Anda di halaman 1dari 25

ASEAN Siapkan Peta Jalan Menuju Komunitas Global NUSA DUA--MICOM: Pertemuan tingkat tinggi pehimpunan bangsa se-Asia

Tenggara (KTT ASEAN) ke-19 diharapkan melahirkan kesepakatan Bali Concord III yang akan menjadi peta jalan bagi pembentukan komunitas ASEAN di kancah komunitas global. "Hal ini sesungguhnya sejalan dengan tradisi kerja sama ASEAN selama ini, yang selalu membuka diri terhadap dunia luar, seperti melalui mekanisme dialog ASEAN dengan mitra wicaranya, dan forum strategis seperti ASEAN Regional Forum," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat membuka KTT ASEAN di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kamis (17/11). "Semangat dari Bali Concord III adalah, partisipasi dan kontribusi ASEAN yang semakin besar bagi terwujudnya dunia, yang lebih damai, lebih adil, lebih demokratis dan lebih sejahtera, termasuk peran aktif ASEAN untuk ikut mengatasi berbagai permasalahan fundamental dewasa ini," lanjut Presiden. Yudhoyono menambahkan saat ini dunia tengah dihadapkan pada satu proses perubahan yang berdampak luas pada kehidupan umat manusia, seperti konflik di Timur Tengah dan Afrika Utara. Selain itu, dunia pun dihadapkan pada ancaman kris global akibat gejolak keuangan di zona Eropa. "Kita sama-sama mengikuti, bahwa masalah krisis keuangan ini menjadi agenda pembahasan dalam KTT G20 di Cannes, dan KTT APEC di Honolulu baru-baru ini. Sementara itu, di samping ketidakpastian baru yang menghantui perekonomian dunia, permasalahan dan tantangan yang fundamental juga masih kita hadapi, seperti ketahanan pangan, energi dan air; perubahan iklim; bencana alam, serta dampak revolusi teknologi informasi pada kehidupan masyarakat kita," jelas Presiden. Presiden mengatakan banyak harapan ditumpukan pada kawasan ASEAN. Menurutnya, sejarah telah menguji dan membuktikan bahwa ASEAN kian menjadi asosiasi yang matang, yang mampu menciptakan stabilitas dan keamanan kawasan, mampu meningkatkan kekuatan ekonominya, serta mampu menjadi komunitas yang makin people centered dan mampu pula menjalin kerukunan antar indentitas dan peradaban yang beragam. "Dengan modal dan posisi ini, saya percaya ASEAN mampu untuk berkontribusi dalam merespon berbagai dinamika global tersebut. Hal ini sejalan dengan tema Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun ini Komunitas ASEAN di antara Komunitas Global Bangsa-bangsa. Maknanya, ASEAN ingin berperan lebih besar dalam urusan dunia, to outreach to the world," katanya. (*/OL-04) 3 Kiat Mendapatkan Pekerjaan untuk "Fresh Graduate" SHUTTERSTOCK KOMPAS.com - Pengalaman kerja seringkali dijadikan referensi saat melamar pekerjaan. Lantas bagaimana dengan para fresh graduate, yang boleh jadi tak punya banyak pengalaman namun memiliki kualitas dan kompetensi yang setara. Simak kiat untuk para fresh graduate agar mendapatkan pekerjaan lebih mudah. 1. Indentifikasi posisi yang paling cocok dengan profil Anda. Buat daftar kelebihan Anda, tulis semua pengalaman yang Anda miliki, besar atau kecil seperti pengalaman magang, bekerja paruh waktu, dan lainnya. Semua pengalaman itulah yang nantinya diperhitungkan oleh rekruiter. Lalu, introspeksi dan indentifikasi posisi apa yang cocok dengan keterampilan dan minat Anda. 2. Bangun jejaring dengan orang yang bisa menjadi mentor. Memasang profil di situs pencarian kerja bukan satu-satunya cara untuk mendapatkan pekerjaan. Bangun jejaring dengan orang-orang yang bisa mengarahkan Anda untuk bisa magang dengan bayaran atau posisi yang relevan. Jangan ragu untuk meminta saran dari mentor, senior yang sudah bekerja atau bahkan teman-teman orangtua Anda. Diskusikan minat Anda dan cara terbaik membuat terobosan mendapatkan pekerjaan yang Anda inginkan. 3. Gunakan sosial media untuk memasarkan diri. Punya akun LinkedIn? Jika tidak, buatlah sekarang juga dan isi dengan informasi yang relevan. Bukan hanya informasi pendidikan, pengalaman magang dan pengalaman kerja lain, tapi juga minat Anda. Pelajari cara menggunakan Facebook dan Twitter dengan cara cerdas. Anda bisa mendapatkan pekerjaan dari sosial media asalkan menggunakan semua situs jejaring sosial tersebut dengan tepat. (Majalah Chic/Erma Dwi Kusumastuti)

Adopsi IFRS untuk Daya Saing di Masa Depan Thursday, January 28th, 2010 oleh : Neviana

Mengapa Enron, salah satu raksasa energi Amerika Serikat, dapat mencapai pertumbuhan yang fenomenal dalam waktu singkat, kemudian jatuh bangkrut dalam waktu yang singkat pula? Ilmu apakah yang dipakai Jeff Skilling, si jenius lulusan Harvard Business School dan mantan konsultan firma terkemuka McKinsey untuk mencapai semua itu? Jawabnya: akuntansi. Siapakah yang melindungi dan meng-approve praktik akuntansi Enron sebelum terungkap? Tak lain adalah akuntan publik Arthur Andersen. Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan keuangan merupakan produk utama dalam mekanisme pasar modal. Efektivitas dan ketepatan waktu dari informasi keuangan yang transparan yang dapat dibandingkan dan relevan dibutuhkan oleh semua stakeholder (pekerja, suppliers, customers, institusi penyedia kredit, bahkan pemerintah). Para stakeholder ini bukan sekadar ingin mengetahui informasi keuangan dari satu perusahaan saja, melainkan dari banyak perusahaan (jika bisa, mungkin dari semua perusahaan) dari seluruh belahan dunia untuk diperbandingkan satu dengan lainnya. Pertanyaannya, bagaimana kebutuhan ini dapat terpenuhi jika perusahaan-perusahaan masih menggunakan bentuk dan prinsip pelaporan keuangan yang berbeda-beda? International Accounting Standards, yang lebih dikenal sebagai International Financial Reporting Standards(IFRS), merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi berkualitas tinggi dan kerangka akuntasi berbasiskan prinsip yang meliputi penilaian profesional yang kuat dengan disclosuresyang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu, dan akuntansi terkait transaksi tersebut. Dengan demikian, pengguna laporan keuangan dapat dengan mudah membandingkan informasi keuangan entitas antarnegara di berbagai belahan dunia. Implikasinya, mengadopsi IFRS berarti mengadopsi bahasa pelaporan keuangan global yang akan membuat suatu perusahaan dapat dimengerti oleh pasar global. Suatu perusahaan akan memiliki daya saing yang lebih besar ketika mengadopsi IFRS dalam laporan keuangannya. Tidak mengherankan, banyak perusahaan yang telah mengadopsi IFRS mengalami kemajuan yang signifikan saat memasuki pasar modal global. Di dunia internasional, IFRS telah diadopsi oleh banyak negara, termasuk negara-negara Uni Eropa, Afrika, Asia, Amerika Latin dan Australia. Di kawasan Asia, Hong Kong, Filipina dan Singapura pun telah mengadopsinya. Sejak 2008, diperkirakan sekitar 80 negara mengharuskan perusahaan yang telah terdaftar dalam bursa efek global menerapkan IFRS dalam mempersiapkan dan mempresentasikan laporan keuangannya. Dalam konteks Indonesia, konvergensi IFRS dengan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin daya saing nasional. Perubahan tata cara pelaporan keuangan dari Generally Accepted Accounting Principles (GAAP), PSAK, atau lainnya ke IFRS berdampak sangat luas. IFRS akan menjadi kompetensi wajib-baru bagi akuntan publik, penilai (appraiser), akuntan manajemen, regulator dan akuntan pendidik. Mampukah para pekerja accounting menghadapi perubahan yang secara terus-menerus akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar global terhadap informasi keuangan? Bagaimanakah persiapan Indonesia untuk IFRS ini? Sejak 2004, profesi akuntan di Indonesia telah melakukan harmonisasi antara PSAK/Indonesian GAAP dan IFRS. Konvergensi IFRS diharapkan akan tercapai pada 2012. Walaupun IFRS masih belum diterapkan secara penuh saat ini, persiapan dan kesiapan untuk menyambutnya akan memberikan daya saing tersendiri untuk entitas bisnis di Indonesia. Dengan kesiapan adopsi IFRS sebagai standar akuntansi global yang tunggal, perusahaan Indonesia akan siap dan mampu untuk bertransaksi, termasuk merger dan akuisisi (M&A), lintasnegara. Tercatat sejumlah akuisisi lintasnegara telah terjadi di Indonesia, misalnya akuisisi Philip Morris terhadap Sampoerna (Mei 2005), akuisisi Khazanah Bank terhadap Bank Lippo dan Bank Niaga (Agustus 2005), ataupun UOB terhadap Buana (Juli 2005). Sebagaimana yang dikatakan Thomas Friedman, The World is Flat, aktivitas M&A lintasnegara bukanlah hal yang tidak lazim. Karena IFRS dimaksudkan sebagai standar akuntansi tunggal global, kesiapan industri akuntansi Indonesia untuk mengadopsi IFRS akan menjadi daya saing di tingkat global. Inilah keuntungan dari mengadopsi IFRS. Bagi pelaku bisnis pada umumnya, pertanyaan dan tantangan tradisionalnya: apakah implementasi IFRS membutuhkan biaya yang besar? Belum apa-apa, beberapa pihak sudah mengeluhkan besarnya investasi di bidang sistem informasi dan teknologi informasi yang harus dipikul perusahaan untuk mengikuti persyaratan yang diharuskan. Jawaban untuk pertanyaan ini adalah jelas, adopsi IFRS membutuhkan biaya, energi dan waktu yang tidak ringan, tetapi biaya untuk tidak mengadopsinya akan jauh lebih signifikan. Komitmen manajemen perusahaan Indonesia untuk mengadopsi IFRS merupakan syarat mutlak untuk meningkatkan daya saing perusahaan Indonesia di masa depan. Penulis adalah konsultan di sebuah firma penasihat bisnis global di Jakarta. Share and Enjoy: Penerapan IFRS Efisienkan Penyusunan Laporan Keuangan Medan (ANTARA News) - Direktur Teknis Ikatan Akuntan Indonesia Ersa Tri Wahyuni menilai, penerapan standar laporan akuntansi internasional atau IFRS ke dalam pernyataan standar akutansi keuangan bermanfaat menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan. "Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari konvergensi IFRS (International Financial Reporting Standard) ke dalam PSAK (Pernyataan Standar Akutansi Keuangan), di antaranya menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan," katanya di Medan, Rabu. Ersa menyatakan hal itu dalam seminar nasional bertajuk Perkembangan Standar Akuntansi Indonesia dan Dampaknya terhadap Bisnis yang digelar seusai pelantikan pengurus Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Wilayah Sumatera Utara periode 2011-2015 yang diketuai Gus Irawan. Manfaat lain dari konvergensi IFRS ke dalam PSAK, yakni memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan standar akutansi keuangan yang dikenal secara internasional. Selain itu, lanjut dia, penerapan IFRS ke dalam PSAK juga efektif menurunkan biaya modal dengan membuka "fund

raising" melalui pasar modal secara global. Bila Indonesia kelak sudah secara penuh mengadopsi IFRS, dia memperkirakan kualitas informasi laporan keuangan di negara ini akan meningkat, termasuk kualitas laporan keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Disebutkannya, Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) telah memulai proses konvergensi itu sejak 2009 dan diharapkan selesai sebelum awal tahun 2012. Sasaran konvergensi IFRS tahun 2012 adalah merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku efektif 1 Januari 2012. "IFRS bukan hanya merubah cara perusahaan membuat laporan keuangan, tetapi juga merubah bagaimana perusahaan menjalankan bisnisnya," paparnya. Untuk menyahuti tuntutan konvergensi IFRS ke dalam PSAK tersebut mutlak dibutuhkan kesiapan dari para praktisi, antara lain akuntan manajemen, akuntan publik, akuntan akademisi dan kesiapan para regulator maupun profesi pendukung lain, seperti penilai dan aktuaris. Menurut dia, penerapan PSAK berbasis IFRS akan berdampak besar bagi dunia usaha, terutama pada sisi pengambilan kebijakan perusahaan yang didasarkan kepada data-data akuntansi. Selain berdampak pada sisi akuntansi dan pelaporan keuangan perusahaan, katanya, konvegensi IFRS juga berdampak pada sistem informasi teknologi perusahaan, sumber daya manusia yang terlibat di perusahaan dan berdampak pada sistem organisasi perusahaan. Untuk memperlancar proses adopsi PSAK, lanjut Ersa, keberhasilan masa transisi adalah kunci utamanya. Terkait dengan perubahan standar akuntansi keuangan itu, katanya, langkah efektif yang perlu dilakukan perusahaan selama masa transisi adalah membentuk tim adhoc konvergensi IFRS yang bertanggung jawab untuk melakukan persiapan awal dan mengorganisasikan sumber daya. "Suksesnya penerapan standar akuntansi internasional dalam suatu negara, tidak lepas dari peran pasar modal, otoritas perpajakan dan regulator lainnya," ujar Ersa. ikatakan, IFRS kini sudah banyak diadopsi PSAK sejumlah negara guna menjawab permintaan investor institusional dan pengguna laporan keuangan lainnya. Ikatan Akuntan Indonesia pada 23 Desember 2008 telah mendeklarasikan rencana Indonesia untuk melakukan konvergensi IFRS ke dalam PSAK. (ANT197/M034/K004) Editor: B Kunto Wibisono COPYRIGHT 2011 Bank Dunia: Indonesia perlu tambah tenaga akuntan Jakarta (ANTARA News) - Bank Dunia menyarankan Indonesia untuk menambah tenaga akuntan dan melakukan sejumlah langkah agar siap menjalankan sistem laporan keuangan berstandar internasional. "Satu hal yang paling diperlukan oleh Indonesia saat ini adalah menambah jumlah akuntan," kata Manajer Manajemen Keuangan Kawasan Asia Timur dan Pasifik Bank Dunia Samia Msadek di Jakarta, Senin, dalam peluncuran "Report on the Observance of Standards and Codes" (ROSC) di Indonesia dari Bank Dunia. Per 31 Juli 2010, menurut data Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), ada 8.832 anggota perorangan organisasi tersebut, 1.407 di antaranya adalah akuntan publik sementara 3.680 adalah akuntan yang bekerja di sektor publik. Saat ini Indonesia sedang mempersiapkan sistem laporan keuangan perusahaan yang berkiblat pada standar internasional atau International Financial Reporting Standards (IFRS) yang akan diberlakukan mulai Januari 2012. "Ada kemajuan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia sejak ROSC pertama Indonesia pada 2006 diluncurkan," kata Samia. Namun, menurut dia, setidaknya ada tiga rekomendasi penting yang diberikan oleh Bank Dunia. Pertama, pemerintah perlu memperhatikan dan mengusahakan pendidikan bagi akuntan dan menambah jumlah akuntan secara berkelanjutan demi menjaga sistem akuntansi yang ditetapkan. "Pendidikan yang diberikan perlu disesuaikan dengan perkembangan sistem akuntansi, termasuk bagaimana meningkatkan kemampuan para akuntan yang sudah bekerja saat ini mengingat standar akuntasi dan pemeriksaan keuangan terus berubah," kata Samia. Kedua, bagaimana menerapkan aturan akuntansi, sesuai dengan Undang-undang yang disahkan, khususnya bagi perusahaan publik dan perusahaan yang tercatat dalam pasar modal.

"Penerapan peraturan ini perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan wilayah aturan baru dan kedua ada beragam model aturan yang dipakai di dunia, kita perlu mencari mana yang paling cocok bagi Indonesia," kata Samia. Rekomendasi ketiga adalah mengenai pengawasan implementasi aturan, mengingat proses konvergensi sistem laporan keuangan lama menjadi sistem IFRS perlu dipahami oleh manajemen perusahaan dan badan pengawas laporan keuangan yaitu Bank Indonesia dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). "Indonesia merupakan salah satu negara yang pertama yang mengikuti aturan IFRS untuk perusahaan publik dan perusahaan yang terdaftar dalam pasar modal, artinya perusahaan perlu diawasi dalam masa transisi dan badan pengawas laporan keuangan yaitu Bapepam-LK dan Bank Indonesia juga harus memahami aturan tersebut," kata Samia. Menurut Samia, bila tiga rekomendasi tersebut dikerjakan, Indonesia akan memiliki sistem yang kuat untuk berhadapan dengan krisis finansial dan kemungkinan kesulitan keuangan. Kelahiran ROSC, kata Samia, juga dilatarbelakangi oleh krisis finansial Asia 1998 yang membuat Bank Dunia mencari cara untuk menolong negara-negara berkembang dapat mengikuti standar akuntasi internasional demi menciptakan sistem keuangan yang lebih stabil. Laporan ROSC berisi regulasi dan praktek akuntasi dan pemeriksaan di suatu negara. Bank Dunia sudah membuat laporan tersebut untuk 110 negara di dunia, 11 di antaranya di kawasan Asia Timur dan Pasifik tanpa membuat peringkat di antara negara-negara tersebut. "Bank Dunia tidak mengawasi proses konvergensi sistem laporan keuangan namun akan mendukung pemerintah Indonesia dalam mempercepat pengembangan laporan keuangan yang sesuai dengan standar internasional agar perekomomian menjadi lebih efisien," kata Samia. Indonesia dorong ASEAN percepat penyeragaman kompetensi profesi Kamis, 17 November 2011 13:12 WIB | 408 Views Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Indonesia mendorong negara-negara anggota ASEAN untuk mempercepat penyelesaian penyeragaman standar kompetensi profesi berbagai bidang pekerjaan sebagai salah satu program mempercepat integrasi ekonomi di ASEAN. "Kerja sama peningkatan kompetensi profesional di antara negara-negara ASEAN sudah ada, tinggal bagaimana mempercepat implementasinya," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Pangestu, di sela-sela penyelenggaraan ASEAN Business and Investment Summit (ABIS) di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Bali, Kamis. Mari menjelaskan saat ini masalah standar kompetensi ketenagakerjaan di ASEAN masih belum bisa diselesaikan karena belum seluruh negara siap untuk melakukan penyeragaman sistem. Di Indonesia penyeragaman standar kompetensi profesi terus dikembangkan bahkan pada sektor tertentu sudah memenuhi syarat kesetaraan dengan kompetensi yang ditetapkan negara-negara ASEAN. Meski Indonesia sudah memiliki Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKN) namun peningkatan kualitas profesi berskala internasional menjadi keharusan agar tenaga kerja Indonesia bisa mudah bersaing dengan pekerja di luar negeri maupun pekerja asing di dalam negeri. Ia menjelaskan, beberapa profesi yang menjadi fokus penyeragaman standar antara lain jasa perhotelan, jasa pemandu wisata, keperawatan, kepelautan, sementara jasa kedokteran maupun akuntan sudah terlebih dulu memiliki standar internasional. Indonesia maupun negara lain berkepentingan ikut dalam penyeragaman standar kompetensi profesi karena akan memudahkan dalam hal mengirimkan tenaga kerja ke luar negeri. Sebaliknya tenaga kerja negara anggota ASEAN juga dapat bekerja di Indonesia. Salah satu profesi yang siap menuntaskan program standarisasi yaitu tenaga kerja perhotelan. "Sepuluh negara anggota ASEAN sudah menandatangani perjanjian timbal balik pengakuan kompetensi (mutual recognition arrangement/MRA) di bidang pariwisata. MRA sesama anggota ASEAN harus dikembangkan ke profesi lainnya," ujarnya. Kementerian Kebudayaan Pariwisata terus mendorong sekolah-sekolah maupun akademi pariwisata untuk mempercepat penerapan standar kompetensi agar dalam implementasinya tenaga kerja yang dihasilkan memiliki kualitas bagus. "Sistem pembelajaran dan kurikulumnya kami awasi, sehingga dapat memenuhi standar yang diterima di negara-negara lain," ujarnya. (*)

Lima bandara merugi akibat penyusutan Kamis, 13 Oktober 2011 16:58 WIB | 730 Views Aktifitas pengisian bahan bakar avtur ke dalam pesawat terlihat di areal Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta. (ANTARA/Ismar Patrizki) Jakarta (ANTARA News) - PT Angkasa Pura II Persero mengungkapkan dari 12 bandara yang dikelola, terdapat lima bandara rugi serta tujuh bandara membukukan keuntungan. "Kerugian ini dipicu tingginya beban penyusutan yang ditanggung oleh cabang karena adanya tambahan alat-alat produksi," kata Direktur Utama Angkasa Pura II Tri Sunoko dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI di Jakarta, Kamis. Menurut dia, landasan, instalasi, serta terminal di dalam bandara membutuhkan biaya yang besar. Ia menjabarkan lima bandara udara yang merugi, yaitu Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang sekitar Rp31,903 miliar, Bandara Internasional Minangkabau Padang sekitar Rp36,188 miliar, Halim Perdanakusuma Jakarta sebesar Rp12,007 miliar, Raja Haji Tanjung Pinang sebesar Rp6,573 miliar, serta Sultan Iskandarmuda Aceh sekitar Rp15,341 miliar. "Kerugian ini juga disebabkan oleh beban pegawai, yaitu peningkatan kebutuhan dan kesejahteraan karyawan," imbuhnya. Selain itu, lanjutnya, kerugian juga akibat beban pemeliharaan, penyusutan dan amortisasi yang meningkat sejalan dengan peningkatan investasi dan memastikan aspek keselamatan, keamanan, layanan dan kepatuhan. Kemudian juga akibat beban di luar usaha yang didominasi oleh beban selisih kurs akibat fluktuasi dolar dan optimalisasi dana ke dalam deposito dan obligasi, yang membuat peningkatan atas beban pajak bunga. Sementara tujuh bandara yang membukukan keuntungan, yakni Soekarno-Hatta Cengkareng sebesar Rp1,652 triliun, Polonia Medan Rp60,754 miliar, ST Syarif Kasim II Pekanbaru Rp21,750 miliar, Supadio Pontianak Rp9,527 miliar, Husein Sastranegara Bandung Rp7,703 miliar, Depati Amir Pangkal Pinang Rp34 miliar, dan Sultan Thaha Jambi Rp271 miliar. "Dalam kurun lima tahun terakhir, kas dan setara kas perusahaan terus membaik, yaitu rata-rata mencatat pertumbuhan 20 persen. Hal ini menunjukkan tingkat likuiditas perusahaan yang terus meningkat," ungkapnya. Dengan meningkatnya laba tujuh perusahaan pada kurun waktu lima tahun terakhir, katanya, maka jumlah cadangan umum perusahaan juga cenderung meningkat. Kualitas laporan keuangan negara perlu ditingkatkan Senin, 19 September 2011 14:01 WIB | 941 Views Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan perlunya peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara di pemerintah pusat dan daerah untuk mewujudkan laporan keuangan berkualitas terbaik. "Karena itu, pemerintah terus berupaya melakukan berbagai perbaikan guna peningkatan transparansi dan akuntanbilitas pengelolaan keuangan negara yang sesuai dengan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik," kata Menkeu dalam sambutannya pada Rakernas akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah di Jakarta, Senin. Menurut dia, berbagai langkah nyata yang dilakukan sebagai upaya untuk mewujudkan transparansi dan pengelolaan keuangan negara, antara lain menyempurnakan metode pencatatan dan sistem akuntansi dalam rangka pelaporan keuangan negara, perbaikan proses penyusunan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LKBUN) yang dimulai pelaporan keuangan tahun 2010 telah diaudit dan diberi opini oleh BPK. Kemudian, penyempurnaan sistem dan aplikasi administrasi penerimaan negara, penertiban rekening pada Kementerian negara/Lembaga dan penatausahaan Barang Milik Negara (BMN) yang meliputi inventarisasi, penilaian kembali dan sertifikasi. Pemerintah juga berupaya melakukan penertiban pengelompokan jenis belanja dalam penganggaran dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam bidang akuntansi dan pelaporan keuangan di seluruh K/L dan pemerintah daerah. Menkeu memastikan selama delapan tahun reformasi keuangan negara serta berbagai upaya tersebut, opini BPK atas Laporan Keuangan Kementerian negara/Lembaga (LKKL) semakin membaik.

"Jumlah LKKL yang mendapat opini terbaik, yaitu wajar tanpa pengecualian pada 2010 mencapai 53 LKKL, dari sebelumnya 2009 sebanyak 45 LKKL," ujarnya. Namun pada 2010 sebanyak 29 LKKL masih mendapatkan opini wajar dengan pengecualian serta dua LKKL yang mendapatkan opini disclaimer. Hal tersebut, kata Menkeu, dikarenakan masih ada beberapa permasalahan terkait pengelolaan keuangan yang terjadi pada beberapa K/L yang perlu diselesaikan yaitu adanya pungutan yang dikelola di luar mekanisme APBN, penerimaan hibah langsung yang diterima masih dikelola di luar mekanisme APBN. Kemudian, adanya anggaran belanja yang tidak sesuai dengan klasifikasi (peruntukannya), pelaksanaan inventarisasi serta penilaian kembali aset tetap pada K/L yang belum selesai secara keseluruhan dan perbedaan laporan hasil inventarisasi dan penilaian serta realisasi belanja di beberapa K/L yang tidak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. "Untuk itu, diperlukan komitmen para penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan di seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah mengenai ketentuan transparansi dan akuntanbilitas keuangan negara terutama di level pimpinan K/L maupun Pemda," ujar Menkeu. Menkeu menambahkan acara rakernas yang dilaksanakan selama dua hari 19-20 September 2011 dihadiri sekitar 700 pejabat pengelola keuangan pemerintah baik lembaga, pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam acara tersebut juga diberikan penghargaan kepada 53 kementerian dan lembaga serta 32 pemerintah daerah yang mendapatkan penilaian WTP dan mendapatkan nilai tertinggi.

2012, pencatatan keuangan Indonesia gunakan IFRS Friday, 23 April 2010 Oleh: Humas Share Pada tahun 2012, pencatatan keuangan di Indonesia akan berdasarkan pada International Finance Reporting Standard (IFRS). IFRS merupakan standar pencatatan dan pelaporan akuntansi yang berlaku secara internasional yang dikeluarkan oleh International Accounting Standard Boards (IASB), sebuah lembaga internasional yang bertujuan untuk mengembangkan suatu standar akuntansi yang tinggi, dapat dimengerti, diterapkan, dan diterima secara internasional. Demikian disampaikan oleh Rudy Suryanto, SE, M.Acc, Akt selaku dosen program studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dalam sebuah diskusi terbatas terkait dengan rencana penerapan IFRS di Indonesia bertempat di kampus terpadu UMY, Kamis (22/4). Menurut Rudy tujuan dari diterapkannya IFRS dalam pencatatan keuangan di Indonesia adalah untuk memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunanaan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang dikenal secara internasional. Selain itu, IFRS juga bertujuan untuk meningkatkan arus investasi global melalui transparansi serta menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan. Berdasarkan manfaat-manfaat tersebut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan pihak-pihak lain yang terkait sepakat untuk melakukan adopsi IFRS kedalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuanngan (PSAK) ungkapnya. Saat ini IFRS telah digunakan lebih dari 100 negara, berlaku untuk semua negara di Uni Eropa pada tahun 2005. Brasil, Kanada dan India telah mengumumkan kewajiban untuk menggunakan IFRS bagi perusahaan-perusahaan yang berlokasi di negara tersebut. Pada tahun 2011 diperkirakan semua negara besar sudah mengadopsi IFRS dengan berbagai variasinya, China dan Jepang secara substansi akan menyesuaiakan dengan IFRS dan perusahaan go public di Amerika Serikat akan mempunyai pilihan apakan menggunakan IFRS atau US GAAP. Sebenarnya penerapan IFRS di Indonesia telah dimulai secara bertahap sejak tahun 2007, namun akan diterapkan penuh tahun 2012 mendatang,ungkap Rudi. Sedangkan untuk standar pencatatan keuangan yang tidak ada di atur dalam IFRS seperti akuntansi syariah, akuntansi untuk UKM dan akuntansi untuk organisasi nirlaba akan dikembangkan sendiri oleh IAI. Di lain sisi, Rudi melihat penerapan IFRS tahun 2012 mendatang ini juga akan berdampak pada pembelajaran pada program studi Akuntansi di Indonesia. Rudi melihat banyak hal yang harus dipersiapkan. Salah satunya adalah mempersiapkan buku teks yang mendukung. Karena saat ini banyak buku pencatatan keuangan yang belum sesuai dengan IFRS. Selain itu, penerapan IFRS ini juga berdampak pada perubahan materi kuliah di prodi akuntansi. Salah satunya adalah perubahan mata kuliah. Materi mata kuliah akuntansi internasional yang biasanya membandingkan praktek akuntansi di berbagai negara harus di ubah menjadi membahas mengenai IFRS, serta up date perubahan PSAK dari waktu ke waktu. Karena dengan semakin banyak negara yg mengadopsi IFRS, maka perbedaan akan semakin terbatastandasnya. Indonesia memutuskan untuk berkiblat pada Standar Pelaporan Keuangan Internasional atau IFRS.

Batas waktu yang ditetapkan bagi seluruh entitas bisnis dan pemerintah untuk menggunakan IFRS adalah 1 Januari 2012. Semua persiapan ke arah sana harus diselesaikan karena ini akan dimulai pada 1 Januari 2012. Coba dilihat dampak pada biayanya karena pengalihan standar akan menyebabkan timbulnya ongkos tambahan, ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Rabu (5/5), saat menjadi pembicara kunci dalam seminar IFRS, Penerapan dan Aspek Perpajakannya. Menurut Sri Mulyani, konvergensi akuntansi Indonesia ke IFRS perlu didukung agar Indonesia mendapatkan pengakuan maksimal dari komunitas internasional yang sudah lama menganut standar ini. Kalau standar itu dibutuhkan dan akan meningkatkan posisi Indonesia sebagai negara yang bisa dipercaya di dunia dengan tata kelola dan pertanggungjawaban kepada rakyat dengan lebih baik dan konsisten, tentu itu perlu dilakukan, ujarnya. Selain IFRS, kutub standar akuntansi yang berlaku di dunia saat ini adalah United States General Accepted Accounting Principles (US GAAP). Negara-negara yang tergabung di Uni Eropa, termasuk Inggris, menggunakan International Accounting Standard (IAS) dan International Accounting Standard Board (IASB). Setelah berkiblat ke Belanda, belakangan Indonesia menggunakanPernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Mula-mula PSAK IAI berkiblat ke Amerika Serikat dan nanti mulai tahun 2012 beralih ke IFRS. Tujuh Manfaat Penerapan IFRS Ketua Tim Implementasi IFRS-Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Dudi M Kurniawan mengatakan, dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan tujuh manfaat sekaligus. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pertama, meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK). Kedua, mengurangi biaya SAK. Ketiga, meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan. Keempat, meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan. Kelima, meningkatkan transparansi keuangan. Keenam, menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar modal. Ketujuh, meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

Pengalaman di Eropa, ada beberapa masalah yang muncul dalam implementasi IFRS, antara lain perencanaan waktu yang kurang matang dan kurangnya dukungan dari manajemen puncak, tuturnya. Kepala Biro Standar Akuntansi dan Keterbukaan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Etty Retno Wulandari mengatakan, Indonesia perlu mengadopsi IFRS karena sebagian besar negara di dunia sudah menganut standar akuntansi itu. Dengan demikian, IFRS dapat meningkatkan perlindungan kepada investor pasar modal. Bapepam mewajibkan emiten dan perusahaan publik menyampaikan laporan keuangan ke Bapepam dan menyediakannya pada masyarakat. Laporan tersebut harus disajikan dengan standar akuntansi yang berkualitas tinggi, ungkapnya.

Konvergensi IFRS di Indonesia


16:19 LUBIS NO COMMENTS

Akhiruddin 20207082 4EB01 University Gunadarma


PENDAHULUAN

Akhir-akhir ini IFRS menjadi hot issue bagi akuntansi, top manajemen perusahaan-perusahaan yang sudah Go Public dan para akademisi serta para auditor yang melakukan auditing terhadap laporan keuangan perusahaanperusahaan yang sudah menerapkan IFRS tersebut dalam pelaporan keuangannya. Di Indonesia sendiri standar akuntansi yang berlaku dan berterima umum adalah PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan). Standar akuntansi yang ada di Indonesia saat ini belum mengadopsi penuh standar akuntansi international (IFRS). Standar akuntansi yang digunakan di Indonesia masih mengacu pada US GAAP (United Stated Generally Accepted Accounting Standard), namun dalam beberapa pasal sudah dilakukan harmonisasi terhadap IFRS.

Seiring dengan perkembangan kegiatan ekonomi dan globalisasi menuntut adanya suatau standard akuntansi internasional yang dapat diterima dan dapat dipahami secara internasional, oleh karena itu muncullah suatu standard internasional yaitu IFRS. Dimana tujuan dari konvergensi ini adalah agar informasi keuangan yang dihasilkan dapat diperbandingkan, mempermudah dalam melakukan analisis kompetitif dan hubungan baik dengan pelanggan, supplier, investor dan kreditor. Indonesia sebagai negara yang terus berkembang dan banyaknya transaksi internasional yang dilakukan mengharuskan Indonesia untuk melakukan konvergensi terhadap IFRS. Dengan dibuatnya satu standar akuntansi yang sama dan digunakan oleh seluruh negara akan semakin mendorong investor untuk masuk dalam pasar modal seluruh dunia, hal ini dikarenakan mutu dari laporan keuangan yang dihasilkan memiliki kredibilitas tinggi, pengungkapan yang lebih luas, informasi keuangan yang relevan dan akurat serta dapat diperbandingkan dan satu lagi yang sangat penting adalah dapat berterima secara internasional dan mudah untuk dipahami. Namun dalam prosesnya terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam melakukan konvergensi ke IFRS ini. Mulai dari perbedaan budaya tiap negara, perbedaaan sistem pemerintahan, perbedaan kepentingan antara perusahaan serta tingginya biaya yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan prinsip akuntansi. Konvergensi PSAK ke IFRS di Indonesia sendiri akan berlaku efektif dan full adoption pada tahun 2012. Lalu muncul pertanyaan apakah Indonesia sudah siap untuk mengadopsi IFRS?, Kenapa harus dilakukan konvergensi ke IFRS? Dan apa kesulitasn yang dihadapi terhadap adopsi IFRS ini? PEMBAHASAN IFRS (International Financial Reporting Standard) IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard Board (IASB). Standar akuntansi ini disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional (IFAC). Natawidnyana (2008) menyatakan bahwa sebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS sebelumnya merupakan International Accounting Standard (IAS). Kemudian IASB mengadopsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang dilakukan. Secara keseluruhan IFRS mencakup: a. b. c. d. International Financial Reporting Standard (IFRS) standar yang diterbitkan setelah tahun 2001 International Accounting Standard (IAS) standar yang diterbitkan sebelum tahun 2001 Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting Interpretations Committee (IFRIC) setelah tahun 2001 Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committe (SIC) sebelum tahun 2001 Secara garis besar standar akuntansi mengatur 4 hal pokok: a. Definisi laporan keuangan atau informasi lain yang berkaitan Definisi digunakan dalam standar akuntansi untuk menentukan apakah transaksi tertentu harus dicatat dan dikelompokkan ke dalam aktiva, hutang, modal, pendapatan dan biaya. b. Pengukuran dan penilaian Pengukuran dan penilaian digunakan untuk menentukan nilai dari suatu elemen laporan keuangan baik pada saat terjadinya transaksi keuangan maupun pada saat penyajian laporan keuangan. c. Pengakuan Kriteria ini digunakan untuk mengakui elemen laporan keuangan sehingga elemen tersebut dapat disajikan dalam laporan keuangan

1.

d.

Penyajian dan pengungkapan laporan keuangan Peyajian dan pengungkapan laporan keuangan digunakan menentukan jenis informasi dan bagaimana informasi tersebut disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan.

2. a. 1. 2.

Konvergensi IFRS di Indonesia Perkembangan Standar Akuntansi di Indonesia Tahun 1973 1984: Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) membentuk komite untuk menetapkan standar-standar akuntansi, yang kemudian dikenal dengan Prinsip-Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). Tahun 1984 1994: komite PAI melakukan revisi mendasar PAI 1973 dan kemudian menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia PAI 1994. Menjelang akhir tahun 1994 Komite Standar Akuntansi memulai suatu revisi besar atas prinsip prinsip akuntansi Indonesia dengan mengumumkan pernyataan pernyataan standar akutansi tambahan dan menerbitkan interpretasi atas standar tersebut. Revisi ini menghasilkan 35 peryataan standar akuntansi keuangan, yang sebagian besar adalah hasil harmonisasi dengan IAS yang dikeluarkan oleh IASB. Tahun 1994 2004: perubahan patokan standar keuangan dari US GAAP ke IFRS. Hal ini telah menjadi kebijakan Komite Standar Akuntansi Keuangan untuk menggunakan International Accounting Standards sebagai dasar membangun standar keuangan Indonesia. Pada tahun 1995, IAI melakukan revisi besar untuk menerapkan standar standar akuntansi baru, IAS mendominasi isi dari standar ini selain US GAAP dan dibuat sendiri. Tahun 2006 2008: dilakukan konvergensi IFRS tahap 1. Sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 2010, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terus direvisi secara berkesinambungan, proses revisi ini dilakukan sebanyak enam kali, yakni 1 Oktober 1995, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, 1 Juni 2006, 1 September 2007 dan 1 Juli 2009. Sampai dengan 2008 jumlah IFRS yang diadopsi baru 10 standar. Roadmap konvergensi IFRS di Indonesia

3.

4.

IFRS / IAS yang sudah diadopsi hingga saat ini: IFRS / IAS yang telah diadopsi ke dalam PASK hingga 31 Desember 2008 Inventories Events after balance sheet date Construction contracts Property, plant and equipment Leases Revenues Employee benefits Borrowing costs Financial instruments: presentation Financial instruments: recognation and measurement Investment propert IFRS / IAS yang telah diadopsi ke dalam PASK pada tahun 2009 Shared-based payment Insurance contracts Non-current assets held for sale and discontinued operations Exploration for and evaluation of mineral resources Financial instruments: disclosure Presentation of financial statements Consolidated and separate financial statements Investments in associates

IAS 2 IAS 10 IAS 11 IAS 16 IAS 17 IAS 18 IAS 19 IAS 23 IAS 32 IAS 39 IAS 40

IFRS 2 IFRS 4 IFRS 5 IFRS 6 IFRS 7 IAS 1 IAS 27 IAS 28

IFRS 3 IFRS 8 IAS 8 IAS 12 IAS 21 IAS 26 IAS 31 IAS 36 IAS 37 IAS 38

Business combination Segment reporting Accounting policies, changes in accounting estimates and errors Income taxes The effects of charges in foreign changes rates Accounting and reporting by retirement benefit plans Interests in joint ventures Impairment of assets Provisions , contigent liabilities and contigent assets Intangible assets IFRS / IAS yang telah diadopsi ke dalam PASK pada tahun 2008 Cash flow statements Accounting for goverment grants and dislosure of goverment assistance Related party disclosure Financial reporting in hyperinflationary economics Earning per share Interim financial reporting Agriculture

IAS 7 IAS 20 IAS 24 IAS 29 IAS 33 IAS 34 IAS 41

3. KENDALA KONVERGENSI PSAK KE DALAM IFRS a. Dewan standar kauntansi yang kurang sumberdaya b. IFRS berganti terlalu cepat sehingga ketika masih dalam proses adopsi satu standar IFRS dilakukan, pihak IASB sudah dalam proses mengganti IFRS tersebut c. Kendala bahasa, karena stiap standar IFRS harus diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan seringkali ini tidaklah mudah d. Infrastruktur profesi akuntansi yang belum siap e. Kesiapan perguruan tinggi dan akuntan pendidik untuk berganti acuan ke IFRS f. Support pemerintah terhadap issue konvergensi 4. a. b. c. d. e. MANFAAT KONVERGENSI IFRS Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional Meningkatkan arus investasi dlobal melalui transparansi Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raisingmelalui pasar modal secara global Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan antara lain, mengurangi kesempatan untuk melakukan earning management

Contoh Laporan Keuangan Dengan Berpedoman Pada IFRS

PENUTUP

SAK indonesia direncanakan akan mengadopsi penuh IFRS pada tahun 2012, hal ini diharapkan akan semakin membawa perusahaan perusahaan di Indonesia dapat bersaing dengan perusahaan internasional lainnya. Karena dengan melakukan adopsi ini tentunya penyajian laporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan juga akan semakin akuntabel dan transparan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam menerapkan full adoption terhadap IFRS, namun demi kepentingan semakin terciptanya proses akuntansi yang semakin baik IFRS harus diterapkan. Bagi akademisi tentunya juga harus mempelajari secara mendalam tentang IFRS ini, dengan harapan akan tersedia sumberdaya yang memadai untuk semakin membawa ke arah yang positif dari adopsi IFRS ini. DAFTAR PUSTAKA Anjasmoro, Mega. 2010. Adopsi International Financial Repot Standard: Kebutuhan atau Paksaan? Studi Kasus Pada PT Garuda Airlines Indonesia. Skripsi. Universitas Diponegoro Gamayuni, Rindu Rika. 2009. Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia Menuju International Financial Reporting Standards. DalamJurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 14, No. 2, pp. 153-166. Zamzami, Faiz. Perkembangan Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) di Indonesia. Posted in: AkuntansiInternasional,Tugas

Tata Cara Pengisian Formulir Aplikasi

(Seluruh kotak isian pada Formulir Aplikasi harus diisi dan atau dipilih. Tidak boleh dikosongkan kecuali kotak sharing biaya dari lembaga pengusul, bila tidak ada sharing biaya boleh dikosongkan).

1.

Login: Bagi yang sejak tahun 2008 telah memiliki User Name dan Password dapat langsungLogin dengan User Name dan Password yang dimiliki. Bila belum memiliki User Name danPassword silahkan mendaftar dengan cara menekan kalimat "daftar terlebih dahulu". Selanjutnya masukkan User Name (minimal 5 karakter), Nama Lengkap, Password (minimal 8 karakter) dan Konfirmasi Password (harus sama). Dalam menulis User Name danPassword Gunakanlah karakter "_" (tanpa kutip dua) atau underscore sebagai pengganti spasi (whitespace). Waktu Pengisian Formulir Aplikasi Terbatas: Formulir Aplikasi On-line tidak dapat diedit, untuk itu sebelum mengisi Formulir On-line sangat disarankan agar Anda mempelajari pertanyaan/data yang diminta dan membuat draft isiannya secara lengkap, kemudian lakukan copy ke Formulir Aplikasi. Tahun Pelaksanaan: Tahun 2012 merupakan tahun insentif riset dilaksanakan dan secara otomatis ditampilkan oleh komputer. Tanggal Mengisi: Tanggal ketika mengisi formulir aplikasi ini, telah tertulis tanggal hari ini. Bila tanggal pada komputer tidak menunjukkan tanggal hari ini, tanggal komputer Anda harus disetting ulang sesuai tanggal hari ini. Lama Riset: Pilih angka dalam kotak yang tersedia sesuai durasi pelaksanaan insentif riset sinas yang diinginkan. Pelaksanaan insentif riset diperbolehkan paling lama sampai dengan 3 (tiga) tahun. Sesuaikan dengan jenis insentif riset yang dipilih pada butir 8 di bawah. Riset ini Tahun ke-: Pilih angka dalam kotak yang tersedia sesuai dengan tahun pelaksanaan insentif riset. Angka 1 (satu) untuk proposal BARU sedang Angka 2 (dua) atau 3 (tiga) untuk proposal LANJUTAN. Perhatikan baik-baik, jangan sampai salah dalam memilih. Salah memilih akan merugikan Anda sendiri. Nomor Identitas Tahun Sebelumnya: Bila proposal merupakan proposal lanjutan, diisi Nomor Identitas proposal tahun sebelumnya dengan urutan [JENIS INSENTIF-TAHUN-NOMOR URUT]. Contoh: RD-2010-100.

2. 3. 4. 5. 6. 7.

8.

Kode Insentif Riset: Pilih jenis insentif riset seperti tersebut di bawah, untuk proposal lanjutan jenis insentif riset secara otomatis akan digunakan jenis insentif riset yang terdapat pada proposal sebelumnya: 1. Insentif Riset Dasar, lama riset antara satu (1) sampai dengan tiga (3) Tahun, mitra perusahaan tidak wajib namun diperbolehkan. 2. Insentif Riset Terapan, lama riset antara satu (1) sampai dengan tiga (3) Tahun, mitra perusahaan tidak wajib namun diperbolehkan. 3. Insentif Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi, lama riset satu (1) Tahun, boleh diperpanjang, wajib bermitra dengan perusahaan. 4. Insentif Percepatan Difusi dan Pemanfaatan Iptek, lama aktivitas hanya satu (1) Tahun, bermitra dengan perusahaan akan diutamakan. Judul: Isi dengan judul yang akan diusulkan secara lengkap, mengacu pada topik dan sasaran dalam produk terget pada setiap bidang fokus yang telah ditentukan pada lampiran 1 Pedoman Insentif Riset Edisi-5. Ditulis dengan huruf kecil dan huruf kapital untuk huruf pertama setiap kata. [Contoh: Pengembangan Padi Tahan Hama Toleran Terhadap Banjir dengan Produksi 10 ton/ha.] 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Ketahanan Pangan. Teknologi Kesehatan dan Obat. Energi. Teknologi dan Manajemen Transportasi. Teknologi Informasi dan Komunikasi. Teknologi Pertahanan dan Kemamanan. Material Maju.

9.

10. Bidang Fokus: Pilih bidang fokus yang telah disediakan :

11. Produk Target: Pilihlah produk target hanya yang ditawarkan. 12. Biaya: Cantumkan total biaya untuk penelitian yang diusulkan kepada Insentif Riset Kementerian 13. Laboratorium 14. No.

Riset dan Teknologi (KRT); biaya penelitian sebelumnya dan biaya penelitian lanjutan bila penelitian dilakukan lebih dari satu tahun, sesuai Lama Riset butir 5. Nilai uang ditulis lengkap dalam rupiah tanpa menggunakan karakter titik (.) dan atau koma (,) (contoh: 250000000). Terakredidasi: Bila laboratorium tempat penelitian telah terakredisasi, silahkan kotak disamping kiri Ya diberi tanda (v). Sertifikat Akreditasi: Bila butir (14) di atas dipilih Ya ( kotak sebelah kiri diberi tanda v) atau laboratorium terakredisasi, silahkan diisi dengan nomor sertifikat akreditasi yang dimiliki abstrak lengkap dari penelitian/aktivitas yang diusulkan. Maksimal 2 (dua) halaman kertas A4 dengan font 12 spasi tunggal, atau kira-kira 1.000 kata. tujuan dan signifikansi dari penelitian/kegiatan. Maksimal 1 (satu) halaman kertas A4 dengan font 12 spasi tunggal, atau kira-kira 450 kata. (satu) halaman kertas A4 dengan font 12 spasi tunggal, atau kira-kira 450 kata.

15. Abstrak: Tuliskan

16. Tujuan dan signifikansi: Tuliskan secara jelas

17. Sistematika: Tuliskan secara jelas sistematika dari pelaksanaan penelitian/aktivitas. Maksimal 1 18. Efek
dari diseminasi hasil riset/aktivitas bagi industri, ekonomi dan masyarakat Indonesia: Tuliskan secara jelas efek dari diseminasi hasil penelitian/aktivitas bagi industri, ekonomi dan masyarakat. Maksimal 1 (satu) halaman kertas A4 dengan font 12 spasi tunggal, atau kira-kira 450 kata. keluaran (prototipe, pilot plant dll) riset/aktivitas: Sebutkan keluaran yang akan diperoleh dari pelaksanaan penelitian/ aktivitas. Peneliti: Pilihlah jumlah peneliti/pelaksana, bila jumlahnya lebih dari 3 (tiga) orang, hanya 3(tiga) orang yang dimasukkan dalam formulir aplikasi ini. memanfaatkan atau mengkomersialkan hasil insentif riset. Pastikan apakah penelitian/aktivitas yang diusulkan bermitra dengan pihak lain atau tidak. Khusus untuk Insentif Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi wajib memiliki mitra industri. Untuk Insentif Percepatan Difusi dan Pemanfaatan Iptek, bila memiliki mitra industri akan diutamakan

19. Bentuk

20. Jumlah

21. Memiliki Mitra: Yang dimaksud mitra dalam insentif riset adalah perusahaan/industri yang akan

22. Tipe Mitra: Bila memiliki mitra pilihlah mitra sesuai dengan asalnya, nasional atau internasional.
23. Peneliti Utama:

1. 2.

Nama: Nama Peneliti Utama ditulis lengkap dengan gelar dibelakang, baik gelar akademi, agama dll. (Contoh: Fulan Sufulan, H., Prof., Dr., Ir., Msc.) Jenis Kelamin: Pilih jenis kelamin yang sesuai. (Contoh: Pria.)

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 1. 2. 3. 4. 5.

Institusi: Institusi ditulis lengkap dengan huruf kapital, tidak boleh disingkat. (Contoh: DEPARTEMEN PERTANIAN atau UNIVERSITAS GADJAH MADA atau BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI) Unit Organisasi: Unit Organisasi ditulis lengkap dengan huruf kapital, tidak boleh disingkat. (Contoh: DIREKTORAT atau PUSAT PENGEMBANGAN AGROBISNIS atau LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT) Alamat Kantor: Alamat Kantor, tidak alamat rumah tempat tinggal, ditulis lengkap, jelas berikut kode pos. (Contoh: Lantai 7, Gedung II BPPT, Jl. MH. Thamrin No. 8, Jakarta 10340. ) Nomor Telpon Kantor: Nomor Telpon Kantor, tidak nomor telpon rumah tempat tinggal, harus diisi, ditulis lengkap dengan kode area. (Contoh: 021 3169236). Tidak diperbolehkan diisi dengan karakter titik (.), minus (-) atau karakter lain Nomor Handphone (HP): Nomor Handphone (HP), harus diisi, ditulis lengkap. (Contoh: 0812 31692360). Tidak diperbolehkan diisi dengan karakter titik (.), minus (-) atau karakter lain Nomor Faks Kantor: Nomor Faks Kantor, tidak nomor Faks rumah tempat tinggal, harus diisi, ditulis lengkap dengan kode area. (Contoh: 021 31923902). Tidak diperbolehkan diisi dengan karakter titik (.), minus (-) atau karakter lain Tidak

Email: Email harus diisi, ditulis lengkap. (Contoh: fulansu@ristek.go.id). diperbolehkan diisi dengan karakter titik (.), minus (-) atau karakter lain. 24. Peneliti Kedua:

Nama: Nama Peneliti Kedua ditulis lengkap dengan gelar dibelakang, baik gelar akademi, agama dll. (Contoh: Muhammad Fulan, Dr., Ir., MT.) Jenis Kelamin: Pilih jenis kelamin yang sesuai. (Contoh: Pria.) Institusi: Institusi ditulis lengkap dengan huruf kapital, tidak boleh disingkat. (Contoh: DEPARTEMEN PERTANIAN atau UNIVERSITAS GADJAH MADA atau BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI) Unit Organisasi: Unit Organisasi ditulis lengkap dengan huruf kapital, tidak boleh disingkat. (Contoh: DIREKTORAT atau PUSAT PENGEMBANGAN AGROBISNIS atau LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT) Alamat Kantor: Alamat Kantor, tidak alamat rumah tempat tinggal, ditulis lengkap, jelas berikut kode pos. (Contoh: Lantai 7, Gedung II BPPT, Jl. MH. Thamrin No. 8, Jakarta 10340. ) Nomor Telpon Kantor: Nomor Telpon Kantor, tidak nomor telpon rumah tempat tinggal, harus diisi, ditulis lengkap dengan kode area. (Contoh: 021 3169236). Tidak diperbolehkan diisi dengan karakter titik (.), minus (-) atau karakter lain Nomor Handphone (HP): Nomor Handphone (HP), harus diisi, ditulis lengkap. (Contoh: 0813 316092160). Tidak diperbolehkan diisi dengan karakter titik (.), minus (-) atau karakter lain Nomor Faks Kantor: Nomor Faks Kantor, tidak nomor Faks rumah tempat tinggal, harus diisi, ditulis lengkap dengan kode area. (Contoh: 021 31923902). Tidak diperbolehkan diisi dengan karakter titik (.), minus (-) atau karakter lain Tidak

Email: Email harus diisi, ditulis lengkap. (Contoh: mfulan@ristek.go.id). diperbolehkan diisi dengan karakter titik (.), minus (-) atau karakter lain 25. Peneliti Ketiga:

Nama: Nama Peneliti Ketiga ditulis lengkap dengan gelar dibelakang, baik gelar akademi, agama dll. (Contoh: Fulan Bin Fulan, R., Ir.) Jenis Kelamin: Pilih jenis kelamin yang sesuai. (Contoh: Pria.) Institusi: Institusi ditulis lengkap dengan huruf kapital, tidak boleh disingkat. (Contoh: UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA) Unit Organisasi: Unit Organisasi ditulis lengkap dengan huruf kapital, tidak boleh disingkat. (Contoh: FAKULTAS TEKNIK) Alamat Kantor: Alamat Kantor, tidak alamat rumah tempat tinggal, ditulis lengkap, jelas berikut kode pos. (Contoh: Lantai 3, Gedung Fakultas Teknik, Jl. Mesin No. 18, Jakarta 11350. )

6. 7. 8. 9. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
27. Mitra:

Nomor Telpon Kantor: Nomor Telpon Kantor, tidak nomor telpon rumah tempat tinggal, harus diisi, ditulis lengkap dengan kode area. (Contoh: 021 7869236). Tidak diperbolehkan diisi dengan karakter titik (.), minus (-) atau karakter lain Nomor Handphone (HP): Nomor Handphone (HP), harus diisi, ditulis lengkap. (Contoh: 021 60921600). Tidak diperbolehkan diisi dengan karakter titik (.), minus (-) atau karakter lain Nomor Faks Kantor: Nomor Faks Kantor, tidak nomor Faks rumah tempat tinggal, harus diisi, ditulis lengkap dengan kode area. (Contoh: 021 78923902). Tidak diperbolehkan diisi dengan karakter titik (.), minus (-) atau karakter lain Tidak

Email: Email harus diisi, ditulis lengkap. (Contoh: fufu@ristek.go.id). diperbolehkan diisi dengan karakter titik (.), minus (-) atau karakter lain 26. Lembaga Pengusul:

Lembaga Pengusul: Nama Lembaga Pengusul ditulis lengkap dengan huruf kapital, tidak boleh disingkat. (Contoh: DEPARTEMEN PERTANIAN atau UNIVERSITAS GADJAH MADA atau BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI) Unit Organisasi: Unit Organisasi ditulis lengkap dengan huruf kapital, tidak boleh disingkat. Bagi unit organisasi yang telah terakreditasi oleh KNAPPP, agar dibelakang nama unit organisasi disebutkan dalam tanda kurung, [Contoh: PUSAT PENGEMBANGAN AGROBISNIS (KNAPPP) ]. Kepala Unit Organisasi: Nama Kepala Unit Organisasi ditulis lengkap dengan gelar dibelakang, baik gelar akademi, agama dll. (Contoh: Fulan Achmad, Dr., Drs., MS.) Alamat Kantor: Alamat Kantor Kepala Unit Organisasi, tidak alamat rumah tempat tinggal, ditulis lengkap, jelas berikut kode pos. (Contoh: Lantai 9, Gedung I Deptan, Jl. Ps. Pahing No. 80, Jakarta 71350. ) Nomor Telpon Kantor: Nomor Telpon Kantor Kepala Unit Organisasi, tidak nomor telpon rumah tempat tinggal, harus diisi, ditulis lengkap dengan kode area. (Contoh: 021 3169236). Tidak diperbolehkan diisi dengan karakter titik (.), minus (-) atau karakter lain Nomor Handphone (HP): Nomor Handphone (HP) Kepala Unit Organisasi , harus diisi, ditulis lengkap. (Contoh: 0812 31692360). Tidak diperbolehkan diisi dengan karakter titik (.), minus (-) atau karakter lain Nomor Faks Kantor: Nomor Faks Kantor Kepala Unit Organisasi, tidak nomor Faks rumah tempat tinggal, harus diisi, ditulis lengkap dengan kode area. (Contoh: 021 31923902). Tidak diperbolehkan diisi dengan karakter titik (.), minus (-) atau karakter lain Email: Email Kepala Unit Organisasi harus diisi, ditulis lengkap. (Contoh: fulansu@ristek.go.id). Tidak diperbolehkan diisi dengan karakter titik (.), minus (-) atau karakter lain Sharing Biaya: Lembaga Pengusul boleh sharing biaya namun tidak wajib, sharingbiaya dapat berbentuk inkind maupun incash. Bila inkind harus dikonversi ke nilai uang rupiah. (Contoh: Rp. 125000000) Nama (Peneliti): Nama pelaksana/peneliti dari perusahaan mitra ditulis lengkap dengan huruf kapital hanya pada huruf pertama setiap kata, gelar akademi, profesi, agama dll ditulis dibelakang nama. (Contoh: Sufulan, Prof. H. Ir. MSc. PhD. Institusi: Nama perusahaan mitra ditulis lengkap dengan huruf kapital, tidak boleh disingkat. (Contoh: PT. PADI LESTARI, Tbk. Unit Organisasi: Unit Organisasi ditulis lengkap dengan huruf kapital, tidak boleh disingkat. [Contoh: BAGIAN PRODUKSI ]. Kepala Unit Organisasi: Nama Kepala Unit Organisasi ditulis lengkap dengan gelar dibelakang, baik gelar akademi, agama dll. (Contoh: Fulan, SP.) Alamat Kantor: Alamat Kantor, tidak alamat rumah tempat tinggal, ditulis lengkap, jelas berikut kode pos. (Contoh: Jl. Jerami besar No. 15, Jakarta 31350. ) Nomor Telpon Kantor: Nomor Telpon Kantor, tidak nomor telpon rumah tempat tinggal, harus diisi, ditulis lengkap dengan kode area. (Contoh: 021 3169331). Tidak diperbolehkan diisi dengan karakter titik (.), minus (-) atau karakter lain

1. 2. 3. 4. 5. 6.

7. 8. 9.

Nomor Handphone (HP): Nomor Handphone (HP) peneliti, harus diisi, ditulis lengkap. (Contoh: 0856 31692360). Tidak diperbolehkan diisi dengan karakter titik (.), minus (-) atau karakter lain Nomor Faks Kantor: Nomor Faks Kantor Kepala Unit Organisasi, tidak nomor Faks rumah tempat tinggal, harus diisi, ditulis lengkap dengan kode area. (Contoh: 021 31923977). Tidak diperbolehkan diisi dengan karakter titik (.), minus (-) atau karakter lain Email: Email Kepala Unit Organisasi harus diisi, ditulis lengkap. (Contoh: fulansp@yahoo.com). Tidak diperbolehkan diisi dengan karakter titik (.), minus (-) atau karakter lain wajib sharing biaya, sharing biaya dapat berbentuk inkindmaupun incash. Bila inkind harus dikonversi ke nilai uang rupiah. (Contoh: Rp. 150000000). Khusus untuk Program Insentif Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi harus ada Sharing Biaya dan wajib mencantumkan besaran anggaran Kontribusi dari Mitra Industri baik inkind dan atau incash, bila inkind harus dikonversi dalam bentuk uang rupiah.

10. Sharing Biaya: Mitra

28. Bila

formulir telah selesai diisi dengan benar, tekan Lanjut untuk mengirim formulir aplikasi. Akan muncul pertanyaan: Data yang Anda masukan sudah betul ?. Bila sudah betul, tekan Ya, maka data akan terkirim. Apabila aplikasi telah diterima oleh Sekretariat Insentif Riset, maka Anda akan segera mendapat pemberitahuan (tunggu beberapa saatsampai jawaban tampil, jangan menutup aplikasi dulu) bahwa aplikasi telah diterima, dandiberi Nomor Identitas. Silahkan dicetak untuk disimpan sebagai bukti pendaftaran dan untuk keperluan lain yang terkait selama proses pengajuan proposal. Nomor Identitas ini harap dicantumkan pada halaman depan (cover) Proposal yang akan Anda kirim lebih lanjut. terkirim sempurna dan Formulir Aplikasi kembali dalam keadaan kosong serta pendaftar berikutnya dapat mengisi Formulir Aplikasi secara sempurna.

29. Log Out: Untuk mengakiri pengisian Formulir Aplikasi harus lakukan Log Out agar semua data

CARA UPLOAD PROPOSAL LENGKAP


Insentif Riset TA-2011
Bagi Bapak/Ibu/Saudara yang proposalnya tercantum dalam Short List wajib menyampaikan soft copy proposal lengkap (lembar pengesahan + proposal teknis + proposal biaya + biodata) format pdf melalui upload file dengan cara sbb:

1.

Masuk ke dalam menu Formulir Aplikasi menggunakan User Name dan Password yang telah dimiliki. 2. Pilih Formulir Aplikasi. 3. Pilih Status Proposal. 4. Sebelum melakukan upload ubahlah nama file yang akan di-upload dengan nama sesuai nomor identitas proposal (contoh:KP-2011-0003.pdf). 5. Pilihlah file yang akan di-upload dengan mengklik Browse, cari dalam folder hingga file yang dimaksud ditemukan. 6. Klik Upload. 7. Bila file telah terkirim maka akan ditampilkan File Ter-Upload:KP-2011-0003.pdf. Upload file dapat dilakukan mulai tanggal 17 Juli 2010 sampai dengan tanggal 26 Juli 2010.

nsentif Riset Dasar


1. Latar Belakang:

Perkembangan iptek tidak terlepas dari dukungan berbagai teori yang berasal dari pemikiran, pengetahuan mendasar, atau paradigma baru yang hanya dapat diperoleh melalui aktivitas riset dasar. Aktivitas riset ini menuntut motivasi, ketekunan, dan kerja keras dari pelaksana. Oleh karena itu, untuk meningkatkan animo, aktivitas riset dasar perlu didorong dengan menciptakan iklim yang kondusif melalui suatu insentif. Riset Dasar tersebut hendaknya dirancang untuk dapat memberikan manfaat dikemudian hari, yang dapat dikembangkan menjadi Riset Terapan, Riset Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi ataupun Percepatan Difusi dan Pemanfaatan Iptek. 2. Tujuan Insentif Riset Dasar:

1. 2.

Umum: Membangun kemampuan peneliti dan menguatkan kemampuan institusi untuk melaksanakan riset dasar dan meletakkan dasar kemampuan mengembangkan riset terapan.

3.

Khusus: 1)Memacu kajian kritis bidang keilmuan secara konseptual-teoritis (discovery) dan/atau eksperimental; 2)Menghasilkan studi unggulan yang dilandasi cara berpikir kritis dan independen seirama dengan tingkat perkembangan mutakhir masalahmasalah keilmuan; 3)Meningkatkan kemampuan kreatif dan inventif ilmiah (invention) dan/atau pembaharuan metodologi (dan teknologi terkait) dalam bidang keilmuan tertentu untuk dikembangkan ke arah produksi. Karakteristik: Penelitian yang dilakukan merupakan pengembangan teori, konsep, dan metodologi dari suatu bidang ilmu tertentu. Riset dasar terdiri atas tiga jenis, yaitu (1) riset dasar fundamental yang melingkupi kemajuan ilmu serta kepranataan ilmu lanjut, yaitu berupa upaya merumuskan yang belum terjelaskan, (2) riset dasar perumusan yang melingkupi masalah pertumbuhan pemanfaatan ilmu, dan (3) riset dasar untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dijumpai dalam proses mencapai produk target yang ditawarkan.

4.

Ruang Lingkup dan Judul : Pemilihan tema, topik, dan ruang lingkup proposal baru diwajibkan agar: Merujuk pada produk target untuk tujuh bidang fokus dan dua faktor pendukung keberhasilan. 2. Bersifat pengembangan ide baru yang kritis dalam bidang keilmuan. 3. Memberi kontribusi bagi pembaharuan dan/atau pengembangan serta verifikasi teori dan konsep baru serta metodologi dalam bidang keilmua. 4. Memberi manfaat akademik bagi pengembangan teori dan kajian ilmiah yang mutakhir (sesuai dengan state of the arts dalam bidang ilmu tertentu) yang mendukung produk target dan topik yang ditawarkan. 5. Memberi manfaat teknis metodologis bagi pengembangan cara serta instrumen untuk melakukan penelitian. 6. Judul riset harus spesifik dan terukur. Keluaran Riset Dasar: 1. Konstruksi teoretis dan metodologis yang dipublikasikan dalam jurnal nasional dan/atau jurnal internasional terakreditasi atau buku yang diterbitkan oleh penerbit nasional, atau Kekayaan Intelektual yang telah terdaftar, dan/atau 2. Diseminasi ilmu dalam bentuk pelatihan, lokakarya, seminar, dan pembentukan kelompok. Unsur Penilaian: Unsur penilaian meliputi: Menawarkan ide baru baik secara teoretis maupun metodologis dalam memaknai secara kritis kecenderungan perkembangan bidang keilmuan yang mendukung produk target dan topik yang ditawarkan, 2. Memiliki bangunan konseptual yang kuat dan jelas, dan 3. Memenuhi persyaratan ilmiah dalam rumusan masalah dan metode pemecahannya. Peneliti: 1. Riset dasar bersifat kompetitif dan terbuka untuk peneliti dari lembaga pemerintah, universitas negeri/swasta, lembaga swadaya masyarakat.. 2. Bidang yang diteliti harus sesuai dengan latar belakang pendidikan dan track record peneliti utama. 1. 1.

5.

6.

7.

8.

9.

Setiap riset dilaksanakan oleh seorang peneliti utama dan paling banyak dua orang peneliti lain serta dibantu oleh paling banyak tiga orang pembantu peneliti dengan bidang keahlian yang saling mendukung. 4. Peneliti utama dalam insentif riset dasar pada periode yang sama tidak diperkenankan menjadi peneliti utama dalam riset yang lain; tetapi diperkenankan menjadi anggota tim peneliti. Hal ini wajib ditunjukkan dengan pernyataan tertulis. 5. Dana riset dasar tidak dapat dipakai untuk membiayai skripsi, tesis, atau disertasi program S1, master/magister, atau Ph.D. Tolok Ukur Keberhasilan: 1. Terbentuknya kemampuan peneliti dan institusi dalam melaksanakan riset dasar dan meletakkan dasar kemampuan mengembangkan riset terapan. 2. Terbangunnya sejumlah konstruksi teoritis dan metodologis yang dipublikasikan dalam jurnal nasional dan/atau jurnal internasional. 3. Terdapatnya peta dan penjelasan masalah fundamental bidang keilmuan. Pelaporan: Laporan aktivitas riset (laporan kemajuan dan laporan akhir) dibuat sesuai tahapan pembiayaan yang ditetapkan. Laporan harus memuat:

3.

1. a)pelaksanaan aktivitas riset, hasil, hambatan/ penyimpangan yang terjadi, 2. a)perlindungan Kekayaan Intelektual yang telah didaftarkan, serta publikasi iptek. 10. Pelaporan: Halaman Depan (cover warna merah) Proposal. Lembar Pengesahan Proposal Teknis

Insentif Riset Terapan


1. Latar Belakang: Insentif Riset Terapan merupakan upaya untuk memacu aktivitas riset dengan penekanan utama pada peningkatan pendayagunaan iptek dalam aktivitas masyarakat. Insentif Riset ini dipandang perlu karena jumlah hasil riset yang diserap dan diadopsi oleh pengguna teknologi yaitu industri, masyarakat dan pemerintah, di dalam negeri masih sedikit. Harga bahan dan komponen untuk keperluan riset yang dipenuhi oleh produk luar negeri semakin tinggi. Terdapatnya ancaman dan tantangan di dalam aktivitas perdagangan internasional, khususnya ACFTA yang telah diberlakukan sejak 1 Januari 2010, dan juga berkaitan dengan jumlah paten yang dihasilkan. Di samping itu berbagai upaya untuk semakin memperkokoh pranata kebijakan, baik di bidang industri maupun aktivitas riset iptek masih perlu didorong. Aktivitas riset ini memiliki nilai iptek dan nilai strategis-ekonomis yang tinggi sebab dapat segera diaplikasikan untuk memecahkan masalah yang dihadapi bangsa saat ini. Alur pemikiran mengenai latar belakang, masalah, hipotesis, metodologi, dan analisis harus memiliki dampak positif terhadap pembangunan. Aktivitas Insentif Riset Terapan adalah bantuan pembiayaan aktivitas penelitian untuk menerapkan ilmu dasar untuk menghasilkan teknologi, aplikasi ataupun usulan penyelesaian suatu masalah yang terkait dengan bidang prioritas. Pendekatan permasalahan dalam riset terapan mencakup komoditas, sosial/ lingkungan ataupun kelembagaan/kebijakan yang secara nyata memiliki dampak positif terhadap penyelesaian masalah pembangunan bangsa dengan batasan sebagai berikut.: aktivitas riset terapan terdiri atas aktivitas-aktivitas riset yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam kurun waktu tahun yang bersangkutan. Apabila aktivitas riset berlanjut, harus diusulkan kembali untuk tahun berikutnya yang akan diproses dengan prosedur yang sama. 2. aktivitas riset diarahkan untuk memecahkan masalah-masalah aktual bangsa Indonesia, dengan memperhatikan semangat pembangunan iptek yang meliputi : (i) teknologi untuk pengentasan kemiskinan (pro poor technology), (ii) teknologi untuk pembangunan kemaritiman, dan (iii) teknologi untuk keberlanjutan fungsi-fungsi lingkungan. Tujuan Insentif Riset Terapan: 1.

2.

3.

4.

5.

Mengorientasikan kemampuan sumber daya manusia di lembaga penelitian dan pengembangan, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun swasta, serta perguruan tinggi dan industri agar mendorong penguasaan iptek dari sejumlah bidang yang ditentukan dalam rangka mendukung upaya penyelesaian masalah pembangunan dalam jangka pendek dan menengah; 2. Membangun jaringan keterpaduan kerja sama antara peneliti dalam bidang tertentu agar dapat bersama-sama membentuk kemampuan mengembangkan hasil riset terapan yang diperlukan untuk menumbuhkan kapasitas inovasi produksi sejalan dengan kemajuan teknologi (state of the art of technology); 3. Memanfaatkan berbagai sumber daya riset yang tersedia. Secara khusus Insentif Riset Terapan ditujukan untuk meningkatkan dan menyelaraskan penguasaan iptek dengan memadukan sumberdaya manusia, dana, dan sarana/prasarana riset yang tersedia dalam rangka pembangunan sistem nasional inovasi yang lebih terpadu. Karakteristik: 1. Sifat keunggulannya ditunjukkan dengan aktivitas penelitian yang bermuara pada dua orientasi, yaitu (i) pemecahan masalah jangka pendek dan menengah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dan (ii) peningkatan nilai tambah dari permasalahan proses produksi (added value); 2. Karena penekanannya pada pengembangan kapasitas riptek secara terarah, insentif riset ini bersifat semi top-down. Penentuan bidang dan tema penelitian lebih bersifat makro dan dimaksudkan untuk menekankan prioritas aktivitas riset sebagai unggulan pada perioda waktu yang ditentukan; 3. Aspek yang sangat penting dalam unsur keterpaduan adalah kerja sama antarpeneliti dari berbagai lembaga penelitian dalam disiplin ilmu yang saling melengkapi dengan memanfaatkan sarana dan prasarana laboratorium yang telah tersedia; 4. Hasil Insentif Riset Terapan dapat merupakan hasil antara dan memerlukan tindak lanjut para peneliti yang bersangkutan. Oleh karena itu, hasil penelitian yang telah dihasilkan paling sedikit harus disebarluaskan kepada publik secara luas, baik dalam bentuk publikasi, pameran maupun melalui wahana informasi lain agar dapat dimanfaatkan. Ruang Lingkup dan Judul : 1. Ruang lingkup penelitian Insentif Riset Terapan akan difokuskan pada upaya merealisasikan produk target tujuh fokus bidang prioritas dan dua faktor pendukung keberhasilan sesuai dengan ARN 2010-2014. 2. Judul penelitian harus spesifik dan terukur. Keluaran Riset Terapan: Keluaran aktivitas riset ini berupa (i) produk yang dapat dimanfaatkan pihak ketiga (industri/swasta, masyarakat dan pemerintah); (ii) temuan yang dapat dipatenkan; (iii) prototip, atau (iv) tulisan yang dipublikasikan dalam jurnal iptek nasional atau internasional yang terakreditasi.

1.

6.

Unsur Penilaian: Unsur penilaian meliputi: 1. Penilaian proposal penelitian ditekankan pada unsur-unsur (i) orisinalitas; (ii) unsur pembaharuan; (iii) kelayakan (sumber daya manusia, teknologi, sarana dan prasarana, serta waktu dan pembiayaan); dan (iv) keterkaitan antara metodologi dan tujuan penelitian. Proposal harus secara jelas menunjukkan adanya (i) keterkaitan antara topik penelitian yang diusulkan dan pemilihan tema yang sesuai; (ii) dampak hasil penelitian terhadap kemampuan dan pengembangan SDM, institusi, dan aturan/norma di bidang yang dipilih; (iv) tahapan penelitian dan hypothetical results di dalam periode waktu yang diusulkan. Untuk menjaga aktualisasi tema dan mendukung unsur kebaharuan dalam penelitian yang diajukan, peneliti dianjurkan untuk (i) melakukan preliminary research; (ii) melakukan patent-searching dan preferrable patentable product; (iii) melakukan preliminary survey tentang market demand; (iv) mengutamakan asas manfaat bagi pemakai. Proposal penelitian juga dipersyaratkan untuk mencakup prospek ekonomi hasil penelitian dalam waktu kurang dari 10 tahun dan menunjukkan secara konkrit keterkaitan hasil penelitian dengan jenis industri yang dapat atau yang akan menggunakannya.

2.

3.

4.

7.

8.

Dalam rangka mendukung program Millenium Development Goals (MDG's) 2015, penelitian yang mengimplementasikan gagasan peningkatan kualitas lingkungan hidup, pengentasan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat akan lebih diutamakan. Peneliti: 1. Kedudukan peneliti adalah di lembaga riset, perguruan tinggi, dan industri, baik pemerintah maupun swasta. 2. Setiap riset dipimpin oleh seorang peneliti utama dan beberapa peneliti lainnya serta dibantu oleh teknisi dengan bidang keahlian yang mendukung. 3. Dalam hal peneliti utama mendapatkan lebih dari satu pendanaan insentif riset dari KRT/DRN, kepadanya dianjurkan untuk memilih salah satu insentif riset dan mengundurkan diri dari insentif riset yang lain. 4. Seorang peneliti utama dalam salah satu insentif riset yang telah selesai dapat mengajukan riset berikutnya dengan menyertakan/ melampirkan hasil hasil penelitian sebelumnya. Tolok Ukur Keberhasilan: Keberhasilan insentif riset akan ditinjau dengan parameter sebagai berikut: Dihasilkannya alternatif jawaban terhadap permasalahan pembangunan nasional dalam bentuk sistematika tracking Insentif Riset Terapan, basis-data, meningkatnya jumlah publikasi, dan indeks-sitasi tentang hasil penelitian yang didanai oleh Insentif Riset Terapan yang dapat diakses publik; 2. Teradopsinya hasil Insentif Riset Terapan baik dalam bentuk penelitian lanjut, property right (paten, desain, dan copyrights) maupun produksi awal melalui kemitraan dengan dunia usaha; 3. Terbentuknya research resource network yakni jaringan sumber daya penelitian ilmu pengetahuan dan teknologi; 4. Peningkatan upaya pemberdayaan sumberdaya manusia, sarana dan prasarana penelitian yang tersedia dan melibatkan kerja sama antarinstansi dan keterkaitannya dengan insentif riset sektor lain. Pelaporan: Laporan aktivitas riset (laporan kemajuan dan laporan akhir) dibuat sesuai tahapan pembiayaan yang ditetapkan. Laporan harus memuat: 1.

5.

9.

pelaksanaan aktivitas riset, hasil, hambatan/penyimpangan yang terjadi, produk dan atau proses sesuai dengan kebutuhan pengguna teknologi dan KI yang telah didaftarkan, serta publikasi iptek, 3. komitmen dan kesiapan pelaku bisnis dan masyarakat untuk mengadopsi produk atau proses produksi yang telah siap masuk ke dalam tahap komersialisasi. 10. Pelaporan: Halaman Depan (cover warna biru) Proposal. Lembar Pengesahan Proposal Teknis

1. 2.

Insentif Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi


1. Latar Belakang: Dalam upaya pengembangan kapasitas sistem produksi nasional, perlu mensinergikan dan mengkombinasikan pemanfaatan iptek impor dan iptek lokal/domestik secara strategis untuk mencapai keseimbangan antara upaya peningkatan daya saing dan ketahanan/ keberlanjutan industri nasional. Untuk mendukung hal tersebut maka dipandang perlu untuk meningkatkan interaksi dan sinergi melaui jaringan komunikasi dan kerjasama antara penyedia teknologi dan pengguna teknologi. Untuk mendorong terjadinya interaksi dan sinergi dalam bidang penelitian, pengembangan, dan rekayasa di dunia industri antara lembaga penyedia iptek dan pengguna teknologi tersebut, pemerintah mengembangkan instrumen kebijakan berupa insentif yang diberi nama Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi.

Pengertian Insentif Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi sebagai berikut: 1. 2. 3. Peningkatan adalah proses meningkatkan. Meningkatkan adalah upaya untuk menambah tingkat, derajat, kualitas ataupun kuantitas. Kapasitas iptek adalah besarnya potensi untuk mengadopsi, mengadaptasi, dan mengembangkan iptek. Sistem produksi adalah kumpulan beberapa komponen (antara lain, masukan, proses, dan pengelolaan) yang saling berinteraksi sehingga dihasilkan produk barang dan/atau jasa, yang sesuai dengan kebutuhan ataupun yang siap dikomersialkan.

Secara keseluruhan Insentif Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi adalah seluruh upaya untuk menaikkan potensi adopsi, adaptasi, dan pengembangan teknologi bagi tingginya daya saing barang dan/atau jasa melalui optimalisasi input, proses, dan pengelolaan industri. 2. Tujuan Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi: 1. Meningkatkan kegiatan riset di bidang industri dalam bentuk riset kemitraan antara lembaga penelitian, pengembangan, dan rekayasa (litbangrapyasa) dengan industri. 2. Meningkatkan interaksi yang mendalam dengan para pelaku industri untuk meningkatkan kapasitas adopsi iptek dan daya saing industri 3. Mendorong proses difusi teknologi melalui pengembangan teknologi yang bermanfaat bagi peningkatan produktivitas industri dan perekonomian. 4. Mendorong munculnya standardisasi produk di industri. Karakteristik: 1. Ciri khas aktivitas riset adalah adanya kemitraan dan kewajiban melaksanakan dalam pelaksanaan riset (work sharing) dan pembiayaan riset (cost sharing) antara lembaga litbangrap dan industri; 2. Sifat utama penelitian/ aktivitas riset adalah riset hilir yang bermuara pada perbaikan atau penciptaan proses produksi baru yang diterapkan dalam sistem produksi dengan mengacu produk target dan topik yang ditawarkan (Lampiran I) 3. Aktivitas riset diusulkan oleh peneliti yang bermitra dengan sistem produksi (industri). Bidang penelitian ditentukan sendiri oleh peneliti dan mitra industri, namun bidang dan judul mendukung tujuh fokus bidang prioritas dan produk target (butir 1.5) Ruang Lingkup dan Judul : 1. Ruang lingkup aktivitas riset ini difokuskan pada upaya merealisasikan produk target tujuh fokus bidang prioritas dan dua faktor pendukung keberhasilan sesuai ARN 20102014. 2. Judul penelitian harus spesifik dan terukur. Keluaran: Keluaran dari kegiatan yang didanai dengan sistem insentif ini antara lain, adalah prototip industri, hasil uji coba prototip, modifikasi sistem produksi, peningkatan kualitas dan kuantitas produksi, penerapan sistem kendali/otomatisasi, manajemen sistem produksi, standardisasi sistem produksi, KI. 6. Unsur Penilaian: Persyaratan wajib bagi proposal untuk dapat diajukan melalui mekanisme pembiayaan ini adalah sebagai berikut: 1. Adanya kemitraan antara lembaga litbangrap dan industri. Kemitraan dalam aktivitas riset Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi minimal diikuti oleh satu industri dengan satu lembaga litbangrap yang dikuatkan dengan surat resmi memorandum of understanding atau surat kesepakatan lain sejenis yang berisi kesepatan pelaksanaan serta pembiayaan bersama pada aktivitas riset yang dibiayai dengan insentif ini. Proposal diajukan oleh kedua belah pihak. Pengajuan usulan Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi harus dilakukan oleh lembaga litbangrap yang bermitra dengan industri, dan harus dijelaskan pula aspek state of the art of technology (aplikasi paten, modifikasi paten yang telah ada, atau inovasi teknologi baru). Jangka waktu pelaksanaan Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi. Insentif Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi terdiri atas aktivitas-aktivitas riset yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam kurun waktu tahun yang bersangkutan. Apabila aktivitas riset berlanjut, harus diusulkan kembali untuk tahun berikutnya yang akan

3.

4.

5.

2.

3.

7.

8.

diseleksi/dievaluasi sesuai ketentuan yang berlaku. Maksimal jangka waktu total yang diusulkan adalah dua tahun. 4. Aktivitas riset yang bersifat strategis Kegiatan yang tidak mempunyai prospek ekonomi, tetapi mempunyai sifat strategis seperti bidang teknologi pertahanan dan keamanan dapat juga diajukan. Penilaian kelayakan aktivitas riset Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi terdiri atas tiga kriteria utama yaitu sebagai berikut. 5. Prospek komersial. Hasil aktivitas riset Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk secara komersial yang berpeluang untuk menciptakan pasar baru dalam waktu yang tidak terlalu lama, sekitar satu hingga dua tahun setelah kegiatan selesai. Oleh karena itu, kegiatan ini lebih ditekankan pada aktivitas-aktivitas yang lebih bersifat hilir, seperti, pengembangan prototip, uji coba prototip, modifikasi sistem produksi untuk produk baru, peningkatan skala produksi, dan penerapan sistem kendali atau otomatisasi. Peserta Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi, khususnya dari pihak industri, diharapkan sudah memperhitungkan prospek bisnis yang dihasilkan apabila aktivitas berjalan dengan sukses. Komitmen industri dalam melakukan tindak lanjut setelah aktivitas riset selesai menjadi bahan pertimbangan utama dalam penilaian. Untuk dapat mengetahui prospek komersial penelitian yang dilakukan, proposal harus dilengkapi dengan suatu kajian kelayakan teknoekonomi. 6. Kelayakan Teknis. Fokus Insentif Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi adalah pemecahan masalah industri yang berkaitan dengan perbaikan proses produksi dan peningkatan kualitas dan kuantitas produk. Penilaian terhadap usulan aktivitas riset juga mempertimbangkan beberapa aspek, seperti, kemampuan teknis yang dimiliki para peneliti/perekayasa, prasarana, dan peralatan yang ada di samping perencanaan/desain dalam implementasinya. Usulan kegiatan yang merupakan kelanjutan dari insentif sebelumnya (RD, RT, dan program riset lainnya) akan lebih diutamakan. 7. Manfaat Ekonomi. Keberhasilan aktivitas riset Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi tidak hanya dilihat dari manfaat yang diperoleh oleh pihak yang terlibat langsung, tetapi juga diperhatikan sejauhmana teknologi yang dikembangkan bisa memiliki dampak ekonomi dan industri yang lebih luas. Hasil aktivitas riset diharapkan mempunyai nilai strategis yang memungkinkan terjadinya spin-off hasil aktivitas riset menjadi industri baru. Selain itu, diharapkan pula hasil kegiatan aktivitas riset tersebut memberikan kontribusi terhadap sektor lain dan meningkatkan pemanfaatan sumber daya lokal. 8. Unsur Penilaian. Penilaian proposal penelitian ditekankan pada unsur berikut: 1. Peningkatan daya saing komersial produk; Tahapan riset bersifat hilir; Status teknologi (dalam hasil pengembangan, prototipe laboratorium, siap untuk dilakukan test/ aplikasi di lapangan/ industri); Trend perkembangan teknologi di sektor produksi; Peluang komersialisasi produk; Komitmen mitra industri; dan Kelayakan tekno-ekonomi. 2. Metodologi; Sumberdaya yang dipakai; Waktu (perencanaan dan implementasi); dan Kewajaran anggaran. 3. Nilai strategis produk; Kontribusi terhadap sektor lain; Pemanfaatan potensi sumberdaya lokal; dan Potensi terjadinya spin-off hasil kegiatan menjadi industri/ produk baru Ketentuan bagi Peneliti: 1. Aktivitas riset Insentif Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi terbuka untuk semua peneliti Indonesia, baik dari lembaga pemerintah, perguruan tinggi negeri/swasta, maupun lembaga swadaya masyarakat sesuai butir 2.2. 2. Latar belakang pendidikan dan track record peneliti utama harus sesuai dengan bidang yang akan diteliti. Track record adalah indikator utama kualitas peneliti; gelar formal pascasarjana dalam salah satu cabang ilmu tertentu yang sesuai dengan bidang penelitian akan menjadi bahan pertimbangan dalam menilai kualifikasi peneliti. 3. Setiap riset dilaksanakan oleh seorang peneliti utama dan paling banyak lima orang peneliti lainnya, serta dibantu oleh paling banyak lima orang pembantu peneliti dengan bidang keahlian yang saling mendukung. 4. Peneliti yang sudah menjadi Peneliti Utama dalam aktivitas riset lainnya pada periode yang sama tidak diperkenankan menjadi peneliti utama dalam kegiatan ini, tetapi diperkenankan menjadi anggota tim peneliti. 5. Mahasiswa pascasarjana yang meneliti bidang yang sesuai dengan aktivitas riset Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi diperboleh-kan menjadi pembantu peneliti atau anggota tim peneliti sepanjang mitra industri menyetujuinya. Namun, dana aktivitas riset ini tidak dibenarkan jika digunakan untuk mengganti uang kuliah. Ketentuan bagi Industri: 1. Mitra industri merupakan industri yang bergerak pada bidang yang berkaitan langsung dengan topik penelitian yang diusulkan.

2. 3.

Mitra industri merupakan industri yang akan memanfaatkan langsung hasil aktivitas riset Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi. Mitra industri ikut berpartisipasi dengan memberikan kontribusi pembiayaan (dapat berupa in-cash atau in-kind, ataupun keduanya) Mitra industri melibatkan beberapa personilnya untuk terlibat dalam penelitian baik sebagai peneliti maupun pembantu peneliti, namun pembiayaan personil tersebut menjadi tanggung jawab mitra industri.

4. Tolok Ukur Keberhasilan: 1. Peningkatan inovasi teknologi di industri yang dilaksanakan bersama-sama dengan lembaga litbangrap. 2. Peningkatan jumlah produk baru yang lebih berkualitas sebagai hasil penelitian dan pengembangan dan/atau munculnya industri baru. 3. Peningkatan kualitas dan kuantitas kemitraan antara industri dan lembaga litbangrap. 10. Pelaporan: 9. Laporan aktivitas riset (laporan kemajuan dan laporan akhir) dibuat sesuai tahapan pembiayaan yang ditetapkan. Laporan harus memuat: Pelaksanaan aktivitas riset, hasil, hambatan/penyimpangan yang terjadi Produk dan atau proses sesuai dengan kebutuhan pengguna teknologi/industri dan KI yang telah didaftarkan, serta publikasi iptek, 3. Komitmen dan kesiapan pelaku bisnis untuk mengadopsi produk atau proses produksi yang telah siap masuk ke dalam tahap komersialisasi. 11. Format Pelaporan: Halaman Depan (cover warna hijau) Proposal. Lembar Pengesahan Proposal Teknis 1. 2.

ndonesia Berlakukan Standar Konvergensi Akuntansi IFRS 2012


29 Mei, 2009 | Filed under: Ekonomi | Posted by: Redaksi

Jakarta ( Berita ) : Indonesia akan memberlakukan standar akuntasi keuangan dengan menggunakan standar akuntansi internasional (Konvergensi International Financial Reporting Standard IFRS) mulai awal 2012. Penerapan konvergensi IFRS dimungkinkan sangat berpengaruh terhadap iklim dunia bisnis di Indonesia, kata Ketua Dewan Standar Akuntasi Keuangan Ikatan Akutansi Indonesia (IAI), M Jusuf Wibisana pada seminar tentang Dampak Konvergensi IFRS terhadap Bisnis, di Jakarta, Kamis. Menurut dia, IAI memandang perlu untuk mengambil langkah-langkah sosialisasi dini kepada publik mengenai dampak konvergensi terhadap laporan keuangan dan bisnis menggunakan standar akutansi internasional. Di sisi lain, kata dia, tujuan konvergensi IFRS ini agar laporan keuangan yang berdasarkan Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) tidak memerlukan rekonsiliasi dengan laporan berdasarkan standar internasional. Kalaupun ada, diupayakan hanya relatif sedikit sehingga akhirnya laporan auditor menyebut kesesuaian dengan IFRS, katanya.

Ia menjelaskan, laporan standar IFRS itu diharapkan meningkatkan kegiatan investasi secara global, memperkecil biaya modal (cost of capital) serta lebih meningkatkan transparansi perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan. Program konvergensi IFRS ini dilakukan melalui tiga tahapan yakni tahap adopsi mulai 2008 sampai 2011 dengan persiapan akhir penyelesaian infrastruktur dan tahap implementasi pada 2012. Sementara Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Ahmad Fuad Rahmany mengatakan program standar akutansi internasional ini sudah dicanangkan sejak Desember 2008 untuk jangka panjang. Namun sebagian besar perusahaan masih belum siap menggunakan standar itu, sehingga kita harapkan dalam dua tahun ke depan mereka sudah menggunakan IFRS, katanya. Menurutnya, badan pasar modal dunia (International Organization of Securities Commissions IOSCO) telah mendorong Indonesia untuk menerapkan konvergensi IFRS. Kami tidak hanya mendukung program itu, namun sangat penting bagi kami. Karena pasar modal sudah mendunia, dimana ada transaksi di Indonesia juga berkaitan dengan investasi negara lain, ujarnya. (ant )
You must be logged in to post a comment Login

Anda mungkin juga menyukai