Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disiplin merupakan salah satu kebutuhan dasar anak, dalam rangka
pembentukan dan pengembangan wataknya secara sehat. Tujuannya ialah
agar anak dapat secara kreatif dan dinamis mengembangkan hidupnya di
kemudian hari. Dengan kedisiplinan maka seorang pendidik akan lebih
mudah untuk mengarahkan anak didiknya.
Dalam lembaga pendidikan, peraturan adalah langkah yang dilakukan
agar siswa dapat disiplin, baik itu disiplin waktu, pakaian, tingkah laku dan
lain sebagainya. Dengan adaanya peraturan itu maka siswa akan mudah untuk
diarahkan dan tujuan pendidikan akan mudah untuk dicapai. Peraturan adalah
langkah awal untuk membuat disiplin siswa. Selanjutnya adalah pemberian
hukuman yang tegas bagi siswa yang melanggar peraturan itu. Karena dengan
suatu hukuman siswa akan merasa jera dan takut untuk melanggar peraturan.
Hukuman yang diberikan kepada siswa yang melanggar bukanlah
sebuah hukuman kekerasan seperti pukulan atau sisksaan, karena pukulan
atau sikasaan yang diberikan akan membuat anak didik merasa minder dan
menjadi tidak percaya diri. Sebaiknya hukuman yang diberikan adalah sebuah
hukuman yang mendidik seperti menyapu, memberi tugas dan lain
sebagainya.
Tidak hanya di sebuah lembaga pendidikan, dalam lingkungan
keluarga orang tua memiliki andil besar untuk mendisiplinkan anaknya. Akan
tetapi banyak orangtua, karena berbagai alasan termasuk kesibukan, tidak
mempunyai pemahaman dan pengertian, mengabaikan kebutuhan anak dalam
disiplin ini. Akibatnya suatu saat anak akan memberontak, sulit dikendalikan,
dan akan mencari perhatian secara berlebihan. Orang tua demikian tentu akan
mengalami konflik yang terus-menerus dengan anaknya, bahkan tidak jarang
ada anak yang mengalami kekecewaan dan perasaan terluka.
Kedisiplinan dalam dunia pendidikan adalah hal yang sangat wajib.
Tidak hanya dalam dunia pendidikan, dalam kehidupan sehari-hari, disiplin
adalah hal yang harus dan wajib untuk dilakukan. Jadi kedisiplinan adalah
modal utama untuk mencapai kesuksesan, karena dengan disiplin seseorang
akan menjadi penurut dan tertib dalam melaksanakan tugasnya.
Pondok Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam yang sangat
kental dengan sebuah kedisiplinan. Banyak orang tua yang karena kewalahan
menghadapi anaknya yang bandel dan sulit diatur sering mengambil
keputusan untuk mengirim anaknya ke Pesantren, karena beranggapan bahwa
kedisiplinan yang diterapkan di Pesantren sangat cocok untuk anaknya yang
bandel itu.
Setelah novel karya Andrea Hirata, yang menceritakan sebuah
perjuangan anak mudah yang berlatar belakang dari lingkungan yang
terpencil, akan tetapi mempunyai cita-cita besar yakni pergi ke Prancis. Novel
ini berjudul Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi yang telah sukses di
pasaran dan telah dijadikan sebuah Film Layar Lebar dengan judul yang
sama.
Sekarang ini muncul sebuah novel yang terinspirasi dari sebuah
pengalaman pribadi penulis sewaktu menuntut ilmu disebuah Pondok
Pesantren. Saat ini jarang sekali sebuah karya sastra yang menceritakan
tentang sesuatu di balik sebuah Pondok Pesantren yang penuh dengan teka-
teki. Novel tersebut berjudul Negeri 5 Menara karya A. Fuadi.
Novel adalah suatu karya satra yang menceritakan suatu fiksi dalam
bentuk tulisan atau kata-kata yang menpunyai unsur instrinsik dan eksrtrinsik.
Novel menyajikan sebuah cerita yang menceritakan kehidupan manusia yang
berinteraksi dengan lingkungan sekitanya. Dalam hal ini penulis novel
biasanya membuat sebuah cerita yang membuat si pembaca merasakan apa
yang terjadi dalam novel itu.
Karya Ahmad Fuadi ini dapat dikatakan adalah cerita dalam cerita.
Novel ini bercerita tentang seorang anak yang bernama Alif yang
menceritakan kehidupannya pada saat remaja, yang saat itu tengah lulus dari
Tsanawiyah Negeri yang setingkat dengan SMP dan keinginannya masuk ke
SMAN serta kuliah di ITB Bandung kemudian meneteruskan ke Jerman agar
bisa seperti Pak Habibi gagal karena ditentang oleh amaknya (ibunya) dan
malah masuk kesebuah Pondok di Jawa Timur.
Dalam perajalannya menuntut ilmu di Pondok ia berteman dengan 6
orang anak muda yang berbeda suku. Suasana pondok yang ramai karena
berjumlah ribuan anak muda yang sedang menuntut ilmu, maka ia dan teman-
temannya mencari tempat yang sangat strategis untuk belajar, diskusi,
istirahat dan tempat itu adalah dibawah sebuah menara untuk tempat corong
pengeras suara, karena mereka sering dibawah menara maka teman-teman
pondok lainnya menyebut mereka dengan Saibul Menara (pemilik menara).
Dalam halaman belakang novel negeri 5 menara tersebut, ada berbagai
komentar tokoh-tokoh yang mengagumi novel ini antara lain adalah:
o BJ Habibie, Mantan Presiden RI
Novel yang berkisah tentang generasi muda bangsa ini yang penuh
motivasi, bakat semangat, dan optimisme untuk maju dan tidak kenal
menyerah, merupakan pelajaran yang sangat berharga bukan saja
sebagai karya seni, tetapi juga tentang proses pendidikan dan
pembudayaan untuk terciptanya sumberdaya insani yang handal.
Andaikan banyak anak bangsa yang mempunyai kesempatan dan
pengalaman seperti mereka, akan beruntunglah bangsa Indonesia
dalam mewujudkan massa depannya yang maju dan sejahtera, yang
disegani dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain (A.Fuadi, 2009 : 407).
o Ahmad Syafii Maarif, Mantan Ketua Muhammadiyah
Novel yang bercerita tentang perjalana rantau anak muda Minang
pastilah mengasikkan untuk diikuti, apalagi rantau itu telah menggapai
ujung dunia. Filosofi alam berkembang jadi guru telah dibuktikan
oleh penulis novel yang berasal kitaran Danau Maninjau yang elok itu
(A.Fuadi, 2009 : 410).
o KH. Hasan A. Sahal, Pimpinan pondok Pesantren Gontor, Ponorogo
Novel ini bercerita bahwa pesantren kemasyarakatan bebas
mendidik anak bangsa dalam keislaman dan keilmuan. Alumninya
dengan menumpang perahu moral" bisa melesat ke seantero bumi
Sang Pencipta, untuk bermanfaat, bukan hanya dimanfaatkan. Semoga
pembaca cerdas dan jujur menggali nilai-nilai fitri manusia darinya.
Selamat menikmati (A.Fuadi, 2009 : 412).
o Kak Seto, Komnas Perlindungan Anak
Membaca buku Negeri 5 Menara karangan Bung Ahmad Fuadi
sungguh dalam mimpi-mimpi indah yang dibalut dengan kerja keras
dan semangat juang yangm luar biasa. Bahwa mantera sakti man
jadda wajadda akan senantiasa memotivasi setiap anak dan akan
melahirkan kesuksesan di massa depan manakala diikuti derdepan
manakala diikuti dengan kreativitas, katabahan dan kerendahan hati.
Saya belajar banyak dari buku ini. Dan buku ini layak dibaca untuk
siapa saja pun yang mau sukses (A.Fuadi, 2009 : 414).
Negeri 5 Menara adalah sebuah novel yang menceritakan suasana
sebuah Pondok yang sangat ketat (disiplin), yang mana seorang santri (pelajar
Pondok) tidak dapat keluar masuk pondok seenaknya saja. Dalam novel ini
seorang santri harus mematuhi segala peraturan Pondok apabila tidak mau
menerima hukuman. Jadi seorang santri dituntut untuk bersikap disiplin
dalam segala hal dan jika tidak maka santri tersebut akan menerima sanksi
yang telah ditetapkan.
Dari penjelasan di atas maka penulis ingin mengangkat masalah
kedisiplina itu dalam sebuah judul skripsi Nilai-nilai Kedisiplinan Dalam
Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi.
B. Fokus Masalah
Dari latar belakang di atas maka fokus masalahnya adalah Nilai-nilai
Kedisiplinan apa saja yang ada dalam novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad
Fuadi?
C. Definisi Operasional
Untuk menghindari salah persepsi atau penafsiran yang penulis angkat
dalam skripsi Nilai-nilai Kedisiplinan dalam novel Negeri 5 Menara karya
Ahmad Fuadi, maka penulis perlu memberikan definisi operasioanl sebagai
berikut :
1. Nilai
Nilai dalam bahasa inggris disebut value, dalam kehidupan sehari-
hari nilai sering kita artikan dengan sebuah harga, atau dalam dunia
pendidikan nilai sering gunakan untuk menunjukan mutu / kualitas.
Sedangkan Menurut Vembrianto yang dikutip oleh Karmani Buseri
(2004:15) nilai adalah tingkah laku pilihan seseorang dalam hal
melanjutkan studi, jenis pekerjaan, pasangan hidup ideologi yang dianut
dan lain-lain ditentukan oleh konsepsisnya tentang sesuatu yang dipandang
berharga oleh orang itu.
2. Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang mendapatkan
imbuhan ke-an. Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan /
tata tertib (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:268). Sedangkan menurut
Napoleon Hill, kedisiplinan adalah sarana bagi manusia untuk
mengendalikan pikiran secara utuh dan komplek dan mengarahkannya
ketujuan apapun yang ia inginkan.
3. Novel Negeri 5 Menara
Novel Negeri 5 Menara adalah sebuah karya sastra yang
terinspirasi dari kisah nyata penulis yang menikmati pendidikan
mencerahkan di Pondok Moderen Gontor. Semua tokoh utama terinspirasi
dari sosok asli, dan beberapa lagi adalah gabungan dari beberapa karakter
sebenarnya (A.Fuadi, 2009).
Novel karya A. Fuadi ini adalah karya pertamanya. Negeri 5
Menara adalah sebuah penghargaan bagi para Sahibul Menara yang telah
meraih sukses di 5 Negara yang berbeda, yaitu Indonesia, Saudi Arab,
Mesir, Inggris dan Amerika.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Nilai-nilai
Kedisiplinan yang ada dalam novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang penulis harapakan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Sebagai modal awal penelitian dalam tatanan selanjutnya.
2. Sebagai bahan pertimbangan untuk memperlancar proses belajar mengajar
dalam mencapai tujuan pendidikan.
3. Semoga skripsi dapat dijadikan sebagai bacaan atau referensi bagi
pembacanya dan penulis lainnya untuk menggapai cita-citanya.
F. Telaah Pustaka
Pokok permasalahan yang akan di bahas penulis dalam skripsi ini
adalah tentang nilai kedisiplinan yang terfokus pada satu buku yang berjudul
Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. Penelitian mengenai karya sastra
telah banyak dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswi sebelumnya. Berikut ini
akan diurutkan beberapa penelitian-penelitian karya sastra yang sudah
dilakukan dan aspek-aspek yang telah diteliti.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Raudatul madaniah (unikarta,
2008:50), yaitu Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Tarian Bidadari
karya Izzatul Jannah menyimpulkan, bahwa nilai-nilai pendidikan yang
terdapat dalam novel Tarian Bidadari adalah 1) Pendidikan Ibadah Shalat:
Selalu mengerjakan shalat dengan khusuk, shalt berjamaah, dan mengerjakan
shalat malam / tahajud. 2) Menutup Aurat / Berjilbab: Pesan untuk menutup
aurat, khusus bagi perempuan yaitu seluruh tubuh kecuali muka dan telapak
tangan, dan berjilabab adalah salah satu bagian dari menutup aurat bertujuan
untuk menghindarkan diri dari gangguan laki-laki nakal.
Penelitian yang dilakukan oleh Agus Sholahudin yang dikutip oleh Siti
Aminah (Unikarta, 2010:9-10) yaitu Studi Tentang Proses Belajar Mengajar
(Tinjauan Menurut Metode Pembelajaran dalam Novel Laskar Pelangi Karya
Andera Hirata) adalah 1) Proses Belajar Mengajar dalam novel Laskar
Pelangi meliputi: Mendengar, Memandang, Menulis, Membaca, Menyusun
atau Kertas Kerja, Mengingat, Berfikir dan Latihan atau Praktek. 2)
Pengguanaan metode Pembelajaran dalam novel Laskar Pelangi terdiri dari
Metode Ceramah, Metode Cerita, Metode Tanya Jawab, Metode Peringatan
dan Pemberian Motivasi, Metode Penugasan, Metode Diskusi, Metode
Pemecahan Masalah dan Eksperimen.
Dan Penelitian yang dilakukan oleh Siti Aminah (Unikarta, 2010:84-
85) berjudul Keteladanan Guru dalam Novel Laskar Karya Andrea Hirata.
Adapun hasil penilitian keteladanan guru dalam novel ini antara lain: 1) Kasih
Sayang: kasih sayang yang ditunjukan oleh seorang guru terhadap muridnya.
2) Ikhlas: suatu ketulusan dari seorang guru yang rela mengorbankan
waktunya untuk kemaslahatan umat dan kelestarian Pendidikan Islam. 3)
Disiplin: kedisiplinan bukan sebatas kepada peraturan muamalat melainkan
juga kepada peraturan Allah SWT. 4) Sabar: sebuah sikap yang ditunjukan
oleh guru ketika melihat kondisi sarana dan prasana yang serba kekurangan.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penyajian dan memahami skripsi yang
penulis tulis, maka penulis membagi dalam bagian atau bab, dimana antara
bab yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Adapun susunan
sisitematika skripsi ini sebagai berikut:
BAB I adalah Pendahuluan, bab ini membahas mengenai, Latar
Belakang, Fokus Masalah, Definisi Operasional, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Telaah Pustaka dan Sistematika Penulisan.
BAB II adalah Landasan Teori, bab ini membahas mengenai, Biogarfi
Ahmad Fuadi, Karya-karya Ahmad Fuadi, Corak Pemikiran Ahmad Fuadi,
Kedisiplinan dan Novel
BAB III adalah Metode Penelitian, bab ini membahas mengenai, Jenis
Penelitian, Sumber data, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisa
Data.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Biografi Ahmad Fuadi
Nama lengkap Ahmad Fuadi, dan dilahirkan di Maninjau pada tanggal
30 Desember 1972. Beliau adalah seorang pratisi konservasi, novelis dan
wartawan. Memulai pendidikan menengahnya di KMI pondok Modern
Darussalam Gontor Ponorogo dan lulus pada tahun 1992. Kemudian pada
tahun yang sama melanjutkan kuliah di Universitas Padjajaran Jurusan
Hubungan Internasional.
Setelah lulus beliau menjadi wartawan Tempo. Kelas jurnalisis
pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportasenya di bawah bimbingan para
wartawan senior Tempo. Pada tahun 1988, Novelis ini juga mendapat
beasiswa Fulbright ke Washinton DC, karena belajar di luar Negeri adalah
impiannya semas kecil dan kini menjadi kenyataan.
Sambil kuliah sekaligus dengan sang istrinya, mereka juga menjadi
koresponden Tempo dan wartawan VOA. Berita bersejarah yakni peristiwa
hancurnya gedung WTC pada 11 September 2001 dilaporkan oleh beliau
langsung dari Pentagon, White House dan Capitol Hill. Pada tahun 2004
jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan beasiswa Chevening
untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang Film
Dokumenter. Kini penyuka fotografi ini menjadi Direktur Komunikasi di
Sebuah NGO konservasi: The Nature Consevancy.
Bukan hanya itu Suami dari Danya Dewanti ini, juga menguasai
bahasa Inggris, Perancis dan Arab serta pernah menerima penghargaan
(award) antar lain: Indonesian Cultural Foundasi Inc. Award (2000-2001),
Columbus School of Arts and Sciencies Award, The George Washinton
University (2000-2001) dan The Ford Foundation Award (1999-2000)
(A.Fuadi, 2009:419-420).
Nama A. Fuadi ini terkenal seiring dengan kesuksesannya novel
pertamanya Negeri 5 Menara. Karena Pencapaian penjualan novel Negeri 5
Menara dalam waktu 9 bulan sudah terjual 100.000 eksemplar, yang masuk
sebagai kategori Mega Best Seller. Di luar prestasi itu, novel Negeri 5 Menara
juga berhasil menyabet sejumlah penghargaan lain. Pada bulan Desember
2010, Anugerah Pembaca Indonesia memberikan penghargaan Buku dan
Penulis Fiksi Terfavorit 2010 kepada Negeri 5 Menara dan Ahmad Fuadi.
Goodreads Indonesia sebagai penyelenggara Anugerah Pembaca Indonesia
sebelumnya telah menyeleksi lebih dari 12.000 buku hasil karya penulis
Indonesia yang tersedia dalam data goodreads.com selama tahun 2009-2010.
Selain itu, Negeri 5 Menara juga berhasil masuk sebagai salah satu nominasi
Khatulistiwa Literary Award (A.Fuadi, 2011:471). Ahmad Fuadi juga
menjadi pemenang kategori, Motivasi dan Edukasi dalam Anugrah Liputan 6
Awards, ini karena sebuah mantera Man jadda wa jadda, barang siapa yang
bersungguh-sungguh pasti ia akan menuai sukses.
1

B. Karya karya Ahmad Fuadi

1
http://berita.liputan6.com/read/335372/ahmad_fuadi_melalui_novel_berbagi_manfaat
Ahmad Fuadi dulunya adalah seorang wartawan Tempo, yang
mendapatkan 8 beasiswa. Novel-novelnya terinspirasi dari kisahnya dari
waktu menempuh pendidikan di Pondok sampai mendapatkan beasiswa
Amerika. Meskipun bisa dibilang Novelis baru, tapi karya sangat membuat
anak-anak Indonesia termotivasi untuk mengejar cita-citanya.
Adapun karya-karya dari Ahmad Fuadi yang telah diterbitkan adalah:
1. Novel Negeri 5 Menara
2. Novel Ranah 3 Warna
C. Corak Pemikiran Ahmad Fuadi
Novel Negeri 5 Menara adalah karya Pertama dalam penulisan sebuah
novel. Novel ini sangat banyak menginspirasi anak-anak muda Indonsia
khususnya penulis sendiri, karena dalam novel Negeri 5 Menara terdapat
kata-kata motivasi yang sangat ampuh untuk mengubah diri seseorang, seperti
kata man jadda wa jadda, apabila kata ini diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia maka kata ini akan menjadi suatu motivator yang kuat bagi anak-
anak dan arti dari kata ini adalah barang siapa bersungguh-sungguh pasti ia
akan sukses.
Seperti yang dikatakan oleh B.J Habibi (A. Fuadi, 2009:407) bahwa
Novel menceritakan pemuda yang penuh motivasi, bakat semangat, dan
optimisme untuk maju dan tidak kenal menyerah. Dan juga terlihat ketika
Ahmad Fuadi memenangkan penghargaa Liputan 6 Awards dengan Kategori
Motivasi dan Edukasi pada bulan Mei 2011.
Tokoh yang Alif pada Novel Negeri 5 Menara adalah sosok dirinya
pada saat dirinya ketika menempuh kehidupan di Pondok Modern Gontor.
Lulusan UNPAD ini sanggup mengeksplorasikan kisah nyatanya dalam novel
ini dengan sangat baik, sehingga setiap kata atau paragraf yang ditulisnya
sanggup membuat pembaca merasakan apa yang ada dalam novel tersebut.
Maka dari itu PTS Litesa, salah satu penerbit dari negeri jiran Malasia tertarik
untuk menerbitkan di negaranya dalam versi bahasa melayu
2
.
Berikut adalah pendapat teman-temanya sesama wartawan tentang
gaya bahasa yang digunakan Ahmad Fuadi dalam novel Negeri 5 Menara :
- Fuadi sangat piawai menceritakan hal-hal sebenarnya biasa saja menjadi
dramatis sekaligus jenaka.
- Dengan Deskriptif yang nyaris sempurna, Fuadi berhasil memetakkan
seluk beluk pesantren modern yang selama ini hanya menjadi cerita dari
mulut ke mulut.
- Diksinya mantap dan kosakatanya kaya. Deskripsi yang mendetail, namun
tak berlebihan bertaburan dalam novel ini, sehingga membuat dunia Alif
menjadi tersa begitu hidup.
- Berbekal kejelian seorang jurnalis dan pengalaman pribadinya saan
mendulang ilmu di pondok modern Gontor, ia berhasil menghidupkan
hiruk-pikuk keseharian di pondok .

2
http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Fuadi
- novel ini sangat dianjurkan, terutama bagi kaum muda. kisah yang kuat
dan alur ceritanya mudah dipahami, sehingga membuat Negeri 5 Menara
menyenangkan untuk membaca (A. Fuadi, 2009:421-422).
Dapat dikatakan novel ini sebagai manifestasi dirinya sewaktu
menempuh pendidikan pondok karena gagal untuk masuk ke SMA negeri
pada waktu itu. Suasana pondok yang terlihat dari luar sebagai penjara bagi
para santri, di sajikan begitu menarik untuk dibaca sehingga terlihat
didalamnya sebagai suatu tempat yang sangat menyenangkan untuk tempat
menuntut ilmu keagaman.
D. Kedisiplinan
1. Pengertian
Disiplin berasal dari kata Latin discipulus yang berarti siswa atau
murid, akan tetapi dalam perkembangannya kata ini mengalami perluasan
arti (Dolet Unaradjan, 2003:8). Dalam buku Advanced Learners
Distionary of Current English, sebagaimana yang dikutip oleh Sukarna
(1992:104) disiplin ialah latihan pikiran perasaan, kehendak dan watak,
latihan pengembangan da pengendalian perasaan, pikran dan kehendak,
dan watak untuk melahirkan ketaatan dan tingkah laku yang teratur.
Menurut Soegeng Prijodarminto (1994:3) disiplin adalah Suatu
kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses serangkaian perilaku
yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan,
dan atau ketertiban.
Sedangkan Napolion Hill memberikan beberapa pengertian tentang
kedisiplinan antara lain:
a. Sarana yang menimbulkan keseimbangan antara kekuatan
kehendak dan emosi jiwa sehingga menunjukan ke arah tujuan
yang pasti dan pemikiran yang akurat
b. Kekuatan yang mengarahkan pada pemeliharaan tujuan utama
yang pasti
c. Sumber segala kegigian dan sarana untuk mengembangkan
kebiasaan bertindak berdasarkan rencana dan tujuan.
d. Sarana bagi manusia untuk mengendalikan pikiran secara utuh
dan komplek dan mengarahkan ke tujuan apa pun yang ia
inginkan (Napoleon Hill, 2009:267).
Dari penjelasan di atas tentang pengertian disiplin dan kedisiplinan,
dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah suatu tindakan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan yang melibatkan proses pengendalaian
diri untuk mematuhi aturan-aturan yang telah disepakati.
Adapun menganai kedisiplinan, di dalam al-Quran surah An-Nisa
ayat 59 juga menjelaskan hal itu:
B)0 CBb
Fb_qb, Fb_@0 Bb
Fb_@0, X_Bb
[L00, @J.Bb N1 F
T /,1V [
0A @ [Lf Bb
X_Bb, f /qH
_1V BB
_,@Bb, JBb P
[ @ @=0,
A0V
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan
Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah
(Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya (Q.S An Nisa: 59).
Ayat ini menjelaskan bahwa disiplin merupakan kepatuhan untuk
menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang
untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku.
Dengan kata lain, disiplin adalah sikap mentaati peraturan dan ketentuan
yang telah ditetapkan tanpa pamrih.
Berkaitan dengan kedisiplinan dalam ketaatan, Rasulullah Bersabda
( )
Artinya :
Setiap orang dari kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan
dimintai pertanggung jawaban atas tugasmu. (H.R Bukhori dan
Muslim)
Dari penjelasan ayat dan hadis di atas, dapat disimpulkan bahwa
disiplin diartikan sebagai perilaku yang istikomah yakni teguh pendirian
dan patuh dalam tauhid dan selalu menjalan amal saleh dan kebaikan.
Adapun disiplin menurut Fitzhugh Dodson (2006:1-2) adalah suatu
proses mengajar yang berjalan sepanjang waktu. Karena bila kita
mendisiplinkan anak, kita sebetulnya sedang mengajar dua hal: yaitu
melakukan perbuatan yang baik dan menghindarkan perbuatan yang
buruk.
Pengertian ini sangat pas bila dipakai dalam dunia pendidikan
karena jarang sekali pendidik mengetahui hal ini, terkadang mereka
menganggap bahwa disiplin identik kekerasan. Banyak pendidik yang
ketika ingin mendisiplinkan anak didiknya menggunakan cara kekerasan,
yakni dengan memukul anggota badan bahkan ada yang dijemur didepan
lapangan dan lain sebagainya.
2. Disiplin Suatu Proses Mengajar

3. Konsep Implementasi Kedisiplinan
Ada empat konsep implementasi kedisiplinan antara lain:
a. Aturan-aturan (Rules)
Aturan adalah serangkaian ketetapan yang dibuat untuk
mencapai suatu tujuan. Di rumah, di sekolah, ataupun di masyarakat
aturan digambarkan sebagai pola berperilaku. Aturan-aturan itu
memiliki nilai pendidikan dan membantu anak didik untuk melakukan
hal-hal yang baik dan menjahui hal-hal yang buruk. Biasanya, aturan-
aturan lebih banyak terdapat dalam situasi sekolah di banding situasi di
rumah atau bermain, karena kelompok sekolah lebih besar dari pada
kelompok keluarga (Dolet Unaradjan, 2003:15).
Aturan-aturan tersebut bisanya berupa kewajiban, larangan, dan
hukuman yang akan diperoleh jika aturan-aturan tersebut tidak di
jalankan. Hukuman tersebut sifatnya mendidik agar anak-anak dapat
belajar dengan maksimal tanpa suatu perilaku yang merugukan mereka
nantinya.
b. Hukuman (Punishment)
Hukuman adalah suatu ancaman yang diberikan kepada anak-
anak didik terhadap nilai, ukuran, norma dan aturan-aturan yang telah
ditetapakan (Susilo Martoyo, 1992:126). Hukuman ini diberikan untuk
membuat efek jera dan tidak mengulangi perbuatan mereka lagi.
Dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 30 tahun
1980 tentang peraturan displin pegawai negeri sipil pasal 6 ayat 1,
Tingkat dan jenis hukuman dibedakan menjadi 3 tingkat antara lain
(Soegeng Prijodarminto, 1994:112) :
1) Hukuman Disiplin Ringan : hukuman ini berupa teguran lisan yang
langsung ditujukan ke pelanggar.
2) Hukuman Disiplin Sedang : hukuman ini berupa teguran secara
tertulis, biasaya ditujukan kepada orang tua / wali murid.
3) Hukuman Disiplin Berat : hukuman ini berupa skorsing atau bahkan
dikeluarkan dari sekolah.
Adapun fungsi hukuman yang diberikan adalah sebagai berikut:
1) Yang bersifat membatasi : hukuman akan menghalangi
pengulangan perilaku yang tidak diinginkan oleh masyarakat.
2) Yang bersifat mendidik : anak-anak belajar tentang hal baik
dan buruk melalui pemberian / tidak diberikan hukuman
ketika mereka bertindak tidak sesuai dengan standar social
yang berlaku.
3) Sebagai pembangkit motivasi untuk menghindari perilaku
yang ditolak masyarakat (Dolet Unaradjan, 2003:15).
c. Imabalan (Reward)
Imbalan merupakan suatu contra prestasi yang berupa
pendorong untuk melakukan perbuatan yang terpuji dengan cara pujian
yang mempunyai nilai kejiwaan (Susilo Martoyo, 1992:126). Imbalan
hanya diberikan sebagai bentuk motivasi guru kepada anak didiknya
agar lebih giat dalam belajar, imbalan tersebut biasanya berupa kata-
kata, senyuman, tepukan dan belaian.
Adapun fungsi imbalan yang diberikan adalah sebagai berikut:
1) Yang memiliki nilai mendidik, yaitu imbalan yang diberiakan
setelah anak berperilaku tertentu, sehingga anak tahu bahwa
perilaku itu adalah perilaku baik.
2) Imbalan menyediakan sesuatu motivasi untuk mengulangi
perilaku yang telah diterima masyarakat.
3) Imbalan menyediakan penguat (reinforcement) bagi perilaku
yang diterima masyarakat (Dolet Unaradjan, 2003:16).
d. Konsistensi
Konsistensi berarti suatu derajat kesesuaian atau stabilitas.
Konsistensi harus menjadi ciri dari seluruh segi dalam penanaman
disiplin. Hukuman yang diberikan bagi perilaku yang tidak sesuai dan
hadiah untuk yang sesuai.
Fungsi konsistensi yang penting dalam disiplin adalah sebagai
berikut:
1) Konsistensi dapat meningkatkan proses belajar untuk
berdisiplin.
2) Konsistensi memilki nilai motivasional yang kuat untuk
melakukan tindakan yang baik di masyarakat dan menjahui
tindakan yang buruk.
3) Konsistensi menbantu perkembangan anak untuk hormat
pada aturan-aturan dan masyarakat sebagai otoritas. Anak-
anak yang telah berdisiplin secara konsisten mempunyai
motivasi yang kuat untuk berperilaku sesuai dengan standar
sosial yang berlaku disbanding dengan anak-anak yang
berdisiplin secara tidak konsisten (Dolet Unaradjan,
2003:16).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini meneliti nilai kedisiplinan dalam novel negeri 5 menara
karya A. Fuadi. Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian kepustakaan
(Library Resarch) yang bersifat deskriptif yaitu data yang terkumpul berupa
data verbal yakni suatu uraian tentang pemikiran dalam hubungannya dengan
masalah keagamaan ataupun yang lainnya (Kaelan, 2010:12).
B. Sumber dan Jenis Data
Sumber data dalam penelitian ini ada dua macam yaitu :
1. Data Primer
Data primer yaitu buku-buku yang secara langsung berkaitan
dengan objek material penelitian (Kaelan, 2010:143). Adapun data primer
dalam penelitian ini adalah Novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu sumber data yang berupa buku-buku yang
berkaitan dengan objek material, akan tetapi tidak secara langsung
(Kaelan, 2010:144).
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu langkah yang dilakukan oleh
peneliti untuk mendapatkan data yang relevan dengan objek penelitian
(Sugiono, 2009: 62). Dalam proses pengumpulan data, kegiatan utama
peneliti adalah membaca dn mencatat informasi yang terkandung dalam data.
Adapun tahapan dalam pengumpulan data sebagi berikut:
1. Membaca secara tingkat simbolik
Kegiatan membaca pada tingkat pertama ini tidak memungkinkan
peneliti mwnyelesaikan bacaannya sejak dari bab awal sampai akhir untuk
setiap buku, jikalau itu dilakukan maka peneiti akan membutuhkan waktu
yang cukup lama dan proses pengumpulan data akan mengalami kesulitan.
Pada tahapan pertama ini dalam membaca buku hanya dilakukan pada
taraf simbolik, artinya tidak perlu dilakukan secara menyeluruh terlebih
dahulu, melainkan menangkap sinopsis isi buku, bab yang menyusunnya,
sub bab sampai pada bagian terkecil dalam buku.
Cara membaca yang pertama adalah dengan membaca judul buku,
kemudian daftar isi yang ada dalam buku tersebut. Karena dengan
membaca daftar isi dalam buku tersebut, peneliti akan mengetahui bab
atau sub bab mana yang kiranya relevan untuk diangkat sebagai data-data
penelitian (Kaelani. 2010:151-152).
2. Membaca pada tingkat semantik
Tahapan kedua ini adalah kegiatan membaca pada tingkat sematik,
artinya penelitian mengumpulkan data dengan membaca data lebih terinci,
teruarai dan menangkap esensi dari dat tersebut. Pada tahapan ini
memerlukan waktu yang cukup lama, karena peneliti harus membaca pada
poin-poin sumber data, atau setiap kategori data senantiasa dilakukan
proses analisis.
Pada tahap membaca pada tingkat sematik ini, peneliti seharusnya
mendahulukan dat-data yang berkaitan dengan data primer, jikalau hal ini
telah dianggap cukup maka penelitian kemudian melakukan pengumpulan
data pada sumber data sekunder, yaitu yang berhubungan dengan objek
formal serta pengkayaan dalam rangka penyusunan laporan penelitian
(Kaelani. 2010:152).
D. Teknik Analisis Data
Menurut Kaelan (2010:160) analisis data tidak hanya dilakukan
setelah pengumpulan data, melainkan juga pada waktu proses pengumpulan
data, karena dalam suatu proses pengumpulan data peneliti tidak mungkin
melakukan dlam berbagai aspek sekaligus, oleh karena itu setiap unsur dari
aspek yang diamati peneliti sekaligus melakukan proses analisis.
Menurut Miles dan Huberman yang dikutip Sugiono (2009:147)
analisis data dilakukan secara interaktif memelalui proses data reduction,
display dan Verification. Dalam hal ini Kaelan (2010:162-164) menyatakan
bahwa setelah melakukan pengumpulan data, proses selanjutnya adalah
analisis data sebagaiman dijelaskan berikut ini:
1. Reduksi data
Reduksi data adalah proses mengfokusan hal-hal yang penting dan
sesuai dengan peta penelitian. Data penelitian masih merupakan bahan
mentah, direduksi, disingkatkan dipadatkan intisarinya dan disusun secara
sistematik sehingga mudah untuk dikendalikan.
2. Display
Display data adalah proses mengkatagorikan, mengelompokkan
kepada kategori-kategori tertentu, membuat klasifikasi dan menyusun
dalam suatu system sesuai dengan peta penelitian



DAFTAR PUSTAKA
Buseri, Karmani. 2004. Nilai-nilai Ilahiah Remaja Pelajar: Telaah
Phenomenologi dan Strategi Pendidikannya. Yogyakarta: UII Press.
Fuadi, Ahmad. 2009. Negeri 5 Menara. Jakarta: Gramedia.
Fuadi, Ahmad. 2011. Ranah 3 Warna. Jakarta: Gramedia.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Indonesia: Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Hill, Napoleon. 2009. Terjemahan The Master Key To Riches (Secrets of
Napoleon Hills Mind). Jakarta: Ufuk Press.
Martoyo, Susilo. 1992. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.
Sukarna. 1992. Dasar-dasar Manajemen. Bandung: CV. Mondar Maju.
Kaelan. 2010. Metode Penelitian Agama (Kualitatif Interdisipliner). Yogyakarta:
Paradigma.
Sugiono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. CV. Alfabeta.
Dodson, Fitzhugh. 2006. Mendisiplinkan Anak Dengan Kasih Sayang. Jakarta:
PT. BKP Gunung Mulia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Fuadi
http://berita.liputan6.com/read/335372/ahmad_fuadi_melalui_novel_berbagi_man
faat

Anda mungkin juga menyukai