Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tentu berkeinginan untuk hidup rukun dan damai. Kerukunan dan kedamaian tersebut akan tercapai bila manusia itu memiliki jiwa yang kuat, jiwa yang mampu melahirkan fikiran positif terhadap orang lain maupun budaya lain, budaya yang berbeda dari dirinya atau kelompoknya. Untuk mewujudkan jiwa yang kuat tentu harus memiliki tubuh yang sehat seperti statement yang menyatakan bahwa dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, sehingga tercapailah kerukunan dan kedamaian tersebut. Pada dasarnya manusia pun ingin hidup sehat karena dengan begitu maka akan mudah untuk melakukan segala aktivitas. Selain berolahraga, salah satu cara untuk mendapatkan hidup sehat adalah dengan mengkonsumsi panganan yang sehat. Ada banyak panganan yang baik untuk dikonsumsi, salah satunya adalah tahu. Tahu merupakan panganan yang telah dikenal oleh masyarakat khususnya di Indonesia (http://mbrio-food.com). Lebih dijelaskan bahwa tahu adalah panganan yang berasal dari negeri Cina, namun masyarakat Cina sendiri menyebutnya doufu. Di Asia panganan ini dikenal dengan beragam nama, ada yang menyebutnya tofu sedangkan masyarakat Indonesia, Malaysia dan Thailand lebih suka menyebutnya sebagai tahu. Ada beragam jenis tahu di Indonesia seperti tahu Cina yang berwarna putih dan terasa lembut, tahu Sumedang yang

Universitas Sumatera Utara

berwarna putih kecokelatan dan kosong melompong di bagian dalamnya, serta tahu Bandung yang berwarna kuning dan terasa asin. Dikatakan bahwa tahu memang lezat disantap, mulai dari digoreng biasa hingga diolah menjadi sayur (http://mbrio-food.com). Telah dilakukan suatu kajian oleh tim medis dari Kanada yang membuktikan bahwa tahu dapat menurunkan kolesterol jahat dalam tubuh

(http://adasithio.blogspot.com/2008/04/manfaat-tahu-lezat-lagiberkhasiat.html). Selain menurunkan kolesterol, tahu juga terbukti dapat mencegah kanker payudara. Dikatakan juga bahwa tahu dapat memperlambat proses penuaan pada perempuan. Lebih dijelaskan bahwa telah dilakukan sebuah penelitian oleh Anna H. Wu dan rekan-rekannya di University of Southern California, AS. Mereka melakukan penelitian terhadap 144 perempuan sehat keturuna Cina di Singapura dan hasil yang mereka peroleh adalah 25 persen lebih banyak mengalami peningkatan pembentukan estrogen dan tekanan darah juga lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak mengkonsumsi tahu. Dijelaskan juga bahwa para wanita keturunan China di Singapura rata-rata mengkonsumsi tahu dari yang biasa (yang masih mentah/belum digoreng) sampai yang sudah digoreng, bahkan ada yang dicampur dengan sirop maupun yang berbentuk minuman ringan sampai 157 gram setiap harinya. Disebutkan bahwa rahasia khasiat tahu ternyata ada pada kandungan isoflavon yang mengandung hormon estrogen. Kandungan isoflavon tersebutlah yang dapat mencegah kanker payudara dan memperlambat proses penuaan pada perempuan. Panganan yang sangat bermanfaat bagi tubuh ini, terbukti juga memiliki manfaat lain, yakni dapat membantu orang-orang yang tidak mampu membeli

Universitas Sumatera Utara

daging atau ikan. Tahu merupakan panganan yang cukup ekonomis bila dibandingkan daging atau ikan sehingga tahu dapat dijadikan sebagai pengganti daging atau ikan. Pada beberapa waktu yang lalu, terjadi kenaikan harga kedelai sehingga mengakibatkan para pengusaha tahu resah bahkan banyak yang gulung tikar (bangkrut) (http://www.sinarharapan.co.id/berita/0801/14/sh01.html).

Melonjaknya harga kedelai hingga 100 persen tersebut terjadi sejak pertengahan tahun 2007 lalu

(http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content&task=view&id =16836&Itemid=61). Disebutkan bahwa sedikitnya 65 persen pengrajin tahutempe yang tergabung dalam Primer Koperasi Pengrajin Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kota Magelang, mengalami kebangkrutan. Budi Cahyono selaku Manajer Primkopti Kota Magelang menyebutkan, 150 pengrajin tahu-tempe Indonesia di Kota Magelang mati suri sejak kenaikan harga kedelai. Budi mengatakan bahwa dari 65 persen pengrajin yang bangkrut adalah pengrajin tahu dan tempe yang omsetnya di bawah 30 kg/hari, sedangkan pengrajin yang beromset besar masih dapat bertahan ketika itu. Ia mencontohkan, dari 14 pengrajin tahu yang diberi fasilitas perumahan Primkopti di Kampung Tidar Sawe, Kecamatan Magelang Selatan, ketika itu yang bertahan hanya empat pengrajin saja. Kedelai yang merupakan bahan utama dalam produksi tahu mengalami kenaikan hingga 100 persen yakni mencapai Rp.7400,- (tujuh ribu empat ratus rupiah) perkilogram bahkan harga kacang kedelai di pasaran mencapai Rp.7600,(tujuh ribu enam ratus rupiah) perkilogram dari semula yang hanya Rp.4000,(empat ribu rupiah) perkilogram

Universitas Sumatera Utara

(http://www.indosiar.com/fokus/67253/pengusaha-tahu-dan-tempe-resah).

Lebih

dijelaskan, karena harga kedelai mengalami kenaikan maka para pengusaha tahu menyiasatinya dengan memperkecil ukuran tahu dan mengurangi hasil produksinya. Hal ini tentu menjadi dampak tersendiri bagi orang-orang yang tidak mampu membeli daging atau ikan tersebut. Selain kenaikan harga kacang kedelai, pada beberapa tahun yang lalu juga muncul isu formalin yang mengakibatkan penjualan/produksi tahu menurun dalam beberapa waktu. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM), Surya Darma Ali, mengatakan akibat adanya isu penggunaan formalin pada bahan makanan, banyak KUKM di Indonesia, yakni pengusaha tahu mengalami penurunan omset penjualannya 40 persen hingga 50 persen

(http://www.kapanlagi.com/h/0000099220.html). Lebih dijelaskan bahwa menurut Surya, akibat isu penggunaan formalin itu banyak KUKM pengusaha tahu yang `terpukul`, baik pengusaha yang menggunakan formalin maupun yang tidak. Hal tersebut mengakibatkan omset penjualannya menurun drastis, bahkan ada yang sampai tidak memproduksi lagi. Disebutkan juga yaitu pengusaha tahu di Tangerang, Banten, dari 200 pegawai yang ada, sekitar 100 orang pegawai dirumahkan dan juga pengusaha tahu di Karawang, Jawa Barat yang memiliki 450 pegawai, sekitar 200 orang pegawai dirumahkan. Kenyataan itu membuat pengusaha tahu harus memiliki cara-cara tertentu dalam menstabilkan usahanya. Dengan demikian kehidupan sebagai pengusaha tahu terus berjalan dan tetap dapat memberikan pekerjaan bagi banyak orang. Adanya produksi dan distribusi tahu dapat menyelamatkan beberapa orang dari pengangguran. Produksi dan distribusi tahu dapat memberikan pendapatan

Universitas Sumatera Utara

bagi mereka, baik itu bagi pengusaha tahu itu sendiri, orang yang bekerja sebagai distributor dan bagi pekerja yang memproduksi tahu, bahkan bagi konsumen kreatif yang mengolah tahu menjadi berbagai varian panganan. Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa cukup banyak manfaat tahu. Salah satu faktor bagi seseorang menjadi pengusaha tahu adalah karena adanya anggapan bahwa tahu merupakan panganan rakyat. Disebut sebagai panganan rakyat karena panganan ini dapat dikonsumsi oleh masyarakat kelas bawah, sehingga panganan ini mudah untuk dipasarkan. Panganan ini cukup ekonomis serta bergizi, sehingga pengusaha tertarik untuk memproduksi dan mendistribusikannya. Adapun faktor lain bagi seseorang menjadi pengusaha tahu adalah karena faktor turun temurun, yaitu bahwa pengusaha/pemilik pabrik home industri tahu biasanya mempekerjakan orang yang masih bagian dari anggota keluarganya dalam memproduksi tahu sehingga pengetahuan (cara memproduksi tahu) yang diperoleh selama bekerja dapat dimanfaatkan untuk membuat usaha sendiri. Dengan begitu, seseorang tersebut menjadi pengusaha di pabrik yang ia dirikan.

1.2. Tinjauan Pustaka Manusia sebagai makhluk yang berbudaya, memerlukan kebutuhan yang bersifat hayati dan manusiawi. Kebutuhan yang bersifat manusiawi adalah lebih ditujukan untuk meningkatkan martabat dan status mereka ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Oleh karenanya, kebutuhan yang bersifat manusiawi tidak hanya bersifat material semata, melainkan juga berkaitan dengan pendidikan, pekerjaan, kesenian, agama dan ekonomi (Poerwanto 1993:9).

Universitas Sumatera Utara

Secara sederhana Malinowski (dalam Sjairin, 2002:1-2) menyatakan bahwa kebutuhan hidup manusia itu dapat dibagi pada tiga kategori besar yaitu : a. Kebutuhan alamiah-biologi (manusia harus makan dan minum untuk menjaga kestabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainnya). b. Kebutuhan kejiwaan (manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari perasaan takut, keterpencilan, gelisah, dan lain-lain). c. Kebutuhan sosial (manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan, untuk tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaannya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh dan lain-lain). Untuk memenuhi kebutuhannya maka manusia membutuhkan kegiatankegiatan yang menyangkut atas kebutuhan, kegiatan tersebut disebut juga sebagai kegiatan ekonomi (Putong 2002:16). Adanya kebutuhan inilah maka manusia tidak pernah terlepas dari kegiatan ekonomi. Sebagaimana yang didefinisikan oleh ahli antropologi ekonomi yang dikemukakan oleh Karl Polanyi bahwa ekonomi adalah upaya yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup di tengah lingkungan alam dan lingkungan sosialnya (Polanyi dalam Sjairin, 2002:16-17). Dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia hendaknya bekerja,

melakukan suatu kegiatan. Seperti yang dikatakan Karl Marx, yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah kerja karena hanya manusialah, makhluk yang mampu melakukan kerja (Marx dalam Damsar, 2009:68). Banyak pekerjaan

Universitas Sumatera Utara

yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti halnya berdagang atau membuat usaha sendiri, sebagai contoh adalah pengusaha tahu. Membuat tahu sebagai mata pencaharian tentu terkait dengan kegiatan produksi dan pemasaran. Membahas mengenai kegiatan produksi maka disini peneliti paparkan terlebih dahulu pengertian produksi yang dikemukakan oleh Damsar (2009:67) Kata produksi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu production. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata produksi yaitu hasil dan pembuatan. Pengertian produksi tersebut mencakup segala kegiatan, termasuk prosesnya, yang dapat menciptakan hasil, penghasilan dan pembuatan. Kegiatan produksi adalah suatu produk. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, produk didefinisikan sebagai : satu, barang atau jasa yang dibuat ditambah gunanya atau nilainya dalam proses produksi dan menjadi hasil akhir dari proses produksi itu. Dua, benda atau yang bersifat kebendaan seperti barang, bahan, atau bangunan yang merupakan hasil konstruksi. Tiga, hasil; hasil kerja. Dari ketiga definisi dari produk tersebut dapat dipahami bahwa produk berkait dengan suatu proses yang barnama kerja. Menurut Assauri (1993:11) pengertian produksi dalam ekonomi adalah merupakan kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk menciptakan dan menambah kegunaan atau utilitas suatu barang atau jasa. Setelah dilakukannya proses produksi maka tahap selanjutnya adalah pendistribusian. Distribusi berakar dari bahasa Inggris distribution, yang berarti penyaluran sedangkan kata dasarnya to distribute, berdasarkan Kamus Inggris Indonesia John M, Echols dan Hasan Shadilly bermakna membagikan, menyalurkan, menyebarkan, mendistribusikan, dan mengageni (Damsar, 2009:93). Kamus Besar Bahasa Indonesia

menterjemahkan kata distribusi sebagai penyaluran (pembagian, pengiriman) kepada beberapa orang atau ke beberapa tempat. Jadi, berdasarkan rujukan tersebut, Damsar memahami distribusi sebagai proses penyaluran barang atau jasa kepada pihak lain atau dapat disebut sebagai suatu kegiatan pemasaran.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Sunarto (2006:4) kegiatan pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai bagi pihak lain. Agar kegiatan pemasaran berjalan dengan baik maka pengusaha maupun distributor tahu haruslah memiliki strategi tertentu, baik itu ketika harga kedelai mengalami kenaikan maupun adanya isu formalin yang mengakibatkan hilangnya rasa percaya konsumen bahwa tidak semua hasil produksi tahu menggunakan bahan tersebut. Strategi yang dimiliki merupakan suatu proses bertahan hidup. Strategi bertahan hidup adalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan (Iwan, 2009:22). Lebih dijelaskan oleh Edi Suharno bahwa definisi dari strategi bertahan hidup (coping strategies) adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Jadi, dalam penelitian ini strategi dilakukan agar pengusaha tahu dapat menstabilkan usahanya. Adanya strategi tentu tidak terlepas dari pengetahuan yang diperoleh. Berbagai pengetahuan yang dimiliki oleh para pengusaha tahu merupakan bagian dari kebudayaan yang mereka miliki. Manusia dan kebudayaan merupakan kesatuan yang tidak dapat terpisahkan, sementara itu pendukung kebudayaan adalah makhluk manusia itu sendiri. Koentjaraningrat (1990:180) mendefinisikan kebudayaan sebagai

keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Pengetahuan yang diperoleh melalui proses belajar tentu terkait dengan definisi

Universitas Sumatera Utara

kebudayaan yang dikemukakan oleh Spradley (1997:19-20) yaitu kebudayaan sebagai sebuah sistem pengetahuan yang diperoleh manusia dengan proses belajar, yang mereka gunakan untuk menginterpretasikan dunia sekeliling mereka dan sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka. Dalam penelitian ini, maka pemahaman budaya atas perilaku dalam menjalankan usahanya menjadi sangatlah penting. Kebudayaan yang dimiliki manusia tentu dapat diterapkan dalam berbagai tindakan demi keperluan hidupnya. Kebudayaan juga disebut sebagai suatu pedoman atau pegangan yang operasional, yang dipunyai oleh warga masyarakat dalam menghadapi lingkungan tertentu (sosial, fisik, alam dan kebudayaan) agar masyarakat tersebut dapat tetap melangsungkan kehidupannya dan untuk dapat hidup lebih baik lagi (Suparlan 1984:14-15). Secara keseluruhan kebudayaan manusia itu terbagi atas tiga wujud kebudayaan yaitu : sistem budaya, sistem sosial dan kebudayaan fisik (Koentjaraningrat 1974:15). Sistem budaya mencakup ide-ide, gagasan yang mengkonsepkan hal-hal yang bernilai, yang hidup dalam pikiran manusia. Gagasan yang berlangsung membentuk pola pikir seorang individu dan terlihat dalam mata pencahariannya, dalam hal ini misalnya pengusaha tahu. Seseorang menjadi pengusaha tahu karena adanya ide ataupun gagasan dalam pikirannya sehingga seseorang itu menjadi pengusaha tahu. Ketika seseorang tersebut telah menjadi pengusaha tahu maka ia pun harus memiliki ide-ide atau gagasan. Dalam hal ini, yang peneliti maksud adalah gagasan atau ide yang menjadi strategi pengusaha tahu untuk tetap mempertahankan usahanya ketika ada atau muncul hal-hal yang dapat mengancam

Universitas Sumatera Utara

kestabilan usahanya. Terkait dengan penelitian ini adalah ketika adanya isu formalin yang berkembang di masyarakat dan kenaikan harga kedelai. Adam Smith (dalam Fukuyama, 2002:17) menyatakan bahwa kehidupan ekonomi tertanam secara mendalam pada kegiatan sosial, dan ia tidak bisa dipahami terpisah dari adat, moral, dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat dimana proses ekonomi itu terjadi. Singkatnya, ia tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan. Dalam kehidupan ekonomi yang tertanam secara mendalam pada kegiatan sosial, pasti lah terjadi interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antar orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang-perorangan dengan kelompok-kelompok manusia (Soejono, 1987). Pendapat lain menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan interaksi sosial adalah proses dimana antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok berhubungan satu dengan yang lain (Narwoko dan Suyanto, 2007:20). Dalam lingkungan kerja, interaksi sosial yang terjadi adalah antara pengusaha, distributor (orang yang menjualkan hasil produksi) dan pekerja (orang yang memperoduksi). Sedangkan diluar lingkungan kerja, interaksi sosial yang terjadi adalah antara orang-orang yang berada dalam lingkungan kerja dengan masyarakat sekitar, distributor dengan konsumen dan konsumen dengan konsumen.

Universitas Sumatera Utara

1.3. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan yang diajukan adalah bagaimanakah cara pengusaha tahu dalam memproduksi,

mendistribusikan, dan menghadapi hal-hal yang terkait dengan usahanya? Permasalahan penelitian ini diuraikan ke dalam 4 pertanyaan penelitian yaitu: 1. Apa alasan mendasar untuk menjadi pengusaha tahu? 2. Bagaimana proses produksi dan distribusi tahu? 3. Bagaimana pengusaha tahu dalam pencarian tenaga kerja? 4. Hal apa saja yang dilakukan pengusaha tahu dalam menghadapi kenaikan harga kedelai dan isu formalin?

1.4. Kerangka Konsep Konsep-konsep yang terkandung dalam penelitian ini perlu dijelaskan agar tidak menimbulkan persepsi dan pemahaman yang berbeda pada tulisan ini. Pengusaha tahu terdiri dari dua kata yaitu pengusaha dan tahu. Pengusaha adalah seseorang yang memiliki usaha dan memperkerjakan orang lain dalam proses produksi maupun distribusi demi keberlangsungan usahanya, sedangkan tahu adalah kata benda. Jadi pengusaha tahu adalah seseorang yang memiliki usaha dan mempekerjakan orang lain dalam proses produksi maupun distribusi terhadap usaha tahu. Kegiatan ekonomi dalam tulisan ini menjelaskan tentang aktifitas manusia yang meliputi aspek produksi, distribusi maupun konsumsi suatu barang, tentu saja dalam tulisan ini yang dimaksudkan adalah tahu. Dalam penelitian ini, kegiatan ekonomi yang dibahas terbatas pada aspek produksi dan distribusinya

Universitas Sumatera Utara

saja. Pola produksi adalah bentuk, sifat dan cara yang ditempuh oleh manusia untuk menghasilkan sesuatu barang. Pola distribusi adalah bentuk, sifat dan cara yang dijalankan oleh manusia untuk membagi hasil produksi.

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengusaha tahu dalam memproduksi dan memasarkan hasil produksi terkait dengan adanya kenaikan harga kedelai dan isu formalin. Secara akademis, penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan keilmuan, khususnya antropologi ekonomi. Secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak terkait, seperti halnya dapat membantu Pemerintah Kota Medan maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam mensosialisasikan bahwa tahu adalah panganan yang baik untuk dikonsumsi dan tidak semua pengusaha menggunakan formalin karena terbukti masih ada pengusaha yang tidak menggunakan bahan tersebut. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam menentukan kebijaksanaannya terkait dengan industri kecil.

1.6. Metode Penelitian 1.6.1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang dapat menghasilkan data, tulisan, tingkah laku yang didapat dari apa yang diamati (Nawawi, 1994:203). Berkenaan dengan penelitian ini sebagai studi deskriptif maka penelitian ini akan menjelaskan dan mendeskripsikan pengusaha tahu dalam

Universitas Sumatera Utara

memproduksi dan memasarkan hasil produksi terkait dengan adanya kenaikan harga kedelai dan isu formalin.

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data Menurut Loflan dan Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain (Moleong, 2006:157). Data dalam penelitian ini dikategorikan atas 2 (dua) jenis data yakni data primer dan data skunder. Data primer merupakan data utama yang diperoleh melalui observasi (pengamatan) dan interview (wawancara): i. Observasi (pengamatan) merupakan salah satu metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini. Observasi (pengamatan) yang peneliti lakukan adalah observasi partisipasi tapi tidak penuh. Observasi partisipasi tapi tidak penuh yang peneliti maksudkan adalah selain mengamati proses produksi dan pemasarannya, disini peneliti juga ikut terjun langsung dalam menjual hasil produksi yaitu tahu kepada konsumen. Peneliti melakukan observasi (pengamatan) terhadap proses produksi dan pemasaran hasil produksi. Setelah melakukan observasi (pengamatan) maka hasil observasi (pengamatan) kemudian dituangkan ke dalam catatan pengamatan lapangan. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat memudahkan peneliti untuk mengingat kembali hasil pengamatan. ii. Interview (wawancara) yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in-depth interview) yaitu berdialog langsung (face to face) dengan pengusaha tahu di lokasi penelitian. Wawancara

Universitas Sumatera Utara

mendalam (interview

dilakukan guide).

dengan

menggunakan adalah

pedoman pedoman

wawancara wawancara

Interview Guide

berdasarkan poin-poin penting yang akan ditanyakan kepada informan. Pertanyaan tersebut akan berkembang lebih luas ketika dalam proses wawancara. Proses wawancara dibantu dengan alat rekam (tape recorder). Hasil wawancara dituangkan ke dalam catatan wawancara. Sebelum melakukan interview (wawancara), peneliti terlebih dahulu melakukan pendekatan terhadap orang yang terpilih sebagai informan. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan pokok atau informan kunci (key informant), informan biasa dan informan pangkal. Bernard (1994:165) menyatakan bahwa informan kunci (key informant) yang baik adalah informan yang mudah untuk dimintai informasi (diwawancarai), memahami informasi yang dibutuhkan peneliti dan dapat bekerjasama dengan peneliti dengan baik. Sedangkan informan biasa adalah orangorang yang memberikan informasi mengenai suatu masalah sesuai dengan pengetahuannya dan bukan merupakan ahlinya dan informan pangkal adalah informan yang pertama sekali ditemui. Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah pengusaha maupun distributor. Sedangkan yang menjadi informan biasa adalah pekerja yang ada di pabrik dan konsumen, dan yang menjadi informan pangkal adalah Instansi yang berada di Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag). Interview (wawancara) yang ditujukan kepada informan kunci (key informant) adalah untuk memperoleh informasi tentang produksi dan distribusi tahu, strategi yang mereka lakukan terkait dengan produksi dan

Universitas Sumatera Utara

distribusi tahu agar tetap dapat berjalan normal ditengah adanya pemberitaan mengenai penggunaan bahan formalin yang berkembang saat itu dan hal-hal yang mereka lakukan ketika harga kedelai mengalami kenaikan, kerugian yang dicapai akibat adanya pemberitaan mengenai bahan formalin dan kerugian akibat kenaikan harga kedelai. Sedangkan interview (wawancara) yang ditujukan kepada informan biasa yaitu pekerja dan konsumen adalah untuk mengetahui informasi tentang pengaruh kenaikan harga kedelai dan adanya pemberitaan bahan formalin tersebut terhadap pekerja dan konsumen. Sedangkan interview

(wawancara) yang ditujukan kepada Instansi yang berada di Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) adalah untuk mengetahui salah satu lokasi yang banyak melakukan produksi tahu di Kota Medan. Data skunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data skunder dalam penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berasal dari buku, juga dari sumber lainnya seperti surat kabar, koran, dokumen, majalah, jurnal dan internet yang berkaitan dengan masalah penelitian dan dianggap relevan dengan penelitian ini.

1.6.3. Analisa Data Analisa data merupakan suatu upaya untuk mencari benang merah antara masalah-masalah yang ada dalam topik penelitian dengan dasar teoritis yang ada ataupun isu-isu yang berkembang berkenaan dengan permasalahan pengusaha tahu terkait dengan proses pembuatan dan pemasaran. Oleh karena itu, analisa

Universitas Sumatera Utara

data perlu dilakukan secara continue atau terus menerus dan berkelanjutan sepanjang proses penelitian. Peneliti akan menganalisa data yang sudah didapat dari lapangan dengan mengumpulkan data yang sejenis kedalam kategori-kategori yang telah ditentukan. Setelah itu, peneliti akan memeriksa ulang data untuk melihat kelengkapan data. Data yang diperoleh dari lapangan kemudian di analisis sesuai metode yang digunakan yaitu metode kualitatif. Data-data yang akan ditulis akan diperkuat dengan data kepustakaan yang berupa teori-teori. Dalam menulis dan menganalisis, peneliti juga menambahkan data-data berupa hasil pengamatan (observasi) sebagai penguat data hasil wawancara yang telah dikategorikan tadi.

1.7. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di beberapa tempat pembuatan tahu (pabrik/home industri tahu) di kota Medan, namun peneliti lebih memfokuskan di Kecamatan Medan Selayang, dan yang menjadi alasan pemilihan lokasi ini adalah : Peneliti merasa akan lebih mudah untuk mendapatkan data karena menurut data yang peneliti peroleh melalui Kantor Disperindag (Dinas

Perindustrian dan Perdagangan), Kecamatan Medan Selayang merupakan salah satu Kecamatan yang banyak melakukan produksi tahu di kota Medan. Ada 4 (empat) pabrik tahu di Kecamatan Medan Selayang dan dari keempat pabrik ini terdapat dua jenis tahu diantaranya yaitu 2 (dua) pabrik yang memproduksi jenis tahu Cina dan 2 (dua) pabrik lagi memproduksi jenis tahu Sumedang.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai