Anda di halaman 1dari 65

International Standard Serial Number: 0125 – 913X

73. Gizi
Daftar Isi :
2. Editorial

4. English Summary

Artikel :

5. Tinjauan Kecukupan Gizi yang Dianjurkan dan Penyakit Degen-


eratif serta Implikasinya – Darwin Karyadi
Lukisan, karya Sriwidodo 9. Teori Radikal Bebas dalam Gizi dan Kedokteran – Muhilal
12. Pengaruh Gizi terhadap Penyakit Kardiovaskular – Susilowati
Herman
17. Faktor Gizi pada Penyakit Kanker – Herman Sudiman
22. Gizi, Proses Penuaan, dan Umur Panjang – M.A. Husaini
26. Manfaat Suplementasi Vitamin dan Mineral – Darwin Karyadi
29. Uji Toksisitas dan Aktivitas Biologik Ekstrak Bawang Putih – Oen
Liang Hie, Agus Purwanto, Moh Sadikin, Koesparti Siswojo
34. Kolesterol dan Hubungannya dengan Penyakit Kardiovaskular –
Susy Tejayadi
36. Manfaat Beta-Karoten bagi Kesehatan – Usman Suwandi
41. Penanggulangan GAKI melalui Iodisasi Air Minum di Thailand –
Sumengen Sutomo, Djasmidar, Yuyus R
45. Diet yang dapat Merusak Gigi pada Anak-anak – Yuyus Rusiawati
48. Pengaruh JAKIM sebagai Makanan Tambahan Balita terhadap
Berat Badan – Rudi Irawan

56. Informasi Obat : Kalnex®

59. Indeks Cermin Dunia Kedokteran 1991


62. Abstrak
64. RPPIK

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 1


Dalam pelajaran-pelajaran tentang vitamin selalu diterangkan bahwa
unsur-unsur non-kalori ini harus terdapat dalam makanan sehari-hari agar
tubuh dapat berfungsi dengan baik.
Unsur-unsur ini harus diperoleh dari luar oleh karena tubuh tidak dapat
membuatnya sendiri.
Kekurangan vitamin akan menimbulkan gangguan fungsi atau perubahan
patologis yang dikenal sebagai gejala-gejala defisiensi vitamin.
Disepakati bahwa umumnya vitamin itu berfungsi sebagai bio-katalisator
atau ko-enzim yang mempermudah berlangsungnya reaksi-reaksi biokimia.
Untuk menghindari defisiensi hanya diperlukan unsur-unsur vital tersebut
dalam jumlah yang kecil sekali, yaitu dalam orde mikrogram atau milligram.
Oleh National Institute of Health dari Amerika Serikat pada tahun 1941
ditetapkan kesatuan RDA (recommended daily allowance) untuk vitamin dan
elemen-elemen pelacak (trace elements) dengan pengertian bahwa bila seseorang
memakan unsur-unsur tadi dalam jumlah yang dianjurkan, tidak akan terjadi
defisiensi akan vitamin atau elemen tersebut.
Pertanyaan yang dewasa ini timbul ialah: apakah tingkat kesehatan tubuh
sudah optimal walaupun tidak terdapat gejala-gejala defisiensi???
Untuk menetapkan batas-batas atau patokan-patokan tingkat kesehatan
yang optimal memang sulit sekali.
Dengan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dalam berbagai cabang
ilmu kesehatan, maka diharapkan dalam tingkat kesehatan optimal ini termasuk
juga bebas akan penyakit-penyakit degeneratip yang pada umumnya timbul
pada usia lanjut. Dalam kelompok penyakit ini termasuk pula beberapa jenis
tumor ganas.
Dalam dekade terakhir ini ditemukan radikal-radikal bebas (free radicals)
yang dianggap berperan dalam beberapa penyakit degeneratip. Dianggap bahwa
produksi radikal bebas yang tak terkendalikan dalam tubuh akan dapat
mengoksidasi dan merusak komponen-komponen vital, seperti lapisan lipid
dalam membran sel dan makromolekul-makromolekul seperti DNA.
Para peneliti kemudian mencari unsur-unsur dalam makanan yang dapat
meredam oksidasi berlebihan ini dan ditemukan bahwa vitamin-vitamin dan
elemen pelacak, yang secara kimia bersifat sebagai anti-oksidan, seperti vitamin
C, Beta-karoten, vitamin E dan Selenium dapat berperan sebagai pemulung
(scavenger) radikal bebas atau dapat menghentikan proses-proses oksidatip
yang menjadi reaksi berantai.
Dalam Cermin Dunia Kedoktēran nomor ini oleh pakar pakar gizi akan
diuraikan pengertian tentang radikal bebas dan penggunaan vitamin sebagai
antioksidan.

OLH

2 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


International Standard Serial Number: 0125 – 913X

REDAKSI KEHORMATAN
KETUA PENGARAH
Dr Oen L.H
– Prof. DR. Kusumanto Setyonegoro – Prof. DR. B. Chandra
KETUA PENYUNTING Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa Guru Besar Ilmu Penyakit Saraf
Dr Budi Riyanto W Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,
Jakarta. Surabaya.
PEMIMPIN USAHA
Dr Hari Tanudjaja – Prof. Dr. R. Budhi Darmojo
– Prof. Dr. R.P. Sidabutar Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam
PELAKSANA Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,
Sriwidodo Sub Bagian Ginjal dan Hipertensi Semarang.
ALAMAT REDAKSI Bagian Ilmu Penyakit Dalam – Drg. I. Sadrach
Majalah Cermin Dunia Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Lembaga Penelitian Universitas Trisakti,
P.O. Box 3105 Jakarta 10002 Jakarta. Jakarta
Telp. 4892808 – DR. Arini Setiawati
– Prof. Dr. Sudarto Pringgoutomo
NOMOR IJIN Guru Besar Ilmu Patologi Anatomi Bagian Farmakologi
151/SK/DITJEN PPG/STT/1976 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Tanggal 3 Juli 1976 Jakarta. Jakarta,

PENERBIT
Grup PT Kalbe Farma
PENCETAK
PT Midas Surya Grafindo DEWAN REDAKSI

– DR. B. Setiawan – Drs. Victor S Ringoringo, SE, MSc.


– Drs. Oka Wangsaputra – Dr. P.J. Gunadi Budipranoto
– DR. Ranti Atmodjo – DR. Susy Tejayadi

PETUNJUK UNTUK PENULIS

Cermin Dunia Kedokteran menerima naskah yang membahas berbagai sesuai dengan urutan pemunculannya dalam naskah dan disertai keterangan
aspek kesehatan, kedokteran dan farmasi, juga hasil penelitian di bidang- yang jelas. Bila terpisah dalam lembar lain, hendaknya ditandai untuk meng-
bidang tersebut. hindari kemungkinan tertukar. Kepustakaan diberi nomor urut sesuai dengan
Naskah yang dikirimkan kepada Redaksi adalah naskah yang khusus untuk pemunculannya dalam naskah; disusun menurut ketentuan dalam Cummulated
diterbitkan oleh Cermin Dunia Kedokteran; bila telah pernah dibahas atau Index Medicus dan/atau Uniform Requirements for Manuseripts Submitted
dibacakan dalam suatu pertemuan ilmiah, hendaknya diberi keterangan menge- to Biomedical Journals (Ann Intern Med 1979; 90 : 95-9). Contoh:
nai nama, tempat dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut. Basmajian JV, Kirby RL. Medical Rehabilitation. 1st ed. Baltimore. London:
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris; bila menggunakan William and Wilkins, 1984; Hal 174–9.
bahasa Indonesia, hendaknya mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang Weinstein L, Swartz MN. Pathogenetic properties of invading microorganisms.
berlaku. Istilah media sedapat mungkin menggunakan istilah bahasa Indonesia Dalam: Sodeman WA Jr. Sodeman WA, eds. Pathologic physiology: Mecha-
yang baku, atau diberi padanannya dalam bahasa Indonesia. Redaksi berhak nisms of diseases. Philadelphia: WB Saunders, 1974; 457-72.
mengubah susunan bahasa tanpa mengubah isinya. Setiap naskah harus di- Sri Oemijati. Masalah dalam pemberantasan filariasis di Indonesia. Cermin
sertai dengan abstrak dalam bahasa Indonesia. Untuk memudahkan para pem- Dunia Kedokt. l990 64 : 7-10.
baca yang tidak berbahasa Indonesia lebih baik bila disertai juga dengan abstrak Bila pengarang enam orang atau kurang, sebutkan semua; bila tujuh atau lebih,
dalam bahasa Inggris. Bila tidak ada, Redaksi berhak membuat sendiri abstrak sebutkan hanya tiga yang pertama dan tambahkan dkk.
berbahasa Inggris untuk karangan tersebut. Naskah dikirimkan ke alamat : Redaksi Cermin Dunia Kedokteran
Naskah diketik dengan spasi ganda di atas kertas putih berukuran kuarto/ P.O. Box 3105
folio, satu muka, dengan menyisakan cukup ruangan di kanan-kirinya, lebih Jakarta 10002
disukai bila panjangnya kira-kira 6 - 10 halaman kuarto. Nama (para) pe- Pengarang yang naskahnya telah disetujui untuk diterbitkan, akan diberitahu
ngarang ditulis lengkap, disertai keterangan lembaga/fakultas/institut tempat secara tertulis.
bekerjanya. Tabel/skema/grafik/ilustrasi yang melengkapi naskah dibuat sejelas- Naskah yang tidak dapat diterbitkan hanya dikembalikan bila disertai dengan
jelasnya dengan tinta hitam agar dapat langsung direproduksi, diberi nomor amplop beralamat (pengarang) lengkap dengan perangko yang cukup.

Tulisan dalam majalah ini merupakan pandangan/pendapat masing-masing penulis


dan tidak selalu merupakan pandangan atau kebijakan instansi/lembaga/bagian tempat
kerja si penulis.

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 3


English Summary
RDA AND DEGENERATIVE DI- lity, pollution, etc. to know on the amount and type
SEASES Pollution coming from ciga- of fat consumed. It is known that
rette smoking, for example, is animal fat has more saturated
Darwin Karyadi fatty acids than vegetable fat
known to cause a deficiency of
Research and Development Centre for vitamins C, D, B6, iron, manga- does. The saturated fat is respon-
Nutrition, Department of Health, Bogor, sible in increasing the cholesterol
Indonesia nese, copper, selenium, and
calcium. In the long run, it can and triglycerides levels in the
The Recommended Dietary destroy the kidney, cause anae- blood.
Allowances (RDA) are the mia and other things. Causes of Similarly, animal protein has a
amounts of dietary essential other pollution are also discussed stronger effect on cholesterol
nutrients that prevent the onset in the paper. than vegetable protein does. A
st diet high in animal protein con-
of nutritional deficiency diseases Cermin Dunia Kedokt 1991; 73: 5-8
in almost all individuals in the tent is known to accelerate
population. The RDA's are useful NUTRITION FACTOR IN CARDIO- atherosclerosis.
for: (1) asessing the adequacy VASCULAR DISEASE Vitamins A and E are anti-
of nutritional intake of certain oxidants which can inhibit lipid
Susilowati Herman oxidation. They are important in
groups of people, (2) setting the
plans on giving additional foods
Research and Development Centre for preventing hiperlipoproteinemia
Nutrition, Department of Health, Bogor,
to children under five years old Indonesia
and lowering the risk of athero-
and to institution, (3) planning on genesis. They work synergisti-
providing foods at both the re- The cardiovascular diseases cally; that is, the effect of
gional and national levels. (CVD) has become the primary lowering CVD is greater when
The RDA's, however, have cause of death since 1986. In an they are both used than when
some limitations. They are not effort to overcome this problem, only one of them is used. The
relevant when there is a genetic a lot of efforts in identifying and protective effect of vitamin E is
disorder in a person; such as an controlling the risk factors of CVD also greater in the presence of
inability to use amino acids, vita- have been made. The risk factors vitamins A, C and carotene.
mins or carbohydrate in the diet. are classified into two groups; An increase in the consump-
The RDA's cannot be used also in namely: the primary risk factor tion of calcium could lead to a
chronic degenerative diseases, and the secondary risk factor, reduction in the level of choles-
infections, special diets needing most of which are related to diet terol. Animal studies show that
special medications etc. In cases (nutrition). the incidence of heart and
like this, one needs to study the Clinical studies have shown kidney lesion is also increased
biochemical individuality of the that cholesterol intake is the most with an increase in calcium, in-
person in order to know the level important factor in determining take. The incidence can be
of nutrients required to obtain the level of blood cholesterol. lowered with a diet high in mag-
optimum utilization of the nu- An increase in the level of blood nesium. Correlation of other
trients in the body. The amount of cholesterol or, more appropria- minerals such as sodium and se-
nutrients required by an indivi- tely, an increase in the ratio of lenium to CVD is still not known.
dual is influenced by, among LDL to HDL, will increase the A large consumption of alco-
other things, several environ- chance of getting CVD. hol is known to cause death in
mental conditions such as good In an attempt to correlate the CVD and hypertension. Even-
sanitation, clean water availabi- fat intake to CVD, it is important though a small consumption of
alcohol is advantageous to the
Continued In p. 56

4 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


Artikel

Tinjauan Kecukupan Gizi yang


Dianjurkan dan Penyakit Degeneratif
serta Implikasinya
Darwin Karyadi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Departemen Kesehatan RI, Bogor

PENDAHULUAN umur, jenis kelamin, aktivitas, berat dan tinggi badan, genetika,
Kecukupan gizi yang dianjurkan (Recommended Daily serta keadaan hamil dan menyusukan. Kecukupan gizi yang
Allowance – RDA) sering dipakai sebagai pedoman untuk ke- dianjurkan agak berbeda dengan kebutuhan gizi (requirement).
perluan aplikasi pangan dan gizi, farmasi kedokteran dan mem- Yang terakhir ini lebih menggambarkan banyaknya zat gizi
punyai arti penting; namun di balik pemanfaatan yang positif, minimal yang diperlukan oleh masing-masing individu, jadi ada
diamati pula oleh berbagai pakar adanya kelemahan atau yang tinggi dan ada pula yang rendah, yang dipengaruhi oleh
kekurangan mengingat cepat berkembangnya ilmu pengetahuan berbagai faktor antara lain faktor genetik.
dasar dan terapan gizi dan ilmu-ilmu yang berkaitan. Oleh karena Dalam penghitungan kecukupan gizi yang dianjurkan, pada
itu, kecukupan gizi yang dianjurkan ditinjau kembali setiap umumnya sudah diperhitungkan faktor variasi kebutuhan indi-
waktu tertentu (biasanya 5 tahun) seperti halnya terjadi di vidual, sehingga angka kecukupan gizi yang dianjurkan se-
Indonesia, Amerika Serikat, Eropa dan negara lain. Perubahan- tingkat dengan kebutuhan rata-rata ditambah dua kali simpangan
perubahan didorong oleh hasil-hasil penelitian mutakhir ter- baku (deviasi standar); dengan demikian kecukupan yang di-
utama di bidang ilmu gizi eksperimental pada hewan percobaan anjurkan sudah mencakup lebih dari 97,5% populasi. Untuk
maupun pada manusia. Masalah lain yang timbul ditinjau dari beberapa zat gizi, misalnya berbagai vitamin dan mineral,
segi empiris adalah banyaknya penyakit-penyakit degeneratif kecukupan gizi yang dianjurkan sudah mencakup pula terciptanya
yang melanda terutama masyarakat kota dan atau modern akibat cadangan zat gizi bersangkutan dalam tubuh. Cadangan ini dapat
cepatnya anus urbanisasi dan industrialisasi. Ketidaksesuaian dipakai untuk memenuhi kebutuhan pada waktu konsumsi zat
aplikasi praktisnya ditinjau dari sudut kajian RDA, memerlukan gizi tersebut kurang dari kebutuhan dalam jangka waktu tertentu.
penyempurnaan dan penyesuaian pandangan tentang RDA. Misalnya pada orang dewasa yang konsumsi vitamin A-nya
Suatu sisi lain yang beberapa dekade terakhir merupakan selalu cukup dalam jangka beberapa tahun, di dalam hatinya akan
indeks penting bagi peningkatan mutu kehidupan adalah ke- tertimbun cadangan vitamin A yang dapat memenuhi kebutuhan
sadaran lingkungan hidup yang sangat relevan dengan upaya sampai sekitar tiga bulan tanpa konsumsi vitamin A dari luar
pencegahan penyakit akut maupun kronis termasuk penyakit tubuh.
degeneratif. Pengendalian kualitas lingkungan hidup sangat Kurva 1 berikut ini menggambarkan bagaimana kecukupan
strategis dalam rangka memperlambat proses degeneratif dan bagi sebagian besar penduduk tersebut dicapai.
meningkatkan kemampuan respons imunitas terhadap berbagai Nilai D adalah rata-rata kecukupan, sedangkan nilai F adalah
penyakit yang melanda masyarakat. rata-rata kecukupan ditambah dua kali simpangan baku yang
dihitung dari akar jumlah kuadrat selisih nilai individu dikurangi
BATAS DAN KEGUNAAN RDA nilai rata-rata dibagi jumlah observasi. Konsumsi setingkat F
Kecukupan gizi yang dianjurkan (recommended dietary sudah mencukupi kecukupan 97,5% dari populasi, sehingga bila
allowances disingkat RDA) adalah banyaknya masing-masing kecukupan yang dianjurkan pada tingkat F, hanya sebagian kecil
zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan untuk mencakup populasi (2,5%) yang kecukupan riilnya sedikit di bawah anjur-
hampir semua orang sehat. Kecukupan gizi dipengaruhi oleh an.

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 5


Kurva 1. Distribusi Keukupan Gizi Populasi Kegunaan angka kecukupan gizi yang dianjurkan antara
lain :
rata-rata (1) Untuk menilai kecukupan gizi yang telah dicapai me-
lalui konsumsi makanan bagi penduduk/golongan masyarakat
tertentu yang didapatkan dari hasil survai gizi/makanan. Untuk
penilaian ini perlu diperhatikan bahwa untuk perhitungan ke-
cukupan dipakai patokan berat badan tertentu, misalnya pria
dewasa 55 kg dan wanita dewasa 47 kg. Bila hasil survai me-
nunjukkan bahwa rata-rata berat badan menyimpang dari pa-
tokan, maka perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian angka
kecukupannya. Demikian pula bila skor asam amino dan nilai
kecernaan hidangan berbeda dengan skor dan nilai yang dipakai
dalam menyusun kecukupan ini, perlu dilakukan penyesuaian.
Untuk orang dewasa kecukupan energi dan vitamin yang ada
kaitannya dengan penggunaan energi perlu disesuaikan dengan
Konsumsi kegiatan.
(2) Untuk perencanaan pemberian makanan tambahan ba-
Kecukupan yang dianjurkan selalu didasarkan pada patokan lita maupun perencanaan makanan institusi. Bagi balita gizi
berat badan untuk masing-masing kelompok umur dan jenis ke- kurang, kebutuhan protein dalam gram per kg berat badan sedikit
lamin. Patokan berat badan ini didasarkan pada berat badan yang lebih tinggi daripada anak normal untuk mengejar pertumbuhan.
mewakili sebagian besar penduduk yang digolongkan sehat. Karena itu untuk perhitungan kecukupan akan diberikan khusus
Karena dalam menyusun kecukupan ini lebih didasarkan pada kecukupan yang dianjurkan untuk penderita KKP (Kurang Ka-
"patokan berat badan", maka dalam penggunaannya bila ada lori-Protein). Untuk perencanaan makanan institusi perlu diper-
penyimpangan beratbadan yang cukup berarti, angka kecukupan hatikan jenis kegiatan dan proporsi yang diharapkan dari ma-
ini perlu disesuaikan dengan berat badan tersebut. Dengan kanan institusi terhadap kecukupan sehari. Dengan demikian
mempertimbangkan angka-angka berat badan yang dikumpul- dapat dicapai tingkat konsumsi yang memenuhi kecukupan se-
kan dari berbagai survei gizi dan kesehatan, maka patokan berat hari demi tercapainya produktivitas yang optimal.
badan yang dipakai dalam penyusunan ini adalah seperti yang (3) Untuk perencanaan penyediaan pangan tingkat regional
disepakati dalam hasil Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi maupun nasional. Perhitungan kebutuhan rata-rata energi, pro-
1978, 1983 dan 1988. Data yang dikumpulkan akhir-akhir ini tein, dan zat gizi lain pada tingkat regional/nasional perlu diketahui,
menggambarkan bahwa angka tersebut masih dapat digunakan. demikian pula pola makanannya sehingga penyediaan pangan
Perlu disadari bahwa pencernaan manusia hanya mampu yang mencukupi kebutuhan dapat dirancang. Angka kecukupan
menyerap molekul yang kecil sehingga protein, lemak, dan yang dianjurkan ini adalah kecukupan tingkat fisiologis sehingga
karbohidrat harus dihidrolisis menjadi unit yang paling kecil untuk tingkat produksi dan penyediaan perlu diperhitungkan
sebelum diserap. Protein dihidrolisis menjadi asam amino, zat kehilangan yang terjadi dari tingkat produksi sampai mencapai
pati menjadi glukosa, dan lemak menjadi gliserol dan asam tingkat konsumsi(1,2) .
lemak. Karena itu banyaknya zat gizi yang dapat diserap dan Selanjutnya perlu diungkapkan keterbatasan RDA yang
dipakai tubuh dipengaruhi juga oleh nilai cerna masing-masing tidak dapat mencapai kajian relevansinya tentang : a) Kelainan
zat gizi. Ada pula zat gizi yang nilai cernanya sangat rendah metabolik yang diturunkan (genetik) seperti ketidakmampuan
karena membentuk kompleks dengan zat lain. Zat besi mudah memanfaatkan berbagai asam amino, vitamin dan karbohidrat
membentuk kompleks dengan asam fitat maupun oksalat yang dalam diet. b) Penyakit menahun seperti penyakit degeneratif,
banyak terdapat dalam sayuran dan serealia, karena itu nilai kardiovaskular tertentu, paru-paru dan ginjal. c) Diit khusus
cernanya atau jumlah yang dapat diserap hanya sekitar 5-10%. dibutuhkan untuk pengobatan tertentu. d) Infeksi. e) Kelahiran
Perlu diketahui bahwa zat-zat gizi saling berinteraksi satu prematur dan f) Evaluasi diit individual, karena kecukupan hanya
sama lain, yaitu kehadiran suatu zat gizi secara berlebihan atau- diperuntukkan untuk golongan penduduk(3). Jadi diperlukan
pun kekurangan akan mempengaruhi ketersediaan, penyerapan, interpretasi dan persepsi yang tepat dalam mengartikan RDA ini.
maupun metabolisme zat gizi yang lain. Misalnya kekurangan
vitamin A dapat mempengaruhi status besi dalam tubuh. Keku- KRITERIA KE TUJUH
rangan vitamin D akan mempengaruhi penyerapan dan meta- Walford(4) dalam tinjauan RDA mengamati kontroversi
bolisme kalsium. Adanya interaksi antara berbagai zat gizi ini tentang perlunya suplementasi vitamin mineral, karena argu-
memberi gambaran perlunya diupayakan suatu keseimbangan mentasi bahwa RDA yang disusun akan memenuhi persyaratan
(balance) zat-zat gizi yang dikonsumsi. Semakin bervariasi gizi. Dirangkaikan dasar-dasar pengetahuan RDA yang me-
atau beranekaragam menu kita, maka semakin tcrcapai kese- menuhi enam persyaratan yaitu : 1) Jumlah zat gizi tertentu yang
imbangan dalam interaksi antara zat gizi, yang akan terpenuhi dikonsumsi oleh golongan penduduk yang sehat. 2) Jumlah yang
dengan pedoman "empat sehat lima sempurna". dibutuhkan untuk mencegah penyakit tertentu, terutama penya-
k

6 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


kit defisiensi gizi. 3) Derajat saturasi jaringan atau kecukupan 45 zat gizi yang saling berinteraksi). Kebiasaan makanan yang
fungsi faali terkait dengan zat gizi tertentu. 4) Studi keseimbang- dibawa sejak kecil sangat terlekat dengan faktor sosio-budaya,
an zat gizi yang mengukur status gizi, sehubungan dengan derajat ketersediaan biologis zat gizi, keadaan sehat atau sakit,
konsumsi (intake), kebutuhan minimum atau titik keseimbang- kisaran kebutuhan individual, perilaku hidup (lifestyles), dan
an nol. 5) Studi eksperimental sukarelawan yang mengauskan faktor polusi yang terkendalikan dan yang tak terkendalikan
(deplete) zat gizi tertentu dan dilanjutkan dengan koreksi tanda yang selanjutnya mempengaruhi tubuh atau status gizi dan ke-
defisiensi klinis, meresuplai jumlah zat gizi tertentu spesifik sehatan.
tersebut. 6)Ekstrapolasi dari eksperimen hewan percobaan yang
dibuat defisiensi zat gizi tunggal tertentu dari diet. GIZI DAN WAWASAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Dengan mengutip pemyataan Ketua Komite Ilmiah Akademi Kebutuhan gizi sangat dipengaruhi oleh kualitas kesehatan
Nasional tentang RDA Dr. Henry Kamin sebagai berikut : "I lingkungan; sanitasi lingkungan, kebersihan air maupun ke-
must admit that we do not have much information about the amanan (safety) pangan dapat menentukan kualitas kehidupan
intake of specific nutrients and remote rather than short-term manusia umumnya dan status gizi dan kesehatan khususnya.
effects", Walford(4) kemudian menambahkan satu kriteria lagi Dengan isu mutakhir tentang pemanasan bumi dan perubahan
berdasarkan pernyataan di atas menjadi kriteria ke tujuh. Asumsi iklim, efek radiasi sinar ultraviolet dapat mempengaruhi ke-
yang dikemukakan yaitu dampak kelangsungan hidup (survival), butuhan gizi tertentu, terutama dari golongan antioksidan untuk
tipe kanker, prevalensi penyakit degeneratif selama rentang menangkal pengaruh negatif radikal bcbas.
hidup (life-span) akan memberi gambaran berbeda bila ditambah Sejak lebih dari dua puluh tahun berselang, dunia kedokter-
satu kriteria lagi. Dengan mempertimbangkan hasil temuan di an di luar negeri telah membuktikan pengaruh merokok terhadap
bidang gerontologi ditambah hasil penelitian suplementasi pada kejadian kanker, penyakit kardiovaskular, bronkhitis, emfisema,
manusia terhadap parameter fungsional seperti kemampuan dan sindrom berat badan lahir rendah; juga polusi udara karena
respons imunitas, pemberian suplementasi gizi tertentu di atas merokok terutama yang pasif dapat mengauskan cadangan vita-
nilai-nilai RDA dapat dipertanggungjawabkan. min C yang pada gilirannya dapat menurunkan daya tahan tubuh.
Polusi yang tidak terkendalikan akibat pesatnya industrialisasi
SIFAT BIOKIMIA PERORANGAN (BIOCHEMICAL dan urbanisasi sering dialami dalam kehidupan sehari-hari se-
INDIVIDUALITY) perti kadmium dalam asap rokok, ikan yang mungkin tercemar
Setiap orang mempunyai keunikan struktur (organ tubuh, merkuri, merkuri dalam sepuhan rambut, kosmetik yang tidak
jaringan, sel-sel) dan fungsi. Untuk mencapai kesehatan optimal, aman, Pb dalam uapan gas kendaraan, pestisida, inscktisida,
mengingat karakteristik yang bervariasi, diperlukan zat-zat gizi plasticizers yang mengandung PCB (polychlorinated biphenyl)
yang berbeda untuk setiap individu. Sifat yang khas tersebut atau polyvinyl chloride (PVC). Masih banyak polutan toksik
dikemukakan oleh Roger Williams(5) bahwa fungsi-fungsi ber- yang bisa menimbulkan penyakit degeneratif, sebahagian masih
beda antara individu berimplikasi kebutuhan berbagai zat gizi asumsi meskipun sudah dibuktikan dengan percobaan hewan,
yang berbeda pula. karena sangat tidak mungkin membuktikannya pada manusia.
Berbagai pengalaman klinis dan ratusan makalah tentang Sebagai contoh dikemukakan dua contoh berikut ini. Pe-
biochemical individuality mengenai zat-zat gizi asam amino, ngaruh kadmium telah dibuktikan dapat menyebabkan defisiensi
vitamin dan mineral mengungkapkan perkembangan menuju zat-zat gizi tertentu seperti vitamin C, D, B6, seng, besi, mangan,
suave konsep yang dikemukakan oleh DR. Jean Dausset, pe- Cu, selenium dan kalsium(7). Pada jangka pan jang dapat merusak
menang hadiah Nobel tahun 1980 yang disebut "Kompleks ginjal, kelenjar adrenal dan anemia(8). Penimbunan kadmium
histokompatibilitas. dan sistem immunitas terhadap penyakit dalam tubuh berlangsung lamban di organ ginjal dan hati dan
dan proses degeneratif". Setiap tubuh manusia mempunyai sedikit sekali yang dapat dikeluarkan(9); ternyata vitamin C dan
keunikan dengan sifat kompleks histokompabilitas sehingga besi dapat mengurangi deposit kadmium tersebut dan zat gizi
kebutuhan dukungan kecukupan gizinya berbeda-beda untuk selenium dan seng dapat berfungsi sebagai proteksi terhadap
mencapai fungsi optimal. Pernyataan Dausset sebagai berikut : toksisitas kadmium(10). Contoh lainnya adalah Pb dari uapan gas
"An inventory of the immunological capacities of each individual kendaraan umum dan dari makanan. Polusi Pb yang progresif
will need to be drawn up ..... In this way, preventive medicine of mengakibatkan anemia, kerusakan ginjal, tiroid, jantung serta
high precision will be possible; a personalized medicine that will degenerasi otak(11). Sumber kontaminasi Pb dalam makanan,
be more efficient and less burdensome for the community than the terutama dari makanan kaleng yang rusak seperti sup, ikan,
present mass system"(6). daging dan sebagainya dapat mengandung Pb melebihi nilai
toleransi maksimal sebesar 150 mcg sehari(12). Defisiensi gizi
FAKTOR-FAKTOR ATAU DETERMINAN YANG ME- lebih memperberat pengaruh Pb, terutama bila cadangan seng,
NENTUKAN PENGGUNAAN JUMLAH ZAT GIZI besi, kalsium dan fosfor berkurang(13), suplementasi mineral
Utilisasi atau pemanfaatan suatu zat gizi dalam tubuh, organ khususnya besi dan seng memulihkan keracunan Pb(13), ke-
dan di tingkat sel yang berjumlah billiunan sangat tergantung dari mudian terungkap pula bahwa suplemen vitamin E dapat
kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi (ada kurang lebih mengurangi keracunan Pb(14). Ketahanan tubuh terhadap zat-zat
11

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 7


toksik dari lingkungan perlunya diupayakan melalui status gizi yang Indonesia (LIPI). 1988. hal. 112.
3. Hegarty V. Decisions in Nutrition. Times Mirror/Mosby College Publish-
optimal. ing, 1988. hal. 47.
4. Walford RL. The 120 year Diet. New York : Simon and Schuster. 1986.
KESIMPULAN hal. 155.
Telah diuraikan tinjauan pengertian, batasan, kegunaan ke- 5. Williams RJ. Biochemical individuality. New York: Wiley. 1956.
6. Dausset J. Science 1981; 213: 1474.
cukupan gizi yang dianjurkan (RDA). Diamati kemajuan penge- 7. Spivey MR. et al. In: Micronutrient Interactions: Vitamins, minerals and
tahuan ilmu gizi serta aplikasinya dan meningkatnya penyakit hazardous elements. Levander OA, Cheng L. (eds). Ann. N.Y. Acad. Sci.
degeneratif terutama sebagai akitiat urbanisasi, industrialisasi 1980; 355.
yang cepat, peningkatan polusi lingkungan yang tidak terhindar- 8. Nordberg (ed). Effects and Dose Response Relationship of Toxic Metals.
Amsterdam: Elsevier, 1976.
kan dan faktor-faktor penghambat konsumsi zat gizi lainnya. 9. Spivey. In: Micronutrient Interactions: Vitamins, Minerals and Hazardous
Melalui pendekatan dari segi gerontologi dan keamanan ke- elements. Levander OA, Cheng L. (eds). Ann. N.Y. Acad. Sci. 1980; 355.
cukupan gizi pada rentang hidup (lifespan), sifat biokimia per- 10. Mason KB, Young JO. Selenium in Biomedicine. ed. OH. Muth dkk.
orangan yang mencirikan juga kompleks histokompatibilitas Wetport Conn., 1967.
11. Petering HG. In: Micronutrient Interactions: Vitamis, Minerals and
tubuh untuk mencegah penyakit degeneratif dapat dijadikan Hazardous elements. Levander OA, Cheng L (eds). Ann. N.Y. Acad. Sci.
dasar pemecahan masalah pencegahan penyakit degeneratif. 1980; 355.
12. Consumer Report, July 1981. p. 376.
KEPUSTAKAAN 13. Mahaffey KR, Rader JI. In: Micronutrient Interactions: vitamins, minerals
and hazardous elements. Levander OA, Cheng L. (eds). Ann. N.Y. Acad. Sci.
1980; 355.
1. Darwin Karyadi, Muhilal. Kecukupan gizi yang dianjurkan. Jakarta: 14. Levander OA, Cheng L. (eds). Micronutrients Interactions: vitamins,
Gramedia. 1985. hal. 3. minerals and hazardous elements. Ann. N.Y. Acad. Sci. 1980; 355
2. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. Lembaga Ilmu Pengetahuan
9

8 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


Teori Radikal Bebas
dalam Gizi dan Kedokteran
Muhilal
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Departemen Kesehatan RI, Bogor

SUMMARY

A free radical is any species capable of independent existence that contains one/more
unpaired electrons. One source of the initial production of free radicals is the reduction of
molecular oxygen to water which involves several active intermediates producing
hydrogen peroxide. The existing iron will react with hydrogen peroxide to produce the
hydroxy radical. The hydroxy radical is regarded as potentially the most severe threat to
a living system. Targets for attacks are DNA, protein and polyunsaturated fatty acid
phospholipids. Examples of diseases caused by free radical attacks are atherosclerosis,
cataract, cancer, autoimmune, aging and many others. Minerals and antioxidants
necessary as free radical scavengers are Zn, Se, Mn, Cu, vitamin E, beta-carotene and
vitamin C. These nutrients should be available in adequate amounts every day in daily diet
or by supplementation.

PENDAHULUAN tentang radikal bebas ini semakin banyak meskipun belum


Kehidupan manusia mutlak memerlukan oksigen. Peran seluruhnya terungkap dengan sangat jelas dan sangat terinci.
utama oksigein dalam kehidupan manusia adalah dalam proses Masalah radikal bebas sudah pernah ditulis dalam CERMIN
oksidasi pembentukan energi (aerob). Kekurangan oksigen dalam DUNIA KEDOKTERAN antara lain oleh FD Suyatna dengan
beberapa menit akan berakibat sangat fatal. Dalam tahap akhir judul Radikal Bebas dan Iskemia(3).
proses oksidasi ini oksigen direduksi untuk membentuk molekul Untuk memberi gambaran mengenai radikal bebas, dalam
H2O. Proses reduksi oksigen dalam rangkaian elektron transpor makalah ini akan ditelaah secara singkat tentang definisi radikal
di mitochondria ini merupakan contoh salah satu awal yang bebas, terbentuknya, kerusakan yang dapat ditimbulkannya dan
berpeluang untuk terbentuknya radikal bebas karena ada peluang kemungkinan pencegahannya.
tidak seluruh oksigen tereduksi men jadi H20 . Tentu saja banyak
proses-proses lain yang mempunyai peluang untuk terbentuknya DEFINISI RADIKAL BEBAS
radikal bebas(1,2). Radikal bebas (free radical) didefinisikan sebagai suatu
Radikal bebas banyak mendapat perhatian akhir-akhir ini atom atau molekul yang mempunyai satu elektron atau lebih
karena dianggap berperan cukup signifikan dalam proses terjadi- yang tanpa pasangan(1). Dengan demikian secara teoritis radikal
nya berbagai penyakit degeneratif, antara lain atherosklerosis, bebas dapat terbentuk bila terjadi pemisahan ikatan kovalen.
katarak, penyakit jantung, kanker, autoimun dan ketuaan. Karena Untuk menggambarkan suatu atom atau molekul berupa radikal
itu teori radikal bebas dan cara-cara pemunahannya mendapat bebas biasanya diberikan tanda titik di sebelah atas, misalnya
perhatian cukup besar dalam bidang gizi dan kedokteran akhir- OH .
akhir ini. Makalah-makalah dari hasil penelitian maupun telaah Radikal bebas dianggap berbahaya karena menjadi sangat

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 9


reaktif dalam upaya mendapatkan pasangan elektronnya; dapat Radikal hidroksil dapat juga terbentuk dari peroksida karena
pula terbentuk radikal bebas baru dari atom atau molekul yang adanya ozon (O3).
elektronnya terambil untuk berpasangan dengan radikal bebas Contoh lain radikal bebas yang sangat reaktif ialah trichlo-
sebelumnya. ·
romethyl peroksil (CCl3OO ) yang dapat terbentuk dari oksidasi
Dalam gerakannya yang tidak beraturan, karena sangat CCl4.
reaktif, radikal bebas dapat menimbulkan kerusakan di berbagai
bagian sel. KERUSAKAN YANG DAPAT TIMBUL
Kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh serangan radikal
PEMBENTUKAN RADIKAL BEBAS bebas antara lain :
Awal terjadinya radikal bebas antara lain dari proses reduksi
molekul oksigen (zat asam) dalam rangkaian elektron transpor 1) Membran sel
dalam mitochondria atau dalam proses-proses lain yang terjadi Terutama komponen penyusun membran berupa asam
secara acak dari berbagai proses kimiawi dalam tubuh yang lemak tak jenuh yang merupakan bagian dari fosfolipid dan
melibatkan senyawa organik maupun inorganik. mungkin juga protein. Perusakan bagian dalam pembuluh
Radikal bebas yang berupa peroksil anion ini akan bereaksi darah akan mempermudah pengendapan berbagai zat pada
dengan dua proton (2 H+) membentuk hidrogen peroksida (H2O2). bagian yang rusak tersebut, termasuk cholesterol, sehingga
Hidrogen peroksida dapat pula terbentuk dari air (H20) yang timbul atherosklerosis. Serangan radikal hidroksil pada asam
terkena radiasi (sinar B maupun J) dan karena proses-proses lain. lemak tak jenuh dimulai dengan interaksi oksigen pada
Dengan keberadaan zat besi (Fe2+) hidrogen peroksida tersebut rangkaian karbon pada posisi tak jenuh sehingga terbentuk
mengalami serangkaian reaksi sehingga terbentuk radikal lipid hidroperoksida, yang selanjutnya merusak bagian sel di
·
hidroksil (OH ) yang sangat reaktif. Radikal bebas yang ter- mana hidroperoksida ini berada(4,5).
bentuk ini mempunyai masa paruh yang sangat pendek, tetapi 2) Kerusakan protein
tetap mempunyai potensi besar yang dapat merusak sel. Radikal Terjadinya kerusakan protein termasuk oksidasi protein
hidroksil, yang diduga dalam kehidupan kita banyak terbentuk, akan mengakibatkan kerusakan jaringan tempat protein itu berada;
dianggap lebih berbahaya dibanding bentuk radikal bebas yang sebagai contoh kerusakan protein pada lensa mata mengakibatkan
lain(1,2). terjadinya katarak(6).
Pembentukan radikal hidroksil secara teoritis sebagai
berikut : 3) Kerusakan DNA (deoxy nucleic acid)
Radikal bebas hanya salah satu dari banyak faktor yang
H2O2 + Fe2+ Fe3+ + OH- + OH· menyebabkan kerusakan DNA. Penyebab lain misalnya virus,
(radikal hidroksil) radiasi dan zat kimia karsinogen. Sebagai akibat kerusakan DNA
Reaksi di atas disebut reaksi Fenton karena pertama kali ini dapat timbul penyakit kanker(1,2). Kerusakan dapat berupa
diungkapkan oleh Fenton pada tahun 1894. kerusakan awal, fase transisi dan permanen.
Adanya ion Cu+ (cupro) akan pula memberikan reaksi yang 4) Peroksida Iipida
sama seperti halnya dengan ferro. Lipida dianggap molekul yang paling sensitif terhadap
H202 + Cu+ Cu2+ + OH- + OH· serangan radikal bebas sehingga terbentuk lipid peroksida. Ter-
(radikal hidroksil) bentuknya lipid peroksida yang selanjutnya dapat menyebabkan
kerusakan lain dianggap salah satu penyebab pula terjadinya
Tubuh manusia sebenarnya sudah mempunyai proteksi yang berbagai penyakit degeneratif(1,2).
luar biasa terhadap peluang adanya ion ferro ini.
Zat besi dalam tubuh sudah terikat oleh berbagai senyawa 5) Dapat menimbulkan autoimun
misalnya oleh transferin dalam serum, oleh feritin dalam sim- Autoimun adalah terbentuknya antibodi terhadap suatu sel
panan, oleh haem dalam hemoglobin dan mioglobin dan dalam tubuh biasa. Pada keadaan normal antibodi hanya terbentuk bila
sel terikat oleh berbagai senyawa yang bersifat kelat (chelating ada antigen yang masuk dalam tubuh(1). Adanya antibodi untuk
agent). Sehingga keberadaan zat besi bebas untuk mereka yang sel tubuh biasa dapat merusak jaringan tubuh dan sangat ber-
tidak mengalami kelebihan konsumsi zat besi adalah sangat bahaya.
kecil. Perlu diingat zat besi cukup penting untuk mencegah
anemi, memelihara daya tahan tubuh serta produktivitas kerja. 6) Proses ketuaan
Selain itu sudah ada mekanisme dalam tubuh untuk memunah- Secara teori radikal bebas dapat dipunahkan oleh berbagai
kan radikal bebas selama zat pemunahnya tersedia. Dengan antioksidan, tetapi tidak pernah mencapai 100%. Karena itu
sendirinya pemunahan radikal bebas mungkin tidak pernah ter- secara pelan dan pasti terjadi kerusakan jaringan oleh radikal
jadi 100%, misalnya mencapai 99,99%. Belum pemah ada yang bebas yang tidak terpunahkan. Kerusakan jaringan secara pelan
secara pasti menduga berapa persen maksimal radikal bebas ini merupakan proses terjadinya ketuaan. Yang ingin awet muda
yang dapat dinetralisir dalam tubuh. Penelitian in vivo kiranya perlu banyak mengkonsumsi zat gizi yang dapat memunahkan
tidak (belum ?) akan mampu mengungkapkannya. radikalbbebas(1).

10 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


KEMUNGKINAN PENCEGAHAN/PEMUNAHAN RA- berperan sebagai antioksidan secukupnya setiap hari, sehingga
DIKAL BEBAS keberadaan antioksidan tepat tempat, tepat waktu dan tepat dosis
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat terjadi seperti yang diharapkan pada berbagai bagian sel.
dilakukan antara lain dengan : Bila kerusakan sudah terjadi, maka antioksidan rupanya
1) Pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun tidak mampu memperbaiki tetapi dapat mencegah terjadinya
hasil metabolisme oksigen oleh enzim superoksid dismutase kerusakan lebih lanjut.
(SOD). Enzim SOD di mitochondria mengandung Mn (mangan), Tambahan konsumsi berbagai zat gizi tersebut diatas melalui
sedangkan dalam sitosol bekerjanya enzim SOD memerlukan pil, kapsul dan sebagainya hanya diperlukan bagi mereka yang
bantuan Cu (tembaga) dan Zn (seng). konsumsi dari makanannya tidak memenuhi kecukupan. Tetapi
Dengan demikian pengendalian tahap awal radikal bebas dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan yang diterbitkan di
yang terbentuk pada tingkat awal memerlukan bantuan mineral Indonesia belum ada komposisi Zn, Mn, Cu, Se dan vitamin E,
Mn, Cu dan Zn. Selenium (Se) merupakan mineral yang berperan sehingga mereka yang menyadari pentingnya pemunahan radi-
sebagai antioksidan. Ke empat mineral tersebut perlu tersedia kal bebas dapat mengkonsumsi ekstra zat gizi tersebut dari pil
cukup dalam makanan kita. ataupun kapsul.
2) Pemunahan dengan menggunakan zat gizi yang juga ber- Mengingat adanya dugaan kuat bahwa awal pembentukan
peran sebagai antioksidan; yang sudah banyak diteliti yakni radikal bebas adalah dari oksigen maka menjadi pertanyaan
vitamin E, karoten dan vitamin C. apakah bagi yang senang berolahraga, yang otomatis mengkon-
Vitamin E dan karoten merupakan antioksidan yang larut sumsi oksigen lebih banyak, mempunyai peluang lebih besar
dalam lemak (tidak polar) sedangkan vitamin C merupakan mengalami kerusakan sel akibat banyaknya radikal bebas yang
antioksidan yang larut dalam air (polar). Kedua jenis antioksidan terbentuk? Hasil pengumpulan data oleh Pauling terhadap 461440
harus selalu ada dalam tubuh. pria berumur 45 sampai 90 tahun menggambarkan bahwa angka
kematian jauh lebih rendah bagi yang banyak berolahraga(9). Hal
Hasil berbagai penelitian dengan menggunakan hewan per- ini menggambarkan bahwa tubuh masih mampu memunahkan
cobaan telah mendukung teori bahwa konsumsi antioksidan yang radikal bebas yang mungkin terbentuk waktu terjadi peningkat-
memadai dapat mengurangi peluang terjadinya berbagai pe- an konsumsi oksigen; meskipun demikian olahraga yang ber-
nyakit degeneratif termasuk kanker. Demikian pula berbagai lebihan juga tidak dianjurkan.
hasil kajian secara epidemiologis serta penelitian retrospektif
pada manusia memberikan hasil yang serupa. Berbagai pene-
litian tersebut telah mengungkapkan : KEPUSTAKAAN
— Peran vitamin E dan vitamin C untuk mengurangi risiko
1. Halliwell B, Gutteridge JMC. Free radicals in biology and medicine. Oxford:
penyakit kardiovaskular(4,5). Clorendon Press, 1985.
— Peran vitamin E dan vitamin C untuk mencegah katarak(6). 2. Diplock AT. Antioxidant nutrients and disease prevention: an overview.
— Peran beta karotin dalam mencegah kanker(7). Am. J. Clin. Nutr. 1991; 53: 189 S — 193 S.
Dalam aplikasi kehidupan sehari-hari berbagai zat gizi yang 3. Suyatna FD. Radikal bebas dan iskemia. Cermin Dunia Kedokt. 1989; 57:
25— 8.
bersifat antioksidan tersebut banyak terdapat dalam sayuran dan 4. Esterbauer H, Rothemeder MD, Striegi G, Waeg G. Role of vitamin E in
buah-buahan. Bila konsumsi Zn, Se, Cu, vitamin E, vitamin C preventing the oxidation of low density lipoprotein. Am. J. Clin. Nutr. 1991;
dan karotin dari makanan sudah mencukupi maka tidak di- 53: 314 S — 321 S.
perlukan suplemen. 5. Trout DL. Vitamin C and cardiovascular risk factor. Am. J. Clin. Nutr. 1991;
53: 322 S — 325 S.
Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat
6. Roberston J Mc D, Douner AP, Trevithick JR. A possible role of for vitamin
tempat, tepat waktu dan tepat dosis. Bila antioksidan diperlukan C and E in cataract prevention. Am. J. Clin. Nutr. 1991; 53: 346 S — 351 S.
pada membran dari mikrosom sedangkan keberadaannya di 7. Stahelin HB, Gey KF, Eichholzer M, Ludin E. B carotene and cancer
sitosol maka antioksidan tersebut tidak tepat tempat. Dalam prevention : The Basel Study. Am. J. Clin. Nutr. 1991; 53: 265 S — 269 S.
kehidupan sehari-hari yang dapat dilakukan untuk memunahkan 8. Ziegler RG. Vegetables, fruit and carotenoids and the risk of cancer. Am. J.
Clin. Nutr. 1991; 53: 251 S — 269 S.
radikal bebas yang terbentuk ialah mengkonsumsi zat gizi yang 9. Pauling L. How to live longer and feel better. New York: Avon Books, 1986.
gg

Beauty passes, wisdom remains

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 11


Pengaruh Gizi terhadap Penyakit
Kardiovaskular
Susllowati Herman
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Departemen Kesehatan RI, Bogor

PENDULUAN son dan Somer, 1985 mengelompokkan faktor risiko penyakit


Di Indonesia, kedudukan penyakit kardiovaskular sebagai kardiovaskular menjadi dua kelompok yaitu faktor risiko primer
penyebab kematian semakin meningkat. Pada SKRT (Survai dan faktor risiko sekunder. Faktor risiko primer mencakup hiper-
Kesehatan Rumah Tangga) tahun 1972, penyakit ini masih tensi, merokok, kholesterol darah meninggi, dan meningginya
menduduki peringkat ke empat, dan delapan tahun kemudian kholesterol berkerapatan rendah (LDL). Sementara faktor risiko
menjadi peringkat ke tiga(1,2). Enam tahun berikutnya yaitu tahun sekunder mencakup obesitas atau kegemukan (berat badan ≥ =
1986, penyakit kardiovaskular menjadi pembunuh nomor satu 20% dari berat ideal), diabetes, stres, kurang kegiatan fisik
untuk usia di atas 45 tahun(3). Keadaan ini tidak jauh berbeda (aerobik), keturunan (genetik), jenis kelamin (pria), trigliserida
dengan yang dikemukakan oleh Direktur Jenderal Badan Ke- darah meninggi, dan meningkatnya umur(5). Sampai saat ini
sehatan Dunia (WHO), Hitoshi Nakajima dalam World Health masih terdapat kontroversi apakah obesitas termasuk faktor
Assembly 1990, bahwa penyakit kardiovaskular merupakan risiko primer atau sekunder(6). Faktor risiko, apakah berupa diet,
pembunuh nomor satu di dunia. Diperkirakan 12 juta orang me- kebiasaan atau bertambahnya umur, merupakan tanda bahaya.
ninggal setiap tahun karena penyakit kardiovaskular, sementara Jika diabaikan, akan merupakan predisposisi seseorang ber-
penyakit kanker 4,8 juta dan diare 5 juta orang(4). peluang lebih besar, cepat atau lambat, menderita penyakit yang
Dalam mengantisipasi kecenderungan penyakit kardio- dialami orang lain dengan ciri-ciri atau karakteristik yang sama.
vaskular yang semakin meningkat dan mengkhawatirkan, WHO Jika seseorang mempunyai tiga faktor risiko, peluang menderita
telah memprakarsai studi MONICA (Multinational Monitoring of penyakit jantung enam kali lebih besar daripada orang lain yang
Trends Determinants in Cardiovascular Diseases) yang di- hanya memiliki satu faktor risiko. Secara skematis faktor-faktor
mulai tahun 1984. Studi ini melibatkan sekurang-kurangnya 26 risiko tersebut digambarkan pada Gambar 1(5). Faktor risiko
negara, termasuk Indonesia. Upaya-upaya untuk mengidenti- seperti genetik, bertambahnya umur, ras dan jenis kelamin (le-
fikasi faktor risiko penyakit kardiovaskular dan kemudian laki) tidak dapat dikendalikan. Tampak jelas pada Gambar 1,
mengendalikan beberapa faktor risiko yang mungkin dapat di- bahwa sebagian besar faktor risiko berkaitan dengan diet. Akan
kendalikan, merupakan langkah strategis dalam pencegahan tetapi pengaturan diet saja tidak menjamin penyakit jantung
penyakit kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular dapat berben- dapat dicegah. Bagaimanapun, peran gizi dalam beberapa faktor
tuk atherosklerosis, penyakit jantung koroner, serangan jantung risiko primer dan sekunder, dapat memberi sumbangan dalam
(heart attack), stroke, hipertensi, kegagalan jantung kongestif pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskular.
dan penyakit vaskuler perifer(5). Makalah ini akan membahas Penyebab penyakit kardiovaskular adalah multifaktorial.
beberapa faktor risiko penyakit kardiovaskular, dan lebih tajam Secara umum telah disepakati bahwa kadar kholesterol yang
lagi akan dibahas pengaruh gizi terhadap penyakit tersebut. tinggi dalam darah, hipertensi, dan merokok berperanan penting
dalam terjadinya atherosklerosis yang merupakan salah satu
FAKTOR RISIKO bentuk penyakit kardiovaskular(7).
Faktor risiko diartikan sebagai karakteristik apa saja yang PERANAN GIZI
berasosiasi dengan insiden suatu penyakit di atas rata-rata. Garri- Seperti telah dikemukakan sebagian besar faktor risiko
aa aaaaa

12 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


rumus tersebut adalah sebagai berikut :

delta Chol = 1,35 (2 delta S — delta P) + 1,52 delta Z(9)


delta chol = 2,16 delta S — 1,65 delta P + 0,0677 delta C — 0,53(10)
Delta Chol = estimasi perubahan kholesterol dalam darah (mg/dl)
Delta S = perubahan persen energi yang berasal dari lemak jenuh per hari
Delta P = perubahan persen energi yang berasal dari lemak tak jenuh ganda
Delta Z = perubahan akar kuadrat dari masukan kholesterol dalam mg per
1000 Kilo kalori
Delta C = masukan kholesterol (mg/hari).

Rumus atau formula di atas berlaku secara umum, namun se-


tiap individu mempunyai respon yang berbeda terhadap masukan
kholesterol. Perbedaan respon ini disebabkan pengendalian se-
cara genetik dalam metabolisme lemak(11,12). Sebagai konse-
kuensinya akan terdapat kelompok orang yang tidak mengalami
kenaikan kadar kholesterol dalam darahnya walaupun masukan
kholesterol meningkat tajam. Kelompok orang-orang ini dina-
Faktor risiko lainnya : tekanan batin (stress), umur, genetik, gizi-buruk makan hiporesponder. Sebaliknya terdapat pula kelompok orang
penyakit jantung, baik faktor risiko primer maupun sekunder, yang mengalami kenaikan kadar kholesterol dalam darah secara
banyak berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan diet. tajam, walaupun masukan kholesterolnya hanya meningkat se-
Faktor gizi yang akan dibahas lebih lanjut dalam bab ini adalah dikit. Kelompok ini disebut hiperresponder. Susilowati, 1991
masukan kholesterol, jumlah dan macam lemak, energi, protein, dalam penelitiannya menggunakan tikus percobaan mendapatkan
vitamin A, E dan C, serat makanan dan beberapa mineral bahwa masukan kholesterol yang tinggi dalam makanan dapat
khususnya Na, Fe, Ca, Mg, Cu, Zn dan Se. Sementara faktor mempengaruhi kadar kholesterol darah dan meningkatkan
bukan gizi yang akan dibahas adalah alkohol dan kopi. kholesterol dalam hati secara dramatis(13).
Masukan kholesterol Masukan lemak
Kholesterol dalam darah berasal dari dua sumber, yaitu diet Dalam mengkaji hubungan antara masukan lemak dengan
atau kholesterol eksogen dan hasil sintesis dalam tubuh atau penyakit kardiovaskular, perlu diperhatikan proporsi energi
kholesterol endogen. Hanya sekitar 25%—50% kholesterol dari berasal dari lemak serta macam lemak yang dikonsumsi.
diet yang dapat diabsorbsi, selebihnya dibuang melalui tinja. Jika Berdasarkan sumbernya lemak dapat dibedakan menjadi
masukan kholesterol meningkat, sintesis kholesterol akan ditekan. dua yaitu lemak nabati dan hewani. Secara umum lemak
Studi klinis, epidemiologi maupun studi dengan hewan per- nabati lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh ganda
cobaan memperlihatkan bahwa masukan kholesterol merupakan (PUFA = Polyunsaturated fatty acid) maupun tunggal (MUFA =
faktor terpenting yang menentukan kadar kholesterol dalam Monounsaturated fatty acid), kecuali lemak yang berasal dari
darah. Peningkatan kholesterol dalam darah merupakan faktor kelapa. Sementara lemak hewani umumnya banyak mengan-
risiko yang penting pada penyakit kardiovaskular. Risiko ini dung lemak jenuh (SAFA = Saturated fatty acid), seperti asam
terutama berhubungan dengan peningkatan kadar kholesterol miristat (C14), asam palmitat (C16), asam stearat (C18). Meng-
berkerapatan rendah (LDL) dalam darah. Sebaliknya penurunan konsumsi banyak asam lemak jenuh akan meningkatkan kadar
kadar kholesterol berkerapatan tinggi (HDL) juga merupakan kholesterol dan trigliserida dalam darah. Makanan hewani selain
faktor risiko penyakit kardiovaskular. Dengan demikian konsep banyak mengandung lemak jenuh juga mengandung kholesterol,
normal kadar kholesterol total dalam darah hanya mempunyai sebaliknya makanan nabati yang sedikit mengandung lemak
arti kecil; studi observasi menunjukkan bahwa satu populasi jenuh, juga tidak mengandung kholesterol.
dengan rata-rata kholesterol total dalam darah 10% lebih rendah Macam lemak dalam diet merupakan faktor tunggal dalam
daripada populasi lain, akan menderita penyakit kardiovaskular diet yang paling kuat mempengaruhi konsentrasi kholesterol.
sepertiga lebih rendah, dan perbedaan 30% kholesterol total Studi di tujuh negara menunjukkan hubungan yang positif antara
dalam darah diperkirakan menyebabkan perbedaan penyakit masukan lemak jenuh dan insiden kardiovaskular selama 10
kardiovaskular sampai empat kali(8). Rasio LDL-HDL merupa- tahun. Populasi dengan rata-rata masukan lemak jenuh 3% dan
kan faktor risiko yang lebih penting daripada total kholesterol 10% dari masukan energi, bercirikan kholesterol total dalam
dalam darah maupun LDL dan HDL secara terpisah(6). Keys dkk darah 5,17 mmol/l (200 mg/dl), dan tingkat kematian karena
pada tahun 1965 dan Hegsted dkk pada tahun yang sama telah penyakit kardiovaskular juga rendah. Jika masukan lemak jenuh
mengembangkan suatu formula (rumus) untuk mengestimasi di atas 10% dari masukan energi, akan terlihat peningkatan
atau memperkirakan perubahan kholesterol dalam darah. Kedua kematian karena penyakit kardiovaskular(8). Di antara berbagai
a aa

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 13


macam asam lemak jenuh, asam palmitat (C16:0) dan asam Masukan energi
miristat (C14:0), mempunyai pengaruh paling kuat terhadap Masukan energi yang berlebihan baik energi yang berasal
kholesterol total dalam darah. Sementara asam lemak jenuh dari karbohidrat, lemak, protein maupun alkohol, dapat mem-
dengan rantai karbon di bawah 10 atau di atas 18, pengaruhnya pertinggi trigliserida dan kholesterol dalam darah. Dalam
kurang kuat terhadap kholesterol total dalam darah. Asam laurat mempelajari hubungan antara masukan energi dengan penyakit
(C12:0) dan asam miristat (C14:0) banyak terdapat pada minyak kardiovaskular, tidak dapat hanya melihat masukan energi saja,
kelapa, sementara asam palmitat (C16:0) dan asam stearat (C 18:0) melainkan harus diperhatikan proporsi energi yang berasal dari
banyak terdapat pada kakao. lemak terutama lemak jenuh serta kaitannya dengan obesitas dan
Peranan asam lemak tak jenuh seperti asam lemak tak jenuh aktifitas fisik.
tunggal (MUFA), asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) baik dari Peranan obesitas dalam etiologi atherosklerosis dan pe-
kelompok omega-3 maupun omega-6, dalam pencegahan pe- nyakit kardiovaskular masih belum jelas. Adipositas berkorelasi
nyakit kardiovaskular masih tetap belum jelas. Penduduk di terbalik dengan konsentrasi HDL. Peningkatan jaringan adipos
negara-negara Mediteranian yang mengkonsumsi lemak di atas yang berarti pula peningkatan berat badan, akan diikuti penurunan
40% dari masukan energi, mempunyai kejadian penyakit kardio- HDL yang selanjutnya risiko mendapatkan penyakit kardio-
vaskular rendah. Sementara orang-orang Eskimo yang juga meng- vaskuler akan meningkat. Obesitas atau kegemukan berkaitan
konsumsi lemak tinggi, terutama dari jenis lemak omega-3, erat dengan gaya hidup tertentu termasuk diet atau makanan yang
kejadian penyakit kardiovaskular juga rendah. Perlu diingat berlebih serta latihan fisik yang kurang. Dengan demikian
bahwa ciri susunan diet orang-orang Eskimo dan Mediteranian pengontrolan berat badan dengan latihan fisik dan diet yang
adalah rendah asam lemak jenuh. Belum tersedia informasi seimbang merupakan upaya yang baik dalam mengurangi atau
tentang pengaruh diet yang mengandung asam lemak omega-6 di memperkecil risiko terkena penyakit kardiovaskular.
atas 7% dari masukan energi dalam jangka waktu lama di dalam
Protein
suatu populasi.
Dalam penelitian dengan hewan percobaan ditemukan bahwa
Penelitian klinik dan penelitian menggunakan hewan per-
diet yang mengandung tinggi protein terutama protein hewani
cobaan membuktikan bahwa asam lemak omega-6 yang dipakai
akan mengakselerasi atherosklerosis. Kasein mempunyai efek
untuk menggantikan asam lemak jenuh, dapat menurunkan
hiperkholesterolemik dan lebih aterogenik dibandingkan dengan
kholesterol total, LDL, dan HDL dalam darah. Minyak ikan yang
protein kedelai(16,17). Pada penelitian menggunakan hewan
kaya asam lemak omega-3 secara taat azas menurunkan trigli-
percobaan, protein kedelai masih mampu menekan kenaikan
serida darah dan memperpanjang waktu pembekuan darah.
kholesterol darah walaupun dalam dietnya ditambah 1% kho-
Pengaruh asam lemak omega-3 terhadap LDL bervariasi. Data
lesterol(13). Studi lain yang menggunakan protein kedelai dan
tentang pengaruh asam lemak omega-3 dosis tinggi terhadap
protein nabati lain untuk menggantikan kasein, juga memberikan
kesehatan dalam jangka waktu lama, masih terbatas. Sebuah
hasil yang sama(18,19). Tampaknya pengaruh macam protein
studi epidemiologi di Belanda menunjukkan bahwa mengkon-
(protein kedelai) terhadap penurunan kholesterol dalam darah
sumsi ikan sekurang-kurangnya 30 g dengan frekuensi 1–2 kali
lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh asam lemak omega-6
per minggu dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskulat(14).
maupun asam lemak omega-3, walaupun terdapat interaksi
Studi klinik dan studi menggunakan hewan percobaan
antara keduanya.
memberikan indikasi bahwa penggantian asam lemak jenuh
dengan asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) dalam diet, Vitamin A, E dan C
berhasil menurunkan kadar kholesterol total dan LDL dalam Vitamin A dan E berperan dalam melindungi endotelium
darah tanpa penurunan HDL(15). Akhir-akhir ini dalam anjuran dan juga merupakan antioksidan yang dapat melindungi
diet banyak dipakai rasio antara PUFA, SAFA, dan MUFA, peroksidasi lemak. Vitamin A dan E dapat melindungi kejadian
1:1:1(5). Di antara asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA), asam agregasi platelet, mempengaruhi transpor oksigen dan peng-
oleat (C18:1) paling banyak dijumpai di alam. Asam ini banyak gunaannya, meningkatkan HDL dan meningkatkan kemampuan
didapati pada minyak biji zaitun (rape seed oil), minyak biji asam nikotinat dalam menurunkan lipida darah(5). Vitamin A dan
matahari, minyak biji safflower yaitu tumbuhan yang berasal dari E dapat berperan dalam pencegahan primer terhadap kelainan
Erasia dengan kandungan antara 65–85%. Dari kelompok asam metabolisme yang merupakan penyebab hiperlipoproteinemia,
lemak tak jenuh ganda (PUFA) omega-6, asam linoleat (C18:1) dan dapat pula berperan dalam pencegahan sekunder untuk
adalah yang paling banyak dijumpai. Asam lemak ini banyak mengurangi lipida darah yang dapat menyebabkan risiko atero-
terdapat pada minyak nabati seperti minyak biji matahari (65%), genesis.
margarin lunak (60%), minyak jagung (60%) dan minyak kedelai Gey (1991)(20) dalam penelitiannya menyimpulkan adanya
(55%). Sementara asam lemak omega-3 juga didapati pada korelasi negatif yang kuat antara konsentrasi vitamin E dalam
minyak nabati seperti minyak biji rami (50%), minyak kedelai darah dengan kematian karena penyakit jantung iskhemik (PJI),
(10%). Asam lemak omega-3 dengan atom C rantai panjang dan juga ditemukan korelasi negatif yang tidak begitu kuat antara
ikatan rangkap 5 (asam eikosapentanoat = EPA) atau 6 (asam kadar vitamin A dalam darah dengan kematian karena PJI. Jika
dokosaheksanoat = DHA) banyak dijumpai pada ikan. tiga faktor risiko penyakit kardiovaskular yaitu kholesterol,
aa

14 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


hipertensi dan merokok, dikontrol, kombinasi vitamin E dan A kholesterol HDL(26), dosis yang fisiologik tidak mempunyai efek
mempunyai korelasi negatif yang sedikit lebih kuat dibandingkan pada lipida darah(27).
dengan vitamin E tersendiri. Dalam kesimpulan akhir dike- Selenium (Se) yang sangat rendah dalam diet orang-orang
mukakan bahwa efek protektif dari vitamin E dapat ditingkatkan Cina, telah dihubungkan dengan kejadian kardiomiopati pada
oleh vitamin A, karoten, dan vitamin C. anak. Meski peran Se sebagai penyebab belum jelas, studi
Observasi penggunaan vitamin C dosis tinggi untuk me- epidemiologi menunjukkan peranan defisiensi Se dalam pe-
nurunkan kholesterol darah pada hewan percobaan (kelinci dan nyakit kardiovaskular. Di Amerika Serikat, kematian karena
babi) yang diberi diet kholesterol mengilhami suatu ide bahwa penyakit kardiovaskular ditemukan lebih rendah di daerah yang
vitamin C dapat menurunkan kholesterol darah para penderita tanahnya mempunyai kandungan Se tinggi. Hal yang serupa juga
hiperkholesterolemia. Untuk mengkaji hal tersebut, dilakukan ditemukan di Swedia, yaitu kematian karena penyakit kardio-
studi klinik yang tidak terkontrol (uncontrolled clinical trials). vaskular lebih rendah di daerah yang mendapat air dengan
Studi klinik tersebut menunjukkan hasil yang bertentangan, yaitu kandungan Se lebih tinggi. Akan tetapi studi lain tidak berhasil
tidak terbukti bahwa vitamin C berhubungan dengan penyakit mendemonstrasikan adanya perbedaan konsentrasi Se dalam
kardiovaskular(21). serum dan urin dari penderita hipertensi atau penderita penyakit
jantung koroner yang meninggal karena infark miokard dan
Mineral atherosklerosis dibandingkan dengan kontrol(28). Platelet pada
Mengenai peranan garam Natrium (Na) dalam hubungan- manusia mengandung Se lebih banyak daripada jaringan lainnya.
nya dengan penyakit kardiovaskular, terutama hipertensi; Ini memberikan indikasi bahwa defisiensi Se dapat berpengaruh
sampai saat ini masih belum dicapai kesepakatan bulat. Banyak terhadap thrombosis. Dari studi dikemukakan bahwa defisiensi
studi epidemiologi dan studi menggunakan hewan percobaan Se mengurangi aktifitas antioksidan platelet, dan aktifitas ini
mengungkapkan adanya hubungan tersebut. pulih dengan suplementasi Se.
Pada kelinci dan tikus yang menderita defisiensi kalsium, Dalam studi prospektif di Finlandia(29), didapatkan hubung--
kadar kholesterol dalam darahnya meningkat. Suplementasi an antara konsentrasi Se yang rendah dalam darah dengan
kalsium pada hewan percobaan dapat menurunkan lipida darah manifestasi klinik penyakit kardiovaskular. Pada studi kasus
mendekati atau bahkan lebih rendah daripada kontrol, tetapi juga kontrol terhadap populasi yang lain, juga di Finlandia, ditemukan
berasosiasi dengan insidensi lesi jantung dan lesi ginja1(22). Pe- korelasi yang tinggi antara kadar Se dalam darah dengan asam
nelitian yang tidak terkontrol terhadap 10 penderita hiperlipide- eikosapentanoat (EPA). Dalam studi tersebut, sulit memisahkan
mia menunjukkan bahwa penambahan 800 mg kalsium per hari efek aterogenik dari Se dan asam lemak omega-3, karena ikan
(dalam bentuk kalsium karbonat) selama satu tahun, dapat merupakan sumber utama Se dan sekaligus sumber asam lemak
menurunkan kholesterol dalam darah sebanyak 25%. Penelitian omega-3 dalam diet orang-orang Finlandia(30).
lain terhadap sekelompok wanita yang berusia lebih tua, suple- Peranan zat besi (Fe) dalam penyakit kardiovaskular men-
mentasi 750 mg kalsium per hari dapat menurunkan kholesterol jadi menarik karena kontribusinya pada aterogenesis dan/atau
darah 36 mg/dl dari rata-rata 266 mg/dl(22). kerentanan miokardium menjadi ishkemik. Tingginya simpanan
Magnesium dan kalsium mungkin berinteraksi dengan lemak zat besi dalam hati merupakan faktor risiko tersendiri atau
dalam promosi terjadinya lesi aterosklerotik. Pada hewan per- merupakan kombinasi dengan lipoprotein. Zat besi berperan
cobaan, peningkatan insiden lesi jantung dan lesi ginjal ber- sebagai katalis dalam hidroksil radikal (OH. ) melalui reaksi
asosiasi dengan masukan kalsium yang sangat tinggi, dan ini Haber-Weiss, dan berperanan penting dalam peroksidasi le-
dapat diturunkan atau bahkan dihilangkan dengan diet tinggi mak(31).
magnesium. Efek protektif ini hanya berlaku jika masukan kal-
sium sangat tinggi (0,6% berat), dan hanya berlaku jika terdapat Alkohol dan kopi
kenaikan kholesterol darah(22). Hubungan antara konsumsi alkohol dengan penyakit kardio-
Pada hewan percobaan, defisiensi tembaga (Cu) berasosiasi vaskular sangat kompleks. Masukan alkohol yang tinggi ber-
dengan kerusakan kardiovaskular dan ketidaknormalan meta- asosiasi dengan kematian karena penyakit kardiovaskular.
bolisme kholesterol. Dalam satu studi pada manusia, defisiensi Konsumsi alkohol yang tinggi akan meningkatkan trigliserida
Cu akan mengakibatkan kenaikan kholesterol dalam darah. Ke- dalam darah dan tekanan darah. Beberapa studi berhasil menun-
naikan ini mungkin karena Cu merupakan ko faktor untuk enzim jukkan bahwa konsumsi alkohol (etanol) dalam jumlah yang
yang terlibat dalam sintesis kholesterol dan degradasi lipo- rendah atau sedang, akan meningkatkan HDL dalam darah, dan
protein(23). tentu saja ini menguntungkan bagi pencegahan penyakit kardio-
Peningkatan Zn dalam diet akan meningkatkan kebutuhan vaskular. Meski tampaknya konsumsi alkohol dalam jumlah
Mg(24). Atas dasar ini dibuat postulasi bahwa rasio Zn-Cu yang rendah atau sedang menguntungkan kesehatan jantung, tetapi
tinggi pada diet orang Amerika, dapat merupakan faktor risiko tidak dianjurkan kepada masyarakat.
penyakit kardiovaskular(25). Suplementasi Zn yang diberikan Beberapa studi terhadap sejumlah besar individu telah
kepada anak dalam jangka waktu panjang, tidak berasosiasi menunjukkan bahwa meminum kopi dapat meningkatkan
dengan kenaikan kholesterol dalam darah(22). Meski suplemen- kholesterol dalam darah. Mekanisme peningkatan ini masih
tasi Zn dalam dosis tinggi telah dilaporkan dapat menurunkan belum jelas, akan tetapi kopi yang dibuat dengan cara diekstraksi
aa aa

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 15


mempunyai efek yang lebih kecil dibandingkan dengan kopi diseases. Tech. Rep. Ser. 797. 1990.
9. Keys A, Grande F, Anderson IT. Serum cholesterol response to changes
yang dibuat secara tradisional (kopi tubruk). in the diet. L Iodine value of dietary fat versus 25 P. II. The effect of
Serat makanan cholesterol in the diet. III. Differences among individuals. IV. Particular
saturated fatty acids in the diet. Metabolism. 1965; 14: 747-87.
Serat makanan mempunyai kemampuan menurunkan 10. Hegsted DM, Mc Gandy RB, Myers ML, Stare FJ. Quantitative effects of
kholesterol dalam darah. Pektin, serat makanan yang banyak di- dietary fat on serum cholesterol in man. Am. J Clin. Nutr. 1965; 17:
dapati dalam apel dan buah-buahan lain, dapat menurunkan 281-95.
LDL, kholesterol total, dan menekan sintesis kholesterol dalam 11. Katan MB, Beynen AC, De Vries JHM, Nobels A. Existence of consistent
hypo- and hyperresponders to dietary cholesterol in man. Am. J. Epide-
usus halus pada binatang percobaan. miol. 1986; 123: 221-34.
Konsumsi karbohidrat terutama sukrosa dapat meningkat- 12. Grundy SM, Vega GL. Plasma cholesterol responsiveness to saturated
kan trigliserida dalam darah, sementara karbohidrat kompleks fatty acids. Am. J. Clin. Nutr. 1988; 47: 822-4.
(pati/tepung) kurang aterogenik dibandingkan dengan karbo- 13. Susilowati H. The influence of background composition of the diet on the
lipemic effect of fish oil versus corn oil in rats. Doctor Dissertation. Post
hidrat lain yang lebih sederhana (mono dan disakarida). Graduate Faculty, University of Indonesia 1991.
14. Kromhout D, Bosschieter EB, Coulander CL. The inverse relation between fish
PEDOMAN DIET consumption and 20 year mortality from coronary heart diseases. N. Engl J.
Seperti telah diutarakan pada bab faktor risiko, yaitu bahwa Med. 1985; 312: 1205-9.
tidak semua faktor risiko penyakit kardiovaskular dapat diken- 15. Beynen AC. The role of fat as a determinant of serum cholesterol
concentrations. Gizi Indon. 1988; XIII(1): 106-12.
dalikan, maka pengaturan diet merupakan salah satu upaya 16. Kritchevsky D. Vegetable protein and atherosclerosis. J. Am. Oil. Chem.
strategis untuk memperkecil risiko penyakit kardiovaskular. Soc. 1979; 56: 135-40.
Memperhatikan faktor risiko penyakit kardiovaskular dan pe- 17. Meinertz H, Nilausen K, Faergunan O. Soy protein and casein in choles-
ranan gizi dalam mengurangi risiko tersebut, maka prinsip diet terol-enriched diets : effects on plasma lipoproteins in normolipidemic
subjects. Am. J. Clin. Nutr. 1989; 50: 786-793.
yang dapat dianjurkan adalah sebagai berikut : 18. Descovich GC et al. Multicenter study of soybean protein diet for out-
1. Masukan energi seimbang, dalam arti sesuai dengan ke- patient hypercholesterolemic patients. Lancet, 1980. ii: 709-12.
butuhan. 19. Sirtori CR et al. Clinical experience with the soybean protein diet in the
2. Energi yang berasal dari lemak tidak lebih dari 30%. treatment of hypercholesterolemia. Am. J. Clin. Nutr. 1979; 32: 1645-8.
20. Gey KF, Puska P, Jordan P, Moser UK. Inverse correlation between
3. Proporsi PUFA:SAFA:MUFA adalah 1:1:1. plasma vitamin E and mortality from ischemic heart disease in cross-
4. Batasi konsumsi alkohol dan kopi. cultural epidemiology. Am. J. Clin. Nutr. 1991; 53: 326S-34S.
5. Lebih banyak dan lebih bervariasi menggunakan sayur 21. Hodges RE. Vitamin, lecithin, and additives. In: Nutrition, lipids, and
dan buah. coronary heart diseases, ed. R. Levy, B. Rifkin, B. Dennis, N. Emst, p.
175-200. New York: Raven, 1979.
6. Batasi penggunaan makanan olahan atau yang diawetkan, 22. Mertz W. Effect of dietary components on lipids and lipoproteins: mineral
dan perbanyak makanan segar. elements. In: Nutrition, lipids, and coronary heart diseases, ed. R. Levy, B.
Rifkin, B. Dennis,N. Ernst, p 175-200. New York: Raven. 1979.
23. Klevay LM et al. Increased cholesterol in plasma in a young man during
experimental copper depletion. Metabolism. 1984; 33: 1112-18.
24. Sandstead HH. Copper bioavailability and requirements. Am. J. Clin.
KEPUSTAKAAN Nutr. 1982; 35: 809-14.
25. Klevay LM. Coronary heart disease: the zinc/copper hypotheses. Am. J.
1. Pundarika R. National Household Survey. Jakarta. Ministry of Health. Clin. Nutr. 1975; 28: 764-74.
1972. 26. Hooper PL, Visconti L, Garry PJ, Johnson GE. Zinc lowers high-density
2. Budiarso RP. dkk. Survei Rumahtangga. Jakarta: Badan Penelitian dan lipoprotein-cholesterol levels. JAMA 1980; 244: 196-61.
Pengembangan Kesehatan. 1980. 27. Crouse SF, Hooper PL, Atterbom HA, Papenfuss RL. Zinc ingestion and
3. Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 1989. 1990. lipoprotein values in sedentary and endurance-trained man. JAMA 1984;
4. Setianto B. Penyakit Jantung di tahun 2000, Turun atau Naik? Harian 252 : 785-87.
Kompas, 18 Oktober 1990. Hal. 10. 28. Thomson CD, Robinson MF. Selenium in human health and disease with
5. Garrison RH, Somer E. The Nutrition Desk Reference. New Canaan, emphasis on those aspects peculiar to New Zealand. Am. J. Clin. Nutr.
Connecticut: Keats Publishing, Inc. 1985. 1980; 33: 303-23.
6. Mc Namara DJ. Coronary Heart Diseases. Present Knowledge in Nutri- 29. Salonen JT, Huttunen A, Pikkarainen J, Puska P. Association
tion. betweencardiovascular death and myocardial infarction in a matched-pair
7. US. Department of Health and Human Services. The Surgeon General's longitu- dinal study. Lancet 1982; 22: 175-79.
Report on Nutrition and Health. Rocklin, California. Prima Publishing and 30. Miettinen TA, Alfthan G, Huttunen JS, Pikkarainen V, Mattila S, Kumlin
Communication. 1988. T. Serum selenium concentration related to myocardial infarction and fatty
8. World Health Organization. Diet, nutrition, and the prevention of chronic acid content of serum lipids. B M J 1983; 287: 517-9.
aaa

16 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


Faktor Gizi pada Penyakit Kanker
Herman Sudiman
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Departemen
Kesehatan R.I., Bogor

PENDAHULUAN an dengan faktor gizi(6). Dalam tahun 1984, 22% dari seluruh
Keberhasilan pembangunan dari Pelita I sampai Pelita V kematian di Amerika Serikat, disebabkan karena kanker. Dan
mengakibatkan kesejahteraan masyarakat bertambah baik; de- 965.000 kasus baru yang didiagnosis menderita kanker, 483.000
rajat kesehatan dan gizi masyarakat bertambah baik pula. Kom- di antaranya meninggal dunia(5). Diperkirakan 60-70% kanker
posisi penduduk juga mengalami perubahan, ditandai dengan disebabkan karena faktor lingkungan, terutama makanan dan
peningkatan jumlah usia lanjut. Akibat peningkatan kesejahteraan, rokok.Tabel 1 memperlihatkan proporsi kematian karena kanker
derajat kesehatan dan gizi masyarakat tersebut serta perubahan yang berasal dari pelbagai faktor.
komposisi penduduk, akan terjadi pula perubahan pola penyakit
yaitu berkurangnya penyakit-penyakit menular dan gizikurang Tabel I. Proporsl kematian karena kanker yang berasal dari pelbagai
faktor
di satu pihak, dan bertambahnya penyakit-penyakit degeneratif
seperti penyakit jantung, diabetes dan kanker di lain pihak. Per- Persen semua kernatian karena kanker
ubahan ini diperkirakan akan terjadi di sekitar tahun 2000(1). Faktor atau kelompok faktor
Estimasi terbaik Selang
Fenomena ini di dalam ilmu kesehatan masyarakat disebut transisi 1. Merokok 30 25-40
epidemiologi sebagai akibat transisi demografi. Survei Kesehat- 2. Alkohol 3 2-4
an Rumah Tangga (SKRT) tahun 1972, 1980, dan 1986 mem- 3. Diet 35 10-70
berikan gambaran perubahan pola penyakit tersebut. Peringkat 4. Zat penambah dalam 1 (-5b) -2
makanan (food additives)
kematian yang disebabkan karena kanker meningkat dari urutan 5. Perilaku seksual 7 1-13
11, 9 dan 8(2,3,4). 6. Pekerjaan 4 2-8
Meski telah lama diperkirakan bahwa diet merupakan salah 7. Polusi 2 1-5
satu penyebab penyakit kanker, tetapi sampai awal abad ke 20 8. Hasil-hasil industri 1 1-2
bukti-bukti empiris belum dilaporkan. Dari penelitian-penelitian 9. Obat-obatan dan cara-cara 1 0,5-3
pengobatan
awal diketahui bahwa ada efek pencegahan dari hidangan roti 3 2-4
10. Faktor-faktor geofisik
penuh (wholemeal bread), sayuran, dan susu segar. Catatan dari 11. Infeksi 10? 1-?
perusahaan asuransi menunjukkan bahwa kegemukan merupakan 12. Tidak diketahui ? ?
risiko tinggi terhadap kanker(5). Di Amerika Serikat, lebih
b
dari 450.000 orang meninggal dunia setiap tahun karena penyakit Beberapa faktor (misal fortifikasi makanan) mungkin mempunyai efek pro-
kanker. Sekitar 70-90% dari penyakit kanker tersebut berkaitan tektif
Sumber : Doll,Peto. US Department of Health and Human Nutrition Services,
dengan lingkungan dan gaya hidup (life style). Kurang Iebih 30% 1988.
dari kematian tersebut karena rokok. Faktor-faktor keturunan
(genetik), radiasi, polusi dan eksposur lainnya memberikan
kontribusi 45.000-90.000 kematian. Dari seluruh penyakit kanker Penyakit kanker berkembang melalui proses yang kompleks
yang disebabkan faktor lingkungan, sekitar 40-60% berhubung- (Gambar 1). Pada dasarnya proses yang panjang tersebut dapat

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 17


dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap inisiasi, promosi, dan oksidasi dan PUFA yang telah rusak dapat merupakan awal dari
progresi. Dari tahap inisiasi sampai manifestasi klinis dapat proses terjadinya kanker.
memerlukan waktu 5—20 tahun(4); oleh karena itu penderita sulit Meskipun secara umum lemak baru berperan secara maksi-
mengingat atau diyakinkan tentang faktor-faktor yang merupa- mum setelah pemberian karsinogen, tampaknya pemaparan diet
kan karsinogen atau pro-karsinogen. Makalah ini menyajikan tinggi lemak perlu waktu yang cukup lama sebelum eksposur
telaah ilmiah faktor gizi pada penyakit kanker, dengan meng- karsinogen dapat mempengaruhi inisiasi tumor; pengaruh ini
gunakan literatur terakhir. telah didemonstrasikan pada penelitian menggunakan tikus
cobaan(9). Efek diet lemak dapat langsung atau tidak langsung.
Lemak secara langsung mempengaruhi fungsi-fungsi seluler,
termasuk cairan membran, metabolisme prostaglandin, dan sin-
tesis radikal lemak peroksida yang potensial mutagenik(10). Efek
langsung juga mencakup perubahan-perubahan reseptor hormon
(yang mungkin merangsang secara hormonal pertumbuhan
tumor), karakteristik pertumbuhan sel, dan beberapa kimiawi
intraseluler. Lemak mempengaruhi perubahan-perubahan kom-
posisi asam empedu dalam kolon yang dapat mengubah asam
empedu secara bakteriologis menjadi zat-zat yang mempromosi
tumor atau secara langsung merusak jaringan mukosa.
Efek kholesterol pada insiden kanker sulit ditentukankarena
kholesterol berkorelasi kuat dengan lemak hewani dan juga
masukan protein hewani. Dalam satu studi didapatkan korelasi
yang lebih kuat antara insiden kanker kolon dengan kholesterol
daripada dengan lemak(11). Di lain pihak, beberapa studi menun-
jukkan bahwa kholesterol darah yang terlalu rendah merupakan
risiko kanker(12). Masih perlu studi lebih lanjut untuk sampai pada
kesimpulan yang pasti tentang korelasi antara masukan kholesterol
dengan kholesterol darah dan kanker. Masukan lemak tidak
hanya berhubungan dengan kanker tetapi juga dengan penyakit
jantung, kegemukan.
Studi-studi dengan menggunakan hewan cobaan dan bebe-
rapa studi epidemiologi mendukung hipotesis bahwa masukan
total energi mempengaruhi risiko kanker. Pada beberapa studi
menggunakan hewan cobaan dapat dilakukan pembandingan
FAKTOR GIZI PADA PENYAKIT KANKER antara hewan yang diberi diet normal sebagai kontrol dengan
1) Masukan lemak, energi dan kegemukan hewan yang dibatasi masukan energinya. Akan tetapi cara se-
Meski studi tentang hubungan masukan lemak dengan macam itu tidak dapat dilakukan pada manusia, sehingga masukan
penyakit kanker masih memberikan hasil yang tidak taat azas, energi pada percobaan dengan manusia diukur dengan peng-
tetapi studi yang menggunakan hewan percobaan menunjukkan ukuran tidak langsung, yaitu dengan mengukur berat badan
bahwa masukan lemak merupakan salah satu kunci dalam relatif atau indeks berat badan yang diperkirakan mempunyai
mencegah, kanker(5). Studi epidemiologi dan studi yang korelasi kuat dengan kenaikan masukan energi. Studi epidemio-
menggunakan hewan percobaan menunjukkan adanya hubungan logi yang dilakukan oleh Amstrong dan Doll pada 1975(7) ber-
antara konsumsi lemak dengan insiden kanker kolon dan kanker hasil mendapatkan korelasi antara masukan energi total per
payudara(5,6). Kanker lain yang berhubungan dengan masukan orang dengan kanker payudara, kolon, rektum, uterus, dan ginjal.
lemak adalah kanker rektum(7), kanker indung telur/ovarium(8) Sementara itu studi kasus kontrol yang dilakukan oleh Miller
dan kanker endometrium(5). Beberapa peneliti berhasil menun- dkk, 1978(13) mendapatkan korelasi positif antara masukan energi
jukkan hubungan antara kenaikan konsumsi lemak dan kegemukan dengan kanker payudara, dan peneliti lain yaitu Jain dkk, 1980(14);
dan kanker payudara hanya ditemukan pada usia yang lebih tua. Lyon dkk, 1987(15) menemukan hubungan antara masukan energi
Tampaknya bukan konsumsi total lemak yang merupakan faktor dengan kanker kolorektal.
penting dalam penyakit kanker, tetapi jumlah asam lemak tak Hubungan yang positif antara kenaikan indeks massa tubuh
jenuh ganda dalam diet lebih berperan. Hal yang harus diperhati- (body mass index/BMI) dengan beberapa jenis kanker telah di-
kan dalam mengkaji hubungan antara masukan lemak dengan laporkan oleh beberapa peneliti seperti hubungan BMI dengan
kanker ialah mācam lemak (lemak jenuh dibandingkan dengan kanker payudara, BMI dengan kanker ginjal, BMI dengan kanker
lemak tak jenuh; lemak hewani dibandingkan dengan lemak endometrium dan kanker prostat. Akan tetapi peneliti lain tidak
nabati). Asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) lebih mudah ter- menemukan hubungan antara berat badan dengan kenaikan risiko

18 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


kanker payudara, kolon, dan prostat. Pada studi kohort yang kanker dapat diturunkan dengan meningkatkan konsumsi sayuran
dilakukan oleh Asosiasi Kanker Amerika Serikat, kematian yang kaya karoten. Bukti paling kuat mengenai peranan vitamin
karena kanker terendah diobservasi pada pria dengan berat badan A dalam pencegahan kanker didapat dari studi epidemiologi
10% di bawah sampai 20% di atas rata-rata berat menurut yang menghubungkan antara konsumsi sayuran yang kaya karo-
tingginya. Sementara pada kohort wanita risiko terendah di- ten atau makanan yang kaya vitamin A dengan kanker paru(22,23).
dapati pada wanita dengan berat badan 20% di bawah sampai Pada hewan cobaan, pemberian vitamin A dosis tinggi dapat
10% di atas rata-rata berat menurut tingginya. Pada kohort pria mencegah kanker serviks, vagina, kolon, kulit, lambung, tra-
yang tidak merokok (berat badan biasanya lebih besar daripada cheobronchi, pankreas, dan hati. Karotenoid diperlukan untuk
pria perokok) didapatkan hubungan antara berat badan relatif diferensiasi sel normal. Defisiensi karotenoid dapat menyebab-
dengan kematian karena kanker, dan hubungan tērsebut hampir kan proses diferensiasi terhambat. Pada hewan cobaan retinoid
linier(18). mungkin dapat mencegah tahap inisiasi dan promosi dari proses
Pada studi dengan hewan cobaan, pembatasan masukan karsinogenesis. Makanan yang kaya vitamin A dapat mencegah
energi akan mengurangi insiden beberapa jenis kanker, dan me- pembentukan radikal oksigen dan peroksida lemak, dan beta
ningkatkan umur binatang cobaan tersebut. Masukan energi total karoten sangat efisien dalam menetralisir radikal oksigen. Vita-
dan persen energi yang berasal dari lemak berhubungan dengan min A, bersama dengan vitamin C, vitamin E, dan selenium dapat
risiko kanker, akan tetapi hubungan ini bervariasi untuk jenis menetralisir efek peroksida dan mengurangi karsinogenesis.
kanker yang berbeda. Studi yang dilakukan oleh Boissonneault Vitamin A dan karoten mempunyai efek penghambatan terhadap
dkk,1986, menemukan pengaruh energi yang berasal dari lemak kanker mulut dan oesofagus terutama pada pengunyah tembakau
terhadap kanker tergantung dari masukan energi total(17). (tobacco chewer) dan terhadap kanker paru pada perokok(24).
Dari studi pada manusia, dapat ditunjukkan bahwa terdapat
2) Protein asosiasi protektif antara makanan yang kaya vitamin C dengan
Hubungan antara konsumsi protein terutama protein hewani kanker esofagus;, kanker lambung(24,25). Di dalam saluran pen-
dengan insiden beberapa jenis kanker tertentu telah diselidiki cernaan, vitamin C akan memblok pembentukan nitrosamin
dalam studi epidemiologi. Namun korelasi antara konsumsi yang bersifat karsinogenik dari nitrat dan nitrit, serta mencegah
protein dengan kanker dipengaruhi oleh korelasi yang tinggi oksidasi zat-zat kimia tertentu menjadi bentuk karsinogenik yang
antara konsumsi protein dengan zat gizi lain terutama lemak. aktif. Vitamin C merupakan faktor pembatas reaksi nitrosasi
Dengan demikian pengaruh langsung dari protein belum dapat pada manusia, dan ini telah didemonstrasikan pada penderita
ditentukan(18). Dālam suatu studi kasus kontrol mengenai kanker gastrektomi dan gastritis atropik akuta(26).
payudara, asosiasi positif terbesar adalah asosiasi dengan pro- Dari beberapa studi berhasil ditunjukkan bahwa efek toksik
tein, tinggi lemak, dan rendah serat makanan, tetapi setelah dari ozon pada paru dapat dicegah secara efisien dengan vitamin
komponen diet diukur secara independen, ternyata lemak mem- E(24). Kadar vitamin E dalam serum mempunyai asosiasi protektif
punyai asosiasi paling kuat. Studi lain juga menemukan asosiasi dengan kanker paru(27).
positif antara protein dan kanker kolon, tetapi dalam kajian se- Dalam studi biokimia, vitamin E berfungsi sebagai anti-
lanjutnya ternyata asosiasi antara kanker kolon dengan lemak oksidan yang larut dalam lemak dan sebagai free radical
lebih kuat. Dalam studi kasus kontrol di Australia mengenai scavenger. Dengan demikian peranan vitamin E dalam efek
kanker usus (bowel), risiko tertinggi didapati pada tinggi protein, pencegahan kanker hampir sama dengan vitamin A dan C.
tinggi energi, dan rendah serat makanan(19). Vitamin E, seperti juga vitamin C, dapat mencegah pembentukan
Studi menggunakan hewan cobaan menunjukkan pemberian nitrosamin secara in vitro. Tetapi hams diingat bahwa vitamin E
masukan protein secara berlebihan tidak selalu berhubungan larut dalam lemak, sehingga efek pencegahannya dipengaruhi oleh
secara taat azas dengan kenaikan insiden tumor. Bila hewan kehadiran lemak, sedangkan vitamin C tidak, karena larut dalam
diberi makanan secara ad libitum dengan kandungan protein air.
10-15% kalori, total insiden tumor tidak dipengaruhi(20,21), meski Banyak bukti menunjukkan bahwa peningkatan simpanan
beberapa tumor tertentu seperti bladder papilloma dan tumor besi dalam tubuh berhubungan dengan peningkatan risiko kanker.
payudara ditingkatkan oleh peningkatan masukan protein. Stevens, dkk dalam penelitiannya menemukan mampu ikat besi
(total iron binding capacity) lebih rendah, sedangkan jenuh
3) Vitamin dan mineral transferin lebih tinggi pada penderita kanker dibandingkan
Dalam makalah ini hanya dibahas vitamin A, karoten, vita- dengan bukan penderita(28).
min C, E, zat besi dan selenium. Banyak bukti menunjukkan Selenium dalam tanaman maupun hewan berbentuk selenat,
bahwa makanan yang mengandung banyak vitamin A dan karo- selenocystin, selenomethionin, dan bentuk-bentuk lain yang
ten dapat mencegah beberapa jenis kanker epitel. Dari beberapa belum diidentifikasi. Pengkajian dari angka rata-rata konsumsi
studi epidemiologi, konsentrasi vitamin A dalam darah ber- selenium per kapita yang berasal dari 27 negara, mendapatkan
hubungan dengan kenaikan risiko kanker, tetapi beberapa pene- hubungan terbalik dengan total kematian karena kanker, ke-
litian lain tidak menemukan hubungan tersebut. Demikian pula matian karena leukemia, dan kanker kolon, rektum, payudara,
hubungan antara karotenoid dalam darah dengan kanker. Suatu ovanum, dan kanker paru. Dari beberapa studi kasus kontrol
studi kohort berhasil menunjukkan bahwa risiko semua jenis didapatkan bahwa penderita kanker mempunyai selenium darah
a

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 19


yang Iebih rendah daripada kontrol(29). Akan tetapi data pene- dibakar tersebut. Pembakaran asam amino dengan gula selama
litian ini harus diinterpretasikan dengan hati-hati, karena kadar proses pemasakan, menghasilkan berbagai zat kimia yang ber-
selenium darah yang rendah mungkin merupakan konsekuensi sifat mutagenik, dan beberapa di antaranya bersifat karsinogenik.
sakit. Studi prospektif dapat menunjukkan bahwa risiko kanker Penggaraman dan pengasaman makanan dapat membentuk nitro-
meningkat pada kelompok dengan selenium darah, vitamin E dan samin yang bersifat karsinogenik untuk mulut dan lambung.
vitamin A darah yang rendah. Selenium menghambat transfor- Bukti-bukti dari studi epidemiologi menunjukkan masyara-
masi neoplastik dalam berbagai organ epitel pada hewan. Bebe- kat yang banyak mengkonsumsi makanan yang diawet dengan
rapa studi menunjukkan efek protektif terhadap kanker hati, diasin, diasam, dan diasap, mempunyai insiden kanker lambung
payudara, kolon, dan kulit. Akan tetapi dosis yang diberikan dan esofagus lebih banyak. Kanker esofagus berhubungan
sampai menghasilkan efek protektif ini, dalam berbagai peneliti- dengan konsumsi asinan sayur, ikan asin dan makanan asap. Dari
an sama dengan dosis yang dapat menimbulkan keracunan pada beberapa studi epidemiologi, nitrat, nitrit dan komponen N-
pemberian jangka panjang. nitroso dalam makanan dan air serta makanan yang diasin ber-
hubungan dengan kanker lambung.
4) Serat makanan Kanker esofagus dan kanker lambung juga berhubungan
Serat makanan meliputi selulosa, hemiselulosa, lignin, gums, dengan keadaan gizi kurang. Kenyataannya, hampir semua studi
pektin. Sumber utama serat makanan adalah sayuran, buah- mengenai diet dengan kanker lambung, telah menemukan efek
buahan dan biji-bijian penuh atau utuh. Dari beberapa studi protektif dari konsumsi sayuran dan buah-buahan, dan bahkan
epidemiologi, didapatkan korelasi antara konsumsi serat ma- dalam percobaan in vitro pembentukan komponen N-nitriso
kanan dengan risiko kanker kolon. Pada studi dengan manusia, dapat ditekan seminim mungkin oleh antioksidan seperti vitamin
masih belum cukup informasi tentang komponen dari serat E dan vitamin C.
makanan dan pengaruh terhadap risiko kanker. Diperkirakan
jenis serat memegang peranan penting. Pada beberapa studi lain PENELITIAN-PENELITIAN YANG DIPERLUKAN
juga diamati hubungan dengan zat gizi lain, karena walaupun Keberhasilan pembangunan yang mengakibatkan perbaikan
terdapat korelasi yang kuat antara risiko kanker kolon dengan ekonomi, kesejahteraan, kesehatan, dan gaya hidup, akan
pola makanan tinggi sera, komponen diet lainnya mungkin mengubah pola penyakit yaitu berkurangnya penyakit menular
berpengaruh terhadap korelasi ini. dan kurang gizi, seas meningkatnya penyakit-penyakit degene-
Dari 19 studi kasus kontrol yang mengukur peran serat ratif seperti kanker, jantung, tekanan darah tinggi. Belajar dari
makanan pada kanker kolon, tiga studi tidak menemukan peran, pengalaman negara maju, maka sebaiknya sudah dapat diantisi-
tiga studi menemukan hubungannya dengan kenaikan risiko pasi penelitian-penelitian untuk mencegah penelitian meng-
kanker, dan 13 studi menemukan efek protektif serat makanan, gunakan hewan percobaan, penelitian asosiasi, maupun pene-
khususnya sayuran. Efek protektif dikemukakan dalam dua studi litian kasus kontrol.
kasus kontrol yang menguji risiko relatif untuk diet tinggi lemak Berikut ini disajikan beberapa topik penelitian yang mungkin
dan rendah lemak. Secara keseluruhan, studi kasus kontrol penting untuk dilaksanakan.
menyajikan hasil yang beragam, beberapa studi menunjukkan 1) Penyebab gizikurang pada penderita kanker dan efek suple-
serat makanan mempunyai efek protektif dan lainnya tidak. mentasi gizi terhadap respon pengobatan dan kelangsungan
Pada studi menggunakan hewan cobaan, juga didapatkan hidup.
hasil yang tidak taat azas dalam hubungan antara serat makanan 2) Efek komponen-komponen khusus seperti lemak, serat
dengan kanker kolon. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor makanan, vitamin A, karotenoid pads kanker.
seperti sifat karsinogen yang digunakan, komposisi diet, per- 3) Interaksi antara berbagai zat gizi seperi lemak, serat ma-
bedaan kuantitatif dan kualitatif dalam serta makanan, strain kanan, energi, protein, vitamin dan mineral pada pencegahan dan
hewan cobaan yang digunakan, dan lama percobaan. pengobatan kanker.
4) Pola makanan yang baik untuk mencegah kanker.
5) Makanan olahan 5) Penyediaan pangan dan insiden kanker
Cara penyimpanan dan pengolahan makanan bervariasi antar
negara, dan perbedaan ini mungkin memberikan kontribusi yang PEDOMAN DIET
besar dalam variasi beberapa jenis kanker. Pengasapan makanan Untuk menentukan pedoman diet dalam kaitannya dengan
dapat membentuk senyawa hidrokarbon polisiklik aromatik kanker, harus dipertimbangkan kemungkinan adanya hubungan
(polycyclic aromatic hydrocarbon), beberapa di antaranya di- antar zat gizi terhadap risiko kanker. Zat-zat gizi termaksud
ketahui bersifat karsinogenik pada hewan. Zat-zat yang bersifat adalah lemak, energi, serat makanan, vitamin A dan karoten,
karsinogenik dapat terbentuk pada waktu proses pemasakan dan serta alkohol. Peranan vitamin C, vitamin E, makanan olahan
jumlahnya berhubungan dengan penggunaan suhu tinggi dan (penggaraman dan pengasinan), pengasapan perlu diperhatikan.
jangka waktu pemasakan(30). Misal pemasakan dengan cara Secara singkat pedoman diet dapat dirumuskan sebagai berikut :
pembakaran menggunakan api oven, dapat membentuk senyawa 1. Konsumsi lemak sedang (kurang dari 30% total energi).
hidrokarbon polisiklik aromatik pada permukaan makanan yang 2. Perbanyak konsumsi berbagai jenis sayuran hijau dan buah-
aa a

20 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


buahan.
14. Jain M, Cook GM, Davis FG, Grace MG, Hove GR, Millem AB. A case-
3. Masukan energi cukup sehingga mencapai berat badan control study of diet and colo-rectal cancer. Intemat. J. Cancer 1980; 26:
normal. 757-68.
4. Batasi alkohol. 15. Lyon JL, et al. Energy intake: its relationship to colon cancer risk. J. Nat.
5. Kurangi makanan olahan yang menggunakan garam (di- Cancer Inst. 1987; 78: 853-61.
16. Lew EA, Garfinkel L. Variations in mortality by weight among 750,000
asin), diasap, dan cuka. men and women. J. Chron. Dir. 1979; 32: 563-76.
17. Boissonneault GA, Elson CE, Pariza MW. Net energy effects of dietary fat
KEPUSTAKAAN on chemically-induced mammary carcinogenesis in F344 rats. J. Nat.
Cancer Inst. 1986; 76: 335-38.
1. Lapau B. Pendekatan Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Kontribusi Epide- 18. Palmer S. Diet, nutrition and cancer. Progress in Food and Nutrition
miologi dalam rangka mengatasi Masalah Kanker di Indonesia. Medika Science 1986; 9: 283-341.
1983; 9. 19. Pooter JD, Michael AJ. Diet and cancer of the colon and rectum: a case-
2. Pundarika R. National Household Survey. Jakarta: Ministry of Health. control study. J. Nat. Cancer Inst. 1986; 76: 557.
1972. 20. Ross MH, Bras G. Influence of protein under- and ovemutrition on
3. Buadiarso RP. dkk. Survei Rumahtangga. Jakarta: Badan Penelitian dan spontaneous tumor prevalence in the rat. J. Nutr. 1973; 103: 944-63.
Pengembangan Kesehatan. 1980. 21. Tannenbaum A, Silverrstone H. The genesis and growth of tumors. IV.
4. Departemen Kesehatan RI. 1990. Profit Kesehatan Indonesia tahun 1989. Effects of varying the proportion of protein (casein) in the diet Cancer Res.
5. US Department of Health and Human Services. The Surgeon General's 1949; 9: 162-73.
Report on Nutrition and Health. Rocklin, California: Prima Publishing and 22. Shekelle PB. et aL Dietary vitamin A and the risk of cancer in the Western
Communication. 1988. Electric study. Lancet 1981; i: 1185-90.
6. Garrison RH, Somer E. The Nutrition Desk Reference. New Canaan, 23. Kvale G, Bjelke E, Gart JJ. Dietary habits and lung cancer risk. Internat.
Connecticut; Keats Publishing, Inc. 1985. J. Cancer 1983; 31: 397-405.
7. Amstrong B, Doll R. Environmental factors and cancer incidence and 24. Weisburger JH. Nutritional approach to cancer prevention with emphasis
mortality in different countries, with special reference to dietary practices. on vitamins, antioxidants, and carotenoids. Am. J. Clin. Nutr. 1991; 53:
Internat. J. Cancer. 1975; 15: 617-31. 226S-37S.
8. Rose DP, Boyar AP, Wynder EL. International comparisons of mortality 25. Kolonel LN, Nomura AMY, Hirohata T, Hankin JH, Hinds NW. Asso
rates for cancer of the breast, ovary, prostate, and colon, and per capita food ciation of diet and place of birth with stomach cancer incidence in Hawaii,
consumption. Cancer. 1986; 58: 2363-71. Japanese and Caucasians. Am. J. Clin. Nutr. 1981; 34: 2478-85.
9. Dao TL, Chan PC. Effect of duration of high fat intake on enhancement of 26. Tannenbaum SR, Wishnok JS, Leaf CD. Inhibition of nitrosamine forma-
mammary carcinogenesis in rats. J. Nat. Cancer Inst. 1983; 71: 201-5. tion by ascorbic acid. Am. J. Clin. Nutr. 1991; 53: 247S-50S.
10. Welsch CW. Enhancement of mammary tumorigenesis by dietary fat: 27. Comstock GW, Helzlsouer KJ, Bush TL. Prediagnostic serum levels of
review of potential mechanisms. Amer. J. Clin. Nutr. 1987; 45: 192-202. carotenoids and vitamin E as related to subsequent cancer in Washington
11. Liu K, Stamler J, Moss D, Garside D, Persky V, Soltero L Dietary County, Maryland. Am. J. Clin. Nutr. 1991; 53: 260S-4S.
cholesterol, fat, and fiber and colon-cancer mortality. Lancet 1979; ii: 28. Stevens RG, Jones DY, Micozzi MS, Taylor PR. Body iron stores and the
782-85. risk of cancer. N. Engl. J. Med. 1988; 319: 1047-52.
12. Mc. Michael AJ, Jensen OM, Parkin DM, Zaride DG. Dietary and 29. Shamberger RJ. et al. Antioxidants and cancer. I. Selenium in the blood of
endogenous cholesterol and human cancer. Epid. Rev. 1984; 6: 196-216. normals and cancer patients. J. Nat. Cancer. Inst. 1973; 50: 863-70.
13. Miller EC, et al. A study of diet and breast cancer. Amer. J. Epid. 1978; 30. Lijinsky W, Shubik P. Benzo (a) pyrene and other polynuclear hydrocar-
107 (6): 499-509. bons in charcoal-broiled meat. Science. 1964; 145: 53-55.

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 21


Gizi, Proses Penuaan dan
Umur Panjang
M.A. Husaini
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Departemen Kesehatan RI, Bogor

Gambar 1. Empat elektron reduksi oksigen menjadi air, menghasilkan


oksigen bebas.
PENDAHULUAN
Setiap kita bernapas/menghisap udara, terjadi pembakaran
di dalam sel; berarti kita selangkah bertambah tua karena proses
degenerasi tak dapat dielakkan. Namun, proses degenerasi
dalam perjalanan menuju ketuaan ini dapat dipercepat atau di-
perlambat, tergantung antara lain pada apa yang kita makan.
Dalam membahas hubungan antara gizi, proses penuaan dan
umur panjang, sering diketengahkan teori reaksi radikal bebas,
dan teori ini sekarang sedang sangat populer dan banyak diteliti
oleh para ahli terutama dalam hubungannya dengan zat-zat gizi
yang dikonsumsi setiap hari.
Gambar 2. Keikut-sertaan zat-zat gizi dalam mengontrol radikal bebas
RADIKAL BEBAS DAN PROSES PENUAAN
Reduksi terhadap oksigen menjadi molekul air adalah reaksi
fundamental dalam pernapasan, di mana makanan diubah menjadi
energi yang berguna untuk keperluan sel-sel dalam tubuh kita.
Penambahan berturut-turut sebanyak 4 elektron kepada
oksigen akan menghasilkan air dan juga menghasilkan radikal
bebas, yang mempunyai potensi merusak sel (Gambar 1)m.
Reaksi radikal bebas sebenarnya adalah suatu mekanisme
biokimia yang normal terjadi dalam tubuh kita. Radikal bebas
biasanya hanya bersifat intermediat (perantara), dan kemudian
cepat diubah menjadi substan lain yang tidak lagi membahaya-
kan tubuh kita; misalnya hormon-hormon prostaglandin yang
dibentuk melalui suatu seri reaksi radikal bebas, atau reaksi
detoksifikasi racun yang masuk ke dalam tubuh yang juga meng-
ikutsertakan radikal bebas. Tetapi jika pada kesempatan yang
berumur sangat pendek ini, radikal bebas bertemu DNA atau
enzim atau asam lemak majemuk tak jenuh (polyunsaturated
fats), maka suatu permulaan kerusakan sel dapat terjadi(2).

22 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


Radikal anion superoksida, hidrogen peroksida dan radikal dikontrol oleh individu antara lain makanan, merokok, aktifitas
hidroksil adalah 3 macam basil metabolisme yang bila tidak fisik, dan lain-lain. Makanan yang cukup bergizi setiap hari
terkontrol dapat menyebabkan kerusakan. Substan yang paling dianjurkan untuk dapat memperlambat proses degeneratif dan
reaktif dan berbahaya adalah radikal hidroksil (OH°) yang meningkatkan kemampuan tubuh terhadap penyakit, memper-
mempunyai kemampuan merusak sel. Zat gizi yang paling sen- tahankan badan tidak kelebihan berat.
sitif terhadap kerusakan oleh radikal bebas adalah asam lemak Beberapa hasil penelitian menunjukkan hubungan antara
majemuk tak jenuh, yang dikenal dengan sebutan lipid peroksidasi. kecukupan konsumsi zat-zat gizi pada waktu usia muda yang
Di luar tubuh, asam lemak dalam makanan yang bereaksi dengan telah lalu dengan keadaan kesehatan pada usia tua sekarang ini.
radikal bebas menghasilkan peroksidasi yang disebut tengik. Chope(4) melakukan penelitian terhadap 306 subyek berumur di
Selain radikal oksigen, polusi kimia juga dapat menimbulkan atas 50 tahun yang mengkonsumsi rendah vitamin A, niacin, dan
lipid peroksidasi(2). vitamin C; ditemukan bahwa subyek yang anemik berhubungan
Di dalam tubuh, reaksi radikal bebas menyebabkan keru- erat dengan insidens penyakit saluran pernafasan, dan subyek
sakan sel dan lapisan-lapisan pelindung yang mengelilingi sel. yang rendah mengkonsumsi vitamin A berhubungan dengan
Akumulasi kerusakan sel-sel ini dalam waktu lama (bertahun- insidens penyakit saraf, peredaran darah, dan pernafasan. Kon-
tahun) menimbulkan tanda-tanda tua seperti bintik-bintik hitam sumsi vitamin B1 yang rendah berkorelasi erat dengan penyakit
di wajah dan keriput. Jadi proses degeneratif terjadi lewat reaksi saraf dan sistem peredaran darah. Kedua macam penyakit ini
radikal bebas ini. berkurang apabila intake vitamin B1 ditingkatkan. Penelitian
oleh Kirk dan Chieffi(5) membuktikan daya absorpsi zat-zat gizi
KEIKUTSERTAAN ZAT GIZI DALAM REAKSI RA- pada dinding usus halus. Adalah suatu kejadian yang umum
DIKAL BEBAS dijumpai bahwa pada manula absorpsi zat-zat gizi lebih rendah
Zat-zat gizi yang ikut dalam proses reaksi radikal bebas dibandingkan dengan orang dewasa muda.
adalah vitamin E, vitamin A, vitamin C, selenium, zinc, mangan, Penelitian buta-ganda terhadap 35 manula berusia 65 sam-
copper dan beta karoten. Gambar 2 menunjukkan bagaimana pai 90 tahun, yang semuanya mempunyai gejala pusing kepala
zat-zat gizi ini berinteraksi. Sebagian besar zat-zat gizi ini ber- dan pucat, menunjukkan bahwa setelah pemberian vitamin B12,
fungsi sebagai bagian dari enzim. Selenium dibutuhkan untuk gejala pusing atau pucat hilang pada 89% subyek yang diteliti;
mengaktifkan glutathione perozidase; dan dua ensim superoxide sedangkan pada subyek yang mendapat plasebo, rasa pusing
dismutase membutuhkan mangan, copper dan zinc(2). Vitamin E masih ditemukan(6).
mempunyai kemampuan menetralisasi intermediat peroxidasi Osteoporosis adalah penyakit degeneratif yang paling umum
(radikal bebas) dan mencegah kerusakan molekul-molekul vital dijumpai pada manula, dan keadaan ini ada hubungannya dengan
dengan cara mengubah radikal menjadi hydroperoxide. Reaksi kerapuhan tulang. Smith dan Rizek(7) menemukan sebanyak
ini sangat penting untuk mencegah terjadinya lipid peroxidasi 80% dari 2000 wanita berumur 65 tahun ke atas di kota Detroit
yang dapat merusak sel dan membran sel. Dalam melindungi mengalami osteoporosis. Penelitian 3 tahun kemudian mem-
lemak majemuk tak jenuh terhadap reaksi yang menghasilkan buktikan bahwa keadaan ini ada hubungannya dengan demine-
radikal yang membahayakan ini, maka vitamin E berfungsi ralisasi tulang. Menurut Garn(8), demineralisasi tulang dimulai
sebagai antioksidan(3). pada usia 30 tahun; sesudah umur itu, kejadian demineralisasi
Salah sate fungsi vitamin C adalah sebagai reducing agent berjalan uniform. Magnitud dari kehilangan zat tulang lebih
yang dapat mengubah vitamin E yang telah teroksidasi, kembali besar pada wanita daripada laki-laki. Ada baiknya konsumsi
ke bentuk aktif semula. Sedangkan selenium, melalui enzim mineral harus lebih banyak pada usia dewasa muda agar dapat
glutathione peroxidase, mengubah hidroperoksida dalam mo- disimpan dalam tulang sebagai persiapan menghadapi usia tua.
lekul asam lemak menjadi asam hidroksi yang tidak lagi ber-
bahaya. Metal seperti zinc, mangan dan copper sebagai bagian GIZI DAN UMUR PANJANG
dari enzim superoxida dismutase menangkap radikal bebas lain- Wanita pada umumnya hidup lebih lama. Umur harapan
nya yaitu superoxida radikal yang merupakan suatu molekul hidup wanita di Indonesia sekarang ini adalah 61,5 tahun, dan
oksigen dengan ekstra elektron ( O 2-)(2). Akhir-akhir ini, banyak laki-laki 57,9 tahun(9). Perbedaan umur harapan hidup antara
perhatian para ahli terhadap beta karoten, bukan karena sebagai wanita dan laki-laki adalah 3½ tahun, sedangkan di Amerika
prekursor vitamin A, tetapi sebagai proteksi tubuh terhadap Serikat adalah 7 tahun. Lebih panjangnya umur harapan hidup
kerusakan oleh reaksi radikal bebas, meskipun mekanismenya pada wanita antara lain disebabkan oleh cadangan lemak dalam
masih belum jelas. badan(10). Lebih besarnya persediaan energi dalam jaringan
adiposa pada wanita, menyebabkan wanita lebih mampu ber-
VITAMIN DAN MINERAL TERHADAP KESEHATAN tahan hidup terutama pada waktu keadaan kurang pangan.
MANULA Penelitian pada hewan maupun manusia menunjukkan jumlah
Banyak faktor yang menentukan panjangnya umur sese- makanan yang dikonsumsi nyata mempengaruhi insidens pe-
orang. Faktor-faktor ini dapat dikelompokkan menjadi : 1) yang nyakit dan umur panjang. Berg(11) pada penelitiannya terhadap
tidak dapat dikontrol oleh individu, misalnya faktor keturunan, tikus menemukan bahwa konsumsi makanan yang tidak terlalu
lingkungan air dan udara, polusi, dan lain-lain, dan 2) yang dapat banyak (terbatas) tidak hanya menyebabkan hidup umur panjang,
aa

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 23


tetapi juga menunjukkan gejala/lesi miokardial, vaskular dan ner. Sampai seberapa jauh pengaruh lemak makanan ini masih
renal yang jarang terdapat dibandingkan dengan tikus yang belum banyak diketahui, tetapi tampaknya tidak besar. Dengan
makannya berlebihan. Tikus yang diberi makan pas-pasan ini mengurangi jumlah lemak makanan, kolesterol dalam darah
disamping deposit lemak dalam badan yang sedikit juga per- turun tapi hanya bersifat sementara, dan jumlah yang meninggal
tumbuhan tulang lebih lambat dan kematangan seks yang juga dunia karena sakit jantung tidak berkurang. Pearce dan Dayton(13)
terlambat. Mc Cay(12) dalam analisisnya terhadap pengaruh mengungkapkan bahwa pemberian lebih banyak lemak majemuk
makanan yang dikonsumsi pas-pasan, macam dan jumlah pro- tak jenuh (polyunsaturated fat) dalam makanan tidak mengubah
tein, suplemen zat-zat gizi komersial, dan kegiatan fisik tikus, insidens sakit jantung koroner pada orang-orang berumur 55
mendapatkan bahwa faktor yang terutama berhubungan dengan tahun ke atas. Bahkan dikhawatirkan bahwa dengan pemberian
umur panjang adalah jumlah lemak badan. lemak majemuk tak jenuh selama 5 tahun atau lebih seperti yang
Berdasarkan catatan pada data asuransi jiwa, ternyata orang diberikan pada penelitian malah memperbesar kemungkinan
berbadan kurus lebih jarang sakit, umur lebih panjang, lebih timbulnya kanker (ingat reaksi radikal babas).
rendah tekanan darahnya, jarang menderita sakit jantung, dan Bender dan Damjo(l4) meneliti pemberian karbohidrat se-
jarang terkena kanker. Mereka ini umumnya mempunyai berat derhana (gula) sebagai kontribusi terhadap morbiditas dan mor-
badan terhadap tinggi badan lebih rendah dari standar. talitas pada manula. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa
Obesitas (kegemukan) dapat terjadi apabila pada usia tua 1) gula meninggikan kolesterol dalam darah sehingga yang ber-
kegiatan fisik dan pengeluaran energi menurun/lebih rendah, sangkutan rawan terhadap sakit jantung, 2) berpengaruh ter-
sedangkan makan tetap banyak seperti pada usia muda sebelum- hadap fungsi pankreas sehingga menimbulkan diabetes, dan
nya. Hasil penelitian di Cekoslowakia menunjukkan bahwa 3) kemungkinan besar menderita obes. Tentang pengaruh gula
jumlah orang-orang yang obes jauh lebih banyak dibandingkan terhadap kanker tidak diungkapkan dengan jelas oleh peneliti
dengan penelitian 15 tahun yang lalu terhadap populasi yang tersebut.
sama. Penelitian ini menyimpulkan bahwa makin bertambah Meningkatnya konsumsi gula erat hubungannya dengan
usia, makin banyak orang bertambah gemuk baik pada wanita menurunnya konsumsi serat makanan. Reduksi konsumsi serat
maupun pada laki-laki(10). Hasil penelitian di Amerika meng- ini yang dianggap sebagai penyebab mengapa orang-orang di
ungkapkan bahwa rata-rata berat badan naik sampai umur enam Barat banyak yang menderita penyakit divertikulosis. Selain itu
puluhan, dan sesudah itu menurun secara bermakna. Hal ini dapat terjadi pula perubahan kegiatan mikroorganisme dalam usus be-
diartikan bahwa orang-orang gemuk pada usia enam puluhan sar yang sebelumnya aktif memecah serat makanan; kemudian
banyak yang meninggal, sedangkan orang-orang yang masih setelah orang lebih banyak makan gula dan sedikit serat, maka
bertahan hidup sesudah umur 60-an adalah kebanyakan orang- transit time makanan yang dicerna menjadi lebih panjang (ka-
orang yang berbadan kurus. Pada setiap tingkatan umur, wanita rena sisa makanan sedikit, lama baru dikeluarkan); sehingga
mempunyai lemak badan lebih banyak daripada laki-laki. Makin keadaan ini mempermudah terjadinya kanker pada usus besar.
bertambah tua umur, baik wanita maupun laki-laki makin Penyakit divertikulosis maupun kanker usus besar banyak di-
cenderung lebih gemuk. jumpai pada masyarakat maju, tetapi sedikit di kampung-kam-
Hasil penelitian Schlenker dkk.(10) menyokong hipotesis pung di Asia dan Africa(10).
bahwa masa otot bertambah kecil dengan bertambah tuanya usia. Hasil penelitian Schlenker dkk.(10) terhadap 97 wanita berkulit
Mereka menemukan bahwa potassium dalam badan menurun putih yang sudah pensiun di Amerika Serikat, menunjukkan
pada usia dewasa, dan dijumpai kadar potassium pada wanita manula yang konsumsi lemaknya tinggi pada usia muda, lebih
lebih rendah daripada laki-laki. Reduksi potassium dalam tubuh dahulu meninggal dunia, dibandingkan dengan manula yang
ini menunjukkan terjadinya perubahan metabolisme seluler atau membatasi konsumsi lemak makanan. Para peneliti itu berke-
penggantian masa otot dengan jaringan pengikat. simpulan bahwa makin tinggi konsumsi lemak, makin pendek
Jika obes didefinisikan sebagai berakumulasinya jaringan umur harapan hidup seseorang, sedangkan hubungan antara total
lemak badan, maka dalam hubungannya dengan penyakit dege- intake kalori dengan umur pada waktu meninggal tidak tampak
neratif, upaya menjaga badan jangan sampai obes adalah suatu nyata. Jadi konsumsi lemak yang berpengaruh nyata terhadap
cara yang terbaik sebagai persiapan menghadapi hari tua yang umur harapan hidup, bukan total kalori.
sehat. Badan yang tidak gemuk, mempunyai kesempatan hidup Kemungkinan mekanisme lain di mana lemak makanan
4 tahun lebih panjangl(12). Beberapa indikasi menunjukkan bahwa mempengaruhi usia hidup adalah dalam hubungannya dengan
sejumlah komplikasi terdapat lebih banyak pada orang gemuk penyakit jantung koroner. Dari 52 wanita manula yang diteliti,
daripada orang berbadan normal. Salah satunya adalah disfungsi 28 meninggal dunia karena sakit jantung. Manula yang masih
hati terdapat lebih banyak pada orang gemuk. Arthritis degene- hidup pada penelitian ini, pada waktu lampau mengkonsumsi
ratif terdapat pada 80% orang-orang yang gemuk. Dan jaringan lemak kurang lebih sama banyaknya dengan manula yang sudah
lemak yang berlebihan, adalah faktor yang berperanan terhadap meninggal, tetapi kebiasaan makan mereka sekarang sudah ber-
meningkatnya prevalensi diabetes(10). ubah. Mereka mengkonsumsi sedikit lemak tetapi lēbih tinggi
Sumber dan jumlah lemak dalam makanan manula dilapor- protein. Adanya perubahan kebiasaan makan ini yang barangkali
kan erat hubungannya dengan kejadian penyakit jantung koro- merupakan salah satu faktor mengapa mereka hidup lebih lama.
aa a

24 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


KESIMPULAN 2. Weindruch R, Walford RL The Retardation of Aging and Disease by
Hasil-hasil penelitian telah membuktikan bahwa gizi mem- Dietary Restriction. Illinois : Charles Thomas, 1988. Hal 245-51.
3. Diplock AT. Antioxidant nutrients and disease prevention : an overview.
berikan kontribusi yang nyata terhadap kesehatan dan umur Am. J. Clin. Nut:. 1991: 189S-93S.
harapan hidup. Seri reaksi radikal bebas pada proses degeneratif 4. Chope HD. Relation of nutrition to health in aging persons. Calif. Medi.,
menyebabkan orang tampak lebih tua dari umurnya. Proses 1954; 81: 335-40.
penuaan ini dapat diperlambat oleh hadirnya vitamin E dan 5. Kirk JE, Chieffi M. Hypovitaminemia A: Effect of vitamin A admi-
nistration on plasma vitamin A concentration, conjunctival changes, dark
vitamin C sebagai zat antioksidan disertai dengan selenium dan adaptation, and toad skin. Am. J. Clin. Nutr. 1952; 1: 37-45.
zinc sebagai trace element. Zat-zat gizi tersebut berguna untuk 6. Rafsky HA. Special nutritional problems of the aged. Symp. on Problems
mempertahankan seseorang tetap sehat dan awet muda. of Gerontology. New York : Ntl. Vitamin Found. 1974.
Zat gizi yang diketahui paling berpengaruh terhadap umur 7. Smith RW, Rizek J. Epidemiologic studies of osteoporosis in women.
Clin. Arthopaed. Related Res. 1966; 45: 31-7.
panjang adalah lemak makanan. Makin tinggi konsumsi lemak, 8. Gam SM. The course of bone gain and the phases of bone loss. Orthopedic.
cenderung makin pendek umur harapan hidup seseorang. Sukrosa Clin. N. Am. 1972; 3: 503-8.
(gula) juga ada pengaruhnya terhadap kesehatan manula, ter-mama 9. Biro Pusat Statistik. Indikator Kesejahteraan Rakyat. 1990. Hal. 80.
apabila disertai dengan sedikit konsumsi serat (selulosa, 10. Schlenker ED, Feurig JS, Stone LH, Ohlson MA, Mickelson O. Nutrition
and health of older people. Dalam: Labuza TP, Sloan AE, (eds.) Contem-
hemiselulosa dan lignin) dalam makanan sehari-hari. Tentang porary Nutrition Controversies. St. Paul: West Publ. 1979; 301-11.
mekanisme lemak, gula, trace element dalam hubungannya 11. Berg BN. Nutrition and longevity in the rat. III. Food restriction beyond
dengan kesehatan dan umur panjang belum banyak diungkap- 800 days. J. Nutr.. 1961; 74: 23-8.
kan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk dapat menjelaskan 12. McCay CM, Maynard LA, Sperling G, Sanger VL Nutritional require-
ment during the latter half of life. J. Nutr. 1961; 21: 45-50.
substan di dalam lemak dan komposisi lemak dalam implikasi 13. Pearce ML, Dayton S. Incidence of cancer in men on a diet high in poly
terhadap kesehatan dan umur harapan hidup. unsaturated fat. Lancet 1971; 1: 464-8.
14. Bender AE, Damji KB. Some effects of dietary sucrose. Dalam: Yudkin J,
KEPUSTAKAAN
Ederlan J, Hough L, (eds). Sugar: Chemical, Biological and Nutritional
1. Buttriss J. Free radicals and nutrition. J. Nutr. Food Sci. 1989; 2: 2-3. Aspects of Sucrose. London: Butterworths, 1971; 115-21.

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 25


Manfaat Suplementasi Vitamin dan
Mineral
Darwin Karyadi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Departemen Kesehatan R1., Bogor

PENDAHULUAN kembang yang memberi perspektif baru dalam penerapannya


dibidang ilmu gerontologi maupun dalam menunjang penanggu-
Seiring kemajuan pembangunan nasional termasuk sektor langan penyakit denegeratif lainnya.
ekonomi, industri dan kesehatan terutama di kota-kota besar di Uraian berikutnya akan mengemukakan alasan-alasan ra-
Indonesia, dari suatu kajian mutakhir tentang kecenderungan sional penggunaan suplemen yang selalu menjadi pertanyaan
pembangunan kesehatan di Indonesia(1), telah terjadi pola pe- tidak saja bagi masyarakat awam, tapi juga di kalangan profesi
rubahan penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. kedokteran, kesehatan dan gizi.
Konsekuensi dan implikasinya juga luas menyangkut perubahan
pelayanan kesehatan dan kedokteran serta sarananya menjelang
PENDEKATAN SUPLEMENTASI VITAMIN MINERAL
pergantian abad menuju abad ke 21. Perubahan di atas disebut
DALAM PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DAN
transisi epidemiologi sebagai akibat transisi demografi.
PROSPEK HASIL PENELITIAN.
Kajian dataSurvei Kesehatan Rumah Tangga di Indonesia
yang mutakhir(2) memperlihatkan bahwa prevalensi penyakit Dalam penanggulangan kebutuhan akibat defisiensi vitamin
jantung, kanker meningkat menduduki urutan di atas penyakit- A, diberikan kapsul lunak 200.000 IU vitamin A setiap 6 bulan
penyakit infeksi yang cenderung menurun. Kemajuan perkem- kepada anak prasekolah 1— 5 tahun sejak tahun 1972, termasuk
bangan ilmu gizi serta penerapannyadi Indonesia melalui UPGK di daerah pedesaan melalui Usaha Perbaikan Gizi Keluarga
dan Posyandu lebih diprioritaskan bagi golongan penduduk (UPGK), Posyandu. Dalam rangka penanggulangan anemi de-
dengan masalah gizi utama meliputi penyakit defisiensi seperti fisiensi besi pada kehamilan sejak lama pula melalui UPGK dan
penyakit Kekurangan Kalori Protein (KKP), defisiensi vitamin Posyandu diberikan pil ferrosulfat dan asam folat dengan takaran
A, anemi defisiensi besi dan penyakit defisiensi yodium; namun 60 mg dan 500 mcg masing-masing setiap hari selama terutama
dalam Pelita VI antisipasi ke arah sasaran penyakit degeneratif semester ke III kehamilan. Juga dalam penanggulangan de-
akan lebih mendapat perhatian pemerintah dan masyarakat. fisiensi yodium sedang dicari alternatif; di samping injeksi
Pendidikan gizi dan upaya perbaikan pangan dan gizi yang lipiodol diberikan kapsul yodium sebagai suplemen di daerah
mengacu pada perilaku pola makan yang benar dan baik dicer- gondok endemik(3,4). Pengalaman serupa dianjurkan oleh Inter-
minkan melalui slogan Empat Sehat Lima Sempurna, Program national Vitamin A Consultative Group (IVACG) dan Interna-
Penganekaragaman Menu Makanan Rakyat, Gerakan Kesadaran tonal Nutritional Anemia Consultative Group (INACG) di
Pangan dan Gizi Nasional; dari pengalaman empiris, pendekatan negara-negara berkembang dengan dukungan WHO dan
teknologi intervensi suplementasi dengan vitamin A, yodium USAID(5-8).
dan Fe merupakan tindakan preventif kesehatan masyarakat Uraian di atas mengemukakan pendekatan suplementasi
yang sudah sejak lebih dari 20 tahun dilaksanakan di Indonesia terutama untuk menanggulangi penyakit difisiensi gizi utama
dan juga di luar negeri. Dengan kemajuan ilmu biologi molekuler yang biasanya beban biaya ditanggung oleh pemerintah negara
dan ilmu gizi, akkhir-akhir ini teori radikal bebas pesat ber- berkembang.
a

26 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


Bagaimana gambaran di negara industri maju seperti hamil, manula, kondisi lingkungan yang buruk seperti pekerja
Amerika, Eropa dalam rangka penanggulangan penyakit dege- barat dengan faktor stres, cabang olahraga yang berat seperti
neratif ? maraton, lingkungan yang tercemar dengan zat-zat polutan yang
Pengalaman empiris di luar negeri mengungkapkan bahwa dapat mempengaruhi keadaan gizi dan kesehatan.
40% dari penduduk dewasa di Amerika menggunakan suplemen- Kategori ke tiga: Individu atau penderita dengan kebutuhan
tasi vitamin mineral, meskipun penyediaan pangan dan gizi ber- gizi khusus seperti : 1) diet rendah kalori, 2) perokok dan
limpah(9). Suatu hal yang kontroversial di kalangan gizi dan peminum alkohol berat, 3) pengguna medikasi yang lama seperti
kedokteran, apakah suplementasi vitamin mineral selalu di- obat-obat antituberkulosis, antikonvulsi, antimalaria, kontrasepsi
perlukan ?. Hasil penelitian mutakhir makin banyak meng- steroid, antibiotik, sedatif, obat penurun kolesterol yang dapat
indikasikan azas manfaatnya bila digunakan dalam kondisi ter- menyebabkan defisiensi jenis-jenis vitamin mineral tertentu(13).
tentu secara layak dengan indikasi yang tepat di bawah peng- Kategori ke empat mendukung pelayanan medis untuk tujuan
awasan profesi kedokteran dan kesehatan; suplementasi vitamin pemulihan dan penyembuhan sebagai ajuvan di rumah sakit.
mineral telah dibuktikan di Inggris dapat mencegah kelainan Pelayanan dietetik perlu diutamakan, namun tidak jarang (30%)
kongenital bibir sumbing (cleft palate) dan kelainan tabung saraf penderita masuk rumah sakit dengan keadaan gizi kurang pada
(neural tube defect)(10), pencegahan penyakit kardiovaskular dan kasus di negara makmur seperti Amerika(14), sehingga daya tahan
kanker, mencegah proses penuaan, katarak, penyakit Parkin- tubuh (imunitas) berkurang dan proses pemulihan terhambat,
son(11) seperti pada penyembuhan luka(15).
Indikasi yang tepat menurut penilaian profesi kedokteran
adalah dasar proses keputusan pemberian suplementasi vitamin
RASIONAL SUPLEMENTASI ZAT-ZAT GIZI mineral.
Dari pengalaman di dalam negeri dan mengacu pada rujuk-
an luar negeri dapat dikemukakan bahwa rasional penggunaan KESIMPULAN
suplemen sangat bervariasi dari penggunaan untuk tujuan pen-
Perubahan pola penyakit infeksi ke pola penyakit degene-
cegahan, pengobatan sampai pada tujuan rehabilitasi suatu kon-
ratif telah diamati di Indonesia. Perkembangan teori radikal
disi penyakit; pemberian vitamin A dosis masif oral atau dosis
bebas memberi perspektif karena hasil-hasil penelitian me-
tinggi bisa mencegah kebutaan, tapi juga dapat merupakan pe-
nunjukkan kemungkinan pencegahan penyakit degeneratif melalui
ngobatan stadium tertentu xerophthalmia; bahkan cenderung
penggunaan zat-zat gizi antioksidan.
mencegah morbiditas dan mortalitas anak di negara berkembang(4).
Diuraikan pula pengalaman empiris suplementasi vitamin
Umumnya landasan rasional dapat dirinci sebagai berikut : aaa

(1) Mengacu pada kajian ketiga faktor utama yaitu bila aspek
individu (host), agen (penyebab) dan lingkungan tidak bisa
dikendalikan, maka salah situ pintu masuk (entry point) ialah
meningkatkan status individu dengan jalan suplementasi; (2)
Suplementasi berfungsi mengatasi defisit RDA yang sudah ada,
sebagai pelengkap bukan sebagai substitusi; (3) Dalam situasi
tertentu memang mutlak diperlukan seperti diuraikan dalam ka-
rangan lain penulis ini tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan zat gizi; (4) Faktor kondisi penyakit, umur, kegiatan
merupakan pertimbangan yang sangat penting; (5) Dari pertim-
bangan-pertimbangan di atas menentukan jumlah takaran, lama-
nya serta keamanan penggunaannya; (6) Khusus tentang pen-
cegahan dan dukungan terapi, pertimbangan sifat biochemical
individuality dengan histokompabilitasnya merupakan
pendekatan khususnya dalam pemecahan masalah penyakit de-
generatif(12).

INDIKASI TEPAT

Dari uraian di atas indikasi yang tepat menurut kondisi


individu ditinjau dari aspek keadan gizi, kondisi penyakit, peri-
laku hidup, kualitas lingkungan diarahkan pada penggunaan
suplementasi vitamin mineral dengan komposisi zat gizi yang
sesuai, takaran dan lama pemberian yang tepat. Secara makro
strategi suplementasi terutama pada golongan penduduk yang
biologis dan sosio-ekonomi rawan seperti anak prasekolah, wanita
a

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 27


mineral di Indonesia dan luar negeri untuk tujuan program use of vitamin A in emergency and relief operations. International Life
Sciences Institute/Nutrition Foundation. Washington, DC. 1988.
kesehatan dan gizi masyarakat. 7. Vitamin A supplements - A guide to their use in the treatment and
Dikemukakan tujuan penggunaan rasional dan indikasi yang prevention of vitamin A deficiency and xerophthalmia. Geneva : WHO,
tepat untuk profesi kedokteran. 1988.
8. International Nutrition Anemia Consultative Group (INACG). Guidelines
KEPUSTAKAAN for the Control of Maternal Nutritional Anemia. International Life Institute/
Nutrition Foundation. Washington, DC. 1989.
1. Ministry of Health. National Institute of Health Research & Development. 9. Stanton JL. Vitamin Usage : Rampant or reasonable? Vitamin Issues, 1983;
The Assessment of Health Development in Indonesia. Jakarta, November 1.
1990. 10. Seller MJ. Periconceptional vitamin supplementation to prevent recurrence
2. Prosiding Seminar Survai Kesehatan Rumah Tangga 1986. Penyunting : L. of neural tube defects. Lancet 1985; 1 (8442) : 1392-93.
Ratna Budiarso dkk. Jakarta : Badan Litbangkes, Pusat Penelitian Ekologi 11. Antioxidant vitamin and B-carotene in disease prevention. Proceedings of
Kesehatan, 1987. a Conference held in London, UK, October 2-4,1989. FF. Hater, G Block
3 Repelita III - V, Bab kesehatan. 1968-1988-1993. (eds.) Am. J. Clin. Nutrition 1991; 53 (suppl.) : 1.
4. Karyadi D. Vitamin A problems in South East Asia with special reference 12. Karyadi D. Tinjauan Kecukupan Gizi yang dianjurkan (RDA) dan Penyakit
to its impact on child health. In : Child Nutrition in Southeast Asia. Eight Degeneratif serta Implikasinya. Akan dipublikasi 1991.
Nutricia Symposium. HKA. Visser, JG. Bindels (eds.) Dordrecht : Kluwer 13. Garrison RH, Somer E. The Nutrition. Desk Reference, Keats. Publ. Inc.,
Academic Publisher, 1990. New Canaan Connecticut 1990, hal. 119.
5. West KP, Pettiss, T. Control of vitamin A deficiency by the vitamin A 14. Bristrian B dkk. Prevalence of malnutrition in general medical patients
periodic oral dosing approach. In : Vitamin A deficiency and its control. J. JAMA 1976; 235 : 1567-70.
Christopher Bauenfeind (ed.) London : Academic Press, 1986. 15. Pollack SV. Nutritional factors affecting wound healing. J. Dermatol. Surg.
6. International Vitamin A Consultative Group (IVACG). Guidelines for the Oncol. 1979; 5 : 8.
a

28 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


Uji Toksisitas dan Aktivitas Biologik
Ekstrak Bawang Putih
Oen Liang Hie, Agus Purwanto*, Moh. Sadikin, S . Koesparti Siswojo**
Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
* Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu Matematika Ilmu Pasti dan Alam Universitas Indonesia, Kampus Depok
** Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta

Sith Garlicke then hath power to save from death


Bear with it though it maketh unsavoury breath
And scorne not garlicke like some that thinke
It only maketh men winke, drinke and stinks.
Sir John Harrington (1607)

PENDAHULUAN babkan efek samping yang serius, selain baunya yang dapat
Tidak dapat dipastikan sejak kapan manusia menggunakan mengganggu lingkungan si pemakan.
bawang putih dalam makanannya, akan tetapi dapat dikatakan Oleh kemajuan-kemajuan yang telah dicapai ilmu farmasi
bahwa bawang putih sebagai bumbu dapur sudah dikenal sejak dan teknologi pembuatan obat, ekstrak bawang putih sekarang
manusia mulai mengolah makanannya. Dari catatan-catatan dapat disajikan dalam bentuk kapsul lunak dan hampir tidak
yang berasal dari zaman dahulu, diketahui bahwa selain sebagai berbau dengan claim khasiat biologiknya masih tetap ada.
bumbu dapur, bawang putih juga dipergunakan sebagai obat(1). Dalam bentuk baru ini maka kedua faktor penghalang ter-
Dalam ilmu pengobatan tradisional bawang putih dapat dipakai sebut dapat disingkirkan. Timbul pemikiran : bila tidak ada lagi
untuk mengurangi/menyembuhkan berbagai macam gangguan/ faktor-faktor itu, maka terbuka kemungkinan seorang akan
penyakit(2,3,4,5,6). memakan kapsul ekstrak bawang putih dalam jumlah yang
Dalam waktu terakhir ini penggunaan bawang putih lebih berlebihan, seperti yang telah terjadi dengan obat-obat lain atas
terarah yaitu ditujukan untuk memperbaiki keadaan hiper- dasar pertimbangan sipemakai : kalau sedikit balk maka kalau
lipidemia, yaitu kenaikan kadar lipid dalam darah dan hiper- banyak akan lebih baik lagi.
glikemia, yaitu peninggian kadar gula darah, seperti pada diabe-
tes mellitus(7,8,9). TUJUAN
Kekhususan umbi herba ini ialah bau tajam dan menusuk Pertanyaan yang timbul ialah : apa yang akan terjadi bila
yang timbul bila dipotong atau dihancurkan. Kini dapat di- seorang dengan sengaja memakan sekaligus ekstrak bawang
terangkan bahwa integritas struktur sel pada umbi ini berwujud putih jauh di atas dosis yang dianjurkan, misalnya sampai 50 X
sebagai tidak berbaunya bawang putih dalam keadaan utuh. atau 100 X dosis yang dianjurkan ? Dapat dimengerti bahwa
Rusaknya integritas struktur tersebut akan menyebabkan saling untuk dapat menjawab pertanyaan ini perlu dilakukan percoba-
bereaksinya substrat dan enzimnya yang kedua-duanya memang an. Akan tetapi dapat dipahami juga bahwa percobaan seperti itu
terdapat di dalam sel-sel bawang putih. Sebagai hasil reaksi sulit atau tidak dapat dilakukan pada manusia. Untuk dapat
kimia ini terbentuklah berbagai senyawa atsiri dengan bau tajam menjawab pertanyaan tadi maka masih diperlukan hewan coba,
yang disukai orang atau oleh sebagian orang malah dihindari(10). seperti tikus.
Selain bau khas ini selaput lendir (mulut, mata dan lambung) Dalam percobaan ini hendak diteliti pula apakah ekstrak
akan terasa panas bila terkena getah yang terbentuk pada pemo- bawang putih yang dipakai masih memiliki khasiat seperti ba-
tongan bawang putih. Kedua faktor ini sesungguhnya merupakan wang putih mentah yaitu efek hipolipemik dan hipoglikemik.
kendala bagi seorang yang hendak memakan bawang putih segar
(mentah) dalam jumlah besar seperti yang terjadi dalam peng- BAHAN DAN CARA
obatan tradisional. Hingga kini memang belum ada laporan Telah diketahui bahwa pembebanan dengan karbohidrat
apakah penggunaan bawang putih secara berlebihan mcnye- seperti sukrosa, dapat menyebabkan hiperglikemia disamping

Dibacakan pada The International Congress on Traditional Medicine and


Medicinal Plants. Denpasar, Bali, 15-17 Oktober 1990.

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 29


hiperlipidemia(11,12.13.14). a. Tikus-tikus yang diberi beban sukrosa sudah menunjukkan
Sebagai hewan coba, digunakan tikus-tikus putih muda hiperlipidemia dan hiperglikemia.
strain LMR yang dibiakkan oleh Bagian Penelitian Gizi, Unit b. Bila timbul efek-efek subkronik oleh dosis ekstrak bawang
Diponegoro, Departemen Kesehatan. Oleh karena seluruh per- putih yang tinggi ini, dapat diketahui.
cobaan sekaligus memerlukan 26 (duapuluh enam) ekor tikus Pengamatan dilakukan juga atas perubahan-perubahan fisik
muda dan lembaga tersebut tidak dapat menyediakan jumlah seperti kenaikan berat badan, kelainan kulit, bentuk dan jumlah
tersebut pada waktu yang sama, maka percobaan dilakukan rambut. Selain itu diperhatikan pula pola tingkah laku tikus-tikus
dengan tikus-tikus dengan 2 golongan umur, yaitu berumur 4 selama percobaan ini, seperti pengurangan atau peningkatan
bulan (kelompok kontrol dan kelompok I) dan berumur 6 bulan aktivitas.
(kelompok II dan III). Pada akhir percobaan tikus-tikus dibunuh setelah diambil
Tikus-tikus dibagi dalam 4 kelompok : darahnya melalui punksi jantung. Dipakai heparin untuk men-
Kelompok Kontrol : terdiri atas 5 ekor, berumur 4 bulan cegah pembekuan. Plasma yang terkumpul diperiksa kadar
mendapat diet standar dan air minum glukosa, kolesterol dan trigliseridanya. Glukosa diukur melalui
ad libitum reaksi dengan o-toluidine(15). Kadar kolesterol ditetapkan ber-
Kelompok I : terdiri atas 7 ekor, berumur 4 bulan dasarkan reaksi Lieberman-Burchard(16), sedangkan trigliserida
mendapat diet seperti kelompok kontrol ditetapkan memakai cara yang dilaporkan oleh Mendez,
ditambah sukrosa 10 g/kgBB/hari (1975)(17).
Kelompok II : terdiri atas 6 ekor, berumur 6 bulan Hati diambil dan diperiksa secara histologik di Bagian
mendapat diet seperti kelompok kontrol Histologi, FKUI.
ditambah sukrosa 10 g/kgBB/hari dan
ekstrak bawang putih setara dengan 50 X HASIL DAN PEMBAHASAN
dosis yang dianjurkan untuk manusia/hari Pengamatan selama percobaan ini berlangsung (8 minggu)
Kelompok III : terdiri atas 7 ekor, berumur 6 bulan menunjukkan bahwa pemberian ekstrak bawang putih setiap
mendapat diet seperti kelompok kontrol hari dalam dosis setara 50 X dan 100 X manusia/hari pada tikus-
ditambah sukrosa 10 g/kgBB/hari dan tikus strain LMR :
ekstrak bawang putih setara dengan a. Tidak menyebabkan tikus-tikus percobaan tampak sakit atau
100 X dosis yang dianjurkan untuk kurang lincah. Juga tidak tampak perubahan pada kulit dan
manusia/hari rambut. Berat badan tikus-tikus naik cukup baik pada akhir
Ekstrak bawang putih yang dipergunakan dalam percobaan percobaan (Tabel I).
ini diproduksi oleh PT BINTANG TOEDJOE, dengan nama b. Baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok I, II dan
dagang STARLIC, berbentuk kapsul lunak berisi 1 mg minyak III tidak ditemukan perubahan-perubahan histologik pada
bawang putih yang dilarutkan dalam 274 mg minyak kedele. 1 jaringan hati, yaitu organ pertama dalam tubuh yang bertugas
mg minyak bawang putih ini setara dengan 3 g bawang putih mengolah atau mendetoksikasi zat-zat yang telah diserap oleh
mentah, atau sama dengan satu siung bawang putih yang besar- usus.
nya sedang. Dan a dan b dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak
Dosis yang dianjurkan untuk orang dewasa : 2—3 kapsul/ bawang putih dengan dosis-dosis yang sangat tinggi ini tidak
hari. Untuk memudahkan perhitungan dianggap berat seorang menyebabkan efek-efek akut maupun sub-kronik.
dewasa sebesar 60 kg. Dosis sebesar 50 X dan 100 X dosis Dua ekor tikus (kelompok I dan II) langsung mati setelah
manusia/hari berarti 50 X 3 = 150 kapsul/hari dan 100 X 3 = 300 kanula salah masuk dan menembus trakhea (fausse route). Ini
kapsul/hari. Jumlah ini setara dengan bawang putih mentah telah dibuktikan oleh autopsi.
sebanyak 50 siung dan 100 siung/hari. Sulit sekali untuk mem- Hasil kami sesuai dengan yang didapat oleh Ngatijan (1990)
bayangkan seorang memakan bawang putih mentah sebanyak dalam laporan uji toksisitas bawang putih pada tikus(18).
ini, baik untuk sehari saja maupun untuk jangka waktu tertentu. Pembebanan sukrosa memang menyebabkan hiperglikemia
Pemberian beban karbohidrat berbentuk larutan sukrosa dan hiperlipidemia pada tikus-tikus percobaan sesuai dengan
berkadar 1 g/ml dan ekstrak bawang putih dilakukan dengan hasil yang dilaporkan berbagai laboratorium(11.12.13,14,19) Ini me-
memakai kanula atau sonde lambung. Cara pemberian seperti ini rupakan bukti penyokong akan eratnya hubungan metabolisme
memerlukan ketrampilan dan kesabaran oleh karena bila salah karbohidrat dan lemak.
memasukkan kanula dan temyata tidak masuk lambung (fausse Kekuatan aktivitas biologik ekstrak bawang putih yang di-
route) maka tikus akan langsung mati (lihat pada kelompok peroleh dari bawang putih mentah banyak tergantung dari cara-
I dan II). cara yang telah ditempuh untuk memperoleh ekstrak itu.
Sebelum percobaan dimulai, tikus-tikus dibiarkan di dalam Dari percobaan ini terbukti bahwā ekstrak bawang putih
kandangnya selama 4 hari untuk penyesuaian dengan lingkung- yang dipergunakan memiliki aktivitas biologik yang serupa
an yang baru. dengan bawang putih mentah yang terwujud sebagai penurunan
Percobaan ini dilakukan selama 8 (delapan) minggu agar : kadar gula dan lipid dalam darah (kolesterol dan trigliserida)
a

30 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


pada tikus-tikus kelompok II dan III (Tabel II). orang sehat yang diberi diet berkadar lemak tinggi bersamaan
Hasil penurunan kadar gula darah lebih besar pada dosis dengan 40 gram (setara dengan 13 siung) bawang putih mentah/
100 X. Akan tetapi, dosis setinggi ini tidak menghasilkan efek hari selama 7 hari. Mereka juga tidak menemukan efek samping
hipolipemia lebih besar dari dosis 50 X. yang serius(9).
Pemberian bawang putih atau ekstraknya pada manusia Dosis yang telah diberikan kepada manusia oleh peneliti-
dalam dosis yang cukup tinggi sesungguhnya sudah dilakukan. peneliti tersebut masih jauh di bawah dosis yang setara dengan
Perhitungan di bawah ini didasarkan anggapan bahwa 1 mg 50 X dan 100 X dosis yang dianjurkan dan telah diberikan kepada
ekstrak bawang putih setara dengan 3 siung bawang putih men- tikus-tikus daiam percobaan ini.
tah yang besarnya sedang, dengan catatan bahwa kekuatan atau Diperkirakan bahwa peneliti-peneliti tersebut tidak dapat
aktivitas biologik ekstrak yang diperoleh banyak ditentukan oleh memberikan dosis yang lebih tinggi oleh karena pada waktu itu
cara-cara ekstraksi yang dipakai. teknik ekstraksi dan cara penyajian berbentuk kapsul lunak
Pada tahun 1980 Bordia memberikan 1 g bawang putih belum sempurna.
mentah/kgBB/hari pada sejumlah penderita. Dosis ini setara Sesungguhnya dosis bawang putih tidak perlu terlalu tinggi
dengan lebih kurang 20 siung bawang putih. Tidak dilaporkan oleh karena dilaporkan bahwa penurunan kadar gula dan kadar
efek samping pada dosis ini. Dalam 1981 Bordia mengulangi fraksi-fraksi lemak darah sudah dapat dicapai dengan dosis
percobaannya dengan memberikan minyak bawang putih (garlic sesuai dengan dianjurkan(21).
oil) sebanyak 0.25 mg/kgBB/hari selama 2 bulan kepada sejum-
lah penderita dengan penyakit jantung koroner, tanpa ditemukan KESIMPULAN
efek-efek samping. Dosis ini setara dengan 45 gram bawang Pemberian ekstrak bawang putih dalam dosis setara dengan
putih mentah atau lebih kurang 15 siung bawang putih/hari(20). 50 X dan 100 X dosis yang dianjurkan untuk manusia/hari selama
Baktish dan Chughtai (1984) memberikan kepada orang- 8 minggu tidak menunjukkan efek-efek toksik akut maupun sub-
a

Tabel I. Berat badan tikus (gram) selama percobaan

I II III IV V VI VII VIII IX

Berat badan tikus 1 132,0 135,5 137,5 141,0 144;0 145,5 149,5 146,0 146
kontrol * 2 130,0 135,0 134,5 132,0 133,0 136,0 135,5 135,0 135
3 130,0 138,0 148,0 152,5 154,0 152,0 154,0 152,0 154
4 128,5 135,5 157,0 155,0 162,0 163,0 164,0 162,0 172
5 130,0 135,5 143,5 144,0 152,0 152,0 151,0 153,0 157
Rata-rata 130,1 135,9 144,1 144,9 149,0 149,7 150,8 149,6 152

Berat badan tikus 1 132,5 138,5 137,5 135,5 132,0 133,0 135,5 137,0 137
kelompok I * 2 119,0 126,5 124,5 126,0 124,0 134,0 136,0 144,0 144
3 139,0 141,5 147,0 149,5 158,0 164,0 165,0 168,0 168
4 135,0 143,5 147,0 142,0 149,0 149,0 149,0 157,0 152
5 140,0 147,5 160,0 155,5 148,0 156,5 161,0 162,0 163
6 128,0 135,5 142,5 141,5 138,0 145,0 149,0 155,0 154
7 MATI - - - - - - -
Rata-rata 132,3 138,8 143,1 141,7 141,5 146,9 149,3 153,8 153

Berat badan tikus 1 189,0 192,0 191,0 195,5 195,5 196,0 193,0 195,0 198
kelompok II ** 2 185,0 187,0 197,0 191,5 191,5 193,0 190,0 188,0 189
3 154,0 161,0 161,0 164,0 163,0 166,0 168,0 169,0 170
4 150,5 152,5 153,0 154,5 153,0 159,0 160,0 160,0 163
5 180,0 180,5 184,5 186,0 194,0 189,0 187,0 190,0 190
6 180,0 184,5 187,0 189,0 188,0 188,0 194,0 197,0 193
7 MATI - - - - - - -
Rata-rata 173,1 176,3 178,9 180,1 180,8 181,8 182,0 183,2 184

Berat badan tikus 1 181,5 186,0 190,0 191,0 189,0 195,5 196,0 204,0 210
kelompok III ** 2 176,5 178,0 176,0 177,0 175,0 177,5 178,0 179,5 180
3 182,0 185,0 191,0 189,5 188,0 191,0 192,0 192,0 193
4 183,0 187,0 184,0 186,0 184,0 188,0 190,0 192,0 198
5 161,5 168,0 169,0 164,0 162,0 162,0 164,0 162,0 161
6 156,0 160,0 161,5 160,0 159,0 160,0 163,0 160,0 166
7 175,5 178,0 182,0 180,0 180,5 183,0 185,0 186,0 185
Rata-rata 173,7 177,4 179,1 178,2 176,8 179,6 181,1 182,2 184

Keterangan :
* = umur 4 bulan
** = umur 6 bulan

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 31


Tabel II.

GLUKOSA KOLESTEROL TRIGLISERIDA


PLASMA PLASMA PLASMA
(mg/100 ml) (mg/100 ml) (mg/100 ml)

Kelompok kontrol * 1 133,93 85,89 73,16


Diet standar 2 116,07 92,03 67,90
3 151,79 98,16 81,06
4 151,79 116,56 88,85
5 133,93 92,03 86,32
Rata-rata 137,50 96,93 79,46

Kelompok I * 1 198,21 141,10 104,74


Diet standar + sukrosa 2 199,11 147,24 107,37
10 g/KgBB/hari 3 217,86 177,91 110,01
4 200,00 147,24 107,37
5 214,29 165,64 112,64
6 205,36 153,37 110,01
7 MATI - -
Rata-rata 205,81 155,42 108,69

Kelompok II ** 1 196,43 122,70 141,58


Diet standar + sukrosa 2 187,50 116,56 131,06
10 g/KgBB/hari + 3 187,50 110,30 125,80
ekstrak bawang putih 4 176,79 110,30 128,43
50 X dosis/hari 5 175,00 98,16 120,53
6 175,00 110,30 125,80
7 MATI - -
Rata-rata 183,04 111,39 128,87

Kelompok III ** 1 178,57 153,37 181,06


Diet standar + sukrosa 2 146,43 128,83 137,37
10 g/KgBB/hari + 3 169,64 134,97 162,64
ekstrak bawang putih 4 166,07 134,97 167,90
100 X dosis/hari 5 160,71 147,24 157,37
6 157,14 128,83 146,85
7 169,64 134,97 170,53
Rata-rata 164,03 137,60 160,53

Keterangan :
* = umur 4 bulan
** = Umur 6 bulan

kronik pada tikus-tikus strain LMR. Oleh FDA dari Amerika 2. Jain MK, Apitz-Castro R. Garlic: Molecular basis of the putative "vam-
pire-repellant" action and other matters related to heart and blood, TIBS
Serikat bawang putih memang digolongkan sebagai zat yang 1987; 12: 252-4.
practically non-toxic(22). 3. Bordia AK, Ananda MP. Effect of Essential Oil of Garlic on Blood Lipids
Ekstrak bawang putih yang telah dipergunakan dalam per- and Fibrinolytic Activity in Man. In B.K. Gayoe and M.P. Anand (eds),
cobaan ini hasil produksi PT BINTANG TOEDJOE, dengan Progress in Vascular Diseases, New Delhi: Arnold Heinmann, 1978; hal
261-4.
nama dagang STARLIC dan terbukti memiliki aktivitas biologik 4. Foushee DB, Ruffin J, Banerjee U. Garlic as a natural agent for the
yang serupa dengan bawang putih mentah dalam menurunkan treatment of hypertension; a preliminary report, Cytobios, 1982; 34:
kadar gula, kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah. 145-52.
Dari percobaan dengan tikus ini diperoleh kesan bahwa 5. Arora R, Arora S, Gupta RK. The Longterm Use of Garlic in Ischemic
Heart Disease, Atherosclerosis 1981; 40: 175-9.
seandainya seorang secara sengaja meminum kapsul ekstrak 6. Elmina EI, Ahmed SA, Mekhawi AG, Mossa JS. The Antimicrobial
bawang putih dalam dosis yang jauh melebihi dosis yang di- Activity of Garlic and Onion Extracts, Pharmazie, 1983; 38: 747-8.
anjurkan, maka besar kemungkinan tidak akan timbul efek 7. Bordia A, Bansal HC. Essential Oil of Garlic in Prevention of Athero-
toksik baik akut maupun sub-kronik. sclerosis. Lancet 1973; 29: 1491-2.
8. Jain RC et al. Hypoglycemic Action of Onion and Garlic. Lancet 1973; 29:
Penggunaan ekstrak bawang putih yang jauh melebihi dosis 1491.
yang disepakati tidak dianjurkan. 9. Baktish E, Chughtai MID. Influence of Garlic on Serum Cholesterol,
Serum Triglycerides, Serum Total Lipid and Serum Glucose in Human
KEPUSTAKAAN Subjects. Die Nahrung 1984; 28: 159-63.
10. Block E. The Chemistry of Garlic and Onion, Scientific American 1985;
1. Chang IIM, But PPH. (eds). Dasuan, Pharmacology and Application of 252: 94-99.
Chinese Materia Medica, Vol I, 84-92, World Scientific. 11. Sebastian KL et al. The Hypolipidemic Effect of Onion (Allium cepa Linn.)

32 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


in Sucrose Fed Rabbits, Indian J. Physiol, Pharmac. 1979; January — 18. Ngatijan. Efek Bawang Putih (Allium sativum L.) pada Kadar Gula Kelinci
March, 27-30. dan Uji Toksisitas akutnya pada Rat, Medika 1990; 6(16): 434—8.
12. Adama PJK, Augusti KT. Hypoglycemic and Hypolipidemic Effects of 19. Augusti KT. Effect of Allyl Propyl Disulfida Isolated from Onion (Allium
Garlic in Sucrose Fed Rabbits, md. J. Physiol. Phannac., 1980; 24: 151—3. cepa Linn) on Glucose Tolerance of Alloxan Diabetic Rabbits, Experientia
13. Adama PJK, Augusti KT. Hypolipidemic Action of Onion and Garlic 1974; 30/10: 1119—20.
Unsaturated Oils in Sucrose Fed Rats Over a Two Months Period, 20. Bordia A. Effect of Garlic on Blood Lipids in Patients with Coronary Heart
Experientia 1980; 38: 899—901. Disease, Amer. J. Clin. Nutr. 1981; 34: 2100—3.
14. Zacharias NT et al. Hypoglycemic and Hypolipidemic Effects of Garlic in 21. RoserD. Garlic, The Lancet l990; 335: 114—5.
Sucrose Fed Rabbits, Ind, J. Physiol. Pharmac. 1980; 24(2): 151—3. 22. Wahjoedi B. Data Toksisitas akut tanaman obat Indonesia, Medika 1987;
15. Pilegi JV, Szustkiewicz PC. In: Clinical Chemisizy: Principles and Tech- 13: 1004—7.
niques,eds. Herny,R.J.,et al.,2nd.ed. Harperand Row, 1974; 1285—1288. 23. Boullin DJ. Garlic as platelet inhibitor, Lancet 1981; 776—7.
16. Burke RW et al. Mechanism of the Liebermann-Burch and ZAK Color 24. Bordia A, Bansal HC, Arora SK, Singh SV. Effect of the Essential Oils of
Reactions for Cholesterol, Clin. Chem. 1974; 20/7: 797. Garlic and Onion on Alimentary Hyperlipemia, Atherosclerosis 1975; 21:
17. Mendez J et al. Simple Manual Procedure for the Determination of Serum 15—9.
Triglycerides, Clin. Chem. 1975; 21/6: 768—70.

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 33


Kolesterol dan Hubungannya dengan
Penyakit Kardiovaskular
Susy Tejayadi
Pusat Penelitian dan Pengembangan PT. Bukit Manikam Sakti, Bekasi

ABSTRAK

Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskular meningkat dalam 5 sampai


10 tahun terakhir ini. Salah satu penyebab utama penyakit kardiovaskular ialah koleste-
rol. Akan tetapi, kolesterol juga mempunyai beberapa fungsi yang penting dalam tubuh.
Tanpa adanya kolesterol, sel-sel saraf tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Masih banyak lagi fungsi kolesterol yang tak kalah pentingnya; antara lain memproduksi
empedu, hormon steroid dan vitamin D.
Makanan merupakan salah satu sumber kolesterol, maka jenis makanan yang
dikonsumsi mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah. Jadi dapat disimpulkan bahwa
ada korelasi antara jenis makanan yang dikonsumsi dan penyakit kardiovaskular. Maka
dari itu, diet yang benar dapat membantu mengurangi risiko terserang penyakit ini.

Kematian yang disebabkan oleh penyakit menular seperti Risiko mati dari seorang pengidap penyakit kardiovaskular
TBC, cacar dan pneumonia telah menurun secara drastis sejak dan perokok dua kali lebih besar daripada brang yang tidak
vaksin dan imunisasi masal membudaya di masyarakat. Pada merokok dan mengidap penyakit kardiovaskular. Sedangkan
saat ini, kematian yang diakibatkan oleh penyakit-penyakit tak orang yang hanya merokok sewaktu-waktu, mempunyai risiko
menular seperti penyakit kardiovaskular (termasuk di dalamnya mati antara perokok dan non perokok.
serangan jantung dan penyumbatan pembuluh darah), kanker, Demikian juga halnya dengan hipertensi, semakin tinggi
diabetes dan hipertensi (tekanan darah tinggi), semakin me- kadar kolesterol di dalam tubuh seseorang, semakin besar orang
ningkat. Di Amerika 50% kematian disebabkan oleh penyakit tersebut mempunyai risiko terkena penyakit kardiovaskular.
kardiovaskular dan 20% disebabkan oleh kanker. Di Indonesia, Penyebab lain penyakit kardiovaskular antara lain: kegemukan,
dalam 5 sampai 10 tahun terakhir ini, kematian akibat penyakit diabetes, stres, kurang berolah raga, jenis kelamin (pria lebih
kardiovaskular meningkat terutama pada usia dewasa dan lanjut(1). besar risikonya daripada wanita), usia lanjut dan sebagainya.
Penyakit kardiovaskular bersumber dari berbagai sebab, Bila kolesterol menjadi salah satu penyebab penyakit kar-
tiga yang utama adalah: hipertensi, rokok dan kolesterol. diovaskular, lalu mengapa kolesterol dibuat oleh tubuh? Apa
Seseorang yang mempunyai tekanan darah di atas 165/95 gunanya? Dari mana datangnya? Bagaimana mengurangi ke-
menandakan adanya hipertensi. Penelitian membuktikan bahwa mungkinan terserang penyakit jantung atau penyakit kardio-
ada korelasi positip antara hipertensi dengan penyakit kardio- vaskular lainnya?
vaskular. Kolesterol adalah sejenis lemak yang tak dapat dilihat
aa

34 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


dengan mata telanjang. Kolesterol terdapat pada kuning telur, disimpulkan bahwa ada hubungan yang erat antara jenis ma-
kacang-kacangan, organ-organ tubuh (seperti usus, otak, ginjal kanan yang dikonsumsi dengan penyakit kardiovaskular. Hal ini
dan sebagainya). Kolesterol terdapat dalam jumlah yang terbatas dibuktikan pada beberapa penelitian yang dilakukan di Amerika
di dalam tubuh dan di dalam makanan bila dibandingkan dengan dan Jepang yang menyimpulkan bahwa jumlah lemak yang
lemak lainnya; 93% lemak yang terdapat di dalam tubuh dan dikonsumsi dapat menaikkan kadar kolesterol di dalam darah
makanan adalah trigliserida yang dapat berbentuk sebagai lemak dan risiko mengalami penyakit kardiovaskular. Pada penelitian
jenuh (saturated fats) atau lemak tak jenuh (unsaturated fats). di Jepang, orang-orang Jepang yang pindah dari negara asalnya
Lemak jenuh terutama ditemui dalam makanan yang berasal ke Kalifornia mengalami kenaikan kadar kolesterol dalam darah
dari binatang; misalnya mentega, daging berlemak, organ-organ karena diit mereka di Kalifornia lebih banyak mengandung
tubuh dan susu berlemak (whole milk). Lemak tak jenuh di- lemak. Akibatnya, risiko mereka terkena penyakit kardiovas-
jumpai dalam makanan-makanan seperti minyak tumbuh-tum- kular bcrtambah.
buhan, padi-padian, alpukat dan makanan lain yang berasal dari Untuk mengurangi risiko terserang penyakit kardiovasku-
tumbuh-tumbuhan. Lemak jenuh dan kolesterollah yang dapat lar, ada beberapa hal yang dapat dilakukan (berdasarkan the
menambah risiko seseorang terkena penyakit kardiovaskular. United States Dietary Goals) :
Kolesterol mempunyai fungsi yang sangat penting. Koleste- 1) Menjaga/mempertahankan berat badan yang ideal.
rol terdapat di bagian luar dari sel-sel saraf dan berfungsi untuk 2) Menambah jumlah karbohidrat menjadi 55% dari total ka-
membantu menghantarkan konduksi dan transmisi tanda-tanda lori yang dikonsumsi.
elektrik (electric signals). Tanpa adanya kolesterol, sel-sel saraf 3) Mengurangi jumlah gula menjadi kurang dari 10% dari
tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik sehingga koor- total kalori yang dikonsumsi.
dinasi gerak tubuh seseorang maupun kemampuannya untuk 4) Mengurangi jumlah lemak menjadi kurang dari 30% dari
berbicara terganggu. Beberapa fungsi kolesterol yang tak kalah total kalori yang dikonsumsi.
pentingnya antara lain memproduksi empedu, hormon steroid 5) Mengurangi lemak jenuh menjadi kurang dari 10% dari
dan vitamin D. total kalori yang dikonsumsi.
Kolesterol berasal dari dua sumber, yaitu dari makanan yang 6) Mengurangi kolesterol yang dikonsumsi menjadi kurang
kita makan dan diproduksi sendiri oleh tubuh kita di dalam tubuh dari 300 mg/hari.
(hati). Kolesterol yang berasal dari makanan yang kita makan 7) Mengurangi garam yang dikonsumsi menjadi kurang dari
bukan merupakan sumber utama. Jadi, bila seseorang tidak 5 g/hari.
pernah lagi mengkonsumsi kolesterol, proses-proses di dalam Pedoman di atas pada prinsipnya mengubah kebiasaan
tubuhnya akan tetap berlangsung. Hati membuat sekitar 2000 mg makan seseorang. Untuk mengubah kebiasaan memang tidak
kolesterol perharinya. Ini jauh lebih banyak dari kolesterol yang mudah, tetapi bila dibantu dengan rencana yang matang bukan
dikonsumsi yang jumlahnya 500 sampai 750 mg. tidak mungkin. Misalnya dengan mengubah kebiasaan yang
Untuk menjaga keseimbangan jumlah kolesterol di dalam mudah dahulu. Bila ini sudah berhasil, dapat diikuti dengan
tubuh, ada mekanisme yarig mengatur agar jumlah kolesterol mengubah kebiasaan yang sulit diubah. Bila semua ini berjalan
yang diproduksi seimbang dengan jumlah kolesterol yang di- dengan baik, si pelaku sendiri yang dapat menikmati buahnya.
produksi di dalam hati. Pada individu yang sehat, mekanisme ini
juga menjaga agar kadar kolesterol berada dalam batasan normal.
Pada individu-individu tertentu, terutama yang mengkonsumsi
kolesterol dalam jumlah yang banyak, mēkanisme ini tidak
bekerja secara efektif atau terhenti sama sekali. Bila hal ini
tcrjadi, kadar kolesterol di dalam darah naik.
Seperti telah kita ketahui, jenis makanan yang dikonsumsi KEPUSTAKAAN
mempengaruhi kadar kolesterol di dalam darah. Selanjutnya, 1. Harian Suara Pembaruan, 7 Maret 1991.
kadar kolesterol di dalam darah menentukan besar kecilnya 2. Somer, E. Cholesterol and Nutrition, Health Media of America Inc., San
risiko seseorang terkena penyakit kardiovaskular. Jadi, dapat Diego, CA., 1988.
a

Everybody wants to live long, but nobody wants to grow


old.

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 35


Manfaat Beta-Karoten
bagi Kesehatan
Usman Suwandi
Pusat Penelitian dan Pengembangan P.T. Kalbe Farma, Jakarta

PENDAHULUAN tubuh terhadap radikal bebas sangat tergantung pada antioksidan


Hubungan antara diet dan penyakit akut/kronis telah lama dan karotenoid. Selain karotenoid, vitamin dan mikronutrien lain
mendapat perhatian para ahli nutrisi dan medis. Banyak lembaga diperkirakan juga berperan pada kanker dan penyakit kronis lain.
penelitian telah mencoba mengevaluasi hubungan antara faktor B-Karoten merupakan salah satu dari sekitar 500 karotenoid
diet tertentu dengan penyakit tertentu dan berbagai komponen yang ada di alam dan mempunyai aktivitas Vit. A paling tinggi.
makanan telah ditunjuk sebagai faktor pencegah dan penyebab Dalam metabolisme, diperkirakan 1/3 B-Karoten diabsorpsi dan
pada etiogenesis penyakit. separuhnya diubah menjadi retinol. Sekitar 1/6 B-Karoten
Karotenoid merupakan salah satu yang diusulkan sebagai kemo- digunakan sebagai retinol (Vit. A). Secara teoritis setiap 30 mg.
preventip untuk mengurangi resiko kanker. Usulan ini didasar- B-Karoten dapat menghasilkan 5 mg retinol. Jika semua retinol
kan pada bukti-bukti epidemiologi dan penelitian pada sel dan diubah, akan ekivalen dengan 50.000 IU Vit. A, B-Karoten
sistem binatang. Berbagai laporan menyatakan bahwa rendah- diabsorpsi melalui membran sitoplasma lapisan sel mukosa
nya B-karoten serum berhubungan dengan perkembangan kan- intestinum, kemudian dapat diubah menjadi Vit. A atau lang-
ker paru-paru dan asupan sayuran dan buah dapat mengurangi sung ke pembuluh darah. Karoten disimpan di dalam lemak dan
risiko kanker mulut, faring, laring, esofagus, gaster, kolon, terdapat pada berbagai organ dan jaringan seperti epidermis dan
rektum, kandung kemih dan serviks. Sejak itu para peneliti dermis kulit, sel darah merah dan putih serta platelet. Absorpsi
mencoba menguji kebenaran hipotesis bahwa B-karoten dapat karotenoid dapat meningkat dengan adanya garam empedu,
berfungsi mengurangi laju kanker pada manusia. lipid, protein dan zinc. Kebanyakan spesies binatang tidak
Pigmen karotenoid tersebar luas di alam dan mereka me- mengabsorpsi karotenoid. Namun manusia dapat mengabsorpsi
mainkan peranan panting dalam melindungi sel dan organisme. seluruh karotenoid. Rodensia tidak mengabsorpsi, kecuali kalau
Karotenoid seperti lycopen & B-Karoten merupakan senyawa kandungan karotenoid dalam diet tinggi sekali. Binatang seperti
biologis yang penting karena dapat menginaktivasi molekul rodensia, kelinci dan babi dikenal sebagai binatang white fat
“excited”, seperti singlet oxygen. Proses ini dinamakan quench- karena tidak mudah mengabsorpsi karotenoid. Namun binatang
ing (pemadaman). Sifat antioksidan senyawa ini mungkin ini mampu mengubah karotenoid menjadi retinoid secara efek-
merupakan dasar peranan karotenoid dalam mencegah kanker. tip.
Banyak bukti-bukti menunjukkan bahwa senyawa antioksidan Kandungan B-Karoten bervariasi dan dapat terganggu ka-
dan vitamin tertentu dapat bekerja sebagai faktor preventip/pro- rena diet, perokok, alkoholisme dan sinar UV. Pada perokok
tektip. Namun penyakit kanker tentu tidak disebabkan oleh kandungan B-Karoten plasma terlihat menurun. Dihipotesakan
faktor tunggal tetapi disebabkan oleh multifaktor yang komplek. bahwa pengurangan B-Karoten disebabkan oleh radikal bebas
Di antara mekanisme yang diperkirakan mempengaruhi yang terdapat dalam asap rokok. Pada alkoholisme kronis, pe-
karsinogenesis yaitu terutama pembentukan radikal bebas, nurunan mungkin karena asupan diet tidak cukup. Penurunan
karena molekut ini dapat merusak DNA, protein, ensim dan pada orang yang mengalami iradiasi UV berulang-ulang, mung-
membran serta menghasilkan produk toksik. Sistim pertahanan kin karena interaksi dengan radikal bebas.

36 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


Disamping fungsi tersebut, penelitian pada binatang per- proses biologis seperti inflamasi, karsinogenesis, kerusakan
cobaan secara in-vivo dan in-vitro, menunjukkan bahwa B- radiasi, efek photobiologis dan aging.
Karoten dapat melindungi sel fagosit dari kerusakan oksidatip, Tubuh manusia secara konstan terpapar oleh radikal bebas
meningkatkan respon proliferasi limfosit T dan B, merangsang misalnya bernapas di udara tercemar atau makan makanan yang
efektor fungsi sel T dan meningkatkan makrofag, meningkatkan mengandung prekursor radikal bebas. Selain itu, secara alami
daya bunuh sel natural killer dan sitotoksisitas sel T, meningkat- ada pembentukan radikal bebas endogen sebagai hasil reaksi
kan produksi interkulin tertentu, antioksidan dan pemadaman biokimia. Jelas bahwa manusia hampir tidak mungkin melepas-
(quenching) singlet oxygen. kan diri dari serangan molekul reaktip tersebut. Oleh karena itu
Ada dua sumber B-Karoten dalam makanan yaitu : tidak mengherankan bahwa tubuh manusia telah mengembang-
1. B-Karoten terdapat secara alami seperti, wortel, bayam, kan berbagai mekanisme pertahanan untuk mencegah perusakan
tomat dan sebagainya. dari serangan radikal bebas. Dalam sistem biologis, molekul ini
2. B-Karoten ditambahkan ke dalam makanan sebagai sumber akan sangat berbahaya terutama pada bagian yang mengandung
mikronutrien atau pewarna. lemak tak jenuh ganda dan bahan lain yang peka terhadap
Sumber utama B-Karoten yaitu wortel, namun jika dikonsumsi oksidator. Keadaan ini disebabkan produksi radikal bebas akan
dalam jumlah besar akan dapat membahayakan karena me- berlangsung berantai. Walaupun reaksi ini akan berhenti sendiri
ngandung substansi nitrosamid, nitrit dan falcarinol. FDA namun pada saat itu sudah terjadi kerusakan pada lipid tak jenuh
telah menyetujui B-Karoten kristal murni sebagai food additive yang tergantung pada panjangnya rantai.
yang digunakan untuk makanan, obat-obatan dan kosmetik. Karena lemak tak jenuh merupakan target utama radikal
B-Karoten dianggap aman untuk dikonsumsi karena tidak bebas, maka lemak pada membran sel khususnya yang tak jenuh
mempunyai efek samping merugikan baik pada binatang perco- juga merupakan sasaran radikal bebas. Jika reaksi berantai terse-
baan maupun pada manusia. Percobaan pada tikus yang diberi but terjadi dalam membran sel, maka membran dapat rusak atau
dosis besar sampai 4 generasi berturut-turut tidak menyebabkan hancur, sehingga dapat menyebabkan kematian sel. Sedangkan
efek mengganggu pada pertumbuhannya, konsumsi makanan, keterlibatan radikal bebas pada karsinogenesis mungkin karena
jumlah sel darah putih atau komponen darah lainnya dan fungsi kemampuan mereka merusak gen sehingga kontrol pembelahan
reproduksinya. Embriogenisitas dan teratogenisitas tidak terjadi sel menjadi tidak terkendali.
pada tikus yang diberi 1000 mcg/kg/hari selama 2 generasi. Karotenoid tertentu yang mempunyai struktur kimia khusus
Tanda-tanda toksisitas juga tidak terjadi pada anjing yang diberi mampū menetralkan atau memadamkan (quench) reaktivitas
dosis tinggi selama 3 bulan. singlet oxygen dengan cara menghamburkan energi ke seluruh
Pada manusia, B-Karoten telah berhasil digunakan untuk molekul karotenoid. Supaya dapat memadamkan singlet oxygen
menyembuhkan pasien inherited photosensitivities. Pasien yang tersebut, karotenoid harus mempunyai sedikitnya 9 ikatan rang-
mengkonsumsi dosis tinggi (30 — 180 mg/hari) untuk terapi kap dengan ikatan tunggal di antara ikatan rangkap. Susunan
tidak mengakibatkan abnormalitas vit. A serum. Di samping ikatan kimia ini dinamakan conjugated double bonds. B-Karoten
itu, sukarelawan normal yang mengkonsumsi 180 mg/hari se- mempunyai 11 ikatan kimia tersebut. Energi dari singlet oxygen
lama 10 minggu tidak memperlihatkan hipervitaminosis A. dipindahkan ke B-Karoten dan dihamburkan ke semua ikatan
tunggal dan rangkap, kemudian dilepas sebagai panas dan mole-
B-KAROTEN SEBAGAI ANTIOKSIDAN kul B-Karoten kembali ke energi semula. Pada saat itu singlet
Molekul oksigen reaktip mempunyai kemampuan merusak oxygen telah diubah menjadi oksigen normal. B-Karoten tidak
DNA, protein, karbohidrat dan lipid. Jenis reaktip ini antara lain rusak oleh pemindahan energi dari singlet oxygen tersebut dan
superoxide anion radical, hydrogen peroxide, hydroxyl radical, dapat mengulangi proses yang sama dengan singlet oxygen lain.
singlet oxygen. Molekul reaktip terakhir dapat menghasilkan Satu mol B-Karotcn mampu memadamkan sampai 1000 mol
radikal bebas yang tidak stabil pada waktu proses pemindahan singlet oxygen. Kemampuan inilah yang membuat B-Karoten
energi ke molekul lain. Proses ini dapat berlangsung misalnya merupakan pemadam (quencher) singlet oxygen yang sangat
di dalam membran sel. Radikal bebas mengandung satu/lebih handal.
elektron tak berpasangan yang menyebabkan molekul ini sangat Tanaman hijau dalam proses fotosintesis menghasilkan
reaktip. singlet oxygen. Karotenoid tertentu disintesis tanaman untuk
Sekali radikal bebas terbentuk, maka reaksi berantai dapat melindungi jaringan tanaman dari perusakan singlet oxygen
menghasilkan banyak molekul sejenis. Molekul ini sangat yang sangat reaktip dan salah satunya yaitu B-Karoten yang
reaktip dan mampu menyebabkan kerusakan set-set tubuh. disintesis untuk melindungi dari fotooksidasi. Kemampuan B-
Kemampuan mereka melakukan reaksi berantai dapat menye- Karoten meredam oksigen aktip dan melindungi sel terhadap
babkan komponen sel teroksidasi dan rusak seandainya tidak ada kerusakan akibat fotosensitisasi telah menimbulkan gagasan
antioksidan yang menghentikan reaksi mereka. Dalam keadaan untuk menggunakannya pada terapi manusia. Gagasan ini di-
demikian antioksidan seperti karotenoid, Vit. E dan C, thiol awali oleh Dr. Michelene Mathews–Roth yang mengasumsikan
mempunyai peranan penting. Di samping itu molekul oksigen bahwa jika pigmen karotenoid dapat melindungi bakteri dan
reaktip ini kelihatannya mempunyai peranan pada berbagai algae dari bahaya efek cahaya, maka pigmen ini mungkin juga
a

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 37


dapat melindungi manusia. Semula digunakan bagi penderita Seperti telah diketahui beberapa sel sistem imun mampu
erythropoietic photophyria (EPP) yang bila terpapar matahari membunuh sel tumor. Sel-sel sistem imun tersebut antara lain
akan timbul itching, eritema blistering dan nekrosis pada kulit. makrofag, cytotoxic T-lymphocyte dan Natural Killer cells.
Ternyata B-Karoten dapat membantu mengurangi gejala pen- Defisiensi atau kecukupan mikronutrien mempunyai pengaruh
derita EPP, walaupun penyakit ini belum bisa diobati. pada sistem imun. Di antara mikronutrien, vitamin oksidatip dan
Sebagai antioksidan dan pemadam singlet oxygen, B-Karo- B-Karoten mempunyai peranan dalam mempengaruhi sistem
ten dapat melindungi sel dari efek karsinogenesis radikal bebas. imun.
Bukti epidemiologi memperlihatkan bahwa orang yang me- Karotenoid dalam diet dilaporkan dapat merubah aktivitas
lakukan diet B-Karoten rendah mendapat insiden kanker paru- imunologis binatang, Green dan Mc Llanby menyatakan bahwa
paru, gaster, kolon, prostat dan serviks lebih besar daripada yang infeksi kandung kemih, ginjal dan saluran pencernaan pada tikus
mengkonsumsi B-Karoten lebih besar. yang defisien Vit. A dapat dicegah bila tikus diberi B-Karoten.
Peranan mikronutrien sebagai antioksidan dan keterlibatan- Tomita et al. menunjukkan bahwa B-Karoten dapat meningkat-
nya pada etiogenesis penyakit terutama kanker manusia, saat ini kan imunitas mencit terhadap tumor. Mencit yang diberi B-
mendapat banyak perhatian dan penelitian (Tabel 1). Karoten dan dipapar dengan sel-sel tumor mempunyai tumor
Di samping B-Karoten, mikronutrien yang telah mendapat lebih kecil daripada yang tidak diberi B-Karoten.
perhatian antara lain selenium, Vit. E dan C. Beberapa bukti Beberapa laporan menyebutkan bahwa Natural Killer Cells
menunjukkan bahwa asupan selenium cukup besar dapat men- manusia membunuh sel tumor lebih berarti bila diinkubasi ber-
cegah kanker pada binatang dan jumlah selenium protektip sama B-Karoten daripada yang tidak dipapar dengan B-Karoten.
diperkirakan 5 ppm. Vit. E merupakan antioksidan larut lemak Bila binatang diberi B-Karoten, Vit. A dan Canthaxanthin,
terutama berperanan untuk melindungi asam lemak tak jenuh makrofag juga menunjukkan peningkatan kemampuan mem-
ganda pada membran terhadap peroxidasi lipid. Kandungan Vit. bunuh sel tumor. Selain itu sel imun juga dapat menghasilkan
E membran sering menentukan kepekaan membran mikrosom, faktor-faktor yang dapat membunuh sel tumor secara langsung.
LDL, hepatosit terhadap perusakan agen peroksidasi. Pada percobaan dengan hamster, B-Karoten dan Canthaxanthin
dapat memproduksi tumor necrosis factor yang dapat mem-
Table 1. Antioxidans and β-carotene clinical trials bunuh tumor secara langsung.
Study Endpoint
Study site Agent population Table 2. Evidence for carotenoid immunoenhancement

Lung β-Carotene, Cigarette Compliance, toxicity Carotenoid Effect


retinol smokers
Lung β-Carotene, Men, asbestoses Compliance, toxicity, β-carotene Prevented stress and radiation induced thymus
retinol and incidence of cancer involution and lymphopenia
Lung β-Carotene Men, cigarette Biochemical, compliance, β-carotene Increased graft vs. host response
smokers DNA analysis and β-carotene Enhanced regression of virally induced tumors
sputum bixin
Lung β-Carotene, Cigarette Incidence of cancer β-carotene Increased helper T lymphocytes (human)
vitamin E smokers β-carotene Enhanced T and B cell proliferation
Lung β-Carotene, Men, exposed Bronchial epithelial canthaxanthin
retinol to asbestos changes β-carotene Increased cytotoxic macrophage and T cell activities in
Oral cavity β-Carotene, Oral leukoplakia Recurrence of leukoplakia canthaxanthin tumor models
13-cis retinoic astaxanthin
acid algae extract
All β-Carotene, Physicians Incidence of cancer β-carotene + Maintained macrophage receptors for antigens
aspirin canthaxanthin
Colon β-Carotene, Previous Number of new adenomas β-carotene Increased natural killer cell lysis of tumor cells
vitamin C, adenoma of α-carotene
vitamin E the colon
Skin β-Carotene Albines in Regression of abnormal
Tanzania skin changes
Skin β-Carotene Previous BCC Recurrence of skin cancer B-KAROTEN SEBAGAI KEMOPREVENSI
of skin Pada dekade terakhir, penelitian epidemiologi yang meng-
hubungkan karotenoid plasma dengan kanker tertentu semakin
meningkat. Bukti-bukti epidemiologi telah memacu para ahli
B-KAROTEN MEMNGKATKAN SISTEM IMUN melakukan percobaan klinis dengan menambahkan B-Karoten
Imunitas sangat diperlukan untuk melindungi tubuh ter- atau kombinasi dengan mikronutrien lain ke dalam diet sebelum
hadap patogenitas infektor. Sekali infeksi dimusnahkan, sistem tanda-tanda kanker ditemukan. Mereka berharap hasil penelitian
kekebalan dapat mengingat dan melindungi tubuh terhadap ini akan dapat menentukan apakah penambahan B-Karoten atau
infektor tersebut. Fungsi lain sistem imun yaitu mencegah mikronutrien lain dapat mencegah perkembangan kanker ter-
kanker. tentu.

38 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


Dalam usaha mencari agen kemopreventip, para ahli telah Table 3. Chemoprevention intervention studies
menghimpun lebih dari 1000 senyawa dengan dasar hasil pu- Target site
blikasi yang menyatakan aktivitas penghambatan kanker pada Target/risk group Inhibitory agents
organ
manusia atau binatang. Senyawa tersebut kemudian diseleksi
dan disusun prioritasnya berdasarkan pada tingginya efikasi, Lung Chronic smokers Folic Acid
rendahnya toksitas, banyaknya jenis binatang yang memper- Vitamin B-12
Lung Men, Asbestosis β-Carotene
lihatkan respon, macam organ target yang telah dipelajari dan Retinol
spesifisitas efek kemopreventip terhadap karsinogen yang ber- Lung Cigarette smokers β-Carotene
lainan. Salah satu senyawa yang mendapatkan prioritas tersebut Lung Men exposed to
Retinol
adalah B-Karoten, bahkan senyawa ini telah diusulkan untuk β-Carotene
asbestos Retinol
intervention trial pada manusia. Dalam mengembangkan agen Lung Chronic smokers 13-cis Retinoic acid
kemopreventip ada 5 fase yang perlu dievaluasi antara lain : Oral cavity Leukoplakia 13-cis Retinoic acid
Oral cavity Leukoplakia
1) Penelitian laboratorik preklinis. β-Carotene
Dimulai mengidentifikasi senyawa yang memberi harapan 13-cis Retinoic acid
Colon Familial polyposis Vitamins C and E and fiber
melalui pengujian in-vitro. Calcium
Colon Previous adenoma of colon
2) Penelitian in-vivo. Colon Previous adenoma of colon β-Carotene, vitamins C
Menggunakan model binatang untuk mengevaluasi efikasi and E
senyawa terhadap berbagai agen karsinogen pada target spesifik. Colon Previous adenoma of colon Piroxicam
Colon Previous adenoma of colon Fiber, calcium
3) Evaluasi toksikologi dan safety. Skin Albinos in Tanzania β-Carotene
Dilakukan pada binatang untuk mengetahui efek akut, sub Skin Previous BCC of skin β-Carotene
akut, sub kronis dan kronis. Skin Actinic keratoses patients Retinol
Senyawa yang mempunyai efikasi tinggi dan toksisitas Skin Previous SSC or BCC of Selenium
skin Retino/
rendah, dapat dipersiapkan untuk mulai dievaluasi pada manusia. Skin Previous BCC of skin
13-cis Retinoic acid
4) Uji klinis tahap I dan II pada manusia dapat dilakukan
dengan jumlah terbatas. Cervix Women, mild, moderate Retinyl acetate
5) Uji klinis tahap III pada manusia dapat dilakukan untuk dysplasia
Cervix Women, cervical dysplasia Folic Acid
senyawa yang memenuhi kriteria efikasi dan keamanan. Breast Women, previous breast 4-Hydroxyphenyl retinamide
Kemopreventip dianggap perlu karena kebanyakan kar- cancer
sinogen pada berbagai jaringan akan teraktivasi menjadi jenis All sites Physicians β-Carotene
reaktip; dan untuk mencegah aktivasi mereka atau meredam
bentuk reaktip, diperlukan agen kemopreventip pada lokasi yang
B-Karoten saat ini dikenal sebagai prekursor retinol (Vit.
sama.
A). Selain itu senyawa ini merupakan antioksidan yang baik
Jadi salah satu tujuan kemopreventip yaitu untuk mencari
dan penangkap (trapping) radikal bebas terutama peroxyl dan
jaringan di mana akumulasi karsinogen teraktivasi berlangsung.
hydroxy radical. Sebagai antioksidan, B-Karoten terutama mampu
Di samping itu agen kemopreventip harus mempunyai beberapa
melindungi membran DNA dan komponen sel lain dari ke-
sifat tertentu seperti tidak toksik, dapat tersedia sebagai nutrien
rusakan oksidatip. Di samping fungsi tersebut, saat ini telah ber-
sehingga memungkinkan konsumsi dengan mengatur diet dan
kembang konsep, bahwa B-Karoten mampu menurunkan risiko
harganya tidak mahal. Dengan pertimbangan ini B-Karoten
kanker tanpa harus diubah terlebih dahulu menjadi vitamin A.
memenuhi kriteria sebagai kemopreventip dan dalam penelitian
Untuk mendukung konsep sebagai agen antikanker, banyak di-
pada binatang maupun in-vitro, senyawa ini efektip sebagai
lakukan penelitian laboratorium, baik dengan biakan sel bakteri
penghambat karsinogenesis.
maupun binatang.
B-KAROTEN SEBAGAI ANTIKANKER Salah satu percobaan dilakukan oleh Santamaria et al.,
Kebiasaan/tradisi dapat merubah risiko penyakit, sebagai menggunakan bakteri yang peka terhadap mutagen. Mereka
contoh 60 tahun yang lalu, kanker gaster merupakan neoplasma melaporkan bahwa B-Karoten dapat melindungi organisme ini
utama di USA, tetapi saat ini berkurang secara drastis. Rokok terhadap efek mutagenik. Kemampuan anti mutagenik juga di-
telah dikenal sebagai penyebab kanker paru-paru, demikian pula amati oleh Belisario et al pada S. typhimurium dengan mutagen
mengunyah tembakau (chewing) merupakan penyebab utama siklofosfamid. Penambahan B-Karoten 100 – 200 mcg/tabung
kanker rongga mulut dan esophagus. Di lain pihak hasil pene- dapat mencegah timbulnya bakteri mutagen.
litian epidemiologi mcmperlihatkan bahwa orang yang meng- Penelitian in vivo kemampuan B-Karoten sebagai anti-
konsumsi sayuran dan buah-buahan secara teratur mempunyai kanker juga banyak dilakukan pada berbagai binatang dan ma-
risiko terkena kanker lebih rendah dibandingkan yang tidak nusia. Percobaan Tempel & Basu dengan menginduksi kanker
mengkonsumsi. Namun penyebab dan berkembangnya kanker colon mencit dengan dimetilhidrazin memperlihatkan adanya
bukan merupakan akibat faktor tunggal melainkan melibatkan penurunan timbulnya kanker kolon pada mencit yang diberi B-
proses-proses yang komplek. Karoten lebih tinggi. Mathews – Roth melaporkan bahwa pem-

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 39


berian B-Karoten dan Canthaxanthin 6,7 g/kg diet secara oral juga ada efek samping gangguan gastrointestinal, namun tidak
dapat memperlambat munculnya tumor kulit pada mencit yang dianggap toksik. B-Karoten mungkin akan terbukti sebagai agen
diinduksi UV. Mereka juga mencoba memberikan B-Karoten kemopreventip nontoksik yang sangat penting untuk melawan
dan canthaxanthin 1 g/kg selama 6 minggu sebelum iradiasi atau kanker pada manusia.
24 minggu sesudah iradiasi. Hasilnya B-Karoten yang diberikan Bukti-bukti telah menunjukkan bahwa senyawa ini sangat
sesudah iradiasi mampu mengurangi jumlah binatang yang ter- penting dalam diet manusia. Sumber B-Karoten yang penting
kena tumor. antara lain wortel, sweet potato, bayam dan melon, karena kan-
Stick et al melakukan percobaan pada leukoplakia dengan dungannya tinggi. Berdnsarkan data epidemiologi & laboratorik,
memberi vitamin A atau kombinasi dengan B-Karoten. Asupan B-Karoten merupakan salah satu faktor nutrisi yang sangat
diberikan 2 kali seminggu selama 6 bulan. Hasilnya pada pem- memberi harapan untuk pencegahan kanker, bahkan telah di-
berian B-Karoten 180 mcg/minggu, 15% mengalami perbaikan; pertimbangkan oleh US Dept. of Agrieulturē & the US National
27,5% pada pemberian B-Karoten dan vitamin A 100.000 IU/ Cancer Institute untuk merekomendasikan diet buah-buahan dan
minggu; dan hanya 3% pada plasebo. sayuran yang mengandung B-Karoten sebesar 5 — 6 mg/hari. Hal
ini ditunjang dari hasil penelitian epidemiologi yang menyatakan
PENUTUP bahwa populasi yang mengkonsumsi lebih banyak makanan
Molekul oksigen reaktip yang terdapat pada jaringan dapat yang mengandung B-Karoten mempunyai risiko terkena kanker
merusak DNA, protein, karbohidrat dan lipid. Ketahanan sel lebih kecil dari pada yang mengkonsumsi lebih sedikit.
eukariot hidup terhadap perusakan yang disebabkan oleh oksigen Penelitian pada binatang petcobaan, menunjukkan bahwa
teraktivasi merupakan proses yang komplek dan melibatkan retinoid dan karotenoid dapat menghambat pembentukan kanker.
agen-agen protektip. Mikronutrien-mikronutrien yang telah Beberapa uji klinis memperlihatkan bahwa retinoid mampu
dianggap sebagai antioksidan mempunyai fungsi mekanisme menyembuhkan leukoplakia oral. Namun karena sifat toksisi-
protektip tersebut. Mereka meliputi mineral Se, Cu, Zn, Mn, tasnya dosis yang digunakan sangat terbatas dan membatasi
Vitamin E, C dan B-Karoten. potensi mereka sebagai kemopreventip; sedangkan B-Karoten
karena tidak toksik, maka ia merupakan kemopreventip yang
Fig. 1. Biological functions of 13-carotene memberi harapan. Selain zat tunggal, penelitian menggunakan
kombinasi senyawa tidak toksik, juga banyak dilakukan.

KEPUSTAKAAN
1. Bendich A. Carotenoids and the Immune Response. In: 72nd Annual
Meeting of the Federation of American Societies for Experimental Bio-
logy. Las Vegas: Nevada, 1988: 112-4.
2. Bendich A. The safety of beta carotene. Nutr. Cancer 1988; 11: 207-14.
3. Diplock AT. Antioxidant, nutrients and disease prevention: An overview.
Am. J. Clin Nutr. 1991; 53: 189S-93S.
4. Garewal HS. Potential role of B-Karotene or vitamin A. Am. J. Clin Nutr.
1991; 53: 298S-304S.
5. Krinsky NI. Antioxidant functions of beta-carotene. Vitamin Nutrition
Information Service Vol. 1 No. 5: 1-3.
6. Krisnky NI. Effects of carotenoids in cellular and animal systems. Am. J.
Clin Nutr. 1991; 53: 238S-46S.
7. Krinsky NI. The evidence for the role of carotenes in preventive health.
Clin. Nutr. 1988; 7: 107-12.
8. Lachance P. Dietary intake of carotenes and the caroten gap. Clin. Nutr.
1988; 7: 118-22.
Peranan B-Karoten pada binatang dan tanaman antara lain : 9. Malone WF. Studies evaluating antioxidants and b-carotene as chemopre-
1. Quenching singlet oxygen ventatives. AM. J. Clin. Nutr. 1991; 53: 305S-13S.
2. Photoprotection 10. Mascio PD et al. Antioxidant defense systems: The role of carotenoids,
tocopherols and thiols. Am. J. Clin Nutr. 1991; 53: 194S-200S.
3. Provitamin A 11. Norman KI. The evidence for the role of carotenes in preventive health.
4. Transfer energi pada proses fotosintesis Clin. Nutr. 1988; 7: 108-12.
5. Photoresponse seperti phototropism 12. Schmidt K. Antioxidant vitamins and b-carotene: Effects on immuno-
Pada manusia, selain sebagai antioksidan dan provitamin A, competence. Am,J. Clin. Nutr. 1991; 53: 383S-5S.
B-Karoten juga meningkatkan pertahanan imunitas. Namun 13. Stahelin HB et al. B-Carotene and cancer prevention: The basel study. Am.
J. Clin Nutr. 1991; 53: 265S-9S.
demikian sifatnya bervariasi dan dapat terganggu oleh gaya 14. Stich HF et al. Remission of precancerous lesions in the oral cavity of
hidup seseorang seperti diet sayur/buah yang jelek, perokok, tobacco chewers and maintenance of the protective effect of b-carotene
alkohol, sinar UV dan sebagainya. or vitamin A. Am. J. Clin. Nutr. 1991; 53: 298S-304S.
B-Karoten tidak bersifat toksik pada manusia. Hal ini ter- 15. Weisburger JH. Nutritional approach to cancer prevention with emphasis
on vitamins, antioxidants and carotenoids. Am. J. Clin Nutr. 1991; 53:
lihat pada pasien erythropoietic photoporphyria yang mengkon- 226S-37S.
sumsi 300 mg/hari selama 20 tahun, hanya mempunyai efek 16. Ziegler RG. Vegetables, fruits and carotenoids and the risk of cancer. Am.
samping pigmentasi kuning/orange pada kulit mereka. Selain itu J. Clin. Nutr. 1991; 53: 251S-9S.

40 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


Penanggulangan GAKI melalui
lodisasi Air Minum di Thailand
Sumengen Sutomo*, Djasmldar**, Yuyus R**
* Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI, Jakarta
** Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta

ABSTRAK

Gangguan akibat kekurangan iodium (Gaki) merupakan salah saw masalah ke-
sehatan masyarakat yang masih belum dapat ditanggulangi dengan efektif di Indonesia
dan Thailand. Penanggulangan Gaki melalui iodisasi air minum di Indonesia belum
dilakukan. Di Thailand distribusi garam beriodium dan iodisasi air minum dewasa ini
sedang dilaksanakan di 15 propinsi endemik Gaki dan memberikan indikasi efektif
menurunkan 34,4 — 94,3% prevalensi Gaki pada anak sekolah dasar.
Iodisasi air minum dilakukan di sekolah-sekolah dasar dan desa menggunakan
teknologi sederhana dengan meneteskan larutan KIO3 ke dalam air minum sehingga
mencapai kadar 200 ug/liter air. Teknologi sederhana ini mungkin dapat diterapkan untuk
meningkatkan efektifitas program pemberian garam beriodium dan suntikan larutan
minyak beriodium dalam menanggulangi Gaki di Indonesia.

LATAR BELAKANG Penanggulangan Gaki melalui iodisasi air minum telah


Gangguan akibat kekurangan iodium (Gaki) yang biasa dibuktikan sangat efektif di berbagai negara seperti di USA
disebut gondok endemik merupakan gangguan kesehatan mulai negara bagian Ohio tahun 1917 — 1920, New York tahun 1923,
dari lahir sampai dewasa. Penderita Gaki pada umumnya berasal Montana tahun 1927; Inggris di kota Derbishire; Malaysia di
dari daerah pegunungan dengan tanah, air dan tanaman yang Serawak tahun 1981; Thailand tahun 1983 dan Italia di Sicilia
kurang mengandung iodium. Penduduk yang tinggal di daerah tahun 1924. Iodisasi air minum di Thailand sangat efektif dan
ini akibatnya mengalami kekurangan iodium dan menderita Gaki efisien. Program kombinasi iodisasi air minum dan distribusi
seperti gondok dan kretin. garam beriodium di daerah pedesaan Thailand dilaksanakan
Gaki merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat sejak tahun 1986, sedang distribusi garam beriodium sudah
di berbagai negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia mulai dilakukan lebih dari sepuluh tahun sebelumnya. Iodisasi
dan Thailand. Di Indonesia dengan penduduk sekitar 180 juta, 30 air menggunakan peralatan dan cara yang sederhana sehingga
juta tinggal di daerah endemik Gaki, lebih dari 750 ribu men- mudah diterapkan di daerah pedesaan negara yang sedang ber-
derita kretin dan 3,5 juta menderita kelainan mental. Pemberan- kembang lain.
tasan Gaki melalui distribusi garam beriodium dan suntikan Berikut ini disajikan .gambaran pelaksanaan program
larutan minyak beriodium belum dapat dilakukan secara efektif. iodisasi air minum yang dilakukan di daerah pedesaan bebe-
Penanggulangan Gaki melalui iodisasi air minum belum di- rapa propinsi Thailand. Tujuan penyajian ini adalah membantu
lakukan di Indonesia. memberikan masukan kepada para pengambil keputusan serta

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 41


pelaksana program agar dapat memanfaatkan teknologi se- KEGIATAN
derhana iodisasi air minum. Penyajian ini berdasarkan tinjauan Untuk mencapai wjuan tersebut dilakukan berbagai ke-
langsung di Thailand selama 11 hari dari tanggal 8 sd. 18 Juli giatan iodisasi air minum yang dibedakan dalam tahap persiap-
1990 yang meliputi beberapa aspek termasuk masalah, tujuan, an, pelaksanaan iodisasi, pelaporan dan penilaian. Dalam tahap
kegiatan dan hasil yang dibahas secara kualitatif dan singkat. persiapan dikembangkan teknologi sederhana dalam iodisasi air
minum menggunakan botol tunggal (single bottle) dan botol
MASALAH rangkap (double bottle). Botol tunggal berupa satu botol, botol
Gaki merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sudah rangkap berupa dua botol; masing-masing botol berukuran sama
diketahui sejak 50 – 60 tahun yang lalu di Thailand. Penduduk dengan volume 30 ml. Botol tunggal berisi larutan iodium
yang terancam Gaki terutama yang tinggal di propinsi wilayah (200 ug iodium per liter air) digunakan untuk mendistribusikan
bagian utara dan timur laut dengan prevalensi antara 15 – 58%. iodium ke dalam air minum dengan perhitungan 2 tetes untuk
Pada tahun 1957 Klerks melaporkan prevalensi Gaki 23,5 – setiap 10 liter air minum. Botol rangkap terdiri dari satu botol
45,5% di 5 propinsi wilayah bagian utara dan tahun 1955 Ra- berisi larutan tepung (starch) dan satu botol lain berisi cairan
malingswami melaporkan angka 58% di 2 propinsi wilayah asam HCl atau tidak. Bersamaan dengan ini dikembangkan
utara, dan 15 – 21% di 2 propinsi wilayah timur laut. Sejak tahun iodinator untuk mencampur iodium pada garam dan air minum.
1962 pemerintah melalui Departemen Kesehatan (Ministry of Teknologi sederhana ini dikembangkan oleh Dokter Rumsai
Public Health) melaksanakan program penanggulangan Gaki Suwanik dari RS Siriraj, Mahidol University lebih dari 10 tahun.
melalui distribusi garam beriodium. Tahun 1970 Departemen Teknologi sederhana ini kemudian diuji coba di beberapa desa
Kesehatan melaporkan hasil survai di 90 sekolah dasar dari 9 pada sistem penyediaan air minum bagi anak sekolah dan ma-
propinsi; prevalensi Gaki dilaporkan telah menurun mencapai syarakat. Setelah diadakan evaluasi teknologi sederhana ini
16% pada tahun 1982 dan 10,6% tahun 1985. dapat diterima oleh masyarakat dan berhasil menekan prevalensi
Pembangunan nasional telah meningkatkan kondisi sosial Gaki. Kemudian teknologi sederhana ini disampaikan kepada
ekonomi dan lingkungan schingga penduduk memperoleh ke- Departemen Kesehatan untuk dilaksanakan terutama di propinsi
mudahan transportasi, memperoleh kebutuhan sehari-hari dan dengan prevalensi Gaki tinggi.
makanan yang berasal dari lautan. Di lain pihak produksi garam Dalam fase pelaksanaan Departemen Kesehatan Thailand
tanpa iodium bertambah banyak dan tersedia lebih murah di mengintegrasikan kegiatan iodisasi air minum ke dalam sistem
daerah endemik Gaki. Pada tahun 1985 dilaporkan bahwa hanya pelayanan kesēhatan masyarakat utama (primary health care).
12% garam beriodium yang dijual untuk konsumsi penduduk Berbagai kegiatan yang dilaksanakan dalam fase ini termasuk
sedang sisanya garam tanpa iodium. Kemudian diadakan survai membentuk tim kerja, lokakarya dan seminar, latihan petugas,
prevalensi Gaki secara nasional. Departemen Kesehatan me- penyuluhan masyarakat, dan pelaksanaan iodisasi air minum.
laporkan bahwa prevalensi Gaki di 9 propinsi meningkat Pembentukan tim kerja di berbagai jaringan pelayanan kesehatan
kembali dan bervariasi dari 20,6% sampai 70,5%. Propinsi yang tingkat pusat, propinsi, distrik, subdistrik, desa dan masyarakat.
endemik berat termasuk propinsi Phrae, Nan, Ciangrai, Tak, dan Tim kerja langsung berada di dalam unit organisasi yang ada
Pitsanuloke. Sehubungan dengan itu program penanggulangan sehingga tidak membentuk organisasi baru. Setiap tim memiliki
Gaki melalui distribusi garam beriodium ditingkatkan kembali. tugas dan tanggung jawab yang jelas dalam menanggulangi
Untuk membantu meningkatkan efektifitas program Gaki di- masalah Gaki. Lokakarya dan seminar bertujuan untuk memberi-
laksanakan alternatif lain berupa iodisasi air minum yang di- tahukan berbagai pihak termasuk para pengambil keputusan,
mulai pada tahun 1986. Pelaksanaan program ini masih terbatas petugas kesehatan dan pimpinan masyarakat bahwa masalah.
di beberapa propinsi dengan sasaran anak sekolah dasar dan Gaki cukup serius, teknologi penanggulangan tersedia sehingga
masyarakat. perlu mendapat prioritas.
Dengan cara demikian maka mudah diperoleh komitmen
para pengambil keputusan dari berbagai pihak. Latihan petugas
TUJUAN dilakukan di tiap tingkatan mulai dari pusat sampai daerah sesuai
Program iodisasi air minum di Thailand bertujuan untuk dengan tingkatan tugas masing-masing. Petugas propinsi mem-
mencegah dan memberantas Gaki pada penduduk yang tinggal peroleh latihan dalam pengelolaan kegiatan di tingkat propinsi,
di daerah yang kekurangan iodium. Sasaran penduduk adalah petugas distrik memperoleh latihan dalam pengelolaan kegiatan
anak-anak sekolah dan wanita berumur 15 – 45 tahun termasuk di tingkat distrik, petugas subdistrik memperoleh latihan dalam
mereka yang tinggal di daerah endemik Gaki. pengelolaan kegiatan di tingkat subdistrik, petugas desa mem-
Tujuan khusus yang ingin dicapai antara lain adalah : peroleh latihan dalam pengelolaan di tingkat desa.
Semua anak sekolah dasar yang tinggal di daerah endemik Gaki Penyuluhan dilakukan secara menyeluruh mulai dari tingkat
setiap hari minum sekurang-kurangnya 2 gelas air yang telah pengambil keputusan sampai dengan masyarakat. Penyuluhan
mengandung iodium; penduduk wanita dan mereka yang menggunakan berbagai macam media seperti televisi, radio,
tinggal di daerah endemik Gaki minum air yang mengandung surat kabar, majalah, ceramah, kunjungan rumah, poster, leaflet
iodium. dan media lain. Penyuluhan di setiap propinsi dilakukan secara

42 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


terencana, intensif dan terus menerus. Tabel 1. Prevalensi (%) Gaki di beberapa propinsi di Thailand sebelum
dan sesudah kombinasi program garam beriodium dan lodisasi
Pelaksanaan iodisasi air minum dilakukan di sekolah-
air minum
sekolah dasar dan masyarakat. Guru mengikuti seminar, mem-
peroleh penerangan dan latihan dalam iodisasi air minum. Anak Propinsi Prevalensi ( % )
sekolah memperoleh pendidikan dan penerangan sehingga (Thailand) 1988 1990
Penurunan (%)
dengan sadar bersedia minum air yang telah mengandung
iodium. Anak sekolah di setiap sekolah diharuskan minum air Pat 70,5 12,0 82,9
yang disediakan dan telah memperoleh iodium sekurang- Pitsanuloke 59,8 9,4 84,3
kurangnya 2 kali yaitu pada waktu akan masuk sekolah dan Kampangpet 54,3 3,1 94,3
Petchaboon 45,9 5,2 88,7
waktu istirahat. Kader desa (village health volunteer) memberi Loei 41,0 10,9 73,4
penyuluhan dan melatih komunikator desa mengenai kegiatan Lampang 32,2 20,0 37,9
iodisasi air minum. Komunikator desa memberi penyuluhan dan Phrae 20,6 9,0 56,3
melatih ibu rumah tangga melaksanakan iodisasi air minum Chiangrae 69,3 49,8 39,2
untuk masing-masing keluarganya. Kemudian diadakan bim- Nan 18,3 12,0 34,4
bingan dan supervisi terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh
masing-masing tingkatan secara hirarkis dan rujukan. propinsi sampai mencapai kurang dari 10% pada akhir tahun
Laporan kegiatan dilaksanakan mengikuti sistem pelaporan 1993.
yang telah dikembangkan dalam memberikan pelayanan kese-
hatan. Guru mengamati perkembangan Gaki pada anak sekolah PEMBAHASAN
dan melaporkan kepada petugas kesehatan di sekolah. Petugas Mengamati kegiatan penanggulangan Gaki di tingkat pusat
kesehatan menggunakan formulir laporan meneruskan kepada dan beberapa propinsi di Thailand, dapat diperoleh gambaran
pusat kesehatan pembantu (village health station). Komunikator faktor yang melatarbelakangi indikasi berhasilnya program pe-
desa mengamati kejadian dan kegiatan kesehatan di 10 rumah nanggulangan Gaki. Faktor tersebut antara lain adalah komitmen
tangga, kemudian melaporkan kepada kader desa dengan for- pimpinan berbagai sektor yang sangat tinggi, organisasi sistem
mulir mingguan. Kader desa melaporkan kepada puskesmas pelayanan kesehatan primer yang dapat mendukung pelaksana-
pembantu melalui formulir laporan. Puskesmas pembantu an kegiatan program, koordinasi serta kerjasama dari berbagai
mengadakan kompilasi, rekapitulasi dan melaporkan kepada pihak yang sangat baik, penyuluhan kesehatan yang efektif dan
puskesmas. Laporan dari sekolah dan masyarakat yang telah partisipasi masyarakat yang tinggi.
melalui puskesmas pembantu, dianalisis sederhana kemudian Pimpinan berbagai departemen termasuk Departemen Pen-
diteruskan ke puskesmas. Hasil analisis ini diteruskan ke Dinas didikan, Dalam Negeri dan Kesehatan dari mulai tingkat ke-
Kesehatan Distrik untuk dianalisis lebih lanjut dan diinterpre- bijaksanaan sampai dengan tingkat pelaksana sangat mendukung
tasi. Hasil ini kemudian diteruskan ke Dinas Kesehatan Propinsi terselenggaranya kegiatan program. Organisasi sistem pelayan-
dan selanjutnya ke Bagian Gizi di Departemen Kesehatan. Pe- an kesehatan secara hirarkis dan rujukan mampu memberikan
nilaian laporan ini selanjutnya digunakan untuk memperbaiki pelayanan kesehatan termasuk iodisasi air minum sampai rumah
kegiatan program lebih lanjut. Selain itu juga dilakukan survai tangga. Dinas Kesehatan Distrik dipimpin oleh seorang para-
Gaki nasional pada anak sekolah untuk menilai kemajuan pro- medis senior dan bertanggung jawab atas peningkatan kesehatan
gram penanggulangan Gaki. masyarakat melalui puskesmas, puskesmas pembantu, kader
desa dan komunikator. Rumah Sakit Distrik dipimpin oleh se-
orang dokter dan bertanggung jawab memberikan pelayanan
HASIL kuratif serta rehabilitatif melalui sistem rujukan dari puskesmas,
Dewasa ini kombinasi program distribusi garam beriodium puskesmas pembantu, kader desa dan komunikator. Di Distrik
dengan iodisasi air minum masih dilaksanakan secara terbatas di dibentuk tim kerja yang bertanggung jawab atas program Gaki di
beberapa propinsi. Hasil secara keseluruhan belum dilaporkan, wilayahnya dan dipimpin oleh paramedik dari Dinas Kesehatan
akan tetapi data dari laporan maupun survai nasional yang telah Distrik atau dokter dari rumah sakit secara bergantian setiap dua
dilakukan memberikan indikasi berhasilnya program penanggu- tahun sekali. Koordinasi dan kerjasama antara tenaga Dinas
langan Gaki di berbagai propinsi. Departemen Kesehatan Thai- Kesehatan Distrik, rumah sakit dan masyarakat sangat baik se-
land melaporkan hasil survai dari 90 sekolah di 15 propinsi; hingga kegiatan iodisasi air minum dapat terintegrasi dengan
diperoleh angka prevalensi Gaki bervaniasi antara 3,1% sd. baik dan dapat disampaikan pada masyarakat melalui kader desa
49,8%. Beberapa propinsi yang semula prevalensi tinggi telah dan komunikator dengan bimbingan dan supervisi dari petugas
mengalami penurunan (tabel 1). kesehatan.
Dewasa ini pemerintah Thailand melalui Departemen Ke- Penyuluhan penanggulangan Gaki diintegrasikan ke dalam
sehatan masih melaksanakan program penanggulangan Gaki di berbagai kegiatan kesehatan lain dan dilakukan secara intensif.
berbagai propinsi. Program Gaki secara nasional telah direnca- Bagian Pendidikan Kesehatan di Dinas Kesehatan Propinsi
nakan dalam program pembangunan nasional sosial ekonomi menyelenggarakan siaran radio mengenai penanggulangan Gaki
yang ke enam dengan sasaran menurunkan prevalensi di 15 setiap 2 minggu sekali, bersama staf Dinas Kesehatan Distrik

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 43


mengadakan penyuluhan rutin ke desa-desa menggunakan mo- yang tinggi merupakan faktor mama yang menentukan ber-
bil unit yang dilengkapi film, video dan alat peraga lain. Kader hasilnya berbagai program kesehatan termasuk penanggulangan
desa melaksanakan penyuluhan dari kampung ke kampung dan Gaki.
komunikator melaksanakan penyuluhan dari rumah ke rumah.
Proses penyuluhan memerlukan waktu yang relatif lama untuk KESIMPULAN
dapat meningkatkan kesadaran dan perilaku masyarakat. Dewasa ini Gaki merupakan salah satu masalah kesehatan
Dengan demikian pelayanan kesehatan termasuk teknologi masyarakat yang masih belum dapat ditanggulangi dengan
iodisasi air minum dari tingkat pusat dapat disampaikan ke efektif di Thailand. Upaya penanggūlangan Gaki melalui
masyarakat melalui sistem rujukan sampai ke rumah-rumah. kombinasi program distribusi garam beriodium dan iodisasi air
Sistem pelayanan kesehatan primer di Indonesia agak ber- minum secara bertahap dilakukan di beberapa propinsi sejak
beda karena menggunakan jaring-jaring pos pelayanan terpadu tahun 1986. Departemen Kesehatan Thailand melaporkan bahwa
(posyandu) sebagai tempat mempertemukan pelayanan ke- pada tahun 1990 dari beberapa propinsi mengalami penurunan
sehatan dan kebutuhan masyarakat atas pelayanan kesehatan. antara 34,4 — 94,3% prevalensi Gaki anak sekolah. Program ini
Sistem pelayanan semacam ini kurang menjamin tercapainya masih dilaksanakan di 15 propinsi di wilayah bagian utara dan
cakupan pelayanan yang luas karena masih dibutuhkan jarak timur laut, dan ditargetkan prevalensi menjadi kurang dari 10%
untuk mencapai rumah tangga. Dalam pengetrapan teknologi dalam tahun 1993.
iodisasi air minum perlu dipikirkan adanya sistem pelayanan Beberapa faktor yang melatar belakangi keberhasilan pro-
kesehatan primer seperti yang dilakukan oleh kader desa dan gram tersebut antara lain komitmen pimpinan yang kuat, organi-
komunikator. Konsep kader desa telah banyak dilakukan, dan sasi pelayanan kesehatan yang mendukung kegiatan program,
komunikator dapat menggunakan tenaga PKK atau dasa wisma. koordinasi dan kerjasama antar sektor yang baik, penyuluhan
Pemanfaatan kedua macam tenaga sukarela sudah banyak di- kesehatan yang efektif dan partisipasi masyarakat yang tinggi.
kembangkan oleh berbagai program kesehatan sehingga mem- Iodisasi air minum merupakan teknologi sederhana yang dapat
berikan harapan untuk dikembangkan dalam program iodisasi air mendukung program penanggulangan Gaki melalui distribusi
minum. garam beriodium. Oleh karena itu kemungkinan pengetrapan
Kegiatan penyuluhan kesehatan termasuk iodisasi air kombinasi iodisasi air minum dan distribusi garam beriodium di
minum yang sangat efektif mampu memberikan pengertian dan Indonesia merupakan strategi yang dapat diterapkan dalam
kesadaran masyarakat mengenai bahaya Gaki dalam waktu yang menanggulangi masalah Gaki.
relatif singkat. Melalui pengertian dan kesadaran ini mereka
kemudian memberikan komitmen dan partisipasi untuk me-
lakukan kebiasaan menggunakan garam beriodium dan melaku- KEPUSTAKAAN
kan iodisasi air minum. Dengan demikian masyarakat dapat 1. Nutrition Division, Department of Health Ministry of Public Health. The
secara aktif berpartisipasi menanggulangi Gaki yang selama ini National IDD Control Project 1989 — 1992; 1990: 1—7.
2. Suwanik R et al. Simple technology provides effective IDD control at the
menjadi masalah kesehatan masyarakat. Partisipasi masyarakat village level. IDD Newsletter 1989; 5(3): 2—11.
a

44 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


Diet yang dapat Merusak Gigi pada
Anak-anak
Drg. Yuyus Ruslawati
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

PENDAHULUAN TERJADINYA KARIES GIGI DAN KOMPOSISI GIGI


Masalah kesehatan gigi di Indonesia masih merupakan Karies gigi adalah suatu proses kerusakan yang dimulai dari
masalah kesehatan masyarakat yang penting karena prevalensi email (enamel) terus ke dentin dan merupakan suatu penyakit
karies dan penyakit periodontal mencapai 80% dari jumlah yang berhubungan dengan banyak faktor. Ada 4 faktor utama
penduduk(1). Usaha untuk mengatasinya belum memberikan basil yang saling mempengaruhi untuk terjadinya karies; ke empat
yang nyata bila diukur dengan indikator kesehatan gigi masya- faktor tersebut digambarkan sebagai 4 lingkaran yang saling
rakat; misalnya prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal berinteraksi (multifaktorial). Lingkaran pertama adalah faktor
tidak berbeda pada tahun 1973 dan 1983. host yang meliputi gigi dan saliva, lingkaran ke dua adalah faktor
Tingginya prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal mikroorganisme, lingkaran ke tiga adalah faktor substrat dan
serta belum berhasilnya usaha untuk mengatasinya, mungkin lingkaran ke empat adalah faktor waktu(4).
dipengaruhi oleh faktor-faktor distribusi penduduk, faktor Gambar : Model empat lingkaran faktor utama karies(4)
lingkungan, faktor perilaku, dan faktor pelayanan kesehatan gigi
yang berbeda-beda pada masyarakat Indonesia(2).
Laporan mengenai karies gigi di Indonesia selama ini adalah
pada anak usia sekolah dan dewasa, pada tahun 1973 jumlah gigi
dengan karies pada anak sekolah usia 12 tahun rata-rata adalah
3,5 di daerah perkotaan dan 0,7 di daerah pedesaan (Ibnoe
Effendi, 1977, Barmes, 1977); pada tahun 1983, 2,65 di daerah
perkotaan dan 2,06 di pedesaan(2).
Data hasil penelitian dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta pada
Survei Kesehatan Gigi Masyarakat DKI Jakarta pada tahun
1984, menyatakan bahwa 4781 sampel dari 5 wilayah DKI
Jakarta ternyata keadaan karies gigi adalah sebagai berikut: pada
usia 15 tahun ke atas, penderita karies adalah 91,93% atau yang
bebas karies adalah 8,07% dengan DMF-T rata-rata tiap orang
6,65 dan gigi yang ditambal (F) hanya 0,54 tiap orang, sedangkan
gigi yang dicabut (M) 2,56 tiap orang. Selain faktor langsung yang ada di dalam mulut (faktor
Indeks karies gigi sulung anak usia prasekolah (def.t) dari dalam) yang berhubungan dengan karies gigi, terdapat faktor-
hasil penelitian atas 1099 anak menunjukkan bahwa 85,17% faktor tidak langsung yang disebut faktor risiko luar, yang
anak menderita karies rata-rata def-t adalah 6,03 ± 4,96; def.s merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadinya
adalah 13,25 ± 15,23. Pada penelitian ini hampir sembilan dari karies. Faktor luar antara lain adalah usia, jenis kelamin, keadaan
sepuluh anak yang diteliti menderita karies dengan perincian penduduk dan lingkungan, pengetahuan, kesadaran dan perilaku
bahwa rata-rata harus dicabut satu gigi tiap anak dan yang harus yang berhubungan dengan kesehatan gigi, misalnya pengetahu-
ditambal rata-rata 5 gigi tiap anak(3). an mengenai jenis makanan dan minuman yang menyebabkan

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 45


karies. timbulnya karies gigi pada anak-anak tersebut.
Komposisi gigi terdiri dari enamel di luar dan dentin di Studi epidemiologi menunjukkan bahwa kejadian karies
dalam, dengan demikian struktur enamel sangat menentukan sangat berbeda antara kelompok-kelompok penduduk; tetapi diet
terhadap proses terjadinya karies. Struktur enamel gigi terdiri dipertimbangkan sebagai perbedaan utama antara kelompok-
dari susunan kimia kompleks dengan gugusan kristal, yang kelompok bangsa meskipun ada juga faktor genetik. Telah dibukti-
terpenting adalah hidroksil apatit dengan rumus kimia Ca10 kan dari berbagai penelitian bahwa gula dalam diet merupakan
(PO4)6 (OH)2 (Newburn 1978). Permukaan enamel paling luar penyebab utama karies. Suku bangsa yang mengkonsumsi gula
lebih tahan terhadap karies dibandingkan lapisan enamel di lebih tinggi, kariesnya lebih tinggi dibandingkan dengan pen-
bawahnya karena lebih keras dan padat; pada permukaan enamel duduk asli Aborigin, Maori, dan Eskimo yang sebelum mengenal
terdapat F, Cl, ZM, Pb dan Fe sedangkan karbohidrat dan diet modern keadaan kariesnya sangat rendah; tetapi setelah
magnesium lebih sedikit dibandingkan dengan enamel di diperkenalkan dengan kebudayaan Eropa & Amerika, karies
bawahnya(4). meningkat.
Gula berfungsi sebagai pemanis dan bahan pengawet,
DIET YANG DAPAT MERUSAK GIGI memberikan bau yang harum; hal ini akan menimbulkan daya
Yang berdiet karbohidrat cenderung mempunyai lebih tarik baik rasa, bau maupun bentuk makanan itu sendiri, sehingga
banyak karies, jenis karbohidrat yang paling kariogenik adalah ada kecenderungan orang akan memilih makanan yang bergula.
gula atau sukrosa karena mempunyai kemampuan untuk menolong Berhubung sifat kariogenitas maka dipikirkan dan telah di-
pertumbuhan bakteri kariogenetik. Mikroorganisme yang aktif lakukan penelitian kemungkinan menggunakan bahan pemanis
menyebabkan karies gigi adalah Streptococcus mutans, Strepto- yang lain yang tidak bersifat kariogenik(6). Penelitian Ernest
coccus sanguis, Streptococcus salivarius. Oleh mikroorganisme Newbrun (1981) mengenai hubungan makanan mengandung
ini gula diubah menjadi asam yang berperan untuk terjadinya gula dengan karies dapat dilihat dalam tabel 1.
permulaan karies gigi(5,7,8).
Karbohidrat yang dapat menyebabkan karies dentis harus Tabel 1. Cariogenicity of Snack-foods-fed Rats ad libitum
bersifat : Total Carious Lesions
1) Ada dalam diet dalam jumlah yang berarti Food Sucrose Sugar
% % Fissine Bucco
2) Siap difermentasikan oleh bakteri kariogenik linguae
3) Larut secara perlahan-lahan dalam mulut.
Karbohidrat yang memenuhi ke tiga syarat tersebut(5,8) : Milk chocolate + rice crispie 42 50 29,9 43
1) Starch (polisakharida) Chocolate wafers 30 35 11,2 30
2) Sukrosa (disakharida) Biscuit whole meal flour 20 22 8,0 5
Biscuit white flour 14 19 10,6 2
3) Glukosa (monosakharida). Bread and jam 7 15 3,0 1,5
Suatu studi epidemiologi mengenai status gigi anak usia 3 Biscuit sugar rice 1 3 2,6 0
sampai 14 tahun dilakukan di panti asuhan Hope Wood Australia Bread and cheese 0,4 3 3,1 0
selama sepuluh tahun. Di sini anak dibesarkan dari bayi, setelah
12 tahun mereka tinggal di luar panti asuhan. Mereka diberi diet
yang tetap nilai nutrisinya, terdiri dari sayuran segar dan mentah, DIET PADA ERUPSI GIGI
dan kuning telur; diet tanpa daging dan pemberian refined Diet dalam kesehatan gigi dapat dilihat dalam beberapa
karbohidrat terbatas dan ketat, kecuali pada hari-hari terakhir segi(2), pertama efek makanan di dalam rongga mulut yaitu efek
diberi makanan di antara waktu makan secara terbatas yaitu susu, lokal pada waktu makanan dikunyah sebagai tahap awal pen-
buah dan sayuran. Prevalensi karies pada anak-anak Hope Wood cernaan; dan yang ke dua diet mempunyai efek sistemik, setelah
tersebut pada gigi tetapnya adalah sepersepuluh dari rata-rata nutrien di dalam makanan dicerna dan diabsorpsi. Dengan
anak Australia seumur yang tinggal di luar panti. Rendahnya demikian peranan diet dan nutrisi pada karies penting dalam
karies tersebut lebih nyata lagi karena keadaan oral hygiene yang aspek perkembangan, fisologi dan perilaku.
buruk (75% anak menderita penyakit periodontal) dan rendahnya Di dalam diet terdapat mineral yang penting dalam perkem-
kadar fluor. Tetapi setelah anak dilepas dari Hope Wood dan bangan resistensi gigi terhadap karies. Mineral-mineral tersebut
mendapat diet yang konvensional, laju kariesnya meningkat. berperan penting pada perkembangan gigi maupun reminerali-
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa diet yang tetap sasi dan kolonisasi bakteri pada permukaan gigi. Seperti telah
sampai umur 12 tahun tidak mengakibatkan gigi imun terhadap dibuktikan, fluor dalam diet secara dramatik dapat mereduksi
karies(13). karies(5,6).
Penelitian Sri Mayangsari 1981 di SD Bangka 3 Bogor Mineralisasi email masih berlanjut pada waktu gigi baru
terhadap 30 kasus menunjukkan bahwa frekuensi karies tinggi erupsi sampai kira-kira antara 1,5 sampai 2 tahun(9). Mineral
bila rata-rata jumlah konsumsi refined karbohidrat tinggi dan dalam tahap kristalisasi email adalah dalam keseimbangan yang
kebersihan mulut kurang. Jumlah konsumsi rata-rata kalsium, konstan dengan mineral dari saliva, substansi yang berakumulasi
fosfor dan fluor juga kurang; mungkin ini juga mempengaruhi pada gigi terutama pelikel dan plak, cairan gingiva dan mungkin
a

46 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


cairan email. Keseimbangan ini akan menghasilkan deminerali- makanan yang dikonsumsi tidak sempat menjadi substrat
sasi dan remineralisasi lapisan email luar, terutama gigi baru mikroflora. Di dalam mulut, diet mempunyai efek lokal dan
erupsi(6). Masa ini merupakan masa kritis perkembangan resis- sistemik. Untuk kesehatan gigi, efek lokal lebih bersifat pember-
tensi gigi terhadap karies. Dengan diet yang baik, perawatan gigi sih; efek sistemik, mulai dengan pencernaan dan absorbsi nutrien
yang efektif akan dapat meningkatkan resistensi gigi terhadap baik sebelum erupsi maupun setelah erupsi, terutama mineral-
karies. Sebaliknya dengan diet kariogenik pada periode tersebut mineral Ca, P, dan F yang didistribusikan pula pada cairan tubuh
akan meningkatkan perkembangan mikroflora yang kariogenik dan saliva. Setelah email gigi selesai terbentuk, mineral-mineral
dan hipomineralisasi email sehingga memudahkan gigi menjadi tersebut tetap berfungsi dalam maturasi email sebelum dan
karies(6,9). sesudah gigi erupsi. Komposisi saliva dipengaruhi pula oleh
Defisiensi protein dalam diet pada tikus mengakibatkan protein di dalam diet.
ukuran gigi yang lebih kecil, keterlambatan erupsi, meningkat- Sukrosa mempunyai peran yang unik dalam proses terjadi-
kan memudahkan gigi terserang karies(13). nya karies, karena bakteri oral dapat menggunakannya untuk
Pada anak yang menyusu dengan dot botol, pada rahang atas metabolisme dengan berbagai cara.
depan akan terdapat karies dan pada umumnya terjadi infeksi Untuk mengurangi karies gigi perlu dianjurkan saran-saran
bakteri Streptococcus mutan. Dot yang letaknya menempel pada sebagai berikut :
langit-langit mulut menyebabkan cairan susu membasahi semua 1) Penyuluhan di BKIA atau Posyandu/Puskesmas tentang
gigi atas kecuali gigi depan bawah. Bila anak-anak tidur dengan nutrisi dan diet yang baik untuk pencegahan karies.
susu dot di dalam mulut, air susu akan memenuhi sampai ke gigi 2) Mengurangi atau membatasi makanan yang kariogenik.
depan atas. Pada saat demikian bakteri pada permukaan gigi akan 3) Pemeliharaan kebersihan mulut yang paling panting sikat
memfermentasi subtrat. Bila susu mengandung sukrose selain gigi sebelum tidur dan sikat gigi sesudah sarapan disertai
laktose maka Streptococcus mutan akan lebih banyak(7,10,11). dengan kebiasaan diet yang baik.

USAHA PENANGGULANGAN KEPUSTAKAAN


Usaha menanggulangi serta memperbaiki kesehatan gigi
1. Ibnoe Effendi, Moller. Prevalensi penyakit gigi dan mulut di 7 kota di
anak membutuhkan tenaga kesehatan dan peran serta orang tua Indonesia. Laporan sementara, Direktorat Gigi Departemen Kesehatan RI,
dalam peningkatan, pengadaan, dan status gizi. Penyuluhan- 1973.
penyuluhan kepada ibu hamil di BKIA atau di Posyandu/Puskes- 2. Wibowo D. Laporan survey Kesehatan Gigi dan Mulut, Direktorat Ke-
mas tentang higiene mulut dan cara perawatan gigi bayi perlu sehatan Gigi, Jakarta, 1984.
3. Isnu Suharsono Suwelo. Fluor dalam air minum di DKI Jakarta dan
diberikan sedini mungkin. Diet yang baik harus diberikan kepada hubungannya dengan karies. Simposium pencegahan karies gigi dengan
anak bayi yang mulai erupsi gigi geligi sekitar 6-7 bulan. fluor, 1987.
Orang tua perlu diberi pendidikan mengenai hubungan gizi 4. Newburn E. Etiology of dental caries. Dalam Coldwell RC, Stalland RE
dengan karies dan kemudian dapat diterapkan pada anak. Mem- (eds). A Textbook of Preventive Medicine, 1977.
5. S Bambang. Pola konsumsi makanan penderita karies dentis di Surakarta.
bawa anak-anak ke puskesmas dan ke dokter gigi untuk pe- Kumpulan Naskah KPPIKG IV FKG-UI Jakarta, 1979.
rawatan dan pencegahan 3 bulan sekali seyogyanya dibiasakan 6. Michael CA. Nutrition in dental caries. Dental Caries Publisher S. 1980,
sejak dini atau balita(13). 271 - 275.
7. Cleaton P. dkk. Dental caries, sucrose intake and oral hygiene in 5 year old
South African Indian 1984. Dental Research Institute, South Africa, 1982;
KESIMPULAN 577 - 585.
Pencegahan karies dapat dilakukan dengan berbagai cara 8. Wei Shy. Diet and Dental Caries., Pediatric Dentistry. 1982, 577 - 85.
tetap pada dasarnya adalah : 9. Chandra RK. Nutrition and Immunity, 1987; 192 - 193.
1. Dengan peningkatan resistensi gigi 10. Loesche WI. Nutrition and dental decay in infants. J Clin Nutr 1985.
11. Richardson BD, Jones C, Melness PM, Ransho JM. Infant feeding
2. Menurunkan jumlah mikroflora, kariogenik, pengendalian practices and nursing. 1981, 243.
substrat 12. Beely JA. The teaching of nutrition in UK Dental School 1986; 452 - 453.
3. Mengurangi waktu lamanya subtrat di dalam mulut 13. Sri Harini Sumartono. Pengendalian diet untuk mencegah karies pada
Pengendalian substrat adalah dengan pengaturan diet, agar anak. KPPKG VIII 7 – 9 September 1988. FKG-UI, hal. 194 - 5.

Every young man should learn to take criticism. He’ll


probably be a parent someday.

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 47


Pengaruh JAKIM
sebagai Makanan Tambahan Balita
terhadap Berat Badan
Dr. Rudi Irawan
Kepala PRM Parado Kab Bima, Nusa Tenggara Barat

ABSTRAK
Sebelum makanan tambahan dengan JA-KI-M (jawawut, kacang ijo, madu) diberikan
pada balita, diperlukan suatu penelitian kelayakan penggunaannya baik di Posyandu, di
RKBPKK maupun di tempat-tempat lainnya.
Penelitian uji coba ini telah dilakukan di Puskesmas Parado yang meliputi 4 desa
(Parado rato, Parado wane, Kuta dan Kanca), kecamatan Monta, Kabupaten Bima,
Prop. NTB dengan melibatkan 17 orang kader posyandu dan 7 orang petugas puskesmas
(seorang petugas gizi dan 6 orang staf puskesmas), dilaksanakan terhadap 91 anak balita
yang diikuti perkembangan dan pertumbuhannya selama 3 bulan (Juli 1988 - Oktober
1988); sedang pemberian makanan tambahan diberikan mulai awal bulan Juni 1988
sampai dengan Oktober 1988.
Lebih dari 90% kader yang telah dilatih sebelumnya melakukan tugas dengan baik,
sehingga pelaksanaan bukan merupakan beban yang nyata selama masih tersedianya
peralatan penimbangan, pengukur tinggi badan serta kartu (KMS).
JAKIM bermanfaat meningkatkan motivasi ibu dan anak untuk datang ke posyandu
sehingga cakupan kunjungan balita meningkat, dan bermanfaat pula untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan balita di posyandu; selain itu ternyata JAKIM juga ber-
manfaat menurunkan angka kesakitan/kematian dengan cara meningkatkan kesadaran
ibu dari balita tersebut akan pentingnya menjaga kesehatan dengan memakan makanan
bergizi, sehingga JAKIM merupakan makanan tambahan yang layak dalam menunjang
usaha perbaikan gizi anak balita di Parado pada khususnya.

PENDAHULUAN kritis bagi perkembangan pribadi seseorang.


Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya merupakan Berpedoman pada hal di atas maka perlu suatu usaha untuk
upaya yang sangat komplek dan berperspektif jangka panjang, meneliti keadaan tumbuh kembang anak di wilayah kerja Pus-
karena itu penuangannya menghendaki usaha yang berkesi- kesmas Parado (meliputi desa Parado rato, Parado wane, Kuta,
nambungan dan terpadu. Untuk meningkatkan kualitas manusia Kanca), kecamatan Monta, Kabupaten Bima, Propinsi Nusa
diperlukan penggarapan terhadap subyeknya sendiri sedini Tenggara Barat. Karena gizi anak balita di Parado yang masih
mungkin, tegasnya pada usia balita. Hal ini didasarkan per- kurang (649 anak balita), sehingga menyebabkan angka kema-
timbangan bahwa usia balita merupakan periode pembentukan tian yang tinggi (16%), dan angka kesakitan masih tinggi (40-80

48 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


anak/bulan). Berbagai upaya telah dijalankan melalui Posyandu, KMS tersebut sekaligus balita ditimbang berat badannya, di-
pemantauan status gizi, dan penyuluhan pemberian makanan periksa kesehatannya. Terhadap ibunya diberikan penyuluhan
tambahan; tetapi program di atas masih belum bisa diharapkan mengenai JAKIM dan diberikan bahan mentah JAKIM ūntuk
secara optimal, sehingga terdorong keinginan untuk meneliti digunakan di rumah. Hasilnya dibuat kurve di dalam grafik
JAKIM (jawawut, kacang hijau, madu), sebagai makanan tam- misalnya : berat badan di dalam buku KMS; tinggi badan, ling-
bahan yang banyak didapat di Parado, murah, mudah memasak- kar kepala, lingkar lengan atas, lipatan kulit dibuat kurve di buku
nya, enak dimakan dan yang terpenting tinggi nilai gizinya yaitu lain.
973 kalori/100 mg, 32.2 g protein/100 mg, 4.7 g lemak/100 mg. Seandainya ada balita yang sakit, disembuhkan dulu dan
Pada penelitian ini dibatasi hanya pada balita saja, JAKIM PMT dilanjutkan asalkan tidak menimbulkan alergi (komplikasi
cukup potensial untuk digunakan secara luas. lain) terhadap balita tersebut. Sampai penelitian ini disusun tidak
ada drop out/gagal sebelum penelitian selesai.
TUJUAN PENELITIAN
E. ALAT DAN CARA PENGUKURAN(1,2,3)
1. Primer, untuk mengetahui pengaruh pemberian makanan
Hasil tumbuh kembang fisik adalah bertambah besarnya
tambahan (PMT) Jakim, terhadap kenaikan berat badan.
ukuran antropometrik dan gejala (tanda lain pada rambut, gigi
2. Sekunder, melatih ibu-ibu kader kesehatan/petugas kese-
geligi, otot, kulit serta jaringan lemak, darah dan lain-lain.
hatan dalam memantau status gizi dan keadaan kesehatan
1. Ukuran Antropometri(1)
(morbiditas) anak-anak Balita.
Yang bermanfaat dan sering dipakai adalah :
1. a. Berat badan.
I. BAHAN DAN CARA KERJA b. Tinggi/panjang badan.
A. LOKASI c. Lingkaran kepala.
Penelitian dilakukan di 4 desa di wilayah kerja puskesmas d. Lingkaran lengan atas.
Parado yaitu : Parado rato, Parado wane, Kuta, Kanca, Keca- e. Lipatan kulit.
matan Monta, Kabupaten Bima, Propinsi Nusa Tenggara Barat. a) Berat badan.
Dan tiap desa tersebut diambil 1 — 2 posyandu, sehingga di- Merupakan ukuran antropometri yang terpenting, dipakai
dapatkan 6 posyandu. untuk memeriksa kesehatan anak pada setiap kelompok umur.
Merupakan indikator tunggal yang terbaik pada waktu ini
KRITERIA PEMILIHAN untuk keadaan gizi, keadaan tumbuh kembang, karena pening-
1. Harus posyandu mantap dengan kader yang aktif. katan berat adalah hasil dari peningkatan seluruh jaringan tulang,
2. Posyandu yang cakupan balitanya lebih dari 50 anak. otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lain.
3. Sarana sumber daya (jakim) dan lain-lain tersedia di wilayah b) Tinggi badan.
posyandu tersebut. Merupakan ukuran antropometrik kedua yang panting; ke-
B. BENTUK PENELITIAN istimewaannya nilai tinggi badan adalah meningkat terus walau-
Penelitian analitik observasional secara Randomized pun laju tumbuh berubah, oleh karena itu nilai tinggi badan
Controlled Trial. dipakai untuk dasar perbandingan terhadap perubahan relatif,
seperti nilai berat dan lingkar lengan atas.
C. SUBYEK PENELITIAN
c) Lingkar kepala.
Pemilihan subyek secara random sample sebanyak 91 anak
Mencerminkan volume intrakranial, dipakai untuk menaksir
balita dari empat desa tersebut, ditujukan pada balita yang rutin/
pertumbuhan otak.
rajin datang ke posyandu tiap bulan.
d) Lingkar lengan atas.
D. CARA KERJA Mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot
Penelitian ini dimulai pada awal bulan Juni 1988, berupa yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh di-
pemberian makanan tambahan Jakim, dimonitor perkembang- bandingkan dengan berat badan. Dapat dipakai untuk menilai
annya pada kunjungan ke posyandu pada bulan Juli; pemberian keadaan gizi pada kelompok usia pra sekolah.
makanan tambahan diteruskan sampai bulan September, de- e) Lipatan kulit.
mikian juga monitor diteruskan sampai bulan Oktober 1988. Tebalnya lipatan kulit pada daerah trisep dan subskapular
Pada kunjungan I ke posyandu (bulan Juli) latar belakang merupakan refleksi tumbuh kembang jaringan lemak bawah
orang tua seperti umur, pendidikan dan pekerjaan dicatat. Dicatat kulit, yang mencerminkan kecukupan energi.
pula riwayat persalinan, penyakit yang pernah diderita anak 2. Tanda pemeriksaan fisik(1,2)
tersebut, semua dilakukan oleh kader. Kemudian dilakukan pe- a) Keseluruhan fisik.
meriksaan kesehatan balita oleh petugas kesehatan, diberi buku Dilihat bentuk tubuh, perbandingan bagian kepala, tubuh
KMS yang sudah diisi penimbangan berat badannya dan di- dan anggota.
interpretasikan ke dalam grafik. b) Jaringan otot.
Buku KMS balita yang diuji diberi tanda khusus, setiap Tumbuh kembang otot diperiksa pada lengan atas, pantat
bulan diharuskan datang ke posyandu dengan membawa buku dan paha dengan cara cubitan tebal.
a

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 49


c) Jaringan lemak. 3) Pemeriksaan penunjang dengan pemeriksaan antropometrik
Diperiksa pada kulit di bawah trisep dan subkapular dengan saja, karena pemeriksaan laboratorium dan radiologi belum ada.
cara cubitan tipis. Penilaian kelompok umur(1)
d) Rambut. 1) Bayi
Diperiksa tumbuh, warna, diameter (tebal/tipis), sifat (lurus/ Landasan tumbuh kembang telah ditentukan dalam kan-
keriting) dan akar rambut (mudah dicabut atau tidak). dungan dan persalinan; gejala/tanda normal, antara lain me-
e) Gigi geligi. nyusu/makan dengan baik, tidur nyenyak.
Jadwal pertumbuhan gigi geligi susu (saat erupsi), saat Dalam dua minggu pertama penurunan berat badan fisiolo-
tanggal dan pergantian/erupsi gigi geligi permanen. gik pada hari ke 5 tidak lebih dari 10%, berat badan lahir dicapai
3. Pemeriksaan Laboratorium dan Radiologi. kembali pada hari ke 10 – 14; bila melebihi 30 hari merupakan
4. Buku Patokan (Standard Reference) sebagai pemban- indikator kecurigaan terhadap penyakit. Laju tumbuh kem-
ding(1,4) bang sesuai baku patokan.
Gigi geligi mulai erupsi pada usia 7 – 8 bulan, berjumlah
a) Pola Tumbuh kembang. 4 – 6 pada usia satu tahun.
Memperlihatkan variasi normal yang luas, sehingga perlu 2) Anak prasekolah.
cara dan istilah statistik untuk menilai keadaan tumbuh kembang Perlu dibagi dalam dua kelompok usia: 1– 3 tahun (Batita)
seorang anak. dan 4 – 5 tahun (Balita).
Terdapat tiga macam cara untuk menunjukkan suatu variasi Anak usia 1 – 3 tahun ditandai dengan laju tumbuh fisik
normal : bersifat lambat, mantap untuk berat dan tinggi, lingkar kepala
i) Menggunakan Mean dan SD. melambat pada usia 2 – 3 tahun, gigi geligi susu secara bertahap
Mean adalah nilai rata-rata ukuran anak yang dianggap menjadi lengkap 20 pada usia 2 – 3 tahun.
normal (sehat); dengan cara ini seorang anak dapat ditentukan Usia 4 – 5 tahun aktivitas fisiknya meningkat, laju tumbuh
posisinya, yaitu : berat badan dan tinggi lambat mantap, mulai terjadi pergantian
– Mean kurang lebih 1 SD mencakup 66,6% gigi geligi susu dengan erupsi gigi seri (permanen).
– Mean kurang lebih 2 SD mencakup 95%
– Mean kurang lebih 3 SD mencakup 97,7% dari jumlah Tabel 1. Lokasi, Janis kelamin serta umur anak yang diuji (n = 91)
populasi anak normal.
Umur
ii) Menggunakan Persentase.
Pada lokakarya antropometri di Indonesia untuk anak Desa 1- 3 Tabun 4 - 5 Tabun
prasekolah (Gizi, Depkes 1974) disepakati bahwa : Laki Perempuan Laki Perempuan
– Nilai 100% untuk berat adalah nilai persentil ke 50 dari
Parado Rato 5 4 15 12
Harvard standard. Parado Wane 3 5 8 7
– Variasi normal berada di antara 80% – 110%. Kuta 4 2 7 5
Dalam prakteknya, nilai-nilai tersebut disusun dalam se- Kanca 2 1 9 2
buah tabel atau digambarkan dengan kartu pertumbuhan. Jumlah 14 12 39 26 = 91
b) Baku Antropometri Gizi(1,4)
i) Baku untuk Tinggi dan Berat menurut Direktorat Gizi
Depkes 1973. F. TENAGA LAPANGAN
ii) Baku NCHS (National Centre of Health Statistics) dianjur- Pelaksanaan penelitian di lapangan dikerjakan oleh kader
kan oleh WHO 1978, untuk berat dan tinggi. dan petugas kesehatan. Setiap kader bertanggung jawab terhadap
iii) Hasil penelitian Sugiono dan Pelenkahu (1964) untuk bayi 4 – 8 anak yang diteliti, sedang petugas kesehatan (seorang
menggunakan rata-rata untuk berat dan tinggi. petugas gizi dan 6 orang staf PKM) bertanggung jawab terhadap
iv) Standard NCHS untuk anak 0 – 18 bulan, menggunakan pemeriksaan kesehatan anak yang diteliti serta sebagai konsultan
persentil untuk berat, tinggi, lingkar kepala (Nelson 1979). bagi kader; petugas kesehatan dan kader dalam melaksanakan
5. Tata cara penilaian/pemeriksaan(1,5,6) tugas di bawah pengawasan dokter puskesmas.
Pemeriksaan yang dilakukan sama seperti membuat diagno-
sis tentang penyakit atau tentang keadaan kesehatan; yaitu : Tabel 2. Lokasi dan Jumlah kader di masing-masing desa, Kecamatan
1) Anamnesis Monta, Kabupaten Bima
Untuk memperoleh informasi tentang tumbuh kembang Umur Pengalaman Kerja
selama dalam kandungan, saat kelahiran, keadaan waktu lahir, Desa Kader
kecukupan makanan, penyakit/kelainan yang diderita, keadaan 20 th 20-29 30-40 1 th 1-2
fisik kedua orangtua. Parado Rato 2 2 1 1 4 5
2) Pemeriksaan fisik. Parado Wane 1 2 2 1 4 5
Kuta 1 2 1 1 3 4
Untuk memperoleh kesan klinis tentang tumbuh kembang,
Kanca 1 1 1 1 2 3
dengan informasi gejala/tanda tumbuh kembang.
Jumlah 5 7 5 5 13 17

50 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


Tabel 3. Latar belakang kader a) Air kacang ijo madu.
Pendidikan Pekerjaan Umur Lama Tugas la) Nasi jawawut pisang uleg.
Desa Nasi pisang (ambon) sering diberikan
SD SNIP SMA Tani Dagang Lain 20 th 20-29 30-40 1 th 1-2 2 th pada bayi berumur lebih dari 30 hari.
P. Rato 1 3 1 2 1 2 2 2 1 1 4 - Nasi, jawawut yang dihaluskan ditumbuk
P. Wane - 4 1 1 1 3 1 2 2 1 4 - dimasak bersama dan pisang diuleg sampai
Kuta - 2 1. 1 1 2 1 2 1 1 3 - halus;
Kanca - 1 2 - - 3 1 1 1 1 2 -
Kalori yang dikandung setiap porsi
213,7 kal.
Pelaksanaan pengumpulan data dikoordinir petugas gizi dan lb) Bubur tepung susu jawawut.
disempumakan oleh dokter Puskesmas. Dibuat dari tepung beras dan jawawut yang sudah ditumbuk
Pemilihan kadar diutamakan yang mempunyai sifat sosial, halus dicampur dengan susu dan dimasak sampai matang;
berdedikasi tinggi, cekatan, ulet bekerja dan kekuatan fisik yang Kalori yang dikandung setiap porsi 302,1 kal.
balk sehingga dapat menunjang kegiatan ini dengan balk. lc) Nasi jawawut tim saying.
G. LATIHAN UNTUK TENAGA LAPANGAN Campuran lengkap/bubur tim saring.
Kader dan petugas kesehatan yang mengumpulkan data Bahan yang dipakai beras, jawawut, ikan/daging/ayam/
dilatih selama 2 hari dan penyuluhan rutin setiap turun posyandu hati, tahu/tempe dan sayur tomat/wortel/bayam/labu siam. Ba-
bagi kader. Latihan yang diberikan mengenai tata cara peng- han-bahan tersebut dimasak bersama dengan air sampai matang
ukuran antropometri terhadap anak, cara memberikan penyu- kemudian disaring.
luhan terhadap orang tua dari anak yang diuji coba, cara men- Kalori yang dikandung setiap porsi 251,1 kal.
cantumkan basil pengukuran antropometri, interpretasi hasil 2a) Bubur tim.
pengukuran, cara mendapatkan dan mengisi faktor risiko, pen- Bahan dan cara membuatnya sama dengan nasi jawawut
jelasan tentang pesan kesehatan dan gizi dalam laporan, cara me- tim saring.
manfaatkan/memasak Jakim, variasi masakan/menu dan cara Kalori yang dikandung 251,1 kal.
menghidangkannya. Latihan diberikan secara teori dan praktek. 2b) Pure campur.
Pada hari terakhir dilakukan uji validasi tentang pengukuran Bahannya kentang, jawawut, ikan/daging/ayam/hati, tahu,
antropometri, wawancara dengan anak/ibu dan kebenaran peng- sayur, margarine; cars membuatnya: kentang, jawawut, ikan,
isian laporan; hasil pengisian data oleh kader divalidasi dengan tahu, sayur direbus, kemudian dicampur dan ditambah margarine
cara membandingkan dengan hasil pengukuran oleh pelatih. dan dihaluskan.
Dengan adanya latihan dan uji validasi ini hasil penelitian benar- Kalori yang dikandung setiap porsi 387,5 kal.
benar akan dapat dipertanggung jawabkan. 3a) Air kacang ijo madu.
Bahannya kacang ijo dan madu dengan air secukupnya; cara
H. BEBERAPA JENIS MAKANAN PADAT/CAIR(1) membuatnya: kacang hijau/ijo dimasak, kemudian dihidangkan
Makanan ini dapat dibuat dari bahan-bahan yang biasa dan dengan diberi madu secukupnya (2–3 sendok teh).
tersedia di Parado ataupun dari bahan yang banyak dijual di Kalori yang dikandung setiap porsi 115,6 kal.
pasaran; oleh karena itu peranan tenaga kesehatan sangat di- Cara menghidangkan
perlukan untuk dapat memberikan nasehat kepada para orang tua 1. Makanan lumat/lembek bisa dihidangkan 2–3 kali/lebih
tentang makanan JAKIM tersebut. perhari, pagi – siang – sore.
1) Makanan lumat. 2. Minuman cair dihidangkan 3 kali/lebih perhari, pagi –
a) Nasi jawawut pisang uleg. siang – sore.
b) Bubur jawawut tepung susu. Dari tabel 4 tampak bahwa JAKIM mengandung kalori,
c) Nasi jawawut tim saring. vitamin, elektrolit dan lain-lain sangat besar, sehingga layak
2) Makanan lembek. kalau disebut makanan yang bergizi.
a) Bubur jawawut tirn.
b) Pure campur. I. SUPER VISI
3) Minuman cair. Dalam 1 bulan supervisi dilakukan 8 kali (2 kali/minggu),
aa
Tabel 4. Komposisi Jakim(7)

Karbo-
Bahan Kalori Protein Lemak hidrat Ca P Fe Vit. A Vit. B Vit. C Air Ukuran

Jawawut 334 9,7 3,5 73 28 311 6 - 0,5 - 11,9 100 mg


Kacang ijo 345 22,2 1,2 62 125 320 7 157 0,6 6 10 100 mg
Madu 294 0,3 - 79 5 16 1 - - 4 20 100 ml

Salinan dari buku gizi DINKES DATI II BIMA N.T.B.1974

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 51


Tabel 5. Komposisl bahan kandungan dan serat(4,7)

Kandungan

No. Makanan tambahan Komposisi Energi Protein Lemak Karbo- Vit. A Fe Serat
hidrat
(kal) (g) (g) (g) (SI) (mg) (g)

A. MAKANAN LUMAT
1 Nasi jawawut nasi 50 mg 213,7 4,9 1,24 50,75 73 1,95 7,75
pisang uleg pisang 25 mg
jawawut 25 mg
2 Bubur jawawut tepung 15 mg 302,1 9,5 8,47 48,75 - 1,45 0,01
tepung susu susu 25mg
gula 10 mg
air 200 ml
3 Nasi jawawut beras 25 mg 251,1 12,4 4,77 63,55 249,6 10,15 8,66
tim saring daging 30 mg
jawawut 25 mg
tempe 15 mg
sayur 40 mg
air 300 ml
B. MAKANAN LEMBEK
1 Bubur jawawut tim beras 25 mg 251,1 12,4 4,77 63,55 249,6 10,15 8,66
(campur lengkap) daging 20 mg
tempe 15 mg
jawawut 25 mg
sayur 40 mg
2 Pure Campur kentang 100 mg 385,5 12,4 9,77 40,45 351,5 0,15 8,66
jawawut 25 mg
tahu 25 mg
sayur 40 mg
C. Air kacang hijau k. hijau 25 mg 115,6 5,58 0,3 23,6 39,25 4,50 7,41
air 200 ml
madu 10 ml
gula 10 ml

pada saat diadakan posyandu di tempat yang bersangkutan.


Tabel 7. Pengalaman Kader Mengisi Kolom Laporan
Supervisi ini dikerjakan oleh dokter puskesmas/peneliti, dan
Pengalaman Kader
bertanggung jawab alas hasil penelitian di tiap posyandu.
Supervisi dilakukan terhadap cakupan sampel, ketelitian Mudah Sulit
Alasan Sulit
pengumpulan data, kelancaran peneliti dan memecahkan masalah N % N %
yang ada dilakukan bersama kader dan petugas puskesmas. Identitas 17 100 - - -
Latar belakang 16 94 1 6 orangtua tidak tahu
J. PENGOLAHAN DATA persis umur anaknya
Semua data yang diperoleh diperilcsa lagi terhadap ke- Riwayat persalinan 17 100 - - -
mungkinan salah, dirangkum berdasarkan tiap posyandu, kemu- Riwayat penyakit 12 71 5 29 orangtua tidak tahu
dian dirangkum lagi untuk tiap desa lalu dilakukan tabulasi, penyakit anaknya
Pengertian JAKIM 17 100 - - -
analisis data maupun grafik secara terperinci dan jelas.
Tabel 6. Pengalaman Orang Tua terhadap JAKIM Mean 93%

Pengalaman Orang Tua Tabel 8. Pengalaman Kader sebagal Pengumpul Data


Mudah Sulit Pengalaman Kader
Alasan Sulit
N 96 N % Mudah Sulit
Pengertian JAKIM 91 100 - - - Alasan Sulit
N % N %
Pengolahan JAKIM 89 97,8 2 2,2 sarana kurang
Nafsu makan anak 82 90,1 9 9,9 kurang suka, anak Mengumpulkan anak 66 73,5 25 26,5 rumah jauh & tersebar
Bahan JAKIM sedang sakit datang tidak tepat jam
91 100 - - - jadwal lupa dan belum
Bermanfaat 89 97,8 2 2,2 sarana kurang tahu manfaatnya
Kelanjutan 81 89 10 11 sarana, kesibukan Cara menimbang 91 100 - - -
dan lain-lain Cara mengukur TB 91 100 - - -
Cara penyuluhan 84 92,3 7 7,7 faktor pendidikan
Mean 95,78%
Mean 91,45%

52 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


Tabel 9. Kesan Petugas Gizi/Kesehatan S 152 161 171 167 173
Kesan K 152 161 171 167 173
Kanca D 50 59 53 59 69
Ringan Berat N 19 23 31 42 56
Alasan Berat
N % N % N/S 14,9 17,5 24,8 32,3 42,9
D/S 39,4 45 42,4 45,4 53
Beban kerja 4 57,1 3 43,9 - adanya tambahan
tugas Keterangan :
- adanya kenaikan S : Semua balita yang ada di daerah kelompok penimbangan.
kunjungan ke Pos- K : Semua balita yang terdaftar dan mempunyai KMS bulan ini.
yandu D : Semua balita yang ditimbang bulan ini.
Pengisian form 6 85,7 1 14,3 laporan dari kader ter- N : Semua balita yang naik timbangannya mengikuti pita warna KMS pada
laporan lambat. bulan ini.
Pengiriman form 6 85,7 1 14,3 laporan dari kader ter- N/S : Tingkat pencapaian program (T.P.P).
laporan lambat. D/S : Peran serta masyarakat.
Mean 76,16%
Tabel 12. Laporan Bulanan Kecamatan tentang Penimbangan Balita.
Tabel 10. Hasil Penggunaan JAKIM terhadap Beret Badan Balita (F/IIUGizi/88)

Penggunaan JAKIM Desa Juni Juli Agustus September Oktober

Sebelum Sesudah P. Rato T 33 29 24 22 12


N 37 49 67 85 101
Desa Balita Tidak Tidak
Normal Normal P. Wane T 20 20 22 20 11
Normal Normal
N % N % N % N % N 30 41 56 75 91
Kuta T 22 20 16 10 10
P. Rato 36 26 71 10 29 1 4 35 96
N 29 34 40 46 56
P. Wane 26 17 73 6 27 2 7 21 93
Kuta 18 12 68 6 32 1 6 17 94 Kanca T 10 9 10 10 5
Kanca 14 10 74 4 26 1 9 13 91 N 29 34 40 46 56
Mean 71,5% 28,5% 6,5% 93,6%
Keterangan :
Keterangan : T : Jumlah Balita yang tidak naik berat badannya bulan ini.
Data tersebut menggunakan pembanding dari data standard. N : Jumlah Balita yang naik berat badannya bulan ini.
1. Direktorat Gizi, DEPKES R.I. 1973.
Tabel 13. Perbandingan Rata-rata (X) Berat Badan terhadap Umur
Tabel berat badan menurut tinggi badan, umur 0 -5 tahun, tidak dibedakan
antara Standard Harvard, Uji dan Kontrol
jenis kelamin.
2. Data HARVARD 1959.
Berat badan menurut panjang/tinggi badan dan umur untuk anak 0 - 5 Perempuan Laki-laki Umur
tahun, tidak dibedakan jenis kelamin. (Tahun)
Standard Harvard 3 3 0
8 8 1
9,3 9,6 2
Tabel 11. Laporan Puskesmas Parado Periode Juni - Oktober 1988 11 11,4 3
12,6 13 4
Desa Juni Juli Agustus September Oktober
14,2 14,4 5
S 200 206 214 209 213
Uji 2,8 2,8 0
K 200 206 214 209 213
7,4 7,5 1
P. Rato D 107 116 117 111 118
8,7 8,8 2
N 37 49 67 85 101
10,2 10,3 3
N/S 18,5 23,7 31,3 40,6 47,4
12,8 13 4
D/S 53,5 56,3 54,6 53,1 55,3
13,4 13,8 5
S 170 172 175 179 173
K 170 172 175 179 173 Kontrol 2,8 2,8 0
7,2 7,3 1
P. Wane D 96 98 98 111 112
8,5 8,7 2
N 30 41 56 75 91 10 10 3
N/S 17,6 23,8 32 41,8 52,6
12,4 12,6 4
D/S 56,4 45,3 56 62 64,7 13,0 13,4 5
S 152 161 171 167 173
K 152 161 171 167 173
Kuta D 90 94 98 91 101 II. HASIL/PEMBAHASAN
N 29 34 40 46 56 JAKIM digunakan oleh 17 orang kader, masing-masing 5
N/S 19,1 21,1 23,4 27,5 32,4
D/S 59,2 58,4 57,3 54,5 58,4
orang dari desa Parado Rato, 5 orang dari desa Parado Wane,
4 orang dari desa Kuta dan 3 orang dari desa Kanca.
Dalam penelitian ini tidak disinggung hasil pengukuran
.

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 53


antropometri Iainnya selain berat badan, karena tidak terdapat muaskan dan lebih termotivasi untuk kerja lebih teliti/tekun
peningkatan yang berarti dan belum ditemukan parameter yang karena mengetahui, menyadari tujuan serta manfaat dari hasil
baku mengenai ukuran antropometri lainnya. kerjanya ini.
Pada Tabel 1 diuraikan mengenai anak teruji (sampel) yang Kader yang lebih pandai dan lebih trampil yang lebih dahulu
diambil berdasarkan distribusi umur dan jenis kelamin; distribusi menguasai teknologi sederhana ini menerangkan pada kader lain
tersebut tidak merata pada ke 4 desa ini karena pemilihan di- dengan cara/bahasa mereka sendiri, sehingga akhirnya semua
tujukan pada balita yang rutin/rajin datang ke posyandu tiap kader menguasai kemampuan ini dan melakukan kerja dengan
bulan, seperti dilihat pada buku KMS yang lengkap penim- baik. Kader juga menguasai jawaban tentang pertanyaan per-
bangannya, sehingga memudahkan monitoring. kembangan anak. Kader dapat memberikan nasehat yang praktis
Pada Tabel 2 mengenai lokasi dan jumlah kader, distribusi kepada orang tua balita terutama tentang JAKIM. Karena gairah
kader juga tidak merata untuk tiap desa; hal ini disesuaikan kerja yang demikian besarnya maka kader berusaha semaksimal
dengan banyaknya anak balita yang diteliti pada tiap desa/ mungkin untuk meningkatkan gizi anak di wilayah kerjanya.
posyandu. Sedangkan untuk pemilihan kader selanjutnya dilihat Parado yang mempunyai ketinggian kurang lebih 1200 m dari
latar belakangnya seperti pendidikan, pekerjaan, umur maupun permukaan laut dengan udara yang cukup sejuk tidak meng-
lama tugas sebagai kader kesehatan. Selain dasar-dasar pemilih- halangi kerja siang hari. Beberapa ketrampilan baru juga mereka
an kader seperti tersebut di atas diutamakan juga yang mem- dapatkan seperti cara menimbang balita, cara mengukur tinggi
punyai sifat sosial, berdedikasi tinggi, cekatan, semangat kerja, badan, cara memberikan penyuluhan dan lain-lain.
kekuatan fisik/kesehatannya baik. Tidak ada hubungan antara Mengumpulkan anak balita untuik diperiksa kesehatannya
tingkat pendidikan kader dengan hasil pelaksanaan tugasnya. cukup menyulitkan karena pengantar seperti orang tua perlu
Beberapa jenis makanan yang dapat dikombinasikan memiliki kesadaran kesehatan anaknya; selain itu anak tersebar
dengan JAKIM sebenarnya tergantung dari kemampuan tempat tinggalnya, sehingga banyak di antara mereka terlalu jauh
improvisasi memasak, dengan harapan anak mau/suka makan dengan tempat pemeriksaan kesehatan/posyandu/puskesmas,
sehingga usaha kegiatan ini tercapai. menyebabkan pengisian KMS tidak rutin setiap bulannya. Ada-
Pada Tabel 4 diuraikan lebih lanjut dan terperinci kom- nya JAKIM (peragaan membuat makanan dengan JAKIM
posisi JAKIM mengenai kandungan vitamin, mineral, karbo- maupun makanan langsung di tempat) merupakan daya tarik
hidrat, protein, lemak dan lain-lain; karena kandungannya yang untuk meningkatkan kunjungan di posyandu.
tinggi itulah penulis berusaha mencobakan makanan tersebut Pada tabel 9 diutarakan kesan petugas kesehatan dalam
terutama pada balita dengan harapan meningkatkan program menjalankan kegiatan; hal ini bertujuan untuk mengetahui ke-
UPGK. Demikian pula pada Tabel 5, diuraikan jenis makanan sulitan/hambatan dalam bertugas, sehingga bila ada kegiatan
yang dapat dibuat/dicampur dengan JAKIM sehingga menjadi lain/serupa dapat lebih lancar. Dengan hasil jawaban 76,16%
makanan yang bergizi tinggi dan tidak tertutup kemungkinan secara keseluruhan pekerjaan ini dapat dianggap lancar. Se-
untuk dikombinasikan dengan jenis makanan lain. dangkan kesulitan hanya pada beban kerja dari petugas kese-
Tabel 6 menunjukkan pengalaman orang tua dari balita hatan (43,9%) karena sebagian dari mereka mempunyai pe-
yang dicoba dengan JAKIM. Dari beberapa pertanyaan didapat- kerjaan lain sepulang dari puskesmas (bertani, berdagang dan
kan hasil rata-rata 95,87%; jadi kesimpulannya orang tua ter- lain-lain; dengan adanya tambahan tugas ini mereka merasa
sebut sangat menguasai penggunaan JAKIM; program yang cukup berat, tetapi secara keseluruhan menunjukkan semangat
mencapai 89% diharapkan bisa berkelanjutan meskipun pem- yang tinggi.
berian bahan JAKIM sudah dihentikan karen masyarakat di- Tabel 10 menunjukkan peningkatan berat badan pada garis
harapkan bisa mencukupi kebutuhannya sendiri. normal maupun di atas garis normal sebesar 93,5%. Pada balita
Pengalaman kader dalam mengisi kolom laporan seperti yang naik berat badannya tersebut dalam observasi selama 3
tampak pada Tabel 7 memberikan gambaran mengenai ke- bulan itu didapatkan angka kesakitan 6,9%, artinya dari 86 balita
mampuan kader dalam mengisi kolom-kolom berdasarkan per- yang naik timbangannya hanya 6 orang anak yang menderita
tanyaan yang diajukan oleh kader dan jawaban dari orang tua sakit antara bulan 7 -10 (3 bulan) itupun hanya penyakit ringan.
balita tersebut. Pada umumnya, kader (> 93%) menyatakan Balita yang diperiksa kesehatannya oleh petugas kesehatan
mudah mengisi kolom-kolom tersebut, kecuali kolom tentang diberikan imunisasi, dan semua balita yang teruji diharapkan
riwayat penyakit: 71% kader menyatakan mudah dan 29% mendapat imunisasi yang teratur dan lengkap. Dengan demikian
menyatakan sulit mengisinya. Kesulitan terutama mengenai JAKIM merupakan sarana yang tepat untuk mendorong balita
penyakit apa yang pernah diderita anak tersebut, karena baik datang ke posyandu, sehingga selain meningkatkan gizi juga
orang tua maupun kader kurang mengerti tentang penyakit; juga meningkatkan target pencapaian imunisasi.
tergantung pada pendidikan orang tua serta kesadaran berobat Tabel 13 merupakan perbandingan rata-rata (X) antara
pada Puskesmas. standard Harvard uji (anak balita yang diberi JAKIM) dan
Dari berbagai observasi di lapangan tampak bahwa kader kontrol (anak balita yang tidak diberi JAKIM). Meskipun hasil-
cukup bergairah kerjanya berkat adanya latihan-latihan, kader nya cukup menggembirakan, namun masih ada beberapa balita
merasa bangga karena kerjanya membuahkan hasil yang me- yang tidak naik timbangannya, hal ini disebabkan adanya be-

54 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


berapa hambatan seperti : kesehatan kepada masyarakat, merasa bangga mendapat tugas
1. Kurangnya pengertian/kesadaran orang tua mengenai ma- kemanusiaan tersebut.
kanan 4 sehat 5 sempurna dan JAKIM sebagai makanan 5. Petugas gizi/petugas kesehatan menyatakan mudah mengisi
tambahan. kolom hasil pemeriksaan kesehatan. Kolom ini sengaja untuk
2. JAKIM yang diberikan cuma-cuma hanya untuk seorang anak diisi oleh petugas kesehatan. Anak balita yang diuji coba
balita dibagikan oleh orang tuanya kepada saudaranya yang dinyatakan 100% baik kesehatannya. Hal ini tidak dimasukkan
lain, sehingga tidak tercapai target. dalam laporan karena hanya merupakan pemeriksaan kesehatan
3. Transport yang cukup jauh sehingga menyulitkan peme- umum.
riksaan kesehatan maupun pengawasan makanan. 7. Semua petugas kesehatan menyatakan tidak mengalami
4. Anggaran JAKIM yang terbatas. kesulitan dalam mengukur tinggi badan, berat badan anak balita,
5. Masih adanya kesulitan/hambatan oleh kader. menimbang dan memasukkan hasil penimbangan ke dalam
6. Pengertian orang tua mengenai kesehatan masih kurang. tabel/grafik.
7. Kebersihan anak dan lingkungan bermain kurang diperhati- 8. Sebanyak 43,9% petugas kesehatan/gizi menyatakan kegiatan
kan orang tua. penelitian ini merupakan suatu beban kerja, terutama bagi
8. Dan beberapa hambatan lainnya. puskesmas Parado yang mempunyai tenaga sedikit; beban ini
lebih ringan bila petugas kesehatan ditambah.
KESIMPULAN 9. Lebih dari 85% jumlah petugas kesehatan menyatakan
1. Penggunaan JAKIM sebagai makanan tambahan dapat mudah dan ringan dalam hal pengisian, pengiriman formulir
meningkatkan pencapaian program UPGK, terbukti dengan ke- sebagai laporan.
naikan berat badan sesudah pemberian JAKIM mencapai 93,5%.
Demikian juga dengan kunjungan ke posyandu yang meningkat SARAN
kurang lebih 10% sehingga meningkat pula jumlah anak yang 1. Pelatihan kader seperti dilakukan dalam penelitian ini
ditimbang maupun diimunisasi. sangat diperlukan untuk pelaksanaan PMT dengan JAKIM di
2. Lebih dari 93% jumlah kader tidak mengalami kesulitan masyarakat. Jadi seandainya JAKIM akan diprogramkan ke
mengisi kolom identitas, latar belakang, riwayat persalinan, tingkat regional/nasional, maka pelatihan kader dan petugas
pengertian tentang JAKIM. Sedangkan pada kolom riwayat kesehatan harus termasuk pula di dalamnya.
penyakit hanya 71% kader menyatakan mudah dan 29% kader 2. Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal
menyatakan sulit mengisinya. Hal ini disebabkan karena kader pengisian kolom pada formulir yang ada.
kurang mengerti mengenai penyakit, juga informasi mengenai 3. Pemeriksaan pada kunjungan I, pengukuran antropometri
penyebab dari orang tua si anak tidak jelas. dan pengisian kolom oleh kader relatif memerlukan waktu lama,
3. Lebih dari 92% jumlah kader tidak mengalami kesulitan sehingga sebaiknya petugas kesehatan/gizi menolong atau be-
dalam mengukur tinggi badan, menimbang berat badan dan kerjasama dengan kader mengisi kolom, tetapi pada kunjungan
memberikan penyuluhan serta mengisikan grafik berat pada berikutnya cukup kader saja yang melakukannya.
buku KMS, tetapi 26,5% kader mengalami kesulitan dalam hal 4. Hubungan kerjasama kader dan petugas kesehatan perlu
mengumpulkan anak balita untuk pemeriksaan. ditingkatkan.
Beberapa hambatan : 5. Perlunya bantuan moril maupun materiil untuk meningkatkan
a. Rumah tempat tinggal anak saling berjauhan, meskipun pencāpaian program UPGK sehingga diharapkan mencapai
sudah dibagi perposyandu dan dibagi lagi secara area dalam satu semua populasi anak balita dan bila memungkinkan semua anak
posyandu. pra sekolah.
b. Orang tua/pengantar belum mempunyai kesadaran akan KEPUSTAKAAN
perlunya datang ke posyandu. 1. Samsudin, Aryatmo T. Gizi dan Tumbuh Kembang, FKUI Jakarta 1985.
c. Pengantar lupa akan jadwal ke posyandu. 101-117.
d. Jadwal pemeriksaan kesehatan/posyandu berubah karena 2. Sudiyanto. Corak pertumbuhan anak Indonesia dan lingkungan. Simposium
suatu sebab seperti : musim tanam, musim panen dan lain-lain. Anak dan Lingkungan 1979, 37.
3. Sugianto M, Sudiyanto, Sularyo T, Sudjarwo R. Berat badan, Tmggi badan,
e. Pemerintab desa kurang aktif dalam menggerakkan ma- Lingkar lengan atas anak-anak SD di Kelurahan Utan Kayu, Kongres
syarakat ke posyandu. Nasional Ilmu Kesehatan Anak (KONIKA) III, Surabaya 1974.
4. Pada umumnya kader bergairah kerjanya, karena telah 4. Dwi Atmadji Soejoso. Penggunaan Kartu Menuju Sehat dan Denver
mendapatkan latihan yang menurut mereka sangat sesuai dengan Developmental Screening test untuk monitoring tumbuh kembang anak.
Dalam Continuing Education XIII lmu Kesehatan Anak FK UNAIR R.S.U.D.
praktek di lapangan, menguasai cara menimbang berat badan, dr. Sutomo Surabaya, 1985. Hal 27-36.
mengukur tinggi badan, mengisi dan menginterpretasikan hasil 5. Palmer S, Horn S. Feeding problems in children. Pediatric nutrition in
pencatatan dalam KMS dengan benar. Selain itu mengetahui developmental disorders. Springfield USA: Charles C Thomas publ 1978,
sedikit mengenai penyakit terutama penyakit anak, dapat meng- pp. 107-29.
6. Agusman S, Samsudin. Kesulitan makan pada anak pra sekolah dan usaha
identifikasikan anak balita mana yang perlu mendapat pelayanan mengatasinya, KPPIK IX FKUI 1976.
kesehatan lebih baik, dapat memberikan penyuluhan gizi dan 7. Daftar komposisi bahan makanan, Direktorat Gizi Masyarakat, Depkes RI
a 1973.

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 55


Informasi Obat

KALNEX® Kapsul, Tablet, Injeksi

Komposisi 250-500 umol/1 15 mg/kg setiap 24 jam


Tranexamic acid kapsul > 500 umol/l 7,5 mg/kg setiap 24 jam.
Tiap kapsul mengandung Tranexamic acid 250 mg − Tranexamic acid tidak diindikasikan pada haematuria yang
Tranexamic acid tablet. berasal dari parenkim renal, karena pada kondisi ini sering
Tiap tablet mengandung Tranexamic acid 500 mg terjadi presipitasi fibrin dan mungkin memperburuk penyakit.
Tranexamic acid injeksi. − Tranexamic acid digunakan pada wanita hamil hanya jika
Tiap ml injeksi (5 w/v %) mengandung Tranexamic acid 50 mg
jelas diperlukan.
Tranexamic acid S injeksi.
− Hati-hati pemakaian pada ibu menyusui untuk menghindari
Tiap ml S injeksi (10 w/v %) mengandung Tranexamic acid
risiko pada bayi.
100 mg
Efek samping
Farmakologi
− Gangguan-gangguan gastrointestinal, mual, muntah-muntah,
∗ Aktivitas antiplasminik.
anorexia, pusing, exanthema, dan sakit kepala dapat timbul
Kalnex® menghambat aktivitas dari aktivator plasminogen dan
pada pemberian secara oral. Gejala-gejala ini menghilang
plasmin. Aktivitas antiplasminik dari Kalnex® telah dibuktikan
dengan pengurangan dosis atau penghentian pengobatannya.
oleh berbagai percobaan in vitro dan penentuan dari aktivitas
− Injeksi intravena yang cepat dapat menyebabkan dizziness
plasmin dalam darah dan aktivitas setempat, setelah diberikan
dan hipotensi.
pada tubuh manusia.
∗ Aktivitas hemostatis. Interaksi obat
Kalnex® mencegah degradasi fibrin, pemecahan platelet. pe- Larutan injeksi Tranexamic acid jangan ditambahkan pada tran
nambahan kerapuhan vaskular dan pemecahan faktor koagulasi. fusi atau untuk injeksi yang mengandung penicillin.
Efek ini dibuktikan secara klinis dengan berkurangnya jumlah
Dosis dan Cara pemberian
perdarahan, mengurangi waktu perdarahan dan periode per-
Kalnex® 250 mg kapsul.
darahan.
Dosis lazim secara oral untuk dewasa:
Indikasi sehari 3 - 4 kali, 1- 2 kapsul.
- Untuk fibrinolisis lokal seperti epistaksis, prostatektomi, Kalnex® 500 mg tablet.
konisasi serviks. Dosis lazim secara oral untuk dewasa:
- Edema angioneurotik herediter. sehari 3 - 4 kali 1 tablet.
- Perdarahan abnormal sesudah operasi secara umum. Kalnex® 50 mg injeksi.
- Perdarahan sesudah operasi gigi pada penderita haemofilia. Sehari 1- 2 ampul (5-10 ml) disuntikkan secara intravena atau
Peringatan dan perhatian intramuskular, dibagi dalam 1- 2 dosis. Pada waktu atau setelah
- Bila diberikan secara intravena; dianjurkan untuk me- operasi, bila diperlukan dapat diberikan intravena sebanyak 2 -
nyuntikkannya perlahan-lahan seperti halnya pemberian/ 10 ampul (10 - 50 ml) dengan cara infus.
penyuntikan dengan sediaan kalsium (10 ml/1-2 menit). Kalnex® 100 mg injeksi.
- Hati-hati bila digunakan pada penderita insufisiensi ginjal 2,5 - 5 ml disuntikkan secara intravena atau intramuskular,
karena risiko akumulasi. dibagi dalam 1 - 2 dosis. Pada waktu atau sesudah operasi, bila
- Pedoman untuk pasien/penderita insufisiensi ginjal berat. perlu, 5 - 25 ml diberikan intravena dengan cara infus.
Serum creatine Dosis Frekuensi dosis Dosis Kalnex® harus disesuaikan dengan keadaan pasien, sesuai
120-250 umol/l 15 mg/kg 2 x sehari dengan umur atau kondisi klinisnya.

56 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


Kemasan Keterangan Umum
Kalnex® merupakan zat hablur atau serbuk hablur putih, tidak
berbau dengan rasa pahit, serta mempunyai struktur kimia se-
Kalnex® Kapsul (250 mg). Doos isi 10 strip @ 10 kapsul. bagai berikut :
Reg. No. DKL9111614301A1.
Kalnex® Tablet (500 mg). Doos isi 10 strip @ 10 tablet.
Reg. No. DKL9111614217A1. Kalnex® larut dalam air pada 25°C dengan konsentrasi kira-kira
Kalnex® injeksi (5 w/v %) 5 ml. Doos isi 10 ampul. 11%, sedikit larut dalam metanol, etanol dan benzene dan sangat
Reg. No. DKL9111614143A1. sedikit larut dalam eter dan aseton.
Kalnex® injeksi (10 w/v %) 2,5 ml. Doos isi 10 ampul.
Reg. No. DKL9111614143B1. Simpan di tempat sejuk dan kering.

PT. KALBE FARMA


JAKARTA – INDONESIA

VSO

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 57


English Summary

heart, its consumption is still not the total fat in the diet which is in the paper. Furthermore, this
recommended. important in cancer. It is known paper have also recommended
Coffee drinkers have a higher that polyunsaturated fatty acids a diet which can reduce the
blood cholesterol than the non- are easily oxidized and became cancer incidence.
coffee drinkers. Fibers, on the an initiator for cancer once they
Cermin Dunia Kedokt. 1991;73: 17-21
other hand, can reduce the are destroyed.
st
blood cholesterol level. Smoked foods produce poly-
Thus, to develop an ideal diet, cyclic aromatic hydrocarbons,
one should take into account the several of which are known to
role of each nutrient in reducing/ cause cancer in animals. Other CHOLESTEROL AND CARDIOVAS-
enhancing the risk of CVD. One hightemperature processing CULAR DISEASE (CVD)
such diet is recommended in this burns down the amino acids and
paper. sugars in foods; producing mu- Susy Tejayadi
Cermin Dunia Kedokt. 1991;73: 12-16 tagenic and carcinogenic Research and Development Centre, PT.
st chemicals. Bukit Manikam Sakti, Jakarta, Indonesia
Epidemiological studies on the
effect of protein consumption,
NUTRITION FACTOR IN CANCER The death rate due to cardio-
especially animal protein, on
Herman Sudiman several types of cancer incidence vascular diseases has increased
Research and Development Centre for were studied. It was found that in the last 5 to 10 years. One of the
Nutrition, Department of Health, Bogor, the effect is influenced by con- major risk factors for cardiovas-
Indonesia cular diseases is cholesterol. In
sumption of other nutrients such
The remarkable growth of as fat and fibers. Fibers are espe- spite of this, cholesterol has
Indonesian economy has raised cially important in reducing the several important functions in
the people's welfare. One con- risk of colon cancer. However, the body; without it, the nerves
sequence of this is an increased more studies need to be done could not function properly.
awareness of health and a longer since the results from several stu- Cholesterol is also a building block
life expectancy. Because of this, dies still vary, depending on the of bile and plays an important
we see less infectious diseases or presence of other nutrients in the role in the formation of vitamin D
malnutrition and more chronic diet. and the steroid hormones.
degenerative diseases such as Vitamins A, C, E, carotene and Since food is one source of
cardiovascular, diabetes and selenium are known to be anti- cholesterol, its consumption
cancer. In the United States, 70 - carcinogenic. Vitamins A, C and certainly regulates the level of
90% of cancer is a result of life - E can neutralize the peroxides blood cholesterol. It can be
style and nutrition. This paper and free radicals produced clearly seen then that there is a
reviews the correlation between during fat oxidation. It should be link between the types of food
nutrition and the incidence of borne in mind though, that vi- we eat and cardiovascular
cancer. tamin E is soluble in oil whereas diseases. It is therefore important
Fat and processed foods vitamins A and C are soluble in to have a balanced and proper
especially smoked and salted water. diet to reduce the risk of getting
foods are known to be carcino- Some suggestions on the type cardiovascular diseases.
genic. It seems that it is the poly- of research which needs to be Cermin Dunia Kedokt 1991;73: 34-35
unsaturated fatty acids and not conducted in this area are listed st

58 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


Indeks Karangan
Cermin Dunia Kedokteran 1991

CDK 66. IMUNISASI II Paul Tahalele: Tatalaksana Gawat Darurat Jantung dan Pembuluh
Darah dari Segi Bedah Kardiovaskular 25 – 35
English Summary 4 Jatno Karjono: Penanganan Gawat Darurat Jantung di luar Rumah
Eko Rahardjo: Imunisasi Polio dan Permasalahannya 5–9 Sakit 36 – 40
Djoko Yuwono, Gendrowahyuhono, Bambang Herlyanto, Su Mariani Budisantosa: Pengobatan Infark Miokard Akut 41 – 47
hary ono Wuryadi: Pengamatan Potensi Vaksin Polio yang Dipakai Sunoto Pratanu: Krisis Hipertensi 48 – 50
dalam Pengembangan Program Imunisasi di Indonesia 10 – 14 Kegiatan Ilmiah
Djoko Yuwono, Gendrowahyuhono: Sifat Kinetik Virus Polio di Simposium Dimensi Baru Penatalaksanaan Hipertensi 51 – 53
Indonesia - Pemeriksaan Ret-40 Matter Virus Polio tipe 1 15 – 17 Kongres Nasional VI Perhimpunan Kardiologi Indonesia
M. Faried K., Hanny Roespandi, Sri Prihartini: Pengembangan (KOPERKI VI) 54 – 56
Program Imunisasi di Jawa Timur 18 – 21 Abstrak
Muljati Prijanto: Pengawasan Kualitas dan Pengembangan Vaksin Pengaruh kolesterol terhadap
Virus 22 – 25 penyakit jantung koroner BMJ 1990; 301: 309-14 58
Nathaniel F. Pierce: Typhoid Vaccines 26 – 27 Asam folat dan schizophrenia Lancet 1990; 336: 392-5 58
Muljati Prijanto, Rini Pangastuti, Siti Mariani S.: Gambaran Zat Gejala hipotensi BMJ 1990; 301: 362-5 58
Anti IgG Anti FHA dan Anti Pt pada Bayi setelah Imunisasi dan pada Diagnostik pseudoseizure Neurology 1990; 40: 756-9 58
Anak-anak Penderita Pertusis 28 – 30 Risiko kejang berulang Pediatric 1990; 85(6): 1076-85 58
Usman Suwandi: Teknologi Vaksin Rekombinan 31 – 33 Risiko kejang berulang Neurology 1990; 40: 1163-70 58 – 59
Kusnindar Atmosukarto: Efektivitas Imunisasi untuk Menurunkan Efek samping antikonvulsan Neurology 1990; 40: 391-4 59
Angka Kematian dan Penyakit PD3I di Indonesia 34 – 37 Faktor risiko penyakit jantung
AABN Nuartha: Masalah Gangguan Asam-Basa dan Beberapa koroner BMJ 1990; 301: 1248-51 59
Pandangan di Bidang Neurologi 38 – 45 Pengaruh merokok terhadap
Reflinar Rosfein: Kanker Kulit di Limabelas Pusat Patologi Fakultas kadar kafein darah BMJ 1989; 298: 1075-6 59
Kedokteran dan Rumah Sakit di Indonesia, tahun 1983 46 – 49 Pusat melihat warna di otak Nature 1989; 340: 386-9 59
Suhardjo: Uveitis Toxoplasmika 50 – 52 Pengaruh kopi terhadap
Misnadiarly, Cyrus H. Simanjuntak: Frekuensi Mikobakteria Atipik risiko kardiovaskular N. Engl J Med 1990; 323: 1026-32 59
pada Penderita Tuberkulosis Paru di Sumatera Barat 53 – 54
Informasi Obat: Intal 55 – 56
Abstrak CDK 68. HEPATITIS
Antidepresan untuk bulimia Scrip 1990; 1541: 24 58 English Summary 4
Vaksin baru BMJ 1990; 301: 137 58 Suriadi Gunawan: Hepatitis B dan Pencegahannya melalui Imuni -
Mcnganggur meningkatkan sasi di Indonesia 5–7
mortalitas BMJ 1990; 301: 407-11 58 Imran Lubis: Penyakit Hepatitis Virus 8 – 10
Manfaat diet pads obesitas N Engl J Med 1990; 322: 1051-9 58 Sujono Hadi: Hepatitis dalam Keluarga - Tinjauan Kasus 11 – 15
Patogenesis penyakit Hans Tandra: Hepatitis pada Kehamilan 16 – 17
Alzheimer Scrip 1990; 1529: 27 58 W. Soemarto: Titer Reseptor Poly-HSA dan HBeAg pada Pengidap
Kaptopril untuk aterosklerosis Scrip 1990; 1530: 25 58 HBsAg Sehat dan Hepatitis Menahun 18 – 21
Liputan Imunisasi Lancet 1990; 335: 775 58 Usman Suwandi: Perkembangan Vaksin Hepatitis B 22 – 25
Meninggal di mana ? BMJ 1989; 301: 415-7 59 Djoko Yuwono, Suharyono W., Imran Lubis: Uji Sensitivitas dan
Kalium untuk hipertensi BMJ 1990; 301: 521-3 59 Spesifisitas Entebe RPHA Cell - Suatu Kit Diagnosa untuk Deteksi
Vasokonstriksi pada migren Lancet 1990; 336: 837-9 59 Hepatitis Bs Antigen 26 – 28
Aspirin untuk infark miokard Lancet 1990; 336: 827-30 59 Iwan T. Budiarso, RobertTL Pang, Husaini: Uji Kepekaan Bebek
Pengaruh beta karoten pada Karawang sebagai Hewan Percobaan untuk Bioessasi Aflatoksin 29 – 32
kanker N Engl J Med 1990; 323: 789-95 59 Kusnindar Atmosukarto: Masalah Hepatitis B di Indonesia -
Isotretinoin untuk tumor Berbagai Penelitian 33 – 36
kcpala dan leher N Engl J Med 1990; 323: 795-801 59 Interpreting Hepatitis B Markers 37
A Guntur Hermawan: Komplikasi Obesitas dan Usaha Penang-
CDK 67. KARDIOVASKULAR gulangannya 38 – 41
Rosihan Anwar, M Mochtar Tarigan: Allergic Bronchopulmo-
English Summary 4 nary Aspergillosis - Mycology, Immunology and Clinical Aspects 42 – 47
Budi Susetyo Pikir: PEndekatan Rasional (Epidemiologi) Penderita Emiliana Tjitra: Malaria pada Kehamilan 48 – 52
Gawat Jantung 5 – 14 Laporan Kasus: Tumor Lidah 53 – 54
Iwan N. Boestan, M. Yogiarto, Iswanto P., Anwar S.: Tatalaksana Abstrak
Payah Jantung Akut 15 – 18 Jenis-jenis virus hepatitis BMJ 1990; 300: 1475-6 58
Soebijanto Poerwodibroto: Tatalaksana Gawat Jantung pads Anak 19 – 24 Kortikosteroid untuk
esofagitis korosiva N Engl J Med 1990; 323: 637-40 58

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 59


Resistensi B. pertussis Bul Penelit Kes 1990; 18(2): 21-5 58 Predisposisi asma N Engl J Med 1991; 324: 1168-73 58
Penyebab infeksi saluran Alergi penisilin ? BMJ 1991; 302: 1051-2 58
pernapasan akut Bul Penelit Kes 1990; 18(2): 26-33 58 Penyekat Kalsium untuk
Suplementasi vitamin A Lancet 1990; 336: 1342-5 59 ensefalopati postiskemik N Engl J Med 1991; 324: 1225-31 58
Risiko kanker akibat Efek karsinogenik
dioksin N Engl J Med 1991; 324: 212-8 59 Etilenoksid N Engl J Med 1991; 324:1402-7 58
Antibiotik untuk artritis BMJ 1990; 301: 1299-302 59 Zidovudin untuk AIDS N Engl J Med 1991; 324: 1412-6 58
Gejala sisa meningitis N Engl J Med 1990; 323: 1651-7 59 Mefloquin - anti malaria
Nafsu makan anak-anak N Engl J Med 1991; 324: 232-5 59 baru FDA Consumer 4 Sept. 1989 59
Pengaruh tiazid terhadap Obat tradisional untuk AIDS Scrip 1990; 1490: 34 59
mineral BMJ 1990; 301: 1303-5 59 Merokok dan Alcohol BMJ 1991; 302: 313-6 59
Vaksinasi hepatitis B BMJ 1991; 302: 313-6 59
Kontrasepsi baru Scrip 1991; 1600: 20 59
CDK 69. PULMONOLOGY UPDATE 1991 Efek samping obat Scrip 1991; 1601: 25 59

English Summary 4
Johan S Masjhur: Peranan Kedokteran Nuklir dalam Penegakan CDK 71. SEMINAR UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN
Diagnosis Penyakit Paru 7 – 11 RUMAH SAKIT
Barmawi, M. Rival Samhudi: Perkembangan Baru dalam Terapi
Kanker Paru 12 – 17 Adhyatma: Sambutan Menteri Kesehatan Republik Indonesia i – iii
Azhar Tanjung: Pemakaian Obat Anti Tb-Khususnya Pirazinamide Hidajat Hardjoprawito: Sambutan Ketua Perhimpunan Rumah
pada Tb Sebagai Penyakit Sistemik di Organ Paru dan Esktra Paru 18 – 23 Sakit Seluruh Indonesia iv – v
Usman Chatib Warsa: Hasil Uji Kepekaan Kuman-kuman pada Nico A Lumenta: Sambutan Ketua Panitia vi – vii
Infeksi Saluran Pemapasan Bawah di Indonesia 24 – 26 Brotowasisto: Kebijaksanaan Pembangunan Kesehatan pada Tahap
Zul Dahian, Soeria Soemantri E.: Metoda Pemilihan Antibiotika Tinggal Landas dan Aspek Kebijaksanaan Pengembangan Rumah
pada Terapi Empiris Infeksi Saluran Pernapasan Bawah Akut (ISPBA) 28 – 35 Sakit 5 – 10
Aryanto Suwondo: Metoda Inhalasi sebagai Terapi Masa Kini Soemarja Aniroen: Kebijaksanaan Departemen Kesehatan RI dalam
Penyakit Paru Obstruktif 36 – 39 Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit 11 – 16
E. Soeria Soemantri: Konsep Baru Patogenesis Asma dan Penerap- Samsi Jacobalis: Peranan Manajemen dalam Peningkatan Mutu
annya pada Terapi 40 – 49 Pelayanan Rumah Sakit 17 – 19
Hadiarto Mangunnegoro: Diagnosa dan Penatalaksanaan Asma 50 – 54 Darwis Hartono: Indikator Penilaian Penampilan Rumah Sakit 20 – 23
Wiwien Meru Wiyono, Faisal Yunus: Peranan Imunoterapi dalam Petunjuk Penilalan Kerja Rumah Sakit 24 – 77
Pengobatan Asma Bronkial 55 – 57 Yos E. Susanto: Peranan Pelayanan Non Profesi Kesehatan di
Abstrak Rumah Sakit 78 – 79
Fungsi paru dan CVD BMJ 1991; 302: 84-7 59 Amal C. Sjaaf: Struktur Pembiayaan Rumah Sakit 80 – 82
Manfaat MRI BMJ 1991; 302: 78-82 59 A.W. Boediarso: Prinsip-prinsip Penyusunan Anggaran Rencana
Tamarindus sebagai anti Tahunan Rumah Sakit 83 – 88
obesitas Asian Medical News 5 Dec. 1989: 2 59 Catharina Dartini: Prinsip-prinsip Akuntansi Rumah Sakit 89 – 97
Hipnotik nonbenzodiazepin Sismadi Partodimuljo: Jenis-jenis Laporan Keuangan Rumah Sakit
baru DN&P 1989 (Feb.); 2: 1 59 dan Teknik Evaluasi oleh Pengelola Rumah Sakit 98 – 123
Penerangan di apotik BMJ 1991; 302: 440-3 59 Hidajat Hardjoprawito: Aspek Pengembangan Sumber Daya
Efek pil anti hamil BMJ 1991; 302: 269-71 59 Manusia Rumah Sakit 124 – 125
Samsi Jacobalis: Peran Masalah Teknologi Tinggi dalam Upaya
Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit 126 – 129
CDK 70. KESEHATAN DAN LINGKUNGAN Boenjamin Setiawan: Aspek Pengembangan Farmasi Rumah
Sakit 130 – 133
English Summary 4
Djarismawati: Tinjauan Penelitian Kadar Logam Berat pada
Sungai di DKI Jakarta 5–9 CDK 72. SANITASI DAN KESEHATAN
A Tri Tugaswati, Sri Soewasti Soesanto, Djarismawati: Ke-
mampuan Tujuh Industri Besar di DKI Jakarta dan Sekitarnya dalam English Summary 4
Mengatasi Limbah Cair dengan BOD Tinggi 10 – 14 Suwarni, Purnomo, Herry D. Ilahude, Harijani AM. Penelitian
Imran Lubis: Pengaruh Lingkungan terhadap Penyakit Infeksi Parasit Usus di Sungai Ciliwung: 1. Kebiasaan Penduduk yang Ada
Saluran Pernapasan Akut 15 – 17 Kaitannya dengan Penularan Cacing Usus sepanjang Sungai Ci-
Faisal Yunus: Diagnosis Penyakit Paru Kerja 18 – 24 liwung 5–7
Tjandra Yoga Aditama: Sindrom Gedung Sakit 25 – 26 Suwarni, Harry D. Ilahude, Harijani AM. Penelitian Parasit Usus
Marbaniati, Dyat Sarsonosidhi: Pengaruh Pola Tanam terhadap di Sungai Ciliwung: 2. Angka Pencemaran Cacing Usus 8 – 11
Incidence Malaria di Kabupaten Banjamegara 27 – 30 Emiliana Tjitra: Penelitian-penelitian Soil Transmitted Helminths
Emiliana Tjitra dkk.: Malaria di Kepulauan Seribu 31 – 34 di Indonesia 12 – 16
Harijani A. Marwoto, Martono: Malaria di Kabupaten Sikka, Cyrus H. Simanjuntak: Epidemiologi Disentri 17 – 19
Flores 35 – 41 Sidik Wasito: Dampak Perbaikan Air Minum terhadap Penyakit
Dyah Widyaningroem Isbagio: Woolsorter’s Disease 42 – 45 Diare Anak dan Hubungannya dengan Tingkat Pendidikan, Pe-
Usman Suwandi: Resisten Mikroba terhadap Antibiotik 46 – 49 ngetahuan tentang Penyakit dan Kelompok Umur Kepala Keluarga 20 – 23
Kusnindar: Tinjauan Derajat Kesehatan Masyarakat di Indonesia Sidik Wasito: Dampak Perbaikan Air Minum terhadap Kesehatan
dalam masa Pelita I sampai Pelita IV 50 – 53 Penduduk Pedesaan di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat 24 – 29
K.M. Arsyad: Tatacara Penanganan Infertilitas Pria 54 – 56 Pudjarwoto T., Cyrus H. Simanjuntak, Eko Rahardjo, Su-
Abstrak haryono W., Sri Harjining: Infeksi Bakteri Enteropatogen pada
Pengobatan non- Penderita Diare Golongan Umur Balita di Daerah Jawa Barat dan
konvensional N Engl J Med 1991; 324: 1180-5 58 Pola Resistensinya terhadap Antibiotik 30 – 35

60 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


Pudjarwoto Triatmodjo: Pola Resistensi Bakteri Enteropatogen Muhilal: Teori Radikal Bebas dalam Gizi dan Kedokteran 9 – 11
terhadap Lima Jenis Antibiotik 36 – 40 Susilowati Herman: Pengaruh Gizi terhadap Penyakit Kardio-
Magdarina Destri Agtini: Epidemiologi dan Etiologi Penyakit vaskular 12 – 16
Periodontal 41 – 45 Herman Sudiman: Faktor Gizi pada Penyakit Kanker 17 – 21
Ondri Dwi Sampurno, Umi Kadarwati, Vincent HS Gan: Dosis MA Husaini: Gizi, Proses Penuaan dan Umur Panjang 22 – 25
Antibiotika dalam Preskripsi Racikan untuk Anak - Suatu Studi Darwin Karyadi: Manfaat Suplementasi Vitamin dan Mineral 26 – 28
Kasus 46 – 49 Oen Liang Hie, Agus Purwanto, Moh.Sadikin, Koesparti Siswojo:
Kartari DS: A Study on Disability in Indonesia 50 – 55 Uji Toksisitas dan Aktivitas Biologik Ekstrak Bawang Putih 29 – 33
Informasi Obat: Albiotin® 56 Susy Tejayadi: Kolesterol dan Hubungannya dengan Penyakit
Abstrak Kardiovaskular 34 – 35
Perbedaan etnis dalam Usman Suwandi: Manfaat Beta-Karoten bagi Kesehatan 36 – 40
farmakokinetik Sumengen Sutomo, Djasmidar, Yuyus R.: Penanggulangan GAKI
nifedipin oral Br J Clin Pharmacol 1991; 31: 399-403 58 melalui Iodisasi Air Minum di Thailand 41 – 44
Rokok dan tekanan darah JAMA 1991; 265: 2226-8 58 Yuyus Rusiawati: Diet yang Dapat Merusak Gigi pada Anak-anak 45 – 47
SIDS Lancet 1991; 337: 1244-7 58 Rudi Irawan: Pengaruh Jakim sebagai Makanan Tambahan Balita
Virus schizophrenia ? Lancet 1991; 337: 1248-50 58 terhadap Berat Badan 48 – 56
Fungsi kognitif pada
penyakit hati Lancet 1991; 337: 1250-3 58 – 59 Informasi Obat: Kalnex® 56
Pentoxyfylline merangsang
motilitas sperma Br J Clin Pharmacol 1991; 31: 711-4 59 Indeks Karangan Cermin Dunia Kedokteran 1991 59 – 61
Interaksi citrus juice
dengan nifedipin Lancet 1991; 337: 268-9 59 Abstrak
Efek kardiotoksik anti- Diet yang sehat Comprehensive Therapy 1991;17(3):4-11 62
depresan Ant J Psychiatr 1991; 148: 371-3 59 Niasin pads diabetes melitus JAMA 1990;264:723-6 62
Prognosis karsinoma Vitamin D untuk kanker payudara Scrip 1991;1606:26 62
Payudara Lancet 1991; 337: 1261-4 59 Pentoksifilin untuk AIDS ? Scrip 1991;1610:27 62
Alkohol dan risiko kardiovaskular BMJ 1991;303:553-6 62
Faktor yang mempengaruhi aterogenesis BMJ 1991;302:756-60 63
Menghitung Comprehensive Therapy 1991;17(3):12-9
penggunaan enersi 63
CDK 73. GIZI Manfaat Comprehensive Therapy 1991;17(3):20-6
trace elements 63
English Summary 4 Garam dan hipertensi BMJ 1991; 302:11-5 63
Darwin Karyadi: Tinjauan Kecukupan Gizi yang Dianjurkan dan Menurunkan Comprehensive Therapy 1991;17(3):54-9
Penyakit Degeneratif serta Implikasinya 5–8 berat badan 63

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 61


ABSTRAK
DIET YANG SEHAT trigliserid sebesar45% dan kadar VLDL ALKOHOL DAN RISIKO KARDIO-
sebesar 15%; sebaliknya meningkatkan VASKULAR
Data epidemiologik dan eksperi- kadar HDL sebesar 34%.
mental menyokong pendapat bahwa Tetapi pada periode yang sama
perubahan tertentu pada diet dapat mem- Suatu cohort study telah dilakukan
ditemukan peningkatan kadar glukosa atas penduduk Alameda County, Cali-
pengaruhi risiko terkena penyakit ter- darah sebesar 16%, peningkatan kadar
tentu, atau membantu mencapai tingkat fornia yang terdiri dari 2225 wanita dan
glycosylated Hb sebesar 21% dan tim-
kesehatan yang lebih baik. 1845 pria berusia di atas 35 tahun pada
bulnya glukosuri pada beberapa pasien; tahun 1965. Penelitian ini memban-
Perubahan diet yang dianjurkan selain itu diamati juga adanya pe-
ialah : dingkan antara konsumsi alkohol para
ningkatan kadar asam urat plasma. penduduk tersebut pada tahun 1965 —
— Mempertahankan berat badan yang Niasin harus digunakan secara
sesuai. 1974 dengan kematian akibat kardio-
hati-hati pada penderita NIDDM. vaskular dan akibat semua sebab yang
— Jenis makanan yang beragam.
— Mengurangi lemak jenuh dan
JAMA 1990; 264: 723-6 terjadi antara tahun 1974 — 1984.
Hk
kolesterol. Ternyata di kalangan wanita, risiko
— Menambah konsumsi karbohidrat VITAMIN D UNTUK KANKER kematian akibat semua sebab dan
kompleks. PAYUDARA akibat kardiovaskular lebih tinggi di-
— Membatasi garam. Suatu studi klinis pendahuluan me- jumpai di kalangan yang berhenti mi-
— Membatasi gula. nunjukkan bahwa vitamin D mungkin num alkohol antara tahun 1965 — 1974,
— Asupan protein sedang. dapat menghambat pertumbuhan kan- dibandingkan dengan mereka yang
— Asupan kalsium yang cukup. ker payudara. terus minum (relative risk 1.72, 95%
— Menghindari makanan-makanan Sembilan belas pasien kanker payu- confidence interval 1.11 — 2.66 untuk
tambahan. dara yang telah lanjut, diberi calcipo- semua sebab, dan relative risk2.75,95%
— Asupan fluor yang optimal. tirol — suatu derivat vitamin D — secara confidence interval 1.44 — 5.23 untuk
— Asupan zat besi yang cukup. topikal selama 6 minggu; ternyata tiga akibat penyakit jantung iskemik).
Meskipun demikian, mengubah diet penderita menunjukkan pengecilan Di kalangan pria yang berhenti
seseorang tidaklah mudah; untuk itu diameter sebesar 50% dan satu lain- minum, perbedaan yang dijumpai tidak
diperlukan dokter yang memahami ilmu nya menunjukkan efek minimal. Dua bermakna (relative risk 1.32, 95% con-
gizi, nasihat gizi yang benar dan kerja- pasien harus menghentikan pengobatan fidence interval 0.87 - 2.01 untuk semua
sama antara petugas kesehatan, industri karena hiperkalsemi — suatu tanda bahwa sebab dan relative risk 0.95, 95%
makanan dan pemerintah; sehingga se- preparat tersebut juga diserap dan ma- confidence interval 0.45 — 2.20 untuk
tiap orang mempunyai rasa tanggung suk ke jaringan secara sistemik. penyakit jantung iskemik); demikian
jawab dengan menjalani diet yang Scrip 1991; 1606: 26 pula di kalangan pria yang tidak minum
sehat.
Brw alkohol (relative risk 1.40, 95%
confidence interval 0.98 — 2.00 untuk
Comprehensive Therapy 1991;17(3):4-11 PENTOKSIFILIN UNTUK AIDS ? semua sebab dan relative risk 1.40, 95%
Hk Setelah terbukti bahwa pentoksifilin confidence interval 0.76 — 2.58 untuk
dapat menghambat replikasi virus risiko penyakit jantung iskemik).
HIV-1 pada kultur jaringan, obat ter- Hasil penelitian ini masih harus di-
NIASIN PADA DIABETES MELLI- sebut akan diuji klinis terhadap pasien telaah lebih lanjut mengingat hetero-
TUS AIDS di Boston, AS. genitas populasi yang berkenaan
Niasin (asam nikotinat) telah diberi- Pentoksifilin telah terbukti menu- dengan jumlah konsumsi alkohol dan
kan kepada 13 pasien NIDDM yang runkan kadar TNF (tumor necrosis faktor risiko lainnya.
menderita hiperlipidemi dengan dosis BMJ 1991; 303: 553-6
factor) dan diduga bekerja secara tak Brw
3 x 1,5 g. sehari selama 8 minggu, atau langsung, yaitu dengan menghambat
plasebo secara acak dan silang. Ter- rangsang sitokin terhadap mekanisme
nyata, dibandingkan dengan periode replikasi virus HIV-1.
kontrol, asam nikotinat menurunkan Scrip 1991; 1610: 27
kadar kolesterol total sebesar 24%, kadar Brw

62 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991


ABSTRAK
FAKTOR YANG MEMPENGA- MANFAAT TRACE ELEMENTS GARAM DAN HIPERTENSI
RUHI ATEROGENESIS
Berbagai penelitian telah menunjuk- Analisis data penelitian antara tekan-
Faktor-faktor yang mempengaruhi kan adanya peranan trace elements dan an darah dan konsumsi natrium yang
aterogenesis telah diteliti pada 126 pria ultratrace elements dalam pemeliharaan melibatkan 47000 orang dari 24 1okasi
dewasa di Finlandia yang diamati selama kesehatan seseorang. Kebutuhan akan di dunia, menunjukkan bahwa rata-rata
24 bulan melalui pengukuran ketebalan zat-zat tersebut meningkat bila terdapat tekanan darah masyarakat di negara maju
tunika intima media a. carotis commu- stres – baik metabolik, hormonal, fisio- lebih tinggi daripada rata-rata tekanan
nis. logik maupun nutrisional; di antaranya darah masyarakat negara berkembang.
Setelah dua tahun, tunika intima yang terpenting ialah kebutuhan akan Meskipun demikian pengaruh
media secara bermakna lebih tebal pada boron, khrom, tembaga, selenium dan natrium terlihat sama di kedua populasi
orang-orang yang konsentrasi Cu se- silikon. tersebut; perbedaan konsumsi natrium
rumnya lebih tinggi (0,16 mm vs. 0.08 Boron diketahui memperbaiki pe- sebesar 100 mmol/24 jam dikaitkan
mm pada pria dengan kadar Cu < 17,6 nyerapan kalsium, magnesium dan dengan perbedaan tekanan sistolik yang
umol/1; p = 0,010), pada orang-orang fosfor; sedangkan khrom mempengaruhi berkisar antara 5 mmHg pada usia 15-
dengan konsentrasi Se rendah (0,15 mm aktivitas insulin. Kadar khrom yang 19 tahun sampai 10 mmHg pada usia 60-
vs. 0,09 mm. pada pria dengan konsen- rendah dikaitkan dengan buruknya to- 69 tahun, sedangkan perbedaan tekanan
trasi Se > 1,40 umol/1; p = 0,035), dan leransi terhadap glukosa, hiperglikemi, diastolik kira-kira setengahnya.
pada konsentrasi LDL serum yang tinggi hipoglikemi, glukosuri dan resistensi Penelitian ini menunjukkan bahwa
(0,15 mm vs. 0,08 mm. pada pria dengan insulin. pengaruh natrium lebih besar daripada
konsentrasi LDL < 40 mmol/1, p = Tembaga (Cu) diperlukan sebagai yang diperkirakan dan makin bertam-
0,032). salah satu unsur enzim yang berfungsi bah sesuai dengan bertambahnya usia
Hubungan antara konsentrasi LDL mencegah terbentuknya radikal bebas, dan tingkat tekanan darah semula.
dan percepatan aterogenesis lebih jelas sehingga defisiensi Cu (konsumsi ku-
terlihat di kalangan pria dengan kadar rang dari 1,5 mg Cu/hari) dihubungkan BMJ 1991;302 : 911–5
Cu serum yang tinggi, dan makin ber- Brw
dengan gangguan kardiovaskular, dan
makna bila kadar Se serumnya juga pada binatang menyebabkan hiper-
rendah. kolesterolemi, hipertensi, hiperurikemi
Data ini menunjukkan adanya efek dan gangguan toleransi glukosa.
MENURUNKAN BERAT BADAN
sinergistik Cu (pro-oksidan), Se (ko- Selenium (Se) berkaitan erat dengan Program penurunan berat badan yang
faktor enzim yang menangkap radikal vitamin E, dan diketahui berperan dalam efektif, adalah yang meliputi hal-hal
bebas) dan LDL dalam serum atas proses timbulnya penyakit Koshan – suatu berikut ini :
aterogenesis. kardiomiopati yang ditandai dengan 1. Suatu pembatasan kalori yang efek-
BMJ 1991; 302 : 756-60 nekrosis fokal, infiltrasi sel dan fibrosis tif.
Brw
otot jantung; selain itu juga merupakan 2. Nasehat gizi yang baik sehingga
kofaktor yang penting bagi enzim glu- pasien dapat memilih makanan yang
MENGHITUNG PENGGUNAAN tathion peroksidase – suatu enzim 'pe- disukainya.
ENERSI nangkap' peroksida jaringan. 3. Program olahraga yang dapat mem-
Resting Energy Expenditure (Peng- Silikon diketahui dapat menghambat pertahankan berat badan yang telah
gunaan Enersi di saat Istirahat) : penimbunan aluminium di jaringan otak dicapai.
Pria: REE (kcal/hari) = 66,47 + (13,75 tikus; meskipun belum dapat dibuktikan 4. Modifikasi perilaku sehingga pasien
x beratbadan) + (5 x tinggibadan) – pada manusia, zat ini terus diselidiki dapat mengendalikan konsumsi ma-
(6,76 x usia) pengaruhnya terhadap proses ketuaan. kanannya.
Wanita: REE (kcal/hari) = 655,1 + 5. Adanya mekanisme support yang
(9,56 x beratbadan) + (1,85 x tinggi- Comprehensive Therapy 1991;17(3):20-6
Hk terus menerus.
badan) – (4,86 x usia)
Comprehensive Therapy 1991; 7(3):54-9
Comprehensive Therapy 1991;17(3):12-9 Hk
Hk

Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991 63


Ruang Penyegar dan
Penambah Ilmu Kedokteran
Dapatkah saudara menjawab
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini
1. Zat dalam makanan yang menghalangi penyerapan zat besi b) Asam laurat.
dalam tubuh : c) Asam linoleat.
a) Asam format. d) Asam palmitat
b) Asam fitat. e) Gliserol
c) Asam asetat. 7. Yang tidak bersifat free radical scavenger :
d) Asam malonat. a) Vitamin A.
e) Asam sitrat. b) Vitamin B.
2. Polusi industri terutama mengurangi cadangan : c) Vitamin C.
a) Vitamin A. d) Vitamin E.
b) Vitamin B. e) Semua salah.
c) Vitamin C. 8. Konsumsi lemak yang dianjurkan sebaiknya tidak lebih
d) Vitamin D. dari :
e) Vitamin E. a) 50%
3. Yang termasuk golongan trace element : b) 40%
a) Tembaga (Cu). c) 30%
b) Air raksa (Hg). d) 20%
c) Kadmium (Cd). e) 10%
d) Kalsium (Ca). 9. Suplementasi vitamin A untuk anak-anak prasekolah meng-
e) Timahhitam (Pb). gunakan dosis :
4. Penyakit yang tidak dikaitkan dengan peranan radikal a) 10.000 U.
bebas : b) 20.000 U.
a) Ketuaan. c) 100.000 U.
b) Kanker. d) 200.000 U.
c) Infeksi. e) 1.000.000 U.
d) Arteriosklerosis. 10. Seseorang lebih rentan terhadap penyakit infeksi bila men-
e) Katarak. derita defisiensi :
5. Proyek MONICA yang disponsori WHO adalah berkenaan a) Kalsium.
dengan penyakit : b) Kalium.
a) Kanker. c) Natrium.
b) Defisiensi. d) Fosfor.
c) Degeneratif. e) Besi.
d) Kardiovaskular.
e) Infeksi.
6. Kadar kolesterol total dalam darah paling kuat dipengaruhi oleh
masukan :
a) Asam stearat.

Great men never feel great, small men never feel small

64 Cermin Dunia Kedokteran No. 73, 1991

Anda mungkin juga menyukai