Anda di halaman 1dari 38

BAB I GAMBARAN UMUM PENDERITA

1.1. IDENTITAS PENDERITA - Nama Penderita - Umur - Jenis Kelamin - TL - TB Estimasi - BBI - LLA - Alamat - Pekerjaan - Agama - Pendidikan - Status Perkawinan - Tgl. MRS : Ny. Lukluil Maknun : 28 tahun : Perempuan : 40 cm : 156,96 cm : 51,3 kg : 35,5 cm : Panumbuan Raci Bangil RT 05 RW 02 Pasuruan : Ibu Rumah Tangga : Islam : SMP : Menikah : 18 Juni 2010

- Dokter yang Merawat : dr. Agung - Tempat dirawat - No. Register : IRNA III Ruang 9 : 1017006

1.2. DATA SUBYEKTIF 1. Riwayat Nutrisi Sekarang - Pasien mendapat diet NS-TKTP - Nafsu makan pasien baik dilihat dari hasil recall tgl 21/06/2010 yaitu : Energi Protein Lemak Karbohidrat : 1892,2 Kal : 73,245 gr : 45,3925 gr (103,15%) (95,19%) (89,09%)

: 313,4825 gr (117,41%)

2. Riwayat Nutrisi Dahulu Sebelum MRS pasien makan makanan utama hanya 2 kali sehari. Pasien setiap hari tidak pernah sarapan atau makan pagi. Menu makanan 1

pasien setiap hari selalu lengkap. Porsi nasi pasien setiap kali makan adalah 2 entong. Sumber protein yang sering dikonsumsi sebagai lauk berupa ikan tambak dengan porsi 2 ekor kecil atau 1 ekor besar setiap satu kali makan. Pasien jarang mengkonsumsi daging, biasanya hanya sebulan sekali sebanyak 25 gr setiap kali makan. Pasien tidak dapat mengkonsumsi ayam karena mempunyai alergi. Setiap hari pasien mengkonsumsi sayuran sebanyak 2 irus setiap kali makan dan sayur yang sering dikonsumsi adalah bayam, kangkung, wortel, dan buncis. Buah yang sering dikonsumsi pasien berupa jambu biji dan jambu air. Belimbing dan mangga dikonsumsi hanya bila musimnya. Hampir setiap hari pasien mengkonsumsi gorengan sebanyak 1-2 buah per hari. Setiap hari pasien suka mengkonsumsi snack berupa biskuit mari terutama malam sebelum tidur. Pasien menyukai minuman yang manis. Aktivitas fisik pasien tergolong kurang karena pasien hanya berolahraga sebulan sekali.

3. Riwayat Penyakit Sekarang Sebelum MRS pasien mengetahui sedang hamil sejak bulan Januari 2010 tapi pada usia kehamilan 18 minggu. Pasien diberitahu jika tidak ada gerak janin dan pasien merasa perutnya lembek. Pada tgl 10/06/2010 pasien memeriksakan diri ke dr. SpOG, dan dinyatakan menderita Gravida Mola (Mola Hidatidosa) dan disarankan untuk melakukan curettage tapi pasien menolak karena keterbatasan biaya. Tanggal 11/06/2010 pasien mengeluarkan flek-flek berwarna coklat dan tanggal 16/06/2010 pasien diperiksakan ke RSUD Bangil dan dilakukan USG. Dari hasil pemeriksaan USG juga menunjukkan bahwa pasien menderita Gravida Mola. Kemudian pasien dirujuk ke RSSA dan MRS sejak tgl 18/06/2010. Pasien menjalani operasi curettage sunction pada tgl 21/06/2010.

4. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien pernah mengalami keguguran atau abortus sebanyak 2 kali yaitu pada kehamilan pertama dan kehamilan kedua. Pada kehaamilan ketiga, pasien melahirkan dengan cara operasi caesar.

5. Dietary History, meliputi Food Frekuensi Frekuensi makan pasien sebelum masuk rumah sakit (MRS) yaitu 2 kali makanan utama dengan menu makanan yang cukup lengkap. Untuk kudapan, pasien menyukai goreng-gorengan dan biskuit mari terutama sebelum tidur. Pasien menyukai minuman yang manis.

6. Riwayat Penyakit Keluarga Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga.

7. Sosial Ekonomi Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang beragama Islam dan berpendidikan SMP. Pekerjaan suami pasien adalah sebagai buruh serabutan. Pasien mempunyai 1 anak dan pasien sebelumnya menghidupi biaya sekolah adik perempuannya

1.3. DATA OBYEKTIF a. Hasil Pemeriksaan Antropometri - Usia - Jenis Kelamin - LLA - TL - TB %LLA : 35,5 x100% 27,7 : 128,15% Status gizi berdasarkan %LLA tergolong Obesitas. : 28 tahun : Perempuan : 35,5 cm : 40 cm : 156,96 cm

b. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Klinis Tabel 1.1 Pemeriksaan Fisik/ Klinis Penderita Fisik / Klinis KU Kesadaran T N R/R (mmHg) (x / menit) (x / menit) Tanggal 21/06/10 Baik CM 100/70 80 16 36 22/06/10 Cukup CM 100/70 80 20 36 23/06/10 100/60 84 36

Suhu ( C) Mobilisasi

Mobilisasi di tempat tidur

c. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tabel 1.2 Pemeriksaan Laboratorium Penderita Hasil Laboratorium Leukosit Hb Hematokrit Trombosit Beta HCG 21 06 2010 15.400 l 12,9 gr / dl 37% 308.000 l 32.059,0 mIU/ml Normal 3500 10.000 l 11,0 16,5 gr /dl 35 50% 150.000 390.000 l < 5,3 mIU/ml (wanita tdk hamil) Tot T3 Free T4 TSH 0,99 ng/ml 1,21 ng/dl 1,508 uIU/ml 0,79 1,49 ng/ml 0,71 1,85 ng/dl 0,47 4,64 uIU/ml Normal Normal Normal Keterangan Tinggi Normal Normal Normal Tinggi

1.4. ASSESMENT - Medis Diagnosa pra curettage Diagnosa pasca curettage : Gravida Mola (Mola Hidatidosa) : Post curettage a/i Gravida Mola

- Nutrisi NI-1.5 Kelebihan intake energi karena kebiasaan makan yang salah dan kurangnya aktivitas fisik (olahraga) yang ditandai dengan LLA = 35,5 kg dan %LLA = 128,15% NC-2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait kondisi patologis Px yang mengidap Gravida Mola ditandai dengan nilai leukosit dan beta HCG yang tidak normal atau tinggi NI-5.1 Peningkatan kebutuhan protein dan Fe terkait pra dan post curettage akibat Gravida Mola NB-1.1 Kurangnya pengetahuan px terkait kebiasaan jajan yang salah ditandai dengan konsumsi gorengan dan snack/biskuit yang berlebihan setiap hari terutama malam sebelum tidur NB-1.7 Keterbatasan terhadap makanan yang disebakan adanya alergi dengan ditandai timbulnya gatal setelah mengkonsumsi ayam

1.5. PLANNING a. Perhitungan Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi menggunakan Harrist Benedict : BBI= 51,3 Kg BEE Perempuan = 655 + (9,6 BBI) + (1,7 xTB) - (4,7xU) = 655 + (9,6x51,3) + (1,7x157) - (4,7x28) = 655+492,48+266,9-131,6 = 1282,78 Kal TEE = BEExFAxFS = 1282,78x1,1x1,3 = 1834,37 kalori

Protein = 1,5/Kg BBI = 1,5 x 51,3 = 76,95 gr Lemak = 25% x 1834,37 9 = 50,95 gr KH = Energi (protein x 4) + (lemak x 9 ) : 4 = 1834,37-(76,95x4 + 50,95x9) : 4 = 1834,37-704,79 4 = 267,005 gr

b. Tujuan Diit Gravida Mola pra curettage Memberikan makanan yang adekuat untuk : - Memenuhi kebutuhan Px sebelum pelaksanaan curettage - Mengoptimalkan kondisi Px dan meningkatkan daya tahan tubuh Px Post curettage Memberikan makanan yang adekuat untuk : - Memenuhi kebutuhan Px setelah pelaksanaan curettage - Mempercepat proses penyembuhan post curettage

c. Prinsip Diit - Pre curettage - Post curettage : Tinggi Kalori Tinggi Protein : Makanan Pasca Bedah

d. Syarat Diit Energi diberikan sesuai kebutuhan dengan mempertimbangkan faktor stress dan faktor aktivitas Protein diberikan tinggi yaitu 1,5/kg BBI untuk memenuhi kebutuhan terkait kondisi Px pre dan post curettage Lemak diberikan cukup yaitu 25 % dari kebutuhan energi total

KH diberikan sisa dari energi total dikurangi dengan energi protein dan lemak. Vitamin dan mineral terutama dari sayur dan buah diberikan cukup sebagai antioksidan, t.u Vit A, C, dan E. Serta mineral Zn dan Se sebagai zat pendukung dalam proses penyembuhan luka, metabolisme vit. A dan penyerapan vit. E Diit yang diberikan adalah diit TKTP dan pada saat post curettage diberikan secara bertahap MPB I-IV selama 1 hari Makanan diberikan secara oral Frekuensi makan 3x sehari ditambah ekstra susu dan telur 1x sehari

e. Bahan Makanan yang Boleh dan yang Tidak Boleh Untuk pasien dengan diit TKTP tidak terdapat makanan yang tidak boleh dikonsumsi karena pasien tersebut diharuskan untuk memperoleh intake energi dan protein yang tinggi sehingga jenis makanan apapun diperbolehkan untuk dikonsumsi.

f. Merencanakan Menu Rencana menu terlampir.

g. Rencana Penyuluhan dan Konsultasi a. Topik Diit TKTP b. Sasaran Pasien c. Tujuan - Tujuan Umum Sasaran dapat memahami diit yang diberikan dengan benar, baik diit TKTP maupun diit MPB post curettage - Tujuan Khusus Agar pasien : Menghabiskan makanan yang diberikan untuk mengoptimalkan kondisi pasien 7

Mengerti tentang manfaat dari makanan yang diberikan sehingga pasien dapat menjalankan diit yg dianjurkan dengan benar Memahami pengetahuan tentang gizi seimbang d. Materi - Tentang makanan seimbang - Diit TKTP e. Metode Penyuluhan individu dan tanya jawab f. Media Lefleat g. Pelaksana Ratna Ayu Dewani Putri h. Waktu Pada tanggal 21-23 Juni 2010 selama 15 menit i. Tempat IRNA III Kamar 9 RSU dr. Saiful Anwar Malang j. Evaluasi Menanyakan kembali materi yang telah diberikan, yaitu : - Tentang makanan seimbang - Diit TKTP yang diberikan - Pasien memahami dan mematuhi diit yang diberikan

h. Rencana Monitoring a. Intake Makanan per hari Intake makanan perhari dimonitor setiap hari selama 1 hari pra pengamatan dan 3 hari pengamatan berturut-turut selama pengamatan studi kasus meliputi : energi, protein, lemak, dan karbohidrat. b. Data Antropometri Data antropometri yang terdiri dari LLA dimonitor pada awal dan akhir pengamatan. c. Data Fisik dan Klinis Data fisik dan klinis pasien dimonitor setiap hari yang meliputi : kondisi umum, tensi, nadi, pernafasan, dan suhu. 8

d. Data Laboratorium Data laboratorium diperoleh pada hari pertama pengamatan, meliputi : pemeriksaaan darah lengkap dan seroimunologi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mola Hidatidosa 2.1.1. Definisi Mola hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stroma villus korialis langka vaskularisasi, dan edematus. Janin biasanya meninggal, akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus; gambaran yang diberikan ialah sebagai segugus buah anggur (Wiknjosastro, 1999). Pada kehamilan ini terdapat sel-sel throfoblast (sel-sel pada uri) yang abnormal, dimana terjadi peresapan cairan berlebihan ke dalam jonjot uri, sehingga timbul gelembung-gelembung berisi cairan sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur (Sarwono, 1999). Jaringan throfoblast pada villus kadang-kadang berpoliferasi ringan kadang-kadang keras, dan mengeluarkan hormon, yakni human chorionic gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa (Wiknjosastro, 1999). Mola hidatidosa adalah tumor yang jinak (benigna) dari chorion. Mola hidatidosa adalah penyakit wanita dalam masa reproduksi tetapi jika terjadi kehamilan pada wanita yang berumur lebih dari 45 tahun, kehamilan mola 10x lebih besar dibandingkan dengan gravidae antara 20-40 tahun (FK UPB Bag. Obgyn, 1977).

2.1.2. Frekuensi Mola Frekuensi terjadinya mola umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi (1 atas 120 kehamilan) daripada wanita di negara-negara Barat (1 atas 2000 kehamilan). Tentang nasibnya kehamilan tidak normal ini dapat dikatakan, bahwa mola keluar sendiri atau dikeluarkan dengan suatu tindakan; pengeluaran sendiri biasanya disertai dengan perdarahan banyak

(Wiknjosastro, 1999). Kejadian di rumah sakit besar di Indonesia kira-kira 1 di antara 80 persalinan. Perbandingan di negara lain misalnya : 10

- U.S.A. - Hongkong - Taiwan

= 1 : 2.000 kehamilan =1: =1: 530 kehamilan 125 kehamilan

Sebelumnya telah diterangkan bahwa kejadian mola dipengaruhi oleh umur dan ada kemungkinan juga oleh status sosial ekonomi (FK UPB Bag. Obgyn, 1977).

2.1.3. Patologi Mola Pada mola hidatidosa, villi tidak mengandung pembuluh-pembuluh darah. Karena semua makanan yang dihisap tidak dapat masuk sirkulasi sehingga dengan demikian mengembanglah villi tadi dan terjadi dilatasi villi sendiri atau yang disebut dengan cystic dilatation dari villi (Soetomo, 1986). Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih. Biasanya tidak ada janin, hanya pada mola partialis kadangkadang ada janin. Gelembung itu sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur. Gelembung ini dapat mengisi seluruh cavum uteri. Di bawah mikroskop nampak degenerasi hydropik dari stroma jonjot, tidak adanya pembuluh darah dan proliferasi trofoblast (FK UPB Bag. Obgyn, 1977). Proliferasi dari lapisan trofoblast menyebabkan mola membentuk banyak sekali chorion-gonadotropin. Terdapat juga daerah-daerah dengan perdarahan dan necrosis (Soetomo, 1986). Pada pemeriksaan chromosom didapatkan poliploidi dan hampir pada semua kasus mola susunan sex chromatin adalah wanita (FK UPB Bag. Obgyn, 1977).

2.1.4. Penyebab Mola Penyebab mola yang pasti masih belum ada, namun ada faktor-faktor tertentu yang diketahui dapat menyebabkan terjadinya mola, antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. Kegagalan pembentukan janin Kegagalan foetal circulasi (Soetomo, 1986) Sosial ekonomi yang rendah Kekurangan protein Umur ibu < 20 tahun 11

6.

Umur ibu > 35 tahun dengan sering melahirkan/anak banyak (Sarwono, 1999)

2.1.5. Gejala atau Tanda Klinik Pada umumnya gejala yang terjadi pada penderita mola hidatidosa adalah pembesaran uterus yang lebih cepat dari biasa, penderita mengeluh tentang mual dan muntah, tidak jarang terjadi perdarahan per vaginam. Kadang-kadang pengeluaran darah disertai dengan pengeluaran beberapa gelembung villus, yang memastikan diagnosis mola hidatidosa (Wiknjosastro, 1999). Berdasarkan dr. Soetomo, 1986 diketahui bahwa ada beberapa tanda klinik yang terjadi pada penderita mola hidatidosa, antara lain : 1. Perdarahan : lepasnya mola dari dinding rahim yang 90% dari semuanya. Dapat pula dalam bentuk spotting, perdarahan terus menerus, perdarahan profus dan berulang-ulang, cairan yang serosanguinolent, dan disertai keluarnya gelembung-gelembung mola. 2. 3. Tanda-tanda toxaemia atau hyperemesis gravidarum. Nyeri : mungkin destended uterus, dan dirasakan saat mola itu akan keluar. 4. 5. Pembesaran rahim yang tidak cocok dengan umur kehamilan Pada pemeriksaan : - Terasa lembut - Tidak ada bagian-bagian anak - Detak jantung janin tidak didengar - Ro : tulang-tulang anak tidak ada - Luteincyste yang bilateral

Pada pasien dengan amnenorrhoe terdapat : 1. Perdarahan kadang-kadang sedikit, kadang-kadang banyak. Karena perdarahan ini pasien biasanya anaemis. 2. 3. 4. Rahim lebih besar daripada sesuai dengan tuanya kehamilan. Hyperemesis lebih sering terjadi, lebih keras dan lebih lama. Mungkin timbul preeklampsi atau eklampsi. 12

Terjadinya preeklampsi atau eklampsi sebelum minggu ke 24 menunjuk ke arah mola hidatidosa. 5. Tidak ada tanda-tanda adanya janin; tidak ada ballottement, tidak ada bunyi jantung anak dan tidak nampak rangka janin pada Rntgen foto. Pada mola partialis, keadaan yang jarang terjadi, dapat diketemukan janin. 6. Kadar gonadotropin chorion tinggi dalam darah dan air kencing. (FK UPB Bag. Obgyn, 1977).

2.1.6. Diagnosis Mola Sudah dikemukan bahwa uterus pada mola hidatidosa tumbuh lebih cepat daripada kehamilan biasa; pada uterus yang besar ini tidak terdapat tanda-tanda adanya janin di dalamnya, seperti balottemen pada palpasi, gerak janin pada auskultasi, adanya kerangka janin pada pemeriksaan Rontgen, dan adanya denyut jantung pada ultrasonografi. Perdarahan merupakan gejala yang sering ditemukan. Kadar HCG pada mola jauh lebih tinggi daripada kehamilan biasa. Ultrasonografi (B-Scan) memberi gambaran yang khas mola hidatidosa (Wiknjosastro, 1999). Diagnosa baru pasti, jika kita melihat lahirnya gelembung-gelembung mola. Jika uterus lebih besar daripada sesuai dengan tuanya kehamilan maka kemungkinan yang harus dipertimbangkan : Haid terakhir keliru Kehamilan dengan myoma uteri Hydramnion Gemelli Mola Hidatidosa (FK UPB Bag. Obgyn, 1977).

2.1.7. Komplikasi Mola Dari mola yang sifatnya jinak, dapat tumbuh tumor trofoblast yang bersifat ganas. Tumor ini ada yang kadang-kadang masih mengandung villlus di samping trofoblast yang berproliferasi, dapat mengalami invasi yang umumnya bersifat local dan dinamakan mola destruens (invasive mole, 13

penyakit trofoblast ganas jenis villosum). Selain itu, terdapat pula tumor trofoblast yang yang terdiri atas sel-sel trofoblast tanpa stroma, yang umumnya tidak hanya berinvasi di otot uterus tetapi menyebar ke alat-alat lain (kariokarsinoma, penyakit trofoblast ganas non villosum) (Wiknjosastro, 1999). Pada mola hidatidosa, ovaria dapat mengandung kista lutein kadangkadang hanya pada satu ovariu, kadang-kadang pada kedua-duanya. Kista ini berdinding tipis dan berisikan cairan kekuning-kuningan dan dapat mencapai ukuran sebesar tinju atau kepala bayi. Kista lutein terjadi karena perangsangan ovarium oleh kadar gonadotropin chorion yang tinggi. Kista ini hilang sendiri setelah mola dilahirkan (FK UPB Bag. Obgyn, 1977).

2.1.8. Penanganan Mola Hidatidosa Pada intinya, mola harus dikeluarkan baik dengan cara konservatif maupun aktif. Bahayanya menunggu, antara lain : 1. 2. 3. Perdarahan terus sehingga terjadi anemia yang berat Kemungkinan infeksi Kemungkinan terjadi keganasan : mola destruens, chorio carcinoma. (Soetomo, 1986). Berhubung dengan kemungkinan, bahwa mola hidatidosa menjadi ganas, maka terapi yang terbaik pada wanita dengan usia yang sudah lanjut dan sudah mempunyai jumlah anak yang diingini ialah histeroktomi. Akan tetapi pada wanita yang masih menginginkan anak, maka setelah diagnosa mola dipastikan, dilakukan pengeluaran mola dengan kerokan isapan (sunction curettage) disertai dengan pemberian infus oksitosin intravena. Sesudah itu dilakukan kerokan dengan kuret tumpul untuk mengeluarkan sisa-sisa konsepsus; kerokan perlu dilakukan hati-hati berhubung dengan bahaya perforasi (Wiknjosastro, 1999). Tujuh sampai sepuluh hari sesudahnya itu dilakukan kerokan ulangang dengan kuret tajam, agar ada kepastian bahwa uterus betul-betul kosong dan untuk memeriksa tingkat proliferasi sisa-sisa trofoblast yang dapat ditemukan. Makin tinggi tingkat itu, makin perlu untuk waspada terhadap kemungkinan keganasan (Wiknjosastro, 1999). 14

Kejadian

choriocarcinoma

setelah

hysteroktomi

hanya

2,8%

sedangkan sesudah curettage 8,4%. Mungkin juga timbul metastase di paruparu yang menimbulkan batuk dan haemoptoe. Maka jika ada gejala-gejala yang mencurigakan harus dibuat foto thorax berulang-ulang (FK UPB Bag. Obgyn, 1977).

15

BAB III PELAKSANAAN PELAYANAN GIZI

3.1. EVALUASI MAKANAN 1. Waste Makanan Pengamatan studi kasus dilakukan selama 1 hari pra pengamatan dan 3 hari pengamatan berturut-turut dan pada hari pertama pangamatan pasien sedang menjalani puasa untuk persiapan curettage sehingga diperoleh hasil waste sebagai berikut : Tabel 3.1 Waste Makanan Pasien Selama Studi Kasus (Makanan dari Rumah Sakit)
Jenis Makanan Makanan Pokok Lauk Hewani Lauk Nabati Sayur Buah Snack (Susu) Pra Pengamatan 20/06/10 50,00 % 71,43 % 0,00 % 0,00 % 0,00 % 0,00 % Hari I 21/06/10 Hari II 22/06/10 21,43 % 77,77 % 0,00 % 0,00 % 0,00 % 0,00 % Hari III 06/05/09 25,00 % 45,45 % 33,33 % 44,44 % 0,00 % 0,00 % Rata rata 23,22 % 61,61 % 16,67 % 22,22 % 0,00 % 0,00 %

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama 1 hari pra pengamatan dan 3 hari pengamatan waste makanan cenderung sedikit. Pada hari pra pengamatan waste makanan lebih banyak pada makanan pokok dan lauk hewani. Sedangkan pada hari pertama tidak dapat dilakukan perhitungan waste karena pasien sedang menjalani puasa pre curettage. Waste makanan pada hari kedua kurang lebih sama dengan hari pra pengamatan, yaitu waste makanan hanya terdapat pada makanan pokok dan lauk hewani. Pada hari ketiga waste makanan cenderung lebih banyak disebabkan kondisi pasien yang merasa mual sehingga nafsu makan pasien menurun. Lauk hewani mempunyai waste yang cenderung lebih banyak karena pasien mempunyai alergi terhadap ayam sehingga jika terdapat menu ayam pasien tidak memakannya. Sedangkan untuk sayur, buah, dan ekstra susu hampir tidak ada waste karena pasien suka mengkonsumsi

16

jenis makanan tersebut. Hanya pada hari ketiga terdapat waste sayur dikarenakan nafsu makan pasien yang menurun.

2. Intake Zat Gizi Berdasarkan pengamatan selama 1 hari pra pengamatan dan 3 hari pengamatan berturut-turut diperoleh hasil intake zat gizi sebagai berikut : Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Intake Zat Gizi Pasien Selama Studi Kasus
Hari Pengamatan Hari Pra Pengamatan (20/06/2010) Hari I (21/06/2010) Intake Intake RS Intake LRS Total Intake % Kebutuhan Intake RS Intake LRS Total Intake % Kebutuhan Hari II (22/06/2010) Intake RS Intake LRS Total Intake % Kebutuhan Hari III (23/06/2010) Intake RS Intake LRS Total Intake % Kebutuhan Rata- rata intake kebutuhan Energi (kal) 1201,90 457,20 1659,1 90,44 % 932,23 603,40 1535,63 83,71 % 694,775 694,775 37,88 % 60,80 % Protein (gr) 39,04 7,11 46,15 59,97 % 42,95 22,36 65,31 84,88 % 28,755 28,755 37,37 % 61,13 % Lemak (gr) 37,17 13,16 50,33 98,78 % 25,744 14,745 40,489 79,47 % 9,375 9,375 51,71 % 65,59 % KH (gr) 184,06 78,79 262,85 98,44 % 171,23 95,78 267,01 87,39 % 26,35 26,35 32,32 % 59,86 %

Dilihat dari tabel 3.2 diketahui bahwa intake makanan pasien cenderung menurun. Pada hari pra pengamatan intake makanan hampir mendekati 100%, kecuali untuk intake protein yang masih tergolong kurang. Hal ini disebabkan adanya alergi pada pasien terhadap ayam yang merupakan salah satu sumber protein hewani sehingga jika terdapat menu ayam pasien tidak memakannya. Sedangkan pada hari pertama tidak dapat dilakukan perhitungan intake makanan dikarenakan pasien sedang menjalani puasa pre post curettage. Intake makanan pada hari kedua mengalami penurunan sebab pada hari tersebut pasien sedang diberikan

17

diit MPB I-IV, yang mana secara bertahap diberikan makanan mulai makanan cair hingga makanan lunak. Namun intake protein meningkat pada hari kedua dikarenakan pasien mengkonsumsi lauk hewani dari luar rumah sakit berupa daging sebagai pengganti lauk ayam yang diberikan oleh pihak rumah sakit. Untuk intake hari ketiga pengamatan hanya dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu intake sarapan dan makan siang karena pasien telah diperbolehkan pulang ke rumah. Selain itu, pada hari ketiga nafsu makan pasien menurun akibat adanya mual sehingga hasil intake makanan terkesan lebih sedikit. Meskipun demikian, untuk pasien yang sedang dalam perawatan karena sakit diharapkan untuk mempunyai intake energi dan zat gizi yang mencapai 100% sehingga dapat membantu mempercepat proses penyembuhan.

3. Perkembangan Diit Selama pengamatan pasien diberikan makanan disesuaikan kondisi pasien saat pre dan post curettage, yaitu : Tabel 3.3 Hasil Pengamatan Perkembangan Diit Pasien Selama Studi Kasus Tanggal 20/06/2010 21/06/2010 22/06/2010 23/06/2010 Bentuk Diit Nasi TKTP Puasa Pre Curettage MPB IIV Post Curettage Nasi TKTP

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat perkembangan diit pada pasien. Hal ini berhubungan dengan pelaksanaan curettage yang dijalani oleh pasien pada tanggal 21/06/2010 sehingga perlu dilakukan perubahan jenis diitnya sesuai kondisi pathologisnya.

3.2. EVALUASI STATUS GIZI 1. Perkembangan LLA Pada saat studi kasus tidak dapat dilaksanakan pemantauan BB karena keterbatasan dari kemampuan pasien gravida mola pre curettage yang saat itu masih terpasang catetter sebagai bentuk tindakan sebelum

18

pelaksanaan curettage, sehingga untuk memantau status gizi pasien digunakan pengukuran LLA yang dilakukan pada awal dan akhir pengamatan. Berikut merupakan tabel hasil pengamatan perkembangan LLA selama pengamatan. Tabel 3.4 Hasil Pengamatan Perkembangan LLA Pasien Selama Studi Kasus Tanggal LLA (cm) % LLA Status Gizi 21/06/2010 22/06/2010 23/06/2010 35,5 35,5 128,15 % 128,15 % Obesitas Obesitas

Berdasarkan

hasil

pengamatan

di

atas,

selama

dilakukan

pengamatan tidak terjadi perubahan LILA meskipun status gizi pasien tergolong obesitas.

2. Perkembangan Fisik dan Klinis Pengamatan perkembangan fisik dan klinis dilakukan setiap hari dengan bantuan dari perawat atau dokter yang bertugas. Tabel 3.5 Hasil Pengamatan Perkembangan Fisik/Klinis Pasien Selama Studi Kasus Tanggal Fisik / Klinis 21/06/2010 22/06/2010 23/06/2010 KU Kesadaran T N R/R (mmHg) (x / menit) (x / menit) Baik CM 100/70 80 16 36 Cukup CM 100/70 80 20 36 100/60 84 36

Suhu ( C) Mobilisasi

Mobilisasi di tempat tidur

Dari tabel pemeriksaan fisik/klinis pasien menunjukkan keadaan umum pasien yang tergolong cukup baik. Sedangkan pada pemeriksaan klinis belum ada peningkatan pada tensi darahnya. Meskipun demikian, terdapat peningkatan pada nilai nadi pasien dari 80x/menit menjadi

19

84x/menit dan pada pernafasannya dari 16x menit menjadi 20x/menit. Selama 3 hari pengamatan suhu pasien juga tergolong stabil yaitu sekitar 360C

3. Perkembangan Laboratorium Pengamatan hasil pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan satu kali, yaitu pada hari pertama pengamatan karena pemeriksaan

laboratorium dilakukan sebelum pasien menjalani curettage. Tabel 3.6 Hasil Pengamatan Perkembangan Nilai Laboratorium Pasien Selama Studi Kasus Laboratorium Normal Tanggal 21/06/10 - Leukosit - Hb - Hematokrit - Trombosit - Beta HCG 3.500 10.000 11,0 16,5 35,0 50,0 150.000 390.000 < 5,3 mIU/ml (wanita tdk hamil) - Total T3 - Free T4 - TSH 0,79 1,49 0,71 1,85 0,47 4,64 15.400 ul ( ) 12,9 gr/dl (N) 37% (N) 308.000 ul (N) 32.059,0 mIU/ml ( ) 1,508 mIU/ml (N) 0,99 ng/ml (N) 1,21 ng/dl (N) 22/06/10 2306/10 -

Dari tabel hasil pemeriksaan laboratorium pasien diketahui bahwa nilai leukosit dan beta HCG pasien sangat tinggi. Hal inlah yang menunjukkan bahwa pasien mengalami gravida mola atau mola hidatidosa.

20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL MOTIVASI Pasien telah mengetahui jenis penyakit yang dideritanya meskipun hanya secara umum atau garis besarnya, yaitu bahwa gravida mola adalah hamil anggur. Namun, sebelumnya pasien belum pernah diberi penyuluhan (edukasi) yang berkaitan dengan pemberian diit TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein) dan MPB (Makanan Pasca Bedah). Hal ini dikarenakan pasien baru mendapatkan diit TKTP dan MPB saat menjalani rawat inap dan melaksanakan curettage di rumah sakit. Sedangkan untuk kebiasaan makan pasien juga kurang tepat karena pasien tidak pernah mendapatkan edukasi tentang makanan seimbang sehingga menyebabkan status gizi pasien menjadi obesitas. Pasien diberi pengertian untuk mematuhi diit TKTP dan MPB untuk proses penyembuhan selama pre dan post curettage. Selain itu, pasien juga diberi pengertian untuk diperbolehkan makan makanan dari luar rumah sakit jika terjadi mual/muntah atau nafsu makan turun. Tetapi makanan tersebut harus tetap terkontrol jumlah dan jenisnya sehingga tidak akan memperburuk kondisi pasien. Sejak MRS pasien sudah patuh terhadap diet yang diberikan. Hal tersebut terbukti pada hari pertama pengamatan pasien selalu menghabiskan makanan yang telah diberikan dari pihak RS (kecuali menu ayam karena adanya alergi pada pasien) sehingga kondisi pasien dapat lebih cepat pulih, terutama setelah pelaksanaan curettage. Dengan demikian pasien dapat pulang ke rumah lebih cepat.

4.2. HASIL EVALUASI 1. Intake Makanan Intake makanan/asupan makanan pasien merupakan indikator untuk menentukan keberhasilan pelayanan gizi. Sedangkan asupan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain nafsu makan, keadaan fisiologis, penampilan dan rasa makanan yang disajikan.

21

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 1 hari pra pengamatan dan 3 hari pengamatan, sebagaimana disajikan pada tabel 3.2 dapat diketahui bahwa pada hari pertama pengamatan nafsu makan pasien masih baik. Tetapi pada hari itu pasien sedang menjalani puasa pre curettage sehingga pelaksanaan recall dilakukan pada hari kedua dan hasilnya cukup bagus. Sedangkan, asupan zat gizi pasien pada hari ketiga mengalami penurunan, hal ini dikarenakan pasien merasa mual sehingga nafsu makan pasien menurun. Selain itu, pada malam hari ketiga pasien sudah diperbolehkan pulang sehingga recall untuk makan malam tidak dapat dilakukan. a. Intake Energi Intake energi pasien selama kegiatan pengamatan sebenarnya tergolong baik, bahkan sejak hari pra pengamatan. Berikut adalah tabel dan grafik intake energi selama 1 hari pra pengamatan dan 3 hari pengamatan berturut-turut. Tabel 4.1 Intake Energi Selama 1 Hari Pra Pengamatan dan 3 Hari Pengamatan Hari Pra Hari ke1 Hari ke2 Hari ke3 Pengamatan Pengamatan Kebutuhan 1834,37 Kal 1834,37 Kal 1834,37 Kal 1834,37 Kal Intake (kal) 1659,10 Kal 0 1535,63 Kal 694,78 Kal
2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 Pra Pengamatan Hari I Hari II Hari III Intake Kebutuhan

Gambar 4.1 Grafik Intake Energi Selama 1 Hari Pra Pengamatan dan 3 Hari Pengamatan Berturut-turut

22

Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat dilihat hasil recall pada hari pra pengamatan mencapai 1659,10 Kal (90,44%). Pada hari pertama pengamatan tidak dapat dilakukan recall dikarenakan pasien sedang menjalani puasa pre curettage. Namun dapat dilihat hasil recall pada hari kedua intake energi pasien menurun menjadi 1535,63 (83,71%). Sedangkan pada hari ketiga recall hanya dilakukan 2 kali yaitu pada saat sarapan dan makan siang karena pasien telah diperbolehkan pulang, sehingga intake energi terkesan rendah yaitu sebanyak 694,78 Kal (37,88%).

b. Intake Protein Intake protein pasien selama 1 hari pra pengamatan dan 3 hari pengamatan mengalami peningkatan pada hari kedua dan penurunan pada hari ketiga. Berikut adalah tabel dan grafik intake protein selama 1 hari pra pengamatan dan 3 hari pengamatan. Tabel 4.2 Intake Protein Selama 1 Hari Pra Pengamatan Pengamatan Hari Pra Hari ke1 Hari ke2 Pengamatan Pengamatan Kebutuhan 76,95 gr 76,95 gr 76,95 gr Intake (gr) 46,15 gr 0 65,31 gr
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Pra Pengamatan Hari I Hari II Hari III Intake Kebutuhan

dan 3 Hari Hari ke3 76,95 gr 28,76 gr

Gambar 4.2 Grafik Intake Protein Selama 1 Hari Pra Pengamatan dan 3 Hari Pengamatan Berturut-turut

23

Pada tabel dan grafik di atas diketahui intake protein saat pra pengamatan masih tergolong kurang, yaitu sebanyak 46,15 gr (59,97%) disebabkan pasien tidak dapat mengkonsumsi ayam dikarenakan adanya alergi. Pada hari pertama pengamatan tidak dapat dilakukan recall karena pasien sedang menjalani puasa pre curettage. Namun pada hari kedua pengamatan intake protein pasien meningkat menjadi 65,31 gr (84,88%). Hal ini dikarenakan pasien mengkonsumsi 3 butir telur yang diberikan oleh rumah sakit selama pemberian diit MPB dalam satu hari. Dan ditambah pasien mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit berupa krengsengan daging sebagai pengganti lauk ayam yang diberikan oleh rumah sakit. Sedangkan pada hari ketiga intake protein menurun menjadi 28,76 gr (37,37%) dikarenakan recall hanya dilakukan 2 kali yaitu pada saat sarapan dan makan siang. Selain itu pada saat sarapan pasien tidak mengkonsumsi lauk ayam yang diberikan oleh rumah sakit karena alergi yang diderita oleh pasien.

c. Intake Lemak Intake lemak umunya tergolong baik karena nafsu makan pasien sejak awal MRS juga baik. Meskipun demikian perlu diperhatikan jenis lemak yang dikonsumsi terkait status gizi pasien yang obesitas. Berikut adalah tabel dan gambar grafik intake lemak selama 1 hari pra pengamatan dan 3 hari pengamatan. Tabel 4.3 Intake Lemak Selama 1 Hari Pra Pengamatan Pengamatan Hari Pra Hari ke1 Hari ke2 Pengamatan Pengamatan Kebutuhan 50,95 gr 50,95 gr 50,95 gr Intake (gr) 50,33 gr 0 40,49 gr dan 3 Hari Hari ke3 50,95 gr 26,35 gr

24

60 50 40 30 20 10 0 Pra Pengamatan Hari I Hari II Hari III Intake Kebutuhan

Gambar 4.3 Grafik Intake Lemak Selama 1 Hari Pra Pengamatan dan 3 Hari Pengamatan Berturut-turut Dilihat dari tabel dan grafik di atas intake lemak pada hari pra pengamatan cukup baik yaitu sebanyak 50,33 gr (98,79%). Sedangkan pada hari pertama tidak dapat dilakukan pengamatan intake lemak dikarenakan pasien sedang puasa pre curettage. Hari kedua pengamatan intake lemak pasien sebesar 40,489 gr (79,47%), sedangkan pada hari ketiga sebesar 26,35 gr (51,71%).

d. Intake Karbohidrat Intake karbohidrat umunya tergolong baik karena nafsu makan pasien sejak awal MRS juga baik. Meskipun demikian perlu diperhatikan jenis karbohidrat yang dikonsumsi terkait status gizi pasien yang obesitas. Berikut adalah tabel dan gambar grafik intake karbohidrat selama 1 hari pra pengamatan dan 3 hari pengamatan. Tabel 4.4 Intake Karbohidrat Selama 1 Hari Pengamatan Hari Pra Hari ke1 Pengamatan Pengamatan Kebutuhan 267,01 gr 267,01 gr Intake (gr) 262,85 gr 0 Pra Pengamatan dan 3 Hari Hari ke2 267,01 gr 233,34 gr Hari ke3 267,01 gr 86,30 gr

25

300 250 200 150 100 50 0 Pra Pengamatan Hari I Hari II Hari III Intake Kebutuhan

Gambar 4.4 Grafik Intake Karbohidrat Selama 1 Hari Pra Pengamatan dan 3 Hari Pengamatan Berturut-turut Sama halnya dengan intake energi dan zat gizi yang lainnya, intake karbohidrat pada saat pra pengamatan cukup baik yaitu sebanyak 267,01 gr (98,44%). Namun, pada hari pertama tidak dapat dilakukan pengamatan intake karbohidrat karena pasien sedang puasa. Hari kedua pengamatan, intake karbohidrat pasien sebesar 233,34 gr (87,39%) dan pada hari ketiga sebesar 86,30 gr (32,32%). Pada hari ketiga intake menurun dikarenakan pasien telah diperbolehkan pulang, sehingga recall hanya dilakukan 2 kali yaitu recall sarapan dan makan siang.

2. Keadaan Pemeriksaan Fisik Dari hasil pemeriksaan fisik keadaan umum pasien tergolong cukup baik dan stabil. Kesadaran pasien juga dalam keadaan compos mentis. Meskipun setelah pelaksanaan curettage pasien terlihat lemah tetapi keadaan umumnya cukup baik.

3. Keadaan Pemeriksaan Klinik Pada pemeriksaan klinis belum ada peningkatan pada tensi darahnya, yaitu berkisar 100/70 mm/Hg. Namun, terdapat peningkatan pada nilai nadi pasien yaitu pada hari ketiga, dari 80x/menit menjadi 84x/menit. Begitu pun dengan nilai pernafasannya yang meningkat pada hari kedua dari 16x/menit

26

menjadi 20x/menit. Selama 3 hari pengamatan suhu pasien tergolong stabil yaitu 360C.

4. Keadaan Pemeriksaan Laboratorium Pengamat tidak dapat memantau hasil laboratorium pasien karena selama pengamatan hanya 1 kali dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan jenis pemeriksaan yang berbeda, yaitu pada hari pertama pasien MRS. Namun, dari tabel hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa pasien menderita gravida mola. Hal ini dapat dilihat dari nilai Lekosit dan beta HCG pasien yang tinggi.

5. Keadaan Antropometri Dikarenakan pasien gravida mola dalam kondisi tidak mampu berdiri disebabkan masih terpasang catetter pada pasien, maka untuk mengukur status gizi dilakukan dengan mengukur LLA pasien. Pengukuran LLA dilakukan pada awal dan akhir pengamatan dan selama dilakukan pengamatan tidak terdapat perubahan LLA karena pasien dalam kondisi yang stabil meskipun dengan status gizi obesitas, yaitu dengan nilai %LLA sebesar 128,15% (35,5 cm).

27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 1. Berdasarkan diagnosa pasien menderita Gravida Mola dan post curettage a/i Gravida Mola. 2. Diagnosa nutrisi sebagai berikut : a. Kelebihan intake energi karena kebiasaan makan yang salah dan kurangnya aktivitas fisik (olahraga) yang ditandai dengan LLA sebesar 35,5 cm dan %LLA sebesar 128,15%. b. Perubahan nilai laboratorium terkait kondisi patologis Px yang mengidap Gravida Mola ditandai dengan nilai leukosit dan Beta HCG yang tinggi masing-masing yaitu 15.400 ul dan 32.059,0 mIU/ml. c. Peningkatan kebutuhan protein dan Fe terkait pra dan post curettage akibat Gravida Mola. d. Kurangnya pengetahuan Px terkait kebiasaan jajan yang salah ditandai dengan konsumsi gorengan dan snack/biskut yang berlebihan setiap hari terutama malam sebelum tidur. e. Keterbatasan terhadap makanan yang disebabkan adanya alergi dengan ditandai timbulnya gatal setelah mengkonsumsi ayam. 3. Kebutuhan zat gizi pasien adalah Energi 1834,37 Kal, Protein 76,95 gr, Lemak 50,95 gr, Karbohidrat 267,005 gr, dan diit yang diberikan adalah diit TKTP dan pada saat post curettage diberikan diit MPB I-IV secara bertahap. 4. Pencapaian intake energi rata-rata 60,80% dari total kebutuhan dan intake protein rata-rata 61,13% dari total kebutuhan pasien. Hal ini dikarenakan adanya alergi pada pasien terhadap ayam yang merupakan salah satu sumber protein hewani sehingga jika terdapat menu ayam pasien tidak memakannya. 5. Waste makanan rata-rata relatif sedikit karena nafsu makan Px cukup baik, hanya untuk lauk hewani diperoleh waste yang cukup tinggi disebabkan alergi yang terdapat pada Px. 28

5.2. Saran Sebenarnya tidak perlu diberikan makanan khusus untuk Px kecuali diit TKTP karena nafsu makan Px cukup baik. Namun untuk pemberian lauk hewani sebaiknya perlu diperhatikan karena adanya alergi ayam yang diderita oleh Px. Jika terdapat menu ayam dapat diganti dengan menu lauk yang lainnya sehingga Px dapat menghabiskan semua makanan yang diberikan oleh rumah sakit.

29

30

LAMPIRAN

31

SATPEL PENYULUHAN PERORANGAN

TOPIK PENYULUH SASARAN TEMPAT

: Makanan TKTP : Ratna Ayu Dewani Putri : Pasien Mola Hidatidosa : IRNA III Ruang 9 Obgyn RSU Dr. Saiful Anwar Malang

WAKTU KASUS :

: 15 menit

Seorang wanita berusia 28 tahun dengan tinggi lutut 40 cm dan LLA 35,5 cm sedang hamil dan mengalami pendarahan ringan. Px mengetahui sedang hamil sejak bulan Januari 2010 tapi pada usia kehamilan 18 minggu Px diberitahu jika tidak ada gerak janin dan Px merasa perutnya lembek. Tgl 11/06/2010 Px mengeluarkan flek-flek warna coklat tgl 16/06/2010 diperiksakan ke RSUD Bangil dan dilakukan USG. Dari hasil pemeriksaan USG diketahui bahwa Px menderita Gravida Mola sehingga dilakukan curettage sunction. Hasil pemeriksaan lab adalah Hb = 12,9 gr/dl, Leukosit = 15.400 sel/mm3, Beta HCG = 32.059 mIU/ml. Saat ini pasien dirawat di IRNA III Ruang 9 Obgyn RSU Dr. Saiful Anwar Malang dengan diagnosa Mola Hidatidosa.

I.

TIU Sasaran memahami diit tinggi kalori tinggi protein (TKTP) dan menu seimbang untuk penyembuhan penyakit.

II. TIK a. Sasaran dapat menyebutkan tujuan diet tinggi kalori tinggi protein

b. Sasaran dapat menyebutkan siapa saja yang mendapatkan diet tinggi kalori tinggi protein c. Sasaran dapat menyebutkan perbedaan diet tinggi kalori tinggi protein dengan makanan biasa d. Sasaran dapat menyebutkan bahan makanan yang baik diberikan dan bahan makanan yang harus dihindari

32

III. SASARAN Pasien wanita penderita Mola dan menjalani curettage sunction

IV. MATERI a. Tujuan diet tinggi kalori tinggi protein b. Siapa saja yang mendapatkan diet tinggi kalori tinggi protein c. Perbedaan diet tinggi kalori tinggi protein dengan makanan biasa d. Bahan makanan yang baik diberikan dan bahan makanan yang harus dihindari

V. METODE Konsultasi dan tanya jawab

VI. ALAT PERAGA Leafleat Diit TKTP

VII. EVALUASI a. b. Sasaran dapat menjawab dengan benar 50% dari soal yang tersedia Contoh Soal : Apakah tujuan diit tinggi kalori tinggi protein? Sebutkan sumber bahan makanan yang baik diberikan yang sesuai dengan diet TKTP? Sebutkan bahan makanan yang harus dihindari?

VIII. DAFTAR PUSTAKA Leaflet Diit TKTP. Promosi Kesehatan Rumah sakit (PKRS). RSU Dr. Saiful Anwar Malang

IX. PENJABARAN MATERI a) Tujuan diet tinggi kalori tinggi protein 1. Memenuhi kebutuhan kalori dan protein yang meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh. 2. Menambah berat badan sehingga mencapai normal 33

b) Siapa saja yang mendapatkan diet tinggi kalori tinggi protein 1. gizi kurang : kekurangan kalori protein dan anemia 2. hypertiroid 3. sebelum dan sesudah operasi tertentu, bila dapat menerima makanan biasa 4. baru sembuh dari penyakit dengna panas tinggi atau penyakit berlangsung lama dan telah dapat menerima makanan lengkap 5. kecelakaan atau mengalami pendarahan banyak, luka bakar 6. hamil dan sebelum melahirkan (menyusui) 7. tubercolosa 8. penyakit infeksi lainnya c) Perbedaan diet tinggi kalori tinggi protein dengan makanan biasa Diet tinggi kalori tinggi protein adalah makanan biasa yang ditambahi kalori proteinnya. Penambahannya berupa lauk pauk dan susu. d) Bahan makanan yang baik diberikan dan bahan makanan yang harus dihindari 1. Bahan makanan yang baik diberikan - sumber protein hewani : ayam, daging, hati, ikan, telur, susu, keju - sumber protein nabati : kacang-kacangan (kacang kedelai, kacang ijo, kacang merah dll) dan hasil olahannya seperti tahu, tempe, dan oncom 2. Bahan makanan yang harus dihindari Makanan terlalu manis dan gurih yang dapat mengurangi nafsu makan seperti : gula-gula, dodol, cake, tarcis dan sebagainya.

X. SOAP 1. Subyektif Riwayat Penyakit - Dahulu Px pernah abortus 2x saat kehamilan pertama dan kedua Kehamilan ketiga lahir secara caesar - Sekarang Gravida Mola (Mola Hidatidosa) pra dan pasca curettage 34

Riwayat Nutrisi - Dahulu Pola makan 2 kali sehari Px tidak pernah sarapan Menu makanan lengkap Nasi 2x sehari 2 entong Lauk hewani berupa ikan hampir setiap hari 2x sehari 2 ekor kcl/1 ekor bsr setiap kali makan Daging sebulan 1x sebanyak 25 gr setiap kali makan Setiap hari mengkonsumsi sayur setiap kali makan sebanyak 2 irus. Sayur yang sering dikonsumsi bayam, kangkung, wortel, dan buncis Px tidak dapat mengkonsumsi ayam karena mempunyai alergi Buah yang sering dikonsumsi jambu air dan jambu biji. Belimbing dan mangga dikonsumsi hanya bila musimnya Hampir setiap hari mengkonsumsi gorengan sebanyak 1-2 buah per hari Setiap hari suka mengkonsumsi snack berupa biskuit mari terutama malam sebelum tidur Px suka minum minuman yang manis Px hanya berolahraga senam sebulan 1x - Sekarang Pasien mendapat diet TKTP Nafsu makan pasien baik dilihat dari hasil recall tgl 21/06/2010 yaitu : E : 1659,1 (90,44%) P : 46,15 gr (59,97%) L : 50,95 gr (98,79%) KH : 262,85 gr (98,44%)

35

2.

Obyektif

a. Hasil Pemeriksaan Antropometri - Usia - Jenis Kelamin - LLA - TL - TB %LLA : 35,5 x100% 27,7 : 128,15% Status gizi berdasarkan %LLA tergolong Obesitas. : 28 tahun : Perempuan : 35,5 cm : 40 cm : 156,96 cm

b. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Klinis Fisik / Klinis KU Kesadaran T N R/R (mmHg) (x / menit) (x / menit) Tanggal 21/06/10 Baik CM 100/70 80 16 36 22/06/10 Cukup CM 100/70 80 20 36 23/06/10 100/60 84 36

Suhu ( C) Mobilisasi

Mobilisasi di tempat tidur

c. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Hasil Laboratorium Leukosit Hb Hematokrit Trombosit Beta HCG 21 06 2010 15.400 l 12,9 gr / dl 37% 308.000 l 32.059,0 mIU/ml Normal 3500 10.000 l 11,0 16,5 gr /dl 35 50% 150.000 390.000 l Keterangan Tinggi Normal Normal Normal

< 5,3 mIU/ml (wanita Tinggi tdk hamil)

36

Tot T3 Free T4 TSH

0,99 ng/ml 1,21 ng/dl 1,508 uIU/ml

0,79 1,49 ng/ml 0,71 1,85 ng/dl 0,47 4,64 uIU/ml

Normal Normal Normal

3.

Assesment Pra curettage Pasca curettage : Gravida Mola (Mola Hidatidosa) : Post curettage a/i Gravida Mola

4.

Planning

a. Perhitungan Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi menggunakan Harrist Benedict : BBI= 51,3 Kg BEE Perempuan = 655 + (9,6 BBI) + (1,7 xTB) - (4,7xU) = 655 + (9,6x51,3) + (1,7x157) - (4,7x28) = 655+492,48+266,9-131,6 = 1282,78 Kal TEE = BEExFAxFS = 1282,78x1,1x1,3 = 1834,37 kalori

Protein = 1,5/Kg BBI = 1,5 x 51,3 = 76,95 gr

Lemak = 25% x 1834,37 9 = 50,95 gr = Energi (protein x 4) + (lemak x 9 ) : 4 = 1834,37 - (76,95x4 + 50,95x9) : 4 = 1834,37-704,79 4 = 267,005 gr

KH

37

b. Tujuan Diit Gravida Mola pra curettage Memberikan makanan yang adekuat untuk : - Memenuhi kebutuhan Pasien sebelum pelaksanaan curettage - Mengoptimalkan kondisi Pasien dan meningkatkan daya tahan tubuh Pasien Post curettage Memberikan makanan yang adekuat untuk : - Memenuhi kebutuhan Pasien setelah pelaksanaan curettage - Mempercepat proses penyembuhan post curettage c. Prinsip Diit - Pre curettage - Post curettage d. Syarat Diit Energi diberikan sesuai kebutuhan dengan mempertimbangkan faktor stress dan faktor aktivitas Protein diberikan tinggi yaitu 1,5/kg BBI untuk memenuhi kebutuhan terkait kondisi Pasien pre dan post curettage Lemak diberikan cukup yaitu 25 % dari kebutuhan energi total KH diberikan sisa dari energi total dikurangi dengan energi protein dan lemak. Vitamin dan mineral terutama dari sayur dan buah diberikan cukup sebagai antioksidan, t.u Vit A, C, dan E. Serta mineral Zn dan Se sebagai zat pendukung dalam proses penyembuhan luka, metabolisme vit. A dan penyerapan vit. E Diit yang diberikan adalah diit TKTP dan pada saat post curettage diberikan secara bertahap MPB I-IV selama 1 hari Makanan diberikan secara oral Frekuensi makan 3x sehari ditambah ekstra susu dan telur 1x sehari : Tinggi Kalori Tinggi Protein : Makanan Pasca Bedah

Contoh perencanaan menu : Terlampir

38

Anda mungkin juga menyukai