Anda di halaman 1dari 4

Metode Kontrasepsi: Metode KB Alamiah dan LAM oleh Evan Regar, 0906508024 Dasar-Dasar Kontrasepsi Kontrasepsi didefinisikan sebagai

usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, yang dapat diimplementasikan baik sementara maupun menetap (permanen). Dalam melakukan pemilihan metode kontrasepsi, sebaiknya memenuhi kaidah kontrasepsi yang ideal1, yakni: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) Dapat dipercaya Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus Tidak memerlukan motivasi terus-menerus Mudah pelaksanaannya Murah harganya (dapat dijangkau) Dapat diteirma penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan.

Ada dua parameter yang bisa dinilai dalam mempertimbangkan suatu kontrasepsi. Keduanya adalah akseptabilitas dan efektivitas. Akseptabilitas adalah keberterimaan cara kontrasepsi ini, yang ditandai dengan cara kontrasepsi ini terus dipilih dan baru ditinggalkan jika kehamilan ingin dicapai atau suami yang menggunakan metode kontrasepsi. Sementara itu efektivitas menilai jumlah kehamilan yang terjadi setelah menggunakan kontrasepsi tersebut.

Metode KB Alamiah (dalam bahasa Inggris dapat disebut fertility awareness-based methods / FAMs) Secara umum metode ini dapat menjadi pilihan, karena sangat amana, dapat dihentikan jika ingin hamil, memerlukan alat yang sangat sederhana (kalender, termometer badan), serta tidak memerlukan obatobatan.2 Namun demikian terdapat kekurangan metode ini, yakni apabila perhitungan atau pencatatan tidak akurat, pasangan yang tidak taat terhadap ketentuan metode ini, mengalami penyakit, meminum obat-obatan, atau kondisi lain yang dapat memengaruhi siklus menstruasi, serta memiliki riwayat periode menstruasi yang bervariasi.
Pantang Berkala (Rhythm Method), Ogino-Knaus Metode pantang berkala (rhythm method), atau Ogino-Knaus, memanfaatkan pengetahuan tentang fisiologi sistem reproduksi wanita, khususnya dalam daur menstruasi. Ovulasi adalah saat di mana oosit sekunder dikeluarkan ke dalam peritoneum, ditangkap oleh tuba falopii (ovum-pickup), lalu dibawa ke dalam lumen tuba sambil menunggu oosit sekunder ini dibuahi oleh sperma menjadi subur. Ovulasi pada umumnya terjadi 14 s 2 hari sebelum hari pertama haid yang akan datang.1 Hal ini menyimpulkan bahwa fase luteal adalah fase yang memiliki periode yang relatif konstan, sehingga perubahan pada periode menstruasi lebih didasari kepada perubahan fase folikular (yang sangat bergantung kepada FSH). Pada wanita yang daur haidnya relatif teratur, masa subur didefinisikan sebagai 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah ovulasi. (H-2 sampai H+1). Kesulitan untuk menjalankan metode ini muncul apabila seorang wanita memiliki siklus haid yang tidak teratur. Wanita ini sebaiknya memiliki catatan waktu pertama haid setidaknya 6 periode haid terakhir, atau lebih baik lagi jika memiliki catatan 12 periode haid terakhir. Dari data ini, ditentukan periode haid yang paling singkat serta yang paling panjang. Dari dua data ini, masa subur pertama ditentukan melalui periode haid terpendek dikurangi 18 hari, sedangkan masa subur terakhir ditentukan melalui periode haid terpanjang dikurangi 11 hari. Dengan demikian apabila seorang wanita memiliki daur haid terpendek 24 hari dan terpanjang 32 hari, wanita ini

tidak dianjurkan melakukan koitus pada hari ke-6 (24-18) hingga hari ke-21 (32-11). Hari yang dimaksudkan dihitung sejak hari pertama haid terakhir (HPHT). Kegagalan dapat terjadi pada metode ini, terutama apabila diterapkan pada wanita yang memiliki siklus haid yang tidak teratur. Namun demikian kegagalan dapat pula terjadi pada wanita yang memiliki siklus haid teratur, namun karena satu dan lain ovulasi tidak datang tepat waktu atau datang sebelum waktunya. Hal ini disebabkan periode ovulasi yang tetap (14 hari) ditentukan oleh saat menstruasi selanjutnya, bukan oleh HPHT, sedangkan saat menstruasi selanjutnya akan berubah apabila terjadi suatu penyakit atau keadaan lain.3 Metode Suhu Apabila ragu, periode ovulasi sesungguhnya dapat ditentukan dengan pengukuran suhu basal badan. Secara fisiologis, menjelang ovulasi suhu basal badan akan turun, dan sekitar 24 jam setelah ovulasi, suhu basal badan akan naik kembali lebih tinggi daripada suhu sebelum ovulasi. Pengukuran suhu ini dilakukan setiap pagi sebelum melakukan kegiatan apa-apa dengan termometer yang diletakkan di dalam rektum atau mulut selama 5 menit. Hati-hai bahwa penyakit infeksi, kurang tidur, stres, merokok, serta konsumsi alkohol akan mengakibatkan kenaikkan suhu basal badan yang dapat memengaruhi akurasi penerapannya dalam hal mendukung metode kontrasepsi ini.

Gambar 1 Contoh pencatatan suhu basal badan untuk menentukan periode menstruasi, folikular, atau luteal yang bermanfaat untuk determinasi waktu ovulasi2

Metode Mukus Servikal (Metode Billings) Mukus yang dihasilkan oleh serviks berubah bervariasi dengan kadar hormonal pada wanita itu. Secara teoritis, estrogen yang terutama dominan pada fase folikular menghasilkan lendir yang relatif encer dan berjumlah banyak, sedangkan progesteron yang dominan pada fase luteal menghasilkan lendir yang relatif kental dan berjumlah sedikit. Secara objektif, tes Spinnbarkeit sepanjang 8 cm menandakan mukus serviks memiliki elastisitas yang sangat tinggi, encer, serta menandakan wanita sangat dekat dengan fase ovulasi. 1 Seorang wanita dapat dengan langsung mengamati mukus serviksnya setiap hari dengan melakukan periksa lendir menggunakan jari tangan atau tisu di luar vagina. Pola lendir yang dapat teramati menentukan dalam kondisi apa seorang wanita berada. Selama menstruasi, aliran darah menstruasi menutupi lendir. Beberapa hari setelah menstruasi, biasanya sulit ditemukan mukus, yang disebut dengan periode kering. Periode ini dapat dianggap masa tak-subur. Seiring dengan mendekati ovulasi, mukus semakin meningkat jumlahnya, sehingga semakin banyak yang dapat diamati di introitus, berwarna sedikit kuning atau putih. Mendekati masa ovulasi, mukus menjadi relatif bening dan sangat licin (seperti putih telur), dan dapat diregangkan di antara kedua jari

(spinnbarkeit). Masa ini menunjukkan masa fertil dan sangat tidak disarankan melakukan koitus selama masa ini. Masa ini berlangsung selama sekitar empat hari, sebelum mukus menjadi berkurang dan menjadi keruh kembali, sebelum menjadi relatif kering kembali. Masa ini dianggap masa tak-subur seorang wanita pula.2

Gambar 2 Pola lendir serviks dapat dijadikan patokan apakah seorang wanita sedang dalam masa subur atau tidak2

Bagaimana efektivitas penggunaan metode kontrasepsi alamiah? Efektivitas penggunaan metode ini (serta semua jenis metode kontrasepsi) dapat terbagi menjadi dua macam, yakni efektivitas nyata serta efektivitas teoritis. Secara nyata metode ini dapat menyebabkan kegagalan sebesar 25%, sedangkan secara teoritis kegagalan yang dicapai hanya sekitar 9%.4 Fakta ini menunjukkan bahwa metode ini sangatlah membutuhkan dokumentasi dan pengukuran yang optimal, sehingga relatif sulit dilakukan bagi pasangan yang memiliki tingkat edukasi yang relatif rendah serta tidak memiliki komitmen yang cukup kuat untuk patuh pada metode ini.

Amenorhea Laktasi (Lactational Ammenorhea Method / LAM)


Metode ini didasari dan dapat diaplikasikan kepada wanita postpartum yang belum memiliki periode menstruasi yang pulih, hampir selalu atau sangat seirng menyusui baik siang maupun malam, serta bayi yang baru dilahirkannya berusia kurang dari enam bulan.5 Dapat diperjelas pula definisi operasional hampir selalu atau sangat sering menyusui sebagai pemnberian asi eksklusif (tidak ada air, makanan cair, atau makanan padat yang diberikan kepada bayi) atau nyaris eksklusif (diberikan suplementasi vitamin, air mineral, jus, namun bukan bagian yang rutin dari makanan bayi). Sementara itu definisi belum memiliki periode menstruasi yang pulih adalah termasuk perdarahan atau spotting selaam 56 hari pertama tidak digolongkan sebagai perdarahan menstruasi. Menurut penelitian yang dilakukan di berbagia belahan dunia, LAM terbukti aman, efektif, dan nyaman untuk membawa fungsi kontrasepsi. Kelemahan metode ini adalah hanya bertahan singkat. Lima penelitian ( di Chile 1989, Ekuador 1003, Pakistan 1995, Filipina1996, dan di berbagai belahan dunia 1996), dengan total sampel lebih dari 1.000 orang membuktikan bahwa efektivitas nyata metode ini lebih dari 98,5%.6 Seorang wanita harus sadar bahwa LAM tidak lagi efektif sebagai kontrasepsi apabila darah menstruasi kembali mengalir (perdarahan pervaginam selama dua hari berturut-turut atau lebih). Perlu diingat bahwa seorang wanita dapat berovulasi sebelum periode menstruasi normalnya kembali. Bayi yang sudah mulai mendapatkan makanan dari sumber non-ibu menunjukkan pula metode ini mulai tidak efektif. Juga, apabila usia bayi telah lebih dari enam bulan. LAM memiliki banyak sekali keuntungan, di antaranya sangat efektif, dapat langsung dimulai postpartum, memotivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif, memfasilitasi transisi untuk penggunaan kontraseptif yang

modern, menjaga kontraksi uterus, mengurangi deplesi besi, membina hubungan baik ibu-anak, nutrisi sehat untuk bayi, meningkatkan tumbuh kembang bayi, serta yang paling penting adlah non-invasif dan tidak memiliki efek samping.5

Gambar 3 Perbandingan keefektivan metode kontrasepsi2 Kepustakaan 1. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editors. Ilmu kandungan. Edisi kedua. Cetakan ketujuh. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009. p. 534-75 2. Anonymous. Fertility awareness-based methods (FAMs). [Internet[. Cited 2011 November 14. Available from: http://www.plannedparenthood.org/health-topics/birth-control/fertility-awareness-4217.htm 3. Mayo Clinic Staff. Rhythm method for family planning. [Internet]. Updated 2009 December 19; Cited 2011 November 14. Available from: http://www.mayoclinic.com/health/rhythm-method/MY01003/ 4. Trussell, James (2004). "Contraceptive Efficacy". In Hatcher, Robert A., et al.. Contraceptive Technology (18th rev. ed.). New York: Ardent Media. pp. 773845 5. USAID. The lactational amenorrhea method (LAM). A postpartum contraceptive choice for women who breastfeed. [Internet]. Cited: 2011 November 14; Available from: http://www.usaid.gov/our_work/global_health/pop/news/issue_briefs/lam_brief.pdf 6. Coly S. LAM The lactational amenorrhea method. [Internet]. Cited: 2011 November 14; Available from: http://www.waba.org.my/resources/lam/

Anda mungkin juga menyukai