Anda di halaman 1dari 31

1

STUDI KINERJA TRAKTOR RODA EMPAT


MENGGUNAKAN BAJAK PIRING
UNTUK PENGOLAHAN TANAH PADA LAHAN KERING

Santosa*), Charmyn Chatib*), dan Refy Putri Mayasari**)

*)
Dosen Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Andalas, Padang
**)
Alumni Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang

ABSTRAK

Telah dilaksanakan penelitian di lahan Politeknik Pertanian Universitas


Andalas Payakumbuh, Sumatera Barat dan Laboratorium Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, pada bulan Februari
sampai dengan Maret 2006. Tujuan penelitian ini adalah : (1) mengetahui
pengaruh kecepatan traktor roda empat terhadap pemakaian bahan bakar yang
digunakan dan kapasitas kerja lapang, (2) mengetahui pengaruh kecepatan roda
traktor roda empat terhadap pemadatan tanah pada berbagai frekuensi lintasan,
dan (3) mengetahui besarnya slip roda pada berbagai kecepatan roda dari traktor
roda empat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen dengan melakukan penelitian langsung di lapangan. Pengamatan yang
dilakukan selama penelitian ini meliputi berat volume tanah, kadar air tanah,
kecepatan aktual, kecepatan teoritis, kapasitas kerja efektif, efisiensi lapang, slip
roda, konsumsi bahan bakar, daya mekanis pada poros engkol dan daya kimia
bahan bakar, daya untuk pengolahan tanah, draft spesifik tanah, cone index
(kekerasan) tanah, kedalaman pengolahan, serta biaya pokok pengolahan tanah.
Hasil penelitian yang telah dilakukan ini menunjukkan bahwa hubungan
matematis antara konsumsi bahan bakar (y,l/jam) dengan kecepatan kerja
(x,m/detik) adalah y = -0,225 x2 + 1,155 x + 3,59 dengan nilai koefisien
2
determinasi r = 1. Pada pengolahan lahan dengan tiga kecepatan kerja, didapat
berturut-turut slip roda traktor 12,77 %, 14,48 %, dan 16,46 %. Pada perlakuan
dengan tahap lintasan roda traktor, hubungan matematis antara cone index tanah
(y,kg/cm2) dan perlakuan lintasan roda traktor (x, lintasan) adalah y = -0,005 x2 +
0,071 x + 0,415 dengan nilai koefisien determinasi r2 = 0,9981. Hubungan
matematis antara biaya pengolahan tanah (Rp/ha) dan kecepatan kerja (x,m/detik)
adalah y = 544872e0,9724x dengan nilai koefisien determinasi r2 = 0,9724.
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan traktor
roda empat di lahan kering cukup efisien baik dari segi kapasitas kerja, waktu,
maupun biaya pengolahan tanah.

Kata Kunci : Pengolahan Tanah, Traktor, Bajak Piring


2

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Di Indonesia, pertanian merupakan prioritas utama dalam pelaksanaan
pembangunan, karena sebagian besar penduduknya hidup dari sektor pertanian
yaitu lebih 75 persen yang tersebar di seluruh Nusantara. Oleh karena itu mulai
dari Pelita I sampai Pelita IV pembangunan difokuskan kepada sektor ini.
Beberapa usaha yang telah ditempuh pemerintah dalam meningkatkan produksi
hasil pertanian adalah dengan usaha intensifikasi dan ekstensifikasi. Usaha
intensifikasi adalah suatu usaha untuk meningkatkan daya guna atau kemampuan
dari suatu lahan dengan menerapkan teknologi “Panca Usaha Tani” yang meliputi
pemakaian bibit unggul, pengairan yang teratur, perbaikan kultur teknis,
pemupukan dan pemberantasan hama serta penyakit tanaman, sedangkan
ekstensifikasi adalah suatu usaha yang dapat dilakukan untuk mengolah atau
memperluas lahan-lahan yang terbengkalai dan membuka lahan baru.
Pengolahan tanah merupakan salah satu usaha ekstensifikasi dan
merupakan kegiatan yang paling banyak memerlukan energi. Pengolahan tanah
secara manual menyerap tenaga kerja yang besar baik tenaga kerja manusia
maupun ternak sebagai tenaga tarik. Suatu tindakan yang ikut mempengaruhi
produksi sekaligus pendapatan petani, pengolahan tanah mendapatkan
perencanaan yang baik. Sebab kesalahan dalam pengolahan tanah dapat merusak
struktur tanah, mempercepat terjadinya erosi, terjadinya perombakan bahan
organik dengan cepat, dan sebagainya. Di samping itu, cara pengolahan tanah
yang tidak tepat hanya akan memboroskan tenaga. Oleh karena itu, untuk
kelancaran pengerjaan pengolahan tanah dengan alat mekanis maka memerlukan
tenaga yang besar yaitu traktor dan juga perhitungan yang tepat antara lain dengan
melihat kondisi lahan yang akan diolah.
Penggunaan dan pengembangan pemakaian traktor dalam bidang pertanian
merupakan suatu tindakan yang tepat, dan tidak terfokus pada kegiatan pengolahan
tanah saja, tetapi juga untuk kegiatan pertanian lainnya.
3

Traktor sebagai sumber tenaga dalam pengolahan tanah, diharapkan dapat


mengurangi waktu dan biaya operasional yang diperlukan. Kapasitas kerja menjadi
lebih tinggi dan pendapatan petani akan bertambah, sehingga dapat dilaksanakan
usaha intensifikasi dan ekstensifikasi yang sempurna (Hardjosoediro, 1983).
Dari penelitian-penelitian yang dilakukan traktor dapat digunakan pada lahan
basah dan lahan kering, pada keadaan air tanah yang berbeda. Sebagai akibat
perbedaan kandungan air tanah ini, tanah akan memperlihatkan reaksi yang berbeda
pada proses pengolahan tanah.
Pengolahan tanah di lahan kering adalah untuk menciptakan lahan gembur
bebas dari lapisan kedap yang berada di bawah lapisan top soil. Jadi lapisan kedap
pada lahan kering harus dihancurkan, pengolahan tanah biasanya dilakukan pada top
soil sampai kedalaman 20 cm, juga memungkinkan sampai 30 cm bertujuan agar
perakaran tanaman akan lebih berkembang (Chatib, 2004).
Kecepatan dalam pengolahan tanah merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kapasitas kerja efektif yang dapat dicapai dalam pengolahan tanah.
Kapasitas kerja efektif adalah faktor yang menentukan besarnya biaya penggunaan
alat persatuan luas.
Sifat dinamis yang mempengaruhi reaksi tanah dalam pengolahan tanah
adalah tahanan tanah terhadap tekanan, kohesi, adhesi dan tahanan terhadap
pemotongan. Jumlah dari pengaruh sifat-sifat ini dinyatakan sebagai gaya yang
dibutuhkan untuk menarik bajak yang dipengaruhi oleh kandungan air tanah.
Mengingat pentingnya pengolahan tanah sebagai suatu tindakan yang ikut
menentukan keberhasilan suatu tanaman dan pendapatan petani, perlu kiranya
diusahakan alat pengolah tanah yang sesuai dan dapat memberikan produksi optimal,
dengan biaya rendah dan waktu relatif singkat.
Permasalahan yang timbul adalah bagaimana alat pengolah tanah bekerja
pada lahan kering dengan menggunakan traktor roda empat sebagai tenaga mekanis
atau pengggerak, bila dilihat dari konsumsi bahan bakar, kapasitas kerja, effisiensi,
kecepatan dan juga frekuensi lintasan dari traktor yang menarik alat pengolah tanah
yang berupa bajak piring.

1.2 Tujuan Penelitian


4

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) mengetahui pengaruh
kecepatan traktor roda empat terhadap pemakaian bahan bakar yang digunakan dan
kapasitas kerja lapang, (2) mengetahui pengaruh kecepatan roda traktor roda empat
terhadap pemadatan tanah pada berbagai frekuensi lintasan, dan (3) mengetahui
besarnya slip roda pada berbagai kecepatan roda dari traktor roda empat.

II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan
Maret 2006. Tempat dilaksanakannya penelitian ini adalah pada lahan Politeknik
Pertanian Universitas Andalas di Payakumbuh, Sumatera Barat, dan
Laboratorium Jurusan Tanah Universitas Andalas Padang di Sumatera Barat.

2.2 Bahan dan Alat


Bahan serta alat yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah 1
unit traktor, bajak piring, stopwatch, penetrometer, meteran, bahan bakar, oli,
pena, kalkulator, spidol, dirigen minyak, oven, gelas ukur, pancang kayu, dan ring
sampel.

2.3 Metode Penelitian


Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen.
Maksudnya, penelitian ini langsung ke lapangan dengan mengoperasikan traktor
pada alat pengolah tanah yaitu bajak piring.
Rancangan penelitian yang digunakan ada dua yaitu (1) untuk pengamatan
kinerja kecepatan traktor pada pengolahan tanah dengan perlakuan kecepatan V1,
V2, dan V3 dengan tiga kali ulangan, dan (2) untuk pengamatan roda traktor
terhadap pemadatan tanah juga dilakukan tiga kali ulangan dengan tiga perlakuan
kecepatan dan frekuensi lintasan roda traktor yang mempunyai tiga level yaitu
satu kali, dua kali, dan tiga kali lintasan.
5

Pada penelitian ini digunakan pola pengolahan lahan dengan pola tepi.
Pola ini digunakan karena lahan yang diolah berukuran kecil yaitu 40 m x 45 m.
Dengan penggunaan pola tepi, kegiatan pengolahan akan lebih efisien karena
lahan akan terolah pada semua bagian.
Pemvariasian kecepatan dilakukan dengan mengubah posisi tuas gigi-gigi
transmisi pada traktor. Pada traktor Fiat 45-66-DT ini terdapat dua buah tuas gigi
transmisi, yang pertama disebut Splitter yaitu tuas yang menggerakkan sistem
hidrolik yang berhubungan dengan implement yang digunakan. Tuas ini
dilambangkan dengan angka romawi (I, II, III, dan IV). Sedangkan tuas kedua
yang bertuliskan bilangan biasa (1, 2, 3, dan 4) disebut Change Level, berguna
untuk pengatur besarnya kecepatan traktor. Pada penelitian ini variasi kecepatan
yang digunakan adalah pada posisi I.3 untuk kecepatan pertama, II.1 untuk
kecepatan kedua, dan I.4 untuk kecepatan ketiga.

2.4 Pelaksanaan
Sebelum dilakukan pengolahan tanah dengan menggunakan traktor,
terlebih dahulu diukur berat volume tanah sebelum diolah dengan memakai sistem
oven. Berat volume diukur dengan cara mengambil sampel tanah pada lahan yang
akan diolah dengan menggunakan ring sampel. Kemudian diukur beratnya dengan
menggunakan sistem oven.
Setelah dilakukan pengukuran berat volume tanah, kemudian dilakukan
pembajakan dengan menggunakan bajak piring. Setelah pengolahan dilakukan,
diukur kembali berat volume tanah tersebut.

2.5 Pengamatan
Hal – hal yang diamati dan dihitung pada penelitian ini adalah :

2.5.1 Waktu Kerja


Hidupkan stopwatch saat traktor mulai melakukan pengolahan tanah
sampai selesai, kemudian catat waktu yang dipakai selama melakukan pengolahan
tanah dari alat pengolah tanah.
6

2.5.2 Berat Volume Tanah


Dalam hal ini yang diamati dan ditentukan yaitu berat volume tanah
sebelum pengolahan dan sesudah pengolahan (yaitu Tahap I, Tahap II, dan Tahap
III) dengan tiga kali pengukuran. Sampel tanah tersebut kemudian dibawa ke
laboratorium untuk diukur berat tanahnya dengan metode oven. Dan berat volume
tanah tersebut dapat ditentukan dengan rumus :
BV = B / V …………………………………………… (1)

dengan :

BV = Berat volume tanah (gram / cm3)


B = Berat tanah kering oven (gram)

V = Volume ring sample (cm3)

Volume ring sampel dihitung dengan menggunakan rumus :


V = π r2 t ……………………………………………… (2)
dengan :

V = Volume ring sampel (cm3)


r = Jari – jari dalam ring sampel (cm)
t = Tinggi ring sampel (cm)

2.5.3 Kadar Air tanah


Kadar air tanah dapat diperoleh dari persamaan berikut :
B−C
Ka = × 100 %………………………………….. (3)
C−A
dengan :

Ka = Kadar air tanah (%)

A = Berat botol timbang kosong (gram)

B = Berat botol timbang + sampel tanah (gram)


7

C = Berat botol timbang + sampel tanah setelah dioven selama 24 jam pada suhu
105 0C (gram)

2.5.4 Kecepatan Aktual


Pengukuran kecepatan dari traktor dalam mengolah tanah dapat dilakukan
dengan menentukan panjang lintasan atau jarak tempuh traktor tersebut.
Kecepatan pengolahan dapat diukur dengan rumus :
Vakt = S / T ………………………………………… (4)

dengan :

Vakt = Kecepatan aktual (m / dtk)

S = Panjang lintasan (m)

T = Waktu tempuh (dtk)

2.5.5 Kecepatan Teoritis


Kecepatan teoritis traktor diukur dengan menggunakan persamaan :
Vteo = Vakt / (1 – S) ……………………………….. (5)
dengan :

Vteo = Kecepatan teoritis traktor (m/dtk)


Vakt = Kecepatan aktual traktor (m/dtk)
S = Slip roda traktor, (desimal)

2.5.6 Kapasitas Kerja Teoritis


Untuk menentukan kapasitas kerja teoritis digunakan rumus :
Kt = 0,36 x Vteo x w ……………………………….. (6)

dengan :
Kt = Kapasitas kerja teoritis (ha / jam)
8

Vteo = Kecepatan kerja teoritis (m / dtk)


w = Lebar kerja pengolahan tanah (m)

2.5.7Kapasitas Kerja Efektif


Untuk menentukan kapasitas kerja efektif digunakan rumus
Ke = A / T ……………………….………………….(7)
dengan :
Ke = Kapasitas kerja efektif (ha / jam)
A = Luas petakan (ha)

T = Waktu total pengoperasian (jam)

2.5.8Efisiensi Lapang
Untuk pengukuran efisiensi lapang digunakan rumus :
Ke
E= × 100 % ……………………………………. (8)
Kt
dengan : E = efisiensi lapang (%)
2.5.9Slip Roda
Untuk pengukuran slip roda digunakan rumus :
(π .D.N − L)
S= × 100 %…………………………... (9)
(π .D.N )
dengan :
S = Slip roda (%)
D = Diameter roda (m)
N = Banyaknya putaran roda
L = Jarak yang ditempuh oleh traktor pada saat roda berputar N kali (m)

2.5.10Konsumsi Bahan Bakar


Sebelum traktor dioperasikan, tangki bahan bakar diisi penuh. Setelah
pengolahan tanah berakhir bahan bakar diisi lagi hingga penuh sambil dicatat
9

besarnya volume penambahan bahan bakar tersebut. Laju debit pemakaian bahan
bakar dapat dihitung dengan rumus berikut :

60 × Vol
Q= ………………..…………………….. (10)
1000 × T

dengan :
Q = Debit pemakaian bahan bakar (liter / jam)

Vol = Volume pemakian bahan bakar pada saat pengolahan tanah (cm3)
T = Waktu operasional traktor untuk pengolahan tanah (menit)

60 = Konversi satuan, 1 jam = 60 menit


1000 = Konversi satuan, 1 liter = 1000 cm3

Besarnya debit bahan bakar ini dipakai untuk memperkirakan besarnya


daya yang dihasilkan pada slinder motor bakar tersebut.
2.5.11Daya Kimia Bahan Bakar
Untuk pengukuran daya kimia bahan bakar digunakan rumus :

Q × ρ × N BB × 4,2
Pk = ………………………….. (11)
3600 × 735
dengan :
Pk = Daya kimia bahan bakar (HP)

Q = Debit bahan bakar minyak (liter / jam)

Ρ = Densitas bahan bakar minyak (kg / liter)


NBB = Nilai kalori bahan bakar minyak (kalori / kg)
4,2 = Konversi satuan, 1 kalori = 4,2 Joule
3600 = Konversi satuan, 1 jam = 3.600 detik
735 = Konversi satuan, 1 HP = 735 Watt

2.5.12Daya Mekanis Motor


Untuk pengukuran daya mekanis motor digunakan rumus :
Pm = ηm x Pk …………..………………………….. (12)
10

dengan :
Pm = Daya mekanis motor (HP)

ηm = Efisiensi thermal motor bakar

2.5.13Daya untuk Pengolahan Tanah


Daya yang diperlukan untuk mengolah tanah menggunakan bajak piring
(Santosa, 2005) yaitu :

P = Ds x d x I x v x 9,8 ……………………………. (13)

dengan :
P = Daya pengolahan tanah (Watt)

Ds = Draft spesifik tanah (kg / cm2)


d = Kedalaman pengolahan tanah (cm)

I = Lebar kerja pengolahan tanah (cm)

v = Kecepatan pengolahan tanah (m / detik)

9,8 = Konversi satuan, 1 kg gaya = 9,8 Newton


Draft spesifik pengolahan tanah diperoleh dari persamaan Kisu (1972) dalam
Santosa (1993) :
80 × Ds1
Ds = ………………………………………. (14)
75,5 − Ip
dengan :
Ds = Draft spesifik tanah (kg / cm2)
Ds1 = Draft spesifik tanah yang dimodifikasi dengan indeks plastisitas tanah
(kg/cm2)
Ip = Indeks plastisitas tanah (%)

Nilai Ds1 dihitung dengan rumus :


Ci 2 1
Ds1 = + ………………………………………. (15)
600 Ci
dengan :
11

Ci adalah indeks kerucut (cone index), dalam kg / cm2. Nilai indeks kerucut
diukur pada kedalaman 5 cm, 10 cm, 15 cm, dan 20 cm dengan menggunakan
penetrometer.
F
Ci =  π D  …………………………………………
2
(16)
 4 
 
dengan :
F = Gaya tekan penetrometer (kg)
D = Diameter alas kerucut penetrometer (cm)

Sedangkan indeks plastisitas tanah dihitung dengan menggunakan rumus :


Ip = 0,8 x C – 4,5 …………………………………….. (17)
dengan :
Ip = Indeks plastisitas tanah (%)

C = Kandungan liat (clay) tanah (%), yang diperoleh dari analisis tekstur

dengan :

P = Daya untuk mengatasi tahanan guling roda (watt)


F = Pembacaan gaya pada dinamometer (Newton)
V = Kecepatan sumber penarik (m / dtk)
Α = Sudut yang dibentuk oleh arah penarikan terhadap bidang horizontal
(derajat)

2.5.14Perhitungan Biaya Pokok Pengolahan Tanah


Perhitungan biaya pokok pengolahan tanah dapat menggunakan rumus :
BT
+ BTT
BP = x …………………………… (18)
Ke
dengan :
BP = Biaya pokok pengolahan tanah (Rp/ha)
BT = Biaya tetap (Rp/tahun)
12

BTT = Biaya tidak tetap (Rp/jam)

Ke = Kapasitas kerja efektif (ha/jam)


X = Jam kerja per tahun (jam/tahun)

BT = D + I + G ……………………………… (19)

dengan :
D = Penyusutan (Rp/tahun)
I = Bunga modal (Rp/tahun)
G = Biaya gudang (Rp/tahun)
D = (P – S) / N ………………………………………. (20)

dengan :
P = Harga awal alat (Rp)
S = Nilai akhir alat (Rp)

N = Umur ekonomi alat (tahun)

I = i (P – S) / 2 ………………………………………. (21)
dengan :
i = Suku bunga bank (12 % /tahun)

Biaya gudang (G) dihitung menggunakan persamaan RNAM (1979) dalam


Santosa (2004) :
G = 0,5 % x P ……………………………………… (22)

BTT = PP + Bo + BB + Bom + Bot + Boh + Bg ……… (23)


dengan :
PP = Biaya pemeliharaan dan perbaikan (Rp/jam)

Bo = Biaya operator (Rp/jam)


BB = Biaya bahan bakar (Rp/jam)
Bom = Biaya oli “mesin” (Rp/jam)
Bot = Biaya oli transmisi (Rp/jam)
13

Boh = Biaya oli hidraulik (Rp/jam)


Bg = Biaya grease (gemuk) (Rp/jam)

PP = 2 % x (P – S) / 100 ……………………………… (24)


Bo = Wop / Wt ………………………………………. . (25)

dengan :
Wop = Upah tenaga kerja tiap hari (Rp/hari)
Wt = Jam kerja per hari (jam/hari)

BB = Q x hbpl ………………………………………… (26)


dengan :
BB = Biaya bahan bakar (Rp/jam)
Q = Debit bahan bakar (liter/jam)

hbpl = Harga bahan bakar (Rp/liter)


V pm × hoplm
Bom = …………………………………… (27)
Ppm

dengan :
Bom = Biaya oli mesin (Rp/jam)
Vpm = Volume penggantian oli mesin (liter)
hoplm = Harga oli mesin tiap liter (Rp/liter)
Ppm = Periode penggantian oli mesin (jam)
V pt × hoplt
Bot = ………………………………………. (28)
Ppt

dengan :
B0t = Biaya oli transmisi (Rp/jam)
Vpt = Volume penggantian oli transmisi (liter)
hoplt = Harga oli transmisi tiap liter (Rp/liter)
Ppt = Periode penggantian oli transmisi (jam)
14

V ph × hoplh
Boh = ……………………………………… (29)
Pph

dengan :
Boh = Biaya oli hidrolik (Rp/jam)
Vph = Volume penggantian oli hidrolik (liter)
hoplh = Harga oli hidrolik tiap liter (Rp/liter)
Pph = Periode penggantian oli hidrolik (jam)

Biaya grease (gemuk) menggunakan rumus Hunt (1979) dalam Santosa (2004) :

Bg = 60 % x biaya pelumas ………………………….. (30)


dengan :
Bg = Biaya grease (gemuk)(Rp/jam)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengukuran Berat Volume Tanah


Hasil pengamatan dan pengukuran berat volume tanah pada tiga perlakuan
kecepatan kerja dengan alat pengolah bajak piring di lahan kering, diperoleh hasil
seperti tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Berat Volume Tanah
Perlakuan Berat Volume Tanah (g/cm3)
Kecepatan Kerja V1 V2 V3
Sebelum Pengolahan 0,65 0,66 0,66
Sesudah Pengolahan 0,47 0,49 0,52

Perhitungan berat volume tanah dapat dilihat pada Lampiran 4. Pada


Tabel 1 terlihat bahwa berat volume tanah yang telah diolah lebih kecil daripada
sebelum pengolahan. Sebelum diolah / dibajak, berat volume tanah lebih tinggi
daripada saat setelah pengolahan. Karena sewaktu pengolahan, tanah akan
menjadi terpecah dan terpotong-potong, sehingga berat volumenya menjadi
berkurang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.
15

0.7 y =-0.005x2 +0.025x +0.63


R 2 =1
0.6
0.5
0.4 Sebelum
y =0.005x2 +0.005x +0.46 pengolahan
0.3
R 2 =1
Sesudah
0.2
P engolahan
0.1
0
0.41 0.52 0.65
Kecepatan Kerja (m/dtk)

Gambar 4. Diagram Berat Volume Tanah


Dari Gambar 4 terlihat bahwa hubungan matematis antara berat volume
tanah (y,g/cm3) dan kecepatan kerja (x,m/detik) sebelum pengolahan tanah yaitu
y = y = -0,005 x2 + 0,025 x + 0,63 dengan nilai koefisien determinasi r2 = 1. Dan
sebelum pengolahan tanah adalah y = 0,005 x2 + 0,005 x + 0,46 dengan nilai
koefisien determinasi r2 = 1.

3.2 Kadar Air Tanah


Hasil pengukuran kadar air tanah dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kadar Air Tanah
Perlakuan Kadar Air Tanah (%)
Kecepatan Kerja V1 V2 V3
Sebelum Pengolahan 74,48 78,05 80,14
Setelah Pengolahan 73,52 77,24 79,57

Pada Tabel 2 terlihat bahwa kadar air tanah sebelum diolah dan setelah
diolah mengalami penurunan. Karena pada saat dibajak, kondisi tanah mengalami
perubahan, salah satunya penurunan kadar air. Akibat kegiatan olah dari bajak
piring, kandungan air dalam tanah yang awalnya tinggi, mengalami penurunan.
Pada saat sebelum diolah, kondisi tanah masih alami dengan jumlah kadar air
yang tinggi, dan akan turun saat dilakukan kegiatan pengolahan pada tanah.
Kadar air tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik di dalam
tanah, dan besarnya air yang yang terkandung dalam tanah tersebut sehingga
memperlambat kecepatan pengolahan tanah. Semakin besar kadar air tanah maka
akan semakin lama waktu pengolahan tanah dan tahanan terhadap tanah juga akan
semakin besar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.
16

82
y =-0.74x2 +5.79x +69.43
80
R 2 =1
Sebelum
78 P engolahan

76 Setelah
P engolahan
74 y =-0.695x2 +5.805x +68.41
R 2 =1
72

70
0.41 0.52 0.65
Kecepatan Kerja (m/dtk)

Gambar 5. Diagram Kadar Air Tanah

Dari Gambar 5 dilihat bahwa hubungan matematis antara kadar air tanah
(y,%) dan kecepatan kerja (x,m/detik) sebelum pengolahan tanah adalah
y = -0,74 x2 + 5,79 x + 69,43 dengan nilai koefisien determinasi r2 = 1, sedangkan
setelah pengolahan tanah adalah y = -0,695 x2 + 5,805 x + 68,41 dengan nilai
koefisien determinasi r2 = 1. Dari hasil pengamatan jenis tanah di laboratorium
diperoleh bahwa jenis tanah di lahan ini adalah Podzolik Merah Kuning dengan
tekstur lempung liat berpasir dan kandungan liat sebanyak 37 % pasir, 18 % liat
(clay) dan 45 % debu.

3.3 Hasil Pengujian Traktor Roda Empat dengan Alat Pengolah Tanah pada
Lahan Kering

3.3.1 Kecepatan Aktual


Hasil pengukuran kecepatan kerja dari traktor untuk pengolahan lahan
kering dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Uji Kinerja Traktor Roda Empat


Perlakuan Kecepatan
Parameter Perlakuan Perlakuan Perlakuan
1 2 3
Waktu Kerja (menit) 12 10 9,33
Kecepatan Aktual (m/dtk) 0,42 0,51 0,65
Kecepatan Teoritis (m/dtk) 0,47 0,58 0,75
17

Kapasitas Kerja Teoritis (ha/jam) 0,13 0,16 0,20


Kapasitas Kerja Efektif (ha/jam) 0,10 0,12 0,13
Efisiensi Kerja (%) 78,48 76,69 63,74

Pada Tabel 3 terlihat bahwa kecepatan aktual dapat mempengaruhi waktu


kerja pengolahan tanah. Semakin tinggi kecepatan aktual traktor di lahan maka
waktu pengolahan tanah akan semakin singkat. Kecepatan aktual adalah
kecepatan yang didapatkan dari uji kerja traktor di lapangan sewaktu melakukan
kegiatan pengolahan tanah. Kecepatan aktual lebih kecil daripada kecepatan
teoritis traktor.

3.3.2 Kapasitas Kerja Teoritis


Pada Tabel 3 terlihat bahwa semakin besar kecepatan aktual traktor di
lahan juga akan meningkatkan kapasitas kerja teoritisnya. Kapasitas kerja teoritis
ini dipengaruhi oleh lebar bajakan atau lebar pengolahan tanah serta kecepatan
aktual dari traktor. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Hunt (1970), bahwa
kapasitas kerja teoritis adalah kemampuan alat atau mesin untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan pada sebidang lahan jika alat atau mesin tersebut berjalan dengan
sepenuh waktu (100 %) dan bekerja dengan lebar maksimum. Kapasitas kerja
teoritis umumnya lebih besar daripada kapasitas kerja efektif, karena kapasitas
kerja teoritis adalah kemampuan sebenarnya dari alat itu sendiri.

3.3.3 Kapasitas Kerja Efektif


Pada Tabel 3 terlihat bahwa kapasitas kerja efektif juga meningkat dari
perlakuan kecepatan pertama hingga kecepatan ketiga. Hal ini karena waktu
pengolahan berkurang seiring dengan penambahan kecepatan kerja, sehingga
menyebabkan peningkatan kapasitas kerja efektif traktor. Oleh karena itu,
semakin kecil waktu yang terpakai maka semakin besar kapasitas kerja efektifnya.
Kapasitas kerja efektif juga dipengaruhi oleh jenis serta kandungan air dari tanah
tersebut.
Kapasitas kerja efektif biasanya dihitung dari hasil pembagian luas lahan
yang dapat diselesaikan dengan waktu yang diperlukan (efektif), pada umumnya
18

waktu teoritis lebih besar dari waktu efektif. Hal ini dikarenakan oleh beberapa
faktor, yaitu : (a) waktu yang hilang diakhir barisan ketika berputar, (b) waktu
yang hilang untuk membersihkan tanah yang melekat pada bajak, pengaturan alat,
(c) ketrampilan operator, serta (d) waktu untuk istirahat (Hunt, 1970). Kapasitas
kerja melakukan operasi tergantung pada : tipe dan besar mesin / alat, ketrampilan
operator, sumber tenaga yang tersedia dan, keadaan kerja seperti ukuran dan
bentuk petakan, topografi wilayah, vegetasi, jenis tanah, dan lain sebagainya
(Moens, 1978).
3.3.4 Efisiensi Lapang
Pada Tabel 3 terlihat bahwa efisiensi lapang berturut-turut adalah 78,48 %,
76,69 %, dan 63,74 %. Efisiensi mengalami penurunan karena banyaknya slip
yang terjadi sewaktu penambahan kecepatan. Kenaikan slip terjadi karena
tingginya kadar air tanah pada lahan tersebut. Slip roda berpengaruh pada efisiensi
karena efisiensi adalah perbandingan antara kapasitas kerja efektif dengan
kapasitas kerja teoritis. Pada perhitungan kapasitas kerja teoritis, slip roda
merupakan faktor yang mempengaruhinya.

3.4 Slip Roda


Hasil pengujian slip roda dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Slip Roda
Perlakuan Kecepatan
Slip Roda (%)
Kerja (m/dtk)
V1 11,19
V2 11,71
V3 12,77

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa kenaikan kecepatan kerja akan


memperbesar slip roda. Penambahan kecepatan traktor akan memperbesar
frekuensi putaran roda traktor, sehingga semakin tinggi nilai slip. Terjadinya slip
roda juga disebabkan karena konstruksi atau bentuk dari roda dan bajak itu sendiri
serta tekstur tanah yang liat dan kandungan air dari tanah tersebut. Semakin
berkurang kadar air maka semakin kecil slip rodanya. Hal ini karena dengan
19

besarnya kandungan kadar air pada tanah, maka tanah akan menjadi liat yang
mengakibatkan roda akan sering mengalami slip.

3.5 Konsumsi Bahan Bakar


Hasil perhitungan dan uji pemakaian bahan bakar dari traktor untuk
mengolah tanah di lahan kering dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Konsumsi Bahan Bakar
Perlakuan Konsumsi Bahan Bakar (Debit)
Kecepatan Kerja (cm3 /
(l/jam)
(m/detik) menit)
V1 75,30 4,52
V2 83,35 5,00
V3 83,89 5,03

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa pemakaian bahan bakar semakin


meningkat dari perlakuan kecepatan pertama hingga kecepatan ketiga. Hal ini
disebabkan karena semakin tinggi kecepatan traktor maka kebutuhan bahan bakar
sebagai tenaga penggerak akan mengalami kenaikan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 6.
5.2
5.1
5
4.9
4.8
4.7 y =-0.225x2 +1.155x +3.59
4.6 R 2 =1
4.5
4.4
4.3
4.2
0.41 0.52 0.65
Kecepatan Kerja (m/ dtk)

Gambar 6. Konsumsi Bahan Bakar

Pada Gambar 6 terlihat bahwa hubungan matematis antara konsumsi


bahan bakar (y,l/jam) dan kecepatan kerja (x,m/detik) adalah y = - 0,225 x2 +
1,155 x + 3,59 dengan nilai koefisien determinasi r2 = 1. Untuk mengetahui
kemampuan daya mekanis dari traktor dalam mengolah tanah berdasarkan debit
bahan bakar tersebut, maka perlu diketahui daya kimia dari traktor yang disajikan
pada Tabel 6.
Tabel 6. Daya Kimia dan Daya Mekanis Traktor
20

Perlakuan
Daya Kimia Daya Mekanis
Kecepatan Kerja
Traktor (HP) Traktor (HP)
(m/dtk)
V1 53,07 17,51
V2 58,74 19,38
V3 59,12 19,51

Pada Tabel 6 terlihat bahwa kebutuhan daya kimia dan daya mekanis di
lahan kering juga mengalami peningkatan seiring dengan perlakuan kecepatan
kerja. Semakin tinggi kecepatan kerja maka akan semakin tinggi juga daya kimia
dan daya mekanisnya. Kenaikan daya kimia maupun daya mekanis traktor
disebabkan karena meningkatnya konsumsi bahan bakar yang seiring dengan
penambahan kecepatan kerja. Yang dimaksud dengan daya kimia adalah daya
yang terkandung pada bahan bakar, berdasarkan besarnya konsumsi bahan bakar
traktor tersebut. Daya mekanis yaitu daya yang dihasilkan oleh silinder traktor
akibat pembakaran bahan bakar di dalam silinder. Daya kimia dan daya mekanis
tersebut disajikan pada Gambar 7.
70

60

50 y =51.084e0.054x
R 2 =0.7946 Daya Kimia
40
Traktor (HP )
30 Daya M ekanis
Traktor (HP )
20
y =-0.87x2 +4.48x +13.9
10
R 2 =1
0
0.41 0.52 0.65
Kecepatan Kerja (m/ dtk)

Gambar 7. Daya Kimia dan Mekanis Traktor

Pada Gambar 7 diatas dapat dilihat bahwa hubungan matematis antara


daya kimia traktor (y, HP) dan kecepatan kerja (x,m/detik) adalah
y = 51,084 e0,054x dengan nilai koefisien determinasi r2 = 0,7946. Hubungan daya
mekanis traktor (y, HP) dengan kecepatan kerja (x,m/detik) adalah y = -0,87 x2 +
4,48 x + 13,9 dengan nilai koefisien determinasi r2 = 1.

3.6 Daya untuk Pengolahan Tanah


21

Hasil perhitungan dan uji daya untuk pengolahan tanah pada tiga
kecepatan kerja di lahan kering dengan alat pengolah bajak piring dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7. Daya untuk Pengolahan Tanah
Perlakuan Daya Pengolahan Tanah
Kecepatan Kerja
Watt HP
(m/detik)
V1 4975,08 6,77
V2 6461,62 8,79
V3 7066,10 9,61

Untuk mengukur daya traktor mengolah tanah digunakan dynamometer.


Tetapi karena jenis traktor yang digunakan adalah traktor besar, maka pemakaian
dynamometer tidak memungkinkan karena kekauatan tariknya tidak sebanding
dengan berat traktor, sehingga digunakan persamaan (13). Pada Tabel 7 didapat
bahwa untuk setiap perlakuan kecepatan kerja yang meningkat dari V1 hingga V3,
maka daya untuk pengolahan tanah juga akan meningkat. Hal ini disebabkan juga
oleh kedalaman kerja yang berbeda pada tiap kecepatan kerja. Semakin tinggi
kecepatan kerja maka kedalaman olah juga akan meningkat, dan sebaliknya.
Diagram besarnya daya pengolahan tanah pada berbagai kecepatan dapat dilihat
pada Gambar 8.
12

10

8
y = -0.6x 2 + 3.82x + 3.55
6
R2 = 1
4

0
0.41 0.52 0.65
Kecepatan Kerja (m/dtk)

Gambar 8. Daya Pengolahan Tanah

Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa hubungan matematis antara daya


pengolahan tanah (y, HP) dan kecepatan kerja (x,m/detik) adalah
y = - 0,6 x2 + 3,82 x + 3,55 dengan nilai koefisien determinasi r2 = 1.
22

Untuk mengetahui daya pengolahan tanah maka perlu diketahui draft


spesifik tanah dan indeks kerucut (cone index) yang diukur dengan penetrometer
yang dapat dilihat pada Tabel 8 dan 9.
Tabel 8. Draft Spesifik Tanah
Draft Spesifik Tanah
Perlakuan
(kg/cm2)
Kecepatan Kerja
V1 V2 V3
Sebelum Pengolahan 0,45 0,46 0,43
Setelah Pengolahan 0,49 0,49 0,46

Pada Tabel 8 terlihat bahwa draft spesifik tanah akan rendah saat sebelum
diolah dan mengalami peningkatan setelah diolah. Semakin tinggi kecepatan kerja
maka draft spesifik yang dihasilkan semakin tinggi pula. Draft spesifik tanah
merupakan besarnya gaya arah horizontal yang digunakan untuk memotong tanah
tiap satu per satuan luas.
Draft spesifik pembajakan sangat dipengaruhi oleh kandungan liat tanah
olahan. Kecendrungan yang terlihat adalah semakin tinggi kandungan liat tanah
maka draft spesifik akan bertambah pula. Hal ini juga ditegaskan dengan pendapat
Amri (1993), yang mengatakan bahwa sifat mekanis yang dimiliki oleh tanah,
sifat memberikan penyanggaan terhadap beban dinamis tanah dan cone index
tanah merupakan kebutuhan draft. Besarnya sifat mekanis tanah yang melawan
gaya dari luar bervariasi menurut kandungan liatnya, sedangkan untuk hasil
pengukuran cone index (Ci) dari tiga perlakuan kecepatan kerja dapat dilihat pada
Tabel 9.
Tabel 9. Pengukuran Cone Index
Perlakuan Cone Index (kg/cm2)
Kecepatan Kerja V1 V2 V3
Sebelum Pengolahan 3,898 3,787 4,15
Setelah Pengolahan 3,47 3,42 3,75

Cone index mengindikasikan kekerasan tanah yang dinyatakan dalam gaya


per satuan luas, yang berarti semakin kecil nilai Ci maka akan semakin lunak
tanah tersebut. Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa cone index sebelum pengolahan
lebih besar dibandingkan setelah pengolahan baik pada kecepatan pertama, kedua
23

maupun kecepatan ketiga. Hal ini karena keadaan tanah sebelum diolah belum
mengalami perubahan baik tekstur maupun struktur (kondisi tanah), sehingga nilai
cone indexnya lebih tinggi daripada tanah setelah mengalami pengolahan.
Perubahan cone index juga terlihat seiring dengan kenaikan kecepatan kerja olah
tanah.
3.7 Pengaruh Kecepatan Roda Traktor Terhadap Pemadatan Tanah pada
Berbagai Frekuensi Lintasan

3.7.1 Indeks Kerucut (Cone Index)


Hasil pengukuran cone index tanah terhadap pemadatan tanah dapat dilihat
pada Tabel 10.
Tabel 10. Cone Index
Perlakuan Lintasan Roda Cone Index (kg/cm2)
Traktor V1 V2 V3
Sebelum dilintasi 3,51 3,53 4,10
Lintasan I 3,53 3,58 4,04
Lintasan II 3,77 3,86 4,10
Lintasan III 3,99 4,08 4,32

Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa pada setiap tahap lintasan roda traktor
baik lintasan I, II dan, lintasan III cone index mengalami peningkatan seiring
seringnya lintasan traktor dan juga kenaikan kecepatan kerja. Hal ini karena pada
saat setelah dilintasi roda traktor, keadaan tanah akan semakin padat (keras),
sehingga memperbesar nilai cone indexnya. Kenaikan nilai cone index juga akan
semakin besar dengan semakin seringnya lahan dilintasi traktor. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 9.
24

5
y =0.07x2 - 0.278x +4.31
4.5
R 2 =0.9982
4
3.5
3
2.5
2
0.41m/dtk
1.5
0.52 m/dtk
1
0.65 m/dtk
0.5
0
Sebelum Lintasan I Lintasan II Lintasan III
dilintasi
Perlakuan Kecepatan Kerja

Gambar 9. Cone Index pada Tahap Lintasan Roda Traktor


Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa hubungan matematis antara cone
index tanah (y, kg/cm2) dan perlakuan lintasan roda traktor (x, lintasan) adalah y =
0,07 x2 - 0,278 x + 4,31 dengan nilai koefisien determinasi r2 = 0,9982.

3.7.2 Berat Volume Tanah


Hasil pengamatan dan pengukuran berat volume tanah terhadap pemadatan
tanah dengan alat pengolah bajak piring dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Berat Volume Tanah
Perlakuan Berat Volume Tanah
Lintasan Roda (g/cm3)
Traktor V1 V2 V3
Sebelum dilintasi 0,48 0,50 0,52
Lintasan I 0,54 0,56 0,57
Lintasan II 0,58 0,60 0,62
Lintasan III 0,62 0,64 0,65

Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa setiap lintasan roda traktor berat volume
tanahnya meningkat dibandingkan dengan sebelum dilintasi roda traktor. Semakin
sering tanah dilintasi roda traktor maka akan semakin tinggi berat volume
tanahnya. Ini menyebabkan tanah akan semakin padat dan traktor membutuhkan
daya yang besar dalam pengolahan tanah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 10.
25

0.7

0.6

0.5 0.41m/dtk
y =-0.005x2 +0.071x +0.435
0.4 R 2 =0.9981 0.52 m/dtk

0.3 0.65 m/dtk

0.2

0.1

0
Sebelum Lintasan I Lintasan II Lintasan III
dilintasi

Perlakuan Lintasan R oda

Gambar 10. Berat Volume Tanah pada Tahap Lintasan Roda


Traktor

Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa hubungan matematis antara berat


volume tanah (y, g/cm3) dan perlakuan lintasan roda traktor (x, lintasan) adalah y
= -0,005 x2 + 0,071 x + 0,435 dengan nilai koefisien determinasi r2 =
0,9981.
3.7.3 Kadar Air Tanah
Besarnya kadar air tanah terhadap pemadatan tanah pada berbagai
frekuensi lintasan roda dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Kadar Air Tanah
Perlakuan Lintasan Roda Kadar Air Tanah (%)
Traktor V1 V2 V3
Sebelum dilintasi 73,57 77,01 78,33
Lintasan I 73,53 76,99 78,24
Lintasan II 73,50 76,92 78,21
Lintasan III 73,42 76,82 78,18

Pada Tabel 12 terlihat bahwa pada setiap lintasan roda traktor perubahan
kadar air tanahnya mengalami penurunan. Semakin sering dilintasi roda traktor,
kadar air tanah akan semakin rendah. Hal ini karena saat dilintasi roda traktor,
bongkahan tanah akan memadat dan kandungan air tanahnya akan menurun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air tanah adalah tekstur, struktur, dan
bahan organik yang dikandung dalam tanah tersebut. Makin besar kadar air tanah
maka akan semakin lama waktu pengolahan tanah dan tahanan tanah juga akan
semakin besar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 11.
26

79
78
77
76 y =-0.02x2 +0.036x +76.995
75 R 2 =0.9991 0.41m/dtk
74 0.52 m/dtk
73 0.65 m/dtk
72
71
70
Sebelum Lintasan I Lintasan II Lintasan III
dilintasi
P erlakuan Lintasan R oda

Gambar 11. Kadar Air Tanah pada Tahap Lintasan Roda


Traktor

Pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa hubungan matematis antara kadar air
tanah (y, %) dan perlakuan lintasan roda traktor (x, lintasan) adalah
y = - 0,02 x2 + 0,036 x + 76,994 dengan nilai koefisien determinasi
r2 = 0,9991.

3.8 Analisis Ekonomi Biaya Pengolahan Tanah


Hasil perhitungan biaya pengolahan tanah menggunakan traktor roda
empat dengan implement bajak piring pada tiga perlakuan kecepatan kerja di
lahan kering dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Biaya Pengolahan Tanah
Perlakuan
Biaya Pengolahan Tanah
Kecepatan Kerja
(Rp/ha)
(m/detik)
V1 493.716,89
V2 428.738,24
V3 396.835,76

Pada Tabel 13 terlihat bahwa biaya pengolahan tanah mengalami


penurunan dari kecepatan pertama, kedua, dan ketiga. Hal ini disebabkan karena
kapasitas kerja efektif kecepatan pertama lebih rendah dari dua kecepatan lainnya.
Kapasitas kerja efektif merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada biaya
pengolahan tanah. Semakin besar kapasitas kerja efektif berbanding lurus dengan
kecepatan (m/detik), maka biaya yang dikeluarkan akan semakin kecil. Kecepatan
merupakan variabel yang sangat menentukan dalam waktu pengolahan tanah dan
27

penentuan kapasitas kerja efektif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 12.

600000

500000

400000
y =544872e-0.1092x
300000 R 2 =0.9724

200000

100000

0
0.41 0.52 0.65
Kecepatan Kerja (m/ dtk)

Gambar 12. Biaya Pengolahan Tanah

Dari Gambar 12 dapat dilihat bahwa hubungan matematis antara biaya


pengolahan tanah (Rp/ha) dan kecepatan kerja (x, m/detik) adalah
y = 544872 e0,9724x dengan nilai koefisien determinasi r2 = 0,9724.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Pada proses pengolahan tanah dengan menggunakan traktor roda empat pada
lahan kering dengan tiga kecepatan kerja mempunyai kecepatan aktual yang
berbeda yaitu 0,42 m/dtk, 0,51 m/dtk dan, 0,65 m/dtk.
2. Besarnya kadar air tanah berpengaruh pada besarnya slip roda. Semakin besar
kadar air tanah akan memperbesar slip roda traktor. Penambahan kecepatan
juga dapat meningkatkan slip roda. Pada pengolahan lahan dengan tiga
kecepatan kerja ini didapat berturut-turut slip rodanya 11,19 %, 11,71 % dan,
12,77 %.
3. Semakin tinggi kecepatan kerja maka semakin banyak konsumsi bahan bakar
diperlukan traktor. Untuk kecepatan pertama konsumsi bahan bakarnya
sebesar 4,52 liter/jam., pada kecepatan kedua 5 liter/jam dan, kecepatan ketiga
sebesar 5,03 liter/jam.
4. Untuk pengaruh pemadatan tanah terhadap frekuensi lintasan roda traktor pada
tiga kecepatan kerja di lahan kering mengalami peningkatan. Setiap tahap
28

lintasan roda traktor dan peningkatan kecepatan kerja (V1, V2, dan V3) untuk
cone index maupun berat volume tanahnya mengalami peningkatan.
5. Biaya pokok pengolahan tanah pada pengolahan lahan kering pada kecepatan
pertama yaitu Rp 493.716,89 / ha, untuk kecepatan kedua Rp 428.738,24 / ha
dan, Rp 396.835,76 / ha pada kecepatan ketiga.
6. Dari ketiga kecepatan yang digunakan didapatkan bahwa kecepatan kedua
yaitu 0,51 m/dtk merupakan kecepatan ideal untuk pengolahan dengan traktor
roda empat ini. Karena efisiensi yang didapatkan tinggi dengan kedalaman
pengolahan yang cukup baik.

4.2 Saran
1. Penggunaan traktor roda empat sangat efisien untuk pengolahan lahan kering
pada luas lahan yang cukup besar, sehingga dapat meningkatkan kapasitas
maupun efisiensi kerja.
2. Perlu penelitian lebih lanjut dengan menggunakan alat pengolah tanah lainnya
seperti bajak singkal ataupun bajak rotary.

DAFTAR PUSTAKA

Aksi Agraris Kanisius. 1996. Tanah dan Pertanian. Cetakan ke-6. Kanisius.
Yogyakarta.
Amri. F. 1993. Studi Pengaruh Tingkat Kandungan Air Tanah Terhadap
Kebutuhan Draft Spesifik pada Pengolahan Tanah dengan Bajak Singkal.
Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang.
Bainer. Roy, R. A. Kepner, and E. L. Borger. 1960. Principle of Farm Machinery.
Jhon Willey & Sons Inc. New York.

Badan Pendidikan, Latihan dan Penyuluhan Pertanian. 1981. Mengenal Traktor


Kecil. Proyek Pembinaan Pendidikan dan Latihan. Hal 21.

Berd. Isril dan D. Amir. 1980. Penggunaan Traktor Kecil untuk Pengelolaan
Tanah Sawah. Proyek KUD Model. Fakultas Pertanian. Universitas
Andalas. Padang. Hal 19.

Biro Pusat Statistik. 1996. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik. Jakarta.
29

Buchman dan Brady. 1961. The Nature And Properties of Soil. The Mc Millan
Company. New York.

Bustami. Syuhinar, dan Syafriddin. 1979. Evaluasi Pelaksanaan Mekanisasi


Pertanian Tanaman Pangan di Sumatera Barat. Fakultas Pertanian.
Universitas Andalas. Padang.

Chatib. Charmyn. 2004. Alat dan Mesin Pertanian. Jurusan Teknologi Pertanian.
Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Padang.

Daywin. Frans Yusuf, R. G. Sitompul, dan Imam Hidayat. 1999. Mesin-mesin


Budidaya Pertanian di Lahan Kering. IPB. Bogor.

Daywin. Frans Yusuf, L. K. Kusen, E. N. Sembiring, R. G. Sitompul, dan S.


Soepardjo. 1977. Teknik Budidaya Pertanian. IPB. Bogor.

Djojomartono. Moeljorno. 1978. Evaluasi dan Seleksi Alat dan Mesin Pertanian
dalam Strategi Mekanisasi. Kerjasama IPB Bogor dengan Landbouw
Hogeschool Wagenigen.

Hardjosoediro. Soekarmanto. 1983. Mekanisasi Pertanian. Kerjasama Badan


Pendidikan, Latihan, dan Penyuluhan Pertanian (BPLPP) dengan Japan
Coorperation Agency (JICA). Jakarta.

Hunt. D. 1968. Farm Power and Machinery Management. Iowa State University
Press Ames. IOWA.
Hunt. D. 1970. Farm Power and Machinery Management. 7th ed. Iowa State
University Press Ames. IOWA.

Irwanto, A. Kohar. 1982. Economic Engineering. Jurusan Keteknikan Pertanian.


Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Jones. F. R. 1952. Farm Gas Engine and Tractors. Mc. Graw Hill Book Co. Inc.
New York.

Jones. F. R. 1980. Farm Power and Tractors. Mc. Graw Hill Book Co. Inc. New
York.

Kepner. A, and Roy. Bainer. 1980. Principles of Farm Machinery. AVI Publishing
Company. USA.

Khachatryan. Kh. A. 1985. Operation of Soil Working Implement in Hiily Regions.


A. A. Balkema / Rotterdam.

Kusen, E. N Sembiring, R. G Sitompul, dan S. Soepardjo. 1977. Teknik Budidaya


Pertanian. IPB. Bogor.
30

Moens. A. 1978. Sumber dan Kebutuhan Energi dalam Strategi Mekanisasi


Pertanian. FATEMATA, IPB Bogor dan Departement of Agricultural
Engineering. Agricultural University Wageningen. Bogor.

Purwadi. T. 1990. Rancang Bangun Pembuatan dan Pengujian Bajak Singkal


untuk Traktor Tangan. Fakultas Teknologi Pertanian. UGM. Yogyakarta.
Hal 28.

Rukmana. R. 1996. Teknik Pengelolaan Lahan Berbukit dan Kritis. Penerbit


Kanisius. Cetakan ke-6. Yogyakarta.

Santosa. 1990. Alat Pengolah Tanah. Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas


Pertanian. Universitas Andalas. Padang.

Santosa. 1993. Interaksi Tanah dan Alat Pertanian. Fakultas Pertanian.


Universitas Andalas. Padang.

Santosa. 2004. Pengantar Teknik Pertanian, Jilid I. Fakultas Pertanian.


Universitas Andalas. Padang.

Santosa. 2005. Aplikasi Visual Basic 6.0 dan Visual Studio Net 2003 Dalam
Bidang Teknik dan Pertanian. Yogyakarta. Andi Offset.

Sembiring. E. N dan S. Sukandi. 1976. Alat Pembuka dan Pengolahan Tanah.


Departemen Mekanisasi Fatemata. IPB. Bogor.

Sitompul. R. G, A. Partowijoto, D. Pakpahan, N. Pratomo, N. Siregar dan


Gardjito. 1975. Pengantar Mekanisasi Pertanian. Departemen Mekanisasi
dan Teknologi Hasil Pertanian. IPB. Bogor.

Smith. H. P. 1955. Farm Machinery And Equipment. 2th ed. Mc. Graw Hill Book
Company Inc. New York.

Soedjatmiko. 1972. Penggunaan Power Tiller di Sawah di Indonesia. Direktorat


Teknik Pertanian. Dirjen Pertanian. Jakarta.

Soedjono. 1996. Alat Pengolah Pertanian. Cetakan Pertama. CV Redijaya.


Semarang.

Soendoro. Djoko, dan Siswandhi Soepardjo. 1967. Peranan Hand Traktor dalam
Pembangunan Pertanian Desa. Makaperta Tahun II. Departemen Ilmu
Mekanisasi Pertanian IPB. Bogor.

Syafriddin, I. Berd, dan D. Amir. 1983. Evaluasi Penggunaan Traktor Kecil di


Sumatera Barat. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang.
31

Tarmana. R. 1989. Pengolahan Tanah dengan Traktor. Pusat Pengembangan


Teknologi Tepat Guna. Engineering Pertanian dan JICA. Departemen
Pertanian. Jakarta.

Catatan :
Makalah ini merupakan bagian dari :
Santosa, Charmyn Chatib, dan Refy Putri Mayasari. 2007. Studi Kinerja Traktor
Roda Empat Menggunakan Bajak Piring untuk Pengolahan Tanah pada
Lahan Kering. Agritek, Vol. 15, Edisi Khusus Dies Natalis IPM ke – 16,
November 2007 : 142-151. [Jurnal Terakreditasi: SK No. 26 / DIKTI /
Kep/2005].

Anda mungkin juga menyukai