Anda di halaman 1dari 12

Kurikulum Berbasis Kompetensi Makalah disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Pengembangan Kurikulum Anak Berkebutuhan Khusus Yang

dibina oleh Prof. Dr. Mohammad Efendi, M. Pd, M. Kes dan Umi Saiful, S. Pd, M. Pd

Oleh: Gisella Rahmadhani Soesanto Gresila Dessy Sri Lostari Isma Mandrika

(100154400251) (100154404163) (100154400264)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH PROGAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA Oktober 2011

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kehidupan manusia dengan cepat berubah dari waktu ke waktu. Demikian juga dengan kehidupan anak/generasi muda, yang bahkan kadang-kadang perubahan itu sangat kompleks. Kehidupan keluarga, termasuk anak-anak sekarang memberikan banyak kebebasan dan banyak dipengaruhi oleh faktor dari luar. Di lain pihak dengan kemajuan di bidang komunikasi (termasuk telekomunikasi tentunya), melalui film, TV, radio, surat kabar, telepon, computer, internet, d1l. Anak-anak sekarang sudah lebih banyak dipengaruhi oleh faktorfaktor dari luar. Jadi sekarang ini kehidupan kita senantiasa dibayangi oleh perkembangan IPTEKS (baca: Ilmu, Teknologi dan Seni) dengan akselerasi laju yang luar biasa, yang menyebabkan terjadinya "ledakan informasi". Pertumbuhan pengetahuan pada tahun 80-an saja berjalan dengan kecepatan 13% per tahun. Ini berarti bahwa pengetahuan yang ada akan berkembang menjadi dua kali lipat hanya dalam tempo kira-kira 5,5 tahun. Akibatnya pengetahuan dalam bidang tertentu menjadi "kadaluwarsa" hanya dalam tempo kira-kira 2,5 tahun. (Dikutip dari Miguel Ma.Varela, Education for Tomorrow, APEID, Unesco PROAP, Bangkok, 1990, oleh Santoso S. Hamidjojo). Dari gambaran di atas kiranya jelas bahwa dunia yang dihadapi peserta didik termasuk mahasiswa pada saat ini, sangat kompleks.Wajarlah jika secara periodik kurikulum senantiasa harus selalu ditinjau kembali, dan senantiasa ada pembaharuan di bidang kurikulum. Pembaharuan pendidikan dan pembelajaran selalu dilaksanakan dari waktu ke waktu dan tak pernah henti. Pendidikan dan pembelajaran berbasis kompetensi merupakan contoh hasil perubahan dimaksud dengan tujuan untuk meningkatkan kulitas pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis megangkat judul mengenai Kurikulum Berbasis Kompetensi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yaitu: a. Apakah pengertian Kurikulum berbasis Kompetensi itu? b. Bagaimana karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi itu? c. Bagaimana Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi itu?

d. Bagaimana evaluasi Kurikulum Berbasis Kompetensi itu? 1.3 Tujuan Tujuan dari makalah diatas yaitu: a. Mengetahui tentang pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi. b. Mengetahui karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi. c. Mengetahui pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi. d. Mengetahui evaluasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.

2.

Pembahasan

2.1 Pengertian kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004, merupakan kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2004 walau sudah ada sekolah yang mulai menggunakan kurikulum ini sejak sebelum diterapkannya. Secara materi, sebenarnya kurikulum ini tak berbeda dari Kurikulum 1994, perbedaannya hanya pada cara para murid belajar di kelas. Dalam kurikulum terdahulu, para murid dikondisikan dengan sistem caturwulan. Sedangkan dalam kurikulum baru ini, para siswa dikondisikan dalam sistem semester. Dahulu, para murid hanya belajar pada isi materi pelajaran belaka, yakni menerima materi dari guru saja. Dalam kurikulum 2004 ini, para murid dituntut aktif mengembangkan keterampilan untuk menerapkan IPTek tanpa meninggalkan kerja sama dan solidaritas, meski sesungguhnya antar siswa saling berkompetisi. Jadi di sini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator, namun meski begitu pendidikan yang ada ialah pendidikan untuk semua. Dalam kegiatan di kelas, para siswa bukan lagi objek, namun subjek. Dalam setiap kegiatan siswa ada nilainya. Untuk memahami tentang pengertian kurikulum berbasis kompetensi (KBK) ini, perlu dikemukakan terlebih dahulu pengertian dari kompetensi itu sendiri, Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi mengemukakan Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Kay (1977) mengemukakan bahwa kompetensi selalu dilandasi oleh rasionalitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran mengapa

dan bagaimana perbuatan tersebut dilakukan. Dengan demikian kompetensi merupakan indikator yang menunjuk kepada perbuatan yang dapat diamati, dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap, serta tahap-tahap pelaksanaannya secara utuh. Kompetensi tersebut terbentuk secara transaksional, bergantung pada kondisi-kondisi dan pihak-pihak yang terlibat secara aktual. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik. Agar mampu melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, keberhasilan dengan penuh tanggung jawab. Pendapat lain menyatakan kurikulum diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirirnya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Dalam KBK, proses pembelajaran difokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi oleh peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan. Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta didik sekurangkurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuantujuan yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip pengembangan pembelajaran dengan pemilihan materi, strategi, media, penilaian, dan sumber atau bahan pembelajaran. Tingkat keberhasilan belajar yang dicapai siswa/mahasiswa dapat dilihat pada kemampuan siswa/mahasiswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang harus dikuasai sesuai dengan standar prosedur tertentu.

2.2 Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) memiliki sejumlah kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, penilaian dilakukan berdasarkan standar khusus oleh peserta didik, sebagai hasil demonstrasi kompetensi yang ditunjukkan oleh peserta didik, pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan individual personal untuk menguasai kompetensi yang dipersyaratkan. a. Depdiknas (2002) mengemukakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi memiliki karakteristik sebagai berikut : y Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal. y Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagamaan. y Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi. y Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lain yang memenuhi unsur edukatif. y Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. b. Mulyasa menjelaskan bahwa sedikitnya dapat diidentifikasi enam karakteristik kurikulum berbasis kompetensi, yaitu: y Sistem belajar dengan modul. Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, oprasional, dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Modul ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran disekolah, baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal. Modul pada umumnya terdiri dari beberapa komponen diantaranya lembar kegiatan peserta didik, lembar kerja, kunci lembar kerja, lembar soal, lembar jawaban, kunci jawaban.
5

Menggunakan keseluruhan sumber belajar Dalam KBK seorang guru tidak lagi menjadi aktor utama dalam proses pembelajaran, karena pembelajaran dapat dilakukan dengan mendayagunakan aneka ragam sumber belajar. Sumber belajar dapat mencakup manusia, bahan atau pesan pembelajaran, lingkungan, alat dan peralatan, serta aktivitas.

Pengalaman lapangan Pengalaman lapangan untuk lebih mengakrabkan hubungan antara guru dan peserta didik lebih ditekankan dalam KBK ini. Keterlibatan guru dalam pembelajaran disekolah memudahkan mereka untuk mengikuti perkembangan yang terjadi selama peserta didik mengikuti pembelajaran.

Strategi belajar individual personal Belajar individual adalah belajar berdasarkan tempo belajar peserta didik, sedangkan belajar personal adalah interaksi edukatif berdasarkan keunikan peserta didik; bakat, minat, dan kemampuan (personalisasi).

Kemudahan belajar Kombinasi antara pembelajaran individual personal dengan pengalaman lapangan, dan pembelajaran secara tim akan memberikan kemudahan belajar dalam kurikulum berbasis kompetensi.

Belajar tuntas Belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas, dengan asumsi bahwa dimana kondisi yang tepat semua peserta akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajara secara maksimal tergadap seluruh bahan yang dipelajari. Pembelajaran dalam hal ini harus dilaksanakan secara sistematis dan terorganisir agar semua peserta didik dapat memperoleh hasil secara maksimal.

c. Gordon (1988) menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut: y Pengetahuan (Knowledge) Kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimnana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya. y Pemahaman (Understanding) kedalam kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahanman yang baik tentang karakteristik dan kondisi pesrta didik agar dapat melakasanakan pembelajaran secara efektif dan efisien. y Kemampuan (Skill) Suatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kedpadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih, dan membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar kepada peserta didik. y Nilai (Value) Suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam dirin seseorang. Misalnya standart perilaku dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis dan lainnya) y Sikap (Attitud) Perasaan (senag-tidak senang, suka-tidak suka), atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang berasal dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan gaji, dllnya. y Minat ( Interest) Kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan sesuatu.

Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakuakan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, melalui penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, niai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu untuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tangguang jawab. Kurikulum berbasis kompetensi dikembangkan dengan terlebih dahulu menetapakan jenis dan kompetensi apa yang harus dimiliki oleh tamatan sekolah. penetapan ini dapat dilakukan melalui dengan dua cara, diantaranya: (1) Studi Literatur, terutama literatur-litaratur yang berhubungan dengan jenis dan bentuk institusi pendidikan yang bersangkutan; (2) Analisa Tugas, maksudnya mencoba menganalisis jenis tugas apa yang akan dikerjakan lulusan setelah tamatan nanti. Cara kedua di atas dapat dilaksanakan dengan empat metode, yaitu: (a) metode instropeksi, (b) metode wawancara, (c) metode bekerja dalam jabatan, dan (d) metode angket. Rancangan berbasis kompetensi disebut juga dengan rancangan teknologis yang didasarkan pada urutan-urutan dalam pendekatan analitik untuk mengembangkan kurikulum sebagai berikut: (1) mengidentifikasikan semua tugas atau pekerjaanyang disiapkan untuk kesediaan, (2) menetapkan apa yang akan diperlukan untuk mengetahui dan mengerjakan tugas-tugas tuntas, (3) mengurutkan tugas dalam mata pelajaran yang cocok, (4) mengorganisir pengetahuan dan keterampilan untuk setiap tugas secar hirarkis, (5) menetapkan apa-apa yan g dibutuhkan untuk mengetahui ketuntasan penguasaan dan keterampilan. Dalam rancangan semacam ini unjuk perbuatan yang diinginkan ditetapkan sebagai tujuan perilaku dan kegiatan belajar direncanakan untuk mencapai setiap tujuan, serta unjuk perbuatan siswa dikontrol sebagai basis untuk perpindahan dari satu tujuan ke tujuan yang lainnya. Jelas bahwa rancangan ini ditandai dengan: kekhususan, urutan , tugas-tugas, belajar dapat itunjukkan , kegiatan atau ketrampilan merupakan tindakan yang dipelajari dan dilaksanakan.

2.3 Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pelaksanaan atau implementasi KBK adalah sebagai proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan kurikulum dalam suatu aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) telah berjalan sejak tahun 2001 pada beberapa sekolah yang dijadikan mini pilot. Impelementasi KBK merupakan salah satu bagian penting untuk mendapatkan masukan dalam rangka penyempurnan KBK baik dari aspek keterbacaan, keluasan, kedalaman, dan keterlaksanaannya di lapangan. Implementasi yang telah dilakukan tersebut meliputi beberapa prinsip yaitu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM); Penilaian Berbasis kelas; dan Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah. 1) Penilaian Berbasis Kelas Penilaian berbasis kelas merupakan suatu kegiatan pengumpulan informasi tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan sehingga penilaian tersebut akan mengukur apa yang hendak diukur dari siswa. Penilaian dilakukan oleh guru karena guru merupakan pihak yang mengetahui tingkat pencapaian siswa yang di didik. Selain itu pihak siswa juga akan diberitahukan mengenai bentuk dan cara penilaian guru terhadap prestasinya sebagai tolok ukur, dengan seperti itu maka siswa akan berusaha meningkatkan prestasinya secara maksimal. Penilaian tersebut dilakukan antara lain meliputi : kumpulan kerja siswa (portofolio), hasil karya (product), penugasan (project), untuk kerja (performance) dan tes tertulis (paper and pencil test). Setelah melakukan serangkaian penilaian yang sesuai dengan prinsip-prinsip di atas maka orang tua siswa akan menerima

laporannya secara komunikatif dengan menitik beratkan pada kompetensi yang telah dicapai oleh anaknya di sekolah.

2) Kegiatan Belajar Mengajar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan proses aktif bagi siswa dan guru urituk mengembangkan potensi siswa sehingga mereka akan tahu terhadap pengetahuan dan pada akhirnya mampu untuk melakukan sesuatu. Prinsip dasar KBM dengan memberdayakan dan mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa agar mampu meningkatkan kemampuan pemahamannya terhadap fakta dan konsep dalam ilmu yang dipelajarinya. Dengan prinsip dasar KBM akan mencapai hasil yang maksimal dengan memadukan metode dan teknik yang memungkinkan semua indera digunakan sesuai dengan karakteristik masing-masing pelajaran. 3) Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah Prinsip ini perlu diimplementasi untuk memberdayakan daerah dan sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengelola serta menilai pembelajaran sesuai dengan kondisi dan aspirasi. Prinsip pengelolaan kurikulum berbasis sekolah ini mengacu pada kesatuan dalam kebijaksanaan dan keberagaman dalam pelaksanaan. Yang dimaksus dengan kesatuan dalam kebijaksanaan ditandai dengan sekolah-sekolah menggunakan perangkat. Dokumen KBK yang sama dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan keberagaman dalam pelaksanaan ditandai dengan keberagaman silabus yang akan dikembangkan oleh sekolah masing-masing sesuai dengan karakteristik sekolahnya. Dengan adanya Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah ini maka banyak pihak/instansi yang akan berperanan dan bertanggung jawab dalam melaksanakannya, misalnya: sekolah, kepala sekolah, guru, dinas pendidikan kabupaten atau kota, dinas pendidikan propinsi dan depdiknas.Implikasi pelaksanaan

10

kurikulum berbasis kompetensi, maka tiap sekolah dan guru di lapangan mempunyai tanggung jawab untuk menterjemahkan kurikulum berbasis kompetensi dalam bentuk silabus yang akan mereka gunakan dalam pembelajaran di dalam kelas. Silabus yang digunakan di sekolah dibuat berdasarkan karakteristik sekolahnya, baik dari aspek kemampuan sekolah, guru dan murid. Selain itu dalam penyusunan silabus tidak ada acuan mengenai format dan isinya sehingga guru diberi keleluasaan yang besar untuk mengapresiasi kemampuannya. Mulyana (2006) menjelaskan bahwa Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dalam garis besarnya mencakup kegiatan pokok, yaitu: (1)Pengembangan program (2) Pelaksanaan pembelajaran, (3) Evaluasi KBK. 2.4 Evaluasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik serta berksinambungan (pasal 58 ayat 1). Evaluasi pelaksanaan kurikulum bertujuan untuk mengukur seberapa jauh penerapan kurikulum berstandar Nasional dipakai sebagai pedoman pengembangan dan pelaksanaan kurikulum di daerah/sekolah, sehingga pelaksanaan kurikulum dapat dimengerti, dipahami, diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dianalisa oleh peserta didik. Evaluasi dilakukan pada setiap tahapan pelaksanaan pengembangan kurikulum sebagai upaya untuk mengkaji ulang pelaksanaan kurikulum pada setiap jenjang pendidikan. Evaluasi untuk program pelaksanaan pengembangan kurikulum di daerah memerlukan indikator keberhasilan sebagai tolak ukur pencapaian pelaksanaan kurikulum. Indikator keberhasilan kurikulum mencakup: (1)Indikator keberhasilan sosialisasi kurikulum, (2) Indikator keberhasilan penyusunan silabus, (3) Indikator keberhasilan penyusunan program tahunan dan semester, (4) Indikator keberhasilan penyusunan rencana pembelajaran, (5) Indikator keberhasilan penyusunan bahan ajar, (6) Indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar.

11

Evaluasi pelaksanaan KBK dilakukan oleh tim ahli dari tingkat pusat, kebupaten, dan propinsi. Evaluasi dilakukan setiap tahap pelaksanaan untuk memperbaiki program pengembangan kurikulum terhadap keberhasilan sosialisasi kurikulum berstandar nasional, berupa keberhasilan penyusunan syllabus, keberhasilan penyusunan program tahunan dan semester, keberhasilan penyusunan bahan ajar dan pengajaran, serta keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar. Evaluasi menggunakan indicator keberhasilan pelaksanaan pengembangan kurikulum terhadap keberhasilan terhadap pelaksanaan pengembangan kurikulum di daerah/sekolah, potensi daerah, dan selain itu evaluasi juga dilakukan melalui pemantapan, mulai dari tahun pertama hingga tahun terakhir pelaksanaan kurikulum berstandar nasional. Evaluasi pelaksanaan kurikulum tidak hanya mengevaluasi hasil belajar peserta didik dan proses pembelajarannya, tetapi juga rancangan dan pelaksanaan kurikulum, kemampuan dan kemajuan siswa, sarana prasarana, dan sumber belajarnya. Keberhasilan pelaksanaan KBK ditandai dengan perwujudan kebiasaan berfikir dan bertindak peserta didik dalam kehidupan sehari-hari di keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kurikulum perlu dinilai secara berncana dan berkala untuk memenuhi efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaannya. Berkenaan dengan hal tersebut, penilaian kurikulum dilakukan oleh berbagai komponen yang relevan.

12

Anda mungkin juga menyukai