Anda di halaman 1dari 8

Penelitian Bidang Radiologi (Tinjauan Metodologi dan Etik Penelitian) 1

Khairil Anwar, SPd, MKes 2

A. Pendahuluan
Tidak dapat dipungkiri, bahwa salah satu cara terpenting untuk mengembangan ilmu dan teknologi adalah penelitian. Hari ini, kita melihat begitu berkembangnya alat-alat kesehatan termasuk alat-alat pencitraan. Tetapi hal ini belum diimbangi dengan perkembangan metode, prosedur atau teknik dalam proses menghasilkan citra diagnostic padahal pelayanan radiologi merupakan salah satu pelayanan penunjang yang sangat berperan membantu kepastian diagnosa dan terapi. Saat ini di Indonesia pelayanan radilogi telah menjangkau masyarakat bahkan sampai tingkat kecamatan. Selain itu, perkembangan di atas tentunya harus disikapi secara cepat, terutama oleh sumber daya yang terlibat pada pelayanan radiologi khususnya sumber daya manusia (radiografer). Radiografer selain dituntut untuk mampu mengikuti berbagai perkembangan ilmu dan teknologi, juga diharapkan dapat memberikan masukan agar pemanfaatan nuklir pada bidang kesehatan (radiologi) dapat se efektif dan se efisien mungkin. Agar masukan-masukan tersebut dapat dipertanggunjawabkan secara ilmiah maka perlu dilakukan penelitian dengan metodologi yang benar secara terus-menerus. Selain itu bagi radiographer PNS, penelitian merupakan suatu kegiatan yang wajib dilakukan untuk memenuhi persyaratan jabatan fungsional. Oleh karenanya, kemampuan mengadakan penelitian merupakan keniscayaan bagi setiap radiographer. Penelitian bidang radiologi termasuk salah satu dari penelitian kesehatan sebagaimana di kutip dari Pedoman Nasional Etik Penelitian Kesehatan yang meliputi : 1. Farmasetika (obat, vaksin dll) 2. Alat kesehatan (medical devices) 3. Radiasi medik & imaging 4. Prosedur bedah/invasif 5. Catatan medik 6. Sampel biologik 7. Sosial & psikologik

B. Penelitian yang Berkualitas


Mengutip Magdarina (2006), penelitian yang berkualitas adalah penelitian yang : 1. Memenuhi kaidah-kaidah ilmiah dan etika 2. Dapat diselesaikan dengan tepat waktu dan tepat guna (azas manfaat) 3. Dihasilkan dari berbagai sumber daya yang berkualitas dan memiliki integritas tinggi
1

Disampaikan pada Seminar Internasional Persatuan Ahli Radiografi Indonesia (PARI), 18 20 Mei 2007, Sanur Beach Hotel, Denpasar, Bali Dosen Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Jakarta II

2
Sedangkan menurut Sudirman (2006), penelitian yang baik adalah penelitian yang memenuhi beberapa kondisi di bawah ini (sudirman, 2006 : 16) : 1. Orisinal, relevan 2. Terkandung hubungan lebih dari 2 peubah (variabel) 3. Layak/feasible

C. Penelitian Bidang Radiologi


Penelitian berasal dari kata dasar teliti yaitu memeriksa satu per satu dengan seksama dan rinci lalu menyimpulkan hasilnya. Jika penelitian disebut juga riset, maka riset berasal dari bahasa Inggris yaitu yaitu re search ( Search Again) yang berarti mencari kembali hal-hal yang belum diketahui. Menurut Tyrus dalam Atmodjo (2002), penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu melalui usaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan suatu masalah yang dilakukan secara hati-hati sehingga memperoleh pemecahannya. Dari beberapa pengertian di atas, penelitian berarti berpikir secara sistimatis mengenai jenis-jenis persoalan yang untuk pemecahannya diperlukan pengumpulan dan penafsiran faktafakta. Hasilnya tergantung pada pengalaman dan ketrampilan peneliti dan tersedianya sumber daya. Menurut PP39/1995 penelitian adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan menurut metoda yang sistemik untuk menemukan informasi baru atau membuktikan teori/hipotesis. Sedangkan penelitian dan pengembangan kesehatan harus menghasilkan pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan untuk peningkatan derajat kesehatan (UU No.23/1992). Penelitian di mulai dari penemuan masalah. Masalah adalah perbedaan atau kesenjangan (gap) antara idealita dan realita, harapan dan kenyataan, teori dengan praktek, teori atau praktek yang berlawanan. Menurut Sudirman (2006), pedoman umum dalam pemilihan masalah penelitian adalah sebagai berikut : 1. Relevan dengan masalah kesehatan yang dihadapi 2. Tidak duplikasi dengan penelitian lain dengan kondisi atau Lokasi serupa 3. Layak: (SDM/keahlian, peralatan, dana, dll) 4. Hasil dapat diterapkan 5. Urgen, actual 6. Memenuhi aspek etik penelitian Penelitian yang baik adalah penelitian yang menghasilkan kesimpulan dari prosedur yang sistimatis dengan mempergunakan pembuktian yang menyakinkan. Dapat disimpulkan bahwa penelitian adalah suatu proses kegiatan ilmiah yang sistematis dengan tujuan mencari jawaban suatu masalah. C.1.. Metodologi Penelitian

3
Metodologi penelitian adalah suatu upaya mengetahui melalui pencarian atau penyelidikan atau percobaan yang cermat yang ditujukan pada penemuan atau penafsiran pengetahuan baru.(WHO, 1999). Menurut Sutrisno Hadi, metodologi penelitian adalah usaha menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan , usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Sedangkan metode ilmiah adalah suatu cara dan teknik yang sistematis yang diterapkan dalam melakukan penyelidikan atau percobaan yang ditargetkan untuk memperoleh pengetahuan baru. Sehingga metodologi ilmiah menjadi penting untuk : 1. Menjamin objektifitas penyelidikan atau percobaan. 2. Menjamin penelitian terlaksana sesuai tujuan, sistematis, jelas, teliti dan dapat dipertanggungjawabkan 3. Menjamin ditemukannya kebenaran ilmiah. C.2. Ruang Lingkup Penelitian Bidang Radiologi Ruang lingkup penelitian di bidang radiology cukup bervariasi, tetapi semuanya saling melengkapi walaupun masing-masing mempunyai karakteristiknya sendiri. Adapun ruang lingkupnya adalah sebagaimana table di bawah ini. Table 1. Ruang Lingkup Penelitian Bidang Radiologi NO 1 RUANG LINGKUP Teknik Radiografi 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. TOPIK Posisi Objek Penyudutan CR Instruksi eksposi Jarak dll Kaset & IS Film Radiografi Grid Prosessing film dll Kerusakan ringan Usia tabung dll Survey radiasi Test kelayakan alat proteksi radiasi dll Sensitometri Reject analysis Eksistensi SOP Test output pesawat Test Linierisasi mA Test Kolimasi dll Alur Pasien radiology Kepuasan pasien Perencanaan Gedung Radiologi dll.

Radiofotografi

3 4 5

Teknik Pesawat Radiologi Proteksi Radiasi & Fisika Radiodiagnostik QA Radiologi

Manajemen Radiologi

C.3. Disain Penelitian

4
Sebelum memulai penelitian, peneliti harus membuat disain atau rancangan penelitian. Disain penelitian diperlukan untuk menilai kelayakan (fisibilitas) sebuah penelitian. Biasanya disain merupakan salah satu unsure yang harus tercantum pada proposal penelitian. Proposal penelitian yang akan memandu peneliti melakukan kegiatannya dari awal hingga akhir (penulisan laporan penelitian). Menurut Notoatmodjo (2002), ada beberapa disain penelitian dalam bidang kesehatan yaitu deskriptif, survey analitik dan eksperimen. Berdasarkan disain di atas penulis mencoba mengklasifikasikan beberapa metode, jenis penelitian, metode pengumpulan data dan instrumen penelitan sebagaimana table 2 di bawah ini. Table 2. Metode, Jenis Penelitian, Metode Pengumpulan Data, Dan Instrumen penelitian NO METODE JENIS Survey METODE PENGUMPULAN DATA Observasi Wawancara Angket Diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion - FGD) Observasi Wawancara Angket Diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion - FGD) Observasi Wawancara Angket Diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion - FGD) Observasi Wawancara Angket Diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion - FGD) Observasi Wawancara Anket Diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion - FGD) Observasi Wawancara Angket Diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion - FGD) Observasi Angket Observasi Angket Observasi Angket INSTRUMEN Kuesioner, Lembar kerja, check list, Pedoman wawancara Pedoman FGD Kuesioner, Lembar kerja, Check list, Pedoman wawancara Pedoman FGD Kuesioner, Lembar kerja, Check list, Pedoman wawancara Pedoman FGD Kuesioner, Lembar kerja, Check list, Pedoman wawancara Pedoman FGD Kuesioner, Lembar kerja, check list, Pedoman wawancara Pedoman FGD Kuesioner, Lembar kerja, check list, Pedoman wawancara Pedoman FGD Kuesioner, Lembar kerja, check list Kuesioner, Lembar kerja, check list Kuesioner, Lembar kerja, check list

Studi Kasus

Studi Perbandingan

Deskriptif

Studi Korelasi

Studi Prediksi

Penelitian Evaluasi

Survei Analitik

Cross sectional Case Control Kohort

5
Pre Experiment True Experiment Quasi Experiment Observasi Eksperimen Angket Observasi Eksperimen Angket Observasi Eksperimen Angket Kuesioner, Lembar kerja, check list Kuesioner, Lembar kerja, check list Kuesioner, Lembar kerja, check list

Eksperimen

D. Etik Penelitian Kesehatan


D.1. Peraturan Masalah etik penelitian kesehatan telah lama menjadi perhatian global. Etik penelitian tidak hanya diterapkan pada manusia sebagai subjek penelitian, tetapi juga pada hewan percobaan. Sampai saat ini telah banyak dihasilkan berbagai peraturan internasional antara lain seperti tercantum pada tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Berbagai Aturan Internasional Tentang Etik Penelitian Kesehatan NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 TAHUN 1946 1948 1964 1966 1979 1982 1991 1993 1996 2000 2002 JENIS PERATURAN Nuremberg Code Declaration of Human Rights Declaration of Helsinki (amendment 2000, Edinburgh) Beecher Report Belmont Report (USA) International Guidelines, Council for International organization of Medical Sciences (CIOMS) International Guidelines for Ethical Review of epidemiological Studies, CIOMS International Ethical Guidelines for Biomedical Research Involving Human Subjects CIOMS ICH Good Clinical practice Guidelines Operational Guidelines for Ethics Committees that review biomedical research (WHO-TRD) Surveying and Evaluating Ethical Review Practices (WHO-TRD) KETERANGAN

Revisi terakhir Th. 2002 Pembentukan FERCAP di Bangkok

Dasar etik penelitian kesehatan adalah setiap hasil penelitian yang diimplementasikan kepada manusia harus memenuhi persyaratan etis. Hal ini untuk memastikan tidak terjadinya penyimpangan dan pelanggaran terhadap hak subjek penelitian sebagaimana di atur dalam UU no 23 tahun 1992 tentang Kesehatan yang mencantumkan hukuman kurungan 7 tahun atau denda sebesar Rp. 140.000.000,yang berwenang dan Informed Consent (Persetujuan Setelah Penjelasan/PSP). D.2. Prinsip Dasar Etik Penelitian dan Pelaksanaannya Implementasi etik penelitian terhadap manusia atau manfaat hasil penelitian yang diimplementasikan berdasarkan pada beberapa prinsip dasar seperti terlihat pada tabel 4 di bawah ini. dan PP no 39 tahun 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan yang berisi antara lain tentang standar profesi penelitian, ijin dari

6
Tabel 4. Pelaksanaan Prinsip Etik Penelitian Terhadap Manusia NO 1. PRINSIP ETIK PENELITIAN Respect for persons (Menghormati harkat dan martabat manusia) : Bebas memilih Perlindungan yang terganggu atau kurang 2. Kerahasiaan subyek Beneficence (Manfaat) Manfaat semakin besar; 3. Rancangan penelitian Risiko harus semakin kecil (primum non nocere) memenuhi syarat ilmiah Kemampuan peneliti (pelaksaan penelitian dan menjaga kesejahteraan subjek) Do no harm nonmaleficence (tidak merugikan) Justice (Keadilan) Perlakuan yang sama pada setiap orang yang benar dg dan layak moral dalam Tidak Ada Beda Perlakuan Perhatian khusus pada janin, anak anak, mahasiswa, wanita hamil/menyusui, narapidana, negara berkembang Memenuhi Persyaratan Ilmiah Bermanfaat Peneliti MANFAAT (wajar) mampu lebih besar melaksanakan dari RISIKO data/informasi dari terhadap subyek otonominya Penjelasan) Sukarela Bebas memutuskan Rahasia PELAKSANAAN Informed Consent (Persetujuan Setelah

memperoleh haknya D.3. Informed Consent (Persetujuan Setelah Penjelasan) Salah satu tanggung jawab peneliti yang harus dijalankan sebelum penenlitian di mulai adalah mendapatkan informed consent (persetujuan setelah penjelasan PSP) dari subjek penelitian. sebagaimana di atur dalam PP 39/1995 dan SK Menkes 1333 th 2002. Informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh seorang individu yang kompeten, yang telah mendapat penjelasan yang diperlukan, dan telah cukup memahami informasi tsb., dan yang setelah mempertimbangkan informasi tsb. sampai pada suatu keputusan tanpa ada paksaan, pengaruh yang berlebihan, atau bujukan, atau intimidasi (CIOMS). Menurut Sudirman (2006) Informed consent adalah pilihan sukarela seseorang untuk berpartisipasi dalam penelitian berdasarkan pengertian yang akurat dan lengkap mengenai maksud, prosedur, resiko, keuntungan, alternatif, dan faktor lain yang dapat mempengaruhi keputusan seseorang untuk berpartisipasi

7
Dari pengertian informed consent (persetujuan setelah penjelasan PSP) di atas, peneliti harus memberikan keterangan lengkap tentang penelitian yang melibatkan subjek penelitian sehingga secara sukarela subjek penelitian berpartipasi. D.4. Prinsip Etik Penelitian Terhadap Hewan Percobaan Seringkali penelitian yang hasilnya diimplementasikan kepada manusia dilakukan terhadap hewan percobaan. Penelitian semacam ini juga harus memenuhi etik penelitian. Perlaksanaan prinsip etik penelitian terhadap hewan sebagaimana table 5 di bawah ini. Tabel 5. Pelaksanaan Prinsip Etik Penelitian Terhadap Hewan Percobaan NO 1. PRINSIP ETIK PENELITIAN Replacement : mengganti hewan percobaan dengan alternatif lain PELAKSANAAN 1. Replacement relatif: masih gunakan hewan percobaan sbg donor organ (dari rmh potong) 2. Replacement absolut: tanpa hewan percobaan sama sekali gunakan galur sel, in vitro (kultur sel, jaringan dan organ), hewan invertebrata 2. Reduction: model alternatif agar dapat mengurangi jumlah hewan percobaan yang digunakan teknik biokimia. 3. Refinement: percobaan stres Manfaat penelitian bidang radiologi diimplementasikan terhadap manusia dan hewan. Oleh karena itu, penelitian ini harus dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah dan etika penelitian. Apalagi alat dan bahan yang digunakan dapat mengakibatkan efek yang serius bagi jaringan. Penting bagi radiografer untuk meningkatkan kemampuannya dalam penelitian yang berkualitas, sehingga berkontribusi besar bagi perkembangan ilmu dan teknologi imejing serta pembangunan kesehatan di Indonesia. usahakan menderita hewa sekecil Menggunakan analgesi, anastesi atau hewan percobaan relatif kurang rasa Penggunaan metode statistic dan computer program

mungkin dari rasa nyeri maupun

Referensi
Agtini, Magdarina D, Integritas Peneliti, disampaikan pada Pelatihan Etik Penelitian Kesehatan, Badan Litbangkes, Jakarta 14-16 Desember 2006 BPPK, Depatemen Kesehatan RI, Pedoman Operasional Komisi Etik Penelitian Kesehatan di Indonesia, Jakarta, 2002

8
______, Pedoman Nasional Etik Penelitian Kesehatan, Jakarta, 2004 ______, Pedoman Operasional Komisi Etik Penelitian Kesehatan BPPK, Jakarta, 2005 Balibangkes Departemen Kesehatan RI, Pedoman Nasional Etik Penelitian Kesehatan, Jakarta, 2004 BPOM, Pedoman Cara Uji Klinik Yang Baik. Jakarta, 2001 KNEPK, Departemen Kesehatan RI, Pedoman Nasional Etik Penggunaan dan Pemeliharaan Hewan Percobaan dalam Penelitian Kesehatan, Jakarta, 2005 Notoatmodjo, Soekidjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2002 P.P. No.39 Th 1995 tentang Litbangkes Sudiman, Herman, Penelitian Kesehatan, Puslitbang Gizi dan Makanan, Disampaikan pada Pelatihan Metoda Penelitian Poltekkes Jakarta II, Bapelkes Sukajadi, Bandung, 13 Juli, 2006 Supranto, J, 1991, Metode Riset, Aplikasi dalam Pemasaran, Edisi Lima, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta U.U.No.23 Th 1992 tentang Kesehatan Wiradi G. Etika Penulisan Karya Ilmiah: Beberapa Prinsip Dasar. Bandung: Yayasan Akatiga, 1996.

Anda mungkin juga menyukai