Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
Lusila Puri Dewi Yuliana Pujo Fitrika Arda Yani Marisa Tulus Purnomo Nunung Sulistyaningsih Metana Puspitasari G0006014 G0006027 G0006083 G0006114 G0007118 G0007210
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
2011
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS Nama Umur Jenis Kelamin Agama Pekerjaan Alamat Tgl pemeriksaan No. CM II. ANAMNESIS A. Keluhan utama : Pandangan mata kiri kabur B. Riwayat Penyakit Sekarang : Sejak 2 bulan yang lalu pasien mengeluh pandangan mata kiri kabur karena terkena percikan gram saat bekerja di bengkel. Pasien tidak pernah memakai pelindung kacamata saat bekerja di bengkel. Kemudian pasien memeriksakan diri ke puskesmas, diperiksa lalu diberi obat tetes. Karena tak kunjung sembuh, akhirnya pasien berobat ke dokter spesialis mata di Sragen, diperiksa dan dikatakan bahwa terdapat luka pada lapisan depan bola matanya, oleh dokter diberikan obat tetes. Setelah obat tetes itu habis, pasien berobat ke mantri dan diberikan obat tetes Erla. Pasien merasa mata kirinya seperti meleleh ketika obat tetes Erla itu dipakai. Lalu pasien menghentikan penggunaan obat tersebut dan kembali berobat ke dokter spesialis mata di Sragen dan diberikan obat tetes yang mengandung kortikosteroid. Setelah obat tersebut habis, pasien kemudian membeli obat tersebut tanpa resep dokter. 1 minggu yang lalu keluhan pasien mengeluhkan mata kiri terdapat bercak putih makin lama makin membesar yang terletak di tengah mata. : Tn.R : 40 tahun : Laki-laki : Islam : Tidak bekerja : Krikilan, Masaran, Sragen : 21 Desember 2011 :
Pasien juga mengeluh mata kirinya terasa silau bila terkena sinar dan kadang merasa pusing lalu pasien berobat ke poli Mata di RSDM. C. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat hipertensi - Riwayat kencing manis - Riwayat operasi - Riwayat alergi
Riwayat hipertensi
: disangkal
E. Kesimpulan Anamnesis OD Proses Lokalisasi Sebab Perjalanan Komplikasi III. PEMERIKSAAN FISIK A. Kesan umum Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukup B. Pemeriksaan subyektif Visus sentralis jauh - Pinhole - Koreksi - Refraksi OD 6/6 Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan OS 1/300 Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan OS Peradangan Kornea Trauma dan pemakaian kortikosteroid Kronis Ulkus kornea
1. Sekitar Mata Tanda radang Luka Sikatrik Kelainan warna Kelainan bentuk 2. Supercilium Warna Tumbuhnya Kulit Gerakannya Hitam Normal Sawo matang Dalam batas normal Hitam Normal Sawo matang Dalam batas normal Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
3. Pasangan Bola Mata Dalam Orbita Strabismus Exopthalmus Enopthalmus Anopthalmus 4. Ukuran Bola Mata Mikropthalmus Makropthalmus Ptisis bulbi Atrofi Bulbi Bufthalmus Megalokornea Mikrokornea 5. Gerakan Bola Mata Temporal superior Temporal inferior Normal Normal Normal Normal Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
6. Kelopak Mata Gerakannya Lebar Rima Tepi Kelopak Mata Oedem Hiperemis Entropion Ekstropion Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Dalam batas normal 8 mm Dalam batas normal 8 mm
7. Sekitar Saccus Lakrimalis Oedem Hiperemis Tes regurgitasi Tidak ada Tidak ada Tidak dilakukan Tidak ada Tidak ada Tidak dilakukan
8. Sekitar Glandula Lakrimalis Oedem Hiperemis 9. Tekanan Intra Okuler Palpasi Tonometer Schiotz 10. Konjungtiva Konjungtiva Palpebra Superior Oedem Hiperemis Sikatrik Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Kesan Normal (TN) Tidak dilakukan Kesan Normal (TN) Tidak dilakukan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Hiperemis Sikatrik Konjungtiva Fornix Oedem Hiperemis Sikatrik Konjungtiva Bulbi Pterigium Oedem Injeksi konjungtiva
Tidak ada Tidak ada Tampak pembuluh darah yang berkelokkelok warna merah muda dan beranastomosis yang berjalan dari forniks ke arah limbus Tidak ada Tampak pembuluh darah yang halus warna merah tua di sekitar kornea, tidak berkelok-kelok, tidak beranastomosis yang berjalan dari arah limbus ke forniks
11. Sklera Warna Penonjolan 12. Kornea Ukuran Limbus 12 mm Jernih 12 mm Keruh Putih Tidak ada Putih Tidak ada
Permukaan
Rata
Cembung, tidak mengkilat, tidak licin, didapatkan bercak berwarna putih keabuabuan, suram, batas tidak tegas, menutupi tengah pupil Mata berkedip secara reflektoris pada sentuhan di limbus kornea dengan kapas basah yang dipilin Tidak dilakukan Tidak dilakukan (-)
Sensibilitas
Mata berkedip secara reflektoris pada sentuhan di limbus kornea dengan kapas basah yang dipilin Tidak dilakukan Tidak dilakukan (-)
13. Kamera Okuli Anterior Isi Kedalaman 14. Iris Warna Bentuk Sinekia anterior Sinekia posterior 15. Pupil Ukuran Bentuk Tempat Reaksi 3 mm Bulat Sentral (+) (+) (+) Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi Coklat Bulat Tidak ada Tidak ada Coklat Bulat Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi Jernih Dalam Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
cahaya
Tepi 16. Lensa Ada/Tidak Kejernihan Letak Shadow test 17. Corpus vitreum Kejernihan
Rata
Sulit dievaluasi
18. Mata Bagian Dalam Reflek fundus Skiaskopi Merah jingga Tidak dilakukan Sulit dievaluasi Tidak dilakukan
IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN OD Visus sentralis jauh Visus Perifer - Konfrontasi test - Proyeksi sinar Kelopak Mata Konjungtiva palpebra Konjungtiva Fornix Konjungtiva Bulbi Kornea 6/6 - Tidak dilakukan - Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Jernih OS 1/60 - Tidak dilakukan - Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Injeksi konjungtiva, injeksi perikornea Keruh, tidak mengkilat, tidak licin, didapatkan bercak berwarna putih keabu-abuan, suram, batas tidak tegas, yang Kamera Okuli Anterior Iris Pupil Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal menutupi tengah pupil Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
VI. DIAGNOSIS
-
Ulkus kornea OS
VII. TERAPI Non Medikamentosa Edukasi untuk pasien menghindari paparan debu dan jangan mengucek mata jika terasa gatal. Medikamentosa 1. Antibiotik tetes mata: Floxa tetes mata 2 tetes tiap 4 jam 2. Anti Jamur tetes mata : Natasan tetes mata 2 tetes tiap 4 jam 3. Kortikosteroid merupakan kontraindikasi VIII. PLANING Pemeriksaan biakan kuman dan uji resistensi Pemeriksaan slitlamp
10
TINJAUAN PUSTAKA I. Ulkus Kornea Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan ganguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan
11
penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai.1 Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan ulkus dan yang tepat dan cepat untuk berupa mencegah perluasan timbulnya komplikasi
descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea dan merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.2 Ulkus kornea termasuk kasus kegawat daruratan pada penyakit mata. Dimana mata terancam akan kehilangan fungsi penglihatan atau terjadi kebutaan bila tidak dilakukan tindakan ataupun pengobatan secepatnya. Hal ini dapat diakibatkan oleh penyakit atau kelainan mata dan trauma mata. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. Sehingga penatalaksanaan yang tepat akan dapat mengurangi komplikasi yang dapat ditimbulkan. II. Anatomi dan Fisiologi Kornea Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu sebab, maka
12
kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.1 Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam: 1. Lapisan epitel Tebalnya 50 m , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier. Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren. Epitel berasal dari ectoderm permukaan. 2. Membran Bowman Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi. 3. Jaringan Stroma Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
13
4. Membran Descement Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya. Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 m. 5. Endotel Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 2040 mm. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula okluden.4 Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.4 Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.1
III. Definisi Ulkus Kornea Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.
IV. Faktor Pencetus Terjadinya ulkus kornea biasanya didahului oleh faktor pencetus yaitu rusaknya sistem barier epitel kornea oleh penyebab-penyebab seperti :
14
a. b. c.
Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata, sumbatan saluran lakrimal) Oleh faktor-faktor eksternal yaitu : luka pada kornea (erosi kornea) karena trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada muka Kelainan lokal pada kornea: Edema kornea kronik Keratitis exposure (pada lagoftalmos, anestesi umum, koma) Keratitis karena defisiensi vitamin A Keratitis neuroparalitik Keratitis superficialis virus Malnutrisi Alkoholisme Sindrom Steven-Johnson Sindrom defisiensi imun (AIDS, SLE) Kortikosteroid Obat anestesi local
d.
Kelainan sistemik -
e.
V. Patofisiologi Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil. 5 Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak
15
vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.6 Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. 1 Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya sikatrik.5
16
Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan infeksi P aeruginosa. 1) Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides. 2) Infeksi virus Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vacinia (jarang). 3) Acanthamoeba Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang tercemar. b.
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih yang mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran kolagen kornea. Radiasi atau suhu
17
Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan merusak epitel kornea. Sindrom Sjorgen Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan flurosein. Defisiensi vitamin A Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun pemanfaatan oleh tubuh. Obat-obatan Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid, IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif. Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma. Pajanan (exposure) Neurotropik c. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas) Granulomatosa wagener Rheumathoid arthritis
18
a. Ulkus Kornea Superfisial : Ulkus stafilokokus, Ulkus fungi, Ulkus Herpes Simplex, Ulkus marginal b. Profunda : Ulkus Streptokokus, Ulkus Pneumokokus, Ulkus Pseudomonas, Ulkus Herpes Zoster, Ulkus Acanthamoeba, Ulkus Mooren, Ring Ulcer. VIII. Manifestasi Klinis Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa : Gejala Subjektif Eritema kelopak mata dan konjungtiva Sekret mukopurulen Merasa ada benda asing di mata Pandangan kabur Bintik putih pd kornea pd lokasi ulkus Mata berair Silau Nyeri Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea. Gejala Objektif
Injeksi siliar Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat Hipopion
IX. Diagnosis
19
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus. Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion. Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti : Ketajaman penglihatan Tes air mata Pemeriksaan slit-lamp Respon reflek pupil Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi. Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH) Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH, gram atau Giemsa. Lebih baik lagi dengan biopsi jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau agar ekstrak maltosa.
20
Tujuan pengobatan ulkus kornea secara umum adalah untuk mencegah berkembangnya bakteri dan mengurangi reaksi radang. 1. Benda asing dan bahan yang merangsang harus lekas dihilangkan. Erosi kornea yang sekecil apapu harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya. 2. Pemberian sikloplegika Sikloplegika yang sering digunakan adalah sulfas atropin karena bekerjannya lama 1-2 minggu. Efek kerja atropin adalah sebagai berikut : Sedatif, menghilangkan rasa sakit Dekongestif, menurunkan tanda radang Menyebabkan paralise m.siliaris dan m.konstriktor pupil. mata dalam keadaan istirahat. Dengan lumpunya
Dengan lumpunya m.siliaris mata tidak mempunyai daya akomodasi sehingga m.konstriktor pupil, terjadi midriasis, sehingga sinekia posterior yang telah terjadi dapat dilepaskan dan dicegah pembentukan sinekia posterior yang baru. 3. Antibiotik Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas dapat diberikan sebagai salep, tetes, atau suntikan subkonjunctiva. 4. Bedah (keratoplasti) Indikasi keratoplasti Dengan pengobatan tidak sembuh Terjadinya jaringan parut yang menganggu penglihatan Kedalaman ulkus telah mengancam terjadinya perforasi
Ada dua jenis keratoplasti yaitu: Keratoplasti penetrans, berarti penggantian kornea seutuhnya. Donor lebih muda lebih disukai untuk keratoplasti penetrans; terdapat hubungan langsung antara umur dengan kesehatan dan
21
jumlah sel endotel. Karena sel endotel sangat cepat mati, mata hendaknya diambil segerea setelah donor meninggal dan segera dibekukan. Mata utuh harus dimanfaatkan dalam 48 jam. Media penyimpan modern memungkinkan penyimpanan lebih lam. Tudung korneo sklera yang disimpan dalam media nutrien boleh dipakai sampai 6 hari setelah donor meninggal dan pengawetan dalam media biakan jaringan dapat tahan sampai 6 minggu. Keratoplasti lamelar, berarti penggantian sebagian dari ketebalan kornea. Untuk korneoplasti lamelar kornea itu dapat dibekukan, didehidrasi, atau disimpan dalam lemari es selama beberapa minggu; sel endotel tidak penting untuk prosedur ini. XI. KOMPLIKASI Komplikasi dari ulkus kornea adalah perforasi kornea. Penanganan Komplikasi Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan, berikan sulfas atropin, antibiotik dan balut yang kuat. Segera masuk ke tempat tidur dan jangan melakukan gerakan-gerakan. Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka padanya dilakukan : Iridektomi dari iris yang prolaps Iris direposisi Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjunctiva Beri sulfas atropin dan salep antibiotik Balut yang kuat
Bila terjadinya prolaps iris telah berlangsung lama, obati seperti ulkus biasa, tetapi prolaps irisnya dibiarkan saja sampai akhirnya sembuh menjadi leukoma adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik. DAFTAR PUSTAKA
22
1. 2. 3.
Vaughan D.2000. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika : Jakarta. Anonimous. 2007. Ulkus Kornea. Dikutip dari www.medicastore.com. Suharjo, Fatah widido.2007. Tingkat keparahan Ulkus Kornea di RS Sarjito Sebagai Tempat Pelayanan Mata Tertier. Dikutip dari www.tempo.co.id.
4. 5.
Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga FKUI : Jakarta. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia.2002. Ulkus Kornea dalam : Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke2. Penerbit Sagung Seto: Jakarta.
6. 7.
Anonymous, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.HealthCare.com. 2007-0414 Anonimus, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.wikipedia.org
23