Anda di halaman 1dari 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

Karakteristik Pedesaan Desa adalah suatu persekutuan hidup bersama yang mempunyai kesatuan hukum organisasi, batas geografis tertentu. Desa diawali dari manusia yang hidup bergerombol baik dalam satu lingkungan yang besar atau kecil dan bertempat tinggal pada tempat tertentu. Dengan segala perkembangannya yang mereka alami, serta pertumbuhan jumlah jiwa yang semakin banyak kemudian mulai dipikirkan masalah keamanan dan tata tertib pergaulan sesamanya dengan maksud untuk memelihara ketentraman serta tatanan hidup yang harmonis dan pantas sebagai keluarga besar (Kusnaedi, 2001). Topografi lahan menggambarkan penggunaan lahan pertanian yang didasarkan pada tinggi tempat. Untuk tanah dikategorikan sebagai lahan dataran pantai, dataran rendah, dan dataran tinggi. Pembagian klasifikasi menurut topografi ini juga menggambarkan macam usaha pertanian yang diusahakan oleh penduduk bertempat tinggal di sekitar lokasi itu, misalnya di dekat pantai diusahakan usaha perikanan seperti usaha tambak ikan. Dataran rendah mungkin dapat diklasifikasikan menjadi dataran rendah yang beririgasi dan tidak beririgasi atau lahan tegalan di dataran rendah (Dummairy, 2003). Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup

bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah tidak berlaku. Berikut ini disampaikan sejumlah karakteristik masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan budaya mereka, yang bersifat umum yang selama ini masih sering ditemui. Karakter tersebut antara lain sederhana, mudah curiga, menjunjung tinggi unggah-ungguh, guyub kekeluargaan, lugas, tertutup dalam hal keuanagan, perasaan minder terhadap orang kota, menghargai atau ngajeni orang lain, jika diberi janji akan selalu diingat, suka gotong royong, demokratis, religious.

pedesaan. Selain karekteristik religius, karakteristik-karakteristik yang lain pada saat ini tidak bisa digeneralisasikan bagi seluruh warga masyarakat desa. Ini disebabkan oleh adanya perubahan sosial religius yang begitu besar pengaruhnya dalam tata pranata kehidupan masyarakat pedesaan. Dampak yang terjadi meliputi aspek agama, ekonomi, sosial politik, budaya dan pertahanan keamanan (Anonima,2009). Sebelum kolonialisme datang di nusantara, warga desa telah

mengembangkan sistem perladangan dan persawahan. Sistem perladangan merupakan cara cerdas yang dikembangkan oleh rakyat di hampir seluruh wilayah nusantara. Ladang terutama dikembangkan oleh suku-suku di luar Pulau Jawa. Mereka membudidayakan berbagai tanaman penghasil bahan makanan dan bahan yang bermanfaat lainnya dari dalam atau sekitar hutan tropis yang sangat luas (Anonimb, 2007). Desa mempunyai karakteristik kehidupan ekonominya adalah pertanian dan usaha-usaha kolektif. Masyarakat desa lebih dipengaruhi oleh lingkungan fisik yaitu lahan pertanian. Tingkat diferensiasi sosial yang rendah, pelapisan sosial yang lebih sederhana dari masyarakat kota, mobilitas sosial yang rendah, interaksi sosial dan solidaritas yang dirasakan atas kesamaan adalah karakteristik lain dari desa (Raharjo, 2003) B. Pertanian dan Produktivitas Usaha Tani Usaha tani yang produktif berarti usaha tani yang memiliki produktivitas yang tinggi. Pengertian produktivitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha atau konsepsi fisik dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi atau output yang dapat diperoleh dari suatu kesatuan input. Sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu menggambarkan kemampuan tanah itu untuk menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan hasil produksi bruto yang sebesar-besarnya pada tingkatan teknologi tertentu. Jadi secara teknis produktivitas merupakan perkalian antara efisiensi atau usaha dengan kapasitas dalam hal ini adalah tanah (Arifin, 2001).

Pertanian merupakan basis Indonesia walaupun sumbangan nisbi dalam sektor pertanian di ukur berdasarkan proporsi nilai tambahnya dan bentuk produk domestik atau pendapatan nasional tahun demi tahun mengecil, hal ini bukanlah berarti nilai dan pertambahannya dari waktu ke waktu tetap selalu meningkat kecuali peranan sektor pertanian ini dalam menyerap tenaga kerja terpenting. Mayoritas penduduk Indonesia sebagian besar tinggal di wilayah pedesaan sehingga saat ini masih menyandarkan mata pencahariannya pada sektor pertanian (Dumairy, 2008). Profil tenaga kerja pertanian Indonesia ini disusun untuk memberikan gambaran jelas tentang karakteristik tenaga kerja di sektor pertanian, baik dari aspek sosial maupun ekonominya. Dengan gambaran ini kemudian diuraikan pilihan-pilihan langkah yang dapat dilakukan untuk berbagai menyelesaikan permasalahan tenaga kerja pertanian sebagaimana disebutkan di atas serta mengembangkan kualitas sumberdaya manusia/tenaga kerja pertanian. Profil tenaga kerja pertanian ini juga merupakan lanjutan dari penerbitan Analisis Tenaga Kerja, Rumah Tangga dan Penggunaan Lahan Pertanian yang dilakukan tahun 2005. Profil kali ini mendalami- aspek tenaga kerjanya dan terutama aspek kesejahteraanya (Anonimc, 2005). Ketiadaan jaminan dari pemerintah terhadap hasil produksi pertanian adalah cermin pengabaian penguasa terhadap nasib petani. Kasus yang paling aktual adalah keterpurukan petani akibat liberalisasi tarif bea impor beras dan gula belum lama ini. Selama ini hanya beberapa komoditas pertanian saja yang dijamin dengan harga pagu (gabah dan beberapa komoditas lain), dan itu pun dengan standar yang masih rendah untuk ukuran kesejahteraan petani. (Anonimd, 2000). Dalam berbagai hal kondisi komunitas pedesaan jauh lebih buruk dari situasi masyarakat perkotaan. Krisis moneter telah menghancurkan struktur industri nasional yang berpusat di daerah perkotaan. Sebagai konsekuensinya, pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar- besaran di sektor ini tidak dapat dihindari. Sebagian besar dari para penganggur perkotaan (urban unemployed laborers) ini, khususnya mereka yang tadinya berasal dari daerah

pedesaan, kembali ke daerah asalnya. Pada hal, daerah pedesaan yang perekonomiannya dilandaskan pada pertanian juga sedang mengalami kontraksi yang serius sebagai akibat krisis moneter. Sebagai akibatnya, kondisi pengangguran dan kemiskinan cukup parah di daerah perdesaan. Masuknya para pengangguran perkotaan tersebut membuat kondisi pengangguran dan kemiskinan di kawasan perdesaan semakin parah (Parulian, 2001). C. Pendapatan Penduduk Pedesaan Hasil produksi pertanian sendiri masih terbatas dalam pengertian jumlah, mutu, dan kontinuitasnya. Akibatnya pendapatan petani tetap rendah. Masalah itu diperburuk dengan lemahnya posisi tawar petani terhadap pedagang (tengkulak), sehingga harga jual produknya relatif rendah karena ditentukan secara sepihak oleh para pedagang. Ironisnya petani sulit keluar dari situasi ketergantungan terhadap tengkulak ini. Sementara informasi pertanian yang baik dan sistem pemasaran alternatif, yang memberikan keuntungan yang layak bagi petani, belum banyak berkembang (Anonime, 2008). Didalam kebijakan pembangunan pertanian di Indonesia adalah petani tangguh yaitu membangun pertanian yang efisien dan produktif dengan tingkat pendapatan masyarakat tani yang menyamai pendapatan rata-rata masyarakat. Dengan demikian diharapkan akan terjadi pemerataan pendapatan di kalangan masyarakat. Arah Pembangunan Pertanian untuk mencapai maksud tersebut dirumuskan berupa perencanaan pertanian regional terpadu dan konisisten, selaras dengan pembangunan sistem komoditi terpadu dan perencanaan nasional (Soekartawi, 2003). Secara umum sumber pendapatan petani bersumber dari dua macam, yaitu dari pertanian dan non-pertanian. Pendapatan dari pertanian terdiri dari hasil usahatani sendiri dan dari hasil berburuh tani. Sumber pendapatan dari usahatani sendiri adalah dari hasil pertanian yang meliputi komoditas pangan, hortikultura, perkebunan, ternak, dan perikanan. Sedang dari hasil berburuh tani adalah pendapatan dari hasil berburuh tani dari luar kegiatan usahatani sendiri. Pendapatan dari luar usahatani adalah pendapatan yang berasal dari bukan usaha pertanian. Kelompok pendapatan ini secara garis besar dibagi

lima sub sumber pendapatan, yaitu dari hasil perdagangan, menjual jasa (jasa transportasi, jasa kesehatan, jasa alat pertanian, dll), dan kegiatan industri (industri besar, menengah, skala rumah tangga), dari kegiatan berburuh di antaranya adalah dari pertukangan, buruh industri, dan buruh di luar pertanian lainnya (Sudana, 2002). Sektor pertanian mempengaruhi sisi penawaran dari ekonomi sektor nonpertanian di pedesaan.Upah di sektor pertanian menjadi patokan biaya opurtunitas dari tenaga kerja yang disalurkan ke akitivitas aktivitas non pertanian. Permintaan tenaga kerja di sektor pertanian yang bersifat musiman tentunya berpengaruh terhadap penawaran tenaga kerja untuk aktivitas nonpertanian (Harianto, 2007). Sumber penghasilan penduduk desa pada umumnya melalui sektor pertanian, yaitu perkebunan, tanaman pangan dan peternakan serta holtikultura. Kegiatan lain dapat berupa usaha sambilan yaitu mencari kayu, berdagang kecil-kecilan di rumah dan menjadi perangkat desa. Pertanian merupakan mata pencaharian pokok masyarakat karena keterbatasan modal, tingkat pendidikan, terbatasnya pengetahuan terhadap pemasaran produk pertanian. Transportasi yang terbatas juga menyebabkan sulitnya petani untuk memasarkan produk mereka ke luar daerah. (Syahza, 2001) D. Konsumsi, Tabungan dan Investasi Berdasarkan sensus 1990, lebih dari 60% pengeluaran dikonsumsikan untuk kebutuhan pangan, dimana padi-padian merupakan 23% dari total konsumsi rumah tangga pedesaan dan 11% bagi rumah tangga perkotaan. Telah lebih jauh dengan memisahkan kelompok pendapatan menunjukkan bahwa konsumsi padi-padian kelompok 40% penduduk berpendapatan terendah masih sangat menonjol, yaitu 30% dari total pengeluaran (Anwar, 2000). Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lain yang dilakukan saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan investor (kesejahteraan moneter). Macam-Macam bentuk investasi, antara lain sebagai berikut:

1. Investasi pada asset riil (Real Assets) misalnya : tanah, emas, mesin, bangunan. 2. Investasi pada asset finansial (financial assets): a. Investasi di pasar uang : deposito, sertifikat BI. b. Investasi di pasar modal : saham, obligasi, opsi, warrant (Anonimg, 2006) Dalam perekonomian rumah tangga pertanian, tabungan mempunyai peran cukup strategis sehingga preferensi menabung menjadi bagian dari perilaku mereka. Tabungan sering digunakan sebagai peredam instabilitas pengeluaran, terutama di masa paceklik. Peran tabungan yang lain adalah sebagai cadangan modal untuk membiayai usahatani. Pada konteks ketahanan pangan, peran sebagai stabilisator konsumsi menunjukkan penggunaan tabungan menjadi salah satu pilihan strategi dalam menghadapi ancaman rawan pangan (Hardono, 2003). Proporsi anggaran konsumen yang dibelanjakan untuk barang tertentu. Bahwa harga yang lebih tinggi mengurangi jumlah yang diminta sebagian karena kenaikan harga menyebabkan daya beli riil konsumen menurun. Semakin kecil nilai belanja suatu barang dibandingkan anggaran konsumen, hal lain diasumsikan konstan, maka semakin kecil efek pendapatan yang terjadi atas adanya suatu perubahan harga, sehingga permintaan atas barang bersangkutan menjadi kurang elastis (Triandaru, 2000). Pengeluaran atau belanja konsumen sebagian besar ditentukan oleh penghasilan pribadi, pajak penghasilan, ekspektasi atau perkiraanperkiraan konsumen terhadap masa depan, hutang konsumen, kekayaan dan tingkat harga. Kerena konsumsi tidak mungkin dilakukan oleh kebanyakan individu yang tidak mempunyai penghasilan dari pekerjaan. Kenaikan harga rumah sebagai contoh menurunkan kemampuan konsumen membeli rumah. Semakin besar proporsi nilai barang dibandingkan (Salvature dan Eugene, 2004).

Anda mungkin juga menyukai