Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA 1 CAMPURAN TIGA KOMPONEN (DIAGRAM TARNER)

DISUSUN OLEH : MARDHO TILLA ROBBY HARFIANTO YET SUDARSIH

DOSEN : HARI SANJAYA, S.Si, M.Si YERIMADESI, S.Si, M.Si

ASISTEN : INDAH MUSPITA INDRI GUS PERMATA SARI NUR FITRIANA

LABORATORIUM KIMIA FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012

PERCOBAAN II CAMPURAN TIGA KOMPONEN (DIAGRAM TERNER)


A. Tujuan Membuat kurva kelarutan suatu cairan yang terdapat dalam dua cairan tertentu.

B. Jadwal Praktikum Hari/tanggal Waktu Tempat : : : selasa/21 Februari 2012 13.20-15.50 WIB Laboratorium Kimia Fisika FMIPA UNP

C. Teori Dasar Berdasarkan Hukum Fasa Gibbs jumlah terkecil variable bebas yang dilakukan untuk menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat pada kesetimbangan diungkapkan sebagai :

F = C-P+2 Dimana, F = Jumlah derajat kebebasan C = Jumlah komponen P = Jumlah fasa Dalam ungkapan diatas, Kesetimbangan dipengaruhi oleh suhu, tekanan, dan komposisi sistem. Jumlah derajat kebebasan untuk sistem tiga komponen pada suhu dan tekanan tetap dapat dinyatakan sebagai : V=3P Jika dalam sistem hanya terdapat satu fasa maka V = 2 berarti untuk menyatakan suatu sistem dengan tepat perlu ditentukan konsentrasi dari dua komponennya. Sedangkan bila dalam sistem terdapat dua fasa dalam kesetimbangan, V = 1; berarti hanya satu komponen yang harus ditentukan konsentrasinya dan konsentrasi komponen yang lain sudah tertentu berdasarkan diagram fasa untuk diagram fasa untuk sistem tersebut. Oleh karena itu sistem tiga komponen pada suhu dan tekanan tetap punya derajat kebebasan maksimum = 2 (jumlah fasa minimum = 1), maka diagram fasa sistem ini dapat digambarkan dalam satu bidang datar berupa suatu segitiga tersebut menggambarkan suatu komponen murni.

Jumlah fasa dalam sistem zat cair tiga komponen bergantung pada daya saling larut antara zat cair tersebut dan suhu percobaan. Andaikan ada tiga zat cair A, B dan C. A dan B saling larut sebagian, penambahan zat C kedalam campuran A dan B akan memperbesar atau memperkecil daya saling larut A dan B. Dalam hal ini hanya akan ditinjau sistem yang memperbesar daya saling larut A dan B. Dalam hal ini A dan C serta B dan C saling larut sempurna. Kelarutan cairan C dalam berbagai komposisi campuran A dan B pada temperature dan tekanan tetap dapat digambarkan pada suatu diagram terner. Prinsip penggambaran komposisi dalam diagram terner dpat dilihat pada gambar 1 dan 2 dibawah ini. ( Tim Kimia Fisika,2012 : 5-7) Gambar 1 C \ Z X 50 75 A A Y 20 50 75 B 50 50 25 25 75 C

Titik A,B dan C menyatakan komponen murni. Titik-titik pada sisi AB,BC Dan AC menyatakan fraksi dari dua komponen,sedangkan titik dalam segitiga menyatakan fraksi dari tiga komponen. Titik P menyatakan suatu campuran dengan fraksi dari A,B dan C masing-masing sebanyak x,y dan z. Gambar 2 Titik x menyatakan suatu campuran dngan fraksi A=25%,B=25% Dan C=50%.Titik pada garis BP Dan BQ menyatakan campuran dengan perbandingan jumlah A dan C yang tetap, tetapi dengan jumlah B yang berubah. Hal yang sama berlaku bagi garisgaris yang di tarik dari salah satu sudut segitiga kesisi yang ada di hadapannya. Daerah di dalam lingkungan merupakan daerah dua fasa salah satu cara untuk menentukan garis binodal atau kurva kelarutan ini adalah dengan cara menambahkan zat B ke dalam berbagai komposisi campuran A dan B.

Titik-titik pada lekungan menggambarkan komposisi sistem pada saat terjadi perubahan dari jernih menjadi keruh. Kekeruhan timbul karena larutan tiga komponen yang homogen pecah menjadi dua larutan konyungat terner. Cara terbaik untuk menggambarkan sistem tiga komponen adalah dengan mendapatkan suatu kertas grafik segitiga. Konsentrasi dapat dinyatakan dengan istilah persen berat atau fraksi mol. Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan: XA + XB + XC = 1. Diagram fasa yang digambarkan segitiga sama sisi, menjamin dipenuhinya sifat ini secara otomatis, sebab jumlah jarak ke sebuah titik di dalam segitiga sama sisi yang diukur sejajar denga sisi-sisinya sama dengan panjang sisi segitiga itu, yang dapat diambil sebagai satuan panjang. Puncak puncak dihubungi ke titik tengah dari sisi yang berlawanan yaitu : Aa, Bb, Cc. Titik nol mulai dari titik a,b,c dan A,B,C menyatakan komposisi adalah 100% atau 1, jadi garis Aa, Bb, Cc merupakan konsentrasi A,B,C merupakan konsentrasi A,B,C. (Anonim,2010) Jumlah fasa dalam sistem zat cair tiga kompoen tergantung pada daya saling larut antar zat cair tersebut dan suhu percobaan. Andaikan ada tiga zat cair A, B dan C. A dan B saling larut sebagian. Penambahan zat C kedalam campuran A dan B akan memperbesar atau memperkecil daya saling larut A dan B. Dua komponen padat dan suhu cair Sistem tang mengandung suatu zat atau lebih dalam satu cairan (pelarut) akhirnya dipisahkan secara kristalisasi. Larutan dijenuhkan sehingga akhirnya zat mengkristal akibat menguapnya atau berkurangnya pelarut. Berdasarkan keadaan padatan dalam cairan sistem dua komponen padat dalam cair dapat dibagi atas : 1. Kristalisasi komponen murni 2. Pembentukan senyawa biner 3. Pembentukan senyawa terner 4. Pembentukan larutan padat 5. Pembentukan padat yang larut sebagian

D. Alat dan Bahan Alat Erlenmeyer Pipet takar + bola hisap Buret Plastik penutup + Karet Termometer

Bahan Asam asetat glasial, air, kloroform Kloroform, air, asam asetat Kloroform, metanol, asam asetat glasial Metanol, kloroform, air Asam asetat, kloroform, air Asam asetat, benzena, air

E. Langkah Kerja Buat 9 macam campuran A dan C yang saling larut dalam Erlenmeyer, dengan komposisi sebagai berikut : Labu ml A ml C 1 1 9 2 2 8 3 3 7 4 4 6 5 5 5 6 6 4 7 7 3 8 8 2 9 9 1

Alat-alat yang digunakan

larutan saat diukur

Larutan dimasukkan dalam erlenmeyer

Titrasi tiap campuran dengan zat B sampai timbul kekeruhan dan catat jumlah volume zat B yang digunakan

Tentukan rapat massa masing-masing cairan murni A,B dan C Catat temperatur kamar sebelum dan sesudah percobaan

Buat diagram tarner dari campuran.

F. DATA PENGAMATAN

Percobaan 1 Labu ml A ml C ml B 1 1 9 0,6 2 2 8 0,6 3 3 7 0,7 4 4 6 0,6 5 6 7 8 9 Suhu Awal Suhu Akhir 30 30 30 Rapat Massa gr/ml 1,05 1 1,48

5 6 7 8 9 30 5 4 3 2 1 30 0,9 1,4 3,5 6,1 15,8 30 Ket : A= asam asetat; B= Kloroform ; C= air

Percobaan 2 Labu ml A ml C ml B 1 1 9 3,5 2 2 8 4,2 3 3 7 5,9 Suhu Awal 4 5 6 7 8 9 30 6 5 4 3 2 1 30 7,1 3,5 12,2 4,1 11,4 5,2 30 Ket: A= asam asetat; B= Benzen ; C= air 4 5 6 7 8 9 Suhu Akhir 30 30 30 Rapat Massa gr/ml 1,05 1 0,86

PERHITUNGAN Percobaan 1
Labu 1: nA= nB= nC= n tot= 0,0175 +0,00743 +0,5 =0,525 XA = XB = Xc = Labu 3: nA= Labu 2: nA= nB= nC= ntot = 0,035 +0,0074+ 0,45 = 0,492 mol XA = XB = XC = nB= nC= 91,46 %

ntot= 0,0525 + 0,0086 + 0,389 = 0,45 mol XA = XB = XC = Labu 4: nA= nB= nC= ntot= 0,07 +0,0074 +0,34= 0,4174 mol XA = XB = XC = Labu 5: nA= nB= nC= n tot= 0,0875 + 0,011 +0,278 = 0,376 mol XA = XB = XC =

Labu 6: nA= nB= nC= n tot= 0,105 +0,017 + 0,23 = 0,352 mol XA = XB = XC = Labu 7: nA= nB= nC= n tot= 0,1225 +0,043 +0,167 = 0,3325 mol XA = XB = XC = Labu 8: nA= nB= nC= n tot= 0,14 + 0,075 +0,112= 0,327 mol

XA = XB = X C= Labu 9: nA= nB=

nC= n tot=0,157 + 0,195 +0,056 = 0,408 mol XA = XB = XC =

Percobaan 2
Labu 1: nA= nB= nC= n tot=0,0175 + 0,0393 + 0,5= 0,5568 mol XA = XB = XC = Labu 2: nA= nB= nC= n tot= 0,035 +0,047 + 0,45 = 0,532 mol 3,14 % XA = XB = X C= Labu 3: nA= nB= nC= n tot= 0,0525 +0,066 +0,389 = 0,5075 mol XA = XB = XC = Labu 4: nA=

nB= nC= n tot= 0,07+ 0,079 +0,34 = 0,489mol XA = XB = XC = Labu 5: nA= nB= nC= n tot= 0,0875 + 0,039 + 0,278 = 0,4045 mol XA = XB = XC = Labu 6: nA= nB= nC= n tot= 0,105 + 0,13 + 0,23 = 0,465 mol XA = XB =

XC =

Labu 7: nA= nB= nC= n tot=0,1225 + 0,046 +0,167 =0,3355 mol XA = XB = XC = Labu 8: nA= nB= nC= n tot= 0,14 +0,128 + 0,112 = 0,38 mol XA = XB = X C=

Labu 9: nA= nB=

nC=
n tot=0,1575 + 0,058 +0,056 = 0,2715 mol XA =

XB = XC =

Percobaan 1
XA rata-rata = = 23,32 % XB rata-rata = = 10,88 % XC rata-rata = = 65,78 %

Percobaan 2
XA rata-rata = = 22,11 % XB rata-rata = = 16,8 % XC rata-rata = = 59,84 %

G. JAWABAN PERTANYAAN 1. Jelaskan pengertian fasa, komponen, dan derajat kebebasan?


Fasa : bagian sestem yang mempunyai komposisi dan sifat seragam Komponen: zat minimum yang diperlukan untuk menyatakan semua komposisi zat dalam semua fasa system Derajat kebebasan: jumlah terkecil variabel intensif yang harus diketahui untuk menyatakan nilai variabel intensif yang lain 2. Yang diketahui tentang diagram terner?

Diagram terner digunakan dlam campuran satu fasa tigaq komponen. Diagram terner banyak terpakai dalam kesetimbangan padat, cair. Berdasarkan kelarutan komponen ketiga cairan. Maka system tiga komponen dapat dibagi atas: Sepasang komponen larut sebagian Dua pasang komponen larut sebagian Tiga pasang komponen larut sebagian
3. Jika suatu larutan tersiri dari 30% zat A, 20% zat B, 50% zat C. buatlah komposisi larutan tersebut dalam diagram terner?

4. Pada gambar no 2 diatas jelaskan maksud garis lengkung yang menghubungkan titik A dan titik B? Daerah di dalam lengkung merupakan daerah dua fasa yaitu fasa A dan fasa B namun didalamnya larut larut C dalam jumlah yang sangat sedikit. Titik pada lengkungan menggambarkan komposisi system pada saat terjadi perubahan dari

hernih menjadi keruh. Kekeruhan timbul karena

larutan tiga komponen yang

homogen pecah menjadi dua larutan konjugat terner. Salah satu cara untuk menentukan garis bimodal atau kurva kelarutan ini ialah dengan cara menambahkan zat B kedalam berbagai komposisi campuran A dan B.

H. PEMBAHASAN Percobaan ini berdasarkan kepada kelarutan suatu cairan yang bisa larut dalam dua campuran yang juga saling melarutkan. Untuk mencapai tujuan ini maka praktikan melakukan percobaan ini dengan menggunakan dua tahap. Tahap pertama dianggap campuran pertama yaitu terdiri dari asam asetat sebagai zat A,air sebagai zat C,dan kloform sebagai zat B yang sekaligus digunakan sebagai larutan terakhir yang dimasukkan kedalam campuran A dan C yang saling melarut dengan cara mentitrasi sedikit dimi sedikit. Tahap kedua dianggap sebagai campuran kedua. Yaitu terdiri dari asam asetat sebagai zat A,air sebagai zat C dan benzena sebagai zat B yang dimasukkan kedalam campuran air dan asam asetat yang saling melarutkan. Seharusnya percobaan ini dilakukan dalam enam tahap percobaan namun karena keterbatasan bahan yang tersedia percobaan hanya dapat dilakukan dalam dua kali tahap. Untuk membuat kurva kelarutan campuran tiga komponen,diharuskan terlebih dahulu diketahuinya kelarutan kelarutan ketiga komponen tersebut dalam masing masing komponen lainnya. Untuk tahap pertama dilarutkan asam asetat dengan air kemudian dilarutkan kloroform kedalam larutan dengan mentitrasi larutan asam asetat dan air menggunakan kloroform sebagai titran. Kloroform tidak dapat larut ditandai dengan keruhnya larutan yang dititrasi. Jika larutan yang dititrasi sudah keruh maka titrasi harus segera dihentikan. Volume yang digunakan untuk membuat larutan menjadi keruh itulah banyaknya larutan kloroform yang dapat larut dalam air dan asam asetat. Untuk titrasi ini dilakukan dengan sembilan buah labu erlenmeyer dimana masing masing labu dimasukkan air dan asam asetat dengan fraksi mol yang berbeda,fraksi mol asam asetat meningkat dengan naiknya nomor labu erlenmeyer, sedangkan fraksi mol air turun dengan naiknya nomor labu erlenmeyer. Dari percobaan didapat bahwa untuk mengeruhkan larutan asam asetat diperlukan kloform makin banyak dengan naiknya nomor labu erlenmeyer. Begitu juga dengan percobaan tahap kedua , banyaknya volume benzena yang dapat larut dalam

asam asetat dan air adalah banyaknya volume benzena yang dapat mengeruhkan asam asetat dan air ketika titrasi dilakukan. Seharusnya untuk mengeruhkan larutan asam asetat dan air diperlikan benzena yang makin banyak dengan naiknya nomor labu erlenmeyer, tetapi berdasarkan pengamatan yang dilakukan seperti pada labu 5,7 dan 9 justru volume benzena yang dibutuhkan semakin sedikit. Hal ini dapat disebabkan karena kesalahan dalam titrasi seperti kesalahan dalam menentukan titik akhir titrasi, sehingga saat titrasi dihentikan larutan sudah lewat jenuh atau mungkin juga disebabkan bahan-bahan yang digunakan terkontaminasi dengan zat lain. Dari percobaan yang dilakukan proses percampuran tiga komponen terjadi pada suhu konstan, suhu awal dan suhu akhir pada kedua tahap percobaan tidak mengalami perubahan dan tetap pada suhu 30oC ini membuktikan bahwa sistem tiga komponen terjadi pada temperatur dan tekanan tetap. Dari perhitungan dapat disimpulkan bahwa kloroform lebih banyak larut dalam asam asetat,karena banyaknya kloroform yang dibutuhkan untuk

mengeruhkan larutan titer sebanding dengan banyaknya asam asetat yang terdapat dalam larutan titer.Untuk perhitungan dari percobaan tahap kedua didapat bahwa benzena banyak larut dalam asam asetat,karena untuk banyaknya benzena yang dibutuhkan untuk mengeruhkan campuran yang dititer sebanding dengan banyaknya fraksi mol asam asetat yang terdapat dalam larutan yang dititrasi. Sehingga berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa XArata-rata=23,32%, XBrata- rata=10,88%,XCrata-rata=65,78% dan pada tahap dua diproleh XArata-rata=22,11%, XBratarata=

16,8% dan XCrata-rata=59,84% dari data tersebut dapat dibuat data kelarutannya(diagram

tarner)

I. KESIMPULAN Dari percobaan diagram terner yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Keruhnya larutan saat mentitrasi menandakan bahwa larutan sudah jenuh maka titrasi harus dihentikan. 2. Seharusnya untuk mengeruhkan asam asetat dan air diperlukan benzena yang makin banyak dengan naiknya nomor labu pada erlenmeyer, tetapi hal ini tidak terbukti. Hal ini mungkin disebabkan karena terjadinya kesalahan dalam menentukan titik akhir titrasi, sehingga saat titrasi dihentikan larutan sudah lewat jenuh.

3. Seharusnya pada pencampuran zat A, B, dan C terjadi reaksi endoterm, namun pada percobaan ini diperoleh suhu konstan sebelum dan sesudah titrasi yaitu tetap 30o C , hal ini dapat terjadi karena kurangnya ketelitian dalam membaca skala termometer. 4. Banyaknya kloroform yang dibutuhkan untuk mengeruhkan larutan titer sebanding dengan banyaknya larutan asam asetat yang terdapat dalam larutan titer. 5. Dari percobaan maka dapat diperoleh bahwa pada tahap 1 XA rata-rata = 23,32%, XB rata-rata = 10,88%, dan XC rata-rata = 65,78%. Sedangkan pada tahap 2 XA rata-rata = 22,11%, XB rata-rata = 16,8% dan XC rata-rata = 59,84%.i

DAFTAR PUSTAKA Anonim A. 2011. http://chemistapolban.blogspot.com/2011/06/praktikum-kelarutan-zatdiagram-terner.html/ (diakses 20 Februari 2012) Anonim B. 2010. http://ginaangraeni10.wordpress.com/2010/05/23/diagram-ternersistem-tiga-komponen / (diakses 20 Februari 2012) Tim Kimia Fisika. 2012. Penuntun praktikum Kimia Fisika 1. Padang: UNP

Anda mungkin juga menyukai