Anda di halaman 1dari 3

Visi Soegijapranata Menurut Mgr. A.

Soegijapranata warga negara indonesia yang baik adalah warga 100% katolik dan 100% Indonesia. Semboyan ini ditujukan untuk seluruh warga Indonesia yang beragama katolik. Mgr. A. Soegijapranata berharap bahwa umat katolik tidak menjadi orang yang hanya berhenti sebagai orang yang hanya devotif pada hal-hal seputar liturgi, melainkan bergulat dengan kekatolikannya dalam kehidupan sehari-hari. Antara gereja katolik dengan Negara haruslah sejalan, karena memiliki tugas yang hampir sama. Negara tugasnya memelihara, menyatukan, mengatur serta mengurus kehidupan rakyat dengan bertindak yang terarah pada kesejahteraan, ketentraman, kepentingan umum yang bersifat sementara, bersifat lahiriah dan duniawi. Sedang Gereja Katolik bertugas memelihara, membimbing dan mengembangkan kehidupan rohani manusia dengan mengurus segala hal yang ada hubungannya dengan agama, peribadatan, kesusilaan, kerohanian yang sifatnya tetap, kekal, surgawi dan mengatasi kodrat. Sebagai kaum muda yang berjiwa katolik, kita diajak untuk mencintai gereja sekaligus untuk mencintai Negara kita, karena kita adalah harapan bangsa. Hal ini tertuang pada jati diri Universitas Katolik Soegijapranata, dimana Universitas Katolik Soegijapranata sebagai Perguruan Tinggi Swasta Katolik, diinspirasi dan dijiwai oleh cita-cita, nilai-nilai, dan prinsip katolik, yang berpedoman pada Konstitusi Apostolik Ex Corde Ecclesiae yang menekankan nilai-nilai: cinta akan kebenaran, keadilan sosial, kebebasan, keterbukaan, persaudaraan, dan semangat pelayanan. Mahasiswa UNIKA dituntut untuk membantu kaum yang miskin dan lemah, tanpa membeda-bedakan agama. Semangat dan perjuangan Mgr. A. Soegijapranata Semangat Soegijapranata ditunjukan ketika perang lima hari di Semarang, Soegija mengecam orang-orang yang meninggalkan kota Semarang. Mereka ini dikatakan pengkhianat karena membiarkan tanah airnya menjadi jarahan bangsa lain. Soegija tetap berada di Semarang. Dan ketika sekutu datang, ia membuat perundingan dengan pimpinan tentara Jepang dan Sekutu untuk menghentikan perang ini. Semarang yang terancam bumi

hangus dan sudah banyak korban berjatuhan ini diselamatkan oleh perundingan itu. Alasan yang diajukan oleh Soegija adalah alasan kemanusiaan, sudah banyak korban dari rakyat yang mati dan yang masih hiduppun sekarang harus kelaparan, anak-anak kecil tidak punya susu lagi, karena sudah tidak ada makanan dan minuman lagi. Ketika pemerintah Indonesia menghadapi serbuan Agresi Belanda dan memindahkan ibukota negara ke Yogyakarta, Mgr. Soegijapranata menunjukkan solidaritasnya dengan memindahkan pusat pemerintahan keuskupannya dari Semarang ke Bintaran Yogyakarta. Beliau juga mengurus kepentingan keluarga Presiden Soekarno yang ada dalam pengungsian saat itu. Selain itu Mgr. A. Soegijapranata mengajak belanda kususnya yang beragama katolik untuk bergabung dalam Partai Katolik Belanda dengan meninggalkan sikap bermusuhan dengan bangsa Indonesia. Sedangkan pesan untuk bangsa Indonesia adalah bersama dengan mereka bahu membahu guna mencapai tujuan yang dicita-citakan yaitu kemerdekaan. Menurutnya suatu negara dapat berkembang asal kita semua hidup rukun dan bekerja sama, saling mencintai dalam keluarga, dalam perkumpulan dan segala sesuatu yang berhubungan tanpa memandang pangkat dan kedudukan serta perbedaan golongan. Semangat pengabdian kepada Gereja, negara dan bangsa ini diteruskan oleh Universitas Katolik Soegijapranata dengan memberikan perhatian kusus kepada golongan masyarakat lemah. Selain itu untuk menggali dan menyerap semangat Mgr. Soegijapranata adalah seminar yang dilaksanakan oleh Unika Soegijapranata bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Katolik (ISKA) dan Komisi Kerasulan Awam Keuskupan Agung Semarang dalam rangka peringatan 100 tahun lahirnya Mgr. A. Soegijapranata pada tahun 1996. Cara lain dilakukan oleh Lembaga Pengembangan Mata Kuliah Umurn (LPMKU) dengan mengintegrasikan gagasan, pemikiran, dan semangat Soegijapranata ke dalam perkuliahan Matakuliah. Menurut Mgr. A. Soegijapranata sebagai orang katolik yang memiliki jiwa nasionalisme sejati, harus dapat menjadi garam dan terang dunia yang dikehendaki Yesus. Salah satu yang harus diperjuangkan adalah menegakkan Negara kesatuan republik Indonesia berdasar pancasila dan UUD 1945. Dalam menerapkan iman katolik dapat dilakukan dalam

kehidupan sehari-hari dengan bersahabat dan membina hubungan baik dengan siapa saja tanpa membedakan agama. Pandangan soegijapranata Menurut Mgr. A. Soegijapranata untuk membendung pengaruh komunis adalah dengan komunalisme, yaitu kebiasaan dari penduduk dalam hidup bersama, tolong menolong satu sama lain, mendiskusikan masalah secara bersama-sama. Mgr. A. Soegijapranata adalah orang yang rendah hati, beliau bersedia untuk membantu kaum miskin, karena orang katolik adalah pembawa damai.

Anda mungkin juga menyukai