Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN PEMBERIAN MP ASI DINI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

KECAMATAN JAGAKARSA TAHUN 2012

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Program Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh: ETTY NURVIANI P. 171240090011

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA I JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Hingga saat ini penyakit diare masih menjadi penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan anak-anak. Berbagai sebab diantaranya akibat pemberian susu formula yang tidak higienis dan MP-ASI yang terlalu dini (Depkes RI, 2007). WHO (2008) menyatakan bahwa setiap tahun 1,5 juta anak balita meninggal dunia akibat penyakit diare, hal ini menyebabkan diare sebagai penyebab kematian terbesar kedua pada anak balita. Di Negara ASEAN, anak-anak balita mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian diare per tahun atau hampir 15-20% waktu hidup anak dihabiskan untuk diare (Soebagyo, 2008). Diare adalah pengeluaran tinja dengan frekwensi yang tidak normaldengan konsistensi lebih lembek atau cair, seperti didefinisikan oleh Hippocrates.Istilah gastro-enteritis dikesampingkan karena memberi kesan radang, sehinggaselama ini penyelidikan tentang diare cenderung lebih ditekankan padapenyebabnya. Sedangkan di Negara-negara sedang berkembang diare merupakanpenyakit endemis dan terutama pada anak-anak balita frekwensi serta angkakematiannya tinggi sekali. Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian terutama pada balita. Di Indonesia dilaporkan secara keseluruhan pada tahun 2006 diperkirakan angka kesakitan diare meningkat sebesar 423 per 1000 penduduk pada semua usia dengan jumlah kasus 10.980 penderita dan jumlah kematian 277 balita. Pada tahun 2008, di Indonesia episode diare pada balita

berkisar 40 juta per tahun dengan kematian sebanyak 200.000-400.000 balita (Soebagyo, 2008). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2007, menunjukkan bahwa diare telah menyebabkan kematian 25,2% anak usia satu tahun hingga empat tahun. Bahkan pada tahun 2008, diare merupakan penyumbang kematian bayi terbesar di Indonesia, yaitu mencapai 31,4% dari kematian bayi. Hasil penelitian Subijanto dkk (2007) juga menunjukkan bahwa diare pada kelompok di bawah lima tahun merupakan penyebab kematian terbanyak yakni mencapai 23,2%. Menurut Nuraini Irma Susanti, diare dapat disebabkan karena kesalahan dalam pemberian makan, dimana bayi sudah diberi makan selain ASI sebelum berusia 6 bulan. Perilaku tersebut sangat beresiko bagi bayi untuk terkena diare karena berbagai alasan, antara lain pencernaan bayi belum mampu mencerna makanan selain ASI, bayi kehilangan kesempatan untuk mendapatkan zat kekebalan yang hanya dapat diperoleh dari ASI serta adanya kemungkinan makanan yang diberikan bayi sudah terkontaminasi oleh bakteri karena alat yang digunakan untuk memberikan makanan atau minuman kepada bayi tidak steril. Berbeda dengan makanan padat ataupun susu formula, ASI bagi bayi merupakan makanan yang paling sempurna. (General Java Online 2004). Di Indonesia, Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 450/MENKES/SK/IV/2004 menetapkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif bagi bayi sejak lahir sampai dengan berumur enam bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai. Pemberian makanan pada bayi dan anak usia 0-24 bulan yang optimal menurut Global Strategy on Infant and Young Child Feeding (WHO/Unicef, 2002) adalah: menyusui bayi segera setelah lahir; memberikan ASI eksklusif yaitu hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman lain sampai bayi berumur 6 bulan; memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat dan adekuat sejak usia 6 bulan; dan tetap meneruskan pemberian ASI sampai usia anak 24 bulan. Pada tahun

2005, 80% bayi di Indonesia tidak lagi menyusu sejak 24 jam pertama sejak mereka lahir, dimana seharusnya ibu memberikan ASI yang merupakan makanan utama yang sangat diperlukan bayi. Penelitian terhadap 900 ibu di Jabotabek diperoleh fakta bahwa hanyasekitar 5 % ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya, sedangkan sekitar98% ibu lainnya sudah memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) padabayi mereka ketika bayi masih berumur 1 bulan. Adapun jenis dan bentuk MPASIyang diberikan adalah pisang dan nasi lembek, padahal MPASI baru bisadiperkenalkan pada bayi setelah bayi tersebut berumur lebih dari 4 bulan. Hal iniberakibat pada meningkatnya angka kesakitan pada bayi, karena alat pencernaanbayi belum mampu untuk mencerna MPASI, sehingga menimbulkan masalah gizi,akibatnya pertumbuhan dan perkembangan bayi terganggu Berdasarkan hasil penelitian oleh Utami Roesli tahun 2001 tentang alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif dan memberikan makanan pendamping ASI secara dini kepada bayinya yaitu karena merasa ASI tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya walaupun sebenarnya hanya sedikit sekali (2-5%) yang secara biologis memang kurang produksi ASInya. Alasan berikutnya yaitu karena ibu bekerja untuk mereka beranggapan bahwa ASI saja tidak cukup untuk kebutuhan hidup bayi, takut di tinggal suami, tidak di beri ASI tetap berhasil jadi orang, takut bayi akan tumbuh menjadi anak yang tumbuh manja (Utami Roesli 2001). Hasil penelitian oleh Setiawan pada tahun 2005 menyebutkan 64 % bayi yang diberi ASI Eksklusif tidak mengalami diare. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare. Setiawan menyebutkan bahwa semakin lama bayi diberi ASI secara eksklusif semakin kecil kemungkinan bayi untuk terkena kejadian diare.( Setiawan 2005). Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Hubungan pemberian mp asi dini dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas kecamatan jagakarsa Tahun 2012.

B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian fakta diatas, maka dapat dirumuskanpermasalahan penelitian sebagai berikut : Apakah ada hubungan pemberian mp asi dini dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas kecamatan jagakarsa tahun 2012 ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahuinya hubungan pemberian mp asi dini dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas kecamatan jagakarsa tahun 2012.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi pemberian MP ASI pada bayi usia 0-6

bulan di wilayah kerja puskesmas Kecamatan jagakarsa tahun 2011.


b. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian diare pada bayi usia 0-6

bulan di wilayah kerja puskesmas Kecamatan jagakarsa tahun 2011.


c. Mengetahui hubungan antara pemberian MP ASI dini dengan kejadian

diare pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kecamatan jagakarsa pada tahun 2011 D. Ruang lingkup

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang hubungan antara pemberian MP ASI dini dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan. 2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan dalam meningkatkan pengetahuan tentang hubungan antara pemberian MP ASI dini dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan 3. Bagi Peneliti Dapat menerapka ilmu-ilmu yang didapat dari institusi pendidian secara langsung dan Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai antara pemberian MP ASI dini dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan.

Anda mungkin juga menyukai