Daftar Isi :
2. Editorial
Artikel:
62. Abstrak
64. RPPIK
Sejak pertama kalinya dilaporkan di Amerika Serikat pada tahun 1981, AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome) telah berkembang luas di seluruh
dunia, sehingga menjadi masalah kesehatan yang utama – terutama di negara-
negara Barat – pada saat ini.
Di Indonesia sendiri, Direktorat Jenderal PPM dan PLP hingga akhir
Desember 1991 telah mencatat 47 kasus terinfeksi AIDS. Kendati relatif masih
kecil bila dibandingkan dengan negara lain, kemungkinan perluasannya harus
sudah mulai dicegah secara dini, apalagi bila diingat bahwa sampai saat ini
belum ditemukan obat ataupun vaksin yang dapat mencegah penyebarannya.
Masalah ini menjadi topik utama Cermin Dunia Kedokteran kali ini, dimulai
dari epidemiologi dan perkembangannya, kemudian masalah diagnosis dan
pemeriksaan laboratorium yang diperlukan untuk deteksi HIV, serta hubungan-
nya dengan penyakit-penyakit lain.
Mengingat AIDS bukan semata-mata masalah medik saja, aspek lain seperti
hubungannya dengan perilaku seksual dan masalah sosial laitinya juga ikut
dibahas. Selain itu disertakanpula artikel mengenai cara-carapencegahan, ter-
utama bagi para petugas kesehatan; dan usaha penanganan masalah AIDS di
negara lain.
Sebagai penutup, disertakan pula Instruksi Menteri Kesehatan RI mengenai
kewajiban melaporkan penderita AIDS beserta Peraturan Pelaksanaannya.
OLH
Cermin Dunia Kedokteran menerima naskah yang membahas berbagai sesuai dengan urutan pemunculannya dalam naskah dan disertai keterangan
aspek kesehatan, kedokteran dan farmasi, juga hasil penelitian di bidang- yang jelas. Bila terpisah dalam lembar lain, hendaknya ditandai untuk meng-
bidang tersebut. hindari kemungkinan tertukar. Kepustakaan diberi nomor urut sesuai dengan
Naskah yang dikirimkan kepada Redaksi adalah naskah yang khusus untuk pemunculannya dalam naskah; disusun menurut ketentuan dalam Cummulated
diterbitkan oleh Cermin Dunia Kedokteran; bila telah pernah dibahas atau Index Medicus dan/atau Uniform Requirements for Manuseripts Submitted
dibacakan dalam suatu pertemuan ilmiah, hendaknya diberi keterangan menge- to Biomedical Journals (Ann Intern Med 1979; 90 : 95-9). Contoh:
nai nama, tempat dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut. Basmajian JV, Kirby RL. Medical Rehabilitation. 1st ed. Baltimore. London:
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris; bila menggunakan William and Wilkins, 1984; Hal 174–9.
bahasa Indonesia, hendaknya mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang Weinstein L, Swartz MN. Pathogenetic properties of invading microorganisms.
berlaku. Istilah media sedapat mungkin menggunakan istilah bahasa Indonesia Dalam: Sodeman WA Jr. Sodeman WA, eds. Pathologic physiology: Mecha-
yang baku, atau diberi padanannya dalam bahasa Indonesia. Redaksi berhak nisms of diseases. Philadelphia: WB Saunders, 1974; 457-72.
mengubah susunan bahasa tanpa mengubah isinya. Setiap naskah harus di- Sri Oemijati. Masalah dalam pemberantasan filariasis di Indonesia. Cermin
sertai dengan abstrak dalam bahasa Indonesia. Untuk memudahkan para pem- Dunia Kedokt. l990 64 : 7-10.
baca yang tidak berbahasa Indonesia lebih baik bila disertai juga dengan abstrak Bila pengarang enam orang atau kurang, sebutkan semua; bila tujuh atau lebih,
dalam bahasa Inggris. Bila tidak ada, Redaksi berhak membuat sendiri abstrak sebutkan hanya tiga yang pertama dan tambahkan dkk.
berbahasa Inggris untuk karangan tersebut. Naskah dikirimkan ke alamat : Redaksi Cermin Dunia Kedokteran
Naskah diketik dengan spasi ganda di atas kertas putih berukuran kuarto/ P.O. Box 3105
folio, satu muka, dengan menyisakan cukup ruangan di kanan-kirinya, lebih Jakarta 10002
disukai bila panjangnya kira-kira 6 - 10 halaman kuarto. Nama (para) pe- Pengarang yang naskahnya telah disetujui untuk diterbitkan, akan diberitahu
ngarang ditulis lengkap, disertai keterangan lembaga/fakultas/institut tempat secara tertulis.
bekerjanya. Tabel/skema/grafik/ilustrasi yang melengkapi naskah dibuat sejelas- Naskah yang tidak dapat diterbitkan hanya dikembalikan bila disertai dengan
jelasnya dengan tinta hitam agar dapat langsung direproduksi, diberi nomor amplop beralamat (pengarang) lengkap dengan perangko yang cukup.
PENDAHULUAN ini sudah ada 150 negara yang mempunyai Panitia Nasional
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Sin- Pencegahan AIDS dan 151 negara meminta bantuan WHO, 106
droma Kekurangan Kekebalan), pertama kali dilaporkan pada negara telah mendapat bantuan teknis dan finansial, 40
tahun 1981 di Amerika Serikat, dan dalam waktu relatif pertemuan ahli, dan berbagai buku pedoman AIDS.
singkat telah menyebar ke 175 negara di dunia. Jumlah kasus Di Indonesia Panitia Penanggulangan AIDS dibentuk ber-
AIDS yang dilaporkan oleh WHO (1 Desember 1989) adalah dasarkan suatu Surat Keputusan Menteri Kesehatan bulan Juli
189.165 orang (1 Desember 1989) : (Weekly Epidemiological 1987, beranggotakan para pejabat di dalam maupun di luar
Record, WHO, No. 48) tersebar di Amerika 131.250, di instansi Departemen Kesehatan yang terkait, dan telah
Afrika : 36.486, di Eropa : 28.747, di Oseania (Australia, melakukan berbagai kegiatan seminar, lokakarya, studi dan
New Zealand) : 1.701 dan di Asia : 481. Di negara maju penelitian.
dilaporkan kasus AIDS diperkirakan mencapai 80–90%
sedangkan di negara-negara berkembang masih dianggap PATOLOGI KEKURANGAN KEKEBALAN (AIDS) DAN
underreported, underdiagnosed, underrecognized. Sehingga PENULARANNYA
angka sebenamya dari kasus AIDS di dunia diperkirakan Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk membasmi
sudah mencapai 250.000 orang, dengan angka infeksi AIDS 0.5 suatu infeksi dari benda asing, misalnya : virus, bakteri, bahan
– 1.0 juta orang. Dampaknya dalam waktu lima tahun kimia, dan jaringan asing dari binatang maupun manusia lain.
mendatang adalah jumlah kasus AIDS baru dapat mencapai Mekanisme ini disebut sebagai tanggap kebal (immune
angka 1 juta. response) yang terdiri dari 2 proses yang kompleks : yaitu
Situasi AIDS sekarang ini sebenamya merupakan akibat kekebalan humoral dan kekebalan cell-mediated.
dari suatu proses penyebaran virus AIDS (yaitu HIV : Human Virus AIDS (HIV) mempunyai cara tersendiri sehingga
Immunodeficiency Virus) paling tidak semenjak tahun 1970, dapat menghindari mekanisme pertahanan tubuh. "ber-aksi"
(bahkan mungkin semenjak tahun 1959, karena darah pen- bahkan kemudian dilumpuhkan. Virus AIDS (HIV) masuk ke
duduk Zaire pada tahun itu telah positif terhadap AIDS). Virus dalam tubuh seseorang dalam keadaan bebas atau berada di
AIDS ditemukan pertama kali pada tahun 1983 sebagai dalam sel limfosit. Benda asing ini segera dikenal oleh sel T
retrovirus dan disebut HIV–1. Pada tahun 1986 di Afrika helper (T4), tetapi begitu se), T helper menempel pada benda
ditemukan lagi retrovirus baru yang dibeni nama HIV-2. HIV– asing tersebut, reseptor sel T helper .tidak berdaya; bahkan
2 dianggap virus yang kurang patogen dibanding dengan HIV– HIV bisa pindah dari sel induk ke dalam sel T helper tersebut.
1 dan untuk memudahkan keduanya disebut sebagai HIV. Pada Jadi, sebelum sel T helper dapat. mengenal benda asing HIV, ia
tahun 1987 WHO masih menganggap bahwa HIV adalah lebih dahulu sudah dilumpuhkan. HIV kemudian mengubah
"
merupakan suatu retrovirus di alam yang penyebaran fungsi reseptor di permukaan sel T helper sehingga reseptor ini
geografisnya belum diketahui". Tabun 198,8 WHO mulai dapat menempel dan melebur ke sembarang sel lainnya
menangani masalah AIDS dengan membentuk suatu. panitia sekaligus memindahkan HIV. Fungsi T helper dalam
internasional yang mencetuskan GPA (Global Program on mekanisme pertahanan tubuh sudah dilumpuhkan, genom dari
AIDS) yang intinya adalah mencegah penularan baru HIV, HIV – proviral DNA – dibentuk dan diintegrasikan pada DNA
membantu upaya pengobatan penderita dan mengkoordinasi sel T helper sehingga menumpang ikut berkembang biak sesuai
upaya internasional dan nasional pencegahan AIDS. Sekarang dengan perkembangan biakan sel T helper. Sampai
RINGKASAN
HIV (Human Immunodeficiency Virus), virus penyebab penyakit AIDS, melumpuhkan
sistem kekebalan tubuh. Sel Target, T helper (T4) diserang sehingga sel ini tidak mampu
memulai rantai pembentukan antibodi seluler maupun humoral.
Infeksi HIV bersifat laten, seumur hidup. RNA dari HIV membentuk proviral DNA
yang mampu berintegrasi menjadi satu bagian dengan DNA sel induk. Perkembangbiakan
proviral DNA mengikuti perkembangbiakan sel induk. Setelah masa inkubasi 5–10 tahun,
dan akibat dari suatu faktor pencetus yang belurn diketahui sampai sekarang, bagian LTR
genome DNA mulai aktif membentuk RNA dari HIV generasi baru.
Setelah 2–3 bulan infeksi HIV, baru timbul IgM dan IgG anti HIV dalam darah
penderita. Diagnosis klinik penderita AIDS secara dini sangat sulit. Cara yang penting
untuk mengetahui penderita HIV adalah dengan melakukan pemeriksaan laboratorium
serologik, secara ELISA dan Western blot. Hasil pemeriksaan perlu diintcrpretasi secara
hati-hati, karena dapat memberikan hasil false positive maupun false negative.
KALENDER PERISTIWA
October 11 – 15, 1992 – Kongres Nasional Ikatan Farmakologi Indonesia ke VIII
Hotel Pangeran Beach, Padang, INDONESIA
Secr..: Laboratorium Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas,
Jl. Perintis Kemerdekaan
Padang 25128, INDONESIA
PENDAHULUAN ulang bakteri patogen pada usia sangat dini. Pada prinsipnya
Sendi merupakan organ tubuh yang unik, karena dapat ditemukan kadar semua imunoglobulin utama sangat rendah,
terserang atau berhubungan dengan berbagai penyakit. Hingga kegagalan membentuk antibodi spesifik dan penyakit ini di-
saat ini telah dikenal lebih dari 100 penyakit sendi. Sebagian di turunkan secara X-linked resesif(3).
antaranya menyerang langsung komponen sendi, seperti pada Gambaran kliniknya sebagai berikut: Pada awal kehidupan
artritis reumatoid yang menyerang sinovia, penyakit sendi maka neonatus akan tampak sehat selama beberapa bulan oleh
degeneratif (osteoartritis) yang merusak rawan sendi, me- karena masih adanya antibodi maternal yang didapat secara
numpuknya kristal asam urat pada penyakit gout; pada tranplasental. Setelah itu anak aka') mengalami infeksi bakteri
sebagian lain didapatkan sinovitis yang tidak khas dan berbagai patogen berulang seperti pneumokokus, Haemophilus influen-
keadaan lain yang belum jelas gambaran patologiknya. zae, streptokokus dan meningokokus. Terjadi proses infeksi
Penyebab penyakit sendi beraneka ragam; yang telah di- dalam berbagai tingkat seperti septikemia, meningitis, infeksi
ketahui antara lain : proses imunologik yang melibatkan jaring- saluran napas (otitis media, bronkitis dan pneumoni). Akibat
an ikat (Artritis rematoid, SLE, Skelorosis sistemik dan lain- infeksi saluran napas berulang akan terjadi bronkitis kronik dan
lain), yang berhubungan dengan faktor imunogenetik (Spondili- bronkiektasis. Keadaan ini akan menjadi penyebab utama kema-
tis ankilosa; penyakit Reiter, artritis psoriatik, artritis pada pe- tian akibat gagal napas, yang biasanya terjadi pada dekade 3 atau
nyakit intestinal kronik), proses degeneratif (osteoartritis), aid 4. Berbeda dengan defisiensi imunitas humoral lainnya maka
bat infeksi langsung (bakteri, virus, jamur, parasit), akibat pada penyakit ini jarang dijumpai gangguan gastrointestinal.
infeksi tidak langsung (artritis reaktif misalnya : demam Komplikasi lainnyaberupaensefalomielitis yang berakibat fatal,
rematik), akibat kristal (gout, pseudogout), akibat gangguan tetapi dapat diobati dengan pemberian gammaglobulin dosis
endokrin, yang berhubungan dengan penyakit defisiensi imun, tinggi secara intravena.
akibat neoplasma, gangguan neuropatik, berhubungan dengan Artritis dijumpai pada 20 sampai 40 persen kasus. Gam-
penyakit tulang (osteoporosis, osteomalasi), trauma (tendinitis, barannya tidak spesifik, menyerang satu sendi atau lebih.
bursitis) dan lain-lain(1).
Dad sejumlah penyakit defisiensi imun yang dikenal, maka SELECTIVE IgA DEFICIENCY
artritis ditemukan path 4 jenis defisiensi imun, yaitu pada X- Ialah keadaan di mana kadar IgA serum kurang dari 0.05
linked Agammaglobulinemia (XLA, Bruton-type Agammaglo- mg/ ml disertai dengan peningkatan kadar IgG dan IgM. Pada
bulinemia), Selective IgA deficiency, Common Variable Immu- Lupus Eritematosus Sistemik keadaan seperti ini ditemukan 10
nodeficiency (CVID, Adult-Acquired Agammaglobulinemia) kali lebih banyak dari populasi normal(3).
dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) (2). Gambaran kliniknya berupa infeksi berulang pada saluran
napas dan saluran cerna. Tidak seperti pada pasien dengan
X-LINKED AGAMMAGLOBULINEMIA panhipogamaglobulinemia, gangguan saluran napas pada selec-
Ialah keadaan defisiensi imun yang terbatas hanya path tive IgA deficiency tidak sampai menimbulkan destruksi bron-
defek sistem limfosit B yang karakteristik dengan infeksi ber- kopulmoner. Duapertigapenderita mengalami gangguan gastro-
PENDAHULUAN – transfusi darah dan komponen darah (faktor VIII untuk he-
Sejak ditemukannya kasus AIDS pertama di Amerika Seri- mofilia).
kat pada tahun 1981, penyakit ini telah menyebar dengan cepat – alat suntik/jarum suntik yang dipakai berulang-ulang tanpa
ke seluruh dunia sebagai pandemi. Pada 1 Juni 1989 oleh WHO disterilisasi, umumnya pada pecandu obat bius intravena, atau
telah dicatat secara resmi sebanyak 157.191 penderita AIDS jarum akupunktur, tato, tindik.
yang dilaporkan dari 149 negara, 63% dari benua Amerika, – transplantasi organ, janingan dan semen.
16% dari Afrika, 14% dari Eropa dan 1% dari Asia dan 3) Perinatal dari ibu ke janin/bayi.
Oceania. Jumlah kasus sebenamya diperkirakan jauh lebih – selama dalam kandungan
besar yaitu 500.000 penderita yang kebanyakan tidak tercatat. – waktu persalinan
Hingga sekarang dan mungkin dalam beberapa tahun men- − waktu menyusui.
datang masih belum akan ditemukan obat yang dapat menyem- Secara global terdapat tiga pola epidemiologi yang berbeda.
buhkan dengan tuntas penyakit AIDS tersebut maupun vaksin
yang mampu mencegah terjadinya infeksi. Oleh karena itu Pola 1.
satusatunya cara penanggulangan AIDS pada waktu ini ialah Penularan terbanyak terjadi pada pria homoseksual atau
mencegah terjadinya penularan lebih Ian jut. Untuk dapat biseksual dan pecandu obat bius. Hanya sebagian kecil (1%)
melaksakaan pencegahan yang efektif tersebut maka sangat penularan melalui kontak heteroseksual. Perbandingan jumlah
perlu diketahui cara transmisi human immunodeficiency virus kasus pria dengan wanita berkisar antara 10 : 1. Transmisi
(HIV) dari satu penderita ke penderita lainnya, faktor-faktor melalui tranfusi darah atau produk darah sekarang sudah dapat
yang mempermudah terjadinya penularan, serta hubungannya diatasi dengan cara pemeriksaan rutin donor darah.
dengan penyakit menular seksual (PMS) lainnya. Pola epidemi ini terdapat di Amerika Utara, Eropa Barat,
Australia dan Selandia Baru.
EPIDEMIOLOGI Pola 2.
Cara penularan Penularan terjadi kebanyakan melalui kontak
Human immunodeficiency virus (HIV) dapat diisolasi dari heteroseksual; oleh karenanya rasio penderita pria dan wanita
bermaca-macam cairan tubuh, seperti darah, semen (cairan berkisar 1 : 1. Dengan banyaknya kasus wanita, kemungkinan
sperma), air liur, air susu ibu, urin, getah serviks dan vagina. penularan perinatal akan lebih sering dijumpai.
Akan tetapi yang terbukti dapat memberikan penularan Pola ini terdapat di Afrika dan beberapa negara Karibia.
hanyalah darah, semen serta getah serviks dan vagina. Pola 3.
Berdasar pengamatan epidemiologis di seluruh dunia, Transmisi terjadi secara homoseksual dan heteroseksual,
dapat disimpulkan 3 modus transmisi HIV yaitu : dan sebagian kecil melalui transfusi darah atau produk darah
1) Hubungan seksual (homoseksual atau heteroseksual). yang diimpor sebelum tahun 1986.
2) Parenteral Pola ini terdapat di Asia, Eropa Timur dan Timur Tengah.
Masalah Penyimpangan
Perilaku Seksual Pemuda Remaja
di Kota-kota Besar di Jawa
Moh. Ramly Bandy, SKM
Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan R.I., Jakarta
ABSTRAK
Pemuda remaja yang sehat dan kreatif sangat pentingartinya bagi hari depan suatu
bangsa dan negara, karena sebagai insan yang produktif, pemuda remaja merupakan
kekuatan yang memiliki potensi yang besar. Garis-garis Besar Haluan Negara (BHGN)
1988 menegaskan perlunya pembinaan dan pengembangan generasi muda Indonesia
menjadi kader pembangunan yang sehat dan kreatif.
Penyimpangan perilaku seksual di kalangan pemuda remaja di kota-kota besar cukup
mengkhawatirkan para orang tua dan masyarakat Indonesia yang religius, karena tindakan
demikian jelas dilarang oleh agama dan adat istiadat. Dan pada gilirannya akan merusak
atau menghambat pembangunan bangsa dan negara.
Dari hasil beberapa penelitian diketahui bahwa penyimpangan perilaku seksual di
kalanga pemuda remaja cukup tinggi. Mereka yang sudah melakukan senggama sebelum
menikah berkisar dari 6,8% sampai 87,0% di DKI Jakarta dan 6,3% – 26,35% di DI
Yogyakarta. Faktor motivasi melakukan senggama terbesar adalah alasan karena suka
sama suka 74% – 76% dan kebutuhan biologik 10% – 12%. Sedangkan faktor latar
belakang yang paling banyak mempengaruhinya adalah kebiasaan baca buku porno dan
nonton blue film 54,3% dan 49,2%, kemudian faktor kurang taat pada nilai agama 19,8%
dan 26,2%.
Telah terjadi pergeseran nilai atau norma dalam sikap dan perilaku seksual di
kalangan pemuda remaja bila dibandingkan dengan nilai atau norma yang dianut sebagian
besar masyarakat Indonesia yang religius yang taat dan patuh pada ajaran agamanya dan
adat istiadatnya
Sedangkan jumlah pemuda remaja yang sudah melakukan dan dengan teman biasa 2,9%. Alasan sikap setuju bersenggama
senggama sebelum menikah di DKI Jakarta menurut hasil pe- sebelum menikah yang dikemukakan oleh kaum pemuda remaja
nelitian Badan Litbangkes tersebut adalah sebanyak 135 orang tersebut adalah menyalurkan cinta - 81,4%, selami hati masing-
dari 1986 yang menjawab pertanyaan (= 6,8%). DI Yogyakarta, masing - 8,4%, cari kepuasan -6,9% dan alasan lain-lain - 3,3%.
datanya adalah 125 orang dari 1985 yang menjawab pertanyaan
(= 6,3%). Untuk kedua daerah (Jakarta + Yogyakarta) hasilnya PEMBAHASAN
adalah 6,5%. Ada beberapa teori individual yang menguraikan tentang
Ditinjau dari usia pertama kali meakkukan senggama se- latar belakang pola tingkah laku pemuda yang menyebabkan
belum menikah bagi pemuda di dua daerah DKI Jakarta dan DI timbulnya kenakalan remaja, termasuk kenakalan seksual; di
Yogyakarta, hasilnya adalah 9,2% pada usia 10 - 14 tahun, antaranya yang penting adalah teori perkembangan. Tokoh-
49,8% pada usia 15 - 19 tahun, antara 41,0% pada usia 20 - 24 tokoh dari cabang psikologi perkembangan berpendapat bahwa
tahun. masa remaja adalah masa transisi dari periode kanak-kanak ke
Faktor pendukung (motivasi) dan faktor latar belakang periode dewasa. Dalam masa transisi ini remaja berusaha men-
yang mempengaruhi meaakukan senggama sebelum menikah di cari pegangan, mencari pedoman kepada nilai atau norma yang
kalangan pemuda remaja di DKI Jakarta dan DI Yogyakarta, berlaku dalam masyarakat. Karena dalam masyarakat terdapat
disajikan dalam Tabel 4 dan Tabel 5. berbagai norma (nilai), maka dalam pencarian nilai itu dapat
Tabel 4. Motivasi melakukan senggama sebelum menikah di kalangan terjadi pelanggaran sehingga remaja dipandang nakal. Dalam
Pemuda Remaja DKI Jakarta dan DI Yogyakarta. keadaan mencari nilai itu biasanya remaja cenderung untuk
pertama-tama berpatokan pada nilai yang berlaku di kalangan
DKI Jakarta DI Yogyakarta DKI + DIY
No. Motivasi mereka (remaja) sendiri(10).
n % n % n % Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa ungkapan teori
1. Suka sama suka 95 76,0 90 75,6 185 75,8 di atas temyata ada benarnya, yang dicoba akan dibahas dalam
2. Dibohongi 8 6,4 7 5,9 15 6,1 tulisan ini.
3. Kewajiban sebagai 3 2,4 4 3,4 7 2,9 Hasil dari beberapa penelitian perilaku seksual di kalangan
pacar
4. Alasan perkawinan 4 3,2 6 5,0 10 4,1 pemuda remaja sebelum menikah menunjukkan angka cukup
5. Kebutuhan biologik 15 12,0 12 10,1 27 11,1 tinggi; sebagai berikut :
Jumlah : 125 100 119 100 244 100
missing : 10 6 16 Persentase Tempat Penelitian Sumber Kepustakaan
6,3 % DI Yogyakarta Litbangkes 11
Tempat pemuda remaja di kedua daerah DKI Jakarta dan
DI Yogyakarta melakukan senggama sebelum menikah, adalah 6,8 % DKI Jakarta Litbangkes 11
di sekolah/kampus (4,2%), di hotel/motel (31,1%), di rumah 26,35 % DI Yogyakarta PSK-UII 8
sendiri/ pacar (28,1%), di tempat kost/rumah teman (21,3%) Yogyakarta
dan di taman, mobil dan lain-lain (15,3%). 87,0 % DKI Jakarta Affandi B dkk 6, 7
Sikap setuju kaum pemuda remaja dan kedua daerah DKI
Jakarta dan DKI Yogyakarta terhadap tindakan senggama se- Perilaku seksual sebelum menikah di kalangan pemuda
belum menikah adalah sebagai berikut : dilakukan dengan tu- remaja dilakukan terbanyak oleh mereka yang berumur 19 tahun
nangan 12,0%, dengan pacar 5,6%, dengan teman akrab 2,8%, ke bawah, yaitu kelompok umur SLTP dan SLTA, yaitu sebesar
PENDAHULUAN
Australia sebagai suatu negara yang berdekatan dengan
Indonesia,selama ini telah melaporkan 2.800 kasus AIDS (60%
adalah laki-laki), dan 15.000 HIV positif. Usaha pencegahan
penyakit AIDS di negara ini dinyatakan yang terbaik dan telah
berhasil,karena prevalensi HIV pada homoseks dan biseks
menurun, meskipun pada IVDU (Intravenous Drug User)
masih tetap.
Tertarik akan hal ini maka kami telah dikirim oleh IAKMI
Ratan Ahli Kesehatan Masyarakat) selama 3 minggu ke negara
Kangguru ini untuk mempelajari upaya penanggulangan AIDS
yang telah mereka kerjakan selama ini.
Pengalaman pertama kami dapatkan dari melihat The Syd-
ney Gay and Lesbian Mardi Grass yang setiap tahun selalu
diselenggarakan pada tanggal 16 Februari. Parade terdiri dari
iring-iringan kendaraan hias, drumband, barisan kelompok gay
dan lesbian yang berjalan sambil menari dengan meriah selama
3 jam dan menarik sekali untuk disimak. Pala saw sisi kami
melihat para gay dan lesbian berpesta pora disko di jalanan,
menyatu dengan organisasi masyarakat dah pemerintah yang
membantu kaum ini menanggulangi AIDS. Pada sisi lainnya
terasa bahwa kelompok kecil masyarakat ini tampak sedang
menghadapi suatu masalah yaitu penyakit AIDS yang serius
sehingga penonton mau tidak mau ikut berfikir sejenak. Kami
cukup kaget melihat ada peserta pawai dari Thailand, Jepang
dan Indonesia (Bali) yang tentunya diperagakan oleh orang
Australia.
Kesan kemudian timbul bahwa penyakit AIDS ini bukan
saja masalah di Australia tetapi sudah menjadi masalah bagi
negara di sekitarnya. Peserta pawai saling memakai baju yang
.aneh-aneh seperti misalnya tampak pada gambar (Gambar 1,2). Gambar 1
(FamilyPlanningAssociation), APHA(AustralianPublicHealth
Association), AFAO (Austraian Federation of AIDS Organiza-
tion), Universitas dan lain-lain. Organisasi masyarakat ini yang
akan melaksanakan program penanggulangan AIDS pada ke-
Iompoknya.
Pada umumnya aktivitas mereka dapat dibagi menjadi 3
bagian utama yaitu : community support, community service, dan
Gambar 2
information service. Pembagian lebih lanjut ke aktivitas lebih
spesifiktergantungbesarkecilnyaorganisasi tersebut. Sedangkan
Kami ingat bahwa sebagian besar kaum gay di Indonesia pemerintah negara bagian bertugas menentukan policy,
masih sangat tertutup, sebagian waria sudah mulai terbuka. Iden- monitoring dan evaluasi semua kegiatan penanggulangan AIDS
titas diri sebagai gay atau waria masih belum sepenuhnya di daerahnya, yang mendapat bantuan pemerintah.
diterima oleh masyarakat kita. Sehingga pada umumnya mereka Hal ini bisa terjadi mengingat timbulnya AIDS di Australia,
hanya dapat melakukan kontak sosial di dalam kelompoknya yang dimulai pada tahun 1960/70 setelah terjadi perubahan peri-
saja. Proses psikologis sebagai akibat keadaan tersebut dapat laku seksual gay di Sydney dari oral seks menjadi anal seks
berupa frustrasi, depresi bahkan marah. Hubungan dengan ke- sebagai akibat pengaruh gay di Amerika. Pada tahun 1980 di
lompok di luar mereka menjadi lebih sulit karena perilaku kalangan gay sendiri telah tersebar berita mengenai timbulnya
mereka mengarah ke penolakan (rejection), yang menimbulkan penyakit AIDS di Amerika yang menimpa kaum homoseks.
istilah "kita dan mereka". Proses psikologis ini bila menjadi Berita ini menjadi kenyataan pada tahun 1981 dengan ditemukan-
parah dapat berkembang menjadi homophobia baik bagi orang nya kasus pertama AIDS di Australia. Kegelisahan yang telah
luar maupun dirinya yang secara ekstrem dapat cenderung ke memuncak dan melihat pemerintah belum melalukan tindakan,
perbuatan bunuh diri. Keesokan harinya kami mulai mengun- maka terjadilah suatu Big Public Meeting dari semua kelompok
jungi satu persatu berbagai macam organisasi masyarakat maupun risiko tinggi. Mereka berhasil membentuk kelompok-kelompok
pemerintah. Secara garis besar, organisasi penanggulangan masyarakat risiki tinggi AIDS seperti kelompok gay, IVDU
AIDS di Australia dapat dilihat pada bagan dibawah ini. (Intravenous Drug User), Sex Worker (WTS) dan lain-lain.
Dari pemerintah pusat penanganan AIDS dibagi dua yaitu Kelompok ini mempunyai anggota dan ketua yang sangat aktif.
melalui AIDAB dan melalui pemerintah negara bagian (State Kelompok masyarakat risiko tinggi AIDS meminta pemerintah
dan Territory). Melalui AIDAB disalurkan bantuan ke organi- segera mengambil tindakan pencegahan AIDS. Hasilnya mereka
sasi masyarakat seperti ACON (AIDS Council of New South kemudian melalukan pertemuan dengan pemerintah dan me-
Wales), DRIC (Drug Referral and Information Centre), FPA mutuskan bahwa pemerintah akan membantu program kelom-
Rachmat Juwono
Tim Medik AIDS RSUD Dr.Soetomo/Fakultas Kedokteran Unair
Surabaya
ABSTRAK
Penyalahgunaan obat (narkotik dan psikotropik) adalah suatu penggunaan obat di
luar pengawasan medik yang dapat menimbulkan keadaan yang talc terkuasai oleh
individu, atau yang menimbulkan suatu keadaan yang dapat membahayakan/mengancam
masyarakat. Penyalahgunaan obat dapat mengakibatkan ketergantungan obat. Dalam
upaya penyuluhan kesehatan masyarakat, ingin diketahui jenis obat yang disalahgunakan,
tujuan penyalahgunaan dan asal that.
Untuk mendapatkan informasi tersebut, telah dilakukan penelitian deskriptif dengan
metoda wawancara berpedoman pada kuesioner. Responden meliputi semua pasien
ketergantungan obat (lama dan baru) yang telah dapat diwawancarai dan sedang dirawat
di RSKO, Inabah 1 dan Inabah 13 mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Oktpber
1990. Selama jangka waktu penelitian didapat 19 pasien di RSKO, 30 pasien di Inabah 1
dan 20 pasien di Inabah 13, semuanya pria.
Dari hasil penelitian diambil kesimpulan :
1. Obat yang disalahgunakan persentase terbesar psikotropikadan penggunaannya
tidak terpisahkan dari minuman keras.
2. Tujuan penyalahgunaan obat pada awalnya karena ingin tahu/mencoba, kemudian
berlanjut menjadi ketergantungan.
3. Asal obat yang disalahgunakan persentase terbesar dari kelompok (gang) dan
sebagian kecil dari memalsu resep/membeli di apotek.
Great men never feel great, small men never feel small
Instruksi Menteri Kesehatan RI
No. 72/Menkes/Ins/II/1988 tentang
Kewajiban Melaporkan Penderita dengan
Gejala AIDS
Menimbang :
a. bahwa penyakit acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) merupakan masalah kesehatan inter-
nasional yang penting dan segera hams ditanggulangi.
b. bahwa penduduk Indoensia perlu dilindungi dari bahaya penyakit tersebut oleh karena itu penanggu-
langannya harus dilaksanakan secara terpadu dart lintas sektoral.
c. bahwa untuk mencegah penularan dan penyebaran AIDS di Indonsia perlu dilakukan upaya me-
nemukan sedini mungkin setiap penderita dengan gejala AIDS di saran pelayanan kesehatan.
d. bahwa untuk menemukan sedini mungkin penderita dengan gejala AIDS di masyarakat perlu
ditingkatkan pengumpulan data yang lengkap dan terus-menerus.
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan (Lembaran Negara Tahun
1960 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2068).
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintah di Daerah (Lembaran Negara
Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037).
3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun
1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3273).
Memutuskan :
Menetapkan : Keputusan Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular Dan Penyehatan Ling
kungan Pemukiman Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kewajiban Melaporkan Penderita
dengan Gejala AIDS.
BAB I
Ketentuan Umum
Pasal 1.
Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan :
1. Laporan W1, adalah laporan yang berlaku bagi Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan telah biasa
digunakan untuk Kejadian Luar Biasa/Wabah serta diperuntukkan bagi penderita tersangka AIDS
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 1 keputusan ini.
2. Laporan penderita dengan sero-positif, adalah laporan yang berlaku bagi laboratorium yang
digunakan untuk Kejadian Luar Biasa/Wabah serta ditujukan bagi penderita dengan sero positif AIDS
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II keputusan ini.
BAB II
Maksud dan Tujuan
Pasal 2.
Māksud dan tujuan keputusan ini adalah untuk menemukan sedini mungkin penderita dengan gejala
AIDS di masyarakat dan melakukan penyelidikan epidemiologis sebagai upaya pencegahan terhadap
penularan dan penyebaran AIDS di Indonsia.
BAB III
Tata Cara Pelaporan
Pasal 3.
Prosedur -pelaporan untuk kejadian AIDS (acquired im»u no deficiency syndrome.) menggunakan
formulir laporan kejadian luar biasa Wabah (W1) dan laporan penderita dengan seropositif yang harus
dilaporkan dalam kurun waktu 24 jam dengan dilampiri laporan rincian mengenai kejadian tersebut dalam
bentuk sebagaimana dimaksud dalam lampiran III keputusan ini.
Pasal 4.
Pengisian formulir W1 dan laporan penderita dengan sero-positif AIDS beserta laporan rincian mengenai
kejadian AIDS oleh sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta harus memperhatikan
kerahasiaan pribadai penderita dan keluarganya.
Pasal 5.
1. Laporan W1 tentang penderita tersangka AIDS dan laporan penderita dengan sero-positif AIDS
dialamatkan kepada Kepala Direktorat Epidemiologi dan Imunsasi, Direktorat Jenderal PPM dan PLP,
Jalan Percetakan Negara No. 29, Jakarta Pusat, dengan membubuhkan tanda RAHASIA pada amplop
pengirim laporan tersebut di bagian kiri sebelah atas.
2. Laporan yang dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan melalui Telepon 410611 atau melalui Telex
49310 - PPM - PLP INA.
3. Laporan yang dimaksud dalam ayat (2) harus disusul dengan laporan secara tertulis sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1).
Pasal 6.
Tembusan dari laporan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5, ditujukan kepada :
1. Ka Kanwil/Kepala Dinas Kesehatan Dati I Propinsi yang bersangkutan.
2. Ka Kandep/Kepala Dinas Kesehatan Dati II Kabupaten yang bersangkutan.
BAB IV
Rujukan
Pasal 7.
1. Kepada semuaKepala Unit Kesehatan diharuskan melakukan rujukan bagi setiap penderita tersangka
AIDS kepada Laboratorium tertentu untuk menentukan dan menegakkan diagnosis positif AIDS.
2. Daftar laboratorium yang mampu melakukan pemeriksaan AIDSsebagaimana disebut dalam lampir-
an IV keputusan ini.
3. Daftar Laboratorium sebagaimana disebutkan dalam ayat (2) akan terus bertambah sesuai dengan
kemajuan dan perkembangan laboratorium; oleh karena itu daftar ini akan selau ditinjau kembali.
BAB VI
Penderita Dengan Kewarganegaraan Asing
Pasal 9.
Terhadap penderita sero-positif AIDS/tersangka AIDS dengan kewarganegaraan asing diperlukan
tindak lanjut yang menyangkut kepentingān warganegara asing tersebut dengan bekerjasama baik dengan
Kedutaan/Perwakilan Negara yang bersangkutan maupun dengan Departemen Luar Negeri R.I. dalam
upaya memelihara hubungan baik antar bangsa dan negara.
BAB VII
Penutup
Petunjuk pelaksanaan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 2 Juni 1988
Direktur Jenderal PPM dan PLP.
ttd
Catatan :
Sekalipun kriteria di atas dipenuhi, kasus tidak dianggap sebagai kasus AIDS kalau tes terhadap HIV
negatif.
Gejala Major
a. Penurunan berat ada lebih dari 10%
b. Diarekronik lebih clari satu bulan
c. Demam lebih dari satu bulan (kontinyu atau intermiten).
Gejala Minor
a. Batuk lebih dari satu bulan
b. Dermatitis pruritik umum
c. Herpes zoster rekurens
d. Kandidiasis orofarings
e. Limfadenopati umum
f. Herpes simpleks diseminata yang kronik progresif.
Gejala Mayor
a. Penurunan berat badan atau pertumbuhan lambat yang abnormal.
b. Diare kronik lebih dari satu bulan.
c. Demam lebih dari satu bulan.
Gejala Minor
a. Limfadenopati umum.
b. Kandidiasis orofarings.
c. Infeksi umum yang berulang (otitis, faringitis dan sebagainya).
d. Batuk persisten.
e. Dermatitis umum.
f. Infeksi HIV maternal.
Definisi di atas khusus untuknegara-negara Afrika yang mungkin tidak sesuai untuk diterapkan di
Indonesia namun dapat digunakan sebagai rujukan.
Untuk keperluan survailans AIDS di Indonesia digunakan definisi WHO/CDC sebagai pedoman. Sesuai
dengan basil Inter Country Consultation Meeting WHO di New Delhi, tgl. 30 - 31 Desember 1985,
dianggap perlu bahwa kasus-kasus pertama yang akan dilaporkan sebagai AIDS kepada WHO harus
mendapat konfirmasi dengan Elisa dan Western Blot.
DIREKTUR JENDERAL
PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN,
MENIMBANG : Bahwa untuk memenuhi ketentuan sebagaimana tersebut dalam amar ke tiga Instruksi Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 72/Menkes/Inst/II/1988 tanggal 11 Pebruari 1988 tentang
Kewajiban Melaporkan Penderita Dengan Gejala AIDS, perlu ditetapkan Keputusan Direktur Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman tentang Petunjuk Pelak-
sanaan Kewajiban Melaporkan Penderita Dengan Gejala AIDS.
MENGINGAT : 1. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1980 tentang Pokok-pokok Kesehatan.
2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
MEMPERHATIKAN : 1. Surat Direktur Jenderal PPM dan PLP Nomor : 3800-II/HM.01.01.ST tanggal 17 September 1985
perihal AIDS.
2. Hasil-hasil pertemuan dan rapat-rapat Panitia Nasional AIDS.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN
PENYEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN KE-
WAJIBAN MELAPORKAN PENDERITA DENGAN GEJALA AIDS.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan :
(1) Laporan W1, adalah laporan yang berlaku bagi Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan telah biasa digunakan untuk Kejadian
Luar Biasa Wabah serta diperuntukkan bagi penderita tersangka AIDS sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I Keputusan
ini.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Maksud dan keputusan ini adalah untuk menemukan sedini mungkin penderita dengan gejala AIDS di masyarakat dan melkkukan
penyelidikan epidemiologis sebagai upaya pencegahan terhadap penularan dan penyebaran AIDS di Indonsia.
BAB III
TATA CARA PELAPORAN
Pasal 3
Prosedur pelaporan untuk kejadian AIDS (acquired immuno deficiency syndrome) menggunakan formulir laporan Kejadian Luar
Biasa/Wabah (W 1) dan laporan penderita dengan sero-positif AIDS yang hams dilaporkan dalam kurun waktu 24 jam dengan
dilampiri laporan rincian mengenai kejadian tersebut dalam bentuk sebagaimana dimaksud dalam lampiran III keputusan ini.
Pasal 4
Pengisian formulir W1 dan laporan penderita dengan sero-positif AIDS beserta laporan rinciannya mengenai kejadian AIDS oleh
Sarana Pelayanan Kesehatan baik pemerintah maupun swasta hams memperhatikan kerahasiaan pribadi penderita dan keluarganya.
Pasal 5
(1) Laporan W1 tentang penderita tersangka AIDS dan laporan penderita dengan sero-positif AIDS dialamatkan kepada Kepala
Direktorat Epidemiologi dan Imunisasi, Direktorat Jenderal PPM dan PLP, Jalan Percetakan Negara No. 29, Jakarta Pusat,
dengan membubuhkan tanda RAHASIA pada amplop pengiriman laporan tersebut di bagian kiri sebelah atas.
(2) Laporan yang dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan melalui Telepon 410611 atau melalui Telex 49310 — PPM-PLP NA.
(3) Laporan yang dimaksud dalam ayat (2) hams disusul dengan laporan secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Pasal 6
Tembusan dari laporan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5, ditujukan kepada :
1. Ka Kanwil/Kepala Dinas Kesehatan Dati I Propinsi ybs.
2. Ka Kandep/Kepala Dinas Kesehatan Dati II Kabupaten ybs.
BAB IV
RUJUKAN
Pasal 7
(1) Kepada semua Kepala Unit Kesehatan diharuskan meaakukan rujukan bagi setiap penderita tersangka AIDS kepada
laboratorium tertentu untuk menenukan dan menegakkan diagnosa positif AIDS.
(2) Daftar laboratorium yang mampu melakukan pemeriksaan AIDS sebagaimana disebut dalam lampiran IV keputusan ini.
(3) Daftar laboratorium sebagaimana disebutkan dalam ayat (2).akan terns bertambah sesuai dengan kemajuan dan perkembangan
laboratorium; oleh karena itu daftar akan selalu ditinjau kembali.
BAB V
KRITERIA KLINIS DALAM DIAGNOSA AIDS
Pasal 8
Kriteria Klinis dalam diagnosis sebagaimana dimaksud dalam lampiran V keputusan ini.
BAB VI
PENDERITA DENGAN KEWARGANEGARAAN ASING
Pasal 9
Terhadap penderita positif AIDS/tersangka AIDS dengan kewarganegaraan asing diperlukan tindak lanjut yang menyangkut
kepentingan warganegara asing tersebut dengan bekerjasama baik dengan kedutaan/Perwakilan Negara yang bersangkutan maupun
dengan Departemen Luar Negeri R.I. dalam upaya memelihara hubungan baik antar bangsa dan negara.
BAB VII
PENUTUP
Petunjuk pelaksanaan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 2 Juni 1988
ttd
3. Negara ASEAN yang terbanyak melaporkan kasus AIDS : 8. Desinfektan yang efektif untuk membunuh HIV :
a) Indonesia a) Alkohol
b) Singapura b) Lisol3%
c) Malaysia c) Formalin 1%
d) Thailand d) Na-hipokiorit 0,5%
e) Filipina e) Semua efektif
4. Penularan melalui hubungan homoseksual terutama terjadi 9. Laporan adanya kasus tersangka AIDS dialamatkan ke :
di: a) Menteri Kesehatan
a) Afrika b) Kepala DirektoratJendral PPM dan PLP
b) Haiti c) Kepala DirektoratPenyakit Menular
c) Thailand d) Kepala DirektoratEpidemiologi dan Imunsasi
d) Brazilia e) Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kese-
e) Australia hatan
5. Infeksi yang banyak dikaitkan dengan AIDS disebabkan 10. Sterilisasi dengan cara merebus dalam air mendidih harus
oleh : dilakukan minimal selama :
a) Streptokokus a) 5 menit
b) Stafilokokus b) 10 menit
c) Pneumokokus c) 15 menit
d) Kriptokokus d) 20 menit
e) Semua benar e) 30 menit