Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Dalam rangka melengkapi kurikulum yang dilaksanakan pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, disini mahasiswa diwajibkan untuk menyelesaikan beberapa praktikum yang telah ditentukan yaitu diantaranya Praktikum Mesin Pendingin. 1.2. Batasan Masalah Praktium ini dibatasi pada penggunaan sistem pengkondisian udara dengan menggunakan refrigerant freon R-12 dengan menggunakan putaran yang mana telah diatur tingkat keadaan (temperatur dan tekanan) masing masing input dan output masing masing komponen dengan meruba laju aliran volumenya, kondisi ( tingkat keadaan ) dari masing masing komponen tersebut merupakan sekumpulan data yang akan dicatat, bagaimana sistem kerja, fungsi komponen serta siklus kerja dari mesin pendingin. 1.3. Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa dapat mengetahui siklus refrigerasui R 12 yang aktual. 2. Mahasiswa dapat menganalisa komponen mesin pendingin secara termodinamika. 3. Mahasiswa dapat menghitung kapasitas pendingin. 4. Mahasiswa dapat menghitung C.O.P berdasarkan siklus refregerasi. 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan praktikum ini berdasarkan pada buku Panduan praktikum,data hasil praktikum serta study literatur. -1-

BAB II DASAR TEORI


2.1. Pengertian alat pengkondisian udara Alat pengkondisian udara merupakan seperangkat alat atau mesin yang digunakan untuk mengkondisikan udara,dimana udara dikondisikan pada temperatur dan kelembaban tertentu,sehingga dapat dihasilkan udara yang bersih, segar dan nyaman: 1.Mengatur temperatur udara 2. Mengatur sirkulasi udara 3. Mengatur kelembaban udara 2.2. Prinsip kerja mesin pengkondisian Pada saat saklar di ON kan, maka motor penggerak kompresor berputar mengarakkan kompresor. Dengan demikian kompresor berputar dan refrigerant akan dikompresikan, sehingga suhu dan tekanan naik, refrigerant tersebut mengalir melalui pipa (Fan), karena R12 ini mempunyai sifat apabila didinginkan akan mencair dan apabila dipanaskan akan menguap, maka refrigerant ini mencair. Pada kondisi tekanan dalam kondisi tetap masih tinggi ini dapat dilihat pada grafik sistem refrigerant kompresi uap. Untuk menghindari adanya campuran uap dan cairan yang akan masuk ke katup ekspansi maka digunakan receiver sebagai penyimpan cairan yang akan masuk ke katup ekspansi, jadi yang masuk ke katup ekspansi adalah cairan jenuh. Setelah itu cairan jenuh refrigerant akan masuk ke dalam saringan ( filter ), agar didapatkan cairan refrigerant yang bersih dan berbeda dari partikelpartikel yang mengganggu perubahan fase fisik refrigerant. Dari katup ekspansi tekanan refrigerant diturunkan sehingga menjadi penurunan temperatur. Pada evaporator temperatur yang rendah tadi dengan menggunakan kipas dihembuskan keluar evaporator. Dari sinilah udara dingin itu didapatkan pada pipa pipa evaporator karena refgerant yang mempunyai temperatur yang rendah mendapatkan

-2-

udara sekitar yang dihembuskan melalui kipas, yang temperatur udara sekitar lebih tinggi dibandingkan dengan temperatur refrigerant kembali dengan tekanan yang rendah menuju kompresor kembali untuk dilakukan proses kompresi. 2.3. Siklus sistem refrigerasi Siklus yang di pakai didalam mesin pengkondisian udar adalah siklus uap standart ( Standart Vapore Comperession Cycle).seperti pada diagram hubungan antara tekanan dan enthalpi. Enthalp merupakan proses dengan tekanan dan meniadakan kerja yang dilakukan terhadap bahan. Sedangkan perubahan enthalpi merupakan jumlah kalor yang ditambahkan atau diambil persatuan massa melalui proses tekana yang konstan. Psia P 3 4 1 h Btu/lbm 2

Gambar 2.1.Diagram hubungan antara tekanan dan enthalpi 3 Kondensor Trhotel valve 4 Evaporator Gambar 2.2.Proses kompresi uap standard 1 Kom preso r 2

-3-

Proses 1 2 Proses kompresi dari uap jenuh menjadi uap panas lanjut sacara reversible adiabatic reversible ( isentropic ) , proses ini terjadi pada kompresor sehingga garis entropy konstan

Proses 2 3 Proses pengembunan atau pelapasan panas yang terjadi pada kondensor dari panas lanjut menjadi jenuh cair . Cairan refrigerant yang bertekanan dapat di salurkan pada katup ekspansi

Proses 3 4 Proses Ekspansi dari cairan jenuh hingga menjadi cairan dan gas. Proses ini terjadi didalam katup ekspansi.

Proses 4 1 Proses penyerapan panas dari udara luar yang terjadi pada evaporator digunakan oleh refrigerant untuk mengubah dari campuran cairan dan gas menjadi uap jenuh dan tekanan konstan. Gas yang ada didalam kompresor dikompresi mengalami hambatan terutama pada waktu melalui katub isap dan katup buang.

R T 3 4 1 S Btu/(lb)(R) 2

Gambar 2.1.Diagram hubungan antara temperatur dan entropi

-4-

Siklus diagram antara temperatur dan entropi diatas antara lain: 1. Pada proses 1 2 Kompresi adiabatic reversible dari uap jenuh menujuh tekanan kondensor 2 . Pada proses 2 - 3 Pelepasan kalor reversible pada tekanan konstan menyebabkan penurunan panas lanjut (desuperheating) dan pengembunan(kondensasi) 3 . Pada proses 3 - 4 Ekspansi tidak reversible pada enthalpi konstan dari cairan jenuh menujuh tekanan evaporator selama proses berlangsung terjadi kenaikan entropi (proses throtle) 4. Pada proses 4 - 1 Penambahan kalor reversible pada tekanan konstan dari penguapan menujuh uap jenuh. 2.4. Perhitungan kerja sistem refrigrasi Untuk mengetahui karakteristik kerja sistem refrigerasi, harus diketahui kondisi kerja sistem. Adapun karakteristik kerja sistem tersebut, meliputi antara lain : 1. Efek Refregerasi (Re) adalah kenaikan entalpi refrigerant dalam evaporator Re = h 1 h 4 ( kj / kg ). 2. Kerja kompresor adalah kerja yang diperlukan untuk menggerakan kompresor, sehingga mengkompresikan refrigerant sebanyak 1 kg, dimana kerja kompresor dapat dibedakan antara lain : Kerja Kompresor Isentropis ( Teoritis ) adalah kerja yang didapatkan secara teoritis, dimana perbedaan antara entalpi dan masuknya refrigerant yang terjadi dalam proses. Ws = h2s h1 ( kj / kg ) Kerja Kompresor Nyata ( W ) adalah kerja yang didapatkan dari perbedaan enthalpi refrigerant yang masih keluar kompresor. W = h2 h1 ( kj / kg ) -5-

3. Panas yang dibuang ( Hr ) adalah jumlah kalor yang dikeluarkan oleh refrigerant dalam kondensor pada laju aliran refrigerant. Hr Qc = h2 h3 ( kj / kg ) = mA. R (h2 h3 ) ( Kw ) 4. Total panas yang dibuang pada kondensor persatuan waktu. 5. Kapasitas pendinginan adalah total panas yang diserap oleh evaporator persatuan waktu. h Qe = h1 h2 = mA. h (Btu/h)

6. Efesiensi Isentropic adalah kerja yang diperlukan oleh satuan kompresor adiabetik reversibel yang nyata akan lebih besar dari kerja Isentropic ( Ws ). s 7. Karakteristik Evaporator Dengan diketahui temperatur udara kering dan temperatur udara basah pada ruang evaporator dan juga perbedaan tekanan udara ( P ) mm H2O maka : mA Dimana : mA PA I/P 8. Daya Kompresor Wc = Aliran Fluida x Density Fluida ( h2 h1 ) 60 9. Koefisien Prestasi ( Coefificient Of Parformance) COP = Qc Wc 10. Daya Kompresi Isentropic Ps 11. Total Kompresor Nyata P = m. ( h2 h1 ) ( Hp ) (Kj/Kg) = m. ( h2 h1 ) ( Hp ) (Kj/Kg) = 0,0830 ( PA.AP )1/2 ( kg / s ) = Massa aliran udara ( kg / s ) = Density udara ( kg / s ) = V = Spesifikasi volume adara ( m3 / kg ) = Ws / W (%)

-6-

12. Total panas yang dibuang evaporator Qe 13. Koefisien Prestasi Nyata COP = Dampak Refrigerant Kerja kompresor = m. ( h1 h4 ) (Kw)

14. Koefisien Prestasi Isentropic COPs = Dampak Refrigerant Kerja Kompresor Isentropic Keterangan: h1 = enthalpi refrigerant masuk kompresor(Btu/lbm) h2 = enthalpi refrigerant masuk kondensor(Btu/lbm) h3 = enthalpi refrigerant masuk katup ekspansi(Btu/lbm) h4 = enthalpi refrigerant masuk evaporator(Btu/lbm) m = laju aliran massa(lb/h) W = Kerja kompresor nyata (Btu/lb) Ws = Kerja kompresor insetropis (Kj/Kg) Wc = Daya kompresor (Kj/dt) Hr = Panas yang dibuang (Kj/Kg) Re = Efek refrigerasi (Btu/lbm) Qe = Kapasitas pendingin/total panas yang diserap Persatuan waktu (Btu/lbm) Qc = Total panas yang dibuang kondensor persatuan waktu (Kj/dt) s s = Efisiensi insetropic (%) COP = Koefisien prestasi nyata (Coeficient Of Parfomance) Ps = Daya kompresi insetropic (Hp) /rpm P = Daya kompresor nyata (Btu/h) HRR = Ratio pelepas kalor Ma = Massa aliran udara (Kg/s) PA = Density udara (Kg/s)

-7-

2.2.1. Evaporator ( Penguapan ) Evaporator yang dipakai berbentuk pipa bersirip plat yang berisi cairan refrigerant yang bertekanan dan disalurkan pada katup ekspansi, di distribusikan secara merata ke dalam pipa evaporator oleh distribusi refrigerant akan menguap dan menyerap kalor dari udara ruangan yang dialirkan melalui permukaan luar evaporator. Apabila udara di inginkan dibawah titik pengembunan pada permukaan evaporator yang kemudian ditampung dan dialirkan keluar. Dengan kata lain cairan refrigerant diuapkan secara berangsur angsur karena menerima kalor sebanyak kalor pada waktu terjadi penguapan. Selama mengalir didalam setiap pipa akan terjadi pencampuran refrigerant dalam fase cairan dan gas. Pada keadaan tersebut tekanan pada temperatur konstan oleh karena itu temperatur dapat dicari dengan mengukur tekanan didalam evaporator.

a. Proses Kompresi Kompresi didalam kompresi dapat dianggap adiabetik ( Isentropic ), sehingga terjadi pada garis entropi konstan. Kerja yang dilakukan oleh kompresi adalah sama dengan kenaikkan entalpi refrigerant antara seksi keluar dan seksi masuk kompresi. Kompersi menghisap refrigerant dari ruang penampung uap. Didalam penampung uap tekanan diusahakan tetap dalam keadaan uap dan temperatur rendah. Didalam kompresor, tekanan refrigerant dinaikkan sehingga memudahkan pencairannya kembali uap refrigerant menjadi cair sempurna didalam kondensor, kemudian dialirkan ke dalam pipa evaporator melalui katup ekspansi.

-8-

b.

Pengembunan, Kondensasi Uap refrigerant yang bertekanan dan bertemperatur tinggi pada akhir kompresi dapat dengan mudah dicairkan dengan mendinginkan air pendingin atau dengan udara pendingin pada sistem yang menggunakan pendingin udara, atau dapat dikatakan uap panas refrigerant disalurkan pada udara dingin yang ada dalam kondensor sehingga mengembun dan menjadi cair. Jadi karena udara dingin menyerap panas refrigerant maka udara menjadi pada waktu keluar dari kondensor. Selama refrigerant mengalami perubahan fase uap menjadi fase cair, tekanan dan temperatur yang menyebabkan pengembunan konstan. Oleh karena itu temperatur dapat dicari dengan mengukur tekanan yang ada. Dan proses hanya terjadi pada evaporator dan kondensor saja. Selain itu selama proses tersebut dianggap tidak terjadi kerugian tekanan karena gesekan.

Pengertian bahan pendingin Adalah suatu zat yang mudah diubah bentuknya dari gas menjadi cairan atau sebaliknya, dapat dipaki untuk mengambil panas dari evaporator dan membuangnya dikondensor. Syarat syarat bahan Pendingin : 1. Tidak beracun. 2. Tidak terbakar atau tidak meledak bila dicampur dengan udara atau bahan lain. 3. Tidak menyebabkan korosi terhadap logam yang dipakai pada sistem pendingin. 4. Bila terjadi kebocoran mudah dicari. 5. Mempunyai titik didih dan kondensasi rendah. 6. Mempunyai susunan kimia yang stabil tidak terurai setiap kali dimampatkan, diembunkan dan diuapkan. 7. Perbedaan antara penguapan, pengembunan terjadi sekecil mungkin.

-9-

2.5 Komponen komponen utama mesin pendingin: 2.5.1 Kompresor Apabila gas refrigerant dihisap masuk dan dikompresikan silinder kompresor mesin refrigerasi, perubahan tekanan refrigerasi terjadi sesuai dengan perubahan volume yang diakibatkan oleh jarak torak di dalam silinder tersebut. 2.5.2 Kondensor Kondensor adalah alat penukar panas yang fungsinya adalah untuk mencairkan freon. Alat ini melepaskan panas dari kompresi dan merubah gas yang bersuhu tinggi menjadi cairan yang bertekanan tinggi. Pada keadaan noramal bagian atas kondensor penuh dengan gas panas dan bagian bawah campuran gas dan cairan panas yang sebagian cairan disimpan didalam reservior dan sebagian lagi diedarkan menuju katup ekspansi. 2.5.3 Katup Ekspansi Katup ini fungsinya mengontrol freon ke evaporator. Pada katup ini dikontrol oleh temperatur sensor pada outlet evaporator. Jika suhu outlet terlalu tinggi ini berarti cukup freon yang masuk kedalam evaporator dan pendinginan ruangan kurang baik. Jika outlet terlalu rendah ini berarti banyak freon yang masuk dari evaporator fins mungkin penuh dengan bunga es. Dalam hal ini temperatur sensor mengontrol pembukaan atau penutupan katup ekspansi untuk mencapai tingkat aliran yang tetap suhu outlet evaporator. 2.5.4 Evaporator Evaporator merupakan komponen terakhir pada siklus pendinginan, dimana akhirnya sampai kepada udara dingin. Pada kebanyakan evaporator refrigerant sebagai fluida didalam pipa pipa dan mendinginkan udara yang dihembuskan oleh fan diluar diluar pipa tersebut. Evaporator yang di

- 10 -

inginkan disebut evaporator ekspansi langsung. Refrigerant cair masuk kedalam pipa yang mempunyai sirip sirip didalamnya untuk menaikkan hantaran pada refrigerant. Evaporator ekspansi langsung digunakan pada pengkondisian udara biasanya disuplay oleh katub ekspansi yang mengatur aliran cairan sedemikian sehingga uap refrigerant meningalkan evaporator sedikit lanjut.

Gas Buang

Kondensator

Gas isap

Kompresor Cairan Evaporator

2.6. Metode percobaan a. Mengukur Parameter Mengukur debit refrigerant dengan menggunakan flow meter. Mengukur tekanan dan temperatur freon masuk evaporator. Mengukur tekanan dan temperatur freon keluar evaporator. Mengukur tekanan dan temperatur freon masuk kondensor. Mengukur tekanan dan temperatur freon keluar kondensor. Analisa energi pada masing masing komponen mesin

b. Menghitung pendingin.

- 11 -

Beban pendingin beserta koefisien prestasi COP dari

instalasi. c.Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan sebanyak 3 x dalam parameter yang berbeda beda, karena keterbatasan waktu, maka pengambilan data hanya dilakukan satu kali. Data data yang diperoleh dianggap valid jika pencatatan dilakukan setelah kondisi betul betul dalam keadaan steady. 2.7. Langkah Langkah Percobaan a. Persiapan Instalasi telah dipersiapkan sedemikian rupa untuk melaksanakan percobaan dan pengambilan data. b. Menjalankan Instalasi Sebelum refrigerant kebocoran udara maka terlebih dahulu praktikkan memeriksa kesiapan mesin yang meliputi : Pemeriksaan refrigerant kebocoran dengan maksud pada saat pengujian berlangsung dapat terhindar dari hal hal yang dapat menggagalkan pengujian. Setelah pemeriksaan terhadap peralatan praktikum selesai, praktikan melakukan pengoperasian mesin pengkondisian udara. Saklar tidak langsung dipasang pada posisi ON. Pengaturan pembebanan pada kondensor dan Memperhatikan faktor induk jika gejala gejala Menghentikan pengoperasian instalasi Mematikan saklar induk. Mencabut steker dari power suplay.

eveporator dengan mengatur value. yang dapat merusak Instalasi mesin harus dimatikan.

- 12 -

BAB III ANALISA DATA

P4 Fan

T4

Expantion Value

P1 T1

Evaporator
Filter

P2

T2

Flowmeter

Kompresor Kondensor P3 T3

- 13 -

Hasil data dalam pengukuran tekanan debit fluida yang dalam pratikum ini adalah freon 12 di dapat tabel B-5 dibawah ini:

No. 1 2 3 Rata2

P1 19Psi 18Psi 20Psi 19Psi

T1 290F 290F 200F 260F

P2 135Psi 135Psi 200Psi 156Psi

T2 200C 200C 570C 32,20C

P3 135Psi 200Psi 205Psi 180Psi

T3 290F 500F 400F 34,60F

P4 13Psi 25Psi 25Psi 20Ps9i

T4 1200F 100F 250F 520F

Q 0,55 0,55 0,55 0,55

Keterangan : P1 T2 P2 T2 P3 T3 P4 T4 = Tekanan freon keluar evaporator ( tekanan evaporasi ) = Temperatur freon keluar evaporator ( temperatur evaporasi ) = Tekanan freon masuk kondensor ( tekanan kompresi ) = Temperatur freon masuk kondensor ( temperatur kompresi ) = Tekanan freon keluar kondensor ( tekanan kondensasi ) = Temperatur Freon keluar kondensor ( temperatur kondensasi ) = Tekanan freon masuk evaporator ( tekanan ekspansi ) = Temperatur freon masuk evaporator ( temperatur ekspansi)

A. Menentukan tekanan Absolut P. absolut = P. Pengukuran + P. Atm P1 = 19 Psia + 1 atm ( 14,7 Psia ) P3 = 180 Psia + 1 atm ( 14,7 Psia ) P4 = 52 Psia + 1 atm ( 14,7 Psia ) = 33,7 Psia = 194,7 Psia = 66,7 Psia P2 = 156,6 Psia + 1 atm ( 14,7 Psia ) = 301,1 Psia

B. Merubah C ke F adalah F = ( 1,8 x C ) + 32 T2 = ( 1,8 x 32,3 C ) + 32 = 58,14 F T3 = ( 1,8 x 34,6 C ) + 32 = 62,28 F

- 14 -

C. Mencari h1 dan T1 dengan cara Interpolasi tabel B-5 freon 12 di mana h1 adalah entropi reflien dalam bentuk gas uap maupun jenuh. Interpolasi pada tabel : T1 20 26 30 10 D. Mencari S4 = Sg pada T4 = 52 F yang merupakan entropi gas dengan interplase sbb : T4 50 52 60 10 E. Menentukan h2 S dengan melihat tabel B-5 dan gambar B7 Tes merupakan peristiwa isentropis / dengan kata lain hanya entropi adalah konstan. Sehingga untuk menentukannya di lihat perpotongan antara T2 = 32,2 F & 32, F P2 = 156,6 Psia & 156,77 Psia & SI . 0,16641 Btu/Lbm.R & SI. 0,11648 Btu/lbm.R. dari perpotongan tabel tersebut di dapat h2S = 91 Btu/lbm . F. Menetukan h3 = h4 = h5 Merupakan enthalpi pada kondisi cair di hitung dengan interpolasi pada P2 = 254,7 Psia P2 249,31 254,7 279,82 h2 43,850 ? 46,633 - 15 S4 0,16530 ? 81,436 h1 79,385 ? 80,419

h1 = 79,385+ 1. ( 1,034 ) = 79,4884 Btu/lbm

h4 = 0,16530 - 0,00062 = 0,165238 Btu/Lbm .R

h3 = 43,850 + 5,39. ( 2,783 ) = 44,342Btu/Lbm 30,51 G. Menetukan h2 dengan melihat gambar B7. Perpotongan dengan SI denga P2 = 254,7 Psia Dengan SI = 0,16641 Btu/lbm Dari perpotongan tersebut di peroleh h2 = 93 Btu / lbm Re = efek refrigerasi adalah kenaikan enthalpi ferrigerasi dalam eraporator . Re = h1 h2 = ( Qe ) = ( 80,52 44,342 ) Btu/lbm = 36,178 Btu/lbm Re = 36,18 Btu/lbm x 2,2046 lbm / kg x 1,005 kg / Btu = 84,15 Kj/Kg a) Kerja kompresor Isentropis Ws = h2s h1 = ( 91 80,52 ) Btu/Lbm = 10,84 Btu / lbm Ws = 10,48 Btu/lbm x 2,2046 lbm / kg x 1,055 kg/Btu = 24,37 kj / kg b) Kerja kompresor nyata Ws = h2 h1 = ( 93 80,52 ) Btu/Lbm = 12,48 Btu / lbm Ws = 12,48 Btu/lbm x 2,2046 lbm / kg x 1,055 kg/Btu = 29,07 kj / kg c) Panas yang di buang ( Hr ) adalah jumlah yang di keluarkan oleh refrigerant dalam kondensor pada laju aliran refrigerant hr = h2 h3 = ( 93 44,342 ) Btu/lbm = 48,658 Btu / lbm Ws = 48,658 Btu/lbm x 2,2046 lbm / kg x 1,055 kg/Btu = 113,17 kj / kg

- 16 -

Wc Wc

Daya kompresor = Akliran Fluida x Rensity Udara x ( h2 h1 ) 60 = 0,55 liter/menit x0,001/liter x 1,22 kg / m3 x ( 29,03)2 kj/kg 60 = 0,00514 kj / dt

Ps Ps P P Qc Qc Qc Qc

Daya kompresor Isentropic : = Mr x ( hzs h1 ) = 0,55 liter/menit x 0,001 m3 x menit / 60 dt x 24,37 kj / kg = 0,000148 kj / kg Daya kompresor nyata = Mr x ( h2 h1 ) = 0,55 liter /menit x 0,001 m3 x menit / 60 dt x 29,03 kj / kg = 0,000177 kj / kg Total panas yang di buang kondensor persatuan waktu = Mr x ( h2 h1 ) = 0,55 liter / menit x 0,001 m3 x 1,22 kg /m3 x menit / 60 dt x 113,2 kj / kg = 0,00069 kj / dt = Mr x ( h2 h1 ) = 0,55 liter / menit x 0,001 m 3 x 1,22 kg /m3 x menit / 60 x 84,15 kj / kg

Qc

= 0,000513 kj / dt Efisiensi isentropic ( s ) merupakan kerja yang di perlukan

oleh suatu kompresor diabatik reversibel yang nyata lebih besar dari kerja isentropik . = Wr / w s = 24,37 Kj / kg 29,03 kj / kg = 0,839 = 84 %

- 17 -

Cop Cop

Koefisien Prestasi ( Coefisien of performe ) = Qe / Wc = 0,00069 kj/kg 0,00514 kj/kg = 0,134

Cop Cop Cop Cop HRR Cop

Koefisien Prestasi nyata = Re / W = 84,15 kj/kg 29,03 kj/kg Koefisien Isentropic = Re / Ws = 84,15 kj/kg 29,37 kj/kg Ratio pelepas kalor = Qc / Qe = 0,00069 kj/dt 0,000513 kj/dt = 1,34 = 3,45 = 2,89

BAB IV

- 18 -

KESIMPULAN Dari data yang di peroleh , dapat di ambil kesimpulan bahwa siklus refrigerant R-12 nyata ( dari pengujian ) untuk laju aliran volume yang berbeda beda , bertambah besar mempunyai karakteristik yang berbeda dengan siklus refrigeran teoritis. dalam hal ini di sebabkan oleh banyak faktor , antara lain yaitu: 1. Kurang teliti dalam membaca skala ukur yang di pergunakan dalam percobaan 2. Adanya kerugian akibat dari kebocoran pada instalasi sistem 3. Kerugian kerugian tersebut tidak di amati dan di perhitungkan secara seksama 4. Adanya kurang teliti dalam mengkonversikan suatu satuan ke satuan yang lain 5. Alat uji belum keadaan stedy

- 19 -

Anda mungkin juga menyukai