Anda di halaman 1dari 1

Kerusakan Integritas Kulit Berhubungan Dengan Kerusakan Sistem Vaskuler

Rabu, Juni 08, 2011 Mas Dadan

Kerusakan integritas kulit adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko terhadap kerusakan jaringan epidermis dan dermis (Carpenito, 2000; 302). Batasan karakteristik mayor harus terdapat gangguan jaringan epidermis dan dermis. Batasan minor mungkin terdapat pemasukan kulit, eritema, lesi (Primer, skunder) pruritus (Carpenito, 2000;302). Dalam pembenaran penulis hanya akan menambahkan data yang mendukung yaitu adanya warna kemerahan pada daerah luka, terjadi nekrosis sekitar ulkus, karena pada data sebelumnya penulis hanya menuliskan terdapatnya luka dikepala, keluar pus, luka terbalut kasa (Carpenito, 2000; 302). Diagnosa keperawatan kerusakan integritas kulit ini penulis prioritaskan sebagai prioritas ketiga karena menurut Maslow, integritas kulit masuk dalam kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang terdapat pada piramida kedua(Potter and Perry, 2005; 615). Kerusakan integritas kulit juga diprioritaskan sebagai diagnosa ketiga setelah nutrisi karena dengan meningkatnya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat penyembuhan luka (Smeltzer, S, C., 2001 : 918). Kerusakan integritas kulit terjadi karena kerusakan sel yang menyebabkan produksi insulin berkurang dan mengakibatkan terjadinya peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gula darah meningkat, darah menjadi pekat dan mengakibatkan kerusakan sistem vaskuler, terjadi gangguan fungsi imun, penurunan aliran darah menjadikan gangguan penyembuhan luka pada ulkus (Corwin, E.J. 2000, 547). Prinsip implementasi atau penanganan masalah ini adalah melakukan perawatan luka, karena perawatan luka dengan prinsip steril membantu mencegah kontaminasi. Perawatan luka juga dapat meningkatkan hygiene sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan berkembang didaerah luka (Potter dan Perry, 2005;155). Demikian juga dijelaskan Bauwhuizen, bahwa perawatan luka dengan prinsip steril dapat menghancurkan mikroorganisme yang hidup. Selain itu didalam tubuh terdapat flora normal yang dapat mempertahankan keseimbangan yang sensitiv dengan mikroorganisme lain untuk mencegah infeksi (Potter dan Perry, 2005:115). Perawatan luka ada dua prinsip: prinsip pertama menyangkut pembersihan/pencucian luka. Luka kerina (tidak mengeluarkan cairan) dibersihkan dengan teknik swabling, yaitu ditekan dan gosok pelan-pelan menggunakan kasa steril atau kain bersih yang dibasahi dengan air steril atau NaCl 0,9%. Sedangkan luka basah dan mudah berdarah dibersihkan dengan teknik irigasi, yaitu disemprot lembut dengan air steril (kalau tidak adabisa diganti dengan air matang) atau NaCl 0,9%. Jika memungkinkan bisa direndam selama 10 menit dalam larutan kalium permanganat (PK) 1:10000 (1 gram bubuk PK dilarutkan dalam 10 liter air), atau dikompres larutan kalium permanganat 1:10000 atau dengan rivanol 1:10000 menggunakan kain kasa (Heri Sutanto, 2008) Dari evaluasi terakhir yang didapat tanggal 10 Februari 2009 pukul 09.30 WIB untuk masalah kerusakan integritas kulit belum teratasi, akan tetapi sudah membaik ditunjukkan dengan pus yang berkurang dan tumbbuh jaringan baru. Belum tercapainya masalah ini secara optimal karena penulis hanya melakukan tindakan selama 2 x 24 jam, sedangkan penyembuhan luka melalui tahapan-tahapan.Untuk intervensi selanjutnya yaitu mempertahankan teknik perawatan luka pada klien dengan teknik yang sama, karena dengan prinsip steril membantu mencegah kontaminaminasi dan mempercepat penyembuhan. Modifikasi intervensi yang dilakukan yaitu setelah luka dibersihkan berikan bubuk Metronidazole (500 mg) sebelum luka ditutup dengan kasa steril. Tindakan ini dapat mempercepat penyembuhan dan mengurangi bau (Heri Sutanto, 2008)

Anda mungkin juga menyukai