Anda di halaman 1dari 17

Meskipun berakar dari Yunani kuno, teori evolusi pertama kali dimunculkan dan menjadi perhatian dunia ilmiah

pada abad ke-19. Pandangan tentang evolusi yang paling luas dikaji dikemukakan oleh ahli biologi Prancis Jean Baptiste Lamarck, dalam bukunya Zoological Philosophy [Filsafat Ilmu Hewan] (1809). Lamarck berpendapat bahwa semua makhluk hidup dilengkapi dengan kekuatan mendasar yang mendorong mereka untuk berevolusi atau mengalami perubahan ke arah yang lebih kompleks [a]. Dia juga berpendapat bahwa suatu organisme dapat menurunkan sifat-sifat yang diperoleh selama masa hidupnya kepada keturunannya. Sebagai contoh dari jalan pemikiran ini, Lamarck berpendapat bahwa leher panjang jerapah berevolusi ketika nenek moyang yang berleher pendek memilih untuk meraih dan memakan daun-daun pepohonan daripada rerumputan. Pandangan evolusi cetusan Lamarck ini digugurkan oleh penemuan hukum penurunan sifat genetik. Pada pertengahan abad ke-20, penemuan struktur DNA mengungkap bahwa inti dari sel makhluk hidup memiliki informasi genetik yang sangat istimewa, dan bahwa informasi genetik ini tidak dapat diubah oleh sifat dapatan. Dengan kata lain, selama hidupnya, meskipun jerapah berhasil menjadikan lehernya beberapa sentimeter lebih panjang dengan menjulurkan lehernya ke dahan-dahan yang lebih tinggi, sifat ini tidak akan diturunkan ke anak-anaknya. Singkatnya, pandangan Lamarck secara sederhana telah terbantahkan oleh temuan ilmiah, dan tenggelam dalam sejarah sebagai sebuah pendapat yang keliru. Meskipun demikian, teori evolusi yang dirumuskan oleh seorang ilmuwan alam yang hidup beberapa generasi setelah Lamarck terbukti lebih berpengaruh. Ilmuwan alam ini adalah Charles Robert Darwin, dan teori yang ia rumuskan dikenal sebagai Darwinisme. KELAHIRAN Darwinisme Charles Darwin mendasarkan teorinya pada berbagai pengamatan yang ia lakukan sebagai seorang naturalis [b] muda di atas kapal H.M.S Beagle, yang berlayar pada akhir 1831 dalam perjalanan resmi lima tahun keliling dunia. Darwin muda sangat terpengaruh oleh keanekaragaman jenis makhluk hidup yang dia amati, terutama berbagai burung finch [burung kutilang Darwin] di kepulauan Galapagos. Perbedaan pada paruh burung-burung ini, menurut Darwin, adalah sebagai hasil dari penyesuaian diri terhadap lingkungan mereka yang berbeda. Setelah pelayaran ini, Darwin mulai mengunjungi pasar-pasar hewan di Inggris. Dia mengamati bahwa orang-orang yang bekerja memuliakan sapi menghasilkan suatu keturunan sapi baru dengan mengawinkan sapi-sapi yang memiliki perbedaan sifat. Pengalaman ini, bersama dengan keanekaragaman jenis burung kutilang yang diamatinya di kepulauan Galapagos, memberi andil dalam perumusan teorinya. Di tahun 1859, ia menerbitkan pandangan-pandangannya dalam bukunya The Origin of Species [Asal Usul Spesies]. Dalam buku ini dia berpendapat bahwa semua spesies berasal dari satu nenek moyang, yang berevolusi dari satu jenis ke jenis lain sejalan dengan waktu melalui perubahan-perubahan kecil. Yang membuat Teori Darwin berbeda dari Lamarck adalah penekanannya pada seleksi alam. Darwin berteori bahwa terdapat persaingan untuk mempertahankan kelangsungan hidup di alam, dan bahwa seleksi alam adalah bertahan hidupnya spesies kuat, yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Darwin mengambil alur berpikir sebagai berikut:

Di dalam satu spesies tertentu, terdapat variasi [keragaman] alamiah dan yang bersifat kebetulan. Sebagai contoh sejumlah sapi lebih besar daripada yang lain, sementara sebagian sapi memiliki warna lebih gelap. Seleksi alam memilih sifat-sifat yang menguntungkan. Jadi, proses seleksi alam menyebabkan peningkatan gen-gen yang menguntungkan dalam satu populasi [c], yang menjadikan sifat-sifat populasi itu lebih sesuai untuk lingkungan di sekitarnya. Seiring dengan waktu perubahan-perubahan ini mungkin cukup berarti untuk menyebabkan munculnya spesies baru. Charles Darwin mengembangkan teorinya di masa ketika ilmu pengetahuan masih terbelakang. Di bawah mikroskop yang masih sederhana seperti ini, makhluk hidup terlihat memiliki bentuk dan rancang bangun yang sangat sederhana. Pemahaman keliru inilah yang menjadi dasar pijakan Darwinisme. Namun demikian, teori evolusi melalui seleksi alam ini memunculkan keraguan sejak awalnya: 1- Apakah variasi [keragaman] alamiah dan yang bersifat kebetulan yang dimaksud Darwin? Memang benar bahwa sejumlah sapi berukuran lebih besar daripada yang lain, sementara sebagian memiliki warna lebih gelap, tetapi bagaimana variasi [keragaman] ini dapat memberikan penjelasan bagi keanekaragaman spesies hewan dan tumbuhan? 2- Darwin menegaskan bahwa Makhluk hidup berevolusi sedikit demi sedikit secara bertahap. Jika demikian, seharusnya sudah pernah ada jutaan makhluk hidup bentuk peralihan. [d] Namun tidak terdapat bekas dari makhluk teoritis ini dalam catatan fosil. Darwin berpikir keras pada masalah ini, dan akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa penelitian lebih lanjut akan menyediakan bukti fosil-fosil ini. 3- Bagaimana seleksi alam mampu menjelaskan organ-organ rumit, seperti mata, telinga atau sayap? Bagaimana dapat dipercaya bahwa organ-organ ini berkembang tahap demi tahap, sementara harus diingat bahwa organ-organ tersebut akan gagal berfungsi jika satu bagiannya saja hilang? 4- Sebelum memikirkan pertanyaan-pertanyaan ini, simaklah hal berikut ini: Bagaimana organisme pertama, yang disebut Darwin sebagai nenek moyang dari semua spesies, muncul menjadi ada? Mampukah proses alamiah memberikan kehidupan kepada sesuatu yang asalnya benda mati? Darwin setidaknya sadar akan beberapa pertanyaan ini, sebagaimana dapat dilihat dalam bab yang berjudul Difficulties of The Theory [Ganjalan-Ganjalan Teori Ini]. Namun, jawaban yang ia kemukakan tidak memiliki keabsahan ilmiah. H.S. Lipson, ahli fisika Inggris, membuat catatan tentang ganjalan Darwin ini sebagai berikut:

Saat membaca The Origin of Species [Asal Usul Spesies], saya menemukan bahwa Darwin sendiri merasa sangat kurang yakin daripada yang seringkali digambarkan orang; bab yang berjudul Difficulties of The Theory [Ganjalan-Ganjalan Teori Ini] misalnya, menunjukkan keraguan diri yang nyata. Sebagai seorang ahli fisika, saya amat terganggu terutama terhadap pernyataannya tentang bagaimana mata bisa terbentuk. 1 Darwin menggantungkan semua harapannya pada penelitian ilmiah yang lebih maju, yang diharapnya mampu menghapuskan ganjalan-ganjalan teori ini. Akan tetapi, berkebalikan dengan harapannya, temuan-temuan ilmiah baru yang lebih banyak malahan semakin memperbesar ganjalan-ganjalan ini. Masalah asal usul kehidupan Dalam bukunya, Darwin tidak pernah menyebutkan asal usul kehidupan. Pemahaman kuno ilmu pengetahuan pada masanya mendasarkan pada anggapan bahwa makhluk hidup memiliki bentuk dan rancang bangun yang sangat sederhana. Sejak abad pertengahan, spontaneous generation [e] [kemunculan secara kebetulan], yakni teori yang menyatakan bahwa benda-benda tak hidup dapat berpadu untuk membentuk makhluk hidup, telah diterima secara luas. Di masa itu dipercayai bahwa serangga muncul menjadi ada dari sisa-sisa makanan. Lebih jauh lagi diyakini bahwa tikus mewujud dari gandum. Sejumlah percobaan menarik dilakukan untuk membuktikan teori ini. Sejumlah gandum diletakkan di atas potongan kain kotor, dan dipercayai bahwa tikus akan muncul pada saatnya nanti. Demikian juga, kenyataan bahwa belatung muncul dari daging dipercaya sebagai bukti dari spontaneous generation [kemunculan secara kebetulan]. Namun, beberapa waktu kemudian barulah disadari bahwa belatung tidak tiba-tiba muncul dengan sendirinya dari daging, tetapi terbawa oleh lalat dalam bentuk larva [f], yang tak terlihat oleh mata telanjang. Bahkan pada masa ketika The Origin of Species [Asal Usul Spesies] karya Darwin ditulis, keyakinan bahwa bakteri dapat mewujud dari benda mati masih tersebar luas. Namun demikian, lima tahun setelah penerbitan buku Darwin, Louis Pasteur mengumumkan hasil-hasil penelitian dan pecobaan panjangnya, yang membuktikan kekeliruan spontaneous generation [kemunculan secara kebetulan], satu dasar berpijak dari teori Darwin. Dalam kuliah kemenangannya di Sorbonne tahun 1864, Pasteur mengatakan, Doktrin spontaneous generation [kemunculan secara kebetulan] tidak akan pernah bangkit lagi dari pukulan telak mematikan dari percobaan sederhana ini. 2 Louis Pasteur meruntuhkan keyakinan bahwa kehidupan dapat dimunculkan dari unsurunsur benda tak hidup.

Para pendukung teori evolusi tetap menolak mengakui temuan Pasteur untuk waktu lama. Namun, saat kemajuan ilmiah menyingkap bentuk dan rancang bangun rumit dari sel, gagasan bahwa kehidupan dapat dengan sendirinya muncul menjadi ada secara kebetulan tanpa disengaja,

menghadapi kebuntuan yang semakin besar. Kita akan mengkaji masalah ini secara lebih rinci dalam buku ini. Masalah penurunan sifat (genetika) Hal lain yang menjadi masalah bagi teori Darwin adalah penurunan sifat. Pada masa ketika Darwin mengembangkan teorinya, pertanyaan tentang bagaimana makhluk hidup meneruskan sifat ke keturunannya yaitu, bagaimana penurunan sifat terjadi tidaklah dipahami sepenuhnya. Itulah mengapa keyakinan awam bahwa penurunan sifat terjadi melalui perantaraan darah masih diterima luas. Pengetahuan dangkal tentang penurunan sifat membawa Darwin mendasarkan teorinya pada landasan yang sama sekali salah. Darwin beranggapan bahwa seleksi alam merupakan mekanisme evolusi. [g] Tetapi ada satu pertanyaan yang tetap tak terjawab: Bagaimana sifatsifat menguntungkan ini terpilih dan diteruskan dari satu keturunan ke keturunan berikutnya? Pada titik ini, Darwin menganut teori Lamarck, yaitu penurunan sifat-sifat dapatan. Dalam bukunya The Great Evolution Mystery [Misteri Besar Evolusi], Gordon R. Taylor, seorang peneliti yang mendukung teori evolusi, menggambarkan pandangannya bahwa Darwin sangat terpengaruh oleh Lamarck: Lamarckisme dikenal sebagai penurunan sifat-sifat dapatan Sebenarnya, Darwin sendiri cenderung mempercayai bahwa penurunan sifat seperti itu bisa terjadi dan menyebutkan laporan kejadian seseorang yang kehilangan jari-jemarinya dan melahirkan anak tanpa jari [Darwin], katanya, tidak mengambil satu pemikiran pun dari Lamarck. Hal ini sangat bertolak belakang, karena Darwin berulang kali memainkan gagasan penurunan sifat dapatan dan, jika gagasan ini begitu buruk, Darwinlah yang seharusnya mendapatkan nama buruk daripada Lamarck Dalam edisi tahun 1859 karyanya, Darwin mengacu pada perubahan keadaan lingkungan luar menyebabkan variasi [keragaman] tetapi kemudian keadaan ini dijelaskan sebagai mengarahkan variasi [keragaman] dan bekerjasama dengan seleksi alam dalam mengarahkannya Setiap tahun ia semakin mengacu kepada faktor penggunaan dan penyia-nyiaan Pada tahun 1868 ketika ia menerbitkan Varieties of Animals and Plants under Domestication [Varietas Hewan dan Tumbuhan dalam Pembudidayaan] segala contoh tentang penurunan sifat menurut Lamarck ia berikan: seperti seorang laki-laki yang terpotong jari kelingkingnya dan semua anaknya terlahir dengan jari kelingking cacat, serta anak laki-laki yang lahir dengan kulit khitan yang pendek sebagai akibat dari budaya berkhitan secara turun temurun. 3 Namun, pernyataan Lamarck, seperti yang telah kita pahami di atas, dimentahkan oleh hukum penurunan sifat genetik yang ditemukan oleh seorang pendeta dan ahli tumbuhan Austria, Gregor Mendel. Karenanya, gagasan tentang sifat-sifat yang menguntungkan tidak memperoleh dukungan. Hukum genetik [penurunan sifat] menunjukkan bahwa sifat-sifat dapatan tidak diturunkan, dan bahwa penurunan sifat terjadi berdasarkan hukum tertentu yang tidak berubah. Hukum ini mendukung pandangan bahwa spesies atau jenis makhluk hidup tetap tidak berubah. Tak menjadi soal, seberapa banyak sapi-sapi yang dilihat oleh Darwin di pasar ternak Inggris menghasilkan keturunan, jenisnya sendiri tidak akan pernah berubah: sapi akan tetap menjadi sapi.

Gregor Mendel mengumumkan hukum penurunan sifat yang ia temukan sebagai hasil dari percobaan dan pengamatan yang panjang dalam sebuah makalah ilmiah pada tahun 1865. Tetapi makalah ini baru menarik perhatian dunia ilmiah pada akhir abad tersebut. Hingga awal abad ke-20, kebenaran dari hukum ini telah diterima oleh seluruh masyarakat ilmiah. Ini merupakan kebuntuan besar bagi teori Darwin, yang mencoba mendasarkan gagasan sifat-sifat menguntungkan pada teori Lamarck. Di sini kita harus meluruskan kesalahpahaman umum: Mendel tidak hanya menentang model evolusi Lamarck, tetapi juga Darwin. Sebagaimana tulisan berjudul Mendels Opposition to Evolution and Darwin [Penentangan Mendel atas Evolusi dan Darwin], yang diterbitkan dalam Journal of Heredity [Jurnal Hereditas], menjelaskan, Ia [Mendel] sangat memahami The Origin of Species [Asal Usul Spesies] dan ia menentang teori Darwin; Darwin mendukung munculnya keturunan dengan perubahan melalui seleksi alam, sedangkan Mendel menyokong keyakinan agama tentang penciptaan khusus. 4 Hukum yang ditemukan Mendel menempatkan Darwinisme pada keadaan yang amat sulit. Karena alasan inilah, para ilmuwan yang mendukung Darwinisme berusaha mengembangkan suatu rumusan evolusi lain pada perempat pertama abad ke-20. Maka, lahirlah neo-Darwinisme [Darwinisme Baru]. UPAYA KERAS NEO-DARWINISME

Hukumhukum genetik [penurunan sifat] yang ditemukan oleh Mendel terbukti berdampak sangat buruk bagi teori evolusi.

Sekelompok Ilmuwan yang bersikukuh mempertemukan Darwinisme dengan ilmu genetika, dengan segala cara, berkumpul dalam sebuah pertemuan yang diadakan oleh the Geological Society of America [Perkumpulan Masyarakat Geologi Amerika] pada tahun 1941. Setelah pembicaraan panjang, mereka setuju pada cara untuk membuat penjelasan baru tentang Darwinisme; dan beberapa tahun setelah itu, para ahli menghasilkan sebuah sintesis [rumusan hasil perpaduan] dari berbagai bidang mereka menjadi sebuah teori evolusi yang telah diperbaharui. Para ilmuwan yang berperan serta dalam membangun teori baru ini termasuk ahli genetika G. Ledyard Stebbins dan Theodosius Dobzhansky, ahli ilmu hewan Ernst Mayr dan Julian Huxley, ahli paleontologi George Gaylord Simpson dan Glenn L. Jepsen, dan ahli genetika matematis Sir Ronald A. Fisher dan Sewall Wright. 5 Untuk menyanggah fakta stabilitas genetik (genetic homeostasis)[h], kelompok ilmuwan ini menggunakan gagasan mutasi, yang telah diperkenalkan oleh ahli botani Belanda Hugo de Vries pada awal abad ke-20. Mutasi adalah kerusakan yang terjadi, untuk alasan yang tidak diketahui, dalam mekanisme penurunan sifat pada makhluk hidup. Organisme yang mengalami mutasi memperoleh bentuk yang tidak lazim, yang menyimpang dari informasi genetik yang mereka warisi dari induknya. Konsep mutasi acak diharapkan bisa menjawab pertanyaan tentang asal usul variasi [keragaman] menguntungkan yang menyebabkan makhluk hidup berevolusi sesuai dengan teori Darwinsebuah kejadian yang Darwin sendiri tidak bisa menjelaskannya, tetapi hanya mencoba menghindarinya dengan mengacu kepada teori Lamarck.

Kelompok The Geological Society of America [Perkumpulan Masyarakat Geologi Amerika] menamai teori baru ini, yang dirumuskan dengan menambahkan gagasan mutasi pada teori seleksi alam Darwin, sebagai teori evolusi sintesis atau sintesis modern. Dalam waktu singkat, teori ini menjadi dikenal dengan nama neo-Darwinisme dan pendukungnya sebagai neo-Darwinis.

Para perumus Neo-Darwinisme: Theodosius Dobzhansky, Ernst Mayr, dan Julian Huxley. Namun terdapat sebuah masalah besar: Memang benar bahwa mutasi mengubah informasi genetik makhluk hidup, tetapi perubahan ini selalu terjadi dengan dampak merugikan makhluk hidup bersangkutan. Semua mutasi yang teramati menghasilkan makhluk yang cacat, lemah, atau berpenyakit dan, kadangkala, membawa kematian pada makhluk tersebut. Oleh karena itu, dalam upaya untuk mendapatkan contoh mutasi-mutasi menguntungkan yang memperbaiki informasi genetik pada makhluk hidup, neo-Darwinis melakukan banyak percobaan dan pengamatan. Selama puluhan tahun, mereka melakukan percobaan mutasi pada lalat buah dan berbagai spesies lainnya. Namun tak satu pun dari percobaan ini memperlihatkan mutasi yang memperbaiki informasi genetik pada makhluk hidup. Saat ini permasalahan mutasi masih menjadi kebuntuan besar bagi Darwinisme. Meskipun teori seleksi alam menganggap mutasi sebagai satu-satunya sumber dari perubahan menguntungkan, tidak ada mutasi dalam bentuk apa pun yang teramati yang benar-benar menguntungkan (yaitu, yang memperbaiki informasi genetik). Dalam bab selanjutnya, kita akan mengkaji permasalahan ini secara rinci. Satu kebuntuan lain bagi neo-Darwinis datang dari catatan fosil. Bahkan pada masa Darwin, fosil telah menjadi rintangan yang penting bagi teori ini. Sementara Darwin sendiri mengakui tak adanya fosil spesies peralihan, dia juga meramalkan bahwa penelitian selanjutnya akan menyediakan bukti atas bentuk peralihan yang hilang ini. Namun, meskipun semua upaya keras para pakar fosil telah dikerahkan, catatan fosil tetap menjadi rintangan besar bagi teori ini. Satu persatu, gagasan semacam organ peninggalan, rekapitulasi embriologi dan homologi kehilangan arti pentingnya oleh penemuan-penemuan ilmiah terbaru. Semua permasalahan ini diuraikan dengan lebih lengkap pada bab-bab selanjutnya dari buku ini. SEBUAH TEORI DALAM KRISIS

Kita baru saja mengupas secara singkat kebuntuan yang ditemui Darwinisme sejak hari pertama teori tersebut dikemukakan. Kini kita akan mulai mengkaji betapa besarnya kebuntuan ini. Dengan melakukan ini, tujuan kami adalah menunjukkan bahwa teori evolusi bukanlah kebenaran ilmiah yang tak terbantahkan, seperti anggapan banyak orang atau sebagaimana yang mereka ajarkan kepada orang lain. Sebaliknya, terdapat pertentangan mencolok ketika teori evolusi dihadapkan dengan penemuan-penemuan ilmiah dalam berbagai bidang seperti asal usul kehidupan, genetika populasi, anatomi perbandingan, ilmu fosil, dan biokimia. Singkatnya, evolusi adalah sebuah teori yang sedang dilanda krisis. Itulah gambaran yang diberikan oleh Prof. Michael Denton, seorang ahli biokimia Australia dan seorang penyanggah terkenal terhadap Darwinisme. Dalam bukunya Evolution: A Theory in Crisis [Evolusi: Sebuah Teori dalam Krisis] (1985), Denton menguji teori ini ditinjau dari berbagai cabang ilmu, dan menyimpulkan bahwa teori seleksi alam sangatlah jauh dari memberikan penjelasan bagi kehidupan di bumi. 6 Tujuan Denton dalam mengajukan sanggahannya bukanlah untuk menunjukkan kebenaran dari pandangan lain, tetapi hanya membandingkan Darwinisme dengan fakta-fakta ilmiah. Selama dua dasawarsa terakhir, banyak ilmuwan lain menerbitkan karya-karya penting yang mempertanyakan keabsahan teori evolusi Darwin.

Michael Denton

Louis Pasteur

Setiap kali membuka lemari es dan mengeluarkan botol atau dos susu, kita seharusnya mengingat ilmuwan Prancis terkemuka, Louis Pasteur. Pasteur menemukan bahwa susu terasa asam karena kemasukan organisme hidup yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata. Untuk mematikan organisme ini tanpa mengubah rasa atau nilai gizi makanan, dia menemukan satu cara, yakni memanaskan makanan itu secara perlahan-lahan. Proses ini, dinamai "pasteurisasi" sebagai penghargaan bagi penemunya, hanyalah salah satu dari sekian banyak sumbangan besar Pasteur bagi umat manusia. MASA MUDA Louis Pasteur lahir tanggal 27 Desember 1822, di Dole, Prancis timur, sekitar 400 kilometer Tenggara Paris. Beberapa tahun kemudian, keluarga Pasteur pindah ke Arbois. Louis masuk sekolah di Arbois, tapi rapornya jelek, kecuali untuk mata pelajaran seni. Guru-gurunya mengira dia akan berhenti bersekolah dan akan bekerja di penyamakan kulit milik ayahnya. Namun, Louis sangat berhasrat menambah pengetahuannya. Seorang gurunya melihat potensi ketekunan dan ketelitiannya bekerja.

Pada usia 15 tahun, Louis pergi ke Paris untuk menyelesaikan sekolah menengah. Namun, karena dia selalu merindukan rumah, akhirnya dia pulang ke Arbois. Dia mencoba sekolah lagi, kali ini di Besancon, hanya 40 kilometer dari rumah. Di sinilah dia berhasil dan melanjutkan pendidikannya hingga memperoleh gelar BSc dari Royal College, Besancon, tahun 1842. Louis memutuskan untuk masuk ke Ecole Normale di Paris, sekolah pendidikan guru untuk sekolah tinggi dan Universitas Prancis. Dia lulus ujian masuk tahun 1842, tapi dia tahu bahwa sebenarnya dia bisa mencapai nilai yang lebih tinggi lagi. Karena itu, dia belajar satu tahun lagi untuk meningkatkan pengetahuannya sebelum masuk Ecole Normale. (Tekad untuk selalu mencapai yang terbaik merupakan sifat yang utama.) Louis belajar ilmu kimia di Ecole Normale, dan meraih gelar MSc tabun 1845. PENELITIAN DENGAN MENGGUNAKAN MIKROSKOP Pasteur melanjutkan pendidikannya ke tingkat doktoral di lembaga yang sama. Dia sengaja memilih masalah yang sukar sebagai bahan penelitiannya. Dia ingin menyelidiki kerumitan struktur kristal tartrat dan paratartrat serta menjelaskan perbedaan keduanya. Masalah ini membingungkan para ilmuwan besar masa itu. Pasteur terpukau oleh kerumitan struktur kristalkristal kecil dan "menganggap keduanya sebagai bukti langsung ungkapan artistik dari Allah Sang Pencipta."[1] Dengan cermat dia mengamati kristal-kristal itu melalui mikroskop. Keseriusan dan kecermatannya mengamati hingga sedetail mungkin, membantunya menemukan apa yang terlewatkan oleh orang lain -- sebenarnya ada dua jenis kristal paratartrat yang berbeda, yang satu merupakan bayangan cermin dari yang lain. Pembawaannya yang lambat dan hati-hati, yang pada masa kanak-kanaknya dianggap sebagai pertanda ketidakmampuannya, ternyata justru merupakan salah satu asetnya yang paling besar. Dia tidak hanya mencapai gelar tinggi, tapi bahkan menjadi terkenal di antara para pakar peneliti. Pasteur menjadi profesor ilmu kimia di Universitas Strasbourg, dan selama lima tahun mengajar dan meneliti di sana. Dia menikah dan hidup bahagia dengan keluarganya. CABANG ILMU PENGETAHUAN BARU: MIKROBIOLOGI Pada usia 32 tahun, Pasteur menerima tantangan yang mengubah arah penelitian dan kariernya sebagai guru. Dia diminta pergi ke Lille untuk mendirikan fakultas ilmu terapan yang akan melatih para ilmuwan menerapkan pengetahuan teori mereka dalam memecahkan masalahmasalah praktis di bidang industri dan perdagangan. Sementara kaum ilmuwan sebagian besar berorientasi ke penelitian teoretis, Pasteur mendambakan ilmu yang dicintainya dapat diterapkan, agar bisa bermanfaat bagi orang banyak. Dengan sangat gembira dia menyambut kesempatan ini. Selama dua tahun Pasteur memantapkan fakultas ilmu terapan yang baru itu. Dia memusatkan penelitiannya pada fermentasi -- proses untuk menghasilkan alkohol dari gula, yang juga menyebabkan susu menjadi asam. Waktu itu, kebanyakan ahli kimia menduga bahwa pengasaman itu terjadi karena reaksi bahan-bahan kimia yang terkandung di dalamnya, tapi mereka tidak dapat menjelaskan mengapa proses itu kadang memberikan hasil yang tidak diharapkan. Pasteur membuktikan bahwa fermentasi terjadi hanya bila ada makhluk hidup kecil

yang disebut mikroba. Bila ada mikroba yang cocok, akan diperoleh hasil yang diharapkan. Tapi mikroba yang tidak cocok akan membuat susu menjadi asam atau anggur menjadi pahit. Temuan Pasteur ini membantu terbentuknya cabang ilmu baru, "mikrobiologi". Tahun 1857, Pasteur kembali ke Ecole Normale. Kali ini dia bukan mahasiswa, melainkan Direktur Kajian Ilmiah. Di sini dia melanjutkan penelitiannya mengenai mikroba. Orang Yunani kuno percaya bahwa makhluk-makhluk hidup kecil seperti tikus, cacing, dan belatung berasal dari benda mati (seperti tepung yang membusuk, baju yang terkena keringat, atau daging yang membusuk). Keyakinan ini, bahwa benda hidup timbul dari benda yang tidak hidup, disebut pemunculan spontan. Gagasan bahwa belatung muncul sebagai makhluk hidup secara spontan dari daging yang membusuk, disanggah oleh ahli biologi berkebangsaan Itali, Francesco Redi tahun 1668. Daging yang ditutupi dengan kain kasa untuk mencegah lalat bertelur di atasnya, ternyata tidak memunculkan belatung. (Belatung adalah larva yang menetas dari telur lalat.) Sekalipun gagasan tentang kemunculan belatung, tikus dan cacing secara spontan telah lama tidak diakui, tapi para ilmuwan tetap berpegang pada pemunculan spontan untuk hewan-hewan mikroskopis. Untuk menolak gagasan ini, Pasteur mendidihkan kaldu sampai semua mikrobanya mati. Dengan alat khusus, dia membiarkan udara bersirkulasi di atas kaldu, tapi mencegah mikroba di udara masuk ke dalamnya. Sebagaimana diharapkan oleh Pasteur, mikroba tidak terdapat di dalam kaldu. Temuan Pasteur menunjukkan bahwa mikroba tidak muncul spontan dari kaldu. Mikroba ditemukan dalam kaldu karena masuk bersama udara. Pasteur menunjukkan dengan jelas bahwa, bahkan bagi mikroba pun, kehidupan berasal dari kehidupan -- "Makhluk mikroskopis mesti berasal dari induk yang sama."[2] Karya Pasteur seharusnya merupakan pukulan maut bagi gagasan pemunculan spontan. Namun, pemunculan spontan adalah bagian penting dari teori evolusi. Meskipun para ilmuwan evolusionis berusaha keras meyakinkan orang lain, tidak pernah ada orang yang melihat kasus pemunculan spontan. Temuan Pasteur bertentangan dengan gagasan pemunculan spontan (demikian pula hasil-hasil penelitian ilmiah dalam mikrobiologi selanjutnva). Sebagai konsekuensi temuannya, Pasteur menjadi penentang kuat teori Darwin. PASTEURISASI Sekarang Pasteur mempunyai pengertian teoretis yang baik tentang mikroba. Dia mencoba menerapkan temuannya pada masalah praktis untuk mencegah kerusakan anggur. Banyak keluarga yang mata pencahariannya tergantung pada industri anggur. Ekonomi Prancis juga sangat bergantung pada ekspor anggur. Oleh sebab itu, kerusakan anggur merupakan masalah penting. Percobaan Pasteur berhasil dengan mengadakan sedikit perubahan pada proses yang dipakai untuk kaldu. Aroma anggur akan berubah jika dididihkan. Jadi, untuk membunuh sebagian besar mikroba tanpa mengubah aromanya anggur, dia panaskan secukupnya. Pendinginan membuat sisa mikroba tidak bisa berkembang biak. (Seperti dengan kaldu, perlu dijaga agar tidak ada mikroba baru yang masuk dariudara.)

Pasteur sangat gembira karena ternyata proses ini, selain mencegah susu menjadi asam, juga bisa mengawetkan banyak jenis makanan lain. Seandainya Pasteur meminta hak paten untuk temuannya, dia pasti sudah kaya. Namun, dia membiarkan temuannya dimanfaatkan siapa saja. Proses ini dinamai "pasteurisasi" dan inilah satu-satunya penghargaan yang dia terima. MEMBANTU INDUSTRI SUTRA Pasteur kemudian diundang untuk membantu kelompok petani Prancis lain ketika industri sutra menghadapi krisis karena telur-telur ulat sutra terjangkit penyakit. Dia menunjukkan kepada para petani cara penggunaan mikroskop untuk mendeteksi telur-telur yang sakit. Telur-telur ini kemudian dimusnahkan sehingga tidak ada lagi penyakit di dalam pesemaian ulat sutra. Para petani sangat berterima kasih kepada Pasteur karena mata pencaharian mereka terselamatkan. Sambil menyelesaikan masalah praktis ini, Pasteur terus berpikir untuk meletakkan dasar bagi teorinya yang berikut, yaitu gagasan bahwa banyak penyakit hewan dan manusia disebabkan kuman (mikroba yang berbahaya) yang masuk dan berkembang biak di dalam tubuh. TEORI KUMAN Teori kuman Pasteur disambut hangat oleh ahli bedah Inggris ternama, Joseph Lister. Lister mulai memakai metode bedah antiseptik tahun 1865. Dia menggunakan asam karbol untuk mencuci tangan, peralatan, dan pembalut yang dipakai dalam pembedahan. Dia juga menyemprot udara dalam ruangan dengan asam karbol untuk membunuh kuman-kuman di udara. Asam ini cukup kuat untuk membunuh kuman, tapi tidak merusak badan. Sebelum prosedur ini dipakai, kuman berkembang biak di dalam luka, dan menyebabkan banyak pasien bedah meninggal. Dalam surat kepada Pasteur pada Februari 1874, Lister menyampaikan, "terima kasih karena hasil penelitian Anda yang cemerlang telah membuktikan kebenaran teori kuman. Anda telah melengkapi saya dengan asas yang bisa menjadi dasar penerapan sistem antiseptik. Ilmu bedah sangat berhutang kepada Anda."[3] IMUNISASI Selain mengilhami karya Lister, Pasteur juga memperluas karya seorang ilmuwan lain. Ahli fisika Inggris, Edward Jenner, menemukan bahwa orang yang terkena penyakit "cacar sapi" yang tidak berbahaya, ternyata kebal terhadap "cacar" yang mematikan. Kemudian dia mencoba memasukkan cacar yang ringan ke dalam tubuh manusia untuk melindunginya dari cacar yang mematikan itu. Proses ini disebutnya vaksinasi. Percobaan ini dilakukan Jenner dengan memanfaatkan vaksin yang terjadi secara alami. Dengan pengetahuannya tentang mikroba, Pasteur berupaya mengembangkan karya Jenner untuk menghasilkan vaksin buatan dengan cara melemahkan kuman penyakit yang mematikan itu. Masalah ini sangat rumit, dan menuntut kesabaran, ketekunan serta kecermatan yang luar biasa. Ternyata Pasteur berhasil membuat vaksin untuk kolera ayam dan penyakit anthrax pada domba

serta ternak. Namun, temuan ini harus lebih dulu didemonstrasikan di depan umum secara besarbesaran, sebelum kalangan dokter hewan yang skeptis mau menerimanya. DIBERI KEHORMATAN TERTINGGI Meskipun pemerintah Prancis memberikan kepada Pasteur penghormatan tertinggi -- Legion of Honour -- sebagian besar kalangan kedokteran tetap menentang gagasannya. Beberapa dokter tua tak dapat menerima kemajuan pemikiran Pasteur mengenai kuman dan vaksinasi. Yang lain merasa dilecehkan karena penelitian kedokteran dilakukan oleh orang dari bidang ilmu kimia, bukan kedokteran. Ilmuwan terkemuka masa kini, yang juga mengakui teori penciptaan, Dr. Henry Morris, menulis bahwa penentangan itu muncul karena "Pasteur menentang pemunculan spontan dan Darwinisme."[4] Bagaimanapun, penolakan para ahli itu sukar dimengerti karena Pasteur telah diakui sebagai "pemberi sumbangan terbesar dalam upaya menyelamatkan jiwa manusia."[5] KEMENANGAN ATAS RABIES Tanpa menghiraukan penentangnya, Pasteur terus melangkah ke bidang berikutnya -- mungkin ini langkah yang terbesar, yaitu penyakit-penyakit manusia. Tahun 1882, dia mulai mempelajari rabies. Penyakit yang mematikan ini ditularkan melalui gigitan hewan yang terinfeksi, biasanya anjing atau serigala. Pasteur memulai eksperimennya dengan menggunakan hewan. Dia mengikuti prosedur yang sama seperti sebelumnya, tapi dengan waktu yang lebih lama (beberapa minggu), yaitu jangka waktu antara tergigitnya hewan dan sampainya kuman di otak hewan tersebut. Meskipun membutuhkan waktu lebih lama, namun dari penelitian itulah diketahui perlunya penanganan yang berbeda untuk penyakit rabies. Sebelumnya, vaksinasi harus diberikan sebelum terkena penyakit. Namun, lamanya kuman mencapai otak memungkinkan vaksin rabies diberikan setelah terjadinya gigitan. Jadi, hanya mereka yang telah digigit oleh hewan gila saja yang perlu mendapat vaksinasi rabies. Tahun 1885, seorang anak kecil yang digigit anjing gila dibawa kepada Pasteur. Meskipun belum yakin apakah akan berhasil pada manusia, Pasteur tahu bahwa anak itu akan mati jika tidak diberi vaksin rabies. Setelah beberapa puluh hari diobati, ternyata anak itu sembuh. Ini bukti yang jelas bahwa vaksin rabies berhasil. Tabun 1888, Institut Pasteur didirikan di Paris untuk melanjutkan perang terhadap penyakit. Waktu itu Pasteur mendekati usia 66 tahun dan kesehatannya mulai memburuk. Sekarang dia hanya memberi petunjuk saja, sementara anak-anak didiknya mengambil alih tanggung jawab untuk melanjutkan penelitiannya. IMAN KRISTIANI Kehidupan pribadi Pasteur ditandai dengan penyakit dan tragedi. Tiga dari lima anaknya meninggal karena penyakit anak-anak. Dia juga dibesarkan bersama saudara perempuannya yang cacat mental karena penyakit anak-anak. Tragedi ini tidak mematahkan semangatnya, justru

memacunya untuk menyelamatkan orang lain dari kepedihan kehilangan anak karena penyakit. Dia sendiri pernah mengalami pendarahan otak dan beberapa kali stroke yang mengakibatkan separo badannya lumpuh. Kesehatannya seringkali diperburuk oleh kerja yang berlebihan. Pasteur bekerja demi orang lain, tidak untuk mendapatkan pujian atau keuntungan materi. Namun, dia tidak menghindari publikasi, karena ini merupakan faktor penting untuk memperoleh pengakuan atas karyanya. Dia digambarkan sebagai "orang sederhana dan rendah hati, meskipun memperoleh banyak medali dan penghargaan."[6] Ketekunan dan kecermatannya memungkinkan dia membuat banyak temuan besar. Dia berani merintis lahan baru dan tidak toleran terhadap mereka yang menolak karyanya tanpa lebih dulu menilainya secara layak. Pasteur tidak melihat pertentangan antara ilmu dan kekristenan. Dia percaya bahwa "ilmu membawa manusia lebih dekat kepada Allah."[7] Dalam pekerjaannya sebagai ilmuwan, dia melihat bukti adanya kearifan dan rancangan Sang Pencipta, bukan keacakan atau kekacauan. Pasteur menyatakan, "Semakin saya mempelajari alam, semakin saya mengagumi karya Sang Pencipta."[8] Louis Pasteur meninggal tanggal 28 September 1895, setelah hidup yang panjang dan penuh dengan buah yang baik. Sumbangannya bagi ilmu sangat penting. Iman kristianinya memberikan kekuatan kepadanya dalam menghadapi cobaan. Keyakinannya mengenai Penciptaan sangat kukuh dan dia menentang keras teori Darwin tentang evolusi karena ini tidak cocok dengan bukti ilmiah yang dia lihat sendiri. Sebagian manusia ada yang meyakini bahwa asal penciptaan manusia berasal dari kera. Jadi, menurut teori ini, manusia awalnya berbentuk kera. Lalu mengalami perkembangan dan evolusi yang mengubah struktur dan bentuk tubuh mereka lebih sempurna; cara berpikir juga berkembang, dan perlahan-lahan berubah bentuk dari monyet jadi manusia sempurna. Inilah teori evolusi batil yang pernah dicetuskan oleh Darwin. Teori ini didasari oleh sangkaan dan perkiraan-perkiraan batil yang tidak dibangun di atas dalil dari wahyu. Abad ke-19 menyaksikan sebuah kekeliruan terbesar dalam sejarah umat manusia. Ini berawal dengan dikenalkannya filsafat materialis warisan Yunani kuno kepada pemikiran bangsa Eropa. Kekeliruan ini adalah teori evolusi Darwin. Sebelum kemunculan Darwinisme, biologi diterima sebagai cabang ilmu pengetahuan yang membuktikan keberadaan Tuhan. Dalam bukunya Natural Theology, biologiwan terkenal William Paley menyatakan, Setiap jam menunjukkan keberadaan pembuat jam, rancangan di alam membuktikan keberadaan Tuhan.

Tetapi, teori evolusi Darwin menolak kebenaran ini. Dengan memutarbalikkan kebenaran agar sesuai dengan filsafat materialis, ia menyatakan bahwa seluruh makhluk hidup muncul akibat peristiwa alamiah biasa, tanpa ada unsur kesengajaan. Dengan kata lain, secara kebetulan. Dengan cara ini, ia memunculkan pemisahan semu antara agama dan ilmu pengetahuan. Dalam buku The Messianic Legacy, para peneliti Inggris Michael Baigent, Richard Leigh dan Henry Lincoln berkata tentang hal ini: Bagi Isaac Newton, satu setengah abad sebelum Darwin, ilmu pengetahuan tidaklah terpisah dari agama, bahkan sebaliknya, menjadi bagian dari agama, dan pada akhirnya mengabdi kepadanya. Akan tetapi ilmu pengetahuan masa Darwin menjadi persis sedemikian itu, yakni memisahkan dirinya sendiri dari kerangka tempat dulunya ia berada, dan mengukuhkan dirinya sendiri sebagai pesaing mutlak, sebagai pemberi penjelasan tandingan. Alhasil, agama dan ilmu pengetahuan tak lagi bekerja seiring, tapi berdiri saling berhadap-hadapan, dan umat manusia semakin dipaksa untuk memilih di antara keduanya. (Michael Baigent, Richard Leigh, Henry Lincoln, The Messianic Legacy, Gorgi Books, London:1991, hlm.177-178) Penelitian yang Melibatkan Puluhan Ribu Ilmuwan Tidak hanya biologi, cabang-cabang ilmu pengetahuan seperti psikologi dan sosiologi pun dipaksakan agar sesuai dengan filsafat materialis. Astronomi dibelokkan mengikuti dogma materialis Yunani kuno. Tujuan baru ilmu pengetahuan adalah untuk mengukuhkan kebenaran filsafat materialis. Gagasan keliru ini telah menyeret dunia ilmu pengetahuan kepada kebuntuan selama 150 terakhir. Puluhan ribu ilmuwan dari berbagai cabang ilmu bekerja dengan berpengharapan akan mampu membuktikan Darwinisme atau teori-teori materialis lainnya. Namun mereka kecewa. Bukti-bukti ilmiah menunjukkan sesuatu yang malah bertentangan dengan kesimpulan yang ingin mereka capai. Dengan kata lain, bukti-bukti tersebut malah mengukuhkan kebenaran Penciptaan. Kini dunia ilmu pengetahuan sangat tercengang oleh kenyataan ini. Ketika alam diteliti, maka yang muncul adalah adanya perencanaan dan perancangan besar di setiap bagian-bagian terkecilnya. Hal ini telah meruntuhkan landasan berpijak filsafat materialis. Misalnya, struktur luar biasa DNA mengungkap kepada para ilmuwan bahwa DNA bukanlah hasil peristiwa tak disengaja. DNA dalam satu sel manusia berisi informasi yang cukup untuk memenuhi seluruh ensiklopedia yang terdiri atas 900 jilid. Gene Myers, seorang ilmuwan dari perusahan Celera yang menangani Human Genome

Project (Proyek Genome Manusia), menyatakan berikut ini Apa yang sungguh mengejutkan saya adalah arsitektur kehidupan. Sistemnya sungguh luar biasa kompleks. Seolah ini telah dirancang. Terdapat kecerdasan mahahebat di sana. (San Francisco Chronicle, 19 February 2001) Keterkejutan ini mengguncang seluruh dunia ilmu pengetahuan. Para ilmuwan memandang dengan takjub ketidakabsahan filsafat materialis dan Darwinisme yang dulunya diajarkan kepada mereka sebagai suatu kebenaran. Sebagian mereka bahkan menyatakannya secara terbuka. Dalam bukunya Darwins Black Box, salah seorang dari para tokoh ini, Profesor Biokimia asal Amerika, Michael Behe, menjelaskan keadaan dunia ilmu pengetahuan sebagaimana berikut: Selama empat puluh tahun terakhir, biokimia modern telah menyingkap rahasia sel. Kemajuan ini dicapai dengan susah payah. Diperlukan puluhan ribu orang yang membaktikan sebagian besar masa hidupnya untuk pekerjaan laboratorium yang membosankan. Hasil kerja keras kumulatif untuk meneliti kehidupan di tingkat molekuler ini adalah teriakan yang lantang, jelas, dan nyaring: desain!. Hasil ini demikian jelas dan penting sehingga patut digolongkan sebagai salah satu pencapaian terbesar dalam sejarah ilmu pengetahuan. Namun, tidak ada sambutan meriah, tidak ada tangan yang bertepuk. Mengapa masyarakat ilmiah tidak menyambut penemuan mengejutkan ini dengan penuh kegirangan? Yang menjadi masalah adalah ketika salah satu sisi penemuan ini diberi nama desain cerdas, maka sisi yang lain haruslah diberi nama TUHAN. (Michael J.Behe, Darwins Black Box, New York: Free Press, 1996, hlm. 231-232) Intelligent Design Lahir ketika Para Ahli Ingin Membuktikan Teori Evolusi itu Benar Intelligent Design Theory alias Teori Perancangan Cerdas yang justru ditemukan saat ahli-ahli dari berbagai cabang ilmu bekerja keras untuk membuktikan teori Evolusi itu benar. Namun, harapan besar itu ternyata berhadapan dengan bukti-bukti yang sangat bertentangan dengan teori yang mereka usung. Bukti yang mereka temukan justru menguatkan satu jawaban, bahwa apapun yang tercipta di muka bumi memiliki Pencipta yang Maha Cerdas. Ini membuktikan adanya eksistensi Allah dalam keterlibatannya menciptakan manusia. Jadi, dapat dikatakan bahwa Evolusi adalah suatu hal yang mustahil. Mengutip sebuah ungkapan dari Philip Johnson, filsuf Amerika : Kita ada disini sebagai hasil karya Pencipta cerdas yang memunculkan keberadaan kita untuk sebuah tujuan. Keberadaan kita dan apa yang ada diatas makhluk hidup lainnya adalah hasil kerja sadar yang memiliki tujuan dari Sang Pencipta....(QQ) Intelligent Design bukan bagian dari science, juga bukan teori science, melainkan merupakan sebuah tulisan ataupun ajaran dari seorang pendeta yang bernama William Paley dalam mengalami krisis iman karena adanya kenyataan bahwa teori Evolusi telah memukul dongeng-dongeng yang ada dalam Bible tentang terjadinya penciptaan. Intelligent Design sama sekali tidak menerangkan apapun tentang science, tulisan ini hanyalah mendukung bahwa penciptaan ini tak mungkin bisa dilakukan oleh alam melalui proses bertahap maupun yang disebutnya sebagai evolusi. Tulisan ini sama sekali juga tidak dianggap sebagai Teori Revolusi yang merupakan kebalikannya dari teori Evolusi.

Intelligent Design tidak pernah merupakan pelajaran wajib untuk science manapun dari semua tingkatan pendidikan. Dan yang harus anda semua memahaminya, bahwa Intelligent Design tidak pernah mengalahkan, menyanggah, atau menyingkirkan teori Evolusi Darwin, bahkan penulis Intelligent Science tidak pernah dapat Nobel, bahkan dinominasi pun tidak. Al Qur'an Secara Tegas, Menyangkal Teori Darwin, Jauh Sebelum Darwin Dilahirkan dari Rahim Ibunya Charles Darwin lahir pada 12 Februari, 1809 di Shrewsbury, England - anak kelima dari pasangan Robert Waring Darwin dan Susannah Wedgwood. Ibunya meninggal dunia kala Darwin masih berusia delapan tahun. Ketika Darwin berusia 16 tahun, ia pun meninggalkan kota kelahirannya dan kemudian belajar ilmu obat-obatan di Edinburgh University (EU). Namun sayangnya, ia tak melanjutkan studinya di EU hingga selesai. Lalu Darwin meneruskan pendidikannya di Cambridge University hingga meraih gelar sarjana. Usai wisuda ia lalu mengadakan suatu "penjelajahan ilmiah" selama lima tahun (1826 - 1831) di Amerika Selatan.Pada 1839, ia pun menikahi saudari sepupunya, Emma Wedgewood. Darwin hidup bersama isteri dan anak-anaknya di Downe, England, kira-kira 15 miles dari London. Ia menghabiskan masa hayatnya dengan menulis dan menerbitkan karya-karyanya. Pada 1859, karyanya berjudul "On the Origin of Species by Means of Natural Selection" diterbitkan. Buku karyanya banyak dibicarakan orang, dan membuat namanya terangkat. Namun karyanya itu juga menuai kontroversi.Bagaimana tidak, manusia yang ada di muka bumi ini, bagi Darwin adalah merupakan hasil evolusi. Pada 1871 ia menerbitkan buku berjudul "The Descent of Man" yang juga kesohor. Penyakit pun kemudian datang menyerang kala ia berkelana untuk kesekian kalinya ke Amerika Selatan. Ia meninggal pada 19 April 1882 dan dikebumikan di Westminster Abbey. Teori yang Mengingkari Ayat-ayat Allah Al Qur'an diturunkan ratusan tahun sebelum Darwin dilahirkan. Teori manusia kera dari Darwin adalah sebagian kecil ilmu-ilmu yang tidak sesuai dengan Al Qur'an, wahyu Allah yang dilantarkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. yang tidak bisa membaca dan menulis (ummi). Hal ini membuktikan Al Qur'an adalah benar-benar wahyu Allah s.w.t. Keterangan Al Qur'an tentang Penciptaan Adam Para ulama telah memberikan pengingkaran atas teori Darwin ini, karena menyelisihi nashnash Al-Quran, As-Sunnah, dan ijma para salaf. Oleh karenanya, Syaikh bin Baaz dan ulama sejawatnya yang tergabung dalam Al-Lajnah Ad-Daimah li Al-Buhuts Al-Ilmiyyah wa Al-Ifta memberikan jawaban terhadap pertanyaan seputar teori Darwin dengan menyatakan dengan tegas, Pendapat ini tak benar!! Dalil yang membuktikan hal itu (yakni, kebatilan teori Darwin), Allah -aala- telah menjelaskan dalam Al-Quran tentang periode penciptaan Adam seraya berfirman, "Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah (QS. Ali Imraan: 59).

Allah -Taala- berfirman, Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (QS. AlMuminun: 12). Allah -Taala- berfirman, Sesungguhnya kami Telah menciptakan mereka dari tanah liat. (QS. Ash-Shaaffat: 11). Allah -Taala- berfirman, Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. (QS. Al-Hijr: 26). Allah -Taala- berfirman, Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar. (QS. Ar-Rahman: 14). Allah -Taala- berfirman, Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Lalu apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. (QS.Al-Hijr :28-29). Inilah periode-periode yang dilalui penciptaan Adam menurut Al-Quran. Periode Penciptaan Anak Keturunan Adam Adapun periode-periode yang dilalui oleh penciptaan anak-cucu Adam, maka Allah -Taala- berfirman, Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (QS. Al-Muminun: 12-14). Adapun istri Adam (yakni, Hawwa), maka Allah -Taala- pun menjelaskan bahwa Dia menciptakannya dari Adam seraya berfirman, Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu. (QS. An-Nisaa:1).

Wabillahit taufiq. Washollahu alaa nabiyyinaa Muhammadin wa aalihi washohbihi wa sallam. Daftar Pustaka:
y y y

Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah li Al-Buhuts Al-Ilmiyyah wa Al-Ifta (1/68-70), cet. Dar Balansiyah, 1421 H www.hidayatullah.com www.eramuslim.com

Anda mungkin juga menyukai