Anda di halaman 1dari 23

1

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pelibatan kaum muda dalam menata dan menetapkan masa depan daerah amatlah minim. Padahal lintasan sejarah di dunia ini dengan berbagai macam peristiwa pentingnya tak pernah terlewatkan kecuali di dalamnya ada para pemuda (Eka, 2010). kontribusi kaum muda dalam setiap momentum perubahan dan pergantian rezim di negeri ini tercatat sangat rapi dalam sejarah. Karakter pemuda sangat berpotensi untuk memberikan perubahan dalam tatanan masyarakat, terkhusus daerah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Peran pemuda dalam menyatukan etnik-etnik di Sultra merupakan itikad baik sebagaimana sejarah telah mencatat bahwa pemudalah yang menyatukan bangsa Indonesia melalui sumpah pemuda pada tahun 1928. Oleh karena itu, untuk menyatukan Sultra yang berdiri satu identitas diharapkan muncul dari itikad bersama para pemuda Sultra. Jika tidak ditemukan identitas baru dalam skala provinsi Sultra yang menjadi titik temu untuk memediasi masing-masing kekuatan etnik, maka perlahan tapi pasti pembangunan daerah akan terhambat. Salah satu pemicu yang menghalangi kemajuan daerah Sultra adalah karena salah satu pihak tidak terlibat dalam merumuskan pengambilan keputusan dalam merancang pembangunan. Biasanya pihak yang tidak terlibat atau pihak yang tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan pembangunan daerah cenderung melepas tanggung jawab dan pada momentum tertentu berpotensi

menjadi penghalang. Itu sebabnya keterlibatan kolektif maupun kesadaran kolektif harus menjadi landasan utama.

1.2 Rumusan Masalah Dapatkah pemuda, menemukan identitas baru untuk Sulawesi Tenggara yang satu ditengah keragaman etnik melalui potensi karakter pemudanya?

1.3 Tujuan dan Manfaat Tujuan penilisan makalah ini adalah untuk menemukan identitas baru Sulawesi Tenggara yang satu di tengah keragaman etnik-etniknya. Sedangkan manfaat penulisan makalah ini adalah dapat memberikan informasi bagi masyarakat luas bahwa adanya titik temu yang dapat mempersatukan keragaman etnik-etnik yang ada di daerah Sultra melalui potensi karakter pemudanya.

II.

PEMBAHASAN

2.1 Identitas dan Kedudukan Pemuda Pemuda atau generasi muda merupakan konsep-konsep yang selalu dikaitkan dengan masalah nilai. Hal ini merupakan pengertian idiologis dan kultural. Didalam masyarakat pemuda merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber pemersatu bagi pembangunan bangsanya karena pemuda sebagai harapan bangsa dapat diartikan bahwa siapa yang menguasai pemuda akan menguasai masa depan (Eris, 2010). Pemuda merupakan aset yang berharga bagi masyarakat. Pemuda memiliki potensi yang lebih dalam hal fisik, intelektual maupun intelejensinya. Potensi itulah yang harus dicurahkan semaksimal dan seoptimal mungkin untuk membangkitkan dirinya dan masyarakat ini dari keterpurukan yang telah lama menyelimutinya. Sudah seharusnya seorang pemuda atau berperan aktif untuk mengubah realita tersebut. Walaupun itu adalah sesuatu yang berat, tetapi itu bukan sesuatu yang tidak mungkin diwujudkan. Sebagai konsekuensinya, butuh perjuangan yang ekstra keras dan konsisten. Itulah pemuda harapan yang mampu mengeksplorasi dan mengeksploitasi potensinya serta berjuang bersama menuju kebangkitan yang hakiki (Eka, 2010). Ada beberapa kedudukan pemuda dalam pertanggungjawabannya atas tatanan masyarakat antara lain : a) kemurnian idealismenya, b) keberanian dan keterbukaanya dalam menyerap nilai-nilai dan gagasan-gagasan yang baru, c) semangat pengabdiannya, d) sepontanitas dan dinamikanya, e) inovasi dan kereativitasnya,

f) keinginan untuk segera mewujudkan gagasan-gagasan baru, g) keteguhan janjinya dan keinginan untuk menampilkan sikap dan keperibadiannya yang mandiri, h) masih langkanya pengalaman yang dapat merelevansikan pendapat, sikap dan tindakanya dengan kenyatan yang ada (Eris, 2010). Barang siapa menguasai generasi muda, berarti menguasai masa depan suatu bangsa, demikian bunyi suatu pepatah. Berarti masa depan suatu bangsa itu terletak di tangan generasi muda. Kalau dilihat lebih mendalam, pemuda pada garis besarnya mempunyai peranan sebagai: a) agent of change, b) agent of development, c) agent of modernization. Sebagai agent of change, pemuda bertugas untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam masyarakat ke arah perubahan yang lebih baik. Sedangkan agent of development, pemuda bertugas untuk melancarkan pembangunan di segala bidang, baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Sebagai agent of modernization, pemuda bertugas dan bertindak sebagai pelopor dalam pembaharuan (Eris, 2010).

2.2 Pemuda dan Transformasi Masyarakat Banyak tokoh di dunia ini yang menghiasi masa mudanya dengan penuh perjuangan dan pergolakan. Seorang Napoleon Bonaparte, pada waktu umur 26 tahun telah mampu memimpin pasukan untuk melawan pemberontak di Perancis yang menjadikannya terkenal seantero Perancis. Begitpun Adolf Hitler, memulai karir militernya pada usia 25 tahun yang turun langsung dalam Perang Dunia I dan memulai karir politiknya pada usia 32 tahun hingga menjadi seorang kanselir Jerman pada usia 40 tahun.

Sosok-sosok pemuda yang menghiasi sejarah dunia dengan tinta emasnya. Ketika menjelang wafatnya, Rasulullah Saw. telah menunjuk dan mengangkat seorang pemuda pemberani berusia 17 tahun untuk memimpin pasukan perang yang usia para tentaranya kebanyakan di atas usianya. Dialah Usamah ibn Zaid ibn Haritsah anak maula Rasulullah Saw. Sebelumnya, pada awal Rasulullah Saw. diutus, beliau dilindungi an-nashirun muda yang sebagian besar umurnya antara 10 hingga 40 tahun. Merekalah assabiqun al-awwalun. Pada masa kekhilafahan Turki Utsmani, sejarah pun tak akan lupa dengan kisah heroik seorang pemuda berusia 24 tahun. Dia memimpin pasukan kaum muslim dan berhasil membuktikan kebenaran janji Rasulullah Saw. yaitu penaklukan konstantinopel. Dialah Muhammad al Fatih (Eka, 2010). Di Indonesia juga peran pemuda banyak dicatat dalam sejarah. Masih ingat dalam benak kita bagaimana perjuangan melawan penjajah Belanda yang banyak dihiasi oleh para pemuda. Beberapa dekade yang lalu yaitu pada tahun 1966 dan 1998, di sini membuktikan bahwa pemuda atau mahasiswa memiliki peran yang signifikan dalam sebuah transformasi masyarakat dan konstelasi perpolitikan di Indonesia dengan menjatuhkan rezim yang sedang berkuasa saat itu.

Sebagai bagian yang tak terpisahkan masyarakat, pemuda dalam hal ini, memiliki peran dan potensi tersendiri baik itu untuk menghancurkan umat maupun membangkitkan umat. Ada sebagian pemuda yang memang secara sadar dan sengaja berperan aktif dalam rangka penghancuran umat karena dirinya sudah terbeli oleh elit. Akan tetapi, ada juga yang secara tidak sadar bahwa perjuangannya itu akan

melemahkan umat dan lambat laun menuju kepada kehancuran umat. Dengan kenyataan seperti ini, tentu kita tidak ingin menjadi bagian dari proses dekonstruksi masyarakat, baik itu secara sadar maupun tidak sadar.

2.3 Karakter Pemuda Sulawesi Tenggara Definisi kata "karakter" menurut beberapa kamus bahasa Inggris: 1) Karakter adalah suatu kualitas yang dimiliki oleh seseorang yang membedakan dirinya dengan orang lain (Yayasan Lembaga Sabda, 2008). Dengan demikian dapat diartikan sebagai peranan pemuda Sultra dalam implementasi otonomi daerah. Karena paradigma otonomi daerah adalah bertolak dari asumsi bahwa cita-cita demokrasi, keadilan dan kesejahteraan bagi rakyat tidak semata-mata ditentukan oleh negara, tetapi dapat didorong dengan prakarsa sendiri. 2) Karakter adalah kualitas moral/mental seseorang yang menunjukkan identitasnya (Yayasan Lembaga Sabda, 2008). Dengan demikian dapat kita artikan bahwa peran pemuda dalam heterogenitas budaya di Sultra merupakan modal sosial maka diperlukan titik temu dan strategi agar kita dapat menemukan identitas baru untuk skala provinsi Sultra diukur dari kemampuannya melahirkan gagasan dan produktivitasnya untuk membangun daerah. 3) Karakter juga digunakan untuk menunjukkan orang macam bagaimana dia (Yayasan Lembaga Sabda, 2008). Dengan demikian dapat diartikan bahwa peran pemuda Sultra dalam memahami masyarakat Sultra yang memiliki kultural sangat beragam, kemudian dirumuskan bagaimana keragaman itu dijadikan perekat yang baik dengan demikian tentu saja dapat dikelola menjadi basis pembangunan daerah.

Menurut Suparlan (2010), bahwa ada sepuluh unsur-unsur karakter menurut orang yunani adalah: Pertama, orang Yunani percaya bahwa kebijaksanaan (wisdom) merupakan ibu dari semua kebajikan yang harus dimiliki oleh semua orang. Orang Yunani menyebut kebijaksanaan sebagai satu bentuk perilaku kehati-hatian (prudence) ketika kita akan mengambil keputusan. Dalam menentukan keputusan, kita tidak boleh sembrono, tidak sembarangan. Sebaliknya, dalam menentukan keputusan, kita harus melakukannya dengan penuh pertimbangan untuk kepentingan bagi semua pihak. Kedua, orang Yunani juga percaya bahwa keadilan (justice) merupakan kebajikan yang diperlukan untuk dapat menghormati hak semua orang, termasuk hak dan harga diri kita sendiri, penghargaan terhadap hak dan martabat bagi kita sendiri. Keadilan, menurut orang Yunani, mencakup kebajikan interpersonal untuk menjaga hubungan baik antara diri kita dengan orang lain, yaitu kejujuran, rasa hormat, tanggung jawab dan toleransi. Ketiga, adalah ketabahan (fortitude). Kebajikan ini, pada umumnya telah banyak kita lupakan. Padalah, ketabahan adalah ketangguhan batin yang memungkinkan kita dapat mengatasi masalah yang kita hadapi, menahan diri dari kesulitan, ketidaknyamanan, bahkan juga dari kemungkinan kegagalan atau kekalahan yang kita alami. Ketabahan ini erat kaitannya dengan kesabaran menghadapi semua masalah dalam kehidupan. Namun demikian, ketabahan dan kesabaran bukan berarti menyerah kalah terhadap masalah, tetapi berusaha untuk memecahkannya.

Keempat, adalah pengendalian diri (self-control). Kontrol diri atau sering kita buat akronim kodir adalah kemampuan untuk mengatur diri kita sendiri. Hal ini memungkinkan kita dapat mengendalikan amarah, mengatur nafsu bahkan nafsu seksual, menahan godaan, dan menunda kepuasan untuk mencapai tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Pengendalian diri merupakan kemampuan untuk melaksanakan sesuatu dengan perencanaan yang matang, agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Kelima, adalah kasih (love). Kasih adalah kerelaan diri untuk berkorban demi orang lain. Unsur-unsur penting dalam kebajikan kasih ini antara lain adalah empati, belas kasih, kebaikan, kemurahan hati, layanan, kepatuhan atau loyalitas, patriotisme dan kepemaafan yang semuanya menjadi keutamaan dari kasih atau cinta. Cinta kasih tanpa pamrih tidak mengharapkan balasan. Adakah kekuatan yang paling utama di alam semesta ini, jika bukan kasih? Keenam, adalah sikap positif (positive attitude). Jika kita memiliki sikap negatif dalam kehidupan ini, maka kita seperti memiliki beban yang berat bagi diri dan orang lain. Betapa tidak, karena orang lain dianggap akan selalu mencelakakan diri kita. Oleh karena itu, beban berat yang berasal dari sikap negatif itu akan merugikan diri sendiri dan orang lain juga. Unsur karakter utama yang ketujuh, adalah kerja keras (hard work). Kerja keras merupakan unsur karakter utama yang tidak dapat digantikan dengan unsur yang lain. Tidak ada orang yang berhasil dalam kehidupan ini tanpa kerja keras, karena tidak ada keberhasilan yang tiba-tiba turun dari langit. Tuhan tidak akan

mengubah nasib suatu kaum, jika kaum itu tidak mengubahnya sendiri, dengan kerja keras. Unsur karakter kerja keras meliputi inisiatif, ketekunan, penetapan tujuan yang benar, sumber-sumber daya yang cukup. Unsur karakter utama kedelapan, adalah integritas (integrity). Integritas adalah teguh dalam mengikuti prinsip moral yang dipegangnya, menjaga kata yang sama dengan perbuatan, teguh terhadap pendirian yang telah dipercayai dan mengatakan kebenaran kepada orang lain. Bentuk yang paling berbahaya dalam kehidupan ini adalah menipu diri sendiri dan menipu orang lain, hal ini tidak terjadi bagi orang yang memiliki integritas. Unsur karakter utama kesembilan, adalah syukur (gratitude). Rasa syukur sering digambarkan sebagai rahasia hidup bahagia. Rasa syukur adalah berhenti mengeluh tentang semua kelemahan, kekurangan dan mulai berterima kasih terhadap semua apa yang telah dimiliki selama ini. Bahkan rasa syukur ini juga bukan hanya terhadap semua yang dimiliki, tetapi juga terhadap semua kekuarangan kita. Kesepuluh, adalah kerendahan hati (humility). Unsur karakter kerendahan hati dapat dianggap sebagai dasar dari kesepuluh unsur karakter utama tersebut. Rendah hati sama sekali tidak sama dengan rendah diri. Kerendahan hati diperlukan untuk memperoleh kebajikan yang lain karena telah membuat kita sadar akan ketidaksempurnaan kita dalam upaya untuk menjadi yang terbaik. Kerendahan hati juga memungkinkan kita untuk dapat mengambil tanggung jawab, untuk tidak saling menyalahkan jika terjadi kelemahan, serta untuk secara terbuka meminta maaf jika ternyata memang telah terjadi kesalahan.

10

Sepuluh karakter tersebut secara alamiah ada dalam kepribadian pemuda Sultra, karena tidak ada satupun pemuda yang tidak menginginkan adanya kebaikan, hanya cara pencapaiannya yang berbeda. Oleh karena itu titik temu untuk menyatukan dalam satu identitas skala Provinsi Sultra sangatlah penting.

2.4 Keragaman Budaya Lokal Sulawesi Tenggara sebagai Modal Sosial Secara sosiologis masyarakat Sulawesi Tenggara terdiri dari kebudayaan dan kultur yang sangat beragam. Keragaman kultural dan keragaman masyarakat Sultra digambarkan oleh konfigurasi etnik seperti; etnik Bajo, etnik Muna, etnik Buton, etnik Tolaki dan etnik Bugis. Heterogenitas ini telah menjadi perekat yang baik dan tentu saja dapat dikelola menjadi basis pembangunan daerah. Apabila tidak dikelola dengan baik, akan berpotensi disintegrasi yang dapat mengganggu kesejukan dan kedamaian hidup masyarakat masa mendatang (La Ode A.K., 2007). Sumberdaya sosial dibentuk dari kekuatan-kekuatan etnik yang heterogen dan secara bersama-sama etnik-etnik itu mengkontribusikan kearifan-kearifannya untuk daerah seperti falsafah orang Muna witeno wuna bharakati (tanah Muna yang penuh berkah) atau falsafah orang Buton bolimo karo somanamo lipu (rela berkorban untuk daerah tercinta) begitu juga dengan filosofi orang Bajo lamo nggai kita sai lagi (Kalau bukan kita siapa lagi) begitu juga filosofo orang Tolaki dan Bugis. Heterogenitas budaya merupakan modal sosial, maka diperlukan titik temu dan strategi agar dapat menemukan identitas baru untuk skala provinsi. Provinsi Sultra harus membangun identitas dengan menggabungkan masing-masing kekuatan etnik atau dengan kata lain identitas Sultra berbasis pada budaya-budaya lokal.

11

Dengan ikhtiar semacam itu otomatis perekat kebersamaan semakin kuat dan tentu saja nilai-nilai kearifan lokal itu dapat menjadi sandaran paradigma Sultra dalam mewujudkan kesetaraan, keadilan dan kemakmuran. Kesetaraan, keadilan dan kemakmuran harus sinergi dalam tatanan atau sistem sosial masyarakat Sultra. Tidak satupun elemen etnik di Sultra yang tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dalam pembangunan daerah. Bila semua stakeholders berpartisipasi maka tanggung jawab pembangunan daerah akan menjadi milik bersama. Dengan demikian keragaman budaya lokal jalan sebagai pemersatu energi pembangunan. Mempererat persatuan dan kesatuan itu jauh sebelumnya dipelopori oleh para pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Peristiwa terasebut dikenal dengan sumpah pemuda yang merupakan cikal bakal terbentuknya bangsa Indonesia. Mengapa tidak kearifan budaya lokal melalui tekad bersama membentuk satu identitas untuk titik temu etnik-etnik dalam skala Provinsi Sultra. Dengan demikian keragan etnik menjadi modal sosial yang nilainya tinggi.

12

III.

PENUTUP

3.1 Kesimpulan Karakter pemuda dan kekritisannya merupakan energi pembangunan yang kuat dan dapat menjadikan kearifan budaya lokal sebagai titik temu membentuk identitas daerah Sulawesi Tenggara yang satu penerus cita-cita perjuangan bangsa terkhusus di daerah Sulawesi Tenggara.

13

DAFTAR PUSTAKA

Eka, 2010. Pemuda , Mahasiswa dan Transformasi Masyarakat. Jakarta. Melalui: <http://supertoolbar.ask.com/redirect?client=ff&src=kw&tb=PTV&o=&loc ale=&q=ask.com> [07/12/2010]. Eris, 2010. Pemuda dan Transformasi Perubahan. Jakarta. Melalui: <http://supertoolbar.ask.com/redirect?client=ff&src=kw&tb=PTV&o=&loc ale=&q=ask.com> [07/12/2010]. Kendarinews, 2010. Budaya Wakatobi Terancam. Kendari. Sulawesi Tenggara. Melalui: http://www.kendarinews.com/berita/content/blogcategory/0/28/ [07/12/2010]. La Ode A.K., 2007. Politik Lokal dan Otonomi Daerah. Aji Kendari. Kendari. Sulawesi Tenggara. Suparlan.2010. Sepuluh Unsur Karakter Utama Menurut Orang Yunani. Artikel. Jakarta. Melalui: <http://www.suparlan.com/pages/posts/sepuluh-unsurkarakter-utama-menurut-orang-yunani-306.php> [07/12/2010]. Wikipedia, 2010. Sulawesi Tenggara. Melalui: <http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tenggara> [09/12/2010]. Yayasan Lembaga Sabda, 2008. Karakter Kristen Anak Sekolah Minggu. Melalui: <http://pepak.sabda.org/pustaka/010182/> [07/12/2010].

14

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Sulawesi Tenggara adalah sebuah provinsi di Indonesia yang beribukotakan Kendari. Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa di antara 0245' - 0615' Lintang Selatan dan 12045' - 12430' Bujur Timur serta mempunyai wilayah daratan seluas 38.140 km (3.814.000 ha) dan perairan (laut) seluas 110.000 km (11.000.000 ha). Sejarah: Sulawesi Tenggara ditetapkan sebagai Daerah Otonom berdasar Perpu No. 2 tahun 1964 Juncto UU No. 13 Tahun 1964. Pada awalnya terdiri atas 4 (empat) kabupaten, yaitu: Kabupaten Kendari, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Muna dan Kabupaten Buton dengan Kota Kendari sebagai ibukota provinsi. Setelah pemekaran, Sulawesi Tenggara mempunyai 10 kabupaten dan 2 kota. Demografi: Pada tahun 1990 jumlah penduduk Sulawesi Tenggara sekitar 1.349.619 jiwa. Kemudian tahun 2000 meningkat menjadi 1.776.292 jiwa dan berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik tahun 2005 adalah sejumlah 1.959.414 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Sulawesi Tenggara selama tahun 1990-2000 adalah 2,79% per tahun dan tahun 2004-2005 menjadi 0,02%.[rujukan?] Laju pertumbuhan penduduk menurut kabupaten selama kurun waktu 2004-2005 hanya kota Kendari dan Kabupaten Muna yang menunjukan pertumbuhan yang positif, yaitu 0,03 % dan 0,02 % per tahun, sedangkan kabupaten yang lain menunjukkan pertumbuhan negatif.

15

Struktur umur penduduk Sulawesi Tenggara pada tahun 2005, penduduk usia di bawah 15 tahun 700.433 jiwa (35,75%) dari total penduduk, sedangkan penduduk perempuan mencapai 984.987 jiwa (20.27%) dan penduduk laki-laki mencapai 974.427 jiwa (49,73%). Beberapa komoditi unggulan Sulawesi Tenggara, antara lain: 1. Pertanian, meliputi: kakao, kacang mede, kelapa, cengkeh, kopi, pinang lada dan vanili 2. Kehutanan, meliputi: kayu gelondongan dan kayu gergajian 3. Perikanan, meliputi: perikanan darat dan perikanan laut 4. Peternakan, meliputi: sapi, kerbau dan kambing 5. Pertambangan, meliputi: aspal, nikel, emas, marmer, batu setengah permata, onix, batu gamping dan tanah liat Wisata sejarah, seperti: 1 Benteng Keraton Buton, di Kota Baubau yang merupakan benteng terluas di dunia; 2 Istana Malige, di Kota Baubau dengan arsitektur khas Suku Buton dan merupakan bangunan adat yang tidak menggunkan paku; 3 Kasulana Tombi, di Kota Baubau yang merupakan bekas tiang bendera Kesultanan Buton yang umurnya lebih dari tiga abad; 4 Masjid Agung Keraton Buton (Masigi Ogena), di Kota Baubau yang merupakan masjid pertama yang berdiri di Sulawesi Tenggara;

16

Kampua, di Kota Baubau yang merupakan mata uang Kerajaan dan Kesultanan Buton.

Wisata budaya, seperti: 1 2 3 4 5 Tenunan Buton di kota Baubau, Kabupaten Buton dan Kabupaten Buton Utara; Tenun Ikat di Kabupaten Wakatobi; Tari Lariangi dari Kabupaten Wakatobi; Tari Balumpa dari Kabupaten Wakatobi; Pekande-kandea, upacara adat masyarakat Buton Raya (Kabupaten Buton, Kabupaten Buton Utara, Kota Baubau, Kabupaten Wakatobi); 6 7 8 9 Pengrajin Besi, di Tomia, Kabupaten Wakatobi; Upacara Adat Posuo (Masyarakat Buton Raya); Upacara Adat Kabuenga, dari Kabupaten Wakatobi; Upacara Adat Karia, dari Wangi-wangi di Kabupaten Wakatobi;

10 Upacara Adat Mataa, dari Kabupaten Buton; 11 Upacara Adat Tururangiana Andala, dari Pulau Makassar di Kota Baubau; 12 Layang-layang tradisional Khagati, dari Kabupaten Muna; 13 Tari Potong Pisang, dari Kabaena di Kabupaten Bombana; 14 Aduan Kuda, dari Kabupaten Muna; 15 Upacara Adat Religi Goraana Oputa, oleh masyarakat Buton Raya; 16 Upacara Adat Religi Qunua, oleh masyarakat Buton Raya; 17 Gambus dan Dole-dole, alat musik khas masyarakat Buton Raya; 18 Atraksi Perahu Naga, di Kota Baubau;

17

19 Tari Lulo Alu, dari Kabaena Kabupaten Bombana; 20 Upcara adat Bangka Mbule Mbule di Kabupaten Wakatobi. Wisata alam, seperti: 1 Taman Nasional Wakatobi, di Kabupaten Wakatobi yang merupakan surga bawah laut segitiga karang dunia yang memiliki spesies terumbu karang sebanyak 750 dari 850 spesies karang dunia; 2 3 4 5 6 7 8 9 Pantai Nirwana, di Kota Baubau; Pantai Lakeba, di Kota Baubau; Gua Moko, di Kota Baubau; Gua lakasa, di Kota Baubau; Pantai Kamali, di Kota Baubau; Wantiro, di Kota Baubau; Hutan Tirta Rimba, di Kota Baubau; Batu Poaro, di Kota Baubau;

10 Gua Kaisabu, di Kota Baubau; 11 Lagawuna, di Kota Baubau; 12 Air Terjun Samparona, di Kota Baubau; 13 Hutan Lambusango, di Kabupaten Buton yang memiliki keanekaragaman hayati baik flora dan fauna yang endemik diantaranya Anoa; 14 Suaka Margasatwa Buton Utara, di Kabupaten Buton Utara; 15 Cagar Alam Wakonti, di Kota Baubau;Permandian Bungi, di Kota Baubau; 16 Kali Baubau, di Kota Baubau;

18

17 Kolagana, di Kota Baubau; 18 Sulaa, di Kota Baubau; 19 Wisata Bawah Laut Basilika, di Kabupaten Buton yang merupakan kawasan pengembangan terpadu BASILIKA (Pulau Batauga, Pulau Siompu, Pulau Liwutongkidi dan Pulau Kadatua). Tujuannya adalah untuk mengembangkan objek wisata bahari (bawah laut) di kabupaten yang kaya dengan aneka wisata baharinya itu; 20 Baubau Letter, di Kota Baubau; 21 Sungai Tamborasi yang merupakan sungai terpendek di dunia yang terletak di Kabupaten Kolaka Utara; 22 Air Terjun Moramo, di Kabupaten Konawe Selatan; 23 Goa Kobori, di Kabupaten Muna; 24 Danau Napabale, di Kabupaten Muna; 25 Kaburaburana, air terjun bertingkat di Kabupaten Buton.

19

Kabupaten dan Kota: No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kabupaten/Kota Kabupaten Bombana Kabupaten Buton Kabupaten Buton Utara Kabupaten Kolaka Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Konawe Kabupaten Konawe Selatan Kabupaten Konawe Utara Kabupaten Muna Ibu kota Rumbia Bau-Bau Buranga Kolaka Lasusua Unaaha Andolo Wanggudu Raha Wangi-Wangi -

10 Kabupaten Wakatobi 11 Kota Bau-Bau 12 Kota Kendari

20

Daftar Gubernur No. Foto Nama Dari Sampai Keterangan

1.

J. Wayong

1964 1965

2.

Laode Hadi

1965 1967

3.

Eddy Sabara

1967 1978

4.

H. Abdullah Silondae

1978 1981

21

5.

Eddy Sabara

1981 1982

Pejabat Gubernur

6.

Ir. H. Alala

1982 1992

7.

Drs. Laode Kaimuddin 1992 2002

8.

Ali Mazi, SH

2002 2008

22

9.

Nur Alam

2008 2013

Perwakilan di Jakarta Anggota DPR dari Provinsi Sulawesi Tenggara : 1 2 3 4 5 Andi Rahmat (Fraksi Partai Demokrat) Yan Hendrizal (Ffraksi Partai Keadilan Sejahtera) Wa Ode Nurhayati (Partai Amanat Nasional) Umar Arsal Al Habsy (Partai Demokrat) Oheo Sinapoy (Partai Golkar)

Anggota DPD dari Provinsi Sulawesi Tenggara : 1 2 3 4 La Ode Ida Drs. Kamaruddin MBA Abd. Jabbar Toba Abidi Mustafa

Sumber : Wikipedia, 2010

23

MAKALAH
POTENSI KARAKTER PEMUDA UNTUK MELAHIRKAN IDENTITAS SULAWESI TENGGARA YANG SATU

OLEH RIZKY

PELATIHAN PENGEMBANGAN KARAKTER PEMUDA INDONESIA DAERAH SULAWESI TENGGARA KEMENTRIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA 2010

Anda mungkin juga menyukai