Anda di halaman 1dari 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) 1. Definisi SADARI adalah pemeriksaan/ perabaan sendiri untuk menemukan timbulnya benjolan abnormal pada payudara (Otto, S, 2005). 2. Tujuan SADARI Tujuan dilakukannya skrining kanker payudara adalah untuk deteksi dini. Wanita yang melakukan SADARI menunjukan tumor yang kecil dan masih pada stadium awal, hal ini memberikan prognosis yang baik. SADARI hanya untuk mendeteksi dini adanya ketidak normalan pada payudara, tidak untuk mencegah kanker payudara. Sebagian wanita berfikir untuk apa melakukan SADARI, apalagi yang masih berusia dibawah 30 tahun, kebanyakan berangapan bahwa kasus kanker payudara jarang ditemukan pada usia dibawah 30 tahun. Dengan melakukan SADARI sejak dini akan membantu deteksi kanker payudara pada stadium dini sehingga kesempatan untuk sembuh lebih besar (Otto,S, 2005). Mayo Fundation for Medical Education and Research (2005) mengemukakan bahwa beberapa penelitian memang menunjukan SADARI tidak menurunkan angka kematian akibat kanker payudara, namun kombinasi antara SADARI dan mamografi masih dibutuhkan untuk menurunkan resiko kematian akibat kanker payudara. Kearney dan Murray

(2006) mengemukakan bahwa keunggulan SADARI adalah dapat menemukan tumor/benjolan payudara pada saat stadium awal, penemuan awal benjolan dipakai sebagai rujukan melakukan mamografi untuk mendeteksi interval kanker, mendeteksi benjolan yang tidak terlihat saat melakukan mamografi dan menurunkan kematian akibat kanker payudara. 3. Target dan waktu pelaksanaan SADARI dianjurkan dilakukan secara intensif pada wanita mulai usia 20 tahun, segera ketika mulai pertumbuhan payudara sebagai gejala pubertas. Pada wanita muda, agak sedikit sulit karena payudara mereka masih berserabut (fibrous), sehingga dianjurkan sebaiknya mulai melakukan SADARI pada usia 20 tahun karena pada umumnya pada usia tersebut jaringan payudara sudah terbentuk sempurna. Wanita sebaiknya melakukan SADARI sekali dalam satu bulan. Jika wanita menjadi familiar terhadap payudaranya dengan melakukan SADARI secara rutin maka dia akan lebih mudah mendeteksi keabnormalan pada payudaranya sejak awal atau mengetahui bahwa penemuanya adalah normal atau tidak berubah selama bertahun - tahun. Wanita yang belum

menopouse sebaiknya melakukan SADARI setelah menstruasi sebab perubahan hormonal meningkatkan kelembutan dan pembengkakan pada payudara sebelum menstruasi. SADARI sebaiknya dilakukan sekitar satu minggu setelah menstruasi. Satelah menopouse SADARI sebaiknya dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan sehingga aktifitas rutin dalam kehidupan wanita tersebut (Burroughs, 1997).

4. Pedoman melakukan SADARI Berikut ini langkah langkah melakukan SADARI menurut Smeltzer(1996): Langkah 1 : a. Berdirilah di depan cermin. b. Periksa kedua payudara dari sesuatu yang tidaknormal. c. Perhatikan adanya rabas pada puting susu, keriput, dimpling atau kulit mengelupas Dua tahap berikutnya dilakukan untuk memeriksa adanya kontur pada payudara. Jadi ketika melakukan SADARI, anda harus mampu merasakan otot otot anda yang menegang. Langkah 2 : a. Perhatikan dengan baik di depan cermin ketika melipat tangan anda dibelakang kepala anda ke arah depan. b. Perhatikan setiap perubahan kontur pada payudra anda. Langkah 3 : a. Selanjutnya tekan tangan anda ke arah pinggang anda dan agak membungkuk ke arah cermin sambil menarik bahu dan siku ke arah depan. b. Perhatikan setiap perubahan kontur pada payudara anda. Beberapa wanita melakukan pemeriksaan payudara berikut ketika sedang mendi dengan shower. Jari jari akan meluncur dengan mudah

diatas kulit yang bersabun, sehingga anda dapat berkonsentrasi dan merasakan setiap perubahan yang terjadi pada payudara anda. Langkah 4 : a. Angkat tangan kiri anda. b. Gunakan 3 atau 4 jari anda untuk meraba payudara kiri anda dengan kuat, hati hati dan menyeluruh. c. Mulailah pada tepi luar, ttekan bagian datar dari jari tangan anda dalam lingkaran kecil, bergerak melingkar dengan lambat di sekitar payudara. d. Secara bertahap lakukan ke arah puting susu. e. Pastikan untuk melakukanya pada seluruh payudara. f. Beri perhatian khusus pada area diantara payudara dan bawah lengan, termasuk bagian di bawah lengan itu sendiri. g. Rasakan adanya benjolan atau massa yang tidak lazim di bawah kulit. Langkah 5 : a. Dengan perlahan remas puting susu dan perhatikan adanya rabas. b. Jika anda menemukan adanya rabas dari puting susu dalam sebulan yang terjadi ketika anda sedang atau tidak melakukan SADARI, temuilah dokter anda. c. Ulang pemeriksaan pada payudara kanan anda. Langkah 6 : a. Tahab 4 sebaiknya diulangi dalam posisi berbaring.

b. Berbaringlah mendatar, terlentang dengan lengan kiri anda di bawah kepala anda dengan sebuah bantal atau handuk yang dilipat di bawah bahu kiri. c. Gunakan gerakan sirkuler yang sama seperti yang diuraikan diatas. d. Ulangi pada payudara kanan anda.

B. Kanker Payudara 1. Definisi Kanker payudara adalah segolongan penyakit sebagai akibat pertumbuhan tidak normal dari sel sel jaringan tubuh pada payudara yang bila tidak cepat ditangani dan diobati akan menyebabkan kematian (Otto, S, 2005) 2. Etiologi Sampai saat ini penyebab pasti kanker payudara belum diketahui namum data epidemologik mengisyaratkan bahwa faktor genetik, endokrin dan lingkungan mungkin sangat berperan inisiasi dan/atau promosi pertumbuhan kanker payudara (Suddarth dan Brunner, 2003). a. Genetik Semua saudara dari penderita kanker payudara memiliki

peningkatan resiko mengalami kanker payudara namun saudara tingkat pertama (saudara kandung, orang tua, anak) memiliki peningkatan resiko dua sampai tiga kali lipat dibandingkan dengan populasi umum. Hampir 5% dari semua pasien kanker payudara memiliki kelainan genetik

spesifik yang berperan dalam pembentukan kanker payudara mereka. Para peneliti menemukan gen dengan nama BRC-1 (Breast Cancer 1) dan BRC-2 (Breast Cancer 2). BRC-1 dapat dideteksi pada 1 dari 400 wanita dan mutasi BRC-2 memyababkan 5% dari kanker payudara yang disebabkan karena faktor keturunan. b. Lingkungan Radiasi dalam bentuk terapi radiasi yang intensif pada penderita tuberculosis atau kanker lain diketahui meningkatkan resiko terkena kanker payudara (radiasi yang disebabkan sinar X pada payudara atau mamogram tidak dapat diperbandingkan dengan terapi radiasi

tuberculosis atau kanker lain dan tidak menyebabkan kanker fan tidak perlu dikhawatirkan). Pestisida seperti DDT juga perlu diperhatikan. c. Endokrin Banyak faktor yang meningkatkan resiko kanker payudara. Menstruasi yang mulai pada usia terlalu muda, menopouse yang datangnya terlambat (usia lebih dari 51 tahun), mempunyai anak pertama di atas usia 30 tahun atau tidak sama sekali mempunyai anak akan meningkatkan resiko terkena kanker payudara. Semua faktor tersebut berhubungan dengan hormon estrogen. Kanker payudara juga

berhubungan dengan penggunaan hormon estrogen yang digunakan sebagai terapi menopouse.

d. Diet Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa diet tinggi lemak dapat meningkatkan resiko terkena kanker payudara, tetapi penelitian lain tidak memperlihatkan hasil tersebut. Karena mengkonsumsi makanan berlemak tinggi dihunungkan dengan resiko terkena kanker payudara dan penyakit hati maka lebih baik apabila membatasi konsumsi makanan berlemak. e. Alkohol Beberapa penelitian memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna antara intake alkohol dengan resiko kanker payudara. Data additional dari studi prospektif menunjukan dampak intake alkohol yang berhubungan dengan peningkatan level esterogen. 3. Faktor resiko Menurut Gale dan Charette (1999), faktor resiko terjadinya kanker peyudara adalah : a. Usia diatas 40 tahun. b. Ada riwayat kanker payudara pada individu atau keluarga. c. Menstruasi pada usia muda/usia dini. d. Menopouse pada usia lanjut. e. Tidak mempunyai anak atau mempunyai anak pada usia lanjut. f. Pendidikan lebih tinggi dan atau status sosial ekonomi yang lebih tinggi. g. Penggunaan eksogen esterogen jangka panjang dan progestin. h. Terpajan pada radiasi pengionisasi berrlebihan.

i. Riwayat penyakit fibrokistik. j. Kanker edometrial, ovarium atau kanker kolon. 4. Tanda dan gejala Fase awal kanker payudara asimtomatik (tanpa ada tanda dan gejala). Tanda dan gejala yang paling umum adalah adanya benjolan atau penebalan pada payudara, sedangkan tanda dan gejala lanjut kanker payudara meliputi kulit cekung, retraksi atau deviasi puting susu dan nyeri, nyeri tekan atau rabas khususnya berdarah dari puting. Kulit tebal dengan pori pori menonjol sama dengan kulit jaruk dan atau ulserasi pada payudara merupakan tanda lanjut dari penyakit. Jika ada keterlibatan nodul, mungkin menjadi keras, pembesaran nodul limfa aksilaris membesar dan ataunodus supraklavikula teraba pada daerah leher. Tanda dan gejala dari metastase yangluas meliputi nyeri pada bahu, pinggang, punggung bagian bawah atau pelvis; batu menetap; anoreksia atau berat badan menurun; gangguan penceernaan; pusing; penglihatan kabur dan sakit kepala (Gale dan Charette, 1999). 5. Tingkatan klinik kanker payudara a. Stadium I Tumor kurang dari 2 cm, terbatas pada payudara, tidak ada nodul limfa positif dan belum ada penyebaran. b. Stadium II Tumor kurang dari 2 cm dengan adanya nodul limfa positif, tidak ada penyebaran atau tumor 2-5 cm dengan atau tanpa nodul limpa positif,

tidak ada penyebaran atau tumor lebih besar dari 5 cm dengan nodul limfa negatif, tidak ada penyebaran yang nyata. c. Stadium III Tumor lebih besar dari 5 cm dengan nodul limfa positif dan belum ada penyebaran atau tumor menyebar ke dinding dada atau kulit, terdapat nodul positif pada payudara tanpa ada penyebaran yang nyata. d. Stadium IV Beberapa metastase jauh ke otak, paru paru, hati atau tulang; dengan atau tanpa nodul limfa positif. 6. Pencegahan, penapisan dan deteksi dini Beberapa cara yang dipakai untuk scrining kanker payudara adalah : a. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), merupakan pemeriksaan payudara sendiri yang dilakukan sendiri tiap bulan setelah menstruasi pada wanita yang telah berusia 20 tahun. b. Pemeriksaan klinis payudara yang dilakukan oleh tenaga kesehatan misalnya dokter spesialis bedah, dokter umum atau perawat terlatih. c. Pemeriksaan imaging, seperti mamografi dan ultrasonografi. Mamografi merupakan pemeriksaan radiodiagnostik khusus dengan menggunakan teknik foto soft issue pada payudara. Pemeriksaan ini digunakan pada program skrining karena mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi sekitas 80-90%.

C. Pengetahuan, praktik dan simulasi 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan ini terjadimelalui panca indra manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan tentang kanker payudara meliputi pengertian,

epidemologi, penyabab, faktor resiko, tanda gejala, tingkatan klinik dan pencegahan serta deteksi dini kanker payudara. Pengetahuan menganai kanker payudara pada Mahasiswi diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya dari kuliah, buku dan literataur, interrnet dan berbagai sumber lainya yang berisi informasi mengenai kanker payudara. Tingkatan pengetahuan meliputi : a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai memgingat suatu materi yang telah dipelajari sebalumnya. Termasuk kedalam tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pprngatahuan yang paling rendah. Kasta kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari.

b. Memahami (komprehension) Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orangg yang telah paham terhadap objek atau materi hatus dapat menjelaskan, menyebutkan terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan materi yang telah dipelajari pada situasi riil. Aplikasi disini dapat diartikan sebaggai aplikasi atau hukumhukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainyadalam konteks atau situasiyang lain. Misalnya dengan menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah dari kasus kesehatan yang diberikan. d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materri atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain. e. Sintesis (syntesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemempuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaita dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada. Penelitian yang dilakukan oleh Rahman et al (2006) dengan judul Self examination of the breast for early detection of breast : The role of medical student in the Faculty of Medicine University of Gezira Sudan menunjukan bahwa pendidikan di Fakultas Kedokteran mempengaruhi pengetahuan, pengalaman dan sikap mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Gezira terhadap deteksi dini kanker payudara dengan malakukan SADARI secara rutin (Sudan. J. Public Healt 2006; 1 (1): 3642) 2. Praktik atau tindakan Terbentuknya praktik terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif (pengetahuan) dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa objek diluarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahui. Secara lebih operasional praktik dapat diartiakan sebagai suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulasi) dari luar objek tersebut. Respons manusia tersebut dapat bersifat pasif yang meliputi pengetahuan, persepsi dan sikap, sedangkan yang bersifat aktif merupakan

tindakan yang nyata atau practice. Stimulus atau rangsangan terdiri dari 4 unsur pokok yakni sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan dan lingkungan (Notoatmodjo, 2003). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung dan sering disebut convert behaviour (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan dan sikap merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya praktik. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik individu dalam bekerja adalah karakteristik demografi berupa usia, jenis kelamin, status kawin, banyaknya tanggungan dan masa kerja. Menurut Notoadmodjo (2007), Praktik memiliki beberapa tingkatan, yaitu : a. Persepsi Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. b. Respon terpimpin Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indicator praktik tingkat dua. c. Mekanisme Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka dia sudah mencapai praktik pada tingkat tiga.

d. Adaptasi Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tingkatannya tersebut. Secara lebih terperinci praktik manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gajala kajiwaan, seperti pengetahuan, dukungan, fasilitas, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Beberapa faktor yang menyebabkan wanita tidak rutin melakukan SADARI atau bahkan menghindarinya adalah rasa malas, takut, beranggapan bahwa dirinya tidak beresiko, malu, tidak tahu cara/ terniknya, merasa tidak perlu lagi setelah menopouse, lupa dan tabu (Reeder, 1997). 3. Simulasi Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu (Yazan, 2009). Model pembelajaran simulasi merupakan model pembelajaran yang membuat suatu peniruan terhadap sesuatu yang nyata, terhadap keadaan sekelilingnya (state of affaris) atau proses. Model pembelajaran ini dirancang untuk membantu siswa mengalami bermacam-macam proses dan kenyataan sosial dan untuk menguji reaksi mereka, serta untuk memperoleh konsep keterampilan pembuatan keputusan.

Model pembelajaran ini diterapkan didalam dunia pendidikan dengan tujuan mengaktifkan kemampuan yang dianalogikan dengan proses sibernetika. Pendekatan simulasi dirancang agar mendekati kenyataan dimana gerakan yang dianggap kompleks sengaja dikontrol, misalnya, dalam proses simulasi ini dilakukan dengan menggunakan simulator. Model pembelajaran simulasi menurut Menurut Joyce dan Weil (1980) dalam Udin (2001:66), bertujuan untuk: a. melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari. b. memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip. c. melatih memecahkan masalah. d. meningkatkan keaktifan belajar. e. memberikan motivasi belajar. f. melatih untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok. g. menumbuhkan daya kreatif. h. melatih untuk mengembangkan sikap toleransi.

D. Keterkaitan pengetahuan tentang kanker payudara dengan simulasi praktik SADARI Kanker payudara merupakan penyakit keganasan pada perempuan yang paling sering dijumpai di negara-negara barat. Tahun 1994 American Cancer Society (ACS) memperkirakan rata-rata wanita Amerika yang beresiko terkena kanker payudara adalah 1:8. Tahun 2004, di Amerika Serikat diperkirakan

terdapat 215.900 kasus kanker payudara baru pada wanita dan 40.110 wanita meninggal akibat penyakit ini. Faktor resiko terjadinya kanker payudara adalah usia diatas 40 tahun, ada riwayat kanker payudara, menstruasi usia dini, menopouse pada usia lanjut, tidak mempunyai anak atau mempunyai anak pada usia lanjut, pendidikan lebih tinggi dan atau status sosial ekonominya lebih tinggi, penggunaan eksogen esterogen, riwayat penyakit fibrokistik, kanker endometrial, ovarium atau kanker colon (Gale dan Charette, 1999) Untuk mendeteksi adanya kanker payudara dapat dilakukan dengan pemeriksaan payudara sendiri. SADARI dianjurkan dilakukan segera ketika remaja putri mulai mengalami pertumbuhan payudara sebagai gejala pubertas. Pada wanita muda sedikit sulit karena payudara mereka masih sangat berserabut (fibrous), sehingga dianjurkan sebaiknya mulai melakukan SADARI pada usia 20 tahun karena pada usia tersebut umumnya jaringan payudara pada wanita telah terbentuk dengan sempurna. Pengetahuan tentang kanker payudara meliputi definisi, etiologi, epidemologi, tanda dan gejala, faktor resiko serta pencegahan dan deteksi dini kanker payudara. Pengetahuan ini dapat diperoleh dari kuliah, membaca literatur, surat kabat, internet dan sumber lainya. Simulasi praktik dipengaruhi oleh pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Beberapa faktor yang menyebabkan wanita tidak rutin melakukan SADARI atau bahkan menghindarinya adalah rasa malas, takut, berangapan bahwa dirinya tidak

beresiko, malu, tidak tahu cara/ tekniknya, merasa tidak perlu lagi setelah menopouse, lupa dan tabu (Reeder, 1997). Simulasi praktik SADARI merupakan kebiasaan dalam melakukan SADARI meliputi alasan, waktu, frekuensi dan ketepatan dalam melakukan teknik SADARI sesuai pedoman pelaksanaan SADARI. Pengetahuan banyak dipengaruhi oleh pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosio budaya masyarakat. Pengetahuan merupakan faktor predisposisi terbentuknya perilaku. Pengetahuan tentang kanker payudara akan mempengaruhi simulasi praktik SADARI. Pengetahuan yang baik tentang kanker payudara dari wanita akan membentuk simulasi praktik SADARI yang baik pula.

E. Kerangka Teori Genetik Ada riwayat kanker payudara pada Induvidu atau keluarga

Lingkungan - Fisik - Sosio kultur - pendidikan - pandangan Simulasi Praktrik SADARI - Pengetahuan - Sikap - Fasilitas - Dukungan Kualitas Hidup

Pelayanan kesehatan - promosi - pencegahan - pengobatan - rehabilitasi

(Kerangka Teori HL Blum diadopsi dari Purnama 2006)

Gambar 1. Kerangka Teori

F. Kerangka Konsep

Pengetahuan tentang kanker payudara

simulasi praktik SADARI

Variabel independen

Variabel Dependen

Gambar 2. Kerangka Konsep

G. Variabel penelitian 1. Variabel Independen Variabel independen penelitian ini adalah pengetahuan tentang kanker payudara. 2. Variabel dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah simulasi praktik SADARI.

H. Hipotesis Penelitian Ada hubungan antara pengetahuan tentang kanker payudara dengan simulasi praktik SADARI pada Mahasiswi UNIMUS.

Anda mungkin juga menyukai