Anda di halaman 1dari 5

Depresi Selama Kehamilan

Ada seorang wanita berusia 24 tahun dengan riwayat 1 bulan mengalami penurunan daya konsentrasi, insomnia, kelelahan, gampang menangis, dan gangguan mood. Dia sekarang dalam masa kehamilan 10 minggu, berhenti bekerja 3 minggu yang lalu, dan lebih banyak berada di atas tempat tidur. Dua tahun yang lalu, dia berhasil diobati dengan sertraline dengan dosis harian 50 mg untuk mengatasi depresinya setelah usaha percobaan bunuh diri. Dia menyatakan bahwa akan melanjutkan kehamilannya dan berkata bahwa dia tidak merasa akan berusaha bunuh diri. Apa yang akan anda anjurkan pada wanita itu?

Problem Klinis
Depresi mayor merupakan sebuah gangguan kejiwaan yang umum dan dapat diobati dan merupakan penyebab utama kecacatan. Faktor resiko utama adanya depresi selama kehamilan adalah riwayat depresi. Faktor resiko lainnya termasuk adanya riwayat depresi dari keluarga atau gangguan bipolar, trauma masa kecil, ibu tunggal, dan memiliki lebih dari 3 anak, merokok, berpenghasilan rendah, hamil muda (dibawah 20 th) dukungan sosial yang kurang terpenuhi, dan kekerasan dalam rumah tangga. Dampak dari adanya depresi selama kehamilan termasuk kesulitan dalam mengerjakan aktifitas harian, dan tidak adanya perawatan selama masa kehamilan, diet yang tidak seimbang, mengkonsumsi rokok, alkohol, serta bahan-bahan berbahaya lainnya, dan resiko melukai diri sendiri atau bunuh diri. Depresi juga dapat mempengaruhi perkembangan janin dan perangai bayi yang baru lahir, yang selanjutnya perilaku si anak nantinya. Depresi postpartum lebih sering terjadi pada wanita dengan depresi postnatal ketimbang pada wanita yang tidak mengalami postnatal depression, dan hal itu kadangkala mengakibatkan kesulitan pada perawatan bayi yang baru lahir, hubungan ibu-anak, kasih saying pada anakanak yang lain dan hubungan dengan pasangan. Depresi sering terulang kembali, kurang lebih 90% orang yang menderita depresi mengalami lebih dari 1 episode. Course alami dari sebuah episode depresi mayor (baik itu berhubungan atau tidak dengan kehamilan) bervariasi. Data longitudinal pada pasien yang tidak hamil mengindikasikan bahwa kemungkinan penyembuhan tanpa pengobatan kurang lebih 20% di minggu pertama setelah criteria diagnosis ditemui namun setelah itu

menurun dengan adanya peningkatan durasi depresi. Lama-lama depresi dapat menjadi parah atau tidak mempan terhadap pengobatan dan resiko untuk melukai diri sendiri atau bunuh diri merupakan kemungkinan yang terburuk.

Poin Kunci Klinis

Depresi mayor dapat mengakibatkan cacat, serta gangguan yang dapat diobati yang menyerang lebih dari 12% wanita yang hamil. Depresi selama kehamilan yang tidak ditangani memiliki keterkaitan dengan adanya resiko bunuh diri, keguguran atau melahirkan prematur, serta gangguan pertumbuhan janin, janin yang cacat serta perkembangan anak setelah masa kelahiran yang terganggu. Penanganan termasuk dengan psikoterapi, pengobatan antidepresan atau bisa keduanya, solusi yang kedua mengindikasikan bahwa depresi yang dialami dalam tingkatan yang parah. Data tentang uji antidepresan yang terkontrol serta acak masih sangat kurang, namun data observasi menyebutkan bahwa selective serotonin-reuptake inhibitors dan serotoninnorepinephrine reuptake inhibitors merupakan cara yang aman. Hasil buruk yang umumnya muncul pada keturunan/anak dari wanita yang mengkonsumsi antidepresan selama masa kehamilan meliputi: lahir prematur, kesulitan adaptasi setelah kelahiran, adanya hipertensi paru-paru setelah kelahiran, dan kasus jantung yang abnormal. Wanita yang mengalami depresi sebaiknya diberi informasi tentang resiko yang ditimbulkan jika mengkonsumsi obat antidepresan serta resiko depresi yang tidak ditangani, dan mereka juga harus diawasi selama masa kehamilan serta tahun pertama pasca melahirkan.

Bukti dan Strategi


Evaluation Semua wanita yang hamil atau sedang mempertimbangkan kehamilan sebaiknya ditanya tentang riwayat diri dan keluarga tentang gangguan mental serta pengobatan yang telah dilakukan. Seorang wanita yang positif mengalami depresi setelah menjalani tes rontgen atau wanita yang diduga mengalami depresi harus menjalani pemeriksaan yang menyeluruh untuk menentukan durasi serta intensitas gejala yang muncul, efek pada fungsi organ tubuh serta kualitas kehidupan

pasien dan pikiran pasien atau rencana melukai diri sendiri atau bunuh diri, serta tingkat kecemasan, gejala psikotik, dukungan sosial, hubungan dengan pasangan, perilaku terhadap kehamilan, jaminan finansial, riwayat pekerjaan, dan keamanan (misal resiko adanya pelecehan fisik). Wanita tersebut juga harus ditanya tentang cara dia menangani stress dan riwayat psikiatrik. Riwayat yang perlu diketahui meliputi pertanyaan tentang kondisi medis lainnya, pengobatan (termasuk kontra pengobatan) dan konsumsi alkohol, rokok, dan obat-obatan terlarang. Pemeriksaan tersebut juga harus meliputi penilaian terhadap keadaan mental pasien. Sebuah evaluasi untuk kondisi medis yang dapat mengakibatkan depresi harus dilakukan seperti yang telah diindikasikan secara klinis. Manajemen Perawatan multidisipliner sangat dianjurkan, dengan melibatkan dokter kandungan, dokter penyakit dalam pasien atau dokter keluarga. Seorang psikiater atau pakar kesehatan jiwa yang tepat dan jika ada, seorang dokter spesialis anak. Para wanita sebaiknya diberikan informasi lebih lanjut tentang resiko yang dapat ditimbulkan dari depresi yang tidak ditangani. Pilihan pengobatan meliputi psikoterapi, dan farmakoterapi, masing-masing dengan kelebihan yang dimiliki . serta resiko atas pemakaian obat antidepresan selama masa kehamilan, harus benar-benar ditinjau kembali. Bahan yang pada saat yang bersamaan disalahgunakan dan gangguan psikiatrik serta medis lainnya harus ditangani.

Resiko yang ditimbulkan ditangani/diobati

oleh

depresi

yang

tidak

Depresi yang tidak ditangani selama kehamilan selama ini dikaitkan dengan adanya peningkatan resiko keguguran, berat badan bayi yang rendah, dan kelahiran prematur. Bayi yang baru dilahirkan dari seorang ibu yang mengalami depresi bila dibandingkan dengan ibu yang tidak depresi , dilaporkan memiliki tingkat iritabilitas yang tinggi, ekspresi wajah yang lebih sedikit, dan tingkat kortisol yang tinggi, dan beresiko mengalami keterlambatan perkembangan. Namun, beberapa penemuan tersebut masih diragukan oleh faktor lain yang berhubungan baik dengan depresi maupun hasil yang berlawanan, seperti alkohol atau obat terlarang dan obesitas.

Kelas obat antidepresan yang digunakan selama masa kehamilan meliputi tricyclics, selective serotonin-reuptake inhibitors (SSRI) dan serotonin norepinephrine reuptake inhibitors (SNRI). Selanjutnya, bayi baru lahir yang terkena pengobatan antidepresan dapat dinilai dengan lebih seksama dibandingkan dengan bayi baru lahir lainnya, yang memunculkan dugaan yang pasti. Resiko dari beberapa komplikasi ibu kehamilan, preeclampsia, masalah plasenta, prematur, pendarahan, kelahiran induksi, dan Caesar, telah dilaporkan meningkat pada wanita antidepresan selama kehamilan. Psikoterapi Terapi perilaku kognitif bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku yang berkontribusi pada depresi. Anjuran Pengobatan/Penanganan Pengobatan harus dilakukan secara bertahap. Respon klinis harus diawasi, terutama dengan skala yang valid seperti PHQ-9.16 Kesimpulan serta Rekomendasi Depresi yang tidak ditangani selama kehamilan dapat berakibat buruk bagi wanita, janinnya, anak-anaknya yang lain, dan pasangannya. Penanganan nonfarmakologi seperrti terapi perilaku kognitif atau terapi interpersonal seringkali berhasil menyembuhkan wanita dengan depresi yang ringan atau sedang. Terapi antidepresan mengindikasikan adanya depresi yang parah, namun antidepresan juga dapat dipakai untuk depresi yang tidak terlalu parah jika pasien lebih memilih itu atau jika pengobatan lainnya tidak dapat diakses atau tidak berhasil. Meskipun data acak tentang uji coba terapi antidepresan pada wanita hamil masih kurang, data observasi menyebutkan bahwa SSRI dan SNRI bersifat relative aman selama kehamilan meskipun dilapokan adanya peningkatan resiko kondisi ibu serta janin termasuk keguguran, lahir prematur, kesulitan adaptasi setelah lahir, hipertensi persisten pada kelahiran baru dan sakit jantung (terutama dengan paroxetine) dan cacat bayi baru lahir lainnya; resiko yang timbul menjadi agak tinggi dengan tricyclic antidepressants daripada dengan SSRI atau SNRI. hamil meliputi diabetes membrane yang sobek harus menjalani operasi yang mengkonsumsi obat

Pasien harus diberi wawasan tentang resiko, namun mereka sebaiknya diberi informasi bahwa resiko yang mungkin timbul kemungkinan kecil adanya dan bahwa ada resiko yang muncul jika depresi tidak ditangani. Wanita yang digambarkan diatas memiliki riwayat depresi dengan adanya usaha percobaan bunuh diri dan saat ini mengalami kesulitan dalam menjalani aktifitas sehari-harinya. Wanita tersebut dapat diobati dengan sertraline. Pertama wanita itu diberi sertraline dengan dosis 50mg per hari dan diawasi perkembangannya dalam 1 minggu kedepan untuk melihat respon dari pengobatan tersebut serta apakah masih ada usaha bunuh diri dan efek samping lainnya. Dosisnya dapat ditambah 50mg tiap 2 minggu dan jika diperlukan maksimal 200 mg. Atas ijin dari wanita tersebut, pasangannya sebaiknya juga diberi informasi tentang depresi dan pengobatannya. Wanita itu juga dapat ditawari terapi interpersonal atau terapi perilaku kognitif sebagai tambahan pengobatan, yang dapat memberikan potensi keuntungan yang lebih besar dari kombinasi terapi tersebut daripada farmakoterapi saja. Dia juga harus selalu diawasi secara rutin selama masa kehamilan dan tahun pertama pasca melahirkan karena dia masih bersiko tinggi atas depresi pasca melahirkan.

Anda mungkin juga menyukai