Dunia Kedokteran
International Standard Serial Number: 0125 – 913X
Redaksi
Dunia Kedokteran
International Standard Serial Number: 0125 – 913X
Cermin Dunia Kedokteran menerima naskah yang membahas berbagai sesuai dengan urutan pemunculannya dalam naskah dan disertai keterangan
aspek kesehatan, kedokteran dan farmasi, juga hasil penelitian di bidang- yang jelas. Bila terpisah dalam lembar lain, hendaknya ditandai untuk meng-
bidang tersebut. hindari kemungkinan tertukar. Kepustakaan diberi nomor urut sesuai dengan
Naskah yang dikirimkan kepada Redaksi adalah naskah yang khusus untuk pemunculannya dalam naskah; disusun menurut ketentuan dalam Cummulated
diterbitkan oleh Cermin Dunia Kedokteran; bila telah pernah dibahas atau di- Index Medicus dan/atau Uniform Requirements for Manuscripts Submitted
bacakan dalam suatu pertemuan ilmiah, hendaknya diberi keterangan mengenai to Biomedical Journals (Ann Intern Med 1979; 90 : 95-9). Contoh:
nama, tempat dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut. Basmajian JV, Kirby RL. Medical Rehabilitation. 1st ed. Baltimore. London:
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris; bila menggunakan William and Wilkins, 1984; Hal 174-9.
bahasa Indonesia, hendaknya mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang Weinstein L, Swartz MN. Pathogenetic properties of invading microorganisms.
berlaku. Istilah media sedapat mungkin menggunakan istilah bahasa Indonesia Dalam: Sodeman WA Jr. Sodeman WA, eds. Pathologic physiology: Mecha-
yang baku, atau diberi padanannya dalam bahasa Indonesia. Redaksi berhak nisms of diseases. Philadelphia: WB Saunders, 1974; 457-72.
mengubah susunan bahasa tanpa mengubah isinya. Setiap naskah harus di- Sri Oemijati. Masalah dalam pemberantasan filariasis di Indonesia. Cermin
sertai dengan abstrak dalam bahasa Indonesia. Untuk memudahkan para pem- Dunia Kedokt. l990 64 : 7-10.
baca yang tidak berbahasa Indonesia lebih baik bila disertai juga dengan abstrak Bila pengarang enam orang atau kurang, sebutkan semua; bila tujuh atau lebih,
dalam bahasa Inggris. Bila tidak ada, Redaksi berhak membuat sendiri abstrak sebutkan hanya tiga yang pertama dan tambahkan dkk.
berbahasa Inggris untuk karangan tersebut. Naskah dikirimkan ke alamat : Redaksi Cermin Dunia Kedokteran,
Naskah diketik dengan spasi ganda di atas kertas putih berukuran kuarto/ Gedung Enseval, JI. Letjen Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta 10510
folio, satu muka, dengan menyisakan cukup ruangan di kanan-kirinya, lebih P.O. Box 3117 Jakarta.
disukai bila panjangnya kira-kira 6 - 10 halaman kuarto. Nama (para) pe- Pengarang yang naskahnya telah disetujui untuk diterbitkan, akan diberitahu
ngarang ditulis lengkap, disertai keterangan lembaga/fakultas/institut tempat secara tertulis.
bekerjanya. Tabel/skema/grafik/ilustrasi yang melengkapi naskah dibuat sejelas- Naskah yang tidak dapat diterbitkan hanya dikembalikan bila disertai
jelasnya dengan tinta hitam agar dapat langsung direproduksi, diberi nomor dengan amplop beralamat (pengarang) lengkap dengan perangko yang cukup.
* Minimum estimate.
Source: AIDS in the World 1992.
Tabel 2. Cumulative number of Pediatric HIV infections and AIDS resulting
from mother to fetus/infant transmission 1992 and 1995(2)
Pediatric HIV Pediatrics AIDS
Geographic
Areas of Affinity 1992 1995 1992 1995
Estimate Projection Estimate Projection
1 North America 16 000 29 000 9000 21 000
2 Western Europe 8000 19 500 4000 12 000
3 Australia/Oceania 500 1000 200 500
4 Latin America 40 500 84 000 21 500 56 000
5 Sub-Saharan Africa 969 500 2 030 500 520 500 1 338 500
6 Caribbean 16 000 37 500 8000 23 500
7 Eastern Europe 200 500 100 300
8 Southeast Mediterranean 1000 3000 400 1500
9 North East Asia 750 2000 300 1100
10 Southeast Asia 24 000 72 500 9500 40 500
Total 1 076 450 2 279 500 573 500 1494 900
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan penderita sebaik-baiknya, meliputi peng-
obatan adekuat bagi penderita, mencegah lebih memburuknya
keadaan penyakit, serta menjaga agar penderita tidak menjadi
sumber penularan bagi lingkungannya/masyarakat. Maka tin-
dakan yang dipilih harus termasuk mengindentifikasi program-
program perawatan dan pencegahan yang berhasil guna, me-
hingkatkan kemampuan dan memperluas penelitian mengenai
terapi dan vaksinasi tanpa melakukan berbagai diskriminasi bagi
ARC: AIDS related complex
penderita(9,10,22).
1) Teknik ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) 1) Melindungi penderita dari infeksi
Hasil test ini positif bila antibodi dalam serum mengikat Keadaan infeksi akan merangsang proliferasi sel limfosit T4
antigen virus murni di dalam enzyme-linked antihuman globulin. yang telah terinfeksi oleh HIV, termasuk virus yang telah meng-
Pada minggu 2–3 masa sakit telah diperoleh basil positif, yang invasi sel tersebut. Aktivitas sistem kekebalan penderita infeksi
lama-lama akan menjadi negatif oleh karena sebagian besar HIV HIV ini harus diusahakan tidak meningkat supaya replikasi virus
telah masuk ke dalam tubuh. tidak berlangsung cepat. Perlu bimbingan dan informasi guna
Interpretasi : Fase pre AIDS basil masih negatif, fase AIDS meningkatkan kualitas kesehatan secara fisik dan psikologik.
basil telah positif. Hasil yang semula positif menjadi negatif,
menunjukkan prognosis yang tidak baik. 2) Pengobatan penderita
Proses infeksi HIV berada pada stadium yang berbeda-beda,
2) Teknik WESTERN BLOT sehingga pengobatannyapun dapat dibagi tujuannya :
Test ini merupakan penentu diagnosis AIDS setelah test • Terhadap virus, guna menghambat proses infeksi dan
ELISA dinyatakan positif. replikasi HIV.
Bila terjadi serokonversi HIV pada test ELISA dalam keadaan • Memperbaiki sistem imunitas tubuh.
• Pengobatan terhadap keganasan dan infeksi oportunistik. yang ada di sekitar kita, sehingga jenis infeksi sangat tergantung
a) Obat-obat anti virus dari lingkungan dan cara hidup penderita. Pneumonia pneumo-
Obat ini ditujukan kepada tahap-tahap infeksi dan replikasi cystiscarinii saat ini memperoleh obat baru yang efektif dan
HIV, sehingga harus mempunyai kemampuan menghambat cukup aman yaitu 566C89(32). Candida oesophagitis lebih res-
reseptor CD4, menghambat antigen envelope HIV, merubah ponsif terhadap flukonazol dibandingkan dengan ketokonazo1(33)
fluiditas membran plasma sel, menghambat enzim reverse- Wernicke;s encephalopathy dapat diatasi dengan pemberian
transcriptase, merusak transkripsi proses pasca transkripsi dan tiamin secara rutin(34).
translasi virus, merusak tahap akhir pembentukan dan pelepasan d) Pengobatan keganasan
virus baru. Seperti halnya keganasan lain, tetapi sarkoma Kaposi akan
Sampai saat ini belum ditemukan obat antivirus yang aman lebih efektif bila dalam keadaan baru dan besarnya terbatas.
dan efektif bagi penderita. Obat antivirus yang ideal oleh karena Radiasi, kemoterapi dan imunomodulator interferon telah di-
hams dipakai dalam jangka panjang bahkan seumur hidup, coba, yang sebenarnya lebih ditujukan untuk memperpanjang
hendaknya memenuhi kriteria: toksisitas rendah, mempunyai masa hidup, sehingga lama terapi sulit ditentukan.
spesifisitas tinggi untuk HIV dan sel yang terinfeksi, melindungi
sel yang belum terinfeksi, dapat menembus cairan serebrospinal, 3) Perawatan penderita
dapat diabsorpsi pada pemberian oral dan mempunyai waktu Dalam keadaan tidak dapat mengurus dirinya sendiri atau
paruh yang panjang. dikhawatirkan sangat menular, sebaiknya penderita dirawat di
Obat-obatan yang banyak digunakan saat ini bersifat meng- Rumah Sakit tipe A atau B yang mempunyai berbagai disiplin
hambat enzim reverse transcriptase. Zidovudine (AZT, Re- keahlian dan fasilitas ICU. Perawatan dilakukan di Unit sesuai
trovir®, Azidotimidin) saat ini banyak dipakai untuk memper- dengan gejala klinis yang menonjol pada penderita. Harapan
lambat perkembangan ke arah full-blown AIDS. Perkembangan untuk sembuh memang sulit, sehingga perlu perawatan dan
infeksi HIV memang diperlambat, tetapi pemberian kepada perhatian penuh, termasuk memberikan dukungan moral se-
penderita yang asimtomatik ternyata tidak lebih bermanfaat. hingga rasa takut dan frustrasi penderita dapat dikurangi.
Pemberian lebih awal memperlambat penurunan jumlah CD4, Guna mencegah penularan di rumah sakit terhadap pende-
tetapi efek samping berupa toksisitas hematologik juga lebih rita lain yang dirawat maupun terhadap tenaga kesehatan dan
berat(23,24,25). Pedoman saat dimulainya pemberian zidovudine di keluarga penderita, perlu diberikan penjelasan-penjelasan khusus.
Indonesia adalah kepada penderita AIDS, atau penderita asimto- Perawatan khusus diperuntukkan dalam hal perlakuan spesimen
matik dengan kadar CD4 kurang dari 500/dl. Dosis bagi pende- yang potensial sebagai sumber penularan. Petugas yang merawat
rita dengan berat badan 40-50 kg adalah 300-400 mg/hari(5). perlu mempergunakan alat-alat pelindung seperti masker, sarung
Golongan nukleosid lainnya yang efektif tetapi cepat me- tangan, yang jasa pelindung, pelindung mata, melindungi kulit
nimbulkan resistensi adalah zalcitabine (ddC) dan didanosine terluka dari kemungkinan kontak dengan cairan tubuh penderita
(ddI) yang keduanya mempunyai efek samping berupa neuropati dan mencegah supaya tidak terkena bahan/sampah penderita(22,23).
perifer sensorik. Maka terapi kombinasi antara zidovudine, ddI
dan ddC akan mengatasi cepatnya resistensi dan terjadinya efek PENCEGAHAN
samping(26,27). Obat non nukleosida yang juga bekerja dengan Kegiatan pencegahan bagi kemungkinan penyebar-luasan
cara yang sama antara lain nevirapin, suramin, antimoniotung- AIDS dapat dilakukan dengan tujuan(22,36):
stat, fosfono dan rifabutin(22,28). a) Mencegah tertular virus dari pengidap HIV
b) Obat imunomodulator b) Mencegah agar virus HIV tidak tertularkan kepada orang
Imunomodulator yang dikombinasikan bersama obat anti- lain
virus, diperkirakan memberi basil yang lebih baik, tetapi belum
a) Mencegah agar tidak tertular virus HIV
cukup efektif. Obat-obatan yang sedang dalam penelitian efek-
Cara penularan dan beberapa hal yang perlu diperhatikan
tivitasnya masih diperdebatkan, adalah(6,2,23,29,30,31): agar tidak tertular oleh virus HIV ini adalah :
• limfokin : interferon gama dan alfa, interleukin-2, tumor 1) Berperilaku seksual secara wajar
necrosis factor serta lymphokine inducers Risiko tinggi penularan secara seksual adalah para pelaku
• human granulocyte colony stimulating factor homoseksual, biseksual dan heteroseksual yang promiskuitas.
• transplantasi sumsum tulang Penggunaan kondom pada hubungan seks merupakan usaha
• imunisasi pasif, misalnya dengan antibodi p24 yang berhasil untuk mencegah penularan; sedangkan spermisida
• imunisasi aktif dengan HIV hidup yang dijinakkan atau vaginal sponge tidak menghambat penularan HIV(37).
• levamisole, yaitu obat cacing yang mampu merangsang 2) Berperilaku mempergunakan peralatan suntik yang suci
fungsi makrofag dan melepaskan interferon. hama
c) Obat infeksi oportunistik Penularan melalui peralatan ini banyak terdapat pada go-
Infeksi oportunistik adalah penyebab utama morbiditas dan longan muda pengguna narkotik suntik, sehingga rantai penu-
mortalitas AIDS, dengan angka sekitar 90%. Terapi antibiotik laran harus diwaspadai. Juga penyaringan yang ketat terhadap
atau kemoterapeutik disesuaikan dengan infeksi-infeksi yang calon donor darah dapat mengurangi penyebaran HIV melalui
sebetulnya berasal dari mikroorganisme dengan virulensi rendah transfusi darah(38).
3) Penularan lainnya yang sangat mudah adalah melalui cara 16. Hulsebosch HJ. AIDS and itch. J Eur Acad Dermatol Venereol 1992; 1:
311–18.
perinatal. Seorang wanita hamil yang telah terinfeksi HIV, risiko 17. Hulsebosch HJ. HIV infection and AIDS. Dalam: Kumpulan makalah
penularan kepada janinnya sebesar 50%. ilmiah "Temu ilmiah ilmu penyakit kulit dan kelamin" FKUI/RSCM, 14–
17 Juni 1993.
b) Mencegah kemungkinan menularkan kepada orang lain 18. Prose NS. HIV infection in children J Am Acad Dermatol 1990; 22:
Cara ini meliputi bimbingan kepada penderita HIV yang 1223–31.
berperilaku seksual tidak aman, supaya menjaga diri agar tidak 19. Editorial PML: More neurological bad news for AIDS patients. Lancet
menjadi sumber penularan. Pengguna narkotik suntik yang sero- 1992; 340: 943–44.
20. Persaud D et al. Delayed recognition of Human Immunodeficiency Virus
positif agar tidak memberikan peralatan suntiknya kepada orang infection in preadolescent children. Pediatric 1992; 90: 668–95.
lain untuk dipakai; donor darah tidak dilakukan lagi oleh pende- 21. Gershy–Dame T. GM et al. Salivary and urinary diagnosis of Human
rita seropositif dan wanita yang seropositif lebih aman bila tidak Immunodeficiency Virus 1 and 2 infection in Cote d'Ivore, using two assay.
hamil lagi. Trans R. Soc Trop Med Hyg 1992; 86: 670–71.
22. Sihombing G. Berkenalan dengan AIDS. Yayasan Penerbit IDI, Jakarta;
1992: 26–36.
KONSELING 23. Aboulker J–P, Swart AM. Early zidovudine no use. Lancet 1993; 341:
Konseling adalah proses yang dapat membantu seseorang 890–91 (Letter).
untuk memahami dan menyelesaikan masalah yang dihadapinya 24. Hamilton JD et al. A controlled trial of early versus late treatment with
zidovudine in symptomatic Human Immunodeficiency Virus Infection.
dengan baik. Cara ini dapat membantu penderita, keluarga, serta NEJM 1992; 326: 437–43.
orang lain yang berhubungan, untuk mengatur masalah yang ada. 25. Nordic Medical Research Councils HIV therapy group. Double blind dose-
Kegiatan konseling biasanya dilakukan oleh seorang psikolog response study of zidovudine in AIDS and advanced HIV infection. BMJ
dengan program berbeda-beda tergantung kepada keadaan se- 1992; 304: 13–17.
26. Erice A et al. First two cases reported of zidovudine–resistant primary HIV
bagai berikut : infection in UK, US Asian Medical News 1993; 13: 7.
a) Orang yang sehat atau masih sehat, yang berarti belum ter- 27. Skowron G et al. Alternating and intermittent regimens of zidovudine
infeksi HIV, tetapi merasa risau oleh karena menyadari bahwa (AZT) and dideoxycytidine (ddc) in patients with AIDS or AIDS–related
perilakunya di masa lalu menjurus kepada kemungkinan pe- complex. Ann Int Med 1993; 118: 321–29.
28. Richmann DD. Playing chess with reverse transcriptase. Nature 1992; 361:
nularan. 588–89.
b) Telah terinfeksi HIV, dengan kemungkinan telah menge- 29. Daniel MD et al. Protective effects of a live attenuated SIV vaccine with a
tahui bahwa dia seropositif, atau belum mengetahui keadaan deletion in the net gene. Science 1992; 1938–41.
seropositif oleh karena belum memeriksakan darahnya. 30. Sabin AB. Improbability of effective vaccination against Human Immuno-
deficiency Virus because of its intracellular transmission and retal port of
c) Telah menunjukkan gejala sakit AIDS ringan atau berat, entry. Pro Nat Acad Sci USA 1992; 89: 8852–55.
seperti ARC atau full-blown AIDS. 31. Garzon MC et al. Cheap alternative to zidovudine ? Lancet 1992; 340:
1099–100.
KEPUSTAKAAN 32. Faloon J et al. A preliminary evaluation of 566C80 for the treatment of
pneumocystis pneumonia in patients with the Acquired Immunodeficiency
1. Jaffe HW. AIDS : Epidemiologic features. J Am Acad Dermatol 1990; 22: Syndrome. NEJM 1991; 325: 1534–38.
1167–71. 33. Lane Let al. Fluconazole compared with ketoconazole for the treatment of
2. Goldsmith MF. 'Critical moment' at hand in HIV/AIDS pandemic, new candida esophagitis in AIDS. Ann Intern Med 1992; 117: 655–60.
global strategy to arrest its spread proposed. JAMA 1992; 268: 445–46. 34. Butterworth RF et al. Thiamine and AIDS. Lancet 1991; 338: 1086.
3. World AIDS Datafile. AIDS in the region: Latest WHO figures. Asian 35. Friedland G. Risk of transmission of HIV to home care and health care
Medical News 1993; 15: 4. workers. J Am Acad Dermatol 1990; 22: 1171–74.
4. Phanuphak P. The current status of AIDS in Asia. JAMA SEA 1992; 8: 7. 36. Santelli JS. Birm A–E, Linde J. School placement for Human Immuno-
5. Samsuridjal dkk. Penatalaksanaan infeksi HIV di RS. Dr. Cipto Mangun- deficiency Virus–infected children: the Baltimore city experience.
kusumo. Dalam Simposium Penatalaksanaan AIDS di RSCM. Jakarta, Pediatrics 1992; 89: 843–47.
FKUI, 17 Pebruari 1993. 37. Stone KM, Peterson HB, Spermicides, HIV and the vaginal sponge. Jama
6. Weiss R. Biological properties of HIV. MRC News 1990; 48: 18–19. SEA 1992; 8: 9–11.
7. Lubis I. Myrnawati. Virologi, serologi AIDS. Dalam Buku Pedoman 38. Jones DS et al. Epidemiology of transfussion–associated Acquired Immu-
penyakit AIDS. Yayasan Penerbit IDI, Jakarta; 1992: 11–15. nodeficiency Syndrome in Children in the United States, 1981 through
8. Markowitz DM. Infection with the human immunodeficiency virus type 2. 1989. Pediatric 1992; 89: 123–27.
Ann Intern Med 1993; 118: 211–18.
9. Maskill WJ, Gust ID. Abnormal laboratory result: HIV–1 testing in Austra- Lampiran
lia. Aust Prescr 1992; 15(1): 11–13. Kebijakan dan Strategi Program Nasional Pencegahan dan
10. Dover IS, Johnson RA. Cutaneous manifestation of Human Immuno- Pemberantasan AIDS di Indonesia
deficiency Virus infection. Part I and II. Arch Dermatol 1991; 127: 1383–
A. TUJUAN
91 and 1549–57.
1) Mencegah penularan HIV
11. Biggar R. Preventing AIDS now. BMJ 1991; 303: 1150–57.
2) Mengurangi angka kesakitan/kematian karena AIDS
12. Gabiano C et al. Mother to child transmission of Human Immunodeficiency
3) Memberikan counselling kepada pengidap HIV
Virus type 1: Risk of infection and correlates of transmission. Pediatrics
1992; 90: 369–374.
13. Krivine A et al. HIV replication during the first week of life. Lancet 1992; B. KEBIJAKAN
339: 1187–89. 1) Umum
14. Rowe PM. Resistance to HIV infection. Lancet 1993; 341: 624. 1.1. Penanggulangan AIDS dilakukan secara terpadu baik lintas program mau-
15. Hulsebosch HJ et al. Human immunodeficiency virus exanthema. J Am pun lintas sektoral sesuai dengan tugas dan wewenang serta fungsi masing-
Acad Dermatol 1990; 23: 483–86.
masing unit, dalam kaitannya dengan AIDS. 2.2. Produk Darah
1.2. Tidak perlu resah, bersikap terbuka tetapi selalu waspada. Produk darah pada umumnya dan plasma, tidak begitu besar peranannya
1.3. Menempatkan masalah AIDS pada proporsi yang wajar sebagai masalah sebagai sumber penularan HIV, kecuali yang mengandung faktor VII dan IX,
kesehatan/penyakit menular biasa. yang diperlukan untuk para penderita hemofilia. Untuk itu, pembuatannya dapat
1.4. AIDS tidak dikhususkan dalam pemberantasannya, tetapi tetap ditangani diproses dengan cara tertentu agar produk darah tersebut bebas dari HIV. Cara
oleh unit/sistem pelayanan kesehatan yang sudah ada (dalam hal ini dimasukkan pembuatannya dapat diproses dengan cara tertentu agar produk darah tersebut
dalam Program Pemberantasan Penyakit Kelamin & Frambusia, Ditjen PPM dan bebas dari HIV. Cara pembuatan produk darah tersebut hams selalu dipantau
PLP). dengan ketat untuk menjamin prosedur yang dianjurkan diikuti dengan baik. Di
2) Khusus samping pana donor, sebaiknya pemeriksaan juga dilakukan terhadap produk
2.1. Dalam upaya mendiagnosis AIDS di Indonesia digunakan definisi menurut darah yang diimpor maupun yang dibuat di dalam negeri, sesuai dengan ke-
kriteria WHO/CDC Atlanta ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium (tes bijakan Departemen Kesehatan, dalam rangka pencegahan dan pemberantasan
ELISA) yang dikonfirmasikan dengan tes Western Blot. AIDS.
2.2. Pemeriksaan antibodi terhadap infeksi virus HIV untuk skrining donor 2.3. Alat Suntik dan Alat lain yang Dapat Melukai Kulit
darah belum dianggap perlu sampai saat ini. Penularan infeksi HIV dapat terjadi melalui alat suntik yang terkontami-
2.3. Produk darah yang diimpor maupun yang dibuat di dalam negeri harus nasi, baik dalam sistem pelayanan kesehatan yang formal maupun di luar sistem
memenuhi persyaratan bebas AIDS. tersebut, misalnya pemakaian alat/jarum lainnya yang dapat melukai kulit atau
2.4. Interpretasi hasil tes ELISA positif dilakukan bila konfirmasi dengan tes menyebabkan luka/perdarahan (tatoo, tusuk jarum, alat cukur, dan sebagainya).
Western Blot positif. Hal ini dapat dicegah dengan cara desinfeksi alat-alat tersebut dengan pemanasan
2.5. Kerahasiaan pribadi AIDS/HIV positif hams dipegang teguh. atau larutan desinfektan. Perlu dilakukan pengawasan ketat agar setiap alat
2.6. Pendidikan/penyuluhan kesehatan merupakan upaya terpenting dalam suntik dan alat lainnya yang digunakan dalam sistem pelayanan kesehatan selalu
mencegah dan memberantas AIDS. dalam keadaan steril.
Penularan infeksi HIV melalui alat suntik yang tidak steril dan dipakai
bersama sering terjadi pada penyalahgunaan narkotik suntik (IV drug users).
Para penyalahguna narkotik suntik merupakan sumber penularan HIV dan dapat
menjadi jembatan penularan melalui hubungan seksual kepada masyarakat
umum. Petugas kesehatan yang merawat penderita AIDS mempunyai ke-
C. STRATEGI mungkinan terpapar oleh cairan tubuh penderita (darah, semen dan cairan
vagina). Oleh karena itu perlu dilakukan langkah-langkah pencegahan. Cara-cara
1) Pencegahan Penularan Hubungan Seksual pencegahan yang ditujukan terhadap hepatitis B, cukup untuk mencegah infeksi
Penularan infeksi HIV melalui hubungan seksual paling banyak terjadi. HIV.
HIV dapat ditularkan dari penderita/pengidap HIV kepada pasangan seksualnya.
Pencegahan penularan HIV melalui hubungan seksual memerlukan pendidikan/ 3) Pencegahan Penularan dari Ibu anak (Perinatal)
penyuluhan yang intensif dan ditujukan untuk mengubah perilaku seksual ma- Wanita usia subur biasanya tertular HIV melalui hubungan heteroseksual.
syarakat tertentu sedemikian rupa sehingga mengurangi kemungkinan penularan Kehamilan mungkin akan mempercepat timbulnya gejala penyakit AIDS pada
HIV. Pendekatan pendidikan/penyuluhan tentang perilaku seksual, ditujukan wanita yang seropositif HIV. Diperkirakan 50% bayi yang lahir dari ibu yang
terutama mengenai jumlah dan pilihan pasangan seksual, misalnya mengadakan seropositif HIV, akan terinfeksi HIV sebelum, selama dan tidak lama sesudah
hubungan seksual sekecil mungkin, menghindari hubungan dengan WTS dan dilahirkan.
meningkatkan pemakaian kondom. Cara pencegahan penulanan HIV perinatal memerlukan pendidikan/
penyuluhan kesehatan masyarakat yang luas dan intensif, dengan memberi-
2) Pencegahan Penularan Melalui Darah tahukan risiko kehamilan/melahirkan pada ibu yang seropositif HIV. Di samping
2.1. Transfusi darah itu, pendidikan/penyuluhan yang terus menerus perlu dilakukan untuk mem-
Cara terbaik mencegah penularan HIV melalui transfusi darah adalah bujuk orang tua/ibu yang ingin hamil/mempunyai anak agar memeriksakan
dengan mengadakan skrining setiap donor darah sebelum menyumbangkan darahnya secana sukarela dan meminta nasehat (counselling).
darahnya, dengan memeriksa darah tersebut terhadap antibodi HIV. Hal ini
dilakukan di negara-negara yang tinggi peristiwanya seperti di Amerika dan 4) Mengurangi Dampak Negatif Infeksi HIV
Eropa. Upaya ini dilakukan terhadap individu, golongan maupun masyarakat
Di Indonesia yang prevalensi infeksi HIV-nya masih rendah, pemeriksaan umum. Kepada mereka perlu diberikan pendidikan/penyuluhan dan counselling
tersebut belum perlu dilakukan. Di samping itu biaya pemeriksaan tersebut saat atau cara lain untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, terutama kepada yang
ini masih mahal, sehingga untuk pemeriksaan semua darah donor akan me- HIV positif, baik dengan gejala maupun tidak, dan juga pasangan seksual,
merlukan biaya yang sangat besar. Dalam situasi seperti ini dilakukan pe- keluarga dan lingkungannya. Hal ini penting dilakukan sehubungan dengan
meriksaan darah donor secara selektif atau dengan pemeriksaan sampel secara dampak infeksi HIV di bidang psikologis dan bidang lainnya, yang sangat
acak (uji praktek). mempengaruhi kehidupan mereka selanjutnya.
ABSTRAK
Telah dilakukan suatu studi kecenderungan perubahan perilaku seksual waria dari
tahun 1991 – 1992 setelah diberi penyuluhan AIDS secara Peer Group Education di
Jakarta.
Dari 2.000 waria yang telah disuluh oleh IAKMI dapat dilakukan studi sebanyak 577
orang. Metoda studi adalah secara wawancara face to face dengan tenaga pewawancara
dari waria itu sendiri. Selain itu telah diambil darah dari 800 waria (400 tahun 1991 dan
400 tahun 1992).
Persepsi mengenai resiko tertular AIDS meningkat dari 64,5% tidak tahu menjadi
hanya 18,0%. Penurunan jumlah mitra seksual juga terjadi dari sebagian besar 5–8 orang
menjadi 2–4 orang per minggu.
Walaupun begitu masih ada masalah yang masih perlu dilakukan studi. Jumlah pe-
makaian kondom masih rendah (tidak pernah = 65%). Masalah kualitas kondom seperti
robek (18%), ukuran kebesaran (25%), memakai kondom bekas pakai (33%).
Rendahnya frekuensi pengobatan terhadap penyakit PMS masih dijumpai mengingat
frekuensi STS ditemukan sebesar 40%. Pemberian darah donor oleh waria perlu
dipikirkan tindak pengamanannya.
Dari pemeriksaan 800 darah waria di Jakarta, pada bulan Nopember 1993 telah
ditemukan 1 (satu) orang pengidap HIV secara uji Elisa dan Western Blot.
Diajukan pada : Lokakarya Kajian Penelitian AIDS dan PMS 30–31 Maret 1994,
Box/an Litbang Kesehatan, Jakarta.
Rp. 170.100.000.000,–. BAHAN DAN CARA KERJA
Dalam menghadapi masalah tersebut, perlu dilihat peng- Semenjak bulan Juni 1991 IAKMI telah menjalin kerja sama
alaman negara lain yang telah berhasil mengendalikan AIDS di dengan 15 pimpinan waria yang berasal dari 5 wilayah di Jakarta.
negaranya. Pada awalnya, di negara Eropa Barat, Amerika Utara Pimpinan waria ini telah selesai mengikuti training dan menjadi
dan Australia, pola sentral penyebaran AIDS adalah melalui jalur pimpinan tenaga penyuluhan AIDS kelompok waria di wilayah-
hubungan seksual antara sesama lelaki (homoseksual). Hal ini nya secara peer group education. Sampai saat ini, jumlah waria
terbukti setelah terjadi perubahan perilaku seksual pada kaum di Jakarta yang telah mendapat penyuluhan AIDS dari IAKMI
homoseksual dan biseksual dari resiko tinggi menjadi resiko sekitar 2.000 orang.
rendah, maka penyebaran AIDS di negara-negara tersebut pada Studi tentang karakteristik waria dilakukan setiap kali IAKMI
saat ini sudah jauh menjadi lebih rendah/berkurang. membantu upaya penyuluhan dan pengambilan darah pada peer
Perubahan perilaku seksual kaum homoseksual dan bi- group education tersebut.
seksual tersebut di atas hanya dapat terjadi setelah karakteristik Pertama kali studi dilakukan pada bulan Agustus 1991 yang
yang melatar belakangi perilaku seksual resiko tinggi kelompok mencakup 172 waria. Hasil studi tersebut telah dilaporkan.
tersebut dipelajari terlebih dahulu. Hasil dari berbagai studi tadi Gambaran karakteristik waria yang akan dilaporkan di sini ada-
kemudian dipakai sebagai bahan untuk menyusun strategi lah hasil studi ke dua pada bulan Oktober 1991 dan studi ke tiga
penyuluhan AIDS yang lebih realistik/mengena. pada bulan Agustus 1992.
Salah satu golongan masyarakat di Indonesia yang sebagian Bentuk studi adalah deskriptif pada sebagian waria di Ja-
besar dari hidupnya melakukan hubungan seksual antara sesama karta tanpa dilakukan sampling. Tenaga pewawancara (dari ke-
lelaki adalah kaum waria/banci. Golongan ini terutama terdapat lompok wariaitu sendiri) dengan menggunakan kuesionerkhusus
di daerah perkotaan. Jumlah waria diduga sudah cukup banyak melakukan wawancara terhadap masing-masing individu secara
walaupun jumlah pastinya sulit diketahui. Di Jakarta diperkira- satu persatu dengan diawasi seorang supervisor. Data yang di-
kan terdapat 4.000 – 5.000 waria. rekam hanya menggambarkan karakteristik kelompok waria
Pada saat ini IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat dalam studi tersebut, tidak mewakili gambaran seluruh waria di
Indonesia) bekerja sama dengan Puslit Penyakit Menular, Badan Indonesia.
Litbang Kesehatan dan Namru-2 sedang melakukan upaya pen- Dasar pemikirannya adalah bahwa penyuluhan AIDS ku-
cegahan AIDS dan pengambilan darah pada kelompok waria di rang bermanfaat bila ditujukan secara umum pada suatu masya-
Jakarta. rakat yang luas karena di masyarakat luas, pasti ada perbedaan-
Strategi program penyuluhan AIDS yang dipakai diadaptasi perbedaan sosial, politik, bahasa seks, ekonomi dan kebudayaan.
dari strategi penanggulangan AIDS di Australia. Yaitu secara Penyuluhan sebaiknya dilakukan secara lebih spesifikpada suatu
Support Program. Pertama kali adalah dengan meningkatkan golongan masyarakat tertentu (target group) sehingga disain
pengetahuan AIDS yaitu dengan melakukan Training of Trainers penyuluhan dapat lebih realistik dan dapat dilakukan oleh ke-
(TOT) pada 15 pimpinan waria dari 5 wilayah di Jakarta selama lompok masyarakat itu sendiri.
7 hari penuh. Waria ini setelah mendapat pengetahuan yang Studi karakteristik sebagian waria ini merupakan bagian
cukup dan mampu menjadi penyuluh AIDS yang baik, maka penting dalam penentuan design penyuluhan yang akan mereka
mereka mendapat sertifikat, kit penyuluhan AIDS dan menjadi lakukan sendiri. Ekspansi penyuluhan untuk kelompok waria
Cgntral Point program penyuluhan AIDS secara peer group lain dapat saja dikerjakan setelah mempelajari dan mengadaptasi
education yang dilakukan di rumah mereka masing-masing. pengalaman kelompok ini.
Pihak pimpinan waria akan menentukan sendiri bentuk-bentuk Cara melakukan kedua studi berikutnya serupa dengan studi
program/kegiatan penyuluhan AIDS yang paling cocok bagi pertama. Semua waria yang datang untuk pertama kali diberi
mereka. Dalam melakukan kegiatan penyuluhan AIDS tersebut kuesioner yang sama dengan kuesioner pada studi pertama se-
pihak IAKMI membantu dengan melakukan monitoring dan hingga studi ke tiga dapat dilihat sebagai "kecenderungan" dari
evaluasi, menyediakan tenaga ahli, melakukan berbagai macam studi pertama. Pada waria yang datang untuk ke dua kalinya akan
studi, membantu sarana penyuluhan, memberikan materi pe- diberikan kuesioner lain yaitu yang berisi evaluasi perilaku
nyuluhan yang terdiri dari : materi simulasi, materi leaflet dan seksual setelah mendapat penyuluhan AIDS, apakah sudah ter-
keterangan lain, memberikan kondom (100 per orang) dan meng- jadi perubahan ke perilaku seksual risiko rendah.
obati penderita PMS bila diperlukan. Karakteristik yang dicari adalah : umur, persepsi risiko ter-
Studi waria yang telah dilakukan adalah tentang perilaku hadap AIDS, frekuensi hubungan seks, jenis hubungan seksual,
seksual, perilaku pencegahan AIDS, pengetahuan tentang AIDS, pemakaian kondom, sikap menghadapi penyakit AIDS, sikap
rasa gotong royong, studi follow up, studi pemakaian kondom tentang kegunaan pemeriksaan antibodi HIV, pengetahuan ten-
dan lain-lain, yang diharapkan nantinya dapat dipakai untuk tang cara penularan AIDS, pengobatan AIDS, bagaimana meng-
membuat strategi pendekatan dan prakarsa baru serta dapat un- hadapi masalah berat seperti AIDS, rasa ingin menolong teman
tuk menyusun kembali kegiatan yang realistik di bidang senasib, bagaimana cara mendapatkan informasi. Pertanyaan
penyuluhan AIDS. Sebagian hasil studi yang dilakukan tahun pada kuesioner evaluasi antara lain adalah : apakah masih
1991 dan 1992 akan dilaporkan di sini. melakukan hubungan multiple partner, apakah sudah terjadi
perubahan pola pemakaian kondom dan lain-lain. Persepsi bahwa AIDS merupakan penyakit yang mematikan
ternyata mempunyai kecenderungan membaik. Pada tahun 1991
HASIL 64,5% waria menyatakan tidak tabu ada risiko tertular AIDS
Sampai bulan Oktober 1991 telah dapat dilakukan penyuluh- pada dirinya sedangkan pada tahun 1992 telah menurun menjadi
an AIDS dan pengisian kuesioner studi pada 404 waria yang 18,0%; dan pada temannya menurun dari 70,4% menjadi 20,1%.
terdiri dari 348 waria datang untuk pertama kalinya dan 56 waria Sebaliknya persepsi akan adanya risiko tertular AIDS naik dari
datang untuk ke dua kalinya, sedang studi bulan Agustus 1992 hanya 29,1% menjadi 49,3% pada dirinya dan dari 23,8% menjadi
mencakup 173 orang; sehingga jumlah seluruh waria dari ke tiga 36,6% pada temannya. Yang masih menganggap tidak ada risiko
studi tersebut adalah 577 orang. Analisis laporan tentang jalan- tertular AIDS ternyata naik dari 6,4% menjadi 32,5% untuk
nya penyuluhan di rumah mereka masing-masing menunjukkan dirinya dan dari 5,8% menjadi 43,7% untuk temannya. Hal
bahwa respons waria cukup tinggi dan timbul rasa kebersamaan terakhir ini mungkin banyak dijawab oleh waria berusia tua atau
yang cukup besar di antara mereka dalam menanggulangi pe- waria yang hanya mempunyai partner seks satu orang.
nyakit AIDS. Kecenderungan jumlah mitra seks laki-laki waria dalam 1
Dalam analisis variabel tidak semua pertanyaan dalam minggu terakhir tampak pada Gambar 2.
kuesioner mampu dijawab oleh waria sehingga jumlah sampel
untuk setiap variabel akan berbeda. Alamat responden waria
yang ikut dalam studi ini tampak pada Tabel 1.
Tabel 1. Tempat Tinggal Waria dalam Studi 1991–1992
Jakarta Jumlah Persen
Utara 33 5,8
Selatan 105 18,6
Timur 161 28,4
Barat 223 39,4
Pusat 44 7,8
Total 566 100,0
(10,0%) dan di hotel (3,1%). Masalah penting dalam pencegahan AIDS adalah masalah
Walaupun program penyuluhan AIDS oleh IAKMI juga di- penyakit menular seksual lainnya. Pertanyaan sederhana apakah
berikan 100 kondom untuk setiap waria, namun jumlah kondom dalam 3 bulan terakhir ini pernah diobati penyakit kelamin pada
tersebut tidak mencukupi kebutuhan mereka untuk lebih dari 1–2 waria (1992) menunjukkan hasil pada Gambar 7.
bulan, sehingga untuk selanjutnya merekaharus membeli sendiri.
Oleh karena itu, sebaiknya pada tempat-tempat waria mencari
mitra seks tadi disediakan juga kondom. Asal waria mendapatkan
kondom dalam studi 1992 adalah 55,9% dari petugas kesehatan/
IAKMI, 30,5% dari teman kencannya, 10,2% dari apotik dan
toko obat dan 8,5% dari warung/kios.
Gambaran pemakaian kondom oleh waria selama 5 kali
hubungan seks yang terakhir tampak pada Gambar 5. Tidak
pernah memakai kondom (65,9%), memakai sekali (7,8%),
memakai kondom duakali (14,8%), memakai kondom tigakali
(1,4%) dan memakai kondom 4–5 kali (9,9%). Alasan rendah-
nya pemakaian kondom tersebut adalah karena teman kencan
menolak, harga mahal dan lain-lain (studi 1991).
Waria yang pernah memakai kondom pada waktu melakukan Gambar 7. Waria yang merasa pernah diobati karena penyakit kelamin
hubungan seks adalah 128 orang (91,4%). Macam masalah yang dalam 3 bulan ini, Jakarta 1992.
dihadapi tampak pada Gambar 6 yaitu : kondom pecah/robek
(18,8%), ukuran kondom kebesaran (25,9%), memakai kondom Waria yang merasa tidak pernah diobati untuk penyakit
kelamin adalah 92,8%, pernah sekali : 4,8%, pernah beberapa sudah diulang 2 kali. Kasus waria positif ini sudah dilaporkan
kali : 1,8%, sering diobati : 0,6%. ke Dinas Kesehatan DKI Jakarta maupun Depkes. Follow up
Waria yang mengaku pernah maupun tidak pernah menjadi gambaran darah maupun gejala fisik pada kasus HIV ini sampai
donor darah tampak pada Gambar 8; tidak pernah sebagai donor saat ini masih dilakukan.
(77,9%), pernah sekali (16,3%), kadang-kadang (3,5%) dan
sering (2,3%). KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Penyuluhan AIDS oleh IAKMI dan sumber lain yang telah
diterima oleh waria khususnya di Jakarta pada tahun 1992 telah
menunjukkan dampak :
– persepsi risiko AIDS pada diri dan temannya membaik
– telah terjadi penurunan jumlah mitra seks laki-laki.
2. Masalah yang masih dihadapi adalah :
– masih rendahnya pemakaian kondom
– masalah PMS yang belum terobati
– masalah cara pemasaran kondom secara umum.
3. Rekomendasi untuk melakukan studi lanjutan antara lain :
– cara meningkatkan pemakaian kondom
– menguji kualitas dan aksesibilitas kondom
– mencari cara-cara pemasaran kondom.
PENDAHULUAN bakteri yang dapat tumbuh tanpa udara.Oleh karena itu untuk
Infeksi bakteri anaerob seringkali tidak diperhatikan oleh kepentingan praktis dibuatdefinisi secara sederhana yaitu bakteri
dokter dan ahli mikrobiologi, meskipun beberapa di antaranya yang tumbuh hanya memerlukan tekanan oksigen yang rendah
dapat menjadi kronis ataupun fatal(1). Bakteri anaerob merupakan dan tidak dapat tumbuh pada permukaan media solid di udara (O2
flora residen yang biasa dijumpai di kulit dan mukosa, terutama 18% dan CO2 10%)(1,5).
di rongga mulut dan saluran cerna, sehingga sering dijumpai pada Klasifikasi dan karakterisasi bakteri anaerob masih merupa-
infeksi di daerah tersebut(2). Infeksi yang timbul umumnya meru- kan masalah terutama karena banyaknya sinonim yang digunakan
pakan infeksi campuran baik dengan bakteri aerob, bakteri fakul- untuk bakteri tersebut(6).
tatif maupun bakteri anaerob lain(1,3). Gambaran klinis infeksi bakteri anaerob pada genitalia(1,3,4):
Akhir-akhir ini banyak penelitian ditujukan pada peranan A. Pada wanita :
bakteri anaerob pada infeksi saluran genital (terutama wanita), – Alat genital bagian bawah dan sekitarnya :
Rotheram dan Schik (1969) menemukan spesies anaerob pada – Vaginitis
kultur darah 34 dari 56 kasus aborsi septik, clan Hall (1967) – Abses dinding vaginal
menemukan bakteri anaerob pada infeksi pasca bedah(4). Bakteri – Abses para vaginal
anaerob yang paling sering ditemukan pada saluran genital wanita – Abses vulva
adalah Bacteroides spesies dan bakteri fakultatif; yang paling se- – Bartholinitis
ring diisolasi adalah basil enterik gram negatif dan Streptococcus – Abses Bartholin
species. Kepentingan Bacteroides sp. dan Clostridia sp. pada – Skenitis
infeksi yang berat juga mendapat perhatian. Hal ini juga ditun- – Abses kelenjar Skene
jang oleh perkembangan teknik pemeriksaan terhadap bakteri – Abses para klitoroidal
anaerob sehingga memungkinkan dilakukannya pemeriksaan – Abses perineal
yang lebih terarah dan baik(1,3). – Abses periuretral
Secara umum infeksi bakteri anaerob memberi gambaran – Alat genital bagian atas :
yang mirip dengan infeksi yang disebabkan oleh bakteri aerob – PID
maupun fakultatif, sehingga makalah ini tidak akan membahas Pada laki-laki :
secara terperinci infeksi bakterial, tetapi akan dibatasi mengenai – Asbes skrotalis
hal-hal khusus terutama infeksi pada alat genital wanita(1,4). – Asbes perineal
– Asbes periuretral
MIKROBIOLOGI – Asbes prostatik
– Asbes para prostatik
Sulit untuk menentukan definisi yang tepat mengenai anae- – Prostatis kronik
rob. Tidak tepat bila dikatakan bahwa bakteri anaerob adalah – Cowperitis
bakteri yang mati bila berada pada oksigen atmosfir ataupun – Asbes testis
– Uretritis Tabel 2. Bakteri anaerob yang sering dijumpai pada alai genitalia (wa-
nita)(1,7)
– Balanopostitis
Faktor predisposisi atau yang berhubungan dengan infeksi − Peptococcus (prevotii, magnus)
anaerob pada alat genital wanita adalah sebagai berikut(1): − Peptostreptococcus (anaerobius, intermedius)
– Kehamilan − Veillonella
– Puerperium, terutama bila terjadi : – Bacteroides (fragilis, melaninogenicus)
– Ketuban pecah dini − Fusobacterium (necrophorwn)
– Partus lama − Eubacterium
– Perdarahan pasca lahir – Anaerobic Streptococcus
– Aborsi (spontan atau induksi) – Clostridium (perfringens)
– Keganasan
− Actinomyces (israelli)
– Iradiasi
– Lactobacilus (catenaforme)
– Bedah obstetrik-ginekologik Kauterisasi serviks
– Propionibacterium
– Stenosis vaginal atau endoserviks
– Fibroid uterin Oleh karenanya tidaklah mengherankan bila mikroorganisme
– AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) tersebut dapat terlihat pada alat genital wanita. Di antara bak-
teri anaerob, Bacteroides sp. paling sering ditemukan, sedang
Clostridia sp. jarang. Di samping itu sering terlihat pula infeksi
Tabel 1. Klasifikasi bakterl anaerob yang dapat dijumpai di klinik(5). campuran dengan bakteri fakultatif ataupun anaerob lain. Pada
infeksi polimikrobial, bakteri fakultatif mula-mula akan meng-
Garam ( –) : Garam (+) :
konsumsi oksigen dan karenanya menciptakan lingkungan yang
I. Kokus : I. Kokus :
1. Veillonella : 1. Peptococcus :
cocok untuk pertumbuhan bakteri anaerob(8). Hal ini diperlihat-
– parvula – aerogenes kan oleh Gorbach dkk. pada binatang percobaan dengan meng-
– alcalescens – assacharolyticus inokulasikan flora usus (secara kualitatif serupa dengan flora
2. Acidaminococcus : – prevotii genital) pada rongga peritoneal. Ternyata mula-mula terjadi
– fermentans – variabilis
3. Megasphaera : – constellatus
peritonitis yang disebabkan oleh bakteri fakultatif (terutama E.
– elsdenii – anaerobius coli) dan bila binatang tersebut dapat bertahan hidup akan
– magnus terjadi abses peritonitis yang disebabkan oleh bakteri anaerob(9).
2. Peptostreptococcus: Galaks RP mengemukakan pendapatnya bahwa bakteri anaerob
– productus
– anaerobius
dan aerob melekat pada dinding vagina dan tempat perlekatan
– intermedius tersebut diduga berhubungan dengan reseptor spesifik yang ter-
– micros dapat pada membran mukosa. Sekali melekat, mikroorganisme
IIA. Basil motil : IIA. Basil pembentuk spora : anaerob yang dominan akan membentuk mikrokoloni dan me-
1. Vibrio sputorwn Clostridium :
2. Selenomonas sputigena – tetani – septicum
nutupi diri dengan bahan kapsular yang dapat melindungi ter-
3. Bakteroides : – histolyticum – botulinum hadap antibiotik, invasi sistem pertahanan tubuh dan gangguan
mikrorganisme lain(10).
– serpens – cochlearum – novyi Penyebab vaginitis nonspesifik masih kontroversial.
– girans – butyricum – sporogenes
– cadaveris – perfringens
Walaupun pada beberapa penelitian flora mikrobial vagina pada
– bifermentans – ramasum vaginjtis nonspesifik tidak khas, tetapi dari penelitian lain
IIB. Basil non motil : IIB. Basil tidak membentuk spora : ditemukan peningkatan prevalensi Gardnerella vaginalis dan
1. Bacteroides : 1. Propionibacterium : bakteri anaerob dalam cairan vagina penderita. Efektivitas
– fragilis – acnes
– melaninogenicus 2. Eubacteriwn :
metronidazol pada pengobatan vaginitis nonspesifik juga mem-
– oralis – alactolyticum beri kesan bahwa bakteri anaerob mempunyai peranan pada sin-
– putredinis 3. Catenabacterium thorn tersebut, karena metronidazol lebih aktif terhadap bakteri
– corrodens 4. Ramibacteriwn anaerob daripada Gardnerella vaginalis(9). Selain itu adanya
– rwninicola 5. Actinomyces
2. Fusobacterium 6. Bifuiolxicteriwn
bakteri anaerob dan/atau G. vaginalis serta tidak ditemukannya
(Sphaerophorus) : laktobasilus dalam cairan vagina adalah karakteristik pada vagi-
– necrophorum nitis nonspesifik. Konsentrasi bakteri anaerob dan G. vaginalis
– varium cairan vagina adalah 100 sampai 1000 kali lebih tinggi pada wa-
– mortiferum
– nucleatum
nita dengan sindrom vaginitis daripada wanita sehat tanpa tanda-
tanda infeksi vagina(9,10). Walaupun semakin banyak bukti yang
menunjukkan bahwa bakteri anaerob merupakan penyebab vagi-
nitis nonspesifik, tetapi mekanisme ataupun patogenesisnya
masih belum jelas(9).
VAGINITIS–VAGINOSIS
Untuk mempelajari penyebab vaginitis nonspesifik, di-
Bakteri anaerob merupakan bagian dari flora normal vagina.
lakukan analisis cairan vagina wanita normal dan penderita
vaginitis nonspesifik, dan pemeriksaan kultur anaerobik kuanti- Pemeriksaan laboratorium
tatif serta kromatografi gas-liquid untuk metabolit asam organik a. Pemeriksaan pH vagina :
rantai pendek yang berasal dari flora mikrobial. Dalam cairan Pada penderita vaginosis bakterial dijumpai pH vagina >
vagina normal asam laktat adalah asam organik yang dominan 4,5. Menurut Fleury (1983) pada penderita dengan keluhan
dan organisme yang dominan adalah laktobasilus dan Strepto- dijumpai pH 5 – 5,5, sedangkan tanpa keluhan 4 – 4,5o). Eschen-
coccus sp. (penghasil asam laktat). Pada vaginitis nonspesifik bach (1988) berpendapat pH < 4,5 dapat menyingkirkan
kadar asam laktat menurun, sedang asam suksinat, asetat, butirat kemungkinan adanya vaginosis bakterial. Pemeriksaan pH va-
dan propionat meningkat, dan flora dominan menjadi G. vagi- gina ini bersifat sensitif, tetapi tidak spesifik untuk vaginitis
nalis dan/atau bakteri anaerob, termasuk Bacteroides sp. (peng- bakterial(11).
hasil suksinat) dan Peptococcus sp. (penghasil butirat dan ase- b. Tes amin dengan KOH 10% (tes Whiff) :
tat(9). Tes amin ini mula-mula dilakukan oleh Pfeifer dkk. (1978)
yaitu dengan meneteskan KOH 10% di atas gelas obyek yang ada
PERANAN BAKTERI ANAEROB PADA INFEKSI G. duh tubuh vagina. Hasil dinyatakan positif bila tercium bau
VAGINALIS amoniak"). Karena bau yang timbul bersifat sementara, gelas
obyek hendaknya didekatkan ke hidung. Bau yang timbul me-
Patogenesis vaginitis nonspesifik sampai sekarang masih rupakan produk metabolisme yang kompleks yaitu poliamin
belum jelas.Dari beberapa penelitian terlihat adanya hubungan yang pada suasana basa akan menguap. Tes ini cukup dapat di-
erat antara vaginitis nonspesifik dengan G. vaginalis yang ber- percaya karena bersifat sensitif dan spesifik bila dikerjakan de-
sama dengan bakteri anaerob merupakan pembawa peran etiolo- ngan baik(11).
gik, G. vaginalis sering ditemukan dalam cairan vagina penderita c. Pemeriksaan garam faal :
yang disertai peningkatan jumlah bakteri Bacteroides sp. dan Dengan cara pemeriksaan ini dapat dilihat antara lain, lak-
Peptococcus sp.; dan bilamana penderita sembuh akan terjadi tobasilus, leukosit, trikomonas dan clue cell.
pengurangan atau menghilangnya G. vaginalis dan bakteri anae- d. Pewarnaan gram :
rob. Pada vaginosis bakterial jumlah bakteri G. vaginalis, Bac-
Cairan vagina penderita vaginitis nonspesifik mengandung teroides sp.,Peptostreptococeus sp.danMobiluncus sp. meningkat
beberapa amin, antara lain putresin, kadaverin, metilamin, isobu- 100 sampai 1000 kali lebih banyak daripada normal.
tilamin, fenetilamin, histamin dan tiramin. Hal ini terjadi karena e. Pemeriksaan kultur :
adanya simbiose antara G. vaginalis sebagai pembentuk asam Bermacam-macam media dianjurkan untuk pemeriksaan
amino bakteri anaerob yang mengubah asam amino menjadi kultur antara lain agar coklat, agar casman, agar vaginalis, human
amin, aldbatnya pH cairan vagina naik sampai suasana yang blood agar, agar pepton starch dan Columbia-colistin-nalidixic
menyenangkan bagi pertumbuhan G. vaginalis. Berbagai jenis acid. Kultur biasanya dilakukan pada suhu 37° C selama 48–72
amin diketahui menyebabkan iritasi dan kerusakan sel epitel, jam. Sebagai media transport dapat digunakan media transport
meningkatkan pelepasan sel epitel dan menyebabkan cairan yang Stuart atau Amies(10).
keluar dari vagina berbau tidak enak(11). Belum jelas faktor
hospes yang menentukan timbulnya gejala individu; dari bebe- KRITERIA DIAGNOSIS(9,13)
rapa penelitian terlihat bahwa penderita dengan gejala mem-
1) Dari pemeriksaan mikroskopis cairan vagina tidak ditemukan
punyai kadar amin yang lebih tinggi dalam cairan vagina(12). Juga
jamur, trikomonas, ataupun gonokokus.
belum jelas apakah penyakit ini endogen atau ditularkan melalui
2) Duh tubuh vagina ditandai > 2 gejala :
hubungan seksual(9,11).
a. kualitas cairan homogen, encer sampai seperti lem, ke-
abu-abuan.
DIAGNOSIS VAGINOSIS BAKTERIAL
b. pH > 4,5.
Anamnesis dan pemeriksaan klinis
c. tercium bau amina yang amis pada penambahan KOH
Penderita biasanya mengeluh adaya duh tubuh vagina yang
10%.
berbau tidak enak (amis). Bau amis sering dinyatakan sebagai
d. Clue cell (Gard. vaginalis).
satu-satunya gejala yang tidak menyenangkan dan bervariasi dari
3) Pemeriksaan kromatografi gas-liquid: ratio suksinat-laktat
ringan sampai berat(11).
meninggi (> 0,4).
Pada pemeriksaan ditemukan duh tubuh vagina dengan
4) Pemeriksaan kulktur.
konsistensi dari encer sampai seperti lem, yang jumlahnya ber-
variasi dari sedikit sampai banyak, berwarna abu-abu, homogen
dan berbau amis. Duh tubuh ini cenderung melekat pada dinding
PENGOBATAN
vagina dengan rata dan terlihat sebagai lapisan tipis atau kilauan
difus. Bila dihapus tampak mukosa vagina yang normal. Ka- 1. Topikal :
dang-kadang terdapat peradangan ringan. Adanya duh tubuh Pemakaian krim sulfonamida tripel, supositoria yang berisi
vagina yang keabuan pada introitus vagina, mengarah ke tetrasiklin ataupun povidon iod in, biasanya kurang memuaskan
diagnpsis(11). dan penyembuhan hanya sementara selama penggunaan obat
topikal tersebut(11). KEPUSTAKAAN
Dibacakan di: Kongres Nasional VII Perdoski, Bukitt inggi 9–12 Nopember 1992
Penderita minum ASI sejak lahir dan belum pemah diimu- Pengobatan sementara
nisasi, belum pernah sakit lain sebelumnya. Sakit yang sekarang Amoksisilin sirop = 3 x 125 mg/hari; topikal diberi genta-
ini belum diobati. Pada saat lahir bayi lahir spontan, cukup bulan misin him 0.1%.
dan menangis cukup kuat. Penderita dikonsulkan ke lab/UPF IKA (Ilmu Kesehatan
Anak) dengan jawaban sebagai berikut : (Tgl. 15 Mei '92)
Pemeriksaan (tanggal 13 Mei 1992) :
– Bayi 10 hari dengan persalinan dukun, terlihat lemah, me-
Status umum
rintih, febris (+) dengan suhu 39°C, kulit mengelupas
Keadaan umum bayi tampak sakit dan lemah, kesadaran
– cor/pulmo tak ada kelainan; abdomen kembung (meteori-
kompos mentis dan gizi kurang. Tanda-tanda vital : BB = 3.2 kg,
mus), peristaltik (–). Diare cair, warna putih, bising usus (–).
PB = 50 cm, nadi 160 kali/menit, isi dan tegangan cukup, irama
reguler, suhu 39°C. Pernafasan 36 kali/menit, menggigil dan Diagnosis
agak sianosis. Neonatus BB lahir cukup bulan dengan sepsis + dermatitis
Status internus exfoliatif general.
Paru-paru, jantung dalam batas normal; inspeksi: abdomen
Saran pengobatan
lebih tinggi daripada dada, pada palpasi teraba tegang (distend-
Infus dekstrose 0.25 in saline = 15–16 tts/mnt, injeksi visi-
ed). Hapar & lien tidak teraba, Peristaltik usus negatip.
lin = 3 X 150 mg + gentamisin 2 X 75 mg iv. Oral : parasetamol
Status dermatologis
30 mg tiap kali diperlukan, pasang gastric tube dan bayi dipuasa-
Kepala
kan.
Terutama di sekitar mulut serta daerah oksipital didapatkan
deskuamasi, sebagian menjadi erosi dan di beberapa tempat Selama perawatan
masih tampak adanya vesikel dan bula, isi jemih. Di daerah Setelah konsultasi ke lab/UPF Anak, pengobatan diberikan
wajah sekitar mulut terdapat erosi kemerahan, vesikel dan bula sesuai dengan anjuran dan amoksisilin (oral) dihentikan.
yang kendor. Tanda Nikolsky sulit dinilai. Mata : konjungtiva Pada hari ke 4, lesi kulit mulai mengering, terutama yang di
hiperemis, sekret tidak didapatkan dan palpebra oedem. badan, sedangkan lesi di sekitar mulut masih ada berupa makula
Badan eritematosa, erosi dan krustae. Namun keadaan umum penderita
Di daerah dada sampai leher terlihat deskuamasi, kemerah- tetap lemah, dan bayi bertambah rewel.
an, erosi dan di beberapa tempat didapatkan krusta. Juga di Pada hari ke 8, hampir seluruh tubuh terbentuk krustae dan
daerah punggung terdapat deskuamasi serta erosi, kemerahan. erosi terjadi lagi serta deskuamasi luas. Anak mulai sesak nafas
Ekstremitas dan keadaan umum bertambah lemah serta abdomen masih tetap
Deskuamasi dan denuded area terlihat dominan pada daerah distended. Pengobatan ditambah pemberian O2 dan antibiotika
bokong, sampai tungkai bawah. Pada telapak kaki kulit juga diganti dengan Claforan® intravena.
mengalami deskuamasi. Terlihat erosi yang luas kemerahan, Hari ke 9 tidak ada perbaikan, anak mulai apatis, lesi kulit
bula yang kendor, isi cairan keruh pada telapak tangan dan kaki. hampir seluruh tubuh erosif, krustae dan deskuamasi.
Pada ekstremitas atas, daerah aksila, siku sampai tangan Pada pukul 10.00 tangga1 20 Mei 1992 (hari ke 10) penderita
didapatkan deskuamasi dengan dasar eritematous. meninggal dunia.
Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 15 Mei 1992 basil pemeriksaan sebagai berikut, DISKUSI
Darah : Hb = 13.5 g%, Ht = 36, lekosit = 9500/mm3 Pada kasus ini diagnosis SSSS ditegakkan berdasarkan
Urine : warna kurang jemih, pH = 5, reduksi +4 gejala-gejala klinis yang khas; pemeriksaan laboratorium yang
Sedimen : eritrosit : 2–3/1p., lekosit : 3–5/lp., epitel : 4–6/Ip., menyokong adalah hitung lekosit = 9500. Sayang pemeriksaan
kristal : [–], silinder : hialin [+], jamur : [+] C-Reactive Protein tak dapat dikerjakan.
Tinja : Warna kuning muda, konsistensi cair; lendir [+], Gejala-gejala yang khas berupa deskuamasi kulit yang luas
lekosit = 10-15, eritrosit 1–2, amuba [–], telur terjadi akut terutama di leher, aksila, sekitar mulut dan bokong
cacing lain-lain: lemak [+], bakteri [+]. sampai telapak kaki. Didapatkan pula daerah dengan erosi yang
Sitologi cairan isi bula tidak menemukan sel akantolitik dan luas (denuded area) dan eritematous. Selain itu masih didapatkan
pewarnaan gram tidak mendapatkan kuman coccus. Pemeriksaan bula dengan dinding kendor pada telapak tangan dan kaki.
C-Reactive Protein tidak dikerjakan berhubung orang tua bayi Sejak pertama datang penderita telah mengalami sepsis,
menolak. dengan tanda panas tinggi, rewel, menggigil dan sianosis; perut
kembung (distended) dan peristaltik usus negatif yang mem-
Diagnosis banding
berikan indikasi adanya ileus paralitik.
– SSSS
Penderita juga mengalami diare dengan faeces berupa cair-
– Impetigo bullosa
an putih yang menandakan ASI tidak diabsorbsi di usus.
Sepsis biasanya diikuti dengan syok (septic shock), dise-
Diagnosis kerja
babkan oleh bakteriemi basilLbasil gram negatif seperti E. coli,
Staphylococcus Scalded Skin Syndrome
Klebsiella, Enterobacter, Proteus spesies dan Pseudomonas(4).
Sepsis pada neonatus sering berakibat fatal, oleh karena RINGKASAN DAN PENUTUP
pada neonatus kemampuan bakterisid dari granulosit masih Telah dilaporkan satu kasus SSSS pada bayi usia 10 hari.
rendah. Begitu pula fungsi makrofag juga masih belum sem- Sejak datang penderita telah mengalami sepsis mungkin dise-
purna dan derajat komponen sistim komplemen yang memain- babkan infeksi yang terjadi pada saat persalinan oleh dukun di
kan peranan dalam fagositosis organisme tubuh yang belum rumah sendiri.
terpajan, hanya meningkat sedikit(5). Perawatan dilakukan bersama dengan dokter spesialis anak
Penderita ini kelahirannya ditolong dukun dan berlangsung di Lab/UPF Kulit dan Kelamin RSU Dr. Muwardi Surakarta;
di rumah; kemungkinan sepsis -dapat terjadi akibat kurangnya sayangnya berakhir dengan kematian pada hari ke 9 oleh karena
kebersihan dan sterilitas pada saat persalinan maupun perawatan tidak dapat mengatasi sepsisnya.
bayi setelah lahir; sehingga bayi terkena infeksi oleh kuman
komensal, seperti Pseudomonas di hidung dan Staphylococcus di
umbilikus. KEPUSTAKAAN
Penggunaan antibiotik ampisilin dan gentamisin tidak
1. Ellias PM, Fritsch PO. Staphylococcal Scalded - Skin syndrome. In:
memberikan respon baik. Sayangnya penggantian dengan Fitzpatrick;s et al (eds) Dermatology in General Medicine, third ed. New
Claforan® agak terlambat sehingga penderita meninggal dunia. York: Mc Graw Hill Books Co. 1987. p. 567–71.
Penatalaksanaan kasus SSSS dengan sepsis terutama pada 2. Djuanda A. Diagnosis dan pengobatan NET, penderita rawat inap, Medika
neonatus harus lebih hati-hati dan pengobatan secara cepat dan 1991; 17(12): 982–6.
3. Maibach HI, My R, Noble W. Bacterial infections of the skin. In:
tepat menggunakan antibiotika berspektrum luas untuk bakteri- Moschella S, Hurley HJ. (eds) Dermatology, second ed. Vol I, W B
bakteri gram positif maupun negatif. Hal ini diperlukan untuk Saunders & Co, 1985; p. 599–642.
mengatasi sepsis sehingga dapat menghindari akibat fatal yang 4. Petersdorf RG. Septic shock. In: Harrison's Principle of Internal Medicine.
mungkin bisa terjadi. Sixth ed. Mc Graw Hill Book Co Ltd 1971; p. 736–40.
KESIMPULAN
PEMBICARAAN Melihat angka-angka yang didapatkan dari penelitian ini,
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terlihat bahwa ternyata pengelompokan kriteria major dan minor untuk melihat
keluhan pruritus merupakan gejala utama dari seluruh penderita gambaran klinis penderita dermatitis atopik hampir mendekati
dermatitis atopik yang diperiksa (100%), sedangkan distribusi atau hampir sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hanifin-
lesi yang khas didapatkan pada 99 penderita (97%) sifat kronik Rajka (1980). Akan tetapi pengelompokan gambaran klinis ini
residif pada 92 penderita (90%) dan riwayat atopi didapatkan agak berbeda dengan apa yang diteliti oleh Svensson dkk. (1985).
pada 72 penderita (70,5%). Perbedaan tersebut terletak path jumlah gejala yang tampak
Menurut Hanifin-Rajka diagnosis dermatitis atopik didasar- menonjol sesuai urutan persentase terbanyak.
kan atas didapatkannya 3 atau lebih gambaran dasar ini yang Pada penelitian kami tidak didapatkan gambaran katarak
termasuk kriteria dasar atau major. Rasa gatal merupakan gejala subkapsular, keratokonus dan penekanan perifolikuler dari kri-
yang sangat penting untuk menegakkan diagnosis dermatitis teria minor keseluruhan penderita (n = 102).
atopik. Riwayat atopi penderita menurut Hanifin-Rajka terdiri
KEPUSTAKAAN
dari penderita sendiri sebesar 50% dan riwayat keluarga sebesar
hampir 70%. Gambaran iktiosis didapatkan pada 49 penderita 1. Hanafm JM, Rajka G. Diagnostic features of atopic dermatitis. Acts Derma-
(48%), menurut Rajka angka penelitiannya sebesar 50%. col. Vencreol (Stockh) 1980; supp192: 44–7.
2. Rajka G. Atopic dermatitis. London, Philadelphia, Toronto: WB Saunders, Dermatol 1977; 113: 627.
1975. 5. Svcnnson A, Edman B, Moller H. A Diagnostic tool for Atopic Dermatitis
3. Hanifin JM, Lobitz WC. Newer concepts of atopic dermatitis. Arch based on Clinical Criteria. Acta Dermatol Venereol (Stockh) 1985; (suppl)
Dermatol 1977; 113: 663. 114: 33–40.
4. Uehara M, Ofuji S. Abnormal vascular reactions in atopic dermatitis. Arch
Tes Uji Tempel
pada Penderita Dermatitis Atopik
Goedadi Hadiloekito, Suwito PS, Ach. Jullanto Danukusumo
Laboratorium/UPF tlmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Rumah Sakit Dr Muwardi, Surakarta
ABSTRAK
Telah dilakukan penentuan kadar alkali bebas jumlah pada berbagai produk sabun
mandi yang beredar di pasaran.
Sampel diambil secara acak dari berbagai tempat penjualan di Kotamadya Padang
terdiri dari sepuluh jenis dan masing-masing jenis diambil tiga buah. Kadar alkali bebas
jumlah ditentukan dengan cara titrasi asam-basa dan dihitung sebagai Na2O.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa, kadar alkali bebas jumlah yang ditemukan
berkisar antara 0,158 -0,324% dan sebanyak 70% dari sampel yang diperiksa mempunyai
kadar alkali bebas jumlah lebih besar dari persyaratan resmi yang ditetapkan oleh WHO
Collaborating Centre for Quality Assurance of Essential Drugs.
• Kadar alkali bebas jumlah dihitung dengan rumus sebagai SM-1 10,0 3,0 2,93
berikut: 10,0 3,0 2,50
10,0 3,0 2,80
(V1 N1 – V2 N2) x 0,031/Bu x 100% SM-2 10,0 3,0 2,82
V1 = Volume asam sulfat yang ditambahkan 10,0 3,0 2,90
V2 = Volume natrium hidroksida yang digunakan untuk titrasi. 10,0 3,0 2,82
B = Bobot sampel sabun mandi yang ditimbang SM-3 10,0 3,0 2,96
N1 = Normalitas asam sulfat 10,0 3,0 2,99
N2 = Normalitas natrium hidroksida 10,0 3,0 2,91
SM-4 10,0 3,0 3,06
10,0 3,0 3,72
3) Analisis Data 10,0 3,0 3,20
Data yang diperoleh dari berbagai sampel sabun mandi pada SM-5 10,0 3,0 2,90
penetapan dibandingkan dengan persyaratan resmi yang ditetap- 10,0 3,0 2,93
kan oleh WHO untuk produk sabun mandi, yaitu sabun mandi 10,0 3,0 2,86
tidak boleh mengandung alkali bebas jumlah lebih besar dari SM-6 10,0 3,0 3,18
10,0 3,0 3,18
0,22% dihitung sebagai Na2O. 10,0 3,0 3,15
SM-7 10,0 3,0 2,97
10,0 3,0 2,98
HASIL DAN PEMBAHASAN 10,0 3,0 2,98
Sampel sabun mandi yang diperiksa pada penelitian ini ter- SM-8 10,0 3,0 3,00
10,0 3,0 3,00
diri dari sepuluh jenis dan masing-masing diambil tiga buah. Jadi 10,0 3,0 3,17
secara keseluruhan. sampel yang diperiksa berjumlah 30 buah. SM-9 10,0 3,0 3,10
Sampel yang diambil tidak membedakan antara sabun mandi 10,0 3,0 2,98
untuk bayi dan untuk orang dewasa karena persyaratan untuk 10,0 3,0 3,26
SM-10 10,0 3,0 2,98
semua sabun mandi adalah sama, yaitu kadar alkali bebas jumlah
10,0 3,0 2,94
yang masih tersisa tidak boleh melebihi 0,22% yang dihitung 10,0 3,0 2,92
Tabel 2. Hasil Penentuan Kadar Alkali Bebas Jumlah pada Berbagai wenang, memperketat persyaratan registrasi berbagai produk
Jenis Sabun Mandi yang Beredar di Pasaran.
sabun mandi sebelum dipasarkan. Dan yang tak kalah pentingnya
Jenis Sabun Kadar Alkali Bebas Jwnlah Sebagai N20 adalah memantau kualitas sabun mandi yang beredar di pasaran
Mandi (%) secara berkala.
SM-1 0,324
SM-2 0,295 KESIMPULAN
SM-3 0,264 Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesim-
SM-4 0,158 pulan sebagai berikut :
SM-5 0,281 1) Kadar alkali bebas jumlah dari berbagai produk sabun mandi
SM-6 0,203
SM-7 0,258
yang beredar di pasaran berkisar antara 0,159 sampai dengan
SM-8 0,236 0,324% yang dihitung sebagai Na2O.
SM-9 0,218 2) Sebanyak 70% dari produk sabun mandi yang diperiksa
SM- 10 0,266 mempunyai kadar alkali bebas jumlah lebih besar dari persya-
Keterangan :
ratan resmi yang ditetapkan.
– Data yang dipaparkan merupakan rata-rata dari tiga kali percobaan.
− Persyaratan WHO (1990) kadar alkali bebas jumlah tidak boleh lebih dari KEPUSTAKAAN
0,22%.
1. WHO Collaborating Centre for Quality Assurance of The Essential Drugs,
1990, Penetapan Kadar Alkali Bebas Jumlah pada Sabun Mandi. Dalam:
antara sabun mandi yang memenuhi syarat dengan yang tidak, Metode Analisis Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan Depkes RI,
karena untuk mengetahuinya harus dilakukan percobaan di labo- Jakarta, 143–148.
2. British Standard Institution, Methods of Analysis of Soaps and Soap Pow-
ratorium. Konsumen biasanya hanya tertarik pada bentuk, warna ders, British Standars Institution, London 1983, 18–20.
dan aroma yang ditampilkan oleh sabun mandi tersebut serta 3. Horwitz W. Official Methods of Analysis of Association of Official
harganya yang murah; sedangkan kualitas dan keamanan pe- Analytical Chemistry, 13th ed., Washington DC. 1980, 222–224.
makaiannya tidak bisa dibedakan. Oleh karena ini, agar masya- 4. Ditjen POM Depkes RI. Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI,
Jakarta, 1979, 807–809.
rakat terlindung dari efek negatif yang tidak diinginkan, di- 5. Roth HJ, Blascke G. Analisis Farmasi, Diterjemahkan oleh S. Kisman dan
harapkan Departemen Kesehatan RI sebagai lembaga yang ber- S. Ibrahim, FGadjah Mada University Press, 1988, 486–487.
ABSTRAK
Zat pemutiara adalah suatu zat yang digunakan dalam kosmetika untuk memberikan
efek mengkilat seperti mutiara sehingga bagian wajah akan terlihat lebih segar.
Zat pemutiara terdiri dari dua golongan yaitu sari mutiara alami (pearlessence) dan
pigmen mutiara sintetis yang biasanya berupa serbuk logam dan garamnya. Karena serbuk
logam yang terdapat dalam sediaan kosmetika dapat mengakibatkan iritasi, maka di-
anggap perlu untuk meneliti jenis logam yang terdapat dalam sediaan kosnietika.
Dari pemeriksaan tiga sampel sediaan kosmetika yaitu eye shadow, serbuk pemutiara
berwarna kuning emas dan serbuk pemutiara berwarna putih keperakan, dua sampel
ternyata positif (+) mengandung Alumunium (Al).
PENDAHULUAN terdapat dalam kosmetika seperti pada bedak, rouge, eye shadow
Kosmetika merupakan sesuatu yang penting untuk perawat- dan cat kuku yang berfungsi untuk memberikan efek mengkilat.
an tubuh, wajah, rambut maupun kulit seseorang. Sesuai dengan Penggunaan kosmetika yang secara sembarang dan terus
bertambah baiknya tingkat kehidupan sosial seseorang serta menerus dapat mengakibatkan hal-hal yang kurang baik bagi
berkembangnya ilmu pengetahuan maka pengertian kosmetika sipemakai, karena logam yang terdapat dalam zat pemutiara
turut berkembang dan penggunaannya makin menyebar luas di dalam jumlah besar dapat mengiritasi kulit. Untuk itu perlu di-
kalangan masyarakat. lakukan penelitian tentang logam-logam yang terdapat dalam
Pada industri kosmetika yang modern, penggunaan bahan- sediaan kosmetika yang berfungsi sebagai zat pemutiara.
bahan yang dapat memberikan efek mengkilat dan bercahaya
sekarang ini sangat digemari; bahan-bahan mi disebut sebagai
ZAT PEMUTIARA
zat pemutiara. Guanin adalah merupakan zat pemutiara yang di-
Zat pemutiara dapat digolongkan menjadi dua golongan
peroleh dan sisik ikan laut, merupakan kristal yang transparan,
yaitu:
reflektif dan mengkilat seperti mutiara. Karena guanin sulit di-
dapat maka digunakan pigmen sintetis seperti bismut oksi klo- 1) Sari Mutiara Alami (Pearlessence)
rida dan serbuk logam (mika, alumunium, bronze). Zat pemutiara Sari Mutiara Alami yang sering digunakan adalah guanin
(2 amino 6 hidroksi purin); rumus bangunnya adalah: Bagan Pemisahan Kation dalam Golongan menggunakan Sistem H2S
SARAN
Keterangan Agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai konsentrasi
Serbuk I = Zat pemuriara berwarna kuning emas kadar logam berat tersebut pada beberapa sediaan kosmetika
Serbuk II = Zat pemu tiara berwarna putih keperakan
dengan jumlah sampel yang lebih besar.
KEPUSTAKAAN
Serbuk logam Alumunium sering digunakan dalam formula
bedak sebagai zat yang dapat memberikan daya kilat yang lebih 1. Anonymous. Farmakope Indonesia, Edisi II, Departemen Kesehatan Re-
baik daripada zat pemutiara buatan lainnya, karena Alumunium pubtilc Indonesia 1979.
2. Balsam MS, Sagarin E. Cosmetic Science and Tehnology, Second ed, Vol I,
mudah tercampur dan menghasilkan efek yang lebih baik seperti II, III. New York, London, Sydney, Toronto: Wiley Interscience John
mutiara. Garam-garam Alumunium dapat merupakan astringen Wiley & Sons Inc. 1972.
pada konsentrasi tertentu, tapi dapat mengiritasi kulit. Zat pe- 3. Diktat Penuntun Praktikum Kimia Analisa Kualitatif Anorganik. Labora
mutiara yang biasa digunakan dalam sediaan kosmetika kon- torium Kimia Analitik, Lembaga limu Pengetahuan Alam, Universitas
Padjadjaran, Bandung.
sentrasinya tidak lebih dan 10%. 4. Harry RG. The Principles and Practice of Modern Cosmetic, Vol I. New
York: Chemical PubI Co, Inc. 1962.
KESIMPULAN 5. Jellinek JS. Formulation and Function of Cosmetic. New York, London,
Zat pemutiara yang digunakan tanpa zat pembawa sangat Sydney, Toronto: Division of John Wiley & Sons, Inc. 1970.
6. Roger’s Inorganic Pharmaceutical Chemistry, Seventh Ed, Thoroughly
berbahaya apabila digunakan secara sembarang. Dari hasil pene- Revised.lll.. Philadelphia: Lea & Febiger.
litian yang dilakukan terhadap 3 sediaan kosmetika yaitu eye
Patience is the ability to put up with people you'd like to put down
Penelitian Tokisisitas Akut dan
Subkronik
Daun Jati Belanda
pada Hewan Percobaan
Adjirni, B. Wahyoedi, Budi Nuratmi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, Jakarta
ABSTRAK
Daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) banyak dipakai dalam ramuan sebagai
obat pelangsing tubuh. Secara empirik digunakan untuk mengurangi kelebihan lemak
dalam tubuh. Untuk mengetahui keamanannya maka dilakukan penelitian toksisitas akut
dan subkronik pada hewan.
Penelitian toksisitas akut menggunakan cara Weil C.S. (1952) dan penelitian sub-
kronik dilakukan dengan memberikan bahan setiap hari selama 1 bulan, 3 bulan dan 6
bulan terhadap tikus putih, kemudian dilihat adanya kelainan organ hati, ginjal, jantung,
paru-paru, usus, limpa dan lambung secara makroskopik dan mikroskopik.
Hasil toksisitas akut didapat LD50=134,5 (158-114,4) mg/10 g. bobot badan; setelah
diekstrapolasikan ke tikus menurut Gleason MN. LDSO secara oral adalah 941.500 mg/kg
bobot badan. Dengan pemberian bahan 1 sampai 100 kali dosis manusia, organ-organ
dalam tidak menunjukkan kelainan. Kelainan paru-paru pada sebagian tikus baik yang
diberi bahan maupun yang diberi akuades, berupa hiperplasia limpoid merupakan ke-
lainan fisiologis yang umum terjadi pada proses ketuaan dan terdapatnya cacing me-
rupakan suatu kendala dalam eksperimen pemeliharaan hewan.
Berdasarkan penggolongan Gleason MN. (1964) daun jati belanda yang diteliti
digolongkan dalam bahan yang Practically Non Toxic, karena LD50 lebih besar dari
15.000 mg/kg bobot badan per oral tikus. Penelitian subkronik dengan pemeriksaan
makroskopik dan mikroskopik terhadap organ dalam tubuh menunjukkan bahwa daun
jati belanda termasuk bahan yang tidak toksik.
PENDAHULUAN
Jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) banyak tumbuh di jati belanda mengandung alkaloid, damar dan zat samak(2).
Indonesia, ditanam sebagai pohon peneduh, berupa pohon atau Jamu yang memakai daunjati belanda diantaranyajamu galian
semak. Bagian yang digunakan daun, biji dan buah. Secara singset, jamu citra wanita,jamu ideal,jamu patmosari,jamu dewi
empiris daun dipakai untuk mengurangi berat badan, buah untuk ayu dan lain-lain.
obat batuk, biji untuk obat mencret dan perut kembung(1,2). Daun Penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa se-
duan daun jati belanda yang diperiksa dengan kromatografi Tabel 1. Rancangan percobaan subkronik
lapis tipis dan reaksi warna serta reaksi pengendapan menunjuk- Nomor Jumlah Dosis Lama Otopsi Pada
kan adanya senyawa golongan triterpen/sterol, alkaloida, karo- Kelompok Hewan/ Bahan Pemberian Akhir Bulan
tenoid, tanin dan asam fenol(4). Identifikasi dengan kromatografi Kelompok
ke 1 ke 2 ke 6
lapis tipis menunjukkan adanya senyawa karbohidratt31. Peme-
riksaan histopatologi meliputi sel darah putih, sel darah merah, I 6 ekor dosis 1 1 bulan +
protein total dan kadar haemoglobin pada akhir bulan ke 3 tidak II 6 ekor dosis 2 1 bulan +
III 6 ekor dosis 3 1 bulan +
menunjukkan adanya perbedaan dengan kontrol. Ramuan yang IV 6 ekor akuades 1 bulan +
memakai daun jati belanda pada umumnya dipakai lama dan
terus menerus; perlu dilakukan penelitian toksisitas akut dan V 6 ekor dosis 1 3 bulan +
VI 6 ekor dosis 2 3 bulan +
subkronik untuk melihat pengaruh bahan terhadap organ dalam VII 6 ekor dosis 3 3 bulan +
tubuh secara makroskopik dan mikroskopik. VIII 6 ekor akuades 3 bulan +
∗ Kec. Kramat Jati meliputi 5 Kelurahan. Pilihan tempat untuk pemeriksaan antenatal (tabel 6) di
Puskesmas Pondok Kopi termasuk di dalamnya. daerah kumuh dan daerah sedang yang tertinggi adalah bidan,
∗ Kec. Jatinegara meliputi 8 Kelurahan. masing-masing adalah 63,64% dan 53,46%. Pada kedua daerah
Puskesmas Cipinang Melayu termasuk di dalamnya.
penelitian keadaannya tidak berbeda nyata.
PENDAHULUAN Tabel 1. Efek Sinar X dan Sinar Gamma terhadap Jumlah Anak Mencit (F1)
yang Dilahirkan Satu Hari Pasca Iradiasi (dalam ekor)
Sinar-X dan sinar gamma adalah radiasi pengion yang di-
pancarkan dalam bentuk gelombang elektromagnetik dan mem- Jenis radiasi Sinar X Sinar gamma
punyai energi yang tinggi(1). Sumber sinar-X adalah pesawat Dosis (rad) 1x200 2x200 3x200 1x200 2x200 3x200
sinar-X dan sumber sinar gamma adalah Cobalt 60(2). Kelompok
Interaksi radiasi pengion dengan sel dapat dibagi dalam dua perlakuan
kategori, yaitu efek langsung dan efek tidak langsung. Efek lang- A :10 A: 9 A: 8 A: 4 A: 7 A: 4
sung biasanya diartikan sebagai aksi radiasi dengan molekul- B: 9 B: 8 B: 6 B: 8 B: 6 B: 5
molekul di dalam sel dan menyebabkan ionisasi atau eksitasi C: 8 C: 8 C: 4 C: 6 C: 4 C: 5
sehingga mengakibatkan kerusakan pada molekul-molekul ter- O x O D: 7 D: 8 D: 5 D: 7 D: 5 D: 4
sebut, sedangkan efek tidak langsung timbul jika ada perubahan (X) E : 8 E: 5 E: 9 E 6 E: 5 E 4
42 38 32 31 27 22
atau kerusakan pada molekul-molekul yang terjadi akibat pe-
X = 8,4 X = 7,6 X = 6,4 X = 6,2 X = 5,4 X = 4,4
ngaruh senyawa-senyawa radikal bebas (OH°, H°) dan peroksida
A: 7 A: 8 A: 7 A: 4 A: 5 A: 5
(H202), senyawa ini dihasilkan dari radiolisis air dalam plasma
B: 8 B: 6 B: 7 B: 6 B: 5 B: 3
akibat radiasi(3,4,5,6). Karena sebagian besar sel mamalia (70 – C: 7 C: 8 C: 4 C: 5 C: 6 C: 4
90%) terdiri atas air, sebagian besar efek tidak langsung terjadi O x O D: 10 D: 9 D: 3 D: 7 D: 4 D: 4
pada media air(5). (X) E: 7 E: 5 E 8 E: 5 E 4 E: 3
Suhardjo pada tahun 1992 berdasarkan basil penelitiannya 39 36 24 27 24 19
mengatakan bahwa iradiasi sinar X dosis tunggal memberikan X = 7,8 X = 7,2 X = 5,8 X = 5,4 X = 4,8 X = 3,8
efek pada mencit dewasa strain Quacker-Bush. Efek sinar X ini A: 7 A: 7 A: 3 A: 5 A: 5 A: 4
ditandai oleh pengurangan jumlah F1(7). Hal ini sesuai dengan B: 5 B: 6 B: 2 B: 4 B: 3 B: 2
C: 7 C: 5 C: 4 C: 4 C: 4 C: 3
acuan yang dikemukakan oleh Nomura pada tahun 1982 dan
O x O D: 8 D: 7 D: 5 D: 6 D: 5 D: 4
Kirk bersama Lyon pada tahun 1984 yang mengatakan bahwa (X) (X) E : 6 E: 6 E: 7 E: 4 E: 3 E: 2
iradiasi mencit jantan dan betina sebelum pembuahan menunjuk- 32 31 21 23 20 15
kan cacad bawaan pada keturunannya(8,9). Juga Lyon dan Ren- X = 6,6 X = 6,2 X = 4,2 X = 4,6 X = 4,0 X = 3,0
shaw pada tahun 1986 dan tahun 1988 menyatakan bahwa A : 12 A : 12 A : 12 A : 10 A : 10 A : 10
timbulnya cacad pada Fl yang mencit parental betinanya men- B : 11 B : 11 B : 11 B : 10 B : 10 B : 10
dapat iradiasi sinar X sebesar 504 CGy lebih tinggi dibanding- C : 10 C : 10 C : 10 C : 11 C : 11 C : 11
kan kontral, dan cacad yang terlihat pada generasi pertama dapat O x O D : 10 D : 10 D : 10 D : 12 D : 12 D : 12
E : 11 E : 11 E : 11 E : 11 E : 11 E : 11
diteruskan pada generasi berikutnya(9). 54 54 54 54 54 54
SinarX dan sinar gamma adalah merupakan radiasi pengion X = 10,8 X = 10,8 X = 10,8 X = 10,8 X = 10,8 X = 10,8
yang sama-sama berbentuk gelombang elektromagnetik dan
berdasarkan acuan teori tersebut di atas penulis ingin mengetahui Keterangan :
perbedaan efek antara sinar X dan sinar gamma, apakah sinar X : Iradiasi Sinar X/Sinar gamma
Tabel 2. Analisis Varian Multivariat untuk Melihat Perbedaan Efek Sinar X dan Sinar
Gamma
gamma dapat memberikan efek yang serupa dengan sinar X atau dikawinkan dengan mencit pasangannya.
tidak pada mencit dewasa strain Quacker - Bush. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara meng-
hitung jumlah anak mencit yang dilahirkan (Fl) kemudian tiap
METODE PENELITIAN data penelitian dianalisis dengan menggunakan uji statistik-
Penelitian ini menggunakan desain eksperimental sungguh- Analisis Varian Multivariat dua arah dengan a 5% dan α 1%.
an (true experimental) dengan analisis varian multivariat untuk
melihat efek sinar X dan sinar gamma; cara pengambilan sampel HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan secara random, kemudian dilakukan replikasi pada Hasil penelitian dengan menggunakan uji statistik Analisis
hewan coba dan terdapat perlakuan banding. Varian Multivariat untuk klasifikasi dua arah dengan pengamat-
Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit (Mus an persel, menunjukkan bahwa berdasarkan kelompok sinar
musculus) dewasa strain Quacker-Bush yang berasal dari labo- diperoleh µ = 4,4080, yang bila dibandingkan dengan µ pada
ratorium pemeliharaan Perum Bio Farma Bandung. α 5% = 0,8165 dan a 1% = 0,744, maka H0 ditolak. Ini berarti
Makanan untuk hewan percobaan adalah pelet 551 (makan- signifikan yaitu ada perbedaan efek antara sinar X dan sinar
an anak babi) yang diproduksi oleh P.T. Charoen Pokphand gamma.
Indonesia, Animal Feed Mill; Co., Ltd. Air Minum yang diguna- Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa sinar
kan berasal dari PDAM Bandung. Pemberian makanan dan gamma mempunyai panjang gelombang yang lebih pendek dan
minuman dilakukan secara ad libitum. lebih menembus daripada sinar X(10). Juga teori lain mengatakan
Selama penelitian hewan percobaan ditempatkar, dalam bahwa sinus gamma mempunyai energi yang amat tinggi dan
suatu kandang yang terbuat dari plastik berbentuk bak berukur- dipancarkan oleh inti atom yang mempunyai kemampuan pene-
an 35 x 30 cm terbagi atas lima ruangan masing-masing ruangan trasi yang sama dengan energi sinar X yang amat tinggi(11).
berukuran 7 x 30 cm, kandang ditutup dengan kawat kasa yang Berdasarkan kelompok jenis kelamin mencit yang men-
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk dapat irradiasi diperoleh µ = 1,0726, yang bila dibandingkan
menyimpan pelet dan botol air minum. dengan µ pada α 5%=0,6 dan pada α 1%=0,5, maka H0 diterima.
Definisi operasional variabel utama yang digunakan me- Ini berarti non signifikan yaitu tidak ada perbedaan efek antara
liputi variabel bebas yaitu sinar X dan sinar gamma yang me- sinus X dengan sinar gamma.
rupakan radiasi pengion berbentuk gelombang elektromagnetik
yang dipancarkan dengan dosis 1 x 200 rad. Variabel akibat
yaitu efek sinar X dan efek sinar gamma, yaitu efek biologis yang
timbul sebagai akibat irradiasi sinus X dan sinus gamma yang
KESIMPULAN
berupa efek somatik yang ditandai-oleh berkurangnya jumlah
apak (Fl) yang dilahirkan dari Mencit Parental yang mendapat • Sinai X dan Sinar gamma memberikan perbedaan efek pada
satu hari pasca irradiasi.
irradiasi sinar X dan sinar gamma.
Sampel yang digunakan adalah sebanyak 120 ekor yang • Sinar X dan Sinai gamma tidak memberikan perbedaan efek
terbagi atas 2 kelompok yaitu 60 ekor untuk melihat efek sinar X pada penyinaran berdasarkan kelompok jenis kelamin pada satu
dan 60 ekor untuk melihat efek sinar gamma. Tiap-tiap kelompok hari pasca irradiasi.
terdiri dari 15 ekor mencit jantan yang mendapat irradiasi, 15
ekor mencit betina dan jantan yang mendapat irradiasi, dan 15
KEPUSTAKAAN
ekor mencit yang tidak diirradiasi, dari tiap-tiap jumlah yang 15
ekor, 5 ekor diirradiasi dengan dosis 1 x 200 rad, 5 ekor diirradiasi 1. Russell RS. Definition of Terms and Unit in: Radioactivity and Human
dengan dosis 2 x 200 rad, dan 5 ekor diirradiasi dengan dosis 3 x Diet (R.S. Russel, Ed). First ed. Oxford, London: Pergamon Press, 1966.
300 rad. Pasca satu hari irradiasi, kemudian masing-masing 2. Hall U. Radiation and Life. First ed. Pergamon Press. Oxford, 1976.
3. Casarett AP. Radiation Biologics. First ed. New Jersey: Prentice Hall Inc. 8. Lyon MF, Renshaw. Induction of Congenital Malformation in Mice by
Engle Wood Cliffs. Parental Irradiation; Transmission to Later Generation, Mutation Res,
4. Duncan W, Nias AHW. Clinical Radiobiology. London and New York: 1988; 198: 227–283.
Churchill Livingstone, 1977. 9. Matsuda Y, Tobari I, Yamada T. In Vitro Fertilization Rate of Mouse Eggs
5. Felberg RS, Carew JA. Water Radiolysis Product and Nucleotide Damage with Sperm after X-irradiation at Various Spermatogenetic Stages. Muta
in Irradiated DNA. Int.Radiat Bral. Vol. 40. 1981. tion Res. 1985; 142: 59–63.
6. Pryor WA. Free Radicals in Biological System, Scient Am. 1970; 233. 10. Anderson WAD, Pathology. fourth ed. St. Louis: The Mosby Co., 1961.
7. Suhardjo.Efek SinarX DosisTunggal pada Mencit DewasaStrain Quacker- 11. Sladen BK, Bang IB. Biology of Population. New York: American Else
Bush. Disertasi Program Pasca Sarjana Unair, 1992. viers Publ Co Inc., 1969.
Efek Biologi Radiasi Pengion
Dosis Rendah
Susetyo Trijoko
Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi, BATAN„ Pasar Jumat, Jakarta
Efek biologi radiasi pengion dapat diklasifikasikan ke dalam sumber-sumber radiasi baru. Ditambah lagi dengan jatuhan (fall-
dua kelompok, yaitu efek deterministik dan stokastik. Efek out) radioaktif umur panjang yang berasal dari uji coba senjata
deterministik, misal penurunan jumlah sel darah merah dan luka nuklir dan proses daur ulang bahan bakar nuklir, PLTN.
bakar kulit, hanya terjadi pada dosis tinggi. Tingkat beratnya efek
radiasi meningkat dengan kenaikan dosis. Sedangkan efek sto- DOSIS RADIASI
kastik, misal risiko kanker, dapat terjadi pada dosis rendah, akan Dosis efektif radiasi pengion biasa dinyatakan dengan sa-
tetapi beratnya efek radiasi tidak tergantung pada besar dosis tuan sievert (Sv); 1Sv=1 Joule/kg, dan 1 Sv=1000 mSv. Secara
yang diterima seseorang. Dalam tulisan ini akan diuraikan keseluruhan, rata-rata dosis efektif yang diterima oleh setiap
kemungkinan efek stokastik yang bisa diakibatkan oleh radiasi orang di seluruh dunia sekitar 2,5 milisievert (mSv) per tahun,
dosis rendah dari alam dan akibat aplikasi radiasi pengion oleh dengann kontribusi 2,0 mSv (80%) dari alam, 0,4 mSv (16%) dari
kegiatan manusia. aplikasi medik (foto roentgen, kedokteran nuklir dan lain-lain),
dan kurang 0,1 mSv (4%) dari sumber radiasi lainnya.
SUMBER-SUMBER RADIASI PENGION Akhir-akhir ini, perhatian seringkali ditujukan pada dosis
Radiasi pengion (sinar-X, alpha, beta, gamma, dan netron) radiasi akibat pembangunan PLTN, yang menimbulkan lepasan
sudah merupakan bagian dari lingkungan kehidupan di mana- radioisotop Yodium-129 dan Carbon-14 serta limbah radioaktif
pun kita berada. Uranium-235 terdapat dalam batuan tanah dan aktivitas tinggi. Perhatian semacam ini selalu timbul karena
di daerah tertentu telah dieksplotasi untuk bahan bakar PLTN. menngingat risiko kanker dan cacat genetik yang dapat diwa-
Isotop Thorium-232 pemancar sinar alpha dan gamma banyak riskan pada generasi yang akan datang. Penelitian terhadap
terdapat dalam batu bara dan dalam pasir monazit dari pulau penduduk di Inggeris yang tinggal di sekitar kawasan PLTN
Bangka, di Sumatera Selatan. Kalium-40 pemancar sinar gamma menunjukkan adanya sedikit kenaikan risiko kankerpada mereka.
banyak terdapat dalam tanah dan juga terdapat dalam kerangka
tubuh manusia sejak lahir. Gas mulia Radon-222 terdapat di RISIKO KANKER
udara bebas yang merupakan sumber pemancar sinar alpha yang Menurut para pakar radiobiologi, radiasi pengion dapat
paling berbahaya dan diduga sebagai salah satu penyebab kanker memutuskan rantai molekul DNA (deoksiribonukleat) dalam
paru-paru. kromosom inti sel; padahal kerusakan/mutasi genetik dan kanker
Selain itu, sumber radiasi buatan manusia untuk terapi dan itu bermula dari adanya kerusakan pada sebuah inti sel. Sehingga
diagnosis kedokteran, seperti sinar-X, radioisotop Technetium- dengan demikian berapapun kecilnya dosis, radiasi pengion
99 m, Yodium-131, Cobalt-60, dan Caesium-137 telah menjadi berpeluang menimbulkan risiko genetik dan kanker.
Studi epidemiologi telah melibatkan tidak kurang dari 2 juta kasus per satu kelahiran.
orang dewasa dan anak-anak. Termasuk dalam studi tersebut
adalah mereka yang selamat dari born atom Hiroshima dan IQ RENDAH
Nagasaki, penduduk Rusia yang terkena radiasi kecelakaan PLTN ICRP(6) mengungkapkan terjadinya retardasi mental pada
Chernobyl, pasien radioterapi dan radiodiagnostik, serta para anak-anak yang pada waktu ledakan bom atom di Jepang masih
pekerja radiasi. dalam kandungan. Retardasi mental terlihat nyata pada janin
Berdasarkan studi epidemiologi, Komisi Internasional un- yang terkena dosis radiasi antara 250 - 400 mSv pada usia antara
tuk Proteksi Radiologi (ICRP)(1) telah menentukan probabilitas minggu ke-8 dan -15 setelah pembuahan sel telur. Minggu ke-8
risiko kanker dengan menggunakan model relatif (multiplikatif), sampai dengan ke-15 adalah saat pertumbuhan jaringan otak
risiko kanker radiasi diasumsikan meningkat secara proporsional besar, sel-sel glial dan neuronal. Paparan radiasi pada masa
relatif terhadap risiko alamiah. Dengan model tersebut, didapatkan sensitif tersebut dapat menurunkan IQ 20 - 25 poin per sievert.
bahwa besar risiko kanker fatal oleh karena radiasi adalah seki- Retardasi mental dengan risiko lebih rendah juga terjadi pada
tar 5% per sievert. Preston dan Pierce(2) mengatakan, kelompok janin yang terkena radiasi pada usia kehamilan antara 16 - 25
anak usia 0-9 tahun yang terkena dosis radiasi 1 Sv ternyata lima minggu, dengan dosis ambang sekitar 700 mSv. Radiasi sebelum
kali lebih sensitif terhadap leukaemia daripada kelompok usia minggu ke-8 dan setelah minggu ke-25 tidak mengakibatkan
35 - 49 tahun. Satu tim ilmuwan internasional yang meneliti retandasi mental.
efek medik kecelakaan PLTN Chernobyl melaporkan adanya
peningkatan kasus kanker tiroid pada anak-anak Belarus (Rusia) KESIMPULAN
secara tajam akhir-akhir ini, lebih besar dari yang diperkirakan Dari uraian di atas terlihat bahwa radiasi pengion dosis
semula. rendah, selalu berpeluang menimbulkan risiko kanker dan cacat
Coggle J.A.(3) menggambarkan keadaan di Inggris. Dari genetik. Sedangkan efek retardasi mental tidak terjadi oleh
160000 kanker fatal yang terjadi tiap tahun di Inggris : 3% radiasi dosis rendah. Data inilah yang nampaknya menjadi alas-
disebabkan oleh radiasi alam, 0,3% akibat aplikasi radiasi dalam an ICRP(1) menurunkan nilai batas dosis yang barn untuk pekerja
kedokteran, dan sekitar 0,3% karena industri nuklir, jatuhan radiasi yaitu dari 50 mSv/tahun menjadi 20 mSv/tahun dan
radioaktif, dan buangan limbah radioaktif. untuk masyarakat tersebut tidak termasuk radiasi alam yang
sudah pasti harus diterima oleh setiap orang.
CACAT GENETIK YANG DIWARISKAN
Risiko radiasi lainnya adalah efek genetik yang dapat di- KEPUSTAKAAN
wariskan kepada keturunan. Evaluasi risiko genetik dilakukan
1. International Commission on Radiological Protection (ICRP), Recommen-
dengan ekstrapolasi dari hasil-hasil percobaan pada binatang. dations of the ICRP. Publication 60; 1990.
Walaupun cara ini masih sering diperdebatkan, tetapi yang jelas 2. Preston DL Pierce DA. The Effect of Changes in Dosimetry of Cancer
frekuensi mutasi genetik meningkat dengan kenaikan dosis. Ha- Mortality Risk Estimates in Atomic Bomb Survivors. Radiat. Res. 1988; 114.
sil studi in vitro dan in vivo dengan tikus, kera dan lalat(4), menun- 3. CoggleJE. Protection Dosimetry Vol. 30 No. 1, Nuclear Technology Publish-
ing 1990.
jukkan mutasi genetik meningkat secara linier dalam rentang 4. United Nations Scientific Committe on the Effects of Ionizing Radiation
dosis antara 1 - 100 mSv. (UNSCEAR), Genetic and Somatic Effects of Ionizing Radiation.Annex B:
Menurut laporan UNSCEAR(5) total cacat genetik serius Dose-Response Relationships for Radiation Induced Cancer, United Nations
pada anak-anak yang barn lahir di seluruh dunia sekitan 10.000 1986.
5. United Nations Scientific Committe on the Effects of Ionizing Radiation
kasus per satu juta kelahiran. Berdasarkan estimasi UNSCEAR, (UNSCEAR), Sources, Effects and Risks of Ionizing Radiation. Annex E.
radiasi kronis 10 mSv dapat menimbulkan cacat serius antara 17 Genetic hazards,Annex F. Radiation Carcinogenesis in Man, United Nations,
- 65 kasus per satu juga kelahiran. Kalau angka tersebut di- 1988.
proyeksikan secara linier, maka radiasi alam yang sekitar 2,0 6. International Commission on Radiological Protection (ICRP), Recommen-
dations of the ICRP, Publication 49, 1986.
mSv/tahun berpeluang menimbulkan cacat serius antara 3 - 13
Pengalaman Praktek
Emiliana Tjitra
Jakarta
ABSTRAK
ANTI IMPOTENSI glukosa yang dilakukan atas 1030 orang dur, yaitu 177 pasien menjalani CABG
Fentolamin yang mula-mula dikem- di Brazil menunjukkan bahwa kadar dan 182 pasien menjalani PTCA. Di
bangkan sebagai antihipertensi, saat ini rata-rata glukosa 2 jam postprandial kelompok CABG, pembuluh darah yang
sedang diselidiki manfaatnya sebagai 1,03 mmol/l lebih rendah pada kelom- digraft rata-rata sebanyak 2,2 ± 0,6, se-
anti impotensi. pok yang diambil darahnya pada suhu dangkan di kelompok PTCA rata-rata
Pada studi klinis yang dilakukan di ruangan 5-14°C bila dibandingkan 1,9 ± 0,5 pembuluh darah didilatasi.
AS dan Denmark diperoleh hasil positif dengan basil kelompok yang diambil Pasien CABG tinggal di rumah sakit
pada 30–40% kasus, dibandingkan de- darahnya pada suhu ruangan 25-31°C lebih lama (rata-rata 19 hari) dibanding-
ngan 15–20% pada kelompok plasebo. (p < 0,001). kan dengan pasien PTCA (rata-rata 5
Respons yang kurang memuaskan ter- Penemuan ini menunjukkan perlunya hari); abnormalitas Q wave lebih sering
utama ditemukan di kalangan usia lanjut mempertimbangkan adanya standardis- dialami kelompok CABG (8,1%) diban-
dan pada pasien dengan kelainan arte- asi suhu ruangan pada saat pengambilan dingkan dengan di kelompok PTCA
rial. darah untuk pemeriksaan. (2,3% -p = 0,022), sedangkan kematian
Drug News 1994; 3(41): 5-6 Lancet 1994; 344: 1054-55 di rumah sakit adalah sebesar 2,5% di
brw brw kelompok CABG dan 1,1% di kelom-
pok PTCA.
Saat dipulangkan, 93% pasien ke-
PERAWAT MENULIS RESEP lompok CABG bebas dari angina, di-
MENURUNKAN TEKANAN IN-
Di Inggris sedang dilakukan proyek bandingkan dengan 82% pasien di
TRAKRANIAL
percobaan yang bertujuan untuk me- kelompok PTCA (p=0,005); dan setelah
Sulfentanil - suatu turunan opioid -
nilai kemungkinan penulisan resep un- satu tahun, 74%pasien kelompok CABG
ternyata dapat menurunkan tekanan
tuk obat-obat tertentu oleh perawat. dan 71% pasien kelompok PTCA tetap
intrakranial pada pasien trauma kepala.
Perawat yang berhak menulis resep bebas angina. Pengobatan anti angina
Sepuluh pasien trauma kepala diberi
ialah mereka yang bekerja di daerah; tidak diperlukan lagi pada 22% pasien
sulfentanil 2 ug/kg.bb. iv dilanjutkan
untuk itu telah disusun daftar yang ter- kelompok CABG dan pada 12% pasien
dengan infus sulfentanil 150 ug/jam dan
diri dari 230 macam obat yang boleh kelompok PICA (p=0,041).
midazolam 9 mg/jam selama 48 jam.
diresepkan. Dalam satu tahun, 44% pasien ke-
Penurunan tekanan intrakranial (ICP)
Hal serupa juga tengah dijalankan di lompok PTCA memerlukan tindakan
diamati dalam 15 menit setelah pembe-
Swedia, tetapi mendapat tantangan dari lanjutan (PTCA ulangan pada 23%,
rian dan menetap, dari rata-rata 16,1 ±
sementara dokter, terutama sehubungan CABG pada 18% dan keduanya pada
1,7 mmHg menjadi rata-rata 10,8 ± 1,3
dengan kemampuan para perawat ter- 3% pasien), sedangkan di kelompok
mmHg (p < 0,05). Hal ini disertai pula
sebut dalam menentukan diagnosis; ka- CABG hanya 6% (5% PTCA dan 1%
dengan penurunan tekanan arteriil rata-
rena diagnosis yang keliru akan me- CABG ulangan) (p < 0,001).
rata (MAP) dari 85,5 ± 3,9 mmHg men-
nyebabkan penulisan resep yang keliru Agaknya pasien yang menjalani
jadi 80,2 ± 4,2 mmHg (p < 0,05)
pula. PTCA cenderung lebih sering memer-
Penurunan tekanan arteriil rata-rata Lancet 1994; 344: 1077
juga menguntungkan karena dengan brw lukan tindakan lanjutan dan obat anti
demikian tekanan perfusi serebral (CPP) angina, sedangkan tindakan CABG lebih
tetap stabil. CABG vs. PTCA (1) berisiko infark miokard.
N. Engl. J. Med. 1994; 331: 1037-43
Br. J. Clin. Pharmacol. 1994; 38: 369-72 Suatu penelitian multisenter telah
hk
brw dilakukan di Jerman untuk memban-
dingkan efektivitas CABG (coronary CABG vs. PICA (2)
PENGARUH SUHU KAMAR TER- artery bypass grafting) dengan PTCA Sementara itu penelitian serupa di-
HADAP KADAR GLUKOSA DA- (percutaneus transluminal coronary lakukan di Inggris.
RAH angioplasty) sebagai usaha revaskulari- Dari 5118 pasien yang diperiksa, 842
Hasil tes toleransi glukosa ternyata sasi pasien jantung koroner. (16,5%) memenuhi syarat; 392 (7,7%)
dipengaruhi oleh suhu ruangan. Di antara 898 pasien yang diperiksa bersedia untuk ikut dalam penelitian -
Analisis atas basil tes toleransi di 8 klinik, 359 pasien menjalani prose- 194 pasien menjalani CABG dan 198
ABSTRAK
pasien menjalani PTCA. pok valvulopati dan 57% dari kelompok masuk rumahsakit pertama kali ialah
Primary end point (terjadinya kema- bedah bebas gejala. 70,6 tahun pada atlit endurance, 58;2
tian, Q-wave myocardial infarct atau N. Engl. J. Med. 1994; 331: 961-7 tahun pada atlit mixed sports, 61,9 tahun
lesi iskemik luas yang dideteksi melalui hk pada atlit power sports dan 66,2 tahun
thallium scan) terjadi pada 27,3% pasien pada kontrol.
kelompok CABG dan pada 28,8% pasien BERHENTI MEROKOK Data ini menunjukkan bahwa para
kelompok PTCA (p=0,73). Analisis atas 28 percobaan meng- atlit berisiko lebih tinggi untuk me-
Setelah 3 tahun, pasien kelompok gunakan permen nikotin 2 mg., 6 per- merlukan perawatan rumahsakit akibat
CABG yang memerlukan CABG ulang- cobaan menggunakan permen nikotin osteoartritis, terutama di kalangan atlit
an (1%) atau PTCA (13%) secara nyata 4 mg. dan 6 percobaan menggunakan mixed dan power sports.
lebih rendah daripada pasien kelompok nicotine patch menunjukkan bahwa Endurance sports meliputi lari jarak
PTCA (22% dan 41%; p <0,001). Selain permen nikotin efektif menghentikan jauh dan cross country; mixed sports
itu keluhan angina juga lebih sering merokok pada 6% peserta percobaan meliputi sepakbola, hoki es, basket dan
ditemukan di kalangan pasien PTCA (11% padapeserta sukareladan 3% pada atletik; powersports meliputi tinju, gulat,
(20%) dibandingkan dengan di kelom- peserta yang diminta ikut); keberhasil- angkat besi dan atletik cabang lempar.
pok CABG (12%). an ini tergantung dari derajat ketergan- BMJ 1994; 308: 231–4
N. Engl. J. Med. 1994; 331: 1044–50 tungan. brw
hk Permen nikotin 4 mg. efektif pada
sepertiga perokok berat, sedangkan NORPLANT UNTUK KONTRA-
TERAPI STENOSIS MITRAL nicotine patch efektif pada 9% peserta; SEPSI REMAJA
Kasus-kasus stenosis mitral akibat keberhasilannya tidak terlalu dipenga- Studi di Amerika Serikat menunjuk-
rheuma dapat diperbaiki melalui per- ruhi oleh derajat ketergantungan. kan bahwa penggunaan Norplant di
cutaneous balloon mitral valvuloplasty Secara keseluruhan, program nico- kalangan remajapost partum merupakan
atau dengan open surgical commissuro- tine replacement efektif pada ± 15% cara yang lebih baik daripada pengguna-
tomy. perokok yang ingin berhenti merokok. an pil.
Untuk membandingkan efektivitas- BMJ 1994; 308: 21–6 Sejumlah 48 remaja (usia rata-rata
nya, di Hyederabad, India, masing- brw 16,7 tahun) postpartum memilih
masiRg 30 pasien menjalani salah satu Norplant dan 50 remaja (usia rata-rata
prosedur tersebut, kemudian dinilai AKTIVITAS DAN OSTEOARTRI- 16,2 tahun) memilih pi!. Selama follow-
melalui kateterisasi jantung setelah 1 TIS up, tidak ada perbedaan dalam hal kun-
minggu, 6 bulan dan 3 tahun. Peneliti di Finlandia membanding- jungan klinik ataupun kejadian penyakit
Daerah katup mitral membaik dari kan kejadian osteoartritis sendi pang- akibat hubungan seksual (42% vs. 36%),
rata-rata 0,9±0,3 cm2 menjadi 2,1 ± 0,6 gul, sendi lutut dan pergelangan kaki aktivitas seksual maupun penggunaan
cm2(p<0,01) di kelompok valvuloplasti yang memerlukan perawatan rumah- kondom.
dan dari rata-rata 0,9 ± 0,3 cm2 menjadi sakit, antara 2049 atlit internasional Sejumlah 95% pengguna Norplant
2.0 ± 0,6 cm2 (p < 0,001) di kelompok pria dengan 1403 pria kontrol yang masih tetap menggunakannya selama
bedah. dinyatakan sehat pada usia 20 tahun. follow-up (rata-rata selama 15 bulan)
Restenosis terjadi pada 3 pasien ke- Data selama 20 tahun (1970–1990) dibandingkan dengan hanya 33% di
lompok valvuloplasti dan pada 4 pasien menunjukkan bahwa para atlit lebih kalangan pengguna pil (p ≤ 0,001).
kelompok bedah. Satu pasien dari ke- sering memerlukan perawatan rumah- Kehamilan dalam jangka waktu 1 tahun
lompok valvuloplasti meninggal akibat sakit akibat osteoartritis dibanding- dijumpai pada 19 orang pengguna pil
stroke setelah 2,5 tahun, empat pasien kan dengan kontrol, baik pada atlit dan hanya seorang pada pengguna
lain dari kelompok yang sama mende- endurance (odds ratio: 1,73, 95%CI: Norplant (p ≤0,001).
rita residual atrial septa/ defect. Tiga 0,99-3,01, p = 0,063), pada atlit mixed N. Engl. J. Med. 1994; 331: 1201–6
pasien (dua dari kelompok valvuloplasti sports (odds ratio: 1,90, 95%CI: 1,24– hk
dan satu dari kelompok bedah) dinilai 2,92, p = 0,003), maupun pada para atlit
menderita regurgitasi mitral berat. power sports (odds ratio: 2,17, 95%CI:
Setelah tiga tahun, 72% dari kelom- 1,41-3,32, p = 0,0003). Rata-rata usia
Ruang
Penyegar dan Penambah
Ilmu Kedokteran
Dapatkah saudara menjawab
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini?
1. Virus AIDS terutama menyerang: AIDS:
a) Sd T-helper a) Pantang berkala
b) Sel T-killer b) Kondom
c) Se! B limfosit c) IUD
d) Sel mast d) Pil
e) Semua diserang e) Semua tidak efektif
2. L Tes penyaring AIDS menggunakan metode: 6. Bakteri anaerob yang paling sering ditemukan di alat
a) ELISA genital wanita:
b) Western blot a) Bakteroi
c) Radioimmunoassay b) Kandida
d) Imunofluoresensi c) Streptokokus
e) Semua digunakan d) Stafilokokus
3. Tes konfirmasi AIDS menggunakan metode: e) Trikomonas
a) ELISA 7. Penebalan saraf yang dapat diraba untuk menegakkan
b) Western blot diagnosis lepra ialah di:
c) Radioimmunoassay a) n. ulnaris
d) Imunofluoresensi b) n. aurikularis magnus
e) Semua digunakan c) n. peroneus
4. Infeksi yang banyak dikaitkan dengan AIDS disebabkan d) Semua salah
oleh: e) Semua benar
a) Stafilokokus 8. Pengobatan lepra menggunakan:
b) Streptokokus a) DDS
c) Pneumokokus b) Etionamid
d) Kriptokokus c) Kiofazimin
e) Meningokokus d) Rifampisin
5. Cara køntrasepsi yang juga efektif mencegah penularan e) Semua benar
8. E 4. D
7. E 3. B
6. A 2. A
5. B 1. A JAWABAN RPPIK :