Anda di halaman 1dari 11

Hiperglikemia Hiperglikemia terjadi jika konsentrasi gula dalam darah lebih besar dari 130 mg/dl.

Pada anjing disebut hiperglikemia jika konsentrasi gula 180-200 mg/dl dan pada kucing jika konsentrasi gula 200-280 mg/dl. Glikosuria menyebabkan osmotik diuresis, yang kemudian menjadi polyuria dan polidipsia. Pada anjing (kadar glukosa darah 130-180 mg/dl) atau kucing (kadar glukosa 280 mg/dl) tidak ada gejala yang terlihat. Jika terjuadi hiperglikemia ringan (kadar glukosa darah kurang dari 180 mg/dl) dan tidak terlihat glukosuria karena polidipsia dan polyuria perlu dipertimbangkan penyakit lain selain diabetes mellitus. Penyebab hiperglikemia pada anjing dan kucing 1. Diabetes mellitus * 2. Stress (pada kucing) * 3. Efek post prandial (diet mengandung monosakarida, disakarida dan propylene glikol) 4. Hyperadrenocorticism * 5. Acromegali (kucing) 6. Diestrus (anjing) 7. Pheochromocytoma (anjing) 8. Pancreatitis 9. Neoplasia kelenjar eksokrin pankreas 10. Kerusakan ginjal 11.Terapi obat * :
o o o o

Glukocorticoid Progestagen Megestrol asetat Diuretika Thiazida (Benzothiazine), mis: Chlorothiazida, Hydroclhorothiazide, Bondrofluazide

12.Cairan yang mengandung dextrose * 13.Nutrisi parenteral * 14. Trauma kepala Keterangan: * = Sebab umum Diabetes Mellitus Diabetes mellitus adalah sebuah penyakit yang berhubungan dengan kadar insulin di dalam darah yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai etiologinya. Seperti diketahui bahwa insulin berhubungan erat dengan proses metabolisme dalam tubuh. Mengenai hal itu akan dibahas lebih lanjut di bawah ini.

Insulin adalah hormon yang dibentuk di -cell pancreas. Fungsi insulin terutama adalah dalam pengaturan glukosa dalam tubuh yaitu menurunkan kadar glukosa darah, dengan meningkatkan uptake glukosa ke dalam jaringan. Sedangkan fungsi lainnya adalah meningkatkan katabolisme protein dan lemak, menghambat pembentukan glukosa dari asam amino dan lemak di daerah perifer dengan menstimulasi pembentukan asam amino otot dan penyimpanan lemak di sel adiposa. Hormon yang juga berpengaruh dalam pengaturan glukosa, yaitu untuk menaikkan kadar glukosa darah, adalah hormon glukagon yang diproduksi oleh -cell pankreas. Hormon ini memiliki fungsi yang berkebalikan dengan insulin, yakni meningkatkan konversi glikogen menjadi glukosa, meningkatkan pembentukan glukosa atau prekursor glukosa dari asam amino dan lemak (prekorsor glukosa dari lemak yaitu asam lemak dan gliserol). a. Etiologi Ada 2 tipe Diabetes melitus berdasarkan etiologinya. Pada hewan tipe 1 disebut tipe dependent diabetes mellitus (DDM), dan tipe 2 disebut tipe non dependent diabetes mellitus (NDDM). Lebih jelas mengenai etiologinya dapat dilihat dalam chart di bawah ini:

Tipe 1 (DDM) : Disebabkan karena kerusakan -cell pankreas, karena: 1. Faktor keturunan 2. Destruksi pankreas karena pancreatitis, virus atau penyakit auto immune Tipe 2 (NDDM) : Disebabkan kurang sensitifnya jaringan terhadap insulin, karena: 1. Obesitas 2. Hormon diabetogenik seperti glukocorticoid, cortisol 3. Tiroksin (T4) 4. Glukagon 5. Hormon pertumbuhan 6. Progesteron 7. Epinephrine Sebab resistensi insulin atau ketidakefektifan insulin pada jaringan pada anjing dan kucing:
o o o o o

Insulin inaktif karena pemberian obat-obatan diabetogenik Insulin dilarutkan karena hyperadrenocorticismus Pemberian di waktu yang tidak tepat saat diestrus pada anjing Dosis yang tidak tepat karena infeksi terutama pada cavum oris dan saluran urine Frekuensi pemberian insulin yang tidak tepat karena hypothroidismus (anjign) dan hyperthyroidismus (kucing) Gagal atau kurangnya absorbsi insulin karena kerusakan ginjal, hepar dan jantung Adanya antibodi anti insulin pada kasus:

o o

Glukagonoma (anjing) Pheochromocytoma Radang kronis (terutama pancreatitis) Kerusakan kelenjar eksokrin pankreas Obesitas parah Hiperlipidemia Neoplasia

b. Patogenesis dan Gejala klinis Sebelum membahas patogenesis akan dibahas metabolisme protein, karbohidrat dan lemak secara singkat untuk mempermudah penjelasan mengenai patogenesisnya.

Metabolisme protein

Jika uptake protein meningkat Asam amino dipecah di hati menghasilkan nitrogen di buang yang ditinggalkan C, H, O untuk produksi panas dan energi Jika uptake protein menurun KH dan lemak dimetabolisme untuk energi

Metabolisme Karbohidrat (glukosa) Dipengaruhi oleh insulin dan glukagon yang bekerja bergantian (fungsi sudah diterangkan di atas) Jika kadar glukosa dalam darah menurun maka glukagon bekerja, dan sebaliknya jika kadar glukosa dalam darah meningkat maka insulin bekerja

Metabolisme lemak Lemak diubah menjadi asam lemak dan trigliserida, hasil lainnya adalah benda keton (Asam acetoacetat, -hydroxybutirat, dan Asam propionat)

Pada keadaan kurang insulin, maka terjadi hiperglikemia, tetapi energi tetap tidak mencukupi sehingga metabolisme lemak meningkat. Seperti diketahui metabolisme lemak menghasilkan keton bodies, sehingga jika metabolisme lemak meningkat jumlah keton bodies yang dihasilkan juga meningkat, menimbulkan ketonemia dan ketonuria. (Diabetic ketosis). Ketosis menyebabkan keadaan asam dalam darah yang menyebabkan asidosis metabolik, yang disebut Diabetic KetoAcidosis.

Pada keadaan kurang insulin, sintesis protein meningkat, menyebabkan pembentukan glukosa di hati meningkat, dan pengambilan trigliserida dan asam lemak oleh jaringan juga menurun. Akibatnya kadar glukosa tetap tinggi, dan asam lemak dan trigliserida yang merupakan prekursor glukosa tetap beredar di sirkulasi dan kembali ke hati, menyebabkan pembentukan glukosa sangat dimungkinkan untuk tetap tinggi. Pada akhirnya hiperglikemia semakin parah. Pada keadaan hiperglikemia, tekanan osmotik dalam darah meningkat sehingga cairan tertarik ke dalam pembuluh darah menyebabkan hipertensi. Karena cairan sel tertarik masuk ke ekstrasel (pembuluh darah), maka terjadi dehidrasi. Dehidrasi menyebabkan peningkatkan nafsu minum (polidipsia) yang mengakibatkan polyuria. Polyuria menyebabkan elektrolituria (terlarutnya elektrolit K+, Na+, Mg+ pada urine) karena tekanan osmotik meningkat. Tekanan osmotik meningkat karena glikosuria. Selain itu karena benda keton dapat mengikat elektrolit dapat mengikat elektrolit, pada kasus ketonuria eletrolit terbawa dan terbuang. Diabetic KetoAcidosis Etiologinya kompleks, misalnya karena peningkatan level hormon diabetogenik dalam sirkulasi (mis: epinephrine, glukagon, cortisol, growth hormone). Defisiensi insulin, resistensi jaringan terhadap insulin, bersama peningkatan level hormone diabetogenik menstimulasi ketogenesis. Ada dua perubahan pada metabolisme antara yang menyebabkan sintesis benda keton: 1. Peningkatan mobilisasi asam lemak dan trigliserida yang disimpan dalam jaringan adiposa ke sirkulasi; 2. Perpindahan/perubahan metabolisme di hepar dari pembentukan (anabolisme) lemak menjadi oksidasi lemak dan ketogenesis. Insulin adalah inhibitor lipolisis dan oksidasi asam lemak. Kekurangan insulin relatif atau absolut menyebabkan lipolisis meningkat dan menyebabkan mobilitas asam lemak ke hati meningkat, meningkatkan asam lemak dan ketogenesis. Keton jadi terakumulasi dalam darah menyebabkan asidosis metabolik. Keton terakumulasi pada ruang ekstraseluler, jumlahnya melebihi ambang batas tubulus renalis untuk resorpsi lengkap dan menyebabkan adanya keton dalam urine (ketonuria). Hal ini menyebabkan osmotik diuresis yang disebabkan glikosuria dan menyebabkan ekskresi elektrolit (sodium, potasium, dan magnesium). Kesimpulannya semua itu menyebabkan kehilangan air dan elektrolit yang banyak menyebabkan azotemia pre renal. Hiperglikemia menyebabkan peningkatan osmolalitas plasma yang menyebabkan osmotik diuresis yang malah semakin meningkatkan osmolalitas plasma. Peningkatan osmolalitas plasma menyebabkan kehilangan air dan garam., dan cairan berpindah ke luar sel menyebabkan dehidrasi sel. c. Diagnosa

Didasarkan pada pengukuran kadar glukosa dalam darah untuk menentukan status hiperglikemia. Selain itu analisa patologi klinik lainnya untuk menguatkan diagnosa seperti analisa kimia darah dan analisa urin (glikosuria dan ketonuria). Untuk diagnosa awal dapat dilihat dari gejala klinis yang muncul, yaitu polydipsia, polyuria, kelemahan umum karena kekurangan energi, penurunan berat badan dan hipertensi d. Pengobatan Pengobatan di dasarkan pada etiologi dan gejala klinis yang muncul. Treatmen biasanya termasuk pemberian insulin yang harus diikuti dengan pengukuran kadar glukosa secara berkala untuk memonitor fluktuasi kadar glukosa yang terjadi sampai kadar kembali normal dan tidak malah menimbulkan hipoglikemia. Terapi lainnya juga termasuk terapi diet seimbang dan pemulihan keadaan umum pasien. Diabetes melitus atau lebih dikenal dengan nama penyakit kencing manis ini telah dikenal semenjak zaman dahulunya. Tanda-tanda penyakit kencing manis ini telah diketahui oleh bangsa Mesir, India, Cina, dan Yunani (Grek) yaitu rasa haus dan sering kencing. Hal ini telah digambarkan oleh bangsa Mesir diatas paprus pada ribuan tahun yang lalu. Pakar pengobatan India juga telah membagi pengidap kencing manis menjadi dua bagian. Nama Diabetes Melitus berasal dari kata Diabetes yang berarti pancur air. Hal ini telah diungkapkan oleh pakar pengobatan Yunani (Grek) Areteus dari Cappdocia semenjak 2000 tahun yang lalu. Perkataan Melitus kemudian ditambahkan oleh Willis yang berarti terdapatnya gula dalam air kencing. Daibetes Melitus merupakan penyakit kronik (yang tidak bisa sembuh total) yang terjadi karena ada gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein oleh karena adanya gangguan insulin. Pada tahun 1887 dua orang pakar yaitu Main kowski dan Van Mering membuktikan hubungan kelenjar pankreas dengan penyakit Diabetes Melitus yaitu dengan cara membuang kelenjar pankreas pada anjing dan tidak lama kemudian kadar gula dalam darah Anjing tersebut menongkat. Federick G. Banting dan Best adalah yang pertama mengetahui fungsi insulin sebagai pengatur atau mensintesa glukosa dalam darah. Hasil penelitian (last update, Tuesday 17 May 2005) hampir 3,6 juta jiwa penduduk Indonesia mengidap penyakit Diabetes Melitusnya. Kalau kita lihat angka tersebut dapat diketahui negara-negara yang dapat pengaruh dari peradaban barat akan terjadi peningkatan terjangkitnya Diabetes Melitus. Dari penyelidikan Zimmet (1978) disimpulkan golongan etnik tertentu seperti Melanesia dan Eskimo yang tidak dpengaruhi oleh peradaban barat, sangat jarang dan bahkan tidak pernah ada penduduknya yang menderita penyakit Diabetes Melitus. Disamping itu cara hidup yang sangat sibuk dengan pekerjaan deari pagi sampai sore bahkan kadangkadang sampai malam hari duduk dibelakang meja menyebabkan tidak adanya kesempatan untuk berekreasi atau berolah raga, apalagi bagi eksekutif hampir tiap hari harus lunch atau dinner dengan para relasinya dengan menu makanan yang mewah dan serba wah. Pola hidup beresiko seperti inilah yang menyebabkan tingginya terjadi Penyakit Jantung Kroner, Hipertensi, Diabetes, Hiperlipidemia, dan lainlainnya. Diabetes merupakan penyakut degeneratif atau penyakit yang tidak menular yang akan meningkat jumlah pada masa yang akan datang. Meningkatnya prevelansi diabetes melitus di beberapa negara berkembang akibat peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan akan merubah gaya hidup masyarakatnya terutama dikata-kata sehingga menyebabkan peningkatan prevelansi penyakit degeneratif. Prevelansi Diabetes Melitus Tergantung Insulin (DMTI) dinegara barat 10 % dari Diabetes Melitus Tudak Tergantung Insulin (DMTTI). Dinegara tropik jauh lebih rendah. Gambaran klinis biasanya timbul pada masa anak-anak dan puncaknya pada masa akil baliq. Tetapi ada juga yang timbul pada saat dewasa. Pencetus DMTI masih belum diketahui dengan pasti, tetapi infeksi virus dan toksin tampaknya sangat berperan. Meskipun jumlah pasien DMTI jauh lebih sedikit dari pada DMTTI tetapi perjalanan penyakitnya sangat panjang, morbiditas dan mortalitasnya tinggi.

Insiden DMTI di Eropa Utara meningkat dalam 2 3 dekade terakhir ini. Ini menunjukan bahwa barangkali pada DMTI faktor lingkungan juga berperan disamping yang sudah diketahui yaitu faktor kerentanan genetik. Adanya kekurangan asam aspartal pada posisi 57 dari rantai HLA DQ Beta memyebabkan orang itu menjadi rentan (susceptable) terhadap timbulnya DMTI. Tetapi kenyataan lain menunjukan faktor lingkungan sangat berperan. Ini tampak pada angka prevelansi DMTI di dua negara yang secara etnik tidak berbeda tetapi prevelansi DMTI jauh berbeda yaitu Estonia kekerapan DMTI hanya 1/3 dari Filandia. Akhir-akhir ini tampak bahwa prevelansi DMTI di Eropa meningkat tidak seperti di Amerika Serikat yang relatif stabil. Sementara di Indonesia peningkatan prevelansi pasien diabetes melitus disebabkan oleh : 1. Faktor Demografi - Jumlah penduduk meningkat - Penduduk berumur diatas 40 tahun meningat - Urbanisasi 1. Gaya hidup yang kebarat-baratan - Penghasilan perkapita yang lain - Restoran siap saji - Sedentary life 1. Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi. Berdasarkan data dari WHO di dunia dewasa ini terdapat tidak kurang dari 100 juta orang penderita Diabetes Melitus. Jumlah tersebut tiga kali lipat dibandingkan 1987. Pada tahun 1985 penderita Diabetes Melitus di dunia baru 30 juta. Karena peningkatan yang tinggi itulah maka WHO telah mengeluarkan peringatan kepada seluruh negara anggotanya terhadap penyakit diabetes melitus ini. Sedangkan penderita diabetes melitus di Indonesia kata Dr. Soebijanto berdasarkan hasil penelitian, tingkat kejadian (prevelansinya sekitar 1,5 % 2,3% dari penduduk berusia diatas 15 tahun. Bahkan dalam suatu penelitian epidemiologi di Menado di dapat anggota prevelansinya sekitar 6,1%. DEFENISI Diabetes Melitus adalah suatu keadaan dimana terdapatnya kadar gula yang berlebihan dalam peredaran darah. Ini terjadi karena badan kekurangan sesuatu hormon yang disebut insulin yang diperlukan untuk mengganti gula menjadi sumber tenaga kita. Insulin sejenis hormon yang dihasilkan oleh organ bernama pankreas yang terdapat dibawah perut. Badan kita mengeluarkan tenaga untuk menjalankan tugas harian yang berasal dari makanan yang kita makan. Makanan yang mengandung karbohidrat nantinya akan dirobah menjadi glukosa dan masuk kedalam darah yang berfungsi sebagai sumber tenaga glukosa yang berlebihan nantinya akan dikeluarkan bersama urine. ETILOGI Secara awamnya diabetes melitus disebabkan oleh ketidakmampuan insulin dalam membantu penyerapan glukosa di dalam darah untuk masuk ke dalam sel dan kelebihannya akan disimpan dalam bentuk lemak didalam tubuh kita. Akibatnya makanan yang tadi mengandung karbohidrat, di dalam tubuh kita akan dirobah menjadi glukosa yang merupakan sumber tenaga kita dalam beraktifitas. Kelebihan glukosa dalam darah ini akan disimpan dalam bentuk tumpukan lemak ditubuh kita. Karena begitu pentingnya peranan insulin maka kita dapat membagi Diabetes Melitus menjadi DMTI (Diabetes Melitus Tergantung Insulin) dan DMTTI (Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin). DMTI disebabkan oleh destroktif sel pulau langer hans akibat proses autoimun. Sedangkan DMTTI disebabkan oleh oleh kegagalan relatif sel pada resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa untuk sel hati. Sel ini tidak bisa mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya yang berarti terjadi defisiensi insulin relatif. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukos naupun pada rangsangan glukosa bersama bahan sekresi insulin lain. Berarti sel pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa. PATOFISIOLOGI Untuk mempelajari patofisiologi ini kita akan membagi penyakit Diabetes Melitus ini menjadi 4 bagian : 1. 1. Diabetes Melitus Type I (DMTI)

Diabetes Melitus Type I ini dapat hidup normal selagi dia selalu menerima suntikan insulin dan ia dapat meninggal bila sekiranya dia tidak mendapatkan suntikan insulin dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan oleh karena penguraian sumber bahan tenaga lain oleh tubuh yaitu lemak yang dapat menggantikan fungsi glukosa. Karena penguraian sumber bahan tenaga lain ini akan menghasilkan bahan sampingan seperti ketones yang menyebabkan hiperglisemia. Ketones merupakan molekuk asid yang mampu menyebabkan kegagalan metabolisme dan sel-sel dalam tubuh tidak berfungsi dengan baik. Bila keadaan ini dibiarkan terus akan mengakibatkan penderita Diabetes Melitus menjadi koma dan bisa juga mengakibatkan kematian jika tidak dirawat secara intensif. Diabetes Melitus jenis pertama ini terjadi apabila sistem imunisasi badan menghancurkan sel beta kelenjar pankres yang merupakan satu-satunya sel yang dapat menghasilkan hormon insulin yang berfungsi untuk menghancurkan glukosa yang nantinya akan menjadi sumber tenaga. Diabetes melitus ini sering dijumpai pada anak-anak dan remaja yang memerlukan suntikan insulin setiap harinya, atau menggunakan pam insulin agar dapat bertahan hidup. 5 % sampai 10 % pengidap diabetes melitus merupakan jenis diabetes melitus tipe I ini. Orang yang berisiko mengidap diabetes melitus ini disebabkan oleh serangan imunisasinya sendiri (autoimun), genetik dan pengaruh lingkungan atau alamnya sendiri. Penderita diabetes melitus tergantung insulin perlu disuntikan insulin sebelum makan dan kadang-kadang diperlukan insulin tambahan pada malam hari sebelun tidur. Sebaiknya para orang tua yang anaknya menderita diabetes melitus tipe I ini harus membuat catatan tentang makanan dan minuman yang dikonsumsi anaknya agar didapat seberapa banyak kadar gula yang terdapat pada minuman dan makanan yang ia konsumsi. Catatan ini juga penting bagi dokter yang merawatnya agar si dokter memberikan insulin yang tepat sesuai dengan yang dibutuhkan oleh sipenderita. Hal ini disebabkan oleh karena kekurangan dan kelebihan kadar gula darah dapat memberi kesan yang jelek dan timbulnya berbagai gejala kepada sipenderita disbetes melitus. Jika terlalu banyak insulin diambil dan disuntikan, keadaan sebaliknya bisa terjadi yaitui terjadinya hipogliksemi yang diasebabkan oleh gukosa dalam darah dan hal ini dini dapat diatasi dengan pemberian makanan atau minuman yang mengandung gula. 1. 2. Diabetes Melitus Type II (DMTTI) Hampir 90 % sampai 95 % penderita diabetes melitus ini tergolong dalam diabetes militus tipe II ini atau diabetes militus tidak tergantung isulin. Diabetes melitus tipe II ini disebabkan oleh daya tahan insulin dimana kebutuhan insulin di dalam tubuh meningkat sementara kelenjar pankreas tidak sanggup lagi memproduksi insulin secara berlebihan untuk mencukupi kebutuhan insulin dalam tubuh. Biasanya diabetes melitus tipe II ini dimulai karena faktor usia lanjut, gemuk (obesitas) ketahan glukosa, keturunan/bangsa (genetik) dan kurang berolah raga. 1. 3. Diabetes Melitua ketika hamil (Gestational DM) Diabetes Melitus ketika hamil merupakan kelebihan kadar glukosa pada sebahagian wanita ketika ia mengandung. Diabetes melitus pada orang hamil ini sering dijumpai di kalangan orang Amerika warga keturunan Afrika, Hispanid Latin dan Red Indian. Diabetes Melitus ketika hamil ini sering didapati pada wanita yang kuat makan atau wanita yang keturunannya penderita diabetes melitus. Untuk diabetes melitus waktu hamil ini perlu perawatan untuk menurunkan kadar gula dalam darah agar tidak memberi pengaruh kepada janin yang dikandungnya. Umumnya selesai melahirkan 90 % sampai 95 % penderita diabetes melitus ini akan sembuh dengan sendirinya, dan sebagian kecil yaitu 5 % sampai 10 % kembali mederita penyakit diabetes militus tipe II. Wanita yang mengalami Diabetes Melitus ketika hamil mempunyai resiko 20 % sampai 50 % untuk menderita Diabetes Melitus dalam tempo waktu 5 sampai 10 tahun yang akan datang. Diabetes melitus ketika hamil ini juga meningkatkan resiko bayi lahir dengan bilirubin (demam tinggi) dibanding dengan bayi normal. 1. 4. Diabetes Melitus bentuk lain Diabetes Melitus dalam bentuk lain umunya disebabkan oleh faktor genetik, pembedahan, kurang gizi, dan menderita penyakit lain. Kasus diabetes melitus bentuk lain ini jarang yaitu prevelansinya 1 % sampai 5 % dari semua penyakit diabetes melitus lainnya. FAKTOR PENCETUS

Banyak fakta yang menyebabkan timbulnya diabetes melitus, seperti : 1. 1. Keturunan Sekitar 15 % 20 % penderita NIDDM mempunyai riwayat diabetes melitus, sedangkan pada IDDM sebanyak 60 % berasal dari keluarga Diabetes Melitus. 1. 2. Virus Studi epiodemiologi di Inggris dan Swedia menunjukan akibat penyakit parotitis (infeksi virus yang menyerang sel B pankreas) 1. 3. Obesitas (kegemukan) Pada orang gemuk aktivitas insulin di jaringan lemak dan otot menurun. Penurunan insulin itulah yang dapat memicu terjadinya diabetes melitus. 1. 4. Usia Pada orang-orang yang telah berumur, fungsi organ tubuh telah menurun. Hal ini tersebut mengakibatkan antara lain aktifitas sel pankreas untuk menghasilkan insulin menjadi menurun. Selain itu juga sensitivitas sel-sel jaringan berkurang sehingga tidak menerima insulin. 1. 5. Diet Pola makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh juga dapat menyebabkan terjadinya diabetes. Kasus diabetes pada orang Yahudi Yemenit rendah karena makanan yang mereka konsumsi sehari-hari rendah karbohidrat dan tinggi protein. Demikian pula dengan orang-orang Afrika yang makanannya banyak mengandung serat pangan, sehingga kasus diabetes relatif kecil. 1. 6. Hormon Ada beberapa hormon seperti glukagon, hormon pertumbuhan dan hormon tiroksin, epinefrin serta kortisol yang mepunyai aktivitas antagonistik terhadap insulin. Sehingga apabila produksi dari hormonhormon tersebut meningkat maka manifestasi hiperglikemia akan muncul. 1. 7. Obat Jenis obat-obatan seperti diuertika, adrenalin, kortikosteroid, oral kontrasepsi, butasolidin dan obat-obat yang mengandung ekstra tiroid dapat meningkatkan kadar gula darah. Namun peningkatan kadar gula darah akibat penggunaan obat-obat tersebut masih belum dapat diketahui dengan pasti. Secara garis besar, individu yang mempunyai resiko tinggi untuk menderita Diabetes Melitus antara lain sebagai berikut : 1. Kelompok usia tua (>40 tahun). 2. Kegemukan. 3. Tekanan darah tinggi. 4. Riwayat keluarga Diabetes Melitus. 5. Riwayat lahir dengan berat badan > 4000 gram. 6. Riwayat Diabetes melitus pada kehamilan. 7. Dislipidemia. 8. Radang pankreas. GEJALA KLINIS Tanda-tanda penyakit Diabetes militus adalah sebagai berikut : 1. Sering haus. 2. Sering buang air kecil terutama tengah malam.\ 3. Bdan terasa lemah 4. Berat badan turun dengan cepat. 5. Penglihatan menjadi kabur. 6. Kepala terasa pusing. 7. Pada lelaki kadang-kadang terjadi disfungsi ereksi. Kadang-kadang ada juga penderita Diabetes melitus ini tidak menampakan gejala-gejala seperti yang diatas. Hanya dengan pemeriksaan KGD (Kadar Gula Darah) untuk dapat menegakan diagnosa penyakit diabetes melitus. Jadi bagi mereka yang berisiko tinggi maka perlu dilakukan pemeriksaan KGD maksimal sekali setahun agar bisa diketahui penyakit diabetes melitusnya sedini mungkin. DIAGNOSIS

Kriteria diagnosis diabetes melitus dan gangguan toleransi Glukosa pada penderita diabetes melitus adalah : 1. Diagnosis diabetes melitus apabila : 1. Terdapat gejala khas diabetes melitus ditambah 2. Salah satu dari : GDP > 126 mg/dl, 2 jam PP > 200 mg/dl atau glukosa darah random > 200 mg/dl. 1. Diagnosis Diabetes melitus apabila : 1. Tidak terdapat gejala diabetes melitus 2. Terdapat dua hasil : GDP > 126 mg/dl, 2 jam PP > 200 mg/dl atau glukosa darah random 200 mg/dl. 3. Gangguan toleransi glukosa (GTG) apabila : GDP <> 1. Untuk kasus meragukan dengan hasil GDP <> 126 mg/dl maka diulangi pemeriksaan laboratorium sekali lagi dengan persiapan minimal 3 hari dengan diet karbohidrat lebih dari 150 gr per hari dengan kegiatan fisik seperti biasa kemungkinan hasil adalah : 1. Diabetes militus, apabila hasilnya sama atau tetap, yaitu GDP <> 200 mg/dl atai apabila hasilnya memenuhi kriteria A atau B 2. GTG, apabila hasilnya cocok dengan kriteria C. KOMPLIKASI A. Komplikasi Akut 1. Koma hipoglikemia 2. Ketoasodosis Diabetika (KAD) 3. Hiperosmolar nonketotok (HONK) B. Komplikasi Kronik 1. 1. Makroangiopati Makroangipati disebut juga dengan arterioselerosis diabetik yaitu penebalan dan hilangnya elastisitas dinding arteri yang melibatkan pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, serta pembuluh darah otak. Pasien diabetes melitus dengan kelainan makrovaskuler dapat memberikan gambaran kelainan pada tungkai bawah, baik berupa ulkus maupun gangren diabetik. Pasien dengan gangguan serebrovaskuler dapat memberikan gambaran sisa berupa kelumpuhan. Infark jantung juga dapat terjadi akibat kelainan makrovaskuler. Berbeda dengan biasanya, pasien pada diabetes melitus rasa nyeri dada sering tidak dijumpai (silent infarction) akibat adanya neuropati. 1. 2. Mikroangiopati Makroangiopati terjadi pada kapiler dan arteriol biasanya mengenai pembuluh darah kecil. Proses adhesi dan egregasi trombosit yang kemudian terbentuk mikrotrombus merupakan basis biokimiawi utama. Disfungsi endotel dan trombosis merupakan biang keladinya. 1. Ratinopati diabetik Pasien dengan retinopati diabetik akan dapat mengalami gejala penglihatan kabur sampai kebutaan. Keluhan penglihatan kabur tidak selalu disebabkan oleh retinopati. Katarak pada pasien Diabetes Melitus terjadinya lebih dini dibanding pada populasinormal. b. Nefropati diabetika Pasien dengan nefropati diabetik dapat menunjukan gambaran gagal ginjal menahan seperti lemas, mual, pucat sampai keluhan sesak nafas akibat penimbunan cairan. Adanya gagal ginjal dibuktikan dengan kenaikan kadar kreatinin/ureum serum. Adanya proteinuria pada persistensi tanpa adanya kelainan ginjal yang lain merupakan salah satu tanda awal nefropati diabetik. 1. 3. Neuropati diabetika Keluhan yang tersering adalah berupa kesemutan dan rasa lemah. Pada pasien dengan neuropati autonom diabetika mungkin dapat dijumpai gejala berupa mual, gembung, muntah dan diare terutama pada malam hari. Manifestasi neuropati otonom diabetik lain adalah adanya hipotesis orthostatik serta adanya keluhan gangguan pengeluaran keringat. Terkadang pula dapat terjadi inkontinensia fatal maupun urin.

1. Rentan infeksi, seperti tuberkolosis paru, gingivitis, dan infeksi saluran kemih. PENATALAKSANAAN Berdasarkan hasil survei : National Healt Interview Survey th 1997 1999 bahwasanya di Amerika 17 % penderita Diabetes Melitus hanya perlu menjaga makan dan minum, 49 % penderita diabetes melitus memakan obat hipoglikemi oral, 22 % penderita diabetes melitus memakai insulin saja dan 11 % penderita diabetes melitus memakai insulin dan obat hipoglikemi oral. Untuk lebih lanjutnya kita akan membahas satu persatu penatalaksanaan penyakit diabetes melitus ini : 1. 1. Berolah raga dan menjaga makanan dan minuman. Untuk penderita diabetes melitus dianjurkan untuk berolah raga secara teratur, 3 4 kali seminggu selama lebih kurang setengah jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous, Rismical, Interval, Progesive, dan Endurance Training). Olah raga dilakukan terus-menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur selang-seling antar gerak cepet dan gerak lambat, berangsur-angsur dari sedikit menjadi olah raga yang lebih berat secara bertahap dan bertahan dalam waktu tertentu. Olah raga yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, renang, bersepeda dan melayang. Sedapat mungkin mencapai zona sasaran atau zona olah raga yaitu 75 85 % denyut nadi maksimal. Hal yang perlu dilakukan dalam olah raga adalah jangan memulai olah raga sebelum makan, memakai sepatu pas, harus didampingi orang yang tahu mengatasi serangan hipoglikemia, harus selalu membawa permen, membawa tanda pengenal sebagai pasien diabetes melitus dalam pengobatan dan pemeriksaan kaki secara cermat setelah berolah raga. Pada konsensus Perkumpulan Endokrinilogi Indonesia (PERKENI) telah ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan karbohidrat (60 70 %) Protein (10 15 %) dan lemak (20 25 %). Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, dan umur, stress akut dan kegiatan olah raga untuk mencapai berat badan ideal. Jumlah kandungan kolesterol <> 1. 2. Obat Hipoglikemi Oral (OHO) 1. Golongan sulfonilurca (generasi I dan generasi II) 2. Golongan bigunide Atas dasar paruh waktu masing-masing obat hipoglikemi oral dan adanya berbagai jenis obat hipoglikemi oral dipasaran Indonesia, maka untuk keperluan praktis, obat hipoglikemi oral dapat dibagi atas 3 kelompok : 1. Short Acting Mempunyai waktu paruh sekitar 4 jam, kerja cepat, diberikan 1 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore. Yang termasuk kelompok ini adalah golongan tolbutamid dan sulfonilurea generasi I, kecuali golongan chlorporpamide. Jenis ini sudah jarang digunakan karena toksik untuk hati dan ginjal. 1. Intermediate Mempunyai waktu paruh antara 5 8 jam, diberikan 1 2 kali sehari yaitu pagi dan siang. Jangan pagi dan malam. Yang termasuk jenis ini adalah golongan glibenclamide, gliquidone, dan glipizide. 1. Long acting Mempunyai waktu paruh antara 24 36 jam, diberikan sekali saja setiap pagi, jangan diberikan dalam dosis terbagi. 1. 3. Suntikan insulin Ada beberapa indikasi untul pemberian preparat insulin pada penderita diabetes melitus. 1. Diabetes Melitus tipe I 2. Ketoasidosis diabetik/koma hiperosmolar non ketotil 3. Diabetes dengan berat badan berkurang 4. Diabetes yang mengalami stress (infeksi, operasi, dll) 5. Diabetes Melitus dengan kehamilan 6. Kegagalan pemakaian obat hipoglikemik oral 1. 4. Pembedahan Pembedahan pada penderita Diabetes Melitus sampai sekarang ini masih dalam penelitian para ahli. Tetapi pada binatang percobaan yaitu pencangkokan sel kelenjar pada binatang percobaan telah berhasil

dilakukan dan hal ini akan memungkinkan untuk dilakukan pada manusia agar tubuhnya kembali menghasilkan insulin secukupnya atau sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh kita. PROGNOSIS Sekitar 60 % pasien diabetes melitus tipe I yang mendapatkan insulin dapat bertahan hidup seperti orang nermal. Sisanya dapat mengalami kebutaan, gagal ginjal kronik dan kemungkinan meninggal lebih cepat. Saya yakin bagi pembaca pasti akan bertanya, apakah anjing juga bisa menderita diabetes mellitus? Jawabannya ya. Curigai anjing menderita diabetes bila semakin kurus namun lebih kelaparan dan haus, lebih sering kencing dengan frekuensi dan jumlah yang banyak. Pada manusia, diabetes dikenal dalam 2 gambaran klinis. Juvenile yaitu pada saat pertumbuhan, biasanya umur muda, ketosis-prone, hipoinsulinemia, insulin dependent, yang juga digolongkan sebagai tipe I. Sedangkan tampilan klinis yang lain adalah pada umur dewasa atau tua, ketosis-resistant, non insulin dependent, noninsulinemia, gemuk, yang juga digolongkan sebagai tipe II. Dengan berkembangnya teknik pemeriksaan insulin pada anjing, telah dibandingkan tipe diabetes mellitus pada anjing dan manusia. Tipe diabetes pada anjing yang paling sering adalah diabetes mellitus yang mirip dengan diabetes mellitus tipe I pada manusia, yaitu insulin dependent diabetes. Beberapa kasus juga diduga menderita diabetes tipe II. Sebagian besar anjing penderita diabetes mengalami hipoinsulinemia absolut dan relative, gangguan sekresi insulin, membutuhkan injeksi insulin dan ada kecenderungan mengalami ketoasidosis. Penyakit ini dapat terjadi pada anjing semua umur. Apa gejala anjing yang menderita diabetes? Gejala utama yang tampak adalah anjing sering makan, minum dan sering kencing atau polifagia, polidipsia dan poliuria. Hal ini karena gula darah tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga tubuh selalu merasa lapar, dan tingginya kadar gula darah akan menyebabkan glukosuria (air kencing mengandung gula) dan poliuria akibat osmotik diuresis karena tingginya gula dalam urine. Gejala lain adalah kehilangan berat badan. Kasus lain kadang juga diikuti adanya kebutaan akibat pembentukan katarak yang sebetulnya merupakan akibat sekunder berkaitan dengan keparahan dan durasi hiperglikemia. Curigai anjing menderita diabetes mellitus bila anjing menunjukkan gejala anjing kencing lebih sering dan lebih banyak dari biasanya, lebih banyak makan dan cepat lapar namun justru kehilangan berat badan dan adanya gejala kebutaan serta tampak adanya pembentukan katarak. Pada pemeriksaan kadar glukosa darah sangat tinggi (lebih dari 200 mg/dl) meski dalam keadaan puasa, dimana seharusnya 70 110 mg/dl pada kondisi normal. Kasus yang saya temukan pada anjing bahkan mencapai angka lebih dari 650 mg/dl kadar gula puasa dan lebih dari 720 mg/dl kadar gula pasca makan. Bisa dipastikan bila anjing dengan gejala polifagia, polidipsia dan poliuria dengan hasil pemeriksaan kadar gula darah tinggi dan glukosuria adalah menderita diabetes mellitus. Namun tidak, bila hasil pemeriksaan gula darah lebih rendah dari 150 mg/dl dan tidak ditemukan glukosuria. Glukosuria baru terjadi bila kadar gula darah 180 sampai 220 mg/dl atau lebih.

Anda mungkin juga menyukai