Anda di halaman 1dari 4

Nama NIM

: Ratna Agustiningsih : 0907308 ALKALOID

A. Pendahuluan Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau cairan. Dewasa ini telah ribuan senyawa alkaloid yang ditemukan dan dengan berbagai variasi struktur yang unik, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit. B. Sejarah alkaloid Studi alkaloid dimulai pada abad ke-19. Pada 1804, kimiawan Jerman Friedrich Sertrner mengisolasi senyawa alkaloid dari opium, sebuah "obat tidur" (bahasa Latin : rukun somniferum), yang ia sebut "morphium" untuk menghormati Morpheus, dewa mimpi Yunani. Istilah "morfin", yang digunakan dalam bahasa Inggris dan Perancis, diberikan oleh fisikawan Perancis Joseph Louis Gay-Lussac. Sebuah kontribusi yang signifikan untuk kimia alkaloid pada tahun-tahun awal perkembangannya dibuat oleh para peneliti Prancis Pierre Joseph Pelletier dan Joseph Bienaim Caventou, yang menemukan kina (1820) dan striknin (1818). Beberapa alkaloid lainnya ditemukan sekitar waktu itu, dan kokain (1860). Istilah alkaloid (berarti mirip alkali, karena dianggap bersifat basa) pertama kali dipakai oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissner (1819), seorang apoteker dari Halle (Jerman) untuk menyebut berbagai tumbuhan yang bersifat basa (pada waktu itu sudah dikenal, misalnya, morfina, striknina, serta solanina). Sintesis lengkap pertama dari sebuah alkaloid yang dicapai pada tahun 1886 oleh kimiawan Jerman Albert Ladenburg . Dia menghasilkan coniine dengan mereaksikan 2-methylpyridine dengan asetaldehida dan mereduksi piridin 2-propenil yang dihasilkan dengan natrium. Perkembangan kimia alkaloid dipercepat oleh munculnya metode spektroskopi dan kromatografi dalam abad ke-20, sehingga bahwa pada tahun 2008 lebih dari 12.000 alkaloid telah diidentifikasi. C. Klasifikasi alkaloid Klasifikasi alkaloida dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara yaitu : 1. Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis seperti alkaloida porilidin, alkaloida piperidin, alkaloida isokuinolin, alkaloida kuinolin, dan alkaloida indol. Struktur masing-masing alkaloida adalah sebagai berikut:

Pirolidin

Piperidin

Isokuinolin

Kuinolin

Indol

2. Berdasarkan jenis tumbuhan darimana alkaloida ditemukan. Berdasarkan cara ini,

alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu alkaloida tembakau, alkaloida amaryllidaceae, alkaloida erythrine dan sebagainya. 3. Berdasarkan asal-usul biogenetika. Cara ini sangat berguna untuk menjelaskan hubungan antara berbagai alkaloida yang diklasifikasikan berdasarkan berbagai jenis cincin heterosiklik. Dari biosintesa alkaloida, menunjukan bahwa alkaloida berasal dari hanya beberapa asam amino tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut maka alkaloida dapat dibedakan berdasarkan tiga jenis utama, yaitu : a) Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan lisin Contoh alkaloida alisiklik :

b) Alkaloida aromatik jenis fenilanalin yang berasal dari fenil alanin, tirosin, dan 3,4-dihidrofenilalanin Contoh alkaloida aromatik jenis fenilanalin:

Morfin c) Alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari triptopan Contoh alkaloida aromatik jenis indol :

A. Prinsip pembentukan alkaloid Asam amino merupakan senyawa organik yang sangat penting, senyawa ini terdiri dari amino (NH2) dan karboksil (COOH). Ada 20 jenis asam amino esensial yang merulakan standar atau yang dikenal sebagai alfa asam amino alanin, arginin, asparagin, asam aspartat, sistein, asam glutamat , glutamin, glisin, histidine, isoleusin, leusin, lysin, metionin, fenilalanine, prolin, serine, treonine, triptopan, tirosine, and valin(4). Dari 20 jenis asam amino yang disebutkan diatas, selain tirosin yang juga merupakan pencetus terbentuknya alkaloid adalah histidin, lisin dan triptopan. Pada reaksi selanjutnya ke empat asam-asam amino di atas akan membentuk golongan alkaloid yang berbeda, akan tetapi melalui prinsip dasar reaksi yang sama. Biosintesis alkaloid mula-mula didasarkan pada hasil analisa terhadap ciri struktur tertentu yeng sama-sama terdapat dalam berbagai molekul alkaloid. Alkaloid aromatik mempunyai satu unit struktur yaitu -ariletilamina. Alkaloid-alkaloid tertentu dari jenis 1- benzilisokuinolin seperti laudonosin mengandung dua unit -ariletilamina yang saling berkondensasi Kondensasi antara dua unit -ariletilamina tidak lain adalah reaksi kondensasi Mannich. Menurut reaksi ini, suatu aldehid berkondensasi dengan suatu amina menghasilkan suatu ikatan karbon-nitrogen dalam bentuk imina atau garam iminium, diikuti oleh serangan suatu atom karbon nukleofilik ini dapat berupa suatu enol atau fenol. Dari percobaan menunjukkan bahwa -ariletilamina berasal dari asam-asam amino fenil alanin dan tirosin yang dapat mengalami dekarboksilasi menghasilkan amina. Asam-asam aminom ini, dapat menyingkirkan gugus-gugus amini (deaminasi oksidatif) diikuti oleh dekarboksilasi menghasilkan aldehid. Kedua hasil transformasi ini yaitu amina dan aldehid melakukan kondensasi Mannich. Reaksi umum kondensasi Mannich :

Mekanisme reaksi :
Mekanisme reaksi Mannich dimulai dengan pembentukkan ion iminium dari amina dan formaldehida.

Karena reaksi berjalan dalam lingkungan asam, senyawa dengan gugus fungsi karbonil akan bertautomer menjadi bentuk enol. Setalah itu, ia akan menyerang ion iminium.

Anda mungkin juga menyukai