70 % dari penampang beton bertulang biasa. Tinggi penampang beton prategang dapat juga dihitung dengan pendekatan : h= k h = tinggi balok dalam inch k = koefisien 1,5 2 M = momen lentur maksimum kip-ft 1 kip-ft = 1,356 kNm, 1kNm = 0,7375 kip-ft Misal M maksimum = 900 kNm = 900. 0,7375 kip-ft = 663,66 kip-ft h= k = 1,75 = 45,08 inch = 45,08.25,4 = 1145 mm
Disain Dengan Teori Elastik Penampang beton prategang ditentukan oleh : 1. Momen total yang menentukan terjadinya tegangan akibat beban kerja 2. Momen berat sendiri balok yang menentukan lokasi tendon (eksentrisitas ) dan tegangan yang dialihkan Konsep dasar kopel penahan pada penampang balok beton prategang dan balok beton bertulang biasa: P P
P=0
P=1
P= 3
Pada penampang balok beton bertulang, bila momen lentur bertambah, besarnya gaya C dan T bertambah sebanding, sedangkan lengan momen tidak banyak berubah Pada penampang balok prategang, akibat beban kerja, bila momen lentur bertambah, besarnya C dan T praktis tetap, sementara lengan momen a bertambah seperti pada Gambar diatas. fa
C
ya ka kb yb Fo/Ac ka kb eb Fo/Ac
c.g.c
C a min T
a max T
fb
Bila C berimpit dengan titik kern atas atau bawah maka distribusi tegangan merupakan segitiga dengan tegangan nol pada serat bawah dan serat atas. Bila C terletak dalam kern maka seluruh penampang akan mengalami tekanan. Disain dengan perbandingan M G/MT kecil (< 20%) Langkah-Langkah Disain: 1. Dari penampang disain pendahuluan, tentukan letak tendon (c.g.s) eb = amin + kb amin = eb kb = dengan MG adalah momem akibat berat sendiri; Fo merupakan gaya inisial
eb = amax - ka amax = eb + ka = F=
dan
4. Ganti penampang pendahuluan untuk memenuhi persyaratan. Ulangi langkah 1-4 bila perlu. Contoh: Disain pendahuluan ditentukan penampang beton prategang seperti tergambar. Buatlah disain akhir dengan fb = - 12,5 MPa, fo = 1035 MPa, MT = 435 kNm, MG = 55 kNm, fa = - 11 kNm, fse = 860 MPa, Fe = 826 kN.
380 mm 100 mm
100 mm
720 mm
100 mm
ka = Langkah 1
= 235 mm
eb = 55 + 235 = 290 mm Langkah 2 Gaya prategang efektif dihitung kembali Fe = Fo = Langkah 3 Ac yang diperlukan adalah Ac = Ac = Langkah 4 Ac pendahuluan masih lebih kecil dari Ac hasil perhitungan maka penampang perlu diperbesar. Coba penampang baru dengan ukuran sbb:
= 829 kN
(829) = 998 kN
= =
430 mm 100 mm
100 mm
720 mm
Ac = 158000 mm2 I = 17,64. 109 mm4 Ka =kb = 243 mm Fe = 804 kN Fo = 968 kN Ac bawah = 155000 mm2 Ac atas = 146000 mm2 Penampang Ok
100 mm
Disain dengan perbandingan M G/MT besar (>20%) Bila perbandingan MG/MT besar maka nilai eb akan menjadi besar sehingga akan menempatkan c.g.s tendon diluar batas praktis misalnya diluar penampang balok. fa
fb tegangan kondisi transfer tegangan kondisi final Langkah-Langkah Disain 1. Dari disain pendahuluan penampang, hitung letak c.g.s secara teori dengan eb kb = Bila letak tendon ini masih layak (minimum 75 mm dari serat bawah) maka ikuti prosedur pertama .Bila tidak maka letakkan c.g.s pada batas praktis terendah.
Ac = 4. Pergunakan nilai Ac yang lebih besar dan nilai Fe yang baru Contoh Buatlah disain akhir untuk penampang pada disain pendahuluan pada gambar dibawah. Dengan fb = - 12,5 MPa, fo = 1036 MPa, MT = 435 kNm, MG = 285 kNm, fa = - 11 kNm, fse = 860 MPa, Fe = 727 kN. Ac = 128.103 mm2, I = 10,87.109 mm4, ka = 148 mm, kb = 246 mm, Fe = 727 kN
460 mm
eb = 326 + 246 = 572 mm (3 mm dari serat bawah), minimum 75 mm dari serat bawah sehingga eb = 575- 75 = 500 mm 2. Fe =
Fe = Fo =
= 671 kN
(671) = 808 kN
Ac = = 129000 mm2
Ac =