Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Pasti kita semua sudah tidak asing apabila mendengar nama negara Rusia dan Amerika Serikat. Seluruh dunia tahu bahwa Rusia dan Amerika merupakan negara besar yang cukup berperan dalam perpolitikan dunia. Dalam kesempatan kali ini, penulis akan membahas tentang sistem pemerintahan kedua negara. Seperti yang kita tahu bahwa Rusia dan Amerika Serikat merupakan negara federasi dan keduanya menganut sistem pemerintahan Republik. Namun, disini yang menjadi perbedaan adalah bahwa Rusia lebih tertutup dalam menjalankan sistem politiknya yang mana kebebasan warga negaranya tidak terjamin oleh negara.1 Berbeda dengan itu, sistem politik Amerika Serikat lebih terbuka yang mana kedaulatan sepenuhnya berada di tangan rakyat (demokrasi) dan hak-hak warga negaranya terjamin atau jelas ditanggung jawabkan oleh negara.2 Ini menarik dimana dua negara yang notabennya merupakan negara Republik tetapi mempunyai perbedaan spesifik dalam

menjalankan sistem politik negaranya. Disini penulis akan mempersempit pembahasan hanya dalam ruang lingkup pengambilan keputusan kebijakan luar negeri yang ditempuh oleh kedua negara. Perbedaan dasar cara menjalankan sistem politik negara otomatis akan memberikan perbedaan pula dalam pengambilan kebijakan luar negeri. Oleh karena itu, penulis akan membahas lebih lanjut tentang pengambilan kebijakan tersebut pada bab selanjutnya.

Dikutip dari eprints.undip.ac.id/1101/2/REVOLUSI_DAN_DISINTEGRASI.pdf pada tgl 28 Desember 2011 pukul 18.27 2 Dikutip dari eprints.uns.ac.id/48/1/170462411201011101.pdf pada tgl 28 Desember 2011 pukul 18.30

Rumusan Masalah Rumusan masalah yang diambil penulis adalah Bagaimana proses pengambilan keputusan kebijakan luar negeri yang dilakukan oleh Rusia - Amerika Serikat berdasarkan sistem politik masing-masing?

Kerangka Teori Terkait dengan bahasan tersebut, penulis mengambil teori power sebagai teori yang cocok dengan bahasan tersebut. Teori tersebut diambil dikarenakan mengingat bahwa kedua negara merupakan negara kuat dan negara yang mempunyai kekuasaan terhadap dunia. Kekuasaan mereka tentu sangat mempengaruhi sistem politik dan juga kebijakan politik luar negeri yang diambil oleh masing-masing negara. Penulis juga mengikutsertakan pengambilan keputusan sebagai sudut pandang berdasarkan teori perbandingan politik karena terkait dengan pembahasan yang akan dilanjutkan di bab selanjutnya yaitu mengenai proses pengambilan keputusan kebijakan luar negeri dari kedua negara.

BAB II PEMBAHASAN

A. Sistem Pemerintahan Rusia Semenjak perubahan besar yang terjadi, model sosialis telah kehilangan daya tariknya. Ketika sistem Komunis runtuh secara menyeluruh, hal ini mengindikasikan betapa sedikitnya dukungan terhadap komunisme. Akan tetapi ternyata lebih mudah untuk membubarkan struktur komunis daripada menggantikannya dengan struktur yang baru. Rezim Soviet mengambil alih kekuasaan pada tahun 1917 yang berniat untuk membentuk masyarakat sosialis di Rusia dan kemudian, menyebarkan sosialisme revolusioner ke seluruh dunia. Sosialisme, sebagaimana Partai Komunis Rusia memahaminya, berarti suatu masyarakat tanpa kepemilikan pribadi dari produksi, di mana negara memilikinya dan mengawasi semua asset ekonomi yang penting dan di mana kekuasaan politik dilakukan atas nama masyarakat pekerja. Vladimir Ilyich Lenin (1870-1924) adalah pemimpin dari Partai Komunis Russia dan kepala pemerintahan Soviet Rusia yang pertama. Lenin menjamin bahwa struktur organisasi dari Partai Komunis memaksimalkan pengawasan dari pusat atas seluruh level pemerintahan. Pada level yang lebih tinggi lagi, partai diorganisasikan sepanjang garis teritorial. Setiap subdivisi daerah memiliki organisasi partai. Pada posisi puncak, kekuasaan terakhir untuk memutuskan kebijakan dipegang oleh Politbiro. Politbiro merupakan komite suatu kelompok kecil, senantiasa melakukan pertemuan secara teratur, yang beranggotakan sekitar 12 orang pemimpin-pemimpin negara yang paling kuat, yaitu: Sekretaris Jenderal Partai Komunis, Ketua Lembaga Kementerian, beberapa sekretaris senior dari komite.

Kelemahan yang paling serius dari rezim terdahulu adalah ketidakmampuan mereka di dalam mengalihkan kekuasaan secara teratur dan damai dari satu pemimpin ke pemimpin yang lain. Kemudian, pemerintahan Mikhail Gorbachev yang sangat menekankan pada keterbukaan, glasnost, dalam hubungan antara pemimpin-pemimpin politik dan masyarakat, menekankan bahwa yang terpenting efektivitas partai sangat tergantung pada perbaikan ekonomi dari negara dan masyarakat. Republik Rusia mempunyai konstitusinya sendiri dan membentuk Kongres Wakilwakil Rakyat dan Supreme Soviet. Dengan berakhirnya Uni Soviet, lembaga perwakilan ini menjadi organ utama dari kekuasaan legislatif. Boris Yeltsin dipilih sebagai presiden dari Federasi Russia pada bulan Juni 1991. Yeltsin menunjuk kepada model Republik Presidensial. Sebagaimana di Perancis, konstitusi mengakui dwi-eksekutif, di mana pemerintah memerlukan kepercayaan dari parlemen, tetapi presiden tidak. Presiden diberi kekuasaan untuk mengumumkan keputusan-keputusannya dengan kekuatan hukum, meskipun keputusannya tersebut melanggar hukum yang berlaku dan bisa ditolak oleh parlemen. Presiden menunjuk perdana menteri atas persetujuan parlemen. Kekuasaan presiden untuk membubarkan parlemen juga dibatasi oleh konstitusi. Dia tidak dapat membubarkan parlemen dalam satu tahun pemilihannya, atau ketika parlemen mempunyai tuntutan dakwaan atas presiden, atau ketika presiden menyatakan keadaan bahaya atas seluruh Russia, atau dalam enam bulan dari saat habisnya jabatan presiden. Berbeda dengan banyak sistem parlementer, di Russia pembentukan pemerintah tidak secara langsung ditentukan oleh komposisi partai di parlemen. Oposisi Presiden Yeltsin dan kebijakankebijakannya lebih banyak di lembaga ini daripada sekutu- sekutunya, tapi tidak ada satu pun partai atau koalisi yang merupakan mayoritas.

B. Sistem Pemerintahan Amerika serikat Sistem pemerintahan Amerika Serikat didasarkan pada The Constitution 1718 namun konstitusi ini sudah beberapa kali mengalami amandemen, bahwa sistem politik

Amerika serikat adalah sistem federal dimana otoritas konstitusi dibagi antara negara federal dengan negara bagian yang diasumsikan untuk memperoleh kekuasaannya langsung dari rakyatnya juga untuk memiliki kedaulatan (otoritas akhir) mengenai pertanggung jawaban kebijakan yang ditunjukan untuk hal tersebut. Sistem federal terdiri atas negara federal dan 50 negara bagian . pada dasarnya, sistem federal Amerika adalah sistem pembagian kekuasaan antara kedaulatan nasional dan pemerintahan negara bagian. Sistem ini memberi kekuasaan bagi negara-negara bagian untuk menyelesaikan persoalan lokal karena dianggap bahwa setiap negara bagian memiliki kepentingan yang berbeda. Pemerintahan federal mengatur masalah pertahanan negara, mata uang, kantor pos, hubungan luar negeri, dan perdagangan antar negara bagian. Sedangkan negara bagian mengatur masalah pendidikan, keamanan public, registrasi dan pemilihan, perdagangan antar negara bagian, dan perjanjian pemerintahan lokal. Ada beberapa pemisahan kekuasaan yang tegas diantaranya eksekutif, legislatif, yudikatif, yaitu: 1. Kekuasaan Eksekutif Kekuasaan tersebut dipegang oleh presiden yang berkedudukan sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden tidak bertanggung jawab kepada kongres (parlemennya Amerika Serikat) tetapi pada rakyat 2. Kekuasaan Legislatif Kekuasaan ini berada pada parlemen yang disebut kongres terdiri dari 2 bagian yaitu Senat dan badan perwakilan. 3. Kekuasaan Yudikatif Kekuasaan yudikatif berada pada Mahkamah Agung (Supreme Court). Mahkamah Agung menjamin tegaknya kebebasan dan kemerdekaan individu, serta tegaknya hukum.

Sistem kepartaian Amerika serikat menganut sistem dwipartai yaitu partai demokrat dan partai republik. Sistem pemilu Amerika menganut sistem distrik. Pemilu di tingkat federal, misalnya pemilu untuk memilih presiden dan wakil presiden. Sedangkan pada tingkat negara bagian pemilu untuk memilih gubernur dan wakil gubernur.

Anda mungkin juga menyukai