Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
INORGANIC CHEMISTRY
DISUSUN OLEH : KELOMPOK : 12 RICKY GUNAWAN ELZA AMELIA YUNI NOVIYANTI (1110016200035) (1110016200022) (1110016200019)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULATAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIH HIDAYATULLAH JAKARTA
DAFTAR ISI
Daftar isi .............................................................................................................................. 1 Tata Tertib Laboratorium .................................................................................................... 2 K3 Skala Laboratorium ....................................................................................................... 3 Percobaan I : Adsorpsi ....................................................................................................... 11 Percobaan II : Pembuatan Tawas ....................................................................................... 14 Percobaan III : Pembuatan Gas Hidrigen (H2) .................................................................. 17 Percobaan IV : Elektrolisis Air .......................................................................................... 19 Percobaan V : Produksi Gas CO2 ...................................................................................... 21 Percobaan VI : Pembuatan Kalium Nitrat...........................................................................23
Bahan kimia korosif adalah bahan kimia yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan hidup. Contoh : asam sulfat, fenol, formaldehid.
Bahan kimia mudah terbakar adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan menimbulkan kebakaran. Contoh : aseton, fosfor, benzena, heksena, eter.
Bahan kimia mudah meledak merupakan suatu zat padat atau cair atau campuran
3
keduanya yang karena reaksi kimia dapat menghasilkan gas dan tekanan besar secara spontan sehingga menimbulkan kerusakan. Contoh : trinitroluen, nitrogliserin, amonium nitrat.
Bahan kimia oksidator adalah bahan kimia yang dapat menghasilkan oksigen sehingga dapat menyebabkan kebakaran bahan lainnya. Contoh : kalim klorat, kalium permangat, hidrogen peroksida.
Bahan kimia iritationadalah bahan kimia adalah yang dapat menyebabkan terjadinya peradangan/iritasi pada kulit, mata, maupun pernapasan. Contoh : seng sulfat, kalium permangat, perak nitrat.
Bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan/merusak lingkungan apabila dibuang langsung ke lingkungan tanpa dilakukan pengolahan.
LUKA BAKAR Jika luka bakar akibat benda panas, olesi dengan salep livertan, mentega atau asma pikrat 3%. Apabila lukanya cukup besar segera siram dengan larutan bikarbonat 1% dan segera bawa ke klinik terdekat.
KULIT TERKENA ASAM PEKAT Jika kulit terkena asam sulfat, atau asam nitrat, segera dilap dengan kertas tissue kemudian cuci dengan air dan larutan natrium bikarbonat. Keringkan dan olesi dengan salep livertan. KULIT TERKENA BASA KUAT Segera cucui dengan air kran yang banyak, kemudian dengan larutan asam asetat 1% dan cuci kembali dengan air. Setelah kering olesi dengan salep livertan. KULIT TERKENA AIR BROM Segera cuci dengan benzena dan olesi dengan gliserin. Setelah beberapasaat cuci sisa gliserin dengan air dan olesi dengan salep livertan. KULIT TERKENA ZAT ORGANIK Jika kulit terkena zat organik yang kororsif, segera cuci dengan alkohol, kemudian cuci lagi memakai sabun dan air hangat. MATA TERKENA ASAM/BASA 1. Jika asamnya encer, cuci mata dengan larutan natrium bikarbonat 1% menggunakan alat pencuci mata. 2. Jik asamnya pekat, pertama cuci dengan air sebanyak-banyaknya, kemudian cuci dengan larutan natrium bikarbonat 1%. 3. Jika mata terkena basa, cuci dengan air kemudian denan larutan asam borat 1%. ZAT PADAT, ZAT CAIR, DAN GAS BERACUN 1. Jika zat beracun masuk ke mulut tetapi tidak sampai tertelan, Segera zat tersebut dikeluarkan dan berkumur dengan air sebanyak-banyaknya. 2. Jika larutan asam tertelan, segera minum air sebanyak-banyaknya. Kemudian minum air kapur atau bubur magnesia dan susu murni. Jika yang tertelan adalah basa kuat, segera minum sebanyak-banyaknya, kemudian minum larutan asam cuka encer, air jeruk, asam laktat, setelah itu minum susu murni. 3. Senyawa arsen atau raksa tertelan, segera minum larutan garam dapur yang dibuat dengan melarutkan satu sendok garam dalam segelas air hangat.
4. Jika gas klor atau brom terhisap, buka pakaian atas segera menghisap amoniak atau berkumur dengan larutan bikarbonat. Selanjutnya menghisap mentol atau minum cairan hangat seperti pepermint.
menghadap ke atas, dimana titik tengahnya berada paling bawah dari batas permukaan. Kecuali untuk merkuri atau raksa, kurva dari permukaan larutannya menghadap ke bawah. Kesepakatan yang dibuat dalam membaca skala dari posisi dari miniskus adalah dengan membaca skala dari posisi miniskus paling bawah.
Gambar : miniskus bawah dan atas Pipet volumetrik digunakan untuk mengukur zat cair yang volumenya tertentu dengan ketelitian tinggi. Teknik manipulasi pipet volumetrik : Batas pipet dengan aquades. Pipet diisi dengan aquades sampai setengahnya, kemudian pasang kedua ujungnya, lalu naik-turunkan kedua ujung secara bergantian. Kemudiam buang akuades di dalamnya. Bilas kembali dengan zat cair yang akan diukur sampai skala atas sebanyak dua kali. Pipet volumetrik diisi dengan zat cair yang akan diukur dengan cara menghisapnya atau menggunakan karet penghisap (untuk zat cair berbahaya). Pada saat menghisap, ujung pipet harus tetap berada di dalam zat cair sampai skala paling bawah. Bila menggunakan mulut, hisap zat cair sampai sedikit di atas skala atas pipet. Kemudian segera tutup dengan telunjuk, serta pipetnya dipegang dengan ibu jari dan jari tengah. Keluarkan pipet dari dalam zat cair dan keringkan ujung yang tercelup dengan kertas saring. Keluarkan kelebihan zat cair dengan cara menggerakkan jari tengah dan ibu jari sampai miniskusnya tepat pada skala yang diukur. Pindahkan zat cair dalam pipet dengan cara meletakkan pipet pada posisi tegak dan ujungnya menyentuh didinding alat yang akan digunakan. Sudut anatara pipet dan dinding alat 45o. Letakkan jari telunjuk dengan cara memutar pipet dengan jari sampai zat cair di dalam pipet turun sampai skala paling bawah. Ingat !!, jangan pernah memipet zat cair langsung dari botol reagen. Tuangkan dahulu zat cair ke dalam gelas kimia. 2. Melipat kertas saring Kertas dilipat menjadi setengah lingkaran, kemudian dilipat lagi bagian tengahnya. Buka lipatan kertas saring hingga membentuk 60o dan dipolakan pada corong. Jika tidak melekat dengan tepat maka sudut lipatan kertas saring harus
8
disesuaikan hingga tepat melekat. Bagian atas kertas saring lebih rendah 1-2 cm dari bagian atas corong. Kemudian basahi kertas saring dengan akuades hingga melekat pada dinding corong.
3. Mencium bau Untuk mencium bau suatu zat yang mudah menguap dilakukan dengan cara menepatakan wadah zat/tabung 25 cm dari hidung. Kibaskan uap di atas wadah dengan tangan sehingga dapat tercium baunya. 4. Memanaskan tabung reaksi o Masukkan larutan ke dalam tabung reaksi. Jepit tabung reaksi dengan penjepit kayu, kemudian panaskan di atas pembakar. Pemanasan dimulai dari dasar tabung reaksi menuju ke bagian atas secara bolak-balik dan merata, tetapi jangan sampai penjepitnya terbakar. o Nyala pembakar diatur jangan terlalu besar dan sewktu-waktu tabung reaksi dikeluarkan dari pembakar untuk menjaga agar tidak terjadi percikan larutan ke luar tabung reaksi. o Ingat !!, mengarahkan tabung reaksi yang dipanaskan ke arah/tempat yang kosong atau jangan mengarah ke praktikan yang lain atau ke arah bahan-bahan kimia.
5. Menuangkan zat kimia Dalam menuangkan larutan dari botol reagen, pegang tutup botol dengan hatihati, kemudian letakkan tutup botol dengan aman. Tuangkan dari botol ke dalam wadah lain secara perlahan sesuai dengan yang diinginkan. Untuk larutan pekat, tuangkan dengan hati-hati menggunakan batang pengaduk sedikit demi sedikit (dekantasi). Dalam menuangkan zat kimia yang berbentuk padatan, sediakan sepotong kertas 15 cm dan lebar 2 cm, kemudian masukkan ke dalam tabung reaksi dengan menyisakan 1,5 cm di atas mulu tabung. Tuangkan zat padat di atas kertas tersebut. Selanjutnya, pegang ujung kertas dan tegakkan vertikal tabung reaksi lalu angkat kertas tersebut. 6. Pengenceran asam pekat Dalam melakukan pengencerab asam pekat atau zat kimia cair yang bersifat eksotermik, perlu diperhatikan panas yang dihasilkan. Pertama, siapkan gelas kimia atau wadah lain yang telah berisi akuades yang telah dihitung volumenya sesuai
9
konsentrasi pengenceran yang diinginkan. Kemudian ambil asam pekat dengan mengguanakan pipet volumetrik dengan bola karet penghisap sesuai dengan volume dari konsentrasi yang diinginkan. Setelah itu, tuangkan secara perlahan melewati dinding gelas kimia sampai asam pekat pada pipet volumetrik habis. Jangan lupa gunakan sarung tangan, kacamata, dan masker. Lakukan sebisa mungkin di dalam ruang asam. 7. Penimbangan Ada beberapa macam neraca yang biasa digunakan di laboratorium, seperti neraca ayun, neraca analitis, neraca listrik dan neraca taknis. Salah satu dari neraca teknis adalah neraca O` Hauss cento gram, neraca ini memiliki daya timbang maksimal 311 gram dengan ketelitian sampai 0,01 gram. Langkah-langkah yang harus dilakukan bila menggunakan neraca ini adalah : Sebelum menimbang, neraca harus terletak horizontal di atas meja. Kedataran neraca ditentukan dengan penyipat datar pengamatan terhadap water pass. Letakkan semua pemberat pada tanda nol. Atur neraca dengan memutar sekrup pengatur di ujung sebelah kiri sehingga garis pada lengan neraca menunjuk tepat pada angka nol. Ini berati neraca sudah dalam keadaan setimbang. Letakkan kaca arloji di atas piring neraca dan timbang berat kaca arloji dengan menggeser pemberat pada lengan neraca sampai garis pada ujung lengan neraca menunjuk angka nol. Ambil zat yang akan ditimbang menggunakan spatula bersih dan letakkan pada kaca arloji. Kemudian timbang zat tersebut sesuai dengan berat zat yang diinginkan. Setelah itu ambil kaca arloji yang berisi zat dari piringan neraca. Setelah melakukan penimbangan, kembalikan pemberat ke posisi nol. Jangan lupa membersihkan piringan neraca apabila ada zat yang tercecer. Untuk menimbang zat cair, gunakan gelas kimia dan naikkan piringan di bawah piring neraca.
10
ADSORPSI
TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui perbedaan hasil adsorpsi (proses penyaringan air) dengan menggunakan zeolit, batu bata, arang kasar dan halus.
PENDAHULUAN
Salah satu sifat penting dari permukaan zat adalah adsorpsi. Adsorpsi adalah proses penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan fisika antara substansi dengan penyerap. Definisi lain menyatakan adsorpsi sebagai suatu peristiwa penyerapan pada lapisan permukaan antar fasa, dimana molekul dari suatu materi terkumpul pada bahan pengadsorpsi atau adsorben. Adsorpsi terbagi menjadi 2 yaitu : 1. Adsorpsi fisika Berhubungan dengan gaya Van der Waals. Apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya, maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada permukaan adsorben. Adsorpsi ini mirip dengan proses kondensasi dan biasanya terjadi pada temperatur rendah pada proses ini gaya yang menahan molekul fluida pada permukaan solid relatif lemah, dan besarnya sama dengan gaya kohesi molekul pada fase cair (gaya van der waals) mempunyai derajat yang sama dengan panas kondensasi dari gas menjadi cair, yaitu sekitar 2.19-21.9 kg/mol. Keseimbangan antara permukaan solid dengan molekul fluida biasanya cepat tercapai dan bersifat reversibel. 2. Adsorpsi Kimia Yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dengan zat terlarut yang teradsorpsi. Adsorpsi ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya yang jauh lebih besar daripada Adsorpsi fisika. Panas yang dilibatkan adalah sama dengan panas reaksi kimia. Menurut Langmuir, molekul teradsorpsi ditahan pada permukaan oleh gaya valensi yang tipenya sama dengan yang terjadi antara atom-atom dalam molekul. Karena adanya ikatan kimia maka pada permukaan adsorbent akan terbentuk suatu lapisan
11
atau layer, dimana terbentuknya lapisan tersebut akan menghambat proses penyerapan selanjutnya oleh batuan adsorbent sehingga efektifitasnya berkurang. Di dalam adsorpsi terdapat istilah adsorbat dan adsorben. Adsorbat adalah materi atau partikel yang diadsorpsi sedangkan adsorben adalah bahan yang berfungsi sebagai pengadsorpsi. Contoh dari adsorben, yaitu : a) b) c) d) Karbon aktif/arang aktif Zeolit Batu bata Pasir, dll.
LANGKAH KERJA
1. Siapkan larutan FeCl3 encer dari FeCl3 1 M sebanyak 500 ml dan masukkan ke dalam baskom. 2. Siapkan 4 buah botol aqua, kemudian potong bagian bawah dari botol tersebut dan lubangi masing-masing tutup botol aqua tersebut. 3. Masukkan masing-masing ke dalam setiap botol kapas ke bagian mulut botol aqua dengan posisi botol dibalikkan. 4. Letakkan masing-masing botol tadi di statif dan ring, jepit botol dengan menggunakan klem. 5. Haluskan bahan-bahan yang akan digunakan (zeolit, batu bata, dan arang), khusus untuk arang di bagi menjadi 2 yakni arang yang kasar dan yang dihaluskan, lalu masukkan ke dalam oven dengan suhu 100oC selama 5-10 menit (aktivasi).
12
6. Masukkan semua bahan-bahan tadi ke dalam masing-masing botol aqua yang telah disiapkan (botol 1 : zeolit, botol 2 : batu bata, botol 3 : arang aktif halus dan botol 4 : arang aktif kasar). 7. Masukkan larutan FeCl3 ke dalam masing-masing botol sebanyak 50 ml. 8. Amati dan bandingkan hasil penyaringan FeCl3 yang dihasilkan dari keempat bahan di atas.
13
PEMBUATAN TAWAS
TUJUAN PERCOBAAN
Membuat tawas dari alumunium dalam skala kecil
PENDAHULUAN
Tawas (Alum) adalah kelompok garam rangkap berhidrat berupa kristal dan isomorf dengan formula M+M3+(SO4).12H2O (M+ merupakan kation univalen). Tawas ini dikenal dengan nama Potassium Alumunium Sulfat Dodekahidrat atau KAl(SO4)2.12H2O yang dikenal banyak sebagai koagulan didalam pengolahan air atau limbah. Sebagai koagulan, Alum Sulfat sangat efektif untuk mengendapkan partikel yang melayang baik dalam bentuk koloid maupun supensi. Tawas atau Alum dibuat melalu 2 cara, yaitu 1. Proses Bauksit Dengan proses Bauksite ini, tawas dibuat langsung dari Bauksit dan Asam Sulfat dimana Bauksit mengandung 50% Al(OH)3. 2. Proses Al(OH)3 Dengan proses ini, tawas dibuat dari Al(OH)3 yang direaksikan dengan Asam Sulfat sehingga membentuk Alum Sulfat. Tawas Kalium Alumunium Sulfat dihasilkan dengan mereaksikan logam alumunium (Al) dalam larutan basa kuat (Kalium Hidroksida) akan larut membentuk aluminat. Menurut persamaan reaksi 2Al(s)+2KOH(aq)+2H2O(l) 2KalO2(aq) + 3H2(g)................................................................(1) Kadang-kadang ditulis dalam bentuk ion sebagai kompleks aluminat dengan persamaan reaksi 2Al(s)+2OH-(aq)+6H2O(l) 2Al(OH)-4(aq) + 3H2(g).............................................................(1)
Larutan aluminat ini dinetralkan dengan asam sulfat. Pada awalnya terbentuk endapan berwarna putih dari aluminat hidroksida (Al(OH)3) kemudian ketika penambahan asam sulfat, endapan putih tersebut semakin banyak dan jika asam sulfat berlebihan maka endapan akan larut membentuki kation K+, Al3+, SO42-. Namun jika didiamkan larutan ini akan membentuk kristal seperti kaca yang merupakan tawas kalium alumunium sulfat atau sering disebut alum. Secar singkat reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut 2KAlO2(aq) + 2H2O(l) + 2H2SO4(aq) 24 H2O (l) + 2KAl(SO4)2(aq) Reaksi secara keseluruhan
14
2KAl(SO4)2.12H2O (s)
Pada proses pendinginan akan terbentuk kristal dari Kal(SO4)2.12H2O (tawas). Senyawa alumunium, khususnya senyawa sulfat banyak digunakan pada industri kertas. Selain itu, tawas digunakan sebagai koagulan dalam pengolahan air dan air buangan.
Cutter
Neraca Ohauss Labu Erlenmeyer 100 mL Gelas Ukur 100 mL Statif dan Klem Corong Kaca Kertas saring Gelas Kimia 30 mL Batang Pengaduk
Bahan Kaleng Alumunium KOH 20% H2SO4 Pekat Es Batu Etanol 50%
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Bersihkan kaleng alumunium dengan menggunakan amplas 2. Potong kaleng alumunium hingga menjadi potongan-potongan kecil 3. Masukkan potongan-potongan kaleng alumunium sebanyak 1 gram ke dalam labu erlenmeyer 100 mL 4. Tambahkan KOH 20% senbanyak 50 mL. Amati reaksi yang terjadi 5. Setelah reaksi berhenti, saring larutan dan ambil filtratnya sebanyak 10 mL
15
6. Masukkan H2SO4 Pekat sebanyak 6 mL ke dalam filtrat 10 mL tersebut dan dinginkan hingga terbentuk kristal putih 7. Cuci kristal tawas dengan 2 mL etanol 50%.
16
PENDAHULUAN
Hidrogen merupakan unsur yang paling ringan dan paling sederhana yaitu mengandung 1 proton dan 1 elektron. Hidrogen dalam keadaan bebas berbentuk gas diatomik yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak dapat dirasakan. Hidrogen adalah unsur yang terdapat di alam dalam kelimpahan terbesar yaitu 93% tetapi hanya sedikit yang terdapat di bumi (Haris, 2009). Di bumi hidrogen didapatkan sebagai air, hidrokarbon dan senyawa organik lainnya. Molekul hidrogen merupakan gas yang paling ringan (Fajar, 2003). Gas hidrogen adalah gas yang menimbulkan ledakan bila dipicu dengan api. Karena hidrogen didapat di alam semesta sebagai senyawaannya maka artinya hidrogen tidak tersedia langsung dalan bentuk gas diatomnik (H2). Sehingga H2 dibuat dalam bentuk senyawanya. Pembuatan gas hidrogen terdiri dari 2 cara, yaitu cara industri dan cara laboratorium. Dalam cara laboratorium, gas hidrogen dapat diproduksi dengan mereaksikan basa kuat denga alumunium. Logam alumunium berwarna putih, mengkilat, mempunyai titik leleh tinggi yaitu 660oC, moderat lunak dan lembek, lemah jika dalam keadaan murni. Logam alumunium bersifat amfoterik, bereaksi dengan asam kuat membebaskan H2, dan bila bereaksi dengan basa kuat menghasilkan aluminat dan gas H2 (Sugianto, 2003). Persamaan reaksi yang terjadi antara logam alumunium dan basa: 2Al (s) + 6H3O+(aq) 2Al3+(aq) + 6H2O (l) + 3H2 (g) 2[Al(OH)4-] (aq) + 3H2 (g) 2Al (s) + OH-(aq) + 6H2O (l)
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Masukkan 25mL NaOH 1M, 25mL NaOH 2,97M, dan 25mL NaOH 5M kedalam labu erlenmeyer 100mL yang berbeda 2. Tambahkan 3 gram alumunium foil ke dalam masing-masing labu erlenmeyer tersebut. Nyalakan stopwatch secara bersamaan 3. Rekatkan langsung balon ke mulut labu erlenmeyer 4. Matikan stopwatch ketika balon sudah erhenti mengembang 5. Uji gas dalam balon dengan pemicu nyala api
18
ELEKTROLISIS AIR
A. Tujuan
Untuk Mengetahui Cara Elektrolisis Air
A. Latar Belakang
Elektrolisis air adalah peristiwa penguraian senyawa air (H2O) menjadi oksigen (O2 ) dan hodrogen ( gas H2) dengan menggunakan arus listrik yang melalui air tersebut. Pada katoda, dua molekul air bereaksi dengan menangkap dua elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion hidroksida (OH-). Sementara itu pada anoda, dua molekul air lain terurai menjadi gas oksigen, melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron kekatoda. Reaksi keseluruhan yang setara dari elektrolisis air dapat dituliskan menjadi : 2H2O(l) 2H2(g) + O2(g) .
Gas hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk gelembung pada elektroda dan dapat dikumpulkan. Natrium banyak tersedia dan melimpah jumlahnya dilautan bumi sebagai NaCl (garam). Natrium adalah elemen yang sangat reaktif. Pada kondisi standar, logan natrium jika direaksikan dengan air akan menghasilkan gas hidrogen dengan reaksi sebagai dengan berikut : 2Na + 2H2O 2NaOH + H2(g) Reaksi tersebut bersifat eksotermal, sehingga gas hidrogen secara otomatis terbakar. Serta adanya reaksi : 2H2 + O2 2H2O (autoignition) Pada elektrolisis komponen terpenting adalah elektroda dan elektrolit. Elektroda yang elektrolit. digunakan dalam proses elektrolisis dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : - elektroda inert, seperti kalsium (Ca), potasium, grafit (C) , platina ( Pt) dan Au. - elektroda aktif, seperti seng (Zn), tembaga (Cu), dan perak ( Ag). Elektrolitnya dapat berupa larutan seperti asam, basa, atau garam, dapat pula leburan garam halida atau leburan oksida. Kombinasi antara elektrolit dan elektroda menghasilkan tiga kategori : 1. Elektrolisis larutan dengan elektroda inert. 2. Elektrolisis larutan dengan elektroda aktif, dan 3. Elektrolisis leburan dengan elektroda inert. Pada elektrolisis, katoda merupakan kutub negatif dan anoda merupakan kutub positif. Pada katoda akan terjadi reaksi reduksi dan pada anoda terjadi reaksi oksidasi.
19
Pada elektrolisis air dihasilkan oksigen dan hidrogen dapat dibuktikan dengan menyalakn lidi yang dimasukkan kedalam tabung reaksi, nyala lidi akan terlihat semakin membara ( tes untuk O2). Adanya bunga api kecil apabila tabung reaksi berisi gas didekatkan dengan api (tes untuk H2).
C. Langkah Kerja
1. Siapkan larutan NaCl sebagai larutan elektrolit. 2. Siapkan catu daya dengan kutub positif dihubungkan dengan karbon(anoda) dan kutub negatif dengan karbon (katoda). 3. Celupkan kedua elektroda tersebut kedalam larutan NaCl dan tutup masingmasing elektroda dengan tabung reaksi kemudian nyalakan catu daya dengan tegangan 3V, 6V, 9V, dan 12 V. 4. Amati dan catat waktu dari masing-masing tegangan yang digunakan dan amati pula perubahan yang terjadi.
20
B. Latar Belakang
Karbon dioksida ( CO2 ) atau zat asam arang adalah sejenis senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar serta hadir di atmosfer bumi. Larutan CO 2 mengubah warna lakmus dari biru menjadi merah. Karbon dioksida adalag gas yang tidak berwarna dan tidak berbau serta tidak meledak. Natrium bikarbonat ( NaHCO3 ) merupakan senyawa garam yang biasa disebut juga sebagai baking soda ( soda kue ), sodium bikarbonat, natrium bikarbonat, natrium hidrogen karbonat dan lain-lain. Senyawa ini digunakan dalam roti atau kue karena bereaksi dengan bahan lain menbentuk gas CO 2 , yang menyebabkan roti mengembang. Asam sitrat (C6H8O7 ) merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah tumbuhan genus citrus. Biasanya digunakan sebagai bahan pengawet yang baik dan alami. Pada temperatur kamar, asam sitrat berbentuk kristal berwarna putih. Secara kimia, asam sitrat bersifat seperti asam karboksilat lainnya. Jika dipanaskan diatas 175 , asam sitrat terurai dengan melepaskan karbondioksida dengan air.
Gas CO2 dapat diproduksi dengan mereaksikan karbonat dengan asam, contohnya natrium bikarbonat dengan asam sitrat, reaksi ini akan menghasilkan gas CO2 . Jika yang digunakan asam lemah maka reaksi berjalan lambat namun jika yang digunakan asam kuat maka reaksi berjalan cepat.
21
D. Langkah Kerja
Percobaan I 1. Masukkan 6 sendok spatula citrun kedalam balon dan 5 sendok spatula soda kue serta 25 ml air kedalam labu erlenmeyer. 2. Tutup mulut labu erlenmeyer dengan balon yang telah berisi citrun tadi. 3. Tunggu sampai gas CO2 sudah tidak terbentuk lagi, dapat dilihat dari ukuran balon. 4. Lakukan hal yang sama dengan mengganti jumlah soda kue menjadi 5 sendok spatula sedangkan jumlah citrun menjadi 6 sendok spatula. Percobaan II 1. Masukkan 5 sendok spatula soda kue dan 6 sendok spatula citrun serta 25 ml air kedalam labu erlenmeyer. 2. Segera sumbat mulut labu erlenmeyer dengan balon. 3. Kocok atau goyangkan labu erlenmeyer agar semua bahan dapat bercampur. 4. Lakukan hal yang sama dengan mengunakan jumlah soda kue menjadi 6 sendok spatula sedangkan jumlah citrun menjadi 5 sendok spatula dan jumlah air tetap 25 ml.
22
Percobaan ini sebaiknya dilakukan di luar atau kerudung asap karena menghasilkan gas Ammonia. Potassium Nitrat menghasilkan warna api merah keunguan bila dibakar dengan api. Kalium Nitrat banyak digunakan dalam pasta gigi untuk gigi sensitif , digunakan pula dalam produksi asam sendawa. Selain itu Kalium Nitrat juga digunakan sebagai pupuk, sebagai model bahan pembakar rocket, dan dalam beberapa petasan seperti bom asap, dimana campurannya dengan gula menghasilkan jelaga asap 600 kali dari volumnya sendiri. Dalam proses pengawetan makanan, Kalium Nitrat merupakan komposisi umum dari daging yang diasinkan. Kalium Nitrat juga komponen utama dalam penghilang puntung dan telah digunakan dalam pembuatan es krim.
23
ALAT DAN BAHAN Alat Gelas Kimia Kaca Arloji Spatula Batang Pengaduk Corong Kaca Kertas Saring Hotplate Bahan Larutan Amonium nitrate Air Larutan Kalium Hidroksida PROSEDUR PERCOBAAN 1. Buka kemasan yang mengandung amonia nitrat dan air 2. Masukkan 80 gram NH4NO3 kedalam beker gelas 3. Tambahkan 70mL air dan aduk hingga larut dan saring 4. Siapkan 56 gram Potassium Hidroksida dalam gelas kimia yang berbeda 5. Tambahkan sedikit air pada Pottasium Hidroksida dan aduk hingga larut 6. Tuangkan larutan Amonium Nitrat kedalam Larutan Potassium Hidroksida sedikit demi sedikit 7. Panaskan hingga berbentuk kristal 8. Uji kristal yang terbentuk dengan menggunakan nyala api. Nyala api akan berwarna merah keunguan bila kristal adalah kristal KNO3.
24