73. Gizi
Daftar Isi :
2. Editorial
4. English Summary
Artikel :
OLH
REDAKSI KEHORMATAN
KETUA PENGARAH
Dr Oen L.H
– Prof. DR. Kusumanto Setyonegoro – Prof. DR. B. Chandra
KETUA PENYUNTING Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa Guru Besar Ilmu Penyakit Saraf
Dr Budi Riyanto W Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,
Jakarta. Surabaya.
PEMIMPIN USAHA
Dr Hari Tanudjaja – Prof. Dr. R. Budhi Darmojo
– Prof. Dr. R.P. Sidabutar Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam
PELAKSANA Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,
Sriwidodo Sub Bagian Ginjal dan Hipertensi Semarang.
ALAMAT REDAKSI Bagian Ilmu Penyakit Dalam – Drg. I. Sadrach
Majalah Cermin Dunia Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Lembaga Penelitian Universitas Trisakti,
P.O. Box 3105 Jakarta 10002 Jakarta. Jakarta
Telp. 4892808 – DR. Arini Setiawati
– Prof. Dr. Sudarto Pringgoutomo
NOMOR IJIN Guru Besar Ilmu Patologi Anatomi Bagian Farmakologi
151/SK/DITJEN PPG/STT/1976 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Tanggal 3 Juli 1976 Jakarta. Jakarta,
PENERBIT
Grup PT Kalbe Farma
PENCETAK
PT Midas Surya Grafindo DEWAN REDAKSI
Cermin Dunia Kedokteran menerima naskah yang membahas berbagai sesuai dengan urutan pemunculannya dalam naskah dan disertai keterangan
aspek kesehatan, kedokteran dan farmasi, juga hasil penelitian di bidang- yang jelas. Bila terpisah dalam lembar lain, hendaknya ditandai untuk meng-
bidang tersebut. hindari kemungkinan tertukar. Kepustakaan diberi nomor urut sesuai dengan
Naskah yang dikirimkan kepada Redaksi adalah naskah yang khusus untuk pemunculannya dalam naskah; disusun menurut ketentuan dalam Cummulated
diterbitkan oleh Cermin Dunia Kedokteran; bila telah pernah dibahas atau Index Medicus dan/atau Uniform Requirements for Manuseripts Submitted
dibacakan dalam suatu pertemuan ilmiah, hendaknya diberi keterangan menge- to Biomedical Journals (Ann Intern Med 1979; 90 : 95-9). Contoh:
nai nama, tempat dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut. Basmajian JV, Kirby RL. Medical Rehabilitation. 1st ed. Baltimore. London:
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris; bila menggunakan William and Wilkins, 1984; Hal 174–9.
bahasa Indonesia, hendaknya mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang Weinstein L, Swartz MN. Pathogenetic properties of invading microorganisms.
berlaku. Istilah media sedapat mungkin menggunakan istilah bahasa Indonesia Dalam: Sodeman WA Jr. Sodeman WA, eds. Pathologic physiology: Mecha-
yang baku, atau diberi padanannya dalam bahasa Indonesia. Redaksi berhak nisms of diseases. Philadelphia: WB Saunders, 1974; 457-72.
mengubah susunan bahasa tanpa mengubah isinya. Setiap naskah harus di- Sri Oemijati. Masalah dalam pemberantasan filariasis di Indonesia. Cermin
sertai dengan abstrak dalam bahasa Indonesia. Untuk memudahkan para pem- Dunia Kedokt. l990 64 : 7-10.
baca yang tidak berbahasa Indonesia lebih baik bila disertai juga dengan abstrak Bila pengarang enam orang atau kurang, sebutkan semua; bila tujuh atau lebih,
dalam bahasa Inggris. Bila tidak ada, Redaksi berhak membuat sendiri abstrak sebutkan hanya tiga yang pertama dan tambahkan dkk.
berbahasa Inggris untuk karangan tersebut. Naskah dikirimkan ke alamat : Redaksi Cermin Dunia Kedokteran
Naskah diketik dengan spasi ganda di atas kertas putih berukuran kuarto/ P.O. Box 3105
folio, satu muka, dengan menyisakan cukup ruangan di kanan-kirinya, lebih Jakarta 10002
disukai bila panjangnya kira-kira 6 - 10 halaman kuarto. Nama (para) pe- Pengarang yang naskahnya telah disetujui untuk diterbitkan, akan diberitahu
ngarang ditulis lengkap, disertai keterangan lembaga/fakultas/institut tempat secara tertulis.
bekerjanya. Tabel/skema/grafik/ilustrasi yang melengkapi naskah dibuat sejelas- Naskah yang tidak dapat diterbitkan hanya dikembalikan bila disertai dengan
jelasnya dengan tinta hitam agar dapat langsung direproduksi, diberi nomor amplop beralamat (pengarang) lengkap dengan perangko yang cukup.
PENDAHULUAN umur, jenis kelamin, aktivitas, berat dan tinggi badan, genetika,
Kecukupan gizi yang dianjurkan (Recommended Daily serta keadaan hamil dan menyusukan. Kecukupan gizi yang
Allowance – RDA) sering dipakai sebagai pedoman untuk ke- dianjurkan agak berbeda dengan kebutuhan gizi (requirement).
perluan aplikasi pangan dan gizi, farmasi kedokteran dan mem- Yang terakhir ini lebih menggambarkan banyaknya zat gizi
punyai arti penting; namun di balik pemanfaatan yang positif, minimal yang diperlukan oleh masing-masing individu, jadi ada
diamati pula oleh berbagai pakar adanya kelemahan atau yang tinggi dan ada pula yang rendah, yang dipengaruhi oleh
kekurangan mengingat cepat berkembangnya ilmu pengetahuan berbagai faktor antara lain faktor genetik.
dasar dan terapan gizi dan ilmu-ilmu yang berkaitan. Oleh karena Dalam penghitungan kecukupan gizi yang dianjurkan, pada
itu, kecukupan gizi yang dianjurkan ditinjau kembali setiap umumnya sudah diperhitungkan faktor variasi kebutuhan indi-
waktu tertentu (biasanya 5 tahun) seperti halnya terjadi di vidual, sehingga angka kecukupan gizi yang dianjurkan se-
Indonesia, Amerika Serikat, Eropa dan negara lain. Perubahan- tingkat dengan kebutuhan rata-rata ditambah dua kali simpangan
perubahan didorong oleh hasil-hasil penelitian mutakhir ter- baku (deviasi standar); dengan demikian kecukupan yang di-
utama di bidang ilmu gizi eksperimental pada hewan percobaan anjurkan sudah mencakup lebih dari 97,5% populasi. Untuk
maupun pada manusia. Masalah lain yang timbul ditinjau dari beberapa zat gizi, misalnya berbagai vitamin dan mineral,
segi empiris adalah banyaknya penyakit-penyakit degeneratif kecukupan gizi yang dianjurkan sudah mencakup pula terciptanya
yang melanda terutama masyarakat kota dan atau modern akibat cadangan zat gizi bersangkutan dalam tubuh. Cadangan ini dapat
cepatnya anus urbanisasi dan industrialisasi. Ketidaksesuaian dipakai untuk memenuhi kebutuhan pada waktu konsumsi zat
aplikasi praktisnya ditinjau dari sudut kajian RDA, memerlukan gizi tersebut kurang dari kebutuhan dalam jangka waktu tertentu.
penyempurnaan dan penyesuaian pandangan tentang RDA. Misalnya pada orang dewasa yang konsumsi vitamin A-nya
Suatu sisi lain yang beberapa dekade terakhir merupakan selalu cukup dalam jangka beberapa tahun, di dalam hatinya akan
indeks penting bagi peningkatan mutu kehidupan adalah ke- tertimbun cadangan vitamin A yang dapat memenuhi kebutuhan
sadaran lingkungan hidup yang sangat relevan dengan upaya sampai sekitar tiga bulan tanpa konsumsi vitamin A dari luar
pencegahan penyakit akut maupun kronis termasuk penyakit tubuh.
degeneratif. Pengendalian kualitas lingkungan hidup sangat Kurva 1 berikut ini menggambarkan bagaimana kecukupan
strategis dalam rangka memperlambat proses degeneratif dan bagi sebagian besar penduduk tersebut dicapai.
meningkatkan kemampuan respons imunitas terhadap berbagai Nilai D adalah rata-rata kecukupan, sedangkan nilai F adalah
penyakit yang melanda masyarakat. rata-rata kecukupan ditambah dua kali simpangan baku yang
dihitung dari akar jumlah kuadrat selisih nilai individu dikurangi
BATAS DAN KEGUNAAN RDA nilai rata-rata dibagi jumlah observasi. Konsumsi setingkat F
Kecukupan gizi yang dianjurkan (recommended dietary sudah mencukupi kecukupan 97,5% dari populasi, sehingga bila
allowances disingkat RDA) adalah banyaknya masing-masing kecukupan yang dianjurkan pada tingkat F, hanya sebagian kecil
zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan untuk mencakup populasi (2,5%) yang kecukupan riilnya sedikit di bawah anjur-
hampir semua orang sehat. Kecukupan gizi dipengaruhi oleh an.
SUMMARY
A free radical is any species capable of independent existence that contains one/more
unpaired electrons. One source of the initial production of free radicals is the reduction of
molecular oxygen to water which involves several active intermediates producing
hydrogen peroxide. The existing iron will react with hydrogen peroxide to produce the
hydroxy radical. The hydroxy radical is regarded as potentially the most severe threat to
a living system. Targets for attacks are DNA, protein and polyunsaturated fatty acid
phospholipids. Examples of diseases caused by free radical attacks are atherosclerosis,
cataract, cancer, autoimmune, aging and many others. Minerals and antioxidants
necessary as free radical scavengers are Zn, Se, Mn, Cu, vitamin E, beta-carotene and
vitamin C. These nutrients should be available in adequate amounts every day in daily diet
or by supplementation.
PENDAHULUAN an dengan faktor gizi(6). Dalam tahun 1984, 22% dari seluruh
Keberhasilan pembangunan dari Pelita I sampai Pelita V kematian di Amerika Serikat, disebabkan karena kanker. Dan
mengakibatkan kesejahteraan masyarakat bertambah baik; de- 965.000 kasus baru yang didiagnosis menderita kanker, 483.000
rajat kesehatan dan gizi masyarakat bertambah baik pula. Kom- di antaranya meninggal dunia(5). Diperkirakan 60-70% kanker
posisi penduduk juga mengalami perubahan, ditandai dengan disebabkan karena faktor lingkungan, terutama makanan dan
peningkatan jumlah usia lanjut. Akibat peningkatan kesejahteraan, rokok.Tabel 1 memperlihatkan proporsi kematian karena kanker
derajat kesehatan dan gizi masyarakat tersebut serta perubahan yang berasal dari pelbagai faktor.
komposisi penduduk, akan terjadi pula perubahan pola penyakit
yaitu berkurangnya penyakit-penyakit menular dan gizikurang Tabel I. Proporsl kematian karena kanker yang berasal dari pelbagai
faktor
di satu pihak, dan bertambahnya penyakit-penyakit degeneratif
seperti penyakit jantung, diabetes dan kanker di lain pihak. Per- Persen semua kernatian karena kanker
ubahan ini diperkirakan akan terjadi di sekitar tahun 2000(1). Faktor atau kelompok faktor
Estimasi terbaik Selang
Fenomena ini di dalam ilmu kesehatan masyarakat disebut transisi 1. Merokok 30 25-40
epidemiologi sebagai akibat transisi demografi. Survei Kesehat- 2. Alkohol 3 2-4
an Rumah Tangga (SKRT) tahun 1972, 1980, dan 1986 mem- 3. Diet 35 10-70
berikan gambaran perubahan pola penyakit tersebut. Peringkat 4. Zat penambah dalam 1 (-5b) -2
makanan (food additives)
kematian yang disebabkan karena kanker meningkat dari urutan 5. Perilaku seksual 7 1-13
11, 9 dan 8(2,3,4). 6. Pekerjaan 4 2-8
Meski telah lama diperkirakan bahwa diet merupakan salah 7. Polusi 2 1-5
satu penyebab penyakit kanker, tetapi sampai awal abad ke 20 8. Hasil-hasil industri 1 1-2
bukti-bukti empiris belum dilaporkan. Dari penelitian-penelitian 9. Obat-obatan dan cara-cara 1 0,5-3
pengobatan
awal diketahui bahwa ada efek pencegahan dari hidangan roti 3 2-4
10. Faktor-faktor geofisik
penuh (wholemeal bread), sayuran, dan susu segar. Catatan dari 11. Infeksi 10? 1-?
perusahaan asuransi menunjukkan bahwa kegemukan merupakan 12. Tidak diketahui ? ?
risiko tinggi terhadap kanker(5). Di Amerika Serikat, lebih
b
dari 450.000 orang meninggal dunia setiap tahun karena penyakit Beberapa faktor (misal fortifikasi makanan) mungkin mempunyai efek pro-
kanker. Sekitar 70-90% dari penyakit kanker tersebut berkaitan tektif
Sumber : Doll,Peto. US Department of Health and Human Nutrition Services,
dengan lingkungan dan gaya hidup (life style). Kurang Iebih 30% 1988.
dari kematian tersebut karena rokok. Faktor-faktor keturunan
(genetik), radiasi, polusi dan eksposur lainnya memberikan
kontribusi 45.000-90.000 kematian. Dari seluruh penyakit kanker Penyakit kanker berkembang melalui proses yang kompleks
yang disebabkan faktor lingkungan, sekitar 40-60% berhubung- (Gambar 1). Pada dasarnya proses yang panjang tersebut dapat
(1) Mengacu pada kajian ketiga faktor utama yaitu bila aspek
individu (host), agen (penyebab) dan lingkungan tidak bisa
dikendalikan, maka salah situ pintu masuk (entry point) ialah
meningkatkan status individu dengan jalan suplementasi; (2)
Suplementasi berfungsi mengatasi defisit RDA yang sudah ada,
sebagai pelengkap bukan sebagai substitusi; (3) Dalam situasi
tertentu memang mutlak diperlukan seperti diuraikan dalam ka-
rangan lain penulis ini tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan zat gizi; (4) Faktor kondisi penyakit, umur, kegiatan
merupakan pertimbangan yang sangat penting; (5) Dari pertim-
bangan-pertimbangan di atas menentukan jumlah takaran, lama-
nya serta keamanan penggunaannya; (6) Khusus tentang pen-
cegahan dan dukungan terapi, pertimbangan sifat biochemical
individuality dengan histokompabilitasnya merupakan
pendekatan khususnya dalam pemecahan masalah penyakit de-
generatif(12).
INDIKASI TEPAT
PENDAHULUAN babkan efek samping yang serius, selain baunya yang dapat
Tidak dapat dipastikan sejak kapan manusia menggunakan mengganggu lingkungan si pemakan.
bawang putih dalam makanannya, akan tetapi dapat dikatakan Oleh kemajuan-kemajuan yang telah dicapai ilmu farmasi
bahwa bawang putih sebagai bumbu dapur sudah dikenal sejak dan teknologi pembuatan obat, ekstrak bawang putih sekarang
manusia mulai mengolah makanannya. Dari catatan-catatan dapat disajikan dalam bentuk kapsul lunak dan hampir tidak
yang berasal dari zaman dahulu, diketahui bahwa selain sebagai berbau dengan claim khasiat biologiknya masih tetap ada.
bumbu dapur, bawang putih juga dipergunakan sebagai obat(1). Dalam bentuk baru ini maka kedua faktor penghalang ter-
Dalam ilmu pengobatan tradisional bawang putih dapat dipakai sebut dapat disingkirkan. Timbul pemikiran : bila tidak ada lagi
untuk mengurangi/menyembuhkan berbagai macam gangguan/ faktor-faktor itu, maka terbuka kemungkinan seorang akan
penyakit(2,3,4,5,6). memakan kapsul ekstrak bawang putih dalam jumlah yang
Dalam waktu terakhir ini penggunaan bawang putih lebih berlebihan, seperti yang telah terjadi dengan obat-obat lain atas
terarah yaitu ditujukan untuk memperbaiki keadaan hiper- dasar pertimbangan sipemakai : kalau sedikit balk maka kalau
lipidemia, yaitu kenaikan kadar lipid dalam darah dan hiper- banyak akan lebih baik lagi.
glikemia, yaitu peninggian kadar gula darah, seperti pada diabe-
tes mellitus(7,8,9). TUJUAN
Kekhususan umbi herba ini ialah bau tajam dan menusuk Pertanyaan yang timbul ialah : apa yang akan terjadi bila
yang timbul bila dipotong atau dihancurkan. Kini dapat di- seorang dengan sengaja memakan sekaligus ekstrak bawang
terangkan bahwa integritas struktur sel pada umbi ini berwujud putih jauh di atas dosis yang dianjurkan, misalnya sampai 50 X
sebagai tidak berbaunya bawang putih dalam keadaan utuh. atau 100 X dosis yang dianjurkan ? Dapat dimengerti bahwa
Rusaknya integritas struktur tersebut akan menyebabkan saling untuk dapat menjawab pertanyaan ini perlu dilakukan percoba-
bereaksinya substrat dan enzimnya yang kedua-duanya memang an. Akan tetapi dapat dipahami juga bahwa percobaan seperti itu
terdapat di dalam sel-sel bawang putih. Sebagai hasil reaksi sulit atau tidak dapat dilakukan pada manusia. Untuk dapat
kimia ini terbentuklah berbagai senyawa atsiri dengan bau tajam menjawab pertanyaan tadi maka masih diperlukan hewan coba,
yang disukai orang atau oleh sebagian orang malah dihindari(10). seperti tikus.
Selain bau khas ini selaput lendir (mulut, mata dan lambung) Dalam percobaan ini hendak diteliti pula apakah ekstrak
akan terasa panas bila terkena getah yang terbentuk pada pemo- bawang putih yang dipakai masih memiliki khasiat seperti ba-
tongan bawang putih. Kedua faktor ini sesungguhnya merupakan wang putih mentah yaitu efek hipolipemik dan hipoglikemik.
kendala bagi seorang yang hendak memakan bawang putih segar
(mentah) dalam jumlah besar seperti yang terjadi dalam peng- BAHAN DAN CARA
obatan tradisional. Hingga kini memang belum ada laporan Telah diketahui bahwa pembebanan dengan karbohidrat
apakah penggunaan bawang putih secara berlebihan mcnye- seperti sukrosa, dapat menyebabkan hiperglikemia disamping
Berat badan tikus 1 132,0 135,5 137,5 141,0 144;0 145,5 149,5 146,0 146
kontrol * 2 130,0 135,0 134,5 132,0 133,0 136,0 135,5 135,0 135
3 130,0 138,0 148,0 152,5 154,0 152,0 154,0 152,0 154
4 128,5 135,5 157,0 155,0 162,0 163,0 164,0 162,0 172
5 130,0 135,5 143,5 144,0 152,0 152,0 151,0 153,0 157
Rata-rata 130,1 135,9 144,1 144,9 149,0 149,7 150,8 149,6 152
Berat badan tikus 1 132,5 138,5 137,5 135,5 132,0 133,0 135,5 137,0 137
kelompok I * 2 119,0 126,5 124,5 126,0 124,0 134,0 136,0 144,0 144
3 139,0 141,5 147,0 149,5 158,0 164,0 165,0 168,0 168
4 135,0 143,5 147,0 142,0 149,0 149,0 149,0 157,0 152
5 140,0 147,5 160,0 155,5 148,0 156,5 161,0 162,0 163
6 128,0 135,5 142,5 141,5 138,0 145,0 149,0 155,0 154
7 MATI - - - - - - -
Rata-rata 132,3 138,8 143,1 141,7 141,5 146,9 149,3 153,8 153
Berat badan tikus 1 189,0 192,0 191,0 195,5 195,5 196,0 193,0 195,0 198
kelompok II ** 2 185,0 187,0 197,0 191,5 191,5 193,0 190,0 188,0 189
3 154,0 161,0 161,0 164,0 163,0 166,0 168,0 169,0 170
4 150,5 152,5 153,0 154,5 153,0 159,0 160,0 160,0 163
5 180,0 180,5 184,5 186,0 194,0 189,0 187,0 190,0 190
6 180,0 184,5 187,0 189,0 188,0 188,0 194,0 197,0 193
7 MATI - - - - - - -
Rata-rata 173,1 176,3 178,9 180,1 180,8 181,8 182,0 183,2 184
Berat badan tikus 1 181,5 186,0 190,0 191,0 189,0 195,5 196,0 204,0 210
kelompok III ** 2 176,5 178,0 176,0 177,0 175,0 177,5 178,0 179,5 180
3 182,0 185,0 191,0 189,5 188,0 191,0 192,0 192,0 193
4 183,0 187,0 184,0 186,0 184,0 188,0 190,0 192,0 198
5 161,5 168,0 169,0 164,0 162,0 162,0 164,0 162,0 161
6 156,0 160,0 161,5 160,0 159,0 160,0 163,0 160,0 166
7 175,5 178,0 182,0 180,0 180,5 183,0 185,0 186,0 185
Rata-rata 173,7 177,4 179,1 178,2 176,8 179,6 181,1 182,2 184
Keterangan :
* = umur 4 bulan
** = umur 6 bulan
Keterangan :
* = umur 4 bulan
** = Umur 6 bulan
kronik pada tikus-tikus strain LMR. Oleh FDA dari Amerika 2. Jain MK, Apitz-Castro R. Garlic: Molecular basis of the putative "vam-
pire-repellant" action and other matters related to heart and blood, TIBS
Serikat bawang putih memang digolongkan sebagai zat yang 1987; 12: 252-4.
practically non-toxic(22). 3. Bordia AK, Ananda MP. Effect of Essential Oil of Garlic on Blood Lipids
Ekstrak bawang putih yang telah dipergunakan dalam per- and Fibrinolytic Activity in Man. In B.K. Gayoe and M.P. Anand (eds),
cobaan ini hasil produksi PT BINTANG TOEDJOE, dengan Progress in Vascular Diseases, New Delhi: Arnold Heinmann, 1978; hal
261-4.
nama dagang STARLIC dan terbukti memiliki aktivitas biologik 4. Foushee DB, Ruffin J, Banerjee U. Garlic as a natural agent for the
yang serupa dengan bawang putih mentah dalam menurunkan treatment of hypertension; a preliminary report, Cytobios, 1982; 34:
kadar gula, kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah. 145-52.
Dari percobaan dengan tikus ini diperoleh kesan bahwa 5. Arora R, Arora S, Gupta RK. The Longterm Use of Garlic in Ischemic
Heart Disease, Atherosclerosis 1981; 40: 175-9.
seandainya seorang secara sengaja meminum kapsul ekstrak 6. Elmina EI, Ahmed SA, Mekhawi AG, Mossa JS. The Antimicrobial
bawang putih dalam dosis yang jauh melebihi dosis yang di- Activity of Garlic and Onion Extracts, Pharmazie, 1983; 38: 747-8.
anjurkan, maka besar kemungkinan tidak akan timbul efek 7. Bordia A, Bansal HC. Essential Oil of Garlic in Prevention of Athero-
toksik baik akut maupun sub-kronik. sclerosis. Lancet 1973; 29: 1491-2.
8. Jain RC et al. Hypoglycemic Action of Onion and Garlic. Lancet 1973; 29:
Penggunaan ekstrak bawang putih yang jauh melebihi dosis 1491.
yang disepakati tidak dianjurkan. 9. Baktish E, Chughtai MID. Influence of Garlic on Serum Cholesterol,
Serum Triglycerides, Serum Total Lipid and Serum Glucose in Human
KEPUSTAKAAN Subjects. Die Nahrung 1984; 28: 159-63.
10. Block E. The Chemistry of Garlic and Onion, Scientific American 1985;
1. Chang IIM, But PPH. (eds). Dasuan, Pharmacology and Application of 252: 94-99.
Chinese Materia Medica, Vol I, 84-92, World Scientific. 11. Sebastian KL et al. The Hypolipidemic Effect of Onion (Allium cepa Linn.)
ABSTRAK
Kematian yang disebabkan oleh penyakit menular seperti Risiko mati dari seorang pengidap penyakit kardiovaskular
TBC, cacar dan pneumonia telah menurun secara drastis sejak dan perokok dua kali lebih besar daripada brang yang tidak
vaksin dan imunisasi masal membudaya di masyarakat. Pada merokok dan mengidap penyakit kardiovaskular. Sedangkan
saat ini, kematian yang diakibatkan oleh penyakit-penyakit tak orang yang hanya merokok sewaktu-waktu, mempunyai risiko
menular seperti penyakit kardiovaskular (termasuk di dalamnya mati antara perokok dan non perokok.
serangan jantung dan penyumbatan pembuluh darah), kanker, Demikian juga halnya dengan hipertensi, semakin tinggi
diabetes dan hipertensi (tekanan darah tinggi), semakin me- kadar kolesterol di dalam tubuh seseorang, semakin besar orang
ningkat. Di Amerika 50% kematian disebabkan oleh penyakit tersebut mempunyai risiko terkena penyakit kardiovaskular.
kardiovaskular dan 20% disebabkan oleh kanker. Di Indonesia, Penyebab lain penyakit kardiovaskular antara lain: kegemukan,
dalam 5 sampai 10 tahun terakhir ini, kematian akibat penyakit diabetes, stres, kurang berolah raga, jenis kelamin (pria lebih
kardiovaskular meningkat terutama pada usia dewasa dan lanjut(1). besar risikonya daripada wanita), usia lanjut dan sebagainya.
Penyakit kardiovaskular bersumber dari berbagai sebab, Bila kolesterol menjadi salah satu penyebab penyakit kar-
tiga yang utama adalah: hipertensi, rokok dan kolesterol. diovaskular, lalu mengapa kolesterol dibuat oleh tubuh? Apa
Seseorang yang mempunyai tekanan darah di atas 165/95 gunanya? Dari mana datangnya? Bagaimana mengurangi ke-
menandakan adanya hipertensi. Penelitian membuktikan bahwa mungkinan terserang penyakit jantung atau penyakit kardio-
ada korelasi positip antara hipertensi dengan penyakit kardio- vaskular lainnya?
vaskular. Kolesterol adalah sejenis lemak yang tak dapat dilihat
aa
KEPUSTAKAAN
1. Bendich A. Carotenoids and the Immune Response. In: 72nd Annual
Meeting of the Federation of American Societies for Experimental Bio-
logy. Las Vegas: Nevada, 1988: 112-4.
2. Bendich A. The safety of beta carotene. Nutr. Cancer 1988; 11: 207-14.
3. Diplock AT. Antioxidant, nutrients and disease prevention: An overview.
Am. J. Clin Nutr. 1991; 53: 189S-93S.
4. Garewal HS. Potential role of B-Karotene or vitamin A. Am. J. Clin Nutr.
1991; 53: 298S-304S.
5. Krinsky NI. Antioxidant functions of beta-carotene. Vitamin Nutrition
Information Service Vol. 1 No. 5: 1-3.
6. Krisnky NI. Effects of carotenoids in cellular and animal systems. Am. J.
Clin Nutr. 1991; 53: 238S-46S.
7. Krinsky NI. The evidence for the role of carotenes in preventive health.
Clin. Nutr. 1988; 7: 107-12.
8. Lachance P. Dietary intake of carotenes and the caroten gap. Clin. Nutr.
1988; 7: 118-22.
Peranan B-Karoten pada binatang dan tanaman antara lain : 9. Malone WF. Studies evaluating antioxidants and b-carotene as chemopre-
1. Quenching singlet oxygen ventatives. AM. J. Clin. Nutr. 1991; 53: 305S-13S.
2. Photoprotection 10. Mascio PD et al. Antioxidant defense systems: The role of carotenoids,
tocopherols and thiols. Am. J. Clin Nutr. 1991; 53: 194S-200S.
3. Provitamin A 11. Norman KI. The evidence for the role of carotenes in preventive health.
4. Transfer energi pada proses fotosintesis Clin. Nutr. 1988; 7: 108-12.
5. Photoresponse seperti phototropism 12. Schmidt K. Antioxidant vitamins and b-carotene: Effects on immuno-
Pada manusia, selain sebagai antioksidan dan provitamin A, competence. Am,J. Clin. Nutr. 1991; 53: 383S-5S.
B-Karoten juga meningkatkan pertahanan imunitas. Namun 13. Stahelin HB et al. B-Carotene and cancer prevention: The basel study. Am.
J. Clin Nutr. 1991; 53: 265S-9S.
demikian sifatnya bervariasi dan dapat terganggu oleh gaya 14. Stich HF et al. Remission of precancerous lesions in the oral cavity of
hidup seseorang seperti diet sayur/buah yang jelek, perokok, tobacco chewers and maintenance of the protective effect of b-carotene
alkohol, sinar UV dan sebagainya. or vitamin A. Am. J. Clin. Nutr. 1991; 53: 298S-304S.
B-Karoten tidak bersifat toksik pada manusia. Hal ini ter- 15. Weisburger JH. Nutritional approach to cancer prevention with emphasis
on vitamins, antioxidants and carotenoids. Am. J. Clin Nutr. 1991; 53:
lihat pada pasien erythropoietic photoporphyria yang mengkon- 226S-37S.
sumsi 300 mg/hari selama 20 tahun, hanya mempunyai efek 16. Ziegler RG. Vegetables, fruits and carotenoids and the risk of cancer. Am.
samping pigmentasi kuning/orange pada kulit mereka. Selain itu J. Clin. Nutr. 1991; 53: 251S-9S.
ABSTRAK
Gangguan akibat kekurangan iodium (Gaki) merupakan salah saw masalah ke-
sehatan masyarakat yang masih belum dapat ditanggulangi dengan efektif di Indonesia
dan Thailand. Penanggulangan Gaki melalui iodisasi air minum di Indonesia belum
dilakukan. Di Thailand distribusi garam beriodium dan iodisasi air minum dewasa ini
sedang dilaksanakan di 15 propinsi endemik Gaki dan memberikan indikasi efektif
menurunkan 34,4 — 94,3% prevalensi Gaki pada anak sekolah dasar.
Iodisasi air minum dilakukan di sekolah-sekolah dasar dan desa menggunakan
teknologi sederhana dengan meneteskan larutan KIO3 ke dalam air minum sehingga
mencapai kadar 200 ug/liter air. Teknologi sederhana ini mungkin dapat diterapkan untuk
meningkatkan efektifitas program pemberian garam beriodium dan suntikan larutan
minyak beriodium dalam menanggulangi Gaki di Indonesia.
ABSTRAK
Sebelum makanan tambahan dengan JA-KI-M (jawawut, kacang ijo, madu) diberikan
pada balita, diperlukan suatu penelitian kelayakan penggunaannya baik di Posyandu, di
RKBPKK maupun di tempat-tempat lainnya.
Penelitian uji coba ini telah dilakukan di Puskesmas Parado yang meliputi 4 desa
(Parado rato, Parado wane, Kuta dan Kanca), kecamatan Monta, Kabupaten Bima,
Prop. NTB dengan melibatkan 17 orang kader posyandu dan 7 orang petugas puskesmas
(seorang petugas gizi dan 6 orang staf puskesmas), dilaksanakan terhadap 91 anak balita
yang diikuti perkembangan dan pertumbuhannya selama 3 bulan (Juli 1988 - Oktober
1988); sedang pemberian makanan tambahan diberikan mulai awal bulan Juni 1988
sampai dengan Oktober 1988.
Lebih dari 90% kader yang telah dilatih sebelumnya melakukan tugas dengan baik,
sehingga pelaksanaan bukan merupakan beban yang nyata selama masih tersedianya
peralatan penimbangan, pengukur tinggi badan serta kartu (KMS).
JAKIM bermanfaat meningkatkan motivasi ibu dan anak untuk datang ke posyandu
sehingga cakupan kunjungan balita meningkat, dan bermanfaat pula untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan balita di posyandu; selain itu ternyata JAKIM juga ber-
manfaat menurunkan angka kesakitan/kematian dengan cara meningkatkan kesadaran
ibu dari balita tersebut akan pentingnya menjaga kesehatan dengan memakan makanan
bergizi, sehingga JAKIM merupakan makanan tambahan yang layak dalam menunjang
usaha perbaikan gizi anak balita di Parado pada khususnya.
Karbo-
Bahan Kalori Protein Lemak hidrat Ca P Fe Vit. A Vit. B Vit. C Air Ukuran
Kandungan
No. Makanan tambahan Komposisi Energi Protein Lemak Karbo- Vit. A Fe Serat
hidrat
(kal) (g) (g) (g) (SI) (mg) (g)
A. MAKANAN LUMAT
1 Nasi jawawut nasi 50 mg 213,7 4,9 1,24 50,75 73 1,95 7,75
pisang uleg pisang 25 mg
jawawut 25 mg
2 Bubur jawawut tepung 15 mg 302,1 9,5 8,47 48,75 - 1,45 0,01
tepung susu susu 25mg
gula 10 mg
air 200 ml
3 Nasi jawawut beras 25 mg 251,1 12,4 4,77 63,55 249,6 10,15 8,66
tim saring daging 30 mg
jawawut 25 mg
tempe 15 mg
sayur 40 mg
air 300 ml
B. MAKANAN LEMBEK
1 Bubur jawawut tim beras 25 mg 251,1 12,4 4,77 63,55 249,6 10,15 8,66
(campur lengkap) daging 20 mg
tempe 15 mg
jawawut 25 mg
sayur 40 mg
2 Pure Campur kentang 100 mg 385,5 12,4 9,77 40,45 351,5 0,15 8,66
jawawut 25 mg
tahu 25 mg
sayur 40 mg
C. Air kacang hijau k. hijau 25 mg 115,6 5,58 0,3 23,6 39,25 4,50 7,41
air 200 ml
madu 10 ml
gula 10 ml
VSO
heart, its consumption is still not the total fat in the diet which is in the paper. Furthermore, this
recommended. important in cancer. It is known paper have also recommended
Coffee drinkers have a higher that polyunsaturated fatty acids a diet which can reduce the
blood cholesterol than the non- are easily oxidized and became cancer incidence.
coffee drinkers. Fibers, on the an initiator for cancer once they
Cermin Dunia Kedokt. 1991;73: 17-21
other hand, can reduce the are destroyed.
st
blood cholesterol level. Smoked foods produce poly-
Thus, to develop an ideal diet, cyclic aromatic hydrocarbons,
one should take into account the several of which are known to
role of each nutrient in reducing/ cause cancer in animals. Other CHOLESTEROL AND CARDIOVAS-
enhancing the risk of CVD. One hightemperature processing CULAR DISEASE (CVD)
such diet is recommended in this burns down the amino acids and
paper. sugars in foods; producing mu- Susy Tejayadi
Cermin Dunia Kedokt. 1991;73: 12-16 tagenic and carcinogenic Research and Development Centre, PT.
st chemicals. Bukit Manikam Sakti, Jakarta, Indonesia
Epidemiological studies on the
effect of protein consumption,
NUTRITION FACTOR IN CANCER The death rate due to cardio-
especially animal protein, on
Herman Sudiman several types of cancer incidence vascular diseases has increased
Research and Development Centre for were studied. It was found that in the last 5 to 10 years. One of the
Nutrition, Department of Health, Bogor, the effect is influenced by con- major risk factors for cardiovas-
Indonesia cular diseases is cholesterol. In
sumption of other nutrients such
The remarkable growth of as fat and fibers. Fibers are espe- spite of this, cholesterol has
Indonesian economy has raised cially important in reducing the several important functions in
the people's welfare. One con- risk of colon cancer. However, the body; without it, the nerves
sequence of this is an increased more studies need to be done could not function properly.
awareness of health and a longer since the results from several stu- Cholesterol is also a building block
life expectancy. Because of this, dies still vary, depending on the of bile and plays an important
we see less infectious diseases or presence of other nutrients in the role in the formation of vitamin D
malnutrition and more chronic diet. and the steroid hormones.
degenerative diseases such as Vitamins A, C, E, carotene and Since food is one source of
cardiovascular, diabetes and selenium are known to be anti- cholesterol, its consumption
cancer. In the United States, 70 - carcinogenic. Vitamins A, C and certainly regulates the level of
90% of cancer is a result of life - E can neutralize the peroxides blood cholesterol. It can be
style and nutrition. This paper and free radicals produced clearly seen then that there is a
reviews the correlation between during fat oxidation. It should be link between the types of food
nutrition and the incidence of borne in mind though, that vi- we eat and cardiovascular
cancer. tamin E is soluble in oil whereas diseases. It is therefore important
Fat and processed foods vitamins A and C are soluble in to have a balanced and proper
especially smoked and salted water. diet to reduce the risk of getting
foods are known to be carcino- Some suggestions on the type cardiovascular diseases.
genic. It seems that it is the poly- of research which needs to be Cermin Dunia Kedokt 1991;73: 34-35
unsaturated fatty acids and not conducted in this area are listed st
CDK 66. IMUNISASI II Paul Tahalele: Tatalaksana Gawat Darurat Jantung dan Pembuluh
Darah dari Segi Bedah Kardiovaskular 25 – 35
English Summary 4 Jatno Karjono: Penanganan Gawat Darurat Jantung di luar Rumah
Eko Rahardjo: Imunisasi Polio dan Permasalahannya 5–9 Sakit 36 – 40
Djoko Yuwono, Gendrowahyuhono, Bambang Herlyanto, Su Mariani Budisantosa: Pengobatan Infark Miokard Akut 41 – 47
hary ono Wuryadi: Pengamatan Potensi Vaksin Polio yang Dipakai Sunoto Pratanu: Krisis Hipertensi 48 – 50
dalam Pengembangan Program Imunisasi di Indonesia 10 – 14 Kegiatan Ilmiah
Djoko Yuwono, Gendrowahyuhono: Sifat Kinetik Virus Polio di Simposium Dimensi Baru Penatalaksanaan Hipertensi 51 – 53
Indonesia - Pemeriksaan Ret-40 Matter Virus Polio tipe 1 15 – 17 Kongres Nasional VI Perhimpunan Kardiologi Indonesia
M. Faried K., Hanny Roespandi, Sri Prihartini: Pengembangan (KOPERKI VI) 54 – 56
Program Imunisasi di Jawa Timur 18 – 21 Abstrak
Muljati Prijanto: Pengawasan Kualitas dan Pengembangan Vaksin Pengaruh kolesterol terhadap
Virus 22 – 25 penyakit jantung koroner BMJ 1990; 301: 309-14 58
Nathaniel F. Pierce: Typhoid Vaccines 26 – 27 Asam folat dan schizophrenia Lancet 1990; 336: 392-5 58
Muljati Prijanto, Rini Pangastuti, Siti Mariani S.: Gambaran Zat Gejala hipotensi BMJ 1990; 301: 362-5 58
Anti IgG Anti FHA dan Anti Pt pada Bayi setelah Imunisasi dan pada Diagnostik pseudoseizure Neurology 1990; 40: 756-9 58
Anak-anak Penderita Pertusis 28 – 30 Risiko kejang berulang Pediatric 1990; 85(6): 1076-85 58
Usman Suwandi: Teknologi Vaksin Rekombinan 31 – 33 Risiko kejang berulang Neurology 1990; 40: 1163-70 58 – 59
Kusnindar Atmosukarto: Efektivitas Imunisasi untuk Menurunkan Efek samping antikonvulsan Neurology 1990; 40: 391-4 59
Angka Kematian dan Penyakit PD3I di Indonesia 34 – 37 Faktor risiko penyakit jantung
AABN Nuartha: Masalah Gangguan Asam-Basa dan Beberapa koroner BMJ 1990; 301: 1248-51 59
Pandangan di Bidang Neurologi 38 – 45 Pengaruh merokok terhadap
Reflinar Rosfein: Kanker Kulit di Limabelas Pusat Patologi Fakultas kadar kafein darah BMJ 1989; 298: 1075-6 59
Kedokteran dan Rumah Sakit di Indonesia, tahun 1983 46 – 49 Pusat melihat warna di otak Nature 1989; 340: 386-9 59
Suhardjo: Uveitis Toxoplasmika 50 – 52 Pengaruh kopi terhadap
Misnadiarly, Cyrus H. Simanjuntak: Frekuensi Mikobakteria Atipik risiko kardiovaskular N. Engl J Med 1990; 323: 1026-32 59
pada Penderita Tuberkulosis Paru di Sumatera Barat 53 – 54
Informasi Obat: Intal 55 – 56
Abstrak CDK 68. HEPATITIS
Antidepresan untuk bulimia Scrip 1990; 1541: 24 58 English Summary 4
Vaksin baru BMJ 1990; 301: 137 58 Suriadi Gunawan: Hepatitis B dan Pencegahannya melalui Imuni -
Mcnganggur meningkatkan sasi di Indonesia 5–7
mortalitas BMJ 1990; 301: 407-11 58 Imran Lubis: Penyakit Hepatitis Virus 8 – 10
Manfaat diet pads obesitas N Engl J Med 1990; 322: 1051-9 58 Sujono Hadi: Hepatitis dalam Keluarga - Tinjauan Kasus 11 – 15
Patogenesis penyakit Hans Tandra: Hepatitis pada Kehamilan 16 – 17
Alzheimer Scrip 1990; 1529: 27 58 W. Soemarto: Titer Reseptor Poly-HSA dan HBeAg pada Pengidap
Kaptopril untuk aterosklerosis Scrip 1990; 1530: 25 58 HBsAg Sehat dan Hepatitis Menahun 18 – 21
Liputan Imunisasi Lancet 1990; 335: 775 58 Usman Suwandi: Perkembangan Vaksin Hepatitis B 22 – 25
Meninggal di mana ? BMJ 1989; 301: 415-7 59 Djoko Yuwono, Suharyono W., Imran Lubis: Uji Sensitivitas dan
Kalium untuk hipertensi BMJ 1990; 301: 521-3 59 Spesifisitas Entebe RPHA Cell - Suatu Kit Diagnosa untuk Deteksi
Vasokonstriksi pada migren Lancet 1990; 336: 837-9 59 Hepatitis Bs Antigen 26 – 28
Aspirin untuk infark miokard Lancet 1990; 336: 827-30 59 Iwan T. Budiarso, RobertTL Pang, Husaini: Uji Kepekaan Bebek
Pengaruh beta karoten pada Karawang sebagai Hewan Percobaan untuk Bioessasi Aflatoksin 29 – 32
kanker N Engl J Med 1990; 323: 789-95 59 Kusnindar Atmosukarto: Masalah Hepatitis B di Indonesia -
Isotretinoin untuk tumor Berbagai Penelitian 33 – 36
kcpala dan leher N Engl J Med 1990; 323: 795-801 59 Interpreting Hepatitis B Markers 37
A Guntur Hermawan: Komplikasi Obesitas dan Usaha Penang-
CDK 67. KARDIOVASKULAR gulangannya 38 – 41
Rosihan Anwar, M Mochtar Tarigan: Allergic Bronchopulmo-
English Summary 4 nary Aspergillosis - Mycology, Immunology and Clinical Aspects 42 – 47
Budi Susetyo Pikir: PEndekatan Rasional (Epidemiologi) Penderita Emiliana Tjitra: Malaria pada Kehamilan 48 – 52
Gawat Jantung 5 – 14 Laporan Kasus: Tumor Lidah 53 – 54
Iwan N. Boestan, M. Yogiarto, Iswanto P., Anwar S.: Tatalaksana Abstrak
Payah Jantung Akut 15 – 18 Jenis-jenis virus hepatitis BMJ 1990; 300: 1475-6 58
Soebijanto Poerwodibroto: Tatalaksana Gawat Jantung pads Anak 19 – 24 Kortikosteroid untuk
esofagitis korosiva N Engl J Med 1990; 323: 637-40 58
English Summary 4
Johan S Masjhur: Peranan Kedokteran Nuklir dalam Penegakan CDK 71. SEMINAR UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN
Diagnosis Penyakit Paru 7 – 11 RUMAH SAKIT
Barmawi, M. Rival Samhudi: Perkembangan Baru dalam Terapi
Kanker Paru 12 – 17 Adhyatma: Sambutan Menteri Kesehatan Republik Indonesia i – iii
Azhar Tanjung: Pemakaian Obat Anti Tb-Khususnya Pirazinamide Hidajat Hardjoprawito: Sambutan Ketua Perhimpunan Rumah
pada Tb Sebagai Penyakit Sistemik di Organ Paru dan Esktra Paru 18 – 23 Sakit Seluruh Indonesia iv – v
Usman Chatib Warsa: Hasil Uji Kepekaan Kuman-kuman pada Nico A Lumenta: Sambutan Ketua Panitia vi – vii
Infeksi Saluran Pemapasan Bawah di Indonesia 24 – 26 Brotowasisto: Kebijaksanaan Pembangunan Kesehatan pada Tahap
Zul Dahian, Soeria Soemantri E.: Metoda Pemilihan Antibiotika Tinggal Landas dan Aspek Kebijaksanaan Pengembangan Rumah
pada Terapi Empiris Infeksi Saluran Pernapasan Bawah Akut (ISPBA) 28 – 35 Sakit 5 – 10
Aryanto Suwondo: Metoda Inhalasi sebagai Terapi Masa Kini Soemarja Aniroen: Kebijaksanaan Departemen Kesehatan RI dalam
Penyakit Paru Obstruktif 36 – 39 Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit 11 – 16
E. Soeria Soemantri: Konsep Baru Patogenesis Asma dan Penerap- Samsi Jacobalis: Peranan Manajemen dalam Peningkatan Mutu
annya pada Terapi 40 – 49 Pelayanan Rumah Sakit 17 – 19
Hadiarto Mangunnegoro: Diagnosa dan Penatalaksanaan Asma 50 – 54 Darwis Hartono: Indikator Penilaian Penampilan Rumah Sakit 20 – 23
Wiwien Meru Wiyono, Faisal Yunus: Peranan Imunoterapi dalam Petunjuk Penilalan Kerja Rumah Sakit 24 – 77
Pengobatan Asma Bronkial 55 – 57 Yos E. Susanto: Peranan Pelayanan Non Profesi Kesehatan di
Abstrak Rumah Sakit 78 – 79
Fungsi paru dan CVD BMJ 1991; 302: 84-7 59 Amal C. Sjaaf: Struktur Pembiayaan Rumah Sakit 80 – 82
Manfaat MRI BMJ 1991; 302: 78-82 59 A.W. Boediarso: Prinsip-prinsip Penyusunan Anggaran Rencana
Tamarindus sebagai anti Tahunan Rumah Sakit 83 – 88
obesitas Asian Medical News 5 Dec. 1989: 2 59 Catharina Dartini: Prinsip-prinsip Akuntansi Rumah Sakit 89 – 97
Hipnotik nonbenzodiazepin Sismadi Partodimuljo: Jenis-jenis Laporan Keuangan Rumah Sakit
baru DN&P 1989 (Feb.); 2: 1 59 dan Teknik Evaluasi oleh Pengelola Rumah Sakit 98 – 123
Penerangan di apotik BMJ 1991; 302: 440-3 59 Hidajat Hardjoprawito: Aspek Pengembangan Sumber Daya
Efek pil anti hamil BMJ 1991; 302: 269-71 59 Manusia Rumah Sakit 124 – 125
Samsi Jacobalis: Peran Masalah Teknologi Tinggi dalam Upaya
Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit 126 – 129
CDK 70. KESEHATAN DAN LINGKUNGAN Boenjamin Setiawan: Aspek Pengembangan Farmasi Rumah
Sakit 130 – 133
English Summary 4
Djarismawati: Tinjauan Penelitian Kadar Logam Berat pada
Sungai di DKI Jakarta 5–9 CDK 72. SANITASI DAN KESEHATAN
A Tri Tugaswati, Sri Soewasti Soesanto, Djarismawati: Ke-
mampuan Tujuh Industri Besar di DKI Jakarta dan Sekitarnya dalam English Summary 4
Mengatasi Limbah Cair dengan BOD Tinggi 10 – 14 Suwarni, Purnomo, Herry D. Ilahude, Harijani AM. Penelitian
Imran Lubis: Pengaruh Lingkungan terhadap Penyakit Infeksi Parasit Usus di Sungai Ciliwung: 1. Kebiasaan Penduduk yang Ada
Saluran Pernapasan Akut 15 – 17 Kaitannya dengan Penularan Cacing Usus sepanjang Sungai Ci-
Faisal Yunus: Diagnosis Penyakit Paru Kerja 18 – 24 liwung 5–7
Tjandra Yoga Aditama: Sindrom Gedung Sakit 25 – 26 Suwarni, Harry D. Ilahude, Harijani AM. Penelitian Parasit Usus
Marbaniati, Dyat Sarsonosidhi: Pengaruh Pola Tanam terhadap di Sungai Ciliwung: 2. Angka Pencemaran Cacing Usus 8 – 11
Incidence Malaria di Kabupaten Banjamegara 27 – 30 Emiliana Tjitra: Penelitian-penelitian Soil Transmitted Helminths
Emiliana Tjitra dkk.: Malaria di Kepulauan Seribu 31 – 34 di Indonesia 12 – 16
Harijani A. Marwoto, Martono: Malaria di Kabupaten Sikka, Cyrus H. Simanjuntak: Epidemiologi Disentri 17 – 19
Flores 35 – 41 Sidik Wasito: Dampak Perbaikan Air Minum terhadap Penyakit
Dyah Widyaningroem Isbagio: Woolsorter’s Disease 42 – 45 Diare Anak dan Hubungannya dengan Tingkat Pendidikan, Pe-
Usman Suwandi: Resisten Mikroba terhadap Antibiotik 46 – 49 ngetahuan tentang Penyakit dan Kelompok Umur Kepala Keluarga 20 – 23
Kusnindar: Tinjauan Derajat Kesehatan Masyarakat di Indonesia Sidik Wasito: Dampak Perbaikan Air Minum terhadap Kesehatan
dalam masa Pelita I sampai Pelita IV 50 – 53 Penduduk Pedesaan di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat 24 – 29
K.M. Arsyad: Tatacara Penanganan Infertilitas Pria 54 – 56 Pudjarwoto T., Cyrus H. Simanjuntak, Eko Rahardjo, Su-
Abstrak haryono W., Sri Harjining: Infeksi Bakteri Enteropatogen pada
Pengobatan non- Penderita Diare Golongan Umur Balita di Daerah Jawa Barat dan
konvensional N Engl J Med 1991; 324: 1180-5 58 Pola Resistensinya terhadap Antibiotik 30 – 35
Great men never feel great, small men never feel small