Anda di halaman 1dari 4

Dari penggalian sejarah perekonomian dan kebudayaan manusia, sejak zaman sebelum masehi ditemukan riwayat asal usul

sampai perkembangan asuransi seperti sekarang ini. Pada perkembangan awalnya asuransi tentu belum berbentuk seperti sekarang, namun dalam bentuk yang masih samar. Manusia pada umumnya mempunyai naluri selalu berusaha menyelamatkan jiwanya dari berbagai ancaman, termasuk ancaman kekurangan makan/pangan. Salah satu riwayat mengenai masalah ini tercantum pada Al-Quran Surat Yusuf ayat 43 49 dan Kitab Injil Perjanjian Lama Genesis 41. Diriwayatkan tentang salah seorang Raja di Negeri Mesir yang bermimpi melihat tujuh ekor sapi yang kurus-kurus masingrmasing menelan seekor sapi yang gemuk. Dalam mimpinya yang kedua Raja melihat tujuh butir gandum yang kosong. Nabi Yusuf A.S. diminta menafsirkan mimpi tersebut dan menerangkan bahwa negara Mesir akan mengalami tujuh tahun berturut-turut panen gandum yang subur dan kemudian tujuh tahun berikutnya berturut-turut akan mengalami masa paceklik. Selanjutnya NabiYusuf AS. memberi saran agar pada saat panen yang melimpah itu sebagian panen dicadangkan untuk masa paceklik yang akan datang. Selain itu sebuah buku kuno dari India yang dinami Rig Veda yang ditulis dalam bahasa Sansekerta menyebutkan riwayat tentang Yoga Kshema yang berarti pertanggungan. Riwayat di atas adalah sebagai bukti bahwa manusia senantiasa memikirkan dan mempersiapkan kehidupan masa depannya. Sekitar tahun 2250 SM bangsa Babylonia hidup di daerah lembah sungai Euphrat dan Tigris (sekarang menjadi wilayah Irak), pada waktu itu apabila seorang pemilik kapal memerlukan dana untuk mengoperasikan kapalnya atau melakukan suatu usaha dagang, ia dapat meminjam uang dari seorang saudagar (Kreditur) dengan menggunakan kapalnya sebagai jaminan dengan perjanjian bahwa si Pemilik kapal dibebaskan dari pembayaran hutangnya apabila kapal tersebut selamat sampai tujuan, di samping sejumlah uang sebagai imbalan atas risiko yang telah dipikul oleh pemberi pinjaman. Tambahan biaya ini dapat dianggap sama dengan uang premi yang dikenal pada asuransi sekarang. Di samping kapal yang dijadikan barang jaminan, dapat pula dipakai sebagai jaminan berupa barang-barang muatan (Cargo). Transaksi seperti ini disebut RESPONDENT/A CONTRACT. Sejarah asuransi dari tahun ke tahun Tahun 215 SM Pada tahun 215 SM Pemerintah Kerajaan Romawi didesak oleh para Supplier peliengkapan dan perbekalan tentarakerajaan untuk menerima konsep yang melindungi mereka terhadap segala risiko kerugian yang mereka derita atas barang-barang mereka yang berada di kapal sebagai akibat dari bahaya maritim seperti halnya serangah musuh dan juga badai. Tahun 50 SM CICERO pada kira-kira tahun 50 SM memberi penjelasan tentang praktek pemberian proteksi atau jaminan terhadap keselamatan pengiriman uang dan surat-surat berharga selama dalam perjalanan. Sebagai imbalan maka pihak yang diberi proteksi memberikan semacam balasjasa berupa uang premi kepada pihak pemberi proteksi. Tahun 50- 200 Kaisar CLAUDIUS mengeluarkan suatu jaminan kepada Importir terhadap semua kerugian yang mereka derita akibat angin badai. Tentunya dalam hal ini dikenakan pula premi.

Pada sekitar tahun 200 ini di Romawi tumbuh perkumpulan- perkumpulan yang disebut Collegia. Para serdadu Romawi Collegia kegiatan sosial yang diadakan antara lain, mengumpulkan dana untuk biaya pemakaman anggotanya yang meninggal atau gugur di medan perang. Para budak belian pun membentuk Collegianya dengan maksud apabila meninggal dapat dikubur dengan layak (disebut Collegia Nititum). Demikian pula para saudara dan para aktor di Italia membentuk Collegia yang disebut Collegia Tennorioum dengan maksud untuk membantu para janda dan anak-anak yatim para anggotanya. Tahun 1194-1266 Perkembangan perekonomian manusia dari tahun ke tahun berjalan terus dan periode ini dikenal suatu Guild System (Sistem Gilda), yaitu perkumpulan dari orang-orang yang mempunyai profesi sama, maka pada waktu itu terbentuklah gilda tukang kayu, gilda tukang roti dan sebagainya. Tujuannya sama dengan tujuan Collegia pada zaman Romawi, yakni meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Dari data di alas dapat dikatakan bahwa Collegia dan Sistem Gilda merupakan penemuan-penemuan sosial yang memperoleh popularitas dan pengakuan masyarakat terhadap adanya risiko-risiko yang harus ditanggulangi. Perkembangan lembaga yang mirip dengan asuransi tumbuh terns dan akhimya pada masa pemerintahan RATU ELEANOR dari Belgia (1194 1266) dibentuk Undang-Undang Asuransi yang tercantum dalam ROLESDE OLERON sumber: http://www.media-asuransi.com Asuransi Syariah 1. Pengertian Asuransi Syariah. Asuransi dikenal dengan istilah At-Tamin, penanggung disebut dengan Muammin, tertanggung disebut Muamman lahu atau mustamin. Pengertian dari At-Tamin adalah, seseorang membayar/ menyerahkan uang cicilan untuk agar ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah di sepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang.[1] Ahli Fiqh kontemporer Wahbah Az-Zuhaili mendefinisikan asuransi dalam dua bentuk yaitu AtTamin At-Tawuni (asuransi tolong-menolong) dan At-Tamin bi qist sabit( asuransi dengan pembagian tetap).Sedangkan Mustafa Ahmad Az-Zarqa memkanai asuransi sebagai suatu cara atau metode untuk memelihara manusia dalam menghindari resiko (ancaman) bahaya yang beragam yang akan terjadi dalam hidupnya, dalam perjalanan kegiatan hidupnya atau dalam aktifitas ekonominya. Ia berpendapat bhwa sistem asuransi adalah sisitem Taawun dan Tadhamun yang bertujan untuk menutupi kerugian peristiwa-peristiwa atau musibah-musibah oleh sekelompok tertanggung kepada orang yang tertimpa musibah tersebut. Penggantian tersebut berasal dari premi mereka. Sedangkan di Indonesia asuransi syariah lebih dikenal dengan istilah Takaful yang berarti menjamin atau saling menanggung. [2]

Dewan syariah nasional pada tahun 2001 telah mengeluarkan fatwa mengenai asuransi syariah. Dalam fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/2001 bagian pertama mengenai ketentuan umum angka 1, disebutkan pengertian asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/ pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan/atau Tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapai resiko tertentu melalui akad atau perikatan yan sesuai dengan syariah.[3] A1. Sejarah Asuransi Syariah Lembaga Asuransi Syariah sebagaimana di kenal sekarang telah dikenal pada masa masyarakat Arab sebelum Nabi lahir, dan terdapat beberapa aktifitas dari kehidupan pada masa Rasulullah yang mengarah pada prinsip-prinsip syariah, misalnya Aqilah. Aqilah adalah saling memikul atau saling bertanggungjawab untuk keluarganya. Jika salah seorang anggota suku terbunuh oleh anggota suku yang lain, maka ahli waris korban akan dibayar dengan uang darah (diyat) sebagai kompensasi saudara terdekat dari terbunuh. Lalu mereka mengumpulkan dana (al- Kunzu) yang diperuntukkan untuk membantu keluarga yang terlibat dalam pembunuhan tidak sengaja. Berdasarkan hasil analisa terhadap hokum atau syariat islam, trnyata di dalam ajaran islam terdapat perasuransian substansi, asuransi yang termuat dalam substansi hokum islam ini menghindarkan prinsip operasionalnya dari unsure masysir, gharar dan riba. Dengan keyakinan umat islam di dunia dan keuntungan yang diperoleh melalui konsep asuransi syariah, lahirlah beberapa perusahaan asuransi syariah sehingga bukan hanya perusahaan milik orang islam saja, namu juga berbagai perusahaan bukan islam ikut terjun dalam asuransi syariah. Pada decade 70an di beberapa Negara islam bermunculan asuransi yang prinsip operasionalnya pada prinsip syariah atau nilai-nilai islam. Pada 1994 PT Asuransi Takaful baru muncul di Indonesia seiring dengan diresmikannya PT Syarikat Takaful Indonesia, yang kemudian mendirikan dua anak perusahaan yaitu PT Asuransi Takaful Keluarga pada tahun 1994 dan PT Asuransi Umum pada tahun 1995. Akhirnya pada tanggal 25 agustus 1994 asuransi Takaful Indonesia berdiri secara resmi, dan peresmian di lakukan di Puri Agung Room Hotel Syahid Jakarta. Pada saat ini asuransi yang benar-benar secara penuh beroperasi sebagai asuransi syariah ada 3 macam yaitu Takaful Keluarga, Asuransi Takaful Umum, Asuransi Mubarokah. A2. Landasan Hukum Asuransi Syariah a). Al-Quran Apabila dilihat sepintas keseluruhan ayat Al-Quran, tak terdapat satu ayatpun yang menyebutkan istilah Asuransi seperti yang kita kenal sekarang ini, baik istilah al-tamin ataupun al-takaful. Namun demikian, walupun tidak menyebutkan secara tegas, terdapat ayat yang menjelaskan tentang konsep Asuransi dan yang memiliki muatan nilai-nilai dasar yang ada dalam praktik Asuransi. Di antara ayat-ayat Al-Quran tersebut antara lain: 1) Perintah Allah untuk mempersiapkan hari esok QS.Al-Hasyr (59) ayat 15.

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. b). Perintah Allah untuk saling menolong dan bekerja sama. QS. Al- Baqarah (2) 185: Artinya :.. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. c) Perintah Allah untuk saling melindungi dalam keadaan susah
http://indojaya.com/bisnis/asuransi/1710-asuransi-syariah-.html

Anda mungkin juga menyukai