Anda di halaman 1dari 5

Quantum Physics

By: Megawaty E. M. Kumambong 09 311 516 PGSBI Class (5th Semester)

Fungsi Gelombang dan Probabilitas (Wave Function and Probability) Secara umum, fungsi gelombang (notasi: ) adalah elemen paling dasar yang menyusun seluruh dunia mekanika kuantum. Catatan: Sebenarnya kegunaannya bukan cuma di mekanika kuantum. Fisika Newton pun bisa dijelaskan dengan fungsi gelombang; sehingga fungsi ini aslinya bernilai universal. Persamaan untuk funsi gelombang ditemukan oleh Erwin Schrodinger di tahun 1925. Ketika pertama kali menemukan persamaan di atas, Schrdinger baru berhasil meramu sebuah fungsi energi universal, dengan fungsi gelombang sebagai solusi persamaannya. Meskipun begitu, ada yang belum jelas: sebenarnya, fungsi gelombang itu melambangkan apa? Jawaban untuk ini ditemukan oleh fisikawan Max Born di tahun 1926. Menurut Born, Fungsi gelombang menunjukkan amplitudo probabilitas. Ia melambangkan sebaran kemungkinan perubahan elektron dari sebuah kondisi awal m menuju kondisi baru n. Di sini tidak memiliki konsep fisik. Jika kita mengambil nilai mutlak dan menguadratkannya (| |2), barulah kita mendapatkan probabilitas fisik dari partikel yang dimaksud. Dengan kata lain, fungsi gelombang melambangkan elemen probabilitas. Tidak ada yang pasti di dunia kuantum yang ada hanyalah the most likely condition that may occur. Ternyata alam yang kita diami bersifat probabilistik! Akibat Probabilitas: Superposisi Keadaan Menurut Max Born, fungsi gelombang Schrdinger menunjukkan bahwa setiap benda memiliki elemen probabilitas. Dalam konteks kuantum, kita bisa mencontohkannya dengan posisi elektron dalam atom. Selama ini, kita mengetahui bahwa elektron bergerak memutari inti atom. Ini adalah gerak revolusi. Meskipun demikian, tafsiran Born memberikan makna baru atas pengertian ini: Misalnya kita membagi zona elektron menjadi tiga. Pertama, daerah sekitar orbit (zona A); kedua daerah agak jauh dari orbit (zona B); dan ketiga daerah sangat jauh dari orbit (zona C). Apabila probabilitas elektron di zona A 70%, maka di zona B lebih kecil daripada itu. Mungkin 21%. Sementara zona C menampung sisa probabilitas dari A dan B, yakni 100% 70% 21% = 9%. Di sini terlihat bahwa orbit elektron bukanlah suatu kepastian. Melainkan, daerah sekitar orbit adalah daerah di mana elektron paling mungkin berada. Nah, tapi ada masalah. Menurut Born, semua tergantung pada probabilitas.

Quantum Physics

Ini membuat sebagian fisikawan terguncang secara tidak langsung Born menyatakan bahwa terdapat lebih dari satu kenyataan yang bisa terjadi. Elektron yang kita singgung sebelumnya bisa saja hadir di zona A, B, atau C. Semuanya mungkin; yang membedakan hanyalah derajat probabilitasnya saja. Melihat kisruh ini, Erwin Schrdinger turun tangan. Ia menantang Born dengan melempar sebuah paradoks: Misalnya terdapat sebuah kotak. Di dalamnya kita siapkan labu gas beracun dan palu yang terhubung dengan pencacah geiger. Jika pencacah Geiger berbunyi, maka palu akan jatuh dan memecah labu gas beracun. Kemudian kita masukkan seekor kucing bersama zat radioaktif, yang probabilitas peluruhannya sebesar 50% dalam satu jam. Dengan demikian, setelah satu jam, kemungkinannya sama yakni gas beracun mengalir (kucing mati) atau gas beracun tetap tersimpan (kucing hidup). Ini berarti kucing mati sekaligus hidup. Bagaimana mungkin ini terjadi? Konsep di mana kejadian-kejadian yang mungkin ini saling bertumpuk, inilah yang dinamakan sebagai superposisi kuantum. Kasarnya, inilah kondisi di mana kucing Schrdinger berada antara kondisi mati dan hidup. Hal yang sama berlaku pada contoh elektron kita sebelumnya: terdapat kondisi di mana elektron belum pasti berada di zona A, B, maupun C.

Normalisasi (Normalization)
1Syarat

normalisasi yaitu :

Persamaan ini berasal dari pendapat bahwa probalitas untuk menemukan partikel disuatu titik sepanjang sumbu x adalah 100 persen. Yang memperlihatkan bagaimana mendapatkan tetapan A yaitu pada persamaan Dimana persamaan diatas pemecahanya adalah (x,t) dapat mengandung turunan terhadap x atau t , tetapi ia haruslah bergantung pada pangkat satu dari dan turunanya , sehingga suku seperti 2 atau ( /t) 2 tidak boleh muncul. (ini sebagai akibat dari anggapan kita tentang sifat linear dan bernilai tunggal dari persamaannya dan pemecahannya). Persamaan kita haruslah mengandung potensial V , jika V yang muncul berpangkat satu maka agar taa asas dengan kekekalan energi (V+K=E), K harus pula muncul dalam bentuk pangkat satu. Telah kita dapati bahwa K = 2k2 / 2m, sehingga satu-satunya cara untuk memperoleh suku yang mengandung k2 adalah dengan mengambil turunan kedua dari (x) = A sin kx terhadap x.

Kenneth Krane, Fisika Modern (Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), 2006 ), pp. 180-181

Quantum Physics

Dan ternyata selama persamaan schroedinger linear, maka jika (x) adalah pemecahannya , hasil kali (x) dengan sebarang tetapan juga merupakan pemecahan. Sebuah fungsi gelombang dengan tetapan pengalinya ditentukan menurut persamaan

Dikatakan ternormalisasi, jika tidak ia dikatakan tidak ternormalisasikan. Hanya fungsi gelombang yang ternormalisasi secara tepat , yang dapat digunakan untuk melakukan semua perhitungan yang mempunyai makna fisika. Jika normalisasinya dilakukan secara tepat , maka persamaan  Akan selalu menghasilkan suatu probabilitas yang terletak antara 0 sampai 1. Contoh soal (For Example) Suatu fungsi gelombang dinyatakan sebagai

Yang didefinisikan dalam daerah L/2 x L/2 tunjukan bahwa fungsi ini adalah ternormalisasi ! Penyelesaian (Solution) Syarat ternormalisasi adalah Untuk menunjukan normalitas fungsi tersebut perlu dihitung ulang

Dalam hal ini

Sehingga

jadi fungsi tersebut ternormalisasi.

Quantum Physics

Asas Ketidakpastian Heisenberg (Heisenberg Uncertainity) Berbeda dengan fungsi gelombang, Asas Ketidakpastian Heisenberg (AKH) sama sekali tidak membicarakan probabilitas. Walaupun sama-sama mengandung elemen ketidakpastian. Sebenarnya dasar berpikir antara keduanya sangat berbeda. Dalam AKH, ketidakpastian terjadi dalam konteks pengukuran. Bagaimanapun telitinya suatu pengukuran dilakukan, pasti terdapat ketidakakuratan dalam skala tertentu. Mustahil seseorang bisa mengukur besaran fisis dengan akurasi 100%. Contoh dunia makro-nya mungkin begini: Misalnya Anda hendak mengukur suhu air panas dalam mangkok. Maka, Anda akan mengambil termometer dan mencelupkannya ke air tersebut. Dari sini didapat nilai temperatur yang dicari. Tetapi ada masalah. Termometer adalah benda fisik. Ketika termometer dicelupkan, akan terjadi aliran kalor dari air menuju termometer (karena suhu termometer lebih rendah). Termometer pun jadi lebih hangat. Alhasil, yang terukur bukanlah suhu air sebenarnya melainkan suhu air yang sudah dipengaruhi oleh termometer. Contoh pada skala atom, hal yang sama juga terjadi. Bagaimana cara mengukur gerakan elektron? Dengan memanfaatkan partikel foton. Elektron yang sedang bergerak ditumbuk oleh foton, kemudian foton tersebut dideteksi energinya. Dalam ilustrasi di atas tumbukan foton mengakibatkan pergeseran posisi. Meskipun demikian, pada obyek yang bergerak, keadaannya lebih rumit lagi: bukan saja posisi elektron yang terpengaruh, kecepatannya pun ikut terganggu, kita pun gagal mengetahui kondisi elektron yang sebenarnya. Ketidakpastian inilah yang disorot oleh Werner Heisenberg. Menurut Heisenberg: Mustahil untuk bisa mengukur secara tepat posisi sekaligus momentum* partikel yang bergerak. Apabila posisinya diketahui, maka momentumnya tidak akurat. Sebaliknya jika momentumnya diketahui, maka posisinya lah yang tidak akurat. *) momentum = kecepatan dikali massa. Tafsiran Ensambel (Ensemble Interpretation)  Probabilitas QM (Quantum Mechanics) penjumlahan statistik (frekuensial) dipandang sebagai

Berbeda dengan interpretasi lainnya, Ensemble Interpretation (EI) tidak memberikan solusi eksotis ataupun fisis terhadap QM. Sebaliknya, EI mengumumkan ide yang cenderung masuk akal dan mudah dicerna. Seluruh probabilitas kuantum harus dipandang sebagai penjumlahan statistik, bukannya individual. Dengan demikian, superposisi kuantum sama sekali tidak terjadi. Jika kita melakukan percobaan kucing

Quantum Physics

Schrdinger sebanyak 1000 kali, maka kita akan mendapat hasil sebanyak 500 kucing mati dan 500 kucing hidup. Pandangan ini berakar dari konsep probabilitas frekuensial. Menurut probabilitas frekuensial, peluang terjadinya suatu hal diindikasikan oleh seberapa seringnya hal tersebut terjadi dalam satu rentang pengujian. Contoh: Seorang pemain bola menendang penalti sebanyak 10 kali, dan mencetak gol 8 kali. Maka, menurut probabilitas frekuensial, kemungkinan si pemain untuk mencetak gol penalti adalah sekitar 0,8. Dengan pendekatan yang sama, EI memberikan cara berpikir baru: statistik kuantum. Setiap pengukuran hanya akan memberi hasil tunggal. Tetapi, jika banyak pengukuran dilakukan, barulah terlihat adanya sebaran probabilitas. Ilustrasinya kira-kira seperti berikut.
Hasil penembakan elektron ke layar dalam percobaan celah ganda. Pertama-tama tampak elektron menyebar satu-satu. Meskipun demikian, seiring dengan banyaknya elektron yang terkumpul, terbentuk garis-garis yang tepinya agak kabur sesuai dengan sebaran probabilitas.

Sumber Referensi
Krane, Kenneth. 2006. Fisika Modern. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press)

http://arjunatelon.blogspot.com/p/mekanika-kuantum-3.html

Anda mungkin juga menyukai