Anda di halaman 1dari 15

ADSORPSI

Laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengelolaan Limbah Industri

Dosen Pebimbing

Dra. Dewi Widyabudiningsih, MT

DisusunOleh : 1. Indra Kusuma 2. Ivo Novtia 3. Kika Suwarno 4. Leni Nurhayati (091411050) (091411051) (091411052) (091411053)

Kelompok : 5 Kelas : 3B - TKD3

Tanggal Praktikum

: 23 November 2011

Tanggal PenyerahanLaporan : 30 November 2011

JURUSAN TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2011

I.

TUJUAN PERCOBAAN 1. Menentukan kurva breaktrough fluida yang melalui permukaan pertikel padatan dalam unggun yang diam (fixed bed). 2. Menghitung kapasitas kemampuan partikel padatan sebagai absorben.

II.

LANDASAN TEORI 2.1.Adsorpsi Adsorpsi adalah proses pemisahan komponen tertentu dari suatu fluida berpindah ke

suatu permukaan zat padat penyerap (adsorbent). Adsorbent ditempatkan di dalam suatu hamparan tetap dan fluida dialirkan melalui hamparan tersebut sampai adsorbent itu mendekati jenuh dan pemisahan yang dikehendaki tidak dapat lagi berlangsung. Adsorpsi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu ; 1. Adsorpsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan merupakan suatu proses bolak balik apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dan adsorben lebih besar daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada permukaan adsorben. Contoh : Adsorpsi oleh karbon aktif. Aktivasi karbon aktif pada temperatur yang tinggi akan menghasilkan struktur berpori dan luas permukaan adsorpsi yang besar. Semakin besar luas permukaan, maka semakin banyak substansi terlarut yang melekat pada permukaan media adsorpsi. 2. Adsorpsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yang teradsorpsi. Dalam setiap proses adsorpsi ada tiga langkah yang diperlukan, yaitu: 1. Kontak fluida dengan padatan. Selama pada tahap ini bagian dari fluida yaitu adsorbate berada di atas adsorbent. 2. Pemisahan dari fluida yang tidak diserap dari campuran adsorbent-adsorbate. 3. Regenerasi adsorbent dengan penghilangan adsorbate, memakai adsorbent dari tempat penyerapan dengan bahan baru. Regenerasi dapat dilakukan dengan gas panas tak reaktif, tetapi uap lebih disukai jika zat pelarut yang hendak dipulihkan itu tidak larut di dalam air. Uap akan mengkondensasi di atas hamparan itu dan menyebabkan suhu zat padat itu naik serta menyediakan energi untuk desorpsi.

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi adalah sebagai berikut: y Luas permukaan Semakin luas permukaan adsorben, maka makin banyak zat yang teradsorpsi. Luas permukaan adsorben ditentukan oleh ukuran partikel dan jumlah dari adsorben y Jenis adsorbat
o

Peningkatan polarisabilitas adsorbat akan meningkatkan kemampuan adsorpsi molekul yang mempunyai polarisabilitas yang tinggi (polar) memiliki kemampuan tarik menarik terhadap molekul lain dibdaningkan molekul yang tidak dapat membentuk dipol (non polar);

o o

Peningkatan berat molekul adsorbat dapat meningkatkan kemampuan adsorpsi Adsorbat dengan rantai yang bercabang biasanya lebih mudah diadsorb dibandingkan rantai yang lurus.

Struktur molekul adsorbat Hidroksil dan amino mengakibatkan mengurangi kemampuan penyisihan sedangkan gkatkan kemampuan penyisihan

Konsentrasi Adsorbat

semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka semakin banyak jumlah substansi yang terkumpul pada permukaan adsorben
y

Temperatur
o

pemanasan atau pengaktifan adsorben akan meningkatkan daya serap adsorben terhadap adsorbat menyebabkan pori-pori adsorben lebih terbuka

pemanasan yang terlalu tinggi menyebabkan rusaknya adsorben sehingga kemampuan penyerapannya menurun

pH pH larutan mempengaruhi kelarutan ion logam, aktivitas gugus fungsi pada biosorben dan kompetisi ion logam dalam proses adsorpsi

Kecepatan pengadukan

menentukan kecepatan waktu kontak adsorben dan adsorbat. Bila pengadukan terlalu lambat maka proses adsorpsi berlangsung lambat pula, tetapi bila pengadukan terlalu cepat kemungkinan struktur adsorben cepat rusak, sehingga proses adsorpsi kurang optimal
y

Waktu Kontak

Penentuan waktu kontak yang menghasilkan kapasitas adsorpsi maksimum terjadi pada waktu kesetimbangan.

Waktu kesetimbangan dipengaruhi oleh


o o o o

tipe biomasa (jumlah dan jenis ruang pengikatan), ukuran dan fisiologi biomasa (aktif atau tidak aktif), ion yang terlibat dalam sistem biosorpsi konsentrasi ion logam.

2.2.Adsorbent Zat pengadsorpsi (adsorbent) adalah material yang sangat berpori. Proses adsorpsi terjadi pada dinding-dinding pori-pori atau letak-letak tertentu dalam partikel adsorbent. Karena pori-pori itu biasanya sangat kecil, luas permukaan dalam menjadi beberapa orde lebih besar daripada permukaan luar. Pemisahan terjadi karena perbedaan polaritas yang menyebabkan sebagian molekul melekat pada permukaan itu lebih erat daripada molekulmolekul lainnya. Daya adsorpsi dari adsorbent disebabkan karena adsorbent mepunyai pori-pori dalam jumlah besar, dan adsorpsi akan terjadi karena adanya perbedaan energi potensial atara permukaan adsorbent dengan zat yang diserap. Efisiensi adsorpsi oleh adsorbent tergantung dari perbedaan muatan listrik adsorbent dan zat atau ion yang diserap. Bahan yang mempunyai muatan listrik positif akan diserap lebih efektif oleh adsorbent dalam larutan yang bersifat basa dan tidak dipengaruhi oleh keasaman atau kebasaan dari adsorbent. Daya adsorpsi dipengaruhi oleh sifat fisika dan kimia dari bahan yang digunakan sebagai adsorbent, pelarut, jenis zat yang dilarutkan, pH, waktu, tekanan dan suhu. Banyak bahan padat yang dipergunakan sebagai bahan penyerap untuk mengurangi kekeruhan dari suatu cairan, diantaranya adalah karbon aktif, bahan-bahan berpori (molecular sieves), dan Alumunium aktif. Karbon aktif paling sering digunakan sebagai bahan penyerap (adsorbent).
Pengolahan air limhah menggunakan karbon aktif, biasanya dipergunakan sebagai proses kelanjutan dari pengolahan secara biologis. Karbon pada kejadian ini dipergunakan untuk

mengurangi kadar dari benda-benda organik terlarut yang ada. Di samping inti dari pengontakan karbon dengan air, maka benda-benda partikel juga bisa ikut dihilangkan. Sifat umum karbon aktif antara lain :

1. Berbentuk amorf 2. Berwarna hitam 3. Tidak berbau 4. Tidak berasa

5. Mempunyai daya jerap yang tinggi


Karbon aktif alamiah berupa butiran karbon dan bubuk karbon untuk pengolahan air limbah dan setelah dipergunakan perlu diaktifkan kembali. Sifat karbon aktif yang paling

penting adalah daya serap. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu : 1. Sifat Serapan Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh karbon aktif, tetapi kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing- masing senyawa. Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul serapan dari sturktur yang sama, seperti dalam deret homolog. Adsorbsi juga dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai dari senyawa serapan. 2. Temperatur / suhu. Dalam pemakaian karbon aktif dianjurkan untuk menyelidiki suhu pada saat berlangsungnya proses. Karena tidak ada peraturan umum yang bisa diberikan mengenai suhu yang digunakan dalam adsorpsi. Faktor yang mempengaruhi suhu proses adsoprsi adalah viskositas dan stabilitas thermal senyawa serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti terjadi perubahan warna mau dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada titik didihnya. Untuk senyawa volatile, adsorpsi dilakukan pada suhu kamar atau bila memungkinkan pada suhu yang lebih kecil. 3. pH (Derajat Keasaman). Untuk asam-asam organik, adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu dengan penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan karena kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya bila pH asam organik dinaikkan yaitu dengan menambahkan alkali, adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya garam. 4. Waktu Singgung Bila karbon aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan jumlah arang yang digunakan. Selisih ditentukan oleh dosis karbon aktif, pengadukan juga mempengaruhi waktu singgung. Pengadukan dimaksudkan untuk memberi

kesempatan pada partikel karbon aktif untuk bersinggungan dengan senyawa serapan. Untuk larutan yang mempunyai viskositas tinggi, dibutuhkan waktu singgung yang lebih lama.

Karbon aktif disamping sebagai adsorben juga dapat dianggap sebagai zat pemberat. Zat pemberat (weighing agent) digunakan untuk menambah partikel partikel untuk tumbukan pada pembentukan/ pertumbuhan flok (membantu proses flokulasi). Penambahan zat pemberat, yang mempunyai berat jenis (specific gravity) relatif besar, menghasilkan aksi pemberatan, dan flok mengendap dengan cepat. Secara garis besar penyerapan arang aktif terhadap zat yang terlarut adalah: 1. Zat teradsorpsi berpindah dari larutannya menuju lapisan luar dari adsorben (arang). 2. Zat teradsorpsi diserap oleh permukaan arang aktif. 3. Zat teradsorpsi akhirnya diserap oleh permukaan dalam atau permukaan porous arang. Adapun secara umum faktor yang menyebabkan adanya daya serap dari arang aktif adalah : 1. Adanya pori-pori mikro yang jumlahnya besar pada arang aktif sehingga menimbulkan gejala kapiler yang menyebabkan adanya daya serap. 2. Adanya permukaan yang luas (300 3500 cm2/gram) pada arang aktif sehingga mempunyai kemampuan daya serap yang besar.

III. METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan Alat a. Alat adsorbsi b. Gelas kimia c. Batang pengaduk d. Spatula e. Neraca analitik Bahan a. Karbon aktif b. Bentonit c. Air

f. Konduktometer g. Turbidimeter h. Meteran i. j. Selang Ember/alat penampung air

3.2 Prosedur Percobaan 3.2.1 Persiapan sampel

Menimbang 6,1 gram bentonit

Melarutkan bentonit dalam 51 tinggi tangki

Mengaduk hingga bentonit mearata dalam air, pengadukan dilakukan terus menerus selama proses

3.2.2

Proses Adsorpsi Memastikan semua valve dalam keadaan terbuka Mengalirkan air umpan dalam bak umpan kedalam kolom
adsorpsi

Mengukur volume effluent, kekruhan, TDS, dan DHL tiap 10 menit

Melakukan pengukuran effluent sebanyak 11 titik

IV. DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA Keliling tangki Diameter (K/ ) tangki Tinggi tangki (air) Volume tangki : 122 cm : 38.85 cm : 51 cm : 4 D2.t : 4 x 3.14 x 38.852 x 51 : 60425.73 cm3 = 60.425 dm3 Massa bentonit untuk 100 ppm :


 

X= 6042.5 mg = 6.0425 gram Data awal parameter air baku : - Turbidity - TDS - DHL Tabel hasil analisa parameter air : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Waktu (menit) 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Volume (Liter) 3,33 3,25 2,60 2,80 2,40 2,50 2,30 2,20 2,30 2,05 Debit (L/menit) 0,333 0,325 0,260 0,280 0,240 0,250 0,230 0,220 0,230 0,205 Turbidity (NTU) 1,28 1,45 1,11 1,03 1,75 1,32 1,40 0,88 0,78 1,04 TDS (ppm) 293 285 285 279 278 276 280 277 279 278 DHL (mS) 0,438 0,427 0,427 0,422 0,417 0,413 0,420 0,414 0,418 0,417 = 18,45 NTU = 268 ppm = 0,402 mS

Kurva hubungan antara volume terhadap waktu

Grafik volume terhadap waktu


3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 0 20 40 60 Waktu (menit) 80 100 120 Volume (liter)

Kurva breakthrough

Grafik DHL terhadap Volume


0.5 0.4 DHL (mS) 0.3 0.2 0.1 2 2.2 2.4 2.6 2.8 3 3.2 3.4

Volume (Liter)

Kurva hubungan antara DHL terhadap waktu

Grafik DHL terhadap waktu


0.46 0.44 0.42 0.4 0.38 0.36 0.34 0.32 0.3 0 20 40 60 80 100 120

DHL (mS)

DHL effluen DHL umpan

Waktu (menit)

Kurva hubungan antara kekeruhan terhadap waktu

Grafik turbidity terhadap waktu


20 Turbidity (NTU) 15 10 Turbidity effluen 5 0 0 50 100 150 Turbidity umpan

Waktu (menit)

Kurva hubungan antara TDS terhadap waktu

Grafk TDS terhadap waktu


295 290 285 TDS (ppm) 280 275 270 265 260 0 20 40 60 Waktu (menit) 80 100 120 TDS effluen TDS umpan

Pengolahan data a. Kecepatan volume Vr = =




= 0,60 l/jam

b. Volume unggun total Vv = =


     

 

= 9,6 c. Jumlah atau berat karbon aktif (W) Data volume unggun Diameter unggun(D) = 27,94 cm Tinggi unggun(t) Volume unggun(V) = 85,09 cm = r 2t =3,14 x (13,97)2 x 85,09 = 52143,597 cm3 Densitas unggun ( ) = 0,4452 gr/cm3 jari-jari unggun(r) = 13,97 cm

= (volume unggun total)(density) = (Vv) ( ) = 52143,597 cm3 x 0,4452 gr/cm3 = 23214,329 gr = 23,21 kg

V.

PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini dilakukan proses adsorpsi. Adsorpsi dengan menggunakan

arang aktif yang dilakukan bertujuan untuk menyerap kekeruhan pada air yang diakibatkan dari penambahan bentonit. Untuk mengetahui kemampuan arang aktif sebagai adsorbent diketahui dari hasil pengamatan pada kurva breakthrough dan dari hasil analisa kulaitas air pada kolom keluaran. Pada grafik volume terhadap waktu, hasil yang didapat adalah semakin lama waktu yang dibutuhkan maka semakin sedikit volume yang keluar pada kolom adsorpsi. Hal tersebut dikarenakan semakin lama, bentonit yang terserap pada arang aktif akan semakin banyak, sehingga bentonit yang merupakan partikel berat akan menghalangi laju alir air yang mengalir pada kolom adsorpsi. Dari kurva breakthrough tidak dapat ditentukan karakteristik arang aktif sebagai adsorbent karena pada kurva breakthrough besarnya DHL stabil terhadap penambahan volume. Hal ini dapat dikarenakan kondisi arang aktif masih dalam keadaan belum jenuh atau dalam keadaan sudah jenuh sehingga kapasitas optimum penyerapan arang aktif tidak dapat diketahui. Namun, kemungkinan yang terjadi kondisi arang aktif sudah jenuh. Kemungkinan ini diperkuat oleh kurva DHL dan TDS terhadap waktu. Banyaknya TDS yang masih terkandung dalam air akan berbanding lurus dengan besarnya DHL yang dimiliki oleh air. Dari hasil pengamatan TDS dan DHL pada liran effluent mengalami kenaikan dibandingkan dengan TDS dan DHL pada air umpan. Keadaan ini dapat disebabkan arang aktif yang digunakan sudah jenuh, sehingga adsorbat yang telah terserap oleh adsorbent ikut terbawa oleh air keluaran. Keadaan arang aktif yang sudah jenuh dikarenakan tidak dilakukannya proses pencucian arang aktif terlebih dahulu. Sedangkan jika hanya ditinjau dari kurva hubungan DHL dan TDS terhadap waktu, terlihat bahwa semakin lama waktu proses penyerapan (adsorpsi) maka besarnya nilai DHL dan TDS semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh semakin lama waktu adsorpsi, maka komponen terlarut yang ada pada influent akan ikut terserap oleh arang aktif. Pada kurva kekeruhan terhadap waktu, Air keluaran akan mengalami penurunan besarnya kekeruhan dibandingkan dengan air umpan. Hal ini berkesesuaian dengan teori yaitu arang aktif sebagai adsorbent akan menyerap komponen (adsorbat) dalam air umpan sehingga kekeruhan pada air akan menurun.

KESIMPULAN 1. Dari kurva break through tidak dapat diperoleh kapaistas optimum penyerapan 2. Semakin lama waktu proses, maka semakin menurun nilai kekeruhan

DAFTAR PUSTAKA Herry Purnama, Setiati. tanpa tahun. Adsorpsi Limbah Tekstil Sintesis dengan Jerami Padi (online). tersedia: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1510419.pdf . (download: 28 November 2011) Arifin. 2010. Dekolorisasi Air yang Mengandung Zat Warna Tekstil Dengan Metode Koagulasi Poly Aluminium Chloride dan Adsorpsi Karbon Aktif (online). tersedia: http://smk3ae.wordpress.com/2010/08/28/adsorpsi-karbon-aktif/ . (download: 28 November 2011) Jolanda K, Meity. 2010. Adsorpsi Zat Warna oleh Karbon Aktif (online). tersedia: http://www.scribd.com/doc/38074090/Adsorpsi-Zat-Warna-Oleh-Karbon-Aktif . (download: 28 November 2011) http://rangminang.web.id/2010/06/adsorpsi/. (download: 29 November 2011)

LAMPIRAN

Gambar

Keterangan Air umpan

Air Effluen pada waktu 100 menit

Anda mungkin juga menyukai