Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
*)
Dosen Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Andalas, Padang
**)
Alumni Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang
ABSTRAK
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Di Indonesia, pertanian merupakan prioritas utama dalam pelaksanaan
pembangunan, karena sebagian besar penduduknya hidup dari sektor pertanian
yaitu lebih 75 persen yang tersebar di seluruh Nusantara. Oleh karena itu mulai
dari Pelita I sampai Pelita IV pembangunan difokuskan kepada sektor ini.
Beberapa usaha yang telah ditempuh pemerintah dalam meningkatkan produksi
hasil pertanian adalah dengan usaha intensifikasi dan ekstensifikasi. Usaha
intensifikasi adalah suatu usaha untuk meningkatkan daya guna atau kemampuan
dari suatu lahan dengan menerapkan teknologi “Panca Usaha Tani” yang meliputi
pemakaian bibit unggul, pengairan yang teratur, perbaikan kultur teknis,
pemupukan dan pemberantasan hama serta penyakit tanaman, sedangkan
ekstensifikasi adalah suatu usaha yang dapat dilakukan untuk mengolah atau
memperluas lahan-lahan yang terbengkalai dan membuka lahan baru.
Pengolahan tanah merupakan salah satu usaha ekstensifikasi dan
merupakan kegiatan yang paling banyak memerlukan energi. Pengolahan tanah
secara manual menyerap tenaga kerja yang besar baik tenaga kerja manusia
maupun ternak sebagai tenaga tarik. Suatu tindakan yang ikut mempengaruhi
produksi sekaligus pendapatan petani, pengolahan tanah mendapatkan
perencanaan yang baik. Sebab kesalahan dalam pengolahan tanah dapat merusak
struktur tanah, mempercepat terjadinya erosi, terjadinya perombakan bahan
organik dengan cepat, dan sebagainya. Di samping itu, cara pengolahan tanah
yang tidak tepat hanya akan memboroskan tenaga. Oleh karena itu, untuk
kelancaran pengerjaan pengolahan tanah dengan alat mekanis maka memerlukan
tenaga yang besar yaitu traktor dan juga perhitungan yang tepat antara lain dengan
melihat kondisi lahan yang akan diolah.
Penggunaan dan pengembangan pemakaian traktor dalam bidang pertanian
merupakan suatu tindakan yang tepat, dan tidak terfokus pada kegiatan pengolahan
tanah saja, tetapi juga untuk kegiatan pertanian lainnya.
3
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) mengetahui pengaruh
kecepatan traktor roda empat terhadap pemakaian bahan bakar yang digunakan dan
kapasitas kerja lapang, (2) mengetahui pengaruh kecepatan roda traktor roda empat
terhadap pemadatan tanah pada berbagai frekuensi lintasan, dan (3) mengetahui
besarnya slip roda pada berbagai kecepatan roda dari traktor roda empat.
Pada penelitian ini digunakan pola pengolahan lahan dengan pola tepi.
Pola ini digunakan karena lahan yang diolah berukuran kecil yaitu 40 m x 45 m.
Dengan penggunaan pola tepi, kegiatan pengolahan akan lebih efisien karena
lahan akan terolah pada semua bagian.
Pemvariasian kecepatan dilakukan dengan mengubah posisi tuas gigi-gigi
transmisi pada traktor. Pada traktor Fiat 45-66-DT ini terdapat dua buah tuas gigi
transmisi, yang pertama disebut Splitter yaitu tuas yang menggerakkan sistem
hidrolik yang berhubungan dengan implement yang digunakan. Tuas ini
dilambangkan dengan angka romawi (I, II, III, dan IV). Sedangkan tuas kedua
yang bertuliskan bilangan biasa (1, 2, 3, dan 4) disebut Change Level, berguna
untuk pengatur besarnya kecepatan traktor. Pada penelitian ini variasi kecepatan
yang digunakan adalah pada posisi I.3 untuk kecepatan pertama, II.1 untuk
kecepatan kedua, dan I.4 untuk kecepatan ketiga.
2.4 Pelaksanaan
Sebelum dilakukan pengolahan tanah dengan menggunakan traktor,
terlebih dahulu diukur berat volume tanah sebelum diolah dengan memakai sistem
oven. Berat volume diukur dengan cara mengambil sampel tanah pada lahan yang
akan diolah dengan menggunakan ring sampel. Kemudian diukur beratnya dengan
menggunakan sistem oven.
Setelah dilakukan pengukuran berat volume tanah, kemudian dilakukan
pembajakan dengan menggunakan bajak piring. Setelah pengolahan dilakukan,
diukur kembali berat volume tanah tersebut.
2.5 Pengamatan
Hal – hal yang diamati dan dihitung pada penelitian ini adalah :
dengan :
C = Berat botol timbang + sampel tanah setelah dioven selama 24 jam pada suhu
105 0C (gram)
dengan :
dengan :
Kt = Kapasitas kerja teoritis (ha / jam)
8
2.5.8Efisiensi Lapang
Untuk pengukuran efisiensi lapang digunakan rumus :
Ke
E= × 100 % ……………………………………. (8)
Kt
dengan : E = efisiensi lapang (%)
2.5.9Slip Roda
Untuk pengukuran slip roda digunakan rumus :
(π .D.N − L)
S= × 100 %…………………………... (9)
(π .D.N )
dengan :
S = Slip roda (%)
D = Diameter roda (m)
N = Banyaknya putaran roda
L = Jarak yang ditempuh oleh traktor pada saat roda berputar N kali (m)
besarnya volume penambahan bahan bakar tersebut. Laju debit pemakaian bahan
bakar dapat dihitung dengan rumus berikut :
60 × Vol
Q= ………………..…………………….. (10)
1000 × T
dengan :
Q = Debit pemakaian bahan bakar (liter / jam)
Vol = Volume pemakian bahan bakar pada saat pengolahan tanah (cm3)
T = Waktu operasional traktor untuk pengolahan tanah (menit)
Q × ρ × N BB × 4,2
Pk = ………………………….. (11)
3600 × 735
dengan :
Pk = Daya kimia bahan bakar (HP)
dengan :
Pm = Daya mekanis motor (HP)
dengan :
P = Daya pengolahan tanah (Watt)
Ci adalah indeks kerucut (cone index), dalam kg / cm2. Nilai indeks kerucut
diukur pada kedalaman 5 cm, 10 cm, 15 cm, dan 20 cm dengan menggunakan
penetrometer.
F
Ci = π D …………………………………………
2
(16)
4
dengan :
F = Gaya tekan penetrometer (kg)
D = Diameter alas kerucut penetrometer (cm)
C = Kandungan liat (clay) tanah (%), yang diperoleh dari analisis tekstur
dengan :
BT = D + I + G ……………………………… (19)
dengan :
D = Penyusutan (Rp/tahun)
I = Bunga modal (Rp/tahun)
G = Biaya gudang (Rp/tahun)
D = (P – S) / N ………………………………………. (20)
dengan :
P = Harga awal alat (Rp)
S = Nilai akhir alat (Rp)
I = i (P – S) / 2 ………………………………………. (21)
dengan :
i = Suku bunga bank (12 % /tahun)
dengan :
Wop = Upah tenaga kerja tiap hari (Rp/hari)
Wt = Jam kerja per hari (jam/hari)
dengan :
Bom = Biaya oli mesin (Rp/jam)
Vpm = Volume penggantian oli mesin (liter)
hoplm = Harga oli mesin tiap liter (Rp/liter)
Ppm = Periode penggantian oli mesin (jam)
V pt × hoplt
Bot = ………………………………………. (28)
Ppt
dengan :
B0t = Biaya oli transmisi (Rp/jam)
Vpt = Volume penggantian oli transmisi (liter)
hoplt = Harga oli transmisi tiap liter (Rp/liter)
Ppt = Periode penggantian oli transmisi (jam)
14
V ph × hoplh
Boh = ……………………………………… (29)
Pph
dengan :
Boh = Biaya oli hidrolik (Rp/jam)
Vph = Volume penggantian oli hidrolik (liter)
hoplh = Harga oli hidrolik tiap liter (Rp/liter)
Pph = Periode penggantian oli hidrolik (jam)
Biaya grease (gemuk) menggunakan rumus Hunt (1979) dalam Santosa (2004) :
Pada Tabel 2 terlihat bahwa kadar air tanah sebelum diolah dan setelah
diolah mengalami penurunan. Karena pada saat dibajak, kondisi tanah mengalami
perubahan, salah satunya penurunan kadar air. Akibat kegiatan olah dari bajak
piring, kandungan air dalam tanah yang awalnya tinggi, mengalami penurunan.
Pada saat sebelum diolah, kondisi tanah masih alami dengan jumlah kadar air
yang tinggi, dan akan turun saat dilakukan kegiatan pengolahan pada tanah.
Kadar air tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik di dalam
tanah, dan besarnya air yang yang terkandung dalam tanah tersebut sehingga
memperlambat kecepatan pengolahan tanah. Semakin besar kadar air tanah maka
akan semakin lama waktu pengolahan tanah dan tahanan terhadap tanah juga akan
semakin besar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.
16
82
y =-0.74x2 +5.79x +69.43
80
R 2 =1
Sebelum
78 P engolahan
76 Setelah
P engolahan
74 y =-0.695x2 +5.805x +68.41
R 2 =1
72
70
0.41 0.52 0.65
Kecepatan Kerja (m/dtk)
Dari Gambar 5 dilihat bahwa hubungan matematis antara kadar air tanah
(y,%) dan kecepatan kerja (x,m/detik) sebelum pengolahan tanah adalah
y = -0,74 x2 + 5,79 x + 69,43 dengan nilai koefisien determinasi r2 = 1, sedangkan
setelah pengolahan tanah adalah y = -0,695 x2 + 5,805 x + 68,41 dengan nilai
koefisien determinasi r2 = 1. Dari hasil pengamatan jenis tanah di laboratorium
diperoleh bahwa jenis tanah di lahan ini adalah Podzolik Merah Kuning dengan
tekstur lempung liat berpasir dan kandungan liat sebanyak 37 % pasir, 18 % liat
(clay) dan 45 % debu.
3.3 Hasil Pengujian Traktor Roda Empat dengan Alat Pengolah Tanah pada
Lahan Kering
waktu teoritis lebih besar dari waktu efektif. Hal ini dikarenakan oleh beberapa
faktor, yaitu : (a) waktu yang hilang diakhir barisan ketika berputar, (b) waktu
yang hilang untuk membersihkan tanah yang melekat pada bajak, pengaturan alat,
(c) ketrampilan operator, serta (d) waktu untuk istirahat (Hunt, 1970). Kapasitas
kerja melakukan operasi tergantung pada : tipe dan besar mesin / alat, ketrampilan
operator, sumber tenaga yang tersedia dan, keadaan kerja seperti ukuran dan
bentuk petakan, topografi wilayah, vegetasi, jenis tanah, dan lain sebagainya
(Moens, 1978).
3.3.4 Efisiensi Lapang
Pada Tabel 3 terlihat bahwa efisiensi lapang berturut-turut adalah 78,48 %,
76,69 %, dan 63,74 %. Efisiensi mengalami penurunan karena banyaknya slip
yang terjadi sewaktu penambahan kecepatan. Kenaikan slip terjadi karena
tingginya kadar air tanah pada lahan tersebut. Slip roda berpengaruh pada efisiensi
karena efisiensi adalah perbandingan antara kapasitas kerja efektif dengan
kapasitas kerja teoritis. Pada perhitungan kapasitas kerja teoritis, slip roda
merupakan faktor yang mempengaruhinya.
besarnya kandungan kadar air pada tanah, maka tanah akan menjadi liat yang
mengakibatkan roda akan sering mengalami slip.
Perlakuan
Daya Kimia Daya Mekanis
Kecepatan Kerja
Traktor (HP) Traktor (HP)
(m/dtk)
V1 53,07 17,51
V2 58,74 19,38
V3 59,12 19,51
Pada Tabel 6 terlihat bahwa kebutuhan daya kimia dan daya mekanis di
lahan kering juga mengalami peningkatan seiring dengan perlakuan kecepatan
kerja. Semakin tinggi kecepatan kerja maka akan semakin tinggi juga daya kimia
dan daya mekanisnya. Kenaikan daya kimia maupun daya mekanis traktor
disebabkan karena meningkatnya konsumsi bahan bakar yang seiring dengan
penambahan kecepatan kerja. Yang dimaksud dengan daya kimia adalah daya
yang terkandung pada bahan bakar, berdasarkan besarnya konsumsi bahan bakar
traktor tersebut. Daya mekanis yaitu daya yang dihasilkan oleh silinder traktor
akibat pembakaran bahan bakar di dalam silinder. Daya kimia dan daya mekanis
tersebut disajikan pada Gambar 7.
70
60
50 y =51.084e0.054x
R 2 =0.7946 Daya Kimia
40
Traktor (HP )
30 Daya M ekanis
Traktor (HP )
20
y =-0.87x2 +4.48x +13.9
10
R 2 =1
0
0.41 0.52 0.65
Kecepatan Kerja (m/ dtk)
Hasil perhitungan dan uji daya untuk pengolahan tanah pada tiga
kecepatan kerja di lahan kering dengan alat pengolah bajak piring dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7. Daya untuk Pengolahan Tanah
Perlakuan Daya Pengolahan Tanah
Kecepatan Kerja
Watt HP
(m/detik)
V1 4975,08 6,77
V2 6461,62 8,79
V3 7066,10 9,61
10
8
y = -0.6x 2 + 3.82x + 3.55
6
R2 = 1
4
0
0.41 0.52 0.65
Kecepatan Kerja (m/dtk)
Pada Tabel 8 terlihat bahwa draft spesifik tanah akan rendah saat sebelum
diolah dan mengalami peningkatan setelah diolah. Semakin tinggi kecepatan kerja
maka draft spesifik yang dihasilkan semakin tinggi pula. Draft spesifik tanah
merupakan besarnya gaya arah horizontal yang digunakan untuk memotong tanah
tiap satu per satuan luas.
Draft spesifik pembajakan sangat dipengaruhi oleh kandungan liat tanah
olahan. Kecendrungan yang terlihat adalah semakin tinggi kandungan liat tanah
maka draft spesifik akan bertambah pula. Hal ini juga ditegaskan dengan pendapat
Amri (1993), yang mengatakan bahwa sifat mekanis yang dimiliki oleh tanah,
sifat memberikan penyanggaan terhadap beban dinamis tanah dan cone index
tanah merupakan kebutuhan draft. Besarnya sifat mekanis tanah yang melawan
gaya dari luar bervariasi menurut kandungan liatnya, sedangkan untuk hasil
pengukuran cone index (Ci) dari tiga perlakuan kecepatan kerja dapat dilihat pada
Tabel 9.
Tabel 9. Pengukuran Cone Index
Perlakuan Cone Index (kg/cm2)
Kecepatan Kerja V1 V2 V3
Sebelum Pengolahan 3,898 3,787 4,15
Setelah Pengolahan 3,47 3,42 3,75
maupun kecepatan ketiga. Hal ini karena keadaan tanah sebelum diolah belum
mengalami perubahan baik tekstur maupun struktur (kondisi tanah), sehingga nilai
cone indexnya lebih tinggi daripada tanah setelah mengalami pengolahan.
Perubahan cone index juga terlihat seiring dengan kenaikan kecepatan kerja olah
tanah.
3.7 Pengaruh Kecepatan Roda Traktor Terhadap Pemadatan Tanah pada
Berbagai Frekuensi Lintasan
Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa pada setiap tahap lintasan roda traktor
baik lintasan I, II dan, lintasan III cone index mengalami peningkatan seiring
seringnya lintasan traktor dan juga kenaikan kecepatan kerja. Hal ini karena pada
saat setelah dilintasi roda traktor, keadaan tanah akan semakin padat (keras),
sehingga memperbesar nilai cone indexnya. Kenaikan nilai cone index juga akan
semakin besar dengan semakin seringnya lahan dilintasi traktor. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 9.
24
5
y =0.07x2 - 0.278x +4.31
4.5
R 2 =0.9982
4
3.5
3
2.5
2
0.41m/dtk
1.5
0.52 m/dtk
1
0.65 m/dtk
0.5
0
Sebelum Lintasan I Lintasan II Lintasan III
dilintasi
Perlakuan Kecepatan Kerja
Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa setiap lintasan roda traktor berat volume
tanahnya meningkat dibandingkan dengan sebelum dilintasi roda traktor. Semakin
sering tanah dilintasi roda traktor maka akan semakin tinggi berat volume
tanahnya. Ini menyebabkan tanah akan semakin padat dan traktor membutuhkan
daya yang besar dalam pengolahan tanah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 10.
25
0.7
0.6
0.5 0.41m/dtk
y =-0.005x2 +0.071x +0.435
0.4 R 2 =0.9981 0.52 m/dtk
0.2
0.1
0
Sebelum Lintasan I Lintasan II Lintasan III
dilintasi
Pada Tabel 12 terlihat bahwa pada setiap lintasan roda traktor perubahan
kadar air tanahnya mengalami penurunan. Semakin sering dilintasi roda traktor,
kadar air tanah akan semakin rendah. Hal ini karena saat dilintasi roda traktor,
bongkahan tanah akan memadat dan kandungan air tanahnya akan menurun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air tanah adalah tekstur, struktur, dan
bahan organik yang dikandung dalam tanah tersebut. Makin besar kadar air tanah
maka akan semakin lama waktu pengolahan tanah dan tahanan tanah juga akan
semakin besar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 11.
26
79
78
77
76 y =-0.02x2 +0.036x +76.995
75 R 2 =0.9991 0.41m/dtk
74 0.52 m/dtk
73 0.65 m/dtk
72
71
70
Sebelum Lintasan I Lintasan II Lintasan III
dilintasi
P erlakuan Lintasan R oda
Pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa hubungan matematis antara kadar air
tanah (y, %) dan perlakuan lintasan roda traktor (x, lintasan) adalah
y = - 0,02 x2 + 0,036 x + 76,994 dengan nilai koefisien determinasi
r2 = 0,9991.
penentuan kapasitas kerja efektif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 12.
600000
500000
400000
y =544872e-0.1092x
300000 R 2 =0.9724
200000
100000
0
0.41 0.52 0.65
Kecepatan Kerja (m/ dtk)
4.1 Kesimpulan
1. Pada proses pengolahan tanah dengan menggunakan traktor roda empat pada
lahan kering dengan tiga kecepatan kerja mempunyai kecepatan aktual yang
berbeda yaitu 0,42 m/dtk, 0,51 m/dtk dan, 0,65 m/dtk.
2. Besarnya kadar air tanah berpengaruh pada besarnya slip roda. Semakin besar
kadar air tanah akan memperbesar slip roda traktor. Penambahan kecepatan
juga dapat meningkatkan slip roda. Pada pengolahan lahan dengan tiga
kecepatan kerja ini didapat berturut-turut slip rodanya 11,19 %, 11,71 % dan,
12,77 %.
3. Semakin tinggi kecepatan kerja maka semakin banyak konsumsi bahan bakar
diperlukan traktor. Untuk kecepatan pertama konsumsi bahan bakarnya
sebesar 4,52 liter/jam., pada kecepatan kedua 5 liter/jam dan, kecepatan ketiga
sebesar 5,03 liter/jam.
4. Untuk pengaruh pemadatan tanah terhadap frekuensi lintasan roda traktor pada
tiga kecepatan kerja di lahan kering mengalami peningkatan. Setiap tahap
28
lintasan roda traktor dan peningkatan kecepatan kerja (V1, V2, dan V3) untuk
cone index maupun berat volume tanahnya mengalami peningkatan.
5. Biaya pokok pengolahan tanah pada pengolahan lahan kering pada kecepatan
pertama yaitu Rp 493.716,89 / ha, untuk kecepatan kedua Rp 428.738,24 / ha
dan, Rp 396.835,76 / ha pada kecepatan ketiga.
6. Dari ketiga kecepatan yang digunakan didapatkan bahwa kecepatan kedua
yaitu 0,51 m/dtk merupakan kecepatan ideal untuk pengolahan dengan traktor
roda empat ini. Karena efisiensi yang didapatkan tinggi dengan kedalaman
pengolahan yang cukup baik.
4.2 Saran
1. Penggunaan traktor roda empat sangat efisien untuk pengolahan lahan kering
pada luas lahan yang cukup besar, sehingga dapat meningkatkan kapasitas
maupun efisiensi kerja.
2. Perlu penelitian lebih lanjut dengan menggunakan alat pengolah tanah lainnya
seperti bajak singkal ataupun bajak rotary.
DAFTAR PUSTAKA
Aksi Agraris Kanisius. 1996. Tanah dan Pertanian. Cetakan ke-6. Kanisius.
Yogyakarta.
Amri. F. 1993. Studi Pengaruh Tingkat Kandungan Air Tanah Terhadap
Kebutuhan Draft Spesifik pada Pengolahan Tanah dengan Bajak Singkal.
Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang.
Bainer. Roy, R. A. Kepner, and E. L. Borger. 1960. Principle of Farm Machinery.
Jhon Willey & Sons Inc. New York.
Berd. Isril dan D. Amir. 1980. Penggunaan Traktor Kecil untuk Pengelolaan
Tanah Sawah. Proyek KUD Model. Fakultas Pertanian. Universitas
Andalas. Padang. Hal 19.
Biro Pusat Statistik. 1996. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik. Jakarta.
29
Buchman dan Brady. 1961. The Nature And Properties of Soil. The Mc Millan
Company. New York.
Chatib. Charmyn. 2004. Alat dan Mesin Pertanian. Jurusan Teknologi Pertanian.
Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Padang.
Djojomartono. Moeljorno. 1978. Evaluasi dan Seleksi Alat dan Mesin Pertanian
dalam Strategi Mekanisasi. Kerjasama IPB Bogor dengan Landbouw
Hogeschool Wagenigen.
Hunt. D. 1968. Farm Power and Machinery Management. Iowa State University
Press Ames. IOWA.
Hunt. D. 1970. Farm Power and Machinery Management. 7th ed. Iowa State
University Press Ames. IOWA.
Jones. F. R. 1952. Farm Gas Engine and Tractors. Mc. Graw Hill Book Co. Inc.
New York.
Jones. F. R. 1980. Farm Power and Tractors. Mc. Graw Hill Book Co. Inc. New
York.
Kepner. A, and Roy. Bainer. 1980. Principles of Farm Machinery. AVI Publishing
Company. USA.
Santosa. 2005. Aplikasi Visual Basic 6.0 dan Visual Studio Net 2003 Dalam
Bidang Teknik dan Pertanian. Yogyakarta. Andi Offset.
Smith. H. P. 1955. Farm Machinery And Equipment. 2th ed. Mc. Graw Hill Book
Company Inc. New York.
Soendoro. Djoko, dan Siswandhi Soepardjo. 1967. Peranan Hand Traktor dalam
Pembangunan Pertanian Desa. Makaperta Tahun II. Departemen Ilmu
Mekanisasi Pertanian IPB. Bogor.
Catatan :
Makalah ini merupakan bagian dari :
Santosa, Charmyn Chatib, dan Refy Putri Mayasari. 2007. Studi Kinerja Traktor
Roda Empat Menggunakan Bajak Piring untuk Pengolahan Tanah pada
Lahan Kering. Agritek, Vol. 15, Edisi Khusus Dies Natalis IPM ke – 16,
November 2007 : 142-151. [Jurnal Terakreditasi: SK No. 26 / DIKTI /
Kep/2005].