010 Tahun 2010 Jumlah Wanita Rata-rata ALH 71,868 0,050 77,885 0,362 69,810 1,124 58,811 1,538 53,245 2,365 48,876 2,860 42,812 3,225 423,307 1,472

NO Kelompok Umur (Tahun) 4 5 6 7 8 9 10 1519 2024 2529 3034 3539 4044 4549 TOTAL

Dari tabel 2.1.9 dapat dilihat juga bahwa semakin bertambah umur ibu, semakin bertambah pula rata-rata jumlah anak (paritas) yang pernah dilahirkan. Cukup besarnya paritas rata-rata wanita pada kelompok umur tua (empat puluhan) dikarenakan lebih lamanya masa kemampuan melahirkan yang dialami mereka, yaitu selama 20-25 tahun sebelum pencacahan. Sedangkan pada kelompok umur muda, paritas rata-ratanya lebih kecil karena anak terlahir oleh wanita kelompok umur muda tercatat merupakan kelahiran yang baru terjadi sebelum pencacahan, sehingga jumlahnya masih sedikit.

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

13

Tingkat fertilitas (ALH) kota palembang terbesar terjadi pada wanita kelompok umur tua (45-49 tahun) pada tahun 2010 sebesar 3,225 mengandung arti bahwa rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup oleh seorang wanita sampai kelompokk umur 45- 49 tahun adalah 3 sampai 4 orang. Rata-rata ini terhitung cukup tinggi dimana kemungkinan besar wanita pada kelompok umur ini telah memulai masa reproduksinya jauh lebih muda dibanding wanita pada kelompok umur lain. Dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di provinsi sumatera selatan, kota palembang mempunyai tingkat fertilitas lebih baik pada tahun 2010, yaitu dengan rata-rata ALH paling kecil dihampir seluruh kelompok umur wanita lihat tabel 2.1.6. Hal ini tentu sesuai keadaan kota palembang sebagai kota besar dimana para wanitanya telah mempuyai pendidikan dan wawasan luas, khususnya mengenai perkawinan dan fertilitas. Disamping itu faktor banyaknya lapangan pekerjaan turut mempengaruhi penundaan usia perkawinan wanita di palembang.
I.

Anak Lahir Hidup Paritas (ALH) adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Menurut Prawirohardjo (2009), paritas dapat dibedakan menjadi primipara yaitu wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006), multipara yaitu wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2009), dan grandemultipara yaitu wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih (Varney, 2006). Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008). Tabel 2.1.5

Rata-rata Jumlah Anak Lahir Hidup Per Wanita Menurut Kelompok Umur Wanita, 2007 2010

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

14

Pada Tabel 2.1.5 di atas terlihat bahwa rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup (ALH) per wanita sebesar 1,925 tahun 2007, turun menjadi 1,780 pada tahun 2008, naik menjadi 1,833 tahun 2009 dan kembali turun menjadi 1,815 pada tahun 2010. Artinya secara umum terjadi tren yang cenderung menurun pada periode 2007-2010. Angka rata-rata ALH pada kelompok umur 4549 menunjukkan paritas artinya rata-rata jumlah anak yang dilahirkan sepanjang masa reproduksinya. Terlihat bahwa paritas memperlihatkan tren yang menurun pada periode 2007-2008. Namun demikian, perlu diwaspadai meningkatnya angka kelahiran pada wanita usia muda periode 2008-2010, ditunjukkan oleh meningkatnya rata-rata anak ALH pada kelompok umur 15-19, 2024 dan 25-29 tahun pada periode tersebut (Tabel 2.1.5). Tabel 2.1.6

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

15

Rata-rata Anak Lahir Hidup Per Wanita Menurut Kabupaten/Kota dan Kelompok Umur Tahun 2010

Tabel 2.1.6 menyajikan rata-rata ALH per wanita menurut kabupaten/kota di Sumatera Selatan tahun 2010. Dari tabel tersebut diketahui bahwa rata-rata ALH bervariasi antara 1,47 sampai 2,17 per wanita. Angka tertinggi dijumpai di Kabupaten OKU Selatan (2,17 per wanita), Ogan Ilir (2,09 per wanita), Empat Lawang (2,03 per wanita) dan Muara Enim (2,0 per wanita). Sedangkan rata-rata ALH terendah terdapat di Kota Lubuklinggau (1,47 per wanita) dan Kota Palembang (1,54 per wanita). Tabel 2.1.7 Rata-rata Angka Lahir Hidup (ALH) Kota Palembang dan Sumatera Selatan Tahun 2010
[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 oleh Vini Aristianti (04081002049)] | 16

Kab/Kota

15-

20-

Kelompok Umur 253035-

40-

45-

Total

19 24 29 34 39 44 49 Palembang 0,050 0,362 1,124 1,538 2,365 2,860 3,225 1,472 Sumatera Selatan 0,058 0,556 1,298 2,014 2,568 3,030 3,575 1,700 Sumber : BPS, Susenas 2010 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata ALH kota palembang lebih rendah dari rata-rata ALH provinsi Sumatera Selatan pada kelompok umur produktif (15-49 tahun). Hal ini dapat dikarenakan rata-rata umur perkawinan pertama 16 tahun kota palembang tahun 2010 lebih rendah yaitu sebesar 13,6 persen dari rata-rata umur perkawinan pertama 16 tahun provinsi sumatera selatan sebesar 18,84 persen, sehingga mengurangi rentang waktu untuk menhasilkan anak pada wanita di palembang. II. Child Woman Ratio (CWR) CWR adalah perbandingan jumlah anak berumur dibawah lima tahun dengan penduduk perempuan umur 15-49 tahun. Penghitungan ini pada umumnya menggunakan jumlah anak umur 0-4 tahun. Kesalahan pencatatan umur banyak terjadi pada usia 0-1 tahun dibandingkan umur lebih tua. Rumus CWR adalah sebagai berikut: CWR = (P(0-4)) / (Pf(15-49)) 1000 Keterangan : P(0-4) = Penduduk umur 0-4 tahun. Pf(15-49) = Perempuan umur 15-49 tahun. Kesalahan memperhitungkan pelaporan kesuburan jumlah anak dan tidak umur perempuan menurut

mempengaruhi kualitas dari pengukuran ini. CWR kota palembang tahun 2010 adalah CWR = 137,548 / 423,307 x 1000 = 325

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

17

Menurut data sensus penduduk tahun 2010 CWR kota palembang adalah 325 yang mengandung arti ada sekitar 325 balita diantara 1000 wanita usia produktif. Menurut perhitungan CWR angka ini cukup tinggi, artinya bahwa tingkat fertilitas kota palembang masih perlu mendapat perhatian serius. Selain itu berdampak pada beban ibu mengurus anak juga cukup berat. CWR ini kurang antar bagus daerah, jika digunakan CWR untuk tidak membandingkan karena

memperhitungkan tingkat kematian balita.belum tentu suatu daerah yang mempunyai tingkat CWR tinggi mempunyai tingkat fertilitas yang tinggi pula. Bila suatu daerah mempunyai tingkat kematian bayi rendah, angka CWR daerah ini menjadi tinggi karena banyak kelahiran yang dapat mencapai umur balita. Hal ini mengakibatkanjumlah anak balita menjadi tinggi padahal angka fertilitas daerah ini cukup rendah.

III.

Rata-rata Umur Perkawinan Pertama (SMAM) Merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kelahiran secara lansung. Semakin tinggi umur perkawinan pertama semakin rendah tingkat kelahiran. Hull dan singarimbun mengatakan terjadinya penurunan TFR sebesar 25% di pengaruhi kenaikan umur kawin di kalangan wanita. Data yang diperlukan dalam menghitung umur perkawinan pertama dengan metode SMAM ini adalah persentase wanita/pria belum kawin menurut kelompok umur. Umur perkawinan pertama dapat dihitung menurut jenis kelamin dan daerah. Tabel 2.1.8

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

18

Persentase Wanita Menurut Umur Perkawinan Pertama, Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1995, 2000, 2005, 2008 dan 2010

Dari Tabel 2.1.8 terlihat bahwa secara umum dalam jangka panjang ada kecenderungan wanita mulai menunda usia perkawinan pertamanya. Pada tahun 1995 persentase wanita yang melakukan perkawinan pertamanya berusia 16 tahun atau kurang masih cukup tinggi yaitu sebanyak 23,86. Lima tahun kemudian terjadi penurunan persentase wanita yang umur perkawinan pertamanya 16 tahun ke bawah yaitu 20,35 persen dan pada tahun 2005 angkanya menjadi dibawah 20 persen yaitu hanya 17,28 persen. Meskipun demikian, pada tahun 2008 terjadi sedikit peningkatan persentase wanita yang menikah umur 16 tahun ke bawah yang kemudian turun kembali menjadi 18,84 persen pada tahun 2010. Keadaan itu selain disebabkan oleh kesadaraan masyarakat akan pentingnya pendidikan anaknya juga di sebabkan oleh kecenderungan masyarakat terutama wanita untuk memilih bekerja, baik sebagai pembantu rumahtangga maupun buruh pabrik di perkotaan. Keadaan itu tidak terlepas dari pengaruh kemajuan
[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 oleh Vini Aristianti (04081002049)] | 19

teknologi yang berdampak pada perubahaan pola pikir yang akan membuka wawasan baru bagi wanita khususnya di perdesaan.

Tabel 2.1.9 Persentase Wanita Menurut Kabupaten/Kota dan Umur Perkawinan Pertama Tahun 2010

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

20

Dari tabel 2.1.9 terlihat persentase wanita yang umur perkawinan pertamanya 16 tahun ke bawah sangat bervariasi bila dilihat menurut kabupaten/kota. Pada tahun 2010 yang terendah adalah di Kota Palembang yaitu 13,60 persen. Dan persentase wanita yang umur perkawinan pertamanya 17-18 tahun, pada tahun 2010 kota palembang juga yang terendah sebesar 16,70 persen dibandingkan dengan rata-rata provinsi sumatera selatan sebesar 24,79 persen. Selain itu ada beberapa kabupaten/kota lainnya yang persentase wanita yang melakukan perkawinan pertamanya 16 tahun ke bawah cukup rendah yaitu yaitu Kota Lubuklinggau (14,00 persen) dan Kabupaten Ogan Komering Ulu (15,47 persen). Sementara itu kabupaten yang masih terlihat cukup tinggi persentase wanita yang kawin pertamanya 16 tahun ke bawah yaitu Kabupaten Musi Rawas (25,30 persen). Meningkatnya persentase wanita yang kawin pada usia muda jelas akan mempengaruhi jumlah anak yang dilahirkan jika program KB tidak berjalan dengan baik. Semakin muda usia perkawinan seorang wanita semakin panjang usia untuk dapat melahirkan anak, sehingga jika pengaturan kelahiran tidak dilakukan, jumlah anak yang dilahirkan menjadi lebih banyak.

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

21

2.2. Analisis Variabel Fertilitas Kota Palembang CBR Kota Palembang Tahun 2010 CBR = x k = 19,0 = 19 = 19/1000 x 1.455.284. Jumlah

kelahiran = 27650,4 = 27651 jiwa CBR kota palembang tahun 2010 adalah 19,0 (proyeksi BPS, Bappenas dan UNFPA) yang berarti terjadi 19 kelahiran pada tiap 1000 penduduk di kota palembang tahun 2010. GFR Kota Palembang Tahun 2010 GFR = Jumlah kelahiran 1 tahun X 1.000 Jumlah wanita usia 15-49 GFR = 27651 / 423,307 x 1000 = 65,3 Angka kelahiran umum kota palembang tahun 2010 adalah 65,3 kelahiran per 1000 wanita usia 15-49 tahun.

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan

TFR di Sumatera Selatan tahun 2007 cenderung meningkat yaitu sebesar 2,7 dari tahun 2006. Program Keluarga Berencana (KB) dan penundaan usia perkawinan pertama pada wanita merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan tingkat fertilitas di Sumatera Selatan karena berdampak memperpendek masa reproduksi mereka.

Dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di provinsi sumatera selatan, kota palembang mempunyai tingkat fertilitas lebih baik pada tahun 2010, yaitu dengan rata-rata ALH paling kecil dihampir seluruh kelompok umur wanita. Hal ini tentu sesuai keadaan kota palembang sebagai kota besar

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

22

dimana para wanitanya telah mempuyai pendidikan dan wawasan luas, khususnya mengenai perkawinan dan fertilitas. Disamping itu faktor banyaknya lapangan pekerjaan turut mempengaruhi penundaan usia perkawinan wanita di palembang Menurut data sensus penduduk tahun 2010 CWR kota palembang adalah 325 yang mengandung arti ada sekitar 325 balita diantara 1000 wanita usia produktif. Menurut perhitungan CWR angka ini cukup tinggi, artinya bahwa tingkat fertilitas kota palembang masih perlu mendapat perhatian serius. persentase wanita yang umur perkawinan pertamanya 16 tahun ke bawah pada tahun 2010 yang terendah adalah di Kota Palembang yaitu 13,60 persen, dibanding dengan kabupaten lain di sumatera selatan CBR kota palembang tahun 2010 adalah 19,0 (proyeksi BPS, Bappenas dan UNFPA) yang berarti terjadi 19 kelahiran pada tiap 1000 penduduk di kota palembang tahun 2010.

Angka kelahiran umum (GFR) kota palembang tahun 2010 adalah 65,3 kelahiran per 1000 wanita usia 15-49 tahun. Secara umum telah terjadi penurunan fertilitas pada tahun 2010 di kota Palembang sejalan peningkatan taraf ekonomi masyarakat, karena mengikuti program KB, tingkat pendidikan, pendapatan dan tingkat perkawinan yang lebih dewasa .(BPS Palembang).

4.2. Saran Walaupun terlihat angka fertilitas setiap tahunnya di kota palembang menurun namun secara global angka fertilitas di kota palembang masih cukup tinggi dengan CWR 325 per 1000 wanita usia produktif, ALH usia wanita sampai 45-49 tahun adalah 3,225, CBR = 19 dan GFR = 65,3. Sehingga tingkat fertilitas dikota palembang perlu mendapat perhatian khusus dan serius. Untuk menurunkan tingkat fertilitas ini dapat dilakukan dengan pencerdasan dan peningkatan pengetahuan mengenai usia perkawinan dan fertilitas pada penduduk, program KB yang sudah baik terus dilakukan dan
[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 oleh Vini Aristianti (04081002049)] | 23

ditingkatkan, meningkatkan kesejahteraan penduduk dan menambah lapangan pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Online

[http://faharuddin.wordpress.com/2011/12/31/fertilitas-dan-

mortalitas-di-sumatera-selatan/] diakses 10 Januari 2012


2. Online [http://faharuddin.wordpress.com/2011/12/31/keluarga-berencana-

di-sumatera-selatan/] diakses 10 Januari 2012


3. Online

[http://dinkes.palembang.go.id/tampung/dokumen/dokumen-28[http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php? [http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php? [http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?

20.pdf] diakses 10 Januari 2012


4. Online

tabel=1&daftar=1&id_subyek=30&notab=40] diakses 10 Januari 2012


5. Online

tabel=1&daftar=1&id_subyek=30&notab=33] diakses 10 Januari 2012


6. Online

tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab=2] diakses 10 Januari 2012


[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 oleh Vini Aristianti (04081002049)] | 24

7. Online

[http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?

tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab=7] diakses 10 Januari 2012


8. Online

[http://www.bps.go.id/download_file/Data_SP2010_menurut_kelompok_u mur.pdf] diakses 10 Januari 2012


9. Online

[http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php? [http://dinkes.palembang.go.id/tampung/dokumen/dokumen-56[http://dinkes.palembang.go.id/tampung/dokumen/dokumen-35[http://nisaniii.blogspot.com/2010/10/isd-bab-i-penduduk-

tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab=1] diakses 10 Januari 2012


10. Online

57.pdf] diakses 10 Januari 2012


11. Online

37.pdf] diakses 10 Januari 2012


12. Online

masyarakat-dan.html] diakses 10 Januari 2012


13. Online [http://geo05friends.wordpress.com/page/2/] diakses 10 Januari

2012
14. Online

[http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/sumsel/palembang.pdf] diakses 10 Januari 2012


15. Online

[http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18186/4/Chapter

%20II.pdf] diakses 10 Januari 2012

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

25

Anda mungkin juga menyukai