Anda di halaman 1dari 3

Pengurangan Resiko Bencana : Perlukah?

Narasumber: Dr. Dwikorita Karnawati Pengurangan Resiko Bencana (PRB) merupakan program yang sangat mendesak untuk segera dilakukan oleh pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan seluruh komponen masyarakat karena sebagian besar rakyat Indonesia hidup di daerah yang memiliki potensi tinggi terjadinya bencana alam. Apabila program ini tidak segera dilaksanakan maka potensi jatuhnya korban, baik harta benda maupun nyawa akan sangat besar. Hal itu terjadi karena dari perspektif geologis Indonesia merupakan daerah yang terletak di titik pertemuan lempeng bumi, yaitu lempeng Eurasia dan Indo Australia, yang selalu bergerak sehingga berpotensi menimbulkan retakan / patahan yang dapat menyebabkan terjadinya gempa dan tsunami. Demikian pernyataan pembicara dalam seminar bulanan yang dilaksanakan oleh Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada hari Kamis tanggal 4 Maret 2010. Seminar yang telah menjadi tradisi rutin setiap hari Kamis minggu pertama tersebut, pada kesempatan itu menampilkan pembicara, Dr. Ir. Dwikorita Karnawati seorang pakar kebencanaan dari Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dengan moderator Drs. Suharman, M.si, wakil kepala PSPK UGM. Topik yang diangkat pada seminar sore tersebut adalah Pengurangan Resiko Bencana di Kawasan pedesaan. Dari kajian sosial budaya yang dilakukan oleh ilmuwan sosial diperoleh pemahaman bahwa masyarakat jauh lebih mementingkan ketahanan ekonomi dibandingkan dengan keselamatan dari bencana. Ada sebagian warga yang tinggal di lereng gunung yang memiliki potensi longsor tinggi, namun mereka enggan pindah dari lokasi tersebut karena sumber penghidupan mereka ada di lokasi tersebut. Ada pula warga masyarakat yang enggan menerima pemasangan alat deteksi bencana tanah longsor karena takut alat tersebut dapat mengganggu ternak mereka dan mengurangi ruang gerak. Di tempat lain, ada warga yang tega mencuri alat deteksi gempa dan tsunami yang baru dipasang hanya untuk dijual kembali ke pedagang rongsok. Kondisi ini menyadarkan kita semua bahwa PRB bukan hanya berkutat pada masalah teknis kebencanaan, tetapi juga mencakup aspek ekonomi. Disamping memperkuat ketahanan terhadap bencana, program PRB juga harus dapat memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat. Namun program ketahanan ekonomi juga harus memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat. Untuk kasus PRB di Karanganyar yang kami laksanakan berberapa bulan yang lalu, kami mencoba memadukan kegiatan teknis penanggulangan bencana dengan kegiatan peningkatan ekonomi keluarga melalui penanaman pohon albasia. Disamping dapat meningkatkan daya dukung lingkungan melalui penghijauan, kegiatan tersebut juga dapat meningkatkan penghasilan rumah

tangga melalui penjualan kayu dan pemanfaatan hijauan untuk pakan ternak. Sedangkan di daerah padang kami memadukan kegiatan teknis penanggulangan bencana dengan pengembangan enterpreneurship / jiwa kewirausahaan.
http://www.pspk.ugm.ac.id/seminar/68-pengurangan-resiko-bencana-perlukah.html , 09 feb 2012

pengertian resiko bancana

PENGURANGAN RISIKO BENCANA


Sebuah proses pemberdayaan komunitas melalui pengalaman mengatasi dan menghadapi bencana yang berfokus pada kegiatan partisipatif untuk melakukan kajian, perencanaan, pengorganisasian kelompok swadaya masyarakat, serta pelibatan dan aksi dari berbagai pemangku kepentingan, dalam menanggulangi bencana sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana. Tujuannya agar komunitas mampu mengelola risiko, mengurangi, maupun memulihkan diri dari dampak bencana tanpa ketergantungan dari pihak luar.

http://prb-indo.blogspot.com/
Selanjutnya, pengertian Pengurangan Risiko Bencana (PRB) adalah sebuah pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi, mengkaji dan mengurangi risikorisiko bencana. PRB bertujuan untuk mengurangi kerentanan sosial dan ekonomi terhadap bencana, meningkatkan kemampuan dan ketahanan social dan ekonomi terhadap bencana serta menangani bahaya lingkungan maupun bahaya lainnya. Pengertian komunitas atau masyarakat dapat didekati dengan definis i dari McMillan & Chavis, (1986) sebagai berikut : community is defined as a feeling that members have a belonging, a feeling that members matter to one another and to the group, and ashared faith that members need will be met through their commitmentto be together.Dengan demikian, maka komunitas sekolah merupakan sekumpulan orangorang di sekolah yang mempunyai rasa memiliki satu sama lain, dan mempunyai tujuan bersama untuk kepentingan kelompok. Didalam masyarakat terdapat berbagai penafsiran yang berbeda terhadap konsep kesiapsiagaan. Nick Carter, (1991) mengartikan kesiapsiagaan dari suatu pemerintahan, suatu kelompok masyarakat atau individu sebagai tindakan-tindakan yang memungkinkan pemerintahan, organisasi organisasi, masyarakat, komunitas dan individu untuk mampu

menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat guna. Termasuk kedalam tindakan kesiapsiagaan adalah penyusunan rencana penanggulangan bencana, pemeliharaan sumberdaya dan pelatihan personil. Disamping itu, menurut Hidayati, D., Permana, H., Pribadi, K. dkk (2006) kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana dan didalam konsep pengelolaan bencana yang berkembang saat ini, peningkatan kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan pengurangan resiko bencana yang bersifat proaktif, sebelum terjadinya suatu bencana. 2.2 Isu dan Permasalahan Pengurangan Resiko Bencana di Sekolah Dalam beberapa tahun ini, kesadaran akan pentingnya upaya pengurangan risiko bencana telah dimulai dengan peluncuran buku Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN PRB) pada 24 Januari 2007 oleh Bappenas dan Bakornas PB sebagai respon Pemerintah terhadap upaya pengurangan risiko bencana seperti yang dimandatkan oleh Hyogo Framework for Action. Lebih lanjut pada April 2007, Pemerintah mengeluarkan UU No. 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana, yang menjadi tonggak sejarah dalam upaya pengurangan ris iko bencana di Indonesia, dan diikuti dengan peraturan turunannya, yang juga dibentuknya sebuah Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

http://www.tdmrc.org/id/wp-content/uploads/2011/04/58-65_dampak-pelatiahn.pdf

Anda mungkin juga menyukai