Anda di halaman 1dari 19

Dengan Suku Bunga Hanya 7,25 Persen

4 Bank BUMN Siap Salurkan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan


Kamis, 23 Februari 2012 21:52 WIB

LENSAINDONESIA.COM: Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) Djan Faridz menyatakan sebanyak empat bank BUMN siap menyalurkan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dengan suku bunga 7,25 persen. Ke empat bank BUMN tersebut antara lain Bank BNI, Bank Mandiri, Bank BRI dan Bank BTN. Kami (Kemenpera-red) telah menandatangani MoU dan perjanjian kerjasama operasional (PKO) FLPP dengan empat bank BUMN yakni Bank BNI, Bank Mandiri, Bank BRI dan Bank BTN. Suku bunganya 7,25 persen, ujar Menpera Djan Faridz saat memberikan penjelasan pada Rapat Kerja dengan Komisi V DPR terkait pembahasan pelaksanaan kebijakan FLPP dan perumahan swadaya di Jakarta, Kamis (23/2). PKO antara Kemenpera dalam hal ini Badan Layanan Umum Pusat Pembiayaan Perumahan (BLU PPP) dengan bank BUMN, kata Djan Faridz, dilaksanakan seluruhnya pada bulan Februari 2012. PKO dengan Bank BNI tanggal 9 Februari, Bank Mandiri dan Bank BRI pada tanggal 15 Februari dan Bank BTN tanggal 17 Februari. Untuk jumlah KPR FLPP yang telah tersalurkan kepada asyarakat berpenghasilan rendah sejak Oktober 2010 hingga Desember 2011 sebanyak 124.977 unit. Dana FLPP yang tersalurkan sebesar Rp 4,12 triliun. Menurut Djan Faridz, adanya kerjasama antara Kemenpera dan empat bank tersebut diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengatasi kebutuhan dana murah jangka panjang dalam rangka membantu pembiayaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Dasar hukum KPR FLPP 2012 diatur dalam Permenpera Nomor 04 Tahun 2012 dan Permenpera Nomor 05 Tahun 2012. Adapun batas penghasilan pokok maksimal masyarakat yang dapat memanfaatkan FLPP ini untuk KPR rumah tapak naik dari Rp 2,5 juta perbulan menjadi Rp 3,5 juta per bulan. Sedangkan untuk KPR Rusun dari Rp 4,.5 juta per bulan menjadi Rp 5,5 juta per bulan. Naiknya batas penghasilan pokok maksimal ini adalah untuk membantu masyarakat yang penghasilannya sangat minim namun memiliki pinjaman di bank, imbuhnya. Selain itu, harga rumah maksimal yang dapat memperoleh FLPP untuk rumah tapak maksimal Rp 70 juta dan Rusun Rp 144 juta. Nilai KPR maksimal untuk rumah tapak Rp 63 juta dan Rusun Rp 126 juta. Luas lantai untuk rumah tapak minimal 36 meter persegi, tandasnya.

Lebih lanjut, Djan Faridz menambahkan, proporsi dana FLPP terhadap dana bank pelaksana adalah 50 : 50. Sedangkan untuk persyaratan SPT yang dulu diwajibkan kini dapat diganti dengan surat pernyataan penghasilan yang ditandatangani pemohon yang diketahui oleh pimpinan instansi (bagi karyawan) atau lurah / kepala desa (bagi wiraswasta dan pekerja mandiri). Adapun komponen biaya yang harus dibayar nasabah saat penandatanganan KPR hanyalah biaya provisi maksimal 0,5 persen, biaya administrasi maksimal Rp 250.000. Untuk asuransi jiwa dan asuransi kebakaran sudah termasuk dalam komponen bunga. Dan yang paling penting masyarakat tidak perlu saldo tabungan,terangnya.ari

Editor: Noviyanto

http://www.lensaindonesia.com/2012/02/23/4-bank-bumn-siap-salurkan-fasilitas-likuiditaspembiayaan-perumahan.html

Ini Bedanya KPR Rumah Subsidi Skema Lama dan Baru! Natalia Ririh | Latief | Kamis, 23 Februari 2012 | 16:03 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Program Kredit Perumahan Rakyat (KPR) untuk rumah subsidi kembali bergulir setelah tercapainya kesepakatan antara Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) dengan empat bank BUMN sebagai penyalur KPR. Kedua pihak sepakat dalam perjanjian kerjasama operasional (PKO) dengan skema porsi dana 50:50 dan suku bunga kredit 7,25%. Namun, ada perbedaan komponen antara KPR FLPP tahun 2010-2011 dengan KPR FLPP tahun 2012. Berdasarkan komponen suku bunganya, KPR FLPP tahun 2010-2011 untuk rumah tapak berjenjang sesuai nilai KPR, dari 8,15% sampai 8,50%. Untuk rumah susun berjenjang sesuai nilai KPR dari 9,25% ke 9,95%. Sementara itu, pada KPR FLPP untuk 2012 baik rumah tapak juga rumah susun, suku bunga sebesar 7,25 persen. Untuk penghasilan pokok maksimal, menurut FLPP lama, masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dengan penghasilan Rp 2,5 juta per bulan untuk rumah tapak dan Rp 4,5 juta per bulan untuk rumah susun. FLPP baru diberikan kepada MBR dengan penghasilan Rp 3,5 juta per bulan untuk rumah tapak, dan Rp 5,5 juta per bulan untuk rumah susun. Adapun komponen harga rumah maksimal FLPP lama, baik rumah tapak maupun rumah susun, tidak dibatasi. Pada FLPP baru, untuk rumah tapak harganya sebesar Rp 70 juta, sedangkan rumah susun sebesar Rp 144 juta. Untuk nilai KPR maksimal yang bisa dipinjam dari bank, FLPP lama untuk rumah tapak sebesar Rp 80 juta dan untuk rumah susun Rp 135 juta. Sementara itu, pada FLPP baru besaran KPR yang bisa dipinjam untuk rumah tapak Rp 63 juta, dan rumah susun sebesar Rp 126 juta. Besaran lantai rumah tapak pada FLPP tahun 2010-2011 bisa mencapai 36 meter persegi. Untuk FLPP tahun 2012, luas lantai rumah tapak minimal 36 meter persegi. Adapun proporsi dana FLPP terhadap dana bank pelaksana untuk FLPP tahun 2010-2011 bervariasi, yaitu tergantung nilai KPR, yaitu dana FLPP 43% sampai 62%, sedangkan dana bank pelaksana 38% - 57%. Untuk KPR FLPP 2012 proporsi dananya terdiri dari 50% dana FLPP dan dana bank pelaksana 50%. Persyaratan SPT dalam FLPP tahun 2010-2011 hukumnya wajib, sementara FLPP 2012 dapat diganti dengan surat pernyataan penghasilan yang ditandatangani pemohon dan diketahui oleh pimpinan instasi bagi karyawan atau lurah/kepala desa bagi wiraswasta atau pekerja mandiri. Komponen biaya yang harus dibayarkan nasabah pada saat penandatanganan KPR meliputi asuransi jiwa, asuransi kebakaran, biaya provisi, dan biaya administrasi, yang dalam KPR FLPP lama dibayar sesuai ketentuan bank pelaksana. Untuk saldo tabungan sebesar dua kali angsuran KPR.

Sementara itu, pada KPR FLPP 2012, asuransi jiwa dan kebakaran sudah termasuk dalam komponen bunga. Biaya provisi maksimal mencapai 0,5%, biaya administrasi sebesar maksimal Rp 250 ribu, dan tidak perlu saldo tabungan.

http://properti.kompas.com/index.php/read/2012/02/23/16034263/Ini.Bedanya.KPR.Rumah.Subsid i.Skema.Lama.dan.Baru

FLPP

DPR Pertanyakan Syarat Baru KPR


M.Latief | Latief | Kamis, 23 Februari 2012 | 19:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi V DPR RI Sunartoyo mempertanyakan skema baru KPR melalui Fasilitas Likuidasi Pembiayaan Perumahan (FLPP) 2012 bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dengan penghasilan pokok Rp 3,5 juta per bulan untuk rumah tapak. Pada skema lama KPR FLPP 2010 - 2011, kredit ini dapat dinikmati oleh MBR berpenghasilan pokok Rp 2,5 juta per bulan.

Mengapa syaratnya menjadi Rp 3,5 juta per bulan, sementara masih banyak masyarakat yang memiliki penghasilan Rp 2,5 juta ke bawah. -- Sunartoyo

"Mengapa syaratnya menjadi Rp 3,5 juta per bulan, sementara masih banyak masyarakat yang memiliki penghasilan Rp 2,5 juta ke bawah," katanya dalam rapat dengar pendapat di Komisi V DPR RI, Kamis (23/2/2012). Sunartoyo mengacu pada skema KPR FLPP 2012, yaitu dengan porsi dana 50:50 dan suku bunga 7,25%, maka angsuran yang dicicil masyarakat akan turun. Pada 2010 - 2011, masyarakat mengangsur Rp 625.000, dan berubah menjadi Rp 575.000 pada 2012. "Dengan angsuran rendah, tapi malah penghasilan pokok untuk MBR jadi naik," ujarnya. Pada kesempatan sama, Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) Djan Faridz mengemukakan alasan syarat kenaikan penghasilan pokok MBR ini. "MBR berpenghasilan Rp 2,5 juta itu selain hutang rumah juga memiliki hutang lainnya. Misalnya, hutang mobil, motor, atau furnitur. Kalau perbankan mengecek, maka kemampuan mencicil rumah menjadi drop," ujarnya. Namun, pernyataan tersebut langsung disanggah oleh Sunartoyo. Menurutnya, yang dapat menentukan layak tidaknya MBR mendapatkan kredit rumah subsidi adalah perbankan. "Lalu, bagaimana yang berpenghasilan Rp 2,5 juta per bulan tapi tidak hutang apa-apa. Mereka akhirnya tidak mendapat kesempatan. Mestinya, perbankan yang menyeleksi layak atau tidak," ujarnya.

http://properti.kompas.com/index.php/read/2012/02/23/19442249/DPR.Pertanyakan.Syarat.Baru.K PR

Permukiman Kumuh di Indonesia Kian Meluas


Nur Januarita Benu - Okezone
Kamis, 23 Februari 2012 11:21 wib

Pemukiman kumuh (foto: jakartakita.com)

JAKARTA - Kondisi perumahan dan kawasan permukiman di Indonesia masih jauh dari harapan. Backlog (kekurangan) perumahan di tahun 2011 saja bertengger di angka 8,2 juta unit, jumlah rumah tidak layak huni tercatat mencapai 4,8 juta unit di tahun 2009. Berdasarkan data yang diperoleh Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) kecenderungan permukiman kumuh semakin meluas. Pada tahun 2009 saja diperkirakan mencapai 57.800 hektare (ha). Langkah awal pemerintah adalah memperkuat komitmen dengan menempatkan sektor perumahan dan kawasan permukiman sebagai prioritas pembangunan nasional. "Pemerintah mengakui bahwa program dan kegiatan yang telah ditetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional di tahun 2010-2014, jauh dari memadai untuk menjawab persoalan-persoalan yang ada," kata Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz, saat membuka Rapat Konsultasi Regional (Rakorneg) di Solo Kamis (23/2/2012), dalam keterangan tertulisnya kepada okezone. Namun demikian, Djan optimis, berbagai kendala dapat diatasi. Sebab, mulai tahun ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menetapkan berbagai Direktif Presiden dan penugasan khusus di sektor perumahan dan kawasan permukiman. Djan menambahkan, ada enam penugasan khusus dari presiden. Pertama, peningkatan dan perluasan program pro-rakyat klaster IV melalui pembangunan rumah sangat murah dan rumah murah. Kedua, program penanganan rumah bagi warga baru di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Ketiga, program percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat (P4B). Keempat, program penanganan Bantaran Sungai Ciliwung. Kelima, program penanganan relokasi penduduk Waduk Jatigede. Keenam, pengembangan Kota Kekerabatan Maja. (rhs) http://property.okezone.com/read/2012/02/23/471/580995/pemukiman-kumuh-di-indonesia-kianmeluas

KEMENPERA

Menpera: Kondisi Perumahan Jauh dari Harapan


M.Latief | Latief | Kamis, 23 Februari 2012 | 12:00 WIB

SOLO, KOMPAS.com - Pentingnya hunian yang layak bagi setiap orang bukan sekadar kepentingan nasional semata, melainkan juga menjadi perhatian serius lembaga-lembaga internasional. Pasalnya, rumah layak huni itu menjadi salah satu hak mendasar bagi kehidupan manusia.

Kecenderungan permukiman kumuh semakin meluas. Pada tahun 2009 saja diperkirakan mencapai 57.800 hektar. -- Djan Faridz

Pengakuan dunia internasional tersebut diwujudkan dalam berbagai komitmen. Di antaranya, International Covenant On Economic, Social And Cultural Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial Dan Budaya) yang menegaskan hak asasi atas perumahan, Istanbul Declaration on Human Settelements yang juga dikenal dengan Agenda Habitat, serta Millenium Development Goals atau MDGs. Demikian disampaikan Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz saat membuka acara Rakorneg (Rapat Konsutasi Regional) Rakorneg I, 22-24 Februari, di Solo, Jawa Tengah,

Kamis (23/2/2012). Menurut Djan, dalam lingkup nasional berbagai peraturan perundangan juga telah mengamanatkan pentingnya pembangunan perumahan dan kawasan permukiman bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, mulai dari Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1), UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 40, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun serta berbagai peraturan pendukung lainnya. Namun kenyataannya, ungkap Djan, kondisi perumahan dan kawasan permukiman di Indonesia masih jauh dari harapan. Backlog (kekurangan) perumahan di tahun 2011 saja bertengger di angka 8,2 juta unit, jumlah rumah tidak layak huni tercatat 4,8 juta unit di tahun 2009. "Kecenderungan permukiman kumuh semakin meluas. Pada tahun 2009 saja diperkirakan mencapai 57.800 hektar," jelas Djan dalam siaran persnya di Jakarta. Menurut Djan, langkah awal pemerintah adalah memperkuat komitmen dengan menempatkan sektor perumahan dan kawasan permukiman sebagai prioritas pembangunan nasional. "Pemerintah mengakui bahwa program dan kegiatan yang telah ditetapkan RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) Nasional di tahun 2010-2014, jauh dari memadai untuk menjawab persoalan-persoalan yang ada," kata Djan. Mulai tahun 2011 ini, Presiden Republik Indonesia telah menetapkan berbagai Direktif Presiden dan penugasan khusus di sektor perumahan dan kawasan permukiman. Djan menuturkan, ada enam penugasan khusus dari presiden; pertama, peningkatan dan perluasan program pro-rakyat klaster IV melalui pembangunan rumah sangat murah dan rumah murah. Kedua, program penanganan rumah bagi warga baru di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Ketiga, lanjut Djan, program percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat (P4B). Keempat, program penanganan Bantaran Sungai Ciliwung. Kelima, program penanganan relokasi penduduk Waduk Jatigede. Keenam, pengembangan Kota Kekerabatan Maja. Sebagai langkah konkret, Kementerian Perumahan Rakyat telah memperkuat peran dan kapasitas pemerintahan daerah. Di antaranya melalui kegiatan dekonsentrasi bidang perumahan dan kawasan permukiman serta dana alokasi khusus bidang perumahan dan kawasan permukiman. "Dasarnya adalah amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang tata cara pelaksanaan tugas dan wewenang serta kedudukan keuangan gubernur sebagai wakil pemerintah di wilayah Provinsi yang kemudian diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011," ujarnya.
http://properti.kompas.com/index.php/read/2012/02/23/12002337/Menpera.Kondisi.Perumahan.J auh.dari.Harapan

Target FLPP Ditaksir Sulit Tercapai


Oleh Eko Adityo Nugroho | Kamis, 23 Februari 2012 | 10:58

Seorang pengendara melintas di perumahan sederhana di kawasan Bojong Gede, Bogor, belum lama ini. Indonesia Property Watch (IPW) mengingatkan agar perbankan tak menurunkan pembiayaannya pascapenurunan bunga KPR subsidi Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) hingga 7,25%. IPW mengindikasikan bank-bank penyalur akan mengerem jumlah pembiayaannya karena suku bunga FLPP yang terlalu rendah. Target pembiayaan FLPP pada 2012 sebesar Rp 6,7 triliun untuk pembiayaan 219.000 unit rumah. Foto: Investor Daily/EKO S HILMAN

JAKARTA Target penyaluran dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sebanyak 219.000 unit sepanjang tahun ini ditaksir tidak tercapai. Sandungan hal itu karena penyertaan modal dari pemerintah dan perbankan jumlah-nya menurun jika dibanding tahun lalu. Dalam program FLPP ini, komposisi penyertaan modal antara pemerintah dan perbankan berbanding 50:50. Adapun tahun lalu pemerintah mengontribusi sebanyak 60% dan perbankan 40%. Menurut Ketua Dewan Pertimbangan Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Fuad Zakaria, ada enam kendala penyaluran FLPP pada tahun ini. Pertama, penurunan porsi penyertaan modal antara pemerintah dan perbankan dinilai menggerus penyaluran. Kedua, lanjut dia, target penyaluran terlalu besar dibandingkan tahun lalu yang hanya sekitar 120.000-an unit. Padahal, kontribusi penyaluran BTN mencapai 90% dibandingkan 15 bank lain yang juga berkomitmen ikut penyaluran FPP. Ketiga, BTN tidak lagi menjadi core utama penyaluran. Baca selengkapnya di Investor Daily versi cetak di http://www.investor.co.id/pages/investordailyku/paidsubscription.php

KEMENPERA: Hari ini, Menpera Datangi Rakonreg I di Solo


Kamis, 23/2/2012 | Oleh Arif Fajar Setiadi |

Menpera SOLO- Kementerian perumahan rakyat (Kemenpera) Republik Indonesia mengadakan rapat konsultasi regional (Rakonreg) I bertempat di The Sunan Hotel, Solo, selama tiga hari, RabuJumat (22-24/2). Pelaksaan rapat dimulai Rabu malam. Pembahasan rapat hanya diikuti oleh peserta dan perwakilan deputi. Menteri Perumahan Rakyat, Djan Faridz dan Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, yang sedianya hadir dalam rapat tersebut ditunda. Menpera dan Gubernur Jawa Tengah direncanakan hadir dalam Rakonreg I, Kamis (23/2/2012) sekitar pukul 08.00 WIB. Rencana awal, Pak Menteri bisa datang di Solo Rabu malam. Namun mengingat ada keperluan rapat di pusat, akhirnya ditunda Kamis pagi), ujar Ketua Panitia, Oswar Muadzin Mungkasa, saat ditemui Espos, di sela-sela persiapan rapat di The Sunan Hotel Solo, Rabu malam. Dalam kesempatan tersebut, Oswar yang juga selaku Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran Kemenpera, mengatakan rapat pada Rabu malam hanya membahas dan berdiskusi tentang persiapan acara yang dilangsungkan pada Kamis. Rapat tersebut juga bersifat internal. Pembahasan rapat malam ini hanya untuk mensinergikan program dan kegiatan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Kita juga membahas mengenai singkronisasi perencanaan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman pada 2013 mendatang baik di pusat maupun daerah, tukas Oswar. Menurut Oswar, Rakonreg Kemenpera 2012 terbagi menjadi tiga regional. Regional I yang meliputi 10 provinsi (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Bangka Belitung dan Kepulauan Riau) berlangsung di Kota Solo selama tiga hari. Sementara Rakorneg II bertempat di Jakarta dan Rakorneg III berlangsung di Bali. Peserta Rakorneg terdiri dari Gubernur, Kepala Bappeda Provinsi, Kepala Bidang Dinas Provinsi

yang membidangi urusan perumahan dan kawasan permukiman serta pejabat di lingkungan Kemenpera. JIBI/SOLOPOS/Muhammad Khamdi
http://www.harianjogja.com/2012/solo/kemenpera-hari-ini-menpera-datangi-rakonreg-i-di-solo164831

EKONOMI & BISNIS 23 Februari 2012

Penyaluran KPR FLPP Dibuka


SEMARANG-Setelah Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) kembali membuka penyaluran Kredit Pemilikan Rumah dengan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR FLPP), sejumlah perbankan yang ditunjuk seperti PT Bank Tabungan Negara mulai menerapkan fasilitas itu bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang ingin memiliki rumah. Kepala Kantor Wilayah II PT BTN Poernomo menuturkan, setelah ditunda sebulan, Kemenpera kembali menunjuk BTN untuk membuka penyaluran KPR FLPP tersebut. BTN sebagai salah satu bank milik pemerintah sudah menyepakati kerja sama operasional dengan kesepakatan bunga FLPP tahun ini 7,25%. Suku bunga KPR FLPP 7,25% tersebut sudah termasuk asuransi jiwa dan asuransi kebakaran. Dalam kesepakatan itu, porsi dana penyertaan pemerintah dan perbankan dalam pembiayaan rumah bersubsidi berbanding 50:50. Sebesar 50% dana pembiayaan dari BTN serta dana 50% berasal dari Kemenpera. Sementara untuk masa tenor pembayaran FLPP 15 tahun, urainya, Rabu (22/2). Bisa Terealisasi Minimal tipe rumah melalui fasilitas tersebut, lanjutnya, yaitu tipe 36 dengan harga jual rumah maksimal Rp 70 juta-an. Menurut Poernomo, semenjak penyaluran KPR FLPP dibuka, BTN menyatakan siap melayani pembiayaan rumah bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah sekitar Rp 2 juta. Sementara itu, Ketua Badan Diklat DPP Real Estat Indonesia (REI) Sudjadi menilai, sudah seharusnya perbankan mengutamakan kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah. Direktur PT Aji Saka itu berharap perbankan tidak memungut suku bunga tinggi di tengah terus menurunnya bunga acuan dari BI serta rendahnya imbalan bunga tabungan. Menurut dia, akibat fasilitas KPR tertunda, sekitar 2.000 unit rumah di wilayah Jateng yang siap jual belum bisa direalisasi. Sekitar 80% dari rumah tersebut sasaran utama adalah masyarakat berpenghasilan rendah. Tahun ini, REI Jateng mengincar mampu menjual sekitar 12.000 unit rumah. (K14-75) http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_b eritacetak=178033

Pemda Harus Ikut Serta Bangun Rumah Murah


Nur Januarita Benu - Okezone
Kamis, 23 Februari 2012 11:57 wib

Rumah cetak murah tipe 36 (Foto : Nur Januarita Benu/Okezone)

JAKARTA - Sebagai langkah konkret pembangunan rumah murah dan layak huni bagi masyarakat kurang mampu, serta wujud pelaksanaan amanat Presiden, Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) telah memperkuat peran dan kapasitas pemerintahan daerah. Di antaranya melalui kegiatan dekonsentrasi bidang perumahan dan kawasan permukiman serta dana alokasi khusus bidang perumahan dan kawasan permukiman. Dasarnya adalah amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang tata cara pelaksanaan tugas dan wewenang serta kedudukan keuangan gubernur sebagai wakil pemerintah di wilayah Provinsi yang kemudian diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011. "Penguatan provinsi ini salah satunya adalah melalui pelaksanaan Rapat Konsultasi Regional (RAKONREG) Kemenpera Tahun 2012. Selain itu juga sebagai persiapan pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi dan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional Tahun 2012, kata Menpera Djan Faridz, dalam keterangan resminya, Kamis (24/2/2012). Untuk mempermudah pelaksanaannya, Djan mengungkapkan, kegiatan tersebut dibagi menjadi tiga regional, antara lain: Regional 1: Wilayah Sumatera (sebanyak 10 provinsi) pada hari Rabu-Jumat, tanggal 22-24 Februari 2012 bertempat di Kota Solo. Regional 2: Wilayah Jawa dan Kalimantan (sebanyak 10 provinsi) pada hari Rabu-Jumat, tanggal 1416 Maret 2012 bertempat di DKI Jakarta dan Regional 3: Wilayah Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua (sebanyak 13 provinsi) pada hari Rabu-Jumat, tanggal 7-9 Maret 2012 bertempat di Kota Denpasar. (rhs) http://property.okezone.com/read/2012/02/23/471/581018/redirect

KEMENPERA: Hari ini, Menpera Datangi Rakonreg I di Solo


Kamis, 23/2/2012 | Oleh Arif Fajar Setiadi |

Menpera SOLO- Kementerian perumahan rakyat (Kemenpera) Republik Indonesia mengadakan rapat konsultasi regional (Rakonreg) I bertempat di The Sunan Hotel, Solo, selama tiga hari, RabuJumat (22-24/2). Pelaksaan rapat dimulai Rabu malam. Pembahasan rapat hanya diikuti oleh peserta dan perwakilan deputi. Menteri Perumahan Rakyat, Djan Faridz dan Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, yang sedianya hadir dalam rapat tersebut ditunda. Menpera dan Gubernur Jawa Tengah direncanakan hadir dalam Rakonreg I, Kamis (23/2/2012) sekitar pukul 08.00 WIB. Rencana awal, Pak Menteri bisa datang di Solo Rabu malam. Namun mengingat ada keperluan rapat di pusat, akhirnya ditunda Kamis pagi), ujar Ketua Panitia, Oswar Muadzin Mungkasa, saat ditemui Espos, di sela-sela persiapan rapat di The Sunan Hotel Solo, Rabu malam. Dalam kesempatan tersebut, Oswar yang juga selaku Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran Kemenpera, mengatakan rapat pada Rabu malam hanya membahas dan berdiskusi tentang persiapan acara yang dilangsungkan pada Kamis. Rapat tersebut juga bersifat internal. Pembahasan rapat malam ini hanya untuk mensinergikan program dan kegiatan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Kita juga membahas mengenai singkronisasi perencanaan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman pada 2013 mendatang baik di pusat maupun daerah, tukas Oswar. Menurut Oswar, Rakonreg Kemenpera 2012 terbagi menjadi tiga regional. Regional I yang meliputi 10 provinsi (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Bangka Belitung dan Kepulauan Riau) berlangsung di Kota Solo selama tiga hari. Sementara Rakorneg II bertempat di Jakarta dan Rakorneg III berlangsung di Bali. Peserta Rakorneg terdiri dari Gubernur, Kepala Bappeda Provinsi, Kepala Bidang Dinas Provinsi yang membidangi urusan perumahan dan kawasan permukiman serta pejabat di lingkungan Kemenpera. JIBI/SOLOPOS/Muhammad Khamdi
http://www.sragenpos.com/2012/solo/kemenpera-hari-ini-menpera-datangi-rakonreg-i-di-solo-164831

KPR: Kemenpera patok 219.500 unit rumah, analis pesimis!


Oleh JIBI on Wednesday, 22 February 2012
ANTARA

ilustrasi

JAKARTA: Pemerhati perumahan dan permukiman meragukan Kementerian Perumahan Rakyat dapat mencapai target pembiayaan kredit perumahan rakyat bersubsidi sepanjang tahun ini sebanyak 219.500 unit. Zulfi Syarif Koto, Ketua Lembaga Pengkajian Pengembangan Perumahan & Perkotaan Indonesia (LPP3I), mengatakan dengan sedikitnya kesanggupan PT Bank Tabungan Negara Tbk, yang tahun lalu mendominasi 99,8% penyaluran program FLPP, akan tidak mudah bagi Kemenpera untuk dapat mencapai target yang ditetapkan tahun ini. Sebagai informasi, menurut sumber Bisnis total unit untuk penyaluran KPR berpola fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) berdasarkan penandatangan perjanjian kerjasama operasional (PKO) antara Kemenpera dengan 4 bank pelat merah hanya 146.000 unit rumah. Adapun kesanggupan 4 tersebut yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk akan menyalurkan 60.000 unit, PT Bank Negara Indonesia Tbk sanggup menyalurkan 40.000 unit rumah, PT Bank Mandiri Tbk akan menyalurkan 30.000 unit rumah, dan Bank BTN sebanyak 16.000 unit rumah. Core bisnis Bank BTN itu kredit perumahan rakyat, 3 bank lainnya belum berpengalaman menyalurkan kredit perumahan yang kecil. Sehebat-hebatnya bank mereka harus mempersiapkan infrastrukturnya paling sedikit 3 bulan hingga 6 bulan. Tidak semudah membalikkan telapak tangan tentunya, kata Zulfi saat dihubungi Bisnis, hari ini. Senada dengan hal tersebut, Ali Tranghanda, Direktur Indonesia Property Watch (IPW), juga mengkhawatirkan target penyaluran KPR FLPP oleh Kemenpera tersebut tidak akan tercapai, bahkan pencapaiaanya mungkin lebih rendah dibanding tahun lalu. Mudah-mudahan kendala infrastruktur di lapangan bisa teratasi, artinya dengan segala kemudahan yang ada [turunnya suku bunga KPR FLPP dan hilangnya persyaratan surat pemberitahuan pajak tahunan (SPT)], maka permintaan akan semakin besar, kata Ali kepada Bisnis, hari ini. {Siti Nuraisyah Dewi/roy)
http://www.bisnis-kti.com/index.php/2012/02/target-kpr-analis-pesimis-target-pembiayaan-219500-unit-rumah-kemenpera/

Kamis, 23 Februari 2012 | 13:12 WIB

250 Ribu Rumah Tak Layak Huni Akan Diperbaiki


TEMPO.CO, Surakarta-Pemerintah melalui Kementerian Perumahan Rakyat akan melakukan perbaikan 250 ribu rumah tidak layak huni di seluruh Indonesia pada tahun ini. Perbaikan dilakukan untuk rumah dengan kerusakan sedang hingga berat. Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz mengatakan untuk perbaikan berat, setiap rumah akan mendapatkan Rp 11 juta. Sementara kalau yang rusak sedang, dapat Rp 6 juta, ujarnya, Kamis, 23 Februari 2012. Menurutnya, anggaran yang disediakan untuk perbaikan rumah itu sudah mencukupi. Kecuali untuk Papua dan Papua Barat. Karena harga materialnya lebih mahal, ujarnya. Ia berharap swasta, pemerintah daerah, dan masyarakat ikut berpartisipasi menambah anggaran perbaikan. Dengan kuota 250 ribu di atas, maka tiap provinsi rata-rata mendapat jatah 7.000-7.500 untuk perbaikan rumah tak layak huni. Agar hasil perbaikan lebih terlihat, dia mengatakan akan dipusatkan di satu daerah tertentu. Di mana dalam satu provinsi hanya akan difokuskan di satu kota atau kabupaten tertentu. Setelah selesai di satu kabupaten atau kota, baru beralih di daerah lain di provinsi yang sama. "Begitu seterusnya sampai tuntas, katanya. UKKY PRIMARTANTYO
http://www.tempo.co/read/news/2012/02/23/173385905/250-Ribu-Rumah-Tak-Layak-Huni-AkanDiperbaiki

Kamis, 23 Februari 2012 | 15:04 WIB

Pemerintah Bangun Rumah Rp 25 Juta untuk PNS


TEMPO.CO, Surakarta - Kementerian Perumahan Rakyat segera membangun rumah murah untuk pegawai negeri sipil (PNS). Rumah dengan tipe 36 tersebut akan dijual dengan harga Rp 25 juta. Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz mengatakan harga rumah bisa murah karena lahannya disediakan oleh pemerintah daerah setempat. Tanahnya hibah pemerintah dan kami yang membangun, katanya di Surakarta, Kamis, 23 Februari 2012. Meski seharga Rp 25 juta, kualitasnya sudah memadai. Misalnya, dindingnya menggunakan semen pasir, lalu rangka besi siku, rangka beton, dan cor dinding sedalam 7 sentimeter. Saat ini sudah ada 49 kabupaten dan kota di Indonesia yang menandatangani kesepakatan membangun rumah murah tersebut dengan Kementerian Perumahan Rakyat. Sebagai tahap awal, saat ini sedang dibangun 7 ribu unit rumah di 9 kabupaten dan kota di Nusa Tenggara Timur. Hingga tahun lalu sudah selesai 2 ribu rumah, yang akan diberikan ke warga eks pengungsi Timor Timur. Setelah di NTT selesai, baru kami membangun rumah murah untuk PNS, kata Djan. Nantinya PNS cukup membayar uang cicilan sebesar Rp 250 ribu per bulan selama maksimal 15 tahun. Dia menambahkan harga Rp 25 juta itu belum termasuk penyambungan listrik dan air serta pengurusan sertifikat tanah dan izin-izin lain, seperti izin mendirikan bangunan. Namun dia memperkirakan penambahan biaya-biaya tersebut tidak akan terlalu banyak. Kalau akhirnya harus menambah biaya, tetap lebih murah daripada harga pasaran rumah tipe 36, katanya. Apalagi, Djan menambahkan, jika pihak-pihak terkait seperti Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Badan Pertanahan Nasional, dan pemerintah daerah setempat bersedia menggratiskan biaya dan izin-izin tersebut. UKKY PRIMARTANTYO
http://www.tempo.co/read/news/2012/02/23/173385960/Pemerintah-Bangun-Rumah-Rp-25-Jutauntuk-PNS

FLPP

Ini Bedanya KPR Rumah Subsidi Skema Lama dan Baru!


Natalia Ririh | Latief | Kamis, 23 Februari 2012 | 16:03 WIB

shutterstock
Pada KPR FLPP 2012, asuransi jiwa dan kebakaran sudah termasuk dalam komponen bunga. Biaya provisi maksimal mencapai 0,5, biaya administrasi sebesar maksimal Rp 250 ribu, dan tanpa saldo tabungan.

JAKARTA, KOMPAS.com - Program Kredit Perumahan Rakyat (KPR) untuk rumah subsidi kembali bergulir setelah tercapainya kesepakatan antara Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) dengan empat bank BUMN sebagai penyalur KPR. Kedua pihak sepakat dalam perjanjian kerjasama operasional (PKO) dengan skema porsi dana 50:50 dan suku bunga kredit 7,25%. Namun, ada perbedaan komponen antara KPR FLPP tahun 2010-2011 dengan KPR FLPP tahun 2012. Berdasarkan komponen suku bunganya, KPR FLPP tahun 2010-2011 untuk rumah tapak berjenjang sesuai nilai KPR, dari 8,15% sampai 8,50%. Untuk rumah susun berjenjang sesuai nilai KPR dari 9,25% ke 9,95%. Sementara itu, pada KPR FLPP untuk 2012 baik rumah tapak juga rumah susun, suku bunga sebesar 7,25 persen. Untuk penghasilan pokok maksimal, menurut FLPP lama, masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dengan penghasilan Rp 2,5 juta per bulan untuk rumah tapak dan Rp 4,5 juta per bulan untuk rumah susun. FLPP baru diberikan kepada MBR dengan penghasilan Rp 3,5 juta per bulan untuk rumah tapak, dan Rp 5,5 juta per bulan untuk rumah susun. Adapun komponen harga rumah maksimal FLPP lama, baik rumah tapak maupun rumah susun, tidak dibatasi. Pada FLPP baru, untuk rumah tapak harganya sebesar Rp 70 juta, sedangkan rumah susun sebesar Rp 144 juta. Untuk nilai KPR maksimal yang bisa dipinjam dari bank, FLPP lama untuk rumah tapak sebesar Rp 80 juta dan untuk rumah susun Rp 135 juta. Sementara itu, pada FLPP baru besaran KPR yang bisa dipinjam untuk rumah tapak Rp 63 juta, dan rumah susun sebesar Rp 126 juta. Besaran lantai rumah tapak pada FLPP tahun

2010-2011 bisa mencapai 36 meter persegi. Untuk FLPP tahun 2012, luas lantai rumah tapak minimal 36 meter persegi. Adapun proporsi dana FLPP terhadap dana bank pelaksana untuk FLPP tahun 2010-2011 bervariasi, yaitu tergantung nilai KPR, yaitu dana FLPP 43% sampai 62%, sedangkan dana bank pelaksana 38% - 57%. Untuk KPR FLPP 2012 proporsi dananya terdiri dari 50% dana FLPP dan dana bank pelaksana 50%. Persyaratan SPT dalam FLPP tahun 2010-2011 hukumnya wajib, sementara FLPP 2012 dapat diganti dengan surat pernyataan penghasilan yang ditandatangani pemohon dan diketahui oleh pimpinan instasi bagi karyawan atau lurah/kepala desa bagi wiraswasta atau pekerja mandiri. Komponen biaya yang harus dibayarkan nasabah pada saat penandatanganan KPR meliputi asuransi jiwa, asuransi kebakaran, biaya provisi, dan biaya administrasi, yang dalam KPR FLPP lama dibayar sesuai ketentuan bank pelaksana. Untuk saldo tabungan sebesar dua kali angsuran KPR. Sementara itu, pada KPR FLPP 2012, asuransi jiwa dan kebakaran sudah termasuk dalam komponen bunga. Biaya provisi maksimal mencapai 0,5%, biaya administrasi sebesar maksimal Rp 250 ribu, dan tidak perlu saldo tabungan.
http://properti.kompas.com/read/2012/02/23/16034263/Ini.Bedanya.KPR.Rumah.Subsidi.Skema.La ma.dan.Baru.

Anda mungkin juga menyukai