Anda di halaman 1dari 3

Batu Ginjal

Dr. Jarot Hariyanto Rumah Sakit Pertamina, Pangkalan Brandan

PENDAHULUAN Batu ginjal sudah lama dikenal. Bahkan pada mummi di Mesir 5000 tahun SM sudah dijumpai. Dari sejarah telah dicatat bahwa banyak tokoh dunia yang menderita penyakit ini, seperti Napoleon, Newton, George IV dan lainnya. Kadangkala batu ginjal akan menimbulkan gangguan yang ringan sampai yang berat. Atau bahkan tanpa ada gangguan sama sekali. Oleh karena itu pengenalan terhadap kemungkinan adanya ,patu ginjal perlu diketahui sedini mungkin, agar. apabila diduga ada kelainan segera ditangani secepat mungkin untuk mengurangi pemborosan. EPIDEMIOLOGI Insidensi batu ginjal pada negara sedang berkembang dan negara sudah maju berbeda. Banyak faktor yang mempengaruhi, antara lain industrialisasi, urbanisasi, derajat ekonomi dan social. Di samping itu faktor jenis kelamin, ras, pekerjaan, ildim juga mempengaruhi insidensi batu ginjal. Pernah dilaporkan bahwa pada musim panas kasus batu ginjal, khususnya batu jenis kalsium dan oksalat, kasusnya meningkat di daerah Eropa. Pada muslin itu kasus kolik ginjal meningkat. Kasus ini lebih banyak diderita oleh laki-laki dari perem. puan. Disebutkan ratio antara 3:1. Terdapat kecenderungan familier. Pada bangsa kulit hitam lebih sering terkena daripada bangsa kulit putih, hal ini ada hubungannya dengan faktor diet. Umur yang sering terdapat penyakit ini, pada anak-anak ldi bawah 5 tahun sedang pada dewasa sekitar umur 30 50 tahun. Batu ginjal lebih sering diketemukan pada ginjal sebelah kanan jika dibanding dengan ginjal sebelah kid, dimana 15 20% didapatkan bilateral. PATOGENESIS Dengan pemeriksaan yang teliti pada pnderita dengan batu akan dapat ditunjukkan faktor penyebabnya pada 4050% kasus. Teori terjadinya batu ginjal masih belum dapat dipasti-

kan. Pada urin normal sendiri dijumpai satu atau beberapa zat penghambat (fisiologis) yang mencegah terjadinya kristalisasi zat yang ada sehingga tak terbentuk batu. Diperkirakan dengan membentuk suatu komplek yang selalu larut dalam urin. Zat penghambat tersebut adalah magnesium pirofosfat, sitrat dan penghambat peptida. Zat-zat inilah yang mencegah perkembangan batu pada area kalsifrkasi pada papilla ginjal (Randall's plaque) dari kristal tunggal atau agregatagregat kecil lain, yang umum terdapat pada urin, untuk kemudian berkembang menjadi besar dan menempatkan diri pada sistem pelvikalik ginjal untuk kemudian menjadi batu. Perubahan pH urin atau adanya kolloid lain akan menyebabkan terjadinya pengendapan. Asam urat, xanthine, sistin dapat larut lebih banyak di dalam urin alkalis. Kalsium oksalat hampir tak dapat larut pada pH urin berapa pun. Kalsium fosfat dan triple fosfat kurang larut jikapH urin alkalis. Adanya infeksi, stasis urin, hipersekresi zat tertentu seperti kalsium, fosfor, oksalat, asam urat dan sistin juga bisa menyebabkan terjadinya pengendapan. Pada infeksi misalnya, akan dijumpai suatu ulserasi yang mana hal ini akan menjadi nidus dari batu. Keadaan seperti gumpalan atau jendalan darah dalam ginjal atau kelompokan bakteri, yang mana sering terjadi pada stasis urin atau infeksi, akan menjadi nidus dari batu. Di samping itu, kelainan pada anatomis ginjal sendini seperti sponge kidney, horseshoe kidney ataupun adanya defek lokal dari kalik glnjal atau penyumbatan, bisa menyebabkan tiinbulnya nidusiatu karena kelainannya tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya batu : a. Faktor di luar urin diet, misalnya diet yang banyak mengandung oksalat. intake cairan ke dalam tubuh, sehingga diduga adanya dehidrasi berpengaruh terhadap pembentukan batu pada daerah tropis. familier, khususnya untuk terbentuknya batu sistin. ras.

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 35

trauma. b. Faktor dalam urin : infeksi pada ginjal. kelainan aliran urin sehingga terjadi stasis. komposisi urin. kejenuhan urin. reaksi keasaman urin. JENIS BATU a. Menurut komposisi kimia batu urat; radiolusen, mudah mengalir ke dalarn vesica urinaria, dijumpai pada urin dengan suasana asam. Serihg dijumpai pada pasien yang mendapat terapi zat uricosuric, intake purin yang tinggi baik sekunder atau idiopatik, pasien yang mendapat terapi antikanker yang menyebabkan perusakan jaringan/sel, sehingga terjadi kenaikan ekskresi asam urat, pada penyakit myeloproliferative. batu garam oksalat; kecil, keras, berlapis, bentuk seperti jarum dan dijumpai pada urin dengan suasana netral. Dijumpai pada pasien dengan oksaluria, baik kongenital maupun familier, pada reseksi ileum, anestesi dengan metoksifluran dan orang dengan diet oksalat yang tinggi. batu fosfat; mudah pecah dan dijumpai pada urin dengan suasana basa. b. Menurut ada tidaknya kalsium : batu yang mengandung kalsium, seperti batu kalsium okslat, kalsium fosfat. Biasa dijumpai 'pasien dengan hiperkalsiuria idiopatik, renal tubular acidosis, hiperparatiroid primer, intake vitamin D berlebihan, intake susu berlebihan, sarkoidosis, penyakit dengan kerusakan pada tulang (tiroksikosis, ekses dari kortikosteroid), immobilisasi yang lama. batu tanpa kalsium, misalnya batu sistin yang biasanya dijumpai riwayat familier. c. Menurut asal batu : batu endogen, yang terjadi karena hasil metabolisme. batu eksogen, yang akibat benda asing. d. Menurut kejadian batu : batu primer, tak mempunyai nidus, terjadi pada urin yang steril dan berbentuk lapisan yang radier. batu sekunder, mempunyai nidus, berlapis-lapis dan kebanyakan pada urin non steril. DIAGNOSIS Kadangkala batu ginjal ini tanpa keluhan sama sekali. Maka tak jarang kelainan ini ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan rutin tahunan atau pada pembuatan, foto polos abdomen untuk keperluan lain. Kejelian seorang klinisi berperanan panting sekali apabila sudah timbul kecurigaan adanya kelainan ini. Pada penderita kolik ginjal karena batu, maka kemungkinan hal ini terjadi sumbatan pada ureteropelvik dalam kalik ginjal, yang mana terjadi distensi parenkim dan kapsul ginjal. Hal ini menyebabkan hiperperistaltik dan mengejangnya otototot polos pada pelvik dan kalik ginjal yang akan menimbulkan rasa nyeri mendadak dan intermitten pada daerah angulus kostovertebralis, yang menjalar ke inguinal dan skrotal. Apabila batu. masih merupakan Randall's plaque, tak akan me36 Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988

nimbulkan gejala. Anamnestis akan ditemui adanya sakit pinggang/pinggul, di mana rasa sakit pinggang yang menjalar ke inguinal dan skrotal atau riwayat pernah mengeluarkan batu. Atau riwayat kencing berdarah. Riwayat keluarga dengan batu ginjal dan pada usia berapa terdapat gejala batu ginjal mulai tampak. Riwayat sakit sebelumnya, apakah pernah mengalami patah tulang dan imobilisasi yang cukup lama. Riwayat sakit saluran kencing. Riwayat diet tinggi vitamin D, susu dan alkali. Pemeriksaan fisik diagnostik biasanya tak dijumpai adanya kelainan yang khas. Terkecuali apabila ada infeksi pada ginjal, maka akan dijumpai adanya nyeri ketok pada daerah angulus kostovertebralis. Mungkin dijumpai adanya renal tenderness, atau mungkin ada pembengkakan dari abdomen. Laboratoris yang paling sederhana adalah pemeriksaan urin midstream, yang kemudian dilakukan pengendapan dengan pemusingan. Dari hasil endapan ini akan dijumpai adanya kristal zat tertentu, butir darah baik leukosit atau eritrosit, dan kadangkala bakteri. Urin midstream ini sebaiknya dibiakkan. dan dilakukan sensitivitas tes untuk penanganan lebih lanjut. Pemeriksaan kimia darah meliputi kandungan fosfor, fosfatase alkali, total protein dan albumin, asam urat, kreatinin, dan elektrolit. Semuanya itu dimaksudkan untuk mencari adanya penyakit yang menumpangi timbulnya batu ginjal, seperti hiperparatiroid, renal tubular asidosis tipe I, gout, myeloproliferative disease dan yang lainnya. Pemeriksaan lain yang tak kalah pentingnya adalah pemeriksaan rontgen, yaitu fotopolos abdomen danpielografi. Kadangkala perlu dilakukan retrograde urogram untuk mengetahui adanya sumbatan atau memastikan adanya batu yang radiolusen. DIAGNOSIS BANDING Penyakit ini perlu dibedakan dengan pielonefritis akut, tumor ginjal, Tuberkolosis ginjal dan infark ginjal. TERAPI Batu yang kecil akan lepas dengan sendirinya. Tindakan operatif kadang diperlukan untuk beberapa keadaan, seperti : batu yang besar aseptik, batu pada pelvik renal dengan infeksi atau stasis urin, batu yang kecil tetapi menyebabkan piuria dan sakit yang rekuren, batu yang menempati kalik ginjal bagian bawah, sehingga mengganggu drainase dan menyebabkan pembengkakan, staghorn kalkuli. Untuk tindakan operatif ini kita perlu perhatikan : usia, keadaan umum pasien, anatomi dan fungsi ginjal, batu septik atau aseptik, jumlah batu, ukuran batu dan posisi batu. Panting pula di sini untuk menangani adanya infeksi secara tuntas dengan antibiotika yang adekuat. PROGNOSIS Umumnya prognosisnya baik apabila tak ada sumbatan dan infeksi bisa ditanggulangi. KESIMPULAN Telah dibicarakan mengenai batu ginjal, tentang epidemio-

logi, patogenesis, diagnosis dan terapi. Dikarenakan gejala klinis kadang tidak tampak pada kasus batu ginjal, maka perlu dilakukan pemeriksaan penunjang yang lengkap dan teliti apabila dicurigai ada batu ginjal. Terlihat dari patogenesis, kelainan ini bisa dicegah dan dihindari dengan memperhatikan diet harian dan mengurangi intake zat-zat tertentu.
KEPUSTAKAAN 1. 2. 3. Baried Ishom et al. Penatalaksanaan Penderita Batu Ginjal Di Bagian Ilmu Bedah RS UGM Yogyakarta, dalam Kumpulan Naskah Kursus Penyegar Nefrologi, FK UGM, Yogyakarta, 1976. Burton BT. Human Nutrition, 3rd ed., New York: Blakiston Publication, 1976. Davis L (ed). Christipher's Text'Book of Surgery, 9th ed., Phila

4.

delphia: WB. Saunders Comp, 1968. Dunphy JE and Way LW (ed). Current Surgical Diagnosis and Treatment, 5th ed., Los Altos: Lange Medical Publication, 1981. 5. Friedman H (ed). Problem Oriented Medical Diagnosis, 2nd ed., Tokyo: Medical Sciences International, 1982. 6. Krupp MA and Chatton MJ (ed): Current Medical Diagnosis and Treatment, Singapore: Maruzen Asia Edition, 1984. 7. Mayor G and Zingg EJ. Urology Surgery, Stuttgart: Georg Thieme Publication, 1976. 8. Northrup RS (ed). Pedoman Pengobatan, Yogyakarta: Penerbit Yayasan Essentia Medica, 1979. 9. Schwartz SI (ed). Principles of Surgery, 3th ed., Singapore: Mc Graw Hill International Book Company, 1982. 10. Smith DR. General Urology, 9th ed., Los Altos: Lange Medical Publication, 1978. 11. Weatherall DJ et al. Oxford Textbook of Medicine, Oxford University Press, 1985.

Cermin Dunia Kedokteran No. 48, 1988 37

Anda mungkin juga menyukai