Anda di halaman 1dari 3

Indonesia-Malaysia Jalin Kerjasama Bilateral di Tujuh Sektor

Senin, 2 Aug 2010 08:57 WIB

JAKARTA, RIMANEWS- Guna menghadapi dinamika perdagangan bebas dunia, Pemerintah Indonesia dan Malaysia berupaya meningkatkan kerja sama ekonomi bilateral kedua negara. Kedua negara bersepakat untuk memfokuskan kerja sama dalam tujuh sektor. "Kerja sama kedua negara akan difokuskan pada sektor perdagangan, investasi, tenaga kerja, perhubungan, kehutanan, perikanan, pendidikan, dan pariwisata. Tujuh pokok poin (vocal points) ini untuk peningkatan perekonomian kedua negara," ungkap Menteri Perdagangan Internasional dan Peridustrian Malaysia, Datuk Sri Mustapa Mohamed, seusai bertemu Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa di Jakarta, Senin (2/8). Menurutnya, tujuh sektor yang dipilih tersebut berdasarkan kesepakatan pertemuan kedua negara di level menteri. "Pertemuan setingkat menteri ini menindaklanjuti pertemuan Presiden SBY dan Perdana Menteri Najib Razak pada Mei lalu. Kami ingin nantinya hubungan ekonomi kedua negara tidak saja Malaysia ke Indonesia, tapi juga investor Indonesia juga akan datang ke Malaysia," ungkapnya. Dia mencontohkan, salah satu investor asal Indonesia yang akan berekspansi ke Malaysia adalah Blue Bird Group. "Mereka sangat berminat untuk berinvestasi ke Malaysia di bisnis pertaksian dan sudah melakukan joint venture company dengan satu perusahaan Malaysia," lanjutnya. Menurut Mustapa, pihaknya melihat keberhasilan Blue Bird dalam mengelola bisnis layanan transportasi di Indonesia bisa dijadikan standar (benchmark) bisnis serupa di Malaysia. "Kualitas pelayanan Blue Bird yang ingin juga kami pelajari untuk meningkatkan kualitas pelayanan taksi di Malaysia," ujar Mustapa. Selain itu pihaknya juga berharap investasi Indonesia di Malaysia akan semakin meningkat terutama di sektor pariwisata dan manufaktur. Di sisi lain, di kalangan negara ASEAN, Malaysia adalah investor kedua terbesar di Indonesia setelah Singapura. Sektor perbankan, telekominikasi dan perkebunan menjadi ladang investasi favorit investor Malaysia. Sementara itu menurut Pelaksana Tugas Deputi Menko Perekonomian Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi dan Pembiayaan Internasional, Rizal Affandi Lukman, untuk mewujudkan kesepakatan itu, para menteri kedua negara akan menggelar pertemuan rutin. "Didalamnya ada beberapa nota kesepahaman. Di bidang pendidikan misalnya, ada pemberian visa pelajar," kata Rizal. Sementara itu terkait berbagai masalah dalam perdagangan di daerah perbatasan, kedua negara menargetkan akan segera menyelesaikan kesepakatan perdagangan lintas batas (border trade agreement/BTA) dalam pertemuan Oktober mendatang di Pontianak, Kalimantan Barat. "Nanti akan digelar pertemuan kedua komite bersama untuk perdagangan dan investasi (joint committee on trade and investment). Komite ini sudah terbentuk sejak 2008 lalu," ujar Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu seusai bertemu Mustapa. Kedua negara menargetkan bisa menghasilkan kesepakatan batas terendah (treshold) nilai transaksi dan jenis komoditi yang boleh diperdagangkan secara bebas di perbatasan. "Kami ingin ada perdagangan yang lancar antara kedua negara terutama di perbatasan darat seperti negara bagian Serawak dan Sabah dengan kota-kota perbatasan di Indonesia," ujar Mustapa.(ach/MI)

Menteri Kelautan Jamin Nelayan Indonesia tidak Ditangkap Malaysia


Sabtu, 28 Januari 2012 17:32 WIB
Komentar: 0 0 0

ANTARA/Seno S/sa

MANADO--MICOM: Menteri Kelautan dan Perikanan menjamin nelayan Indonesia tidak akan ditangkap lagi oleh pihak Malaysia jika melewati batas teritorial, karena sudah ada perjanjian bilateral antarkedua negara. "Indonesia dan Malaysia sudah menandatangani kesepakatan bilateral untuk tidak menangkap nelayan yang menggunakan perahu motor di bawah 10 gross ton (GT)," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo pada peresmian pembangunan gedung Sekretariat Regional Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fishering and Food Security (CTI-CFF) di Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (28/1). Sutardjo mengatakan, perjanjian kerja sama tersebut berlaku sebaliknya juga. Artinya, nelayan Malaysia yang mengoperasikan kapal motor di bawah 10 GT tidak akan ditangkap patroli Indonesia. Adanya kerja sama bilateral antara kedua negara tersebut, kata Sutardjo, diharapkan nelayan Indonesia dapat memperoleh hasil tangkapan yang lebih banyak. Sebab, tidak ada kekhawatiran lagi dipenjarakan karena melewati batas perairan. Untuk mendorong peningkatan kesejahteraan nelayan, ujarnya, tidak mungkin hanya berharap dari hasil penangkapan dan tanpa adanya industrialisasi. Industrialisasi yang dicanangkan pemerintah diharapkan terwujud karena nantinya menjadi konsep terintegrasi. Sehingga dapat dihasilkan pasokan cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri maupun mancanegara. " "Filipina, Thailand, Vietnam, mampu mengekspor yang lebih besar dari Indonesia, karena itu perlu

ada konsep terintegrasi guna mendorong kapasitas produksi perikanan meningkat," kata Sutardjo. (Ant/OL-01)

Anda mungkin juga menyukai