Anda di halaman 1dari 72

Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 6

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perencanaan Irigasi disutu tempat tertentu amatlah dibutuhkan, mengingat
mata pencaharian penduduk dan pengadaan pangan merupakan salah satu hal
yang vital dan harus diperhatikan lebih jauh. Umumnya negara Indonesia
merupakan negara pertanian ( agraris ), yang sebagian besar penduduknya adalah
petani. Pada bulan-bulan tertentu, terutama pada musim kemarau sawah-sawah
mulai mengering karena kekurangan air, bahkan tidak ada air sama sekali. Juga
pada bulan-bulan tertentu saat curah hujan begitu sering, dapat menggenangi
sawah dan menjadi permasalahan bagi para petani yang menggantungkan hidup
mereka.
Oleh karena itu analisa yang tepat dan akurat amatlah perlu dilakukan
dalam merencanakan sistem irigasi yang efektif dan efisien, sehingga peranan
jaringan irigasi menjadi sangat penting bagi kehidupan para petani, karena
merupakan sarana yang sangat membantu dalam menyediakan kebutuhan air
untuk mengairi sawahJaringan- jaringan irigasi terdiri dari bangunan utama,
saluran irigasi (primer, sekunder, tersier dan kuarter) dan jaringan pembuang
(kuarter, tersier, sekunder dan primer).
Didalam perencanaan suatu irigasi yang mengabil air sungai sebagai
sumbernya, perlu diperhatikan jumlah debit yang disediakan oleh sungai tersebut
terutama pada musim kemarau dan elevasi muka air sungai terhadap sawah yang
menentukan tinggi bangunan utama yang akan direncanakan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air bertujuan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan tentang proses dan tahapan dalam merencanakan
jaringan irigasi yang terdiri dari bangunan utama, saluran irigasi dan saluran
pembuang serta syarat-syarat yang terdapat dalam perencanaan ini.
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 7

1.3 Keluaran

Perencanaan ini menghasilkan suatu sistem irigasi yang efektiv dan
evisien, desain Bendung yang aman, bangunan pelengkap, dan jaringan irigasi
yang memenuhi syarat syarat serta standar teknis yang berlaku.

1.4 Lingkup Kegiatan

Lingkup bahasan yang terdapat di dalam laporan ini meliputi analisis hidrologi,
perencanaan jaringan irigasi, perencanaan bangunan utama, dan stabilitas bendung.


KRUENG GEUMPANG
KRUENG CEOKOU
BENDUNG
50.00
60.00
45.00
45.00
40.00
40.00
35.00
30.00
25.00
50.00
45.00
40.00
35.00
Km.370
S E L A T M A L A K A KAB.PIDIE
S A M U D E R A I N D O N E S I A
100 Km 75 50 25
SINGKIL Km.681 KAB.ACEH SINGKIL
Km.445
BAKONGAN Km.505
TRUMON Km.530 SUBUSSALAM Km.585
Ke KABANJAHE Ke SIDIKALANG
KAB.ACEH SELATAN
KAB.GAYO LUWES
BLANG KEJERAN Km.475 ALUE BILI Km.315
BLANG PIDIE Km.371
TAPAK TUAN
KUTACANE Km.580
Ke MEDAN KAB.ACEH BARAT DAYA
KAB.ACEH TENGGARA
PEUREULAK Km.392
LANGSA Km.430
KUALA SIMPANG Km.470
TAKENGON Km.319
CALANG Km.156
TEUNOM Km.190
MEULABOH Km.245
Danau Laut Tawar
KAB.ACEH JAYA
KAB.ACEH BARAT
KAB.NAGAN RAYA
KAB.BENER MERIAH
KAB.ACEH TENGAH
KAB.ACEH TIMUR
KAB.ACEH TAMIANG
BANDA ACEH Km.0
Km.81 LAMNO
SIGLI Km.112 MEUREUDU Km.161 BIREUN Km.210 LHOKSEMAWE Km.274 LHOKSUKON Km.305
I D I
KAB.ACEH BESAR
KAB.BIREUN KAB.ACEH UTARA
LOKASI PROYEK SABANG
P.WEH
Gambar. A.1.1 Peta Propinsi Aceh










Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 8

BAB II
DESKRIPSI TEKNIS DAN DATA PERENCANAAN

2.1 Deskripsi teknis
2.1.1 Lokasi

Lokasi yang dipilih dalam perencanaan ini ialah di daerah Lhok Naga
yang terletak di Kecamatan Gampong Kabupaten Pidie. Secara geografis daerah
irigsi Lhok Naga terletak pada pada posisi 05
0
31

07 LU dan 95
0
25

45 BT
dengan elevasi 15 m dpl, sedangkan sumber airnya berasal dari sungai
Manggueh.. Sungai ini mempunyai Daerah Aliran Sungai (DAS) seluas 177 km
2.

dengan panjang sungai 70 km dengan kemiringan memanjang rata-rata 0,00025.
Luas areal persawahan yang akan dialiri irigasi direncanakan 7500 Ha, ternyata
dari hasil perhitungan, air tidak mampu mengairi seluruh lahan yang
direncanakan. Maka dilakukan pengurangan lahan seluas 200 Ha.

2.1.2 Klimatologi

Daerah Gumpang termasuk daerah beriklim tropis. Temperature di daerah
tersebut berkisar 25 28 C, dengan kecepatan angin 8 10 Km/jam, serta
kelembaban relatif 71 82 %.

2.1.3 Sosial Ekonomi

Masyarakat di daerah ini sebagian besar berprofesi sebagai petani. Tanah
yang relatif subur serta lokasi yang stategis membuat masyarakat memilih bertani
dan bercocok tanam sebagai penopang hidup mereka. Perubahan iklim serta
kurangnya ketersediaan air adalah masalah yang menurunkan produsi serta
kualitas produksi. Perencanaan ini diharapkan mampu menjadi solusi untuk
meningkatkan kualitas produksi hasil pertanian di daerah tersebut.
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 9

Bila kebutuhan air sawah tidak dapat dipenuhi oleh hujan, maka untuk
mengairi sawah diperlukan sumber air yang berasal dari sungai. Debit sungai yang
dapat diandalkan sebagai dasar perencanaan untuk kebutuhan air disebut debit
andalan. Menurut Anonim (1986), debit andalan untuk perencanaan irigasi adalah
debit sungai dengan kemungkinan tak terpenuhi 20%. Debit andalan sungai
dianalisa berdasarkan debit bulanan rata-rata. Bila tidak terdapat data debit,
menurut Ir.dirwan dalam buku Bangunan Air (2004), debit sungai dapat
dihitung dengan beberapa langkah, yaitu yang pertama dengan Metode Mock dan
yang kedua hasil dari Metode Mock tersebut diprobabilitaskan.

2.2 Data perencanaan

Untuk merencanakan bendung, data-data yang diperlukan adalah data topografi, data
hidrologi, data morfologi, data geologi, data mekanika tanah, standar untuk perencanaan,
serta data lingkungan dan ekologi.

2.2.1 Data Topografi
Data topografi berupa peta yang meliputi seluruh daerah aliran sungai, peta
situasi untuk letak bangunan. Dalam perencanaan ini dari peta topografi diperoleh data
elevasi dasar sungai bagian hulu +45,746 dan elevasi dasar sungai bagian hilir +44,996
.
2.2.2 Data Hidrologi
Data hidrologi adalah data aliran sungai yang meliputi data banjir yang
mencakup beberapa periode ulang, daerah hujan, tipe tanah dan vegetasi yang terdapat di
daerah aliran. Dalam perencanaan kali ini, data hidrologi yang diketahui adalah debit
rencana 100 tahun Dalam perencanaan ini, bendung ini dirancang untuk mengairi daerah
irigasi seluas 146,25 ha. Luas DAS pada tinjauan ini adalah 144 km
2
.

2.2.3 Data Morfologi
Data morfologi diperlukan untuk menentukan jumlah sedimen dasar dan sedimen
layang yang akan dicegah agar tidak masuk jaringan saluran irigasi. Pada perencanaan ini
diasumsikan bahwa 5 dari debit sadapan adalah berupa lumpur yang harus diendapkan
di kantong lumpur.
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 10

2.2.4 Data Geologi
Data geologi berupa kondisi umum permukaan tanah daerah yang bersangkutan;
keadaan geologi lapangan, kedalaman lapisan keras, sesar, kelulusan (permeabilitas)
tanah, bahaya gempa bumi, parameter yang harus dipakai.

2.2.5 Data Mekanika Tanah
Data mekanika tanah yang diperlukan berupa bahan pondasi, bahan konstruksi,
sumber bahan timbunan, batu untuk pasangan batu kosong, agregat untuk beton, batu
belah untuk pasangan batu, serta parameter tanah yang harus digunakan.

2.2.6 Standar Untuk Perencanaan
Standar perencanaan yang digunakan berupa peraturan dan standar yang telah
ditetapkan secara nasional, seperti Standar Perencanaan Irigasi, Kriteria Perencanaan
bagian Bangunan Utama (KP-02), dan sebagainya
















Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 11

BAB III
ANALISIS HIDROLOGI

3. Curah Hujan Efektif ( Ketersediaan Air )
Curah hujan efektif adalah curah hujan andalan yang jatuh di suatu daerah
dan digunakan tanaman untuk pertumbuhannya. Penentuan curah hujan efektif
didasarkan untuk setiap setengah bulanan, yaitu merupakan hujan 70 % dari hujan
berpeluang terpenuhi 80 % atau berpeluang gagal 20 % (Yulianur, 2005) :
R
ef
= % 70
15
) (
% 80
x
bulan setengah R

P
r
= % 100
1

+ n
m

Keterangan:
R
ef
= curah hujan efektif (mm/hari);
Re
80 %
= hujan setengah bulanan berpeluang terpenuhi 80 % (mm);
P
r
= probabilitas (%);
m = nomor urut data setelah diurut dari besar ke kecil;
n = jumlah tahun data.

Sebagai contoh disajikan perhitungan hujan evektif bulan januari
Langkah perhitungan :
1. Curah hujan setengah bulan Januari tahun 1985-2007 diurut dari kecil
ke besar. Untuk padi cari no urut dengan rumus 1
5
+ =
r
r
n
m . Di dapat
no urut dari curah hujan (R80%) = 33 mm. untuk palawija 50% = 82
mm.
2. Curah hujan efektif padi
Ref (padi) = ( R80% / 15) x 70%
= ( 33 / 15 ) x 0,7 = 1,54 mm/hari.
Curah hujan efektif palawija
Ref (padi) = ( R50% / 15) x 70%
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 12

= ( 82 / 15 ) x 0,7 = 3,83 mm/hari.
Hasil perhitungan hujan efektif untuk bulan berikutnya dapat dilihat pada
Lampiran.

3.1 Evaporasi potensial
Menurut Ir.Dirwan,SU (2004), besaran evapotranspirasi potensial yang
terjadi dapat dihitung dengan menggunakan metode Penman Modifikasi, yang
mana harga ET
0
mengacu pada tanaman acuan yaitu rerumputan pendek.
Besarnya evapotranspirasi yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor
klimatologi sebagai berikut:
- Temperatur udara
- Kelembaban udara
- Kecepatan angin
- Penyinaran matahari
Persamaan Penman Modifikai dirumuskan sebagai berikut (Doorenbos, 1977):
( ) ( ) ( ) | |
d a
e e u f W Rn W c ET + = . . 1 .
0
.......................... (2.13)
( )
1
1 Rn Rs Rn = o ........................................................ (2,14)
) / 5 , 0 25 , 0 ( N n Ra Rs + = ................................................. (2.15)
) / ( . ) ( . ) (
1
N n f e f T f Rn
d
= ............................................. (2.16)
|
.
|

\
|
+ =
100
1 27 , 0 ) (
U
u f ...................................................... (2.17)
100
RH
e e
a d
= ................................................................... (2.18)
Dimana:
ET
0
= evapotranspirasi potensial (mm/hari);
c = faktor perkiraan dari kondisi musim;
W = faktor temperatur;
Rn = radiasi;
Rs = harga radiasi matahari;
Rn
1
= radiasi gelombang panjang netto;
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 13

Ra = radiasi matahari yang didasarkan pada letak lintang;
N = lamanya penyinaran matahari rerata yang mungkin terjadi;
f(T) = faktor yang tergantung pada temperatur;
f(ed) = faktor yang tergantung pada uap jenuh;
f(n/N) = faktor yang tergantung pada jam penyinaran matahari;
n = penyinaran matahari yang diperoleh dari data terukur (jam/hari);
U = kecepatan angin (km/hari);
RH = kelembaban relatif (%).

Sebagai contoh disajikan perhitungan Evaporasi Potensial Tanaman Acuan untuk
bulan Februari I sebagi berkut :
Evapotranspirasi Potensial pada bulan Januari
Data :
- Temperatur rata-rata = 25 C
- Kecepatan Angin = 10 km/jam = 240 km/hari
- Penyinaran matahari = 48 km/hari
- Ketinggian Lokasi = 50 km
- Letak Lintang Lokasi = 5 LU
- Kelembaban = 80%
- Rumus:
( ) ( ) ( ) | |
d a
e e u f W Rn W c ET + = . . 1 .
0

Langkah Perhitungan :
1. W = FAktor temperature diperoleh dari Lampiran. Tabel A.4 dengan
temperatur rata-rata 25 C dan ketinggian 50 m, diperoleh W sebesar
0,7403 ( Asumsi dari temperature 24 C -26 C )
2. ( )
1
Rn Rs 1 Rn = ( Radiasi Netto )
n/N) 0,5 Ra(0,25 Rs + = ( Radiasi )
f(n/N) . ) f(e . f(T) Rn
d 1
= ( Radiasi netto gelombang panjang )
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 14



mm/hari 4,141 1,003 - 6,85 x 0,25) - (1 Rn
mm./hari 6,85 0,48) x 0,50 (0,25 x 13,996 Rs
mm/hari 1,003 0,534 x 0,12 x 15,65 Rn1
0,534. sebesar A.4 Tabel Lampiran
dari diperoleh matahari, penyinaran jam pada g tergantun yang Faktor f(n/N)
0,12. sebesar A.4 Tabel
Lampiran dari peroleh di jenuh uap pada g tergantun yang Faktor f(ed)
15,65. sebesar A.4 Tabel
lampiran dari diperoleh r temperatu pada g tergantun yang faktor f(T)
9,86 sebesar LU 5 pada rerata matahari Penyinaran N
mm/hari. 0,48 sebesar januari bulan untuk matahari Penyinaran n/N
mm/hari 13,996 sebesar A4. Tabel dari
diperoleh lintang letak pada didasarkan yang matahari Radiasi Ra
0,25 sebesar n dipantulka yang radiasi Persentase
= =
= + =
= =
=
=
=

=
=
=
=

3. |
.
|

\
|
+ =
100
U
1 0,27 f(u) , factor kecepatan angin rerata dengan kecepatan
angin (U) bulan januari sebesar 240 km/hari, diperoleh f(u) sebesar 0,918
4. ea = Tekanan uap udara diperoleh dari Lampiran Tabel A.4s sebesar
31,70 Mbar
5. ed = ea x RH/100 (tekana uap jenuh)
= 31,70 x 80/100 = 25,36 Mbar
6. Faktor penyesuaian
Tidak ada data yang membedaka kecepata angin pada siang hari dan
malam hari, maka nilai c dianggap 1
7. Evapotranspirasi Potensial
( ) ( ) ( ) | |
Mm/bulan. 131,133
mm/hari 4,371
) 25,236 31,70 ( x 0,918 x ) 0,7403 1 ( 4,141 x 1(0,7403
e e . u f . W 1 Rn . W c ET
d a 0
=
=
+ =
+ =

Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 15

Hasil perhitungan evapotranspirasi untuk bulan berikutnya dapat dilihat
pada Lampiran .

3.2 Debit Andalan

Debit andalan dihitung dengan Metode Mock.
Langkah-langkah perhitungan Metode Mock adalah sebagai berikut:
( ) n
m
ET E = A 18
20
0
................................................................ (2.1)
E ET E A =
0
........................................................................... (2.2)
E ISM SMS + = Re ................................................................ (2.3)
SMS E ISM WS + = Re ....................................................... (2.4)
IF WS = inf ........................................................................... (2.5)
inf
2
Re 1
Re . .
) 1 (

|
.
|

\
| +
+ =
t
STORt G STORt G ........................... (2.6)
) 1 (
. . inf

+ =
t base
STOR G STORt G Q .......................................... (2.7)
( ) IF Ws Q
direct
= 1 ................................................................ (2.8)
pf Q
strom
= Re ........................................................................ (2.9)
strom direct base total
Q Q Q Q + + = .... (2.10)
A Q Q
total S
=
.................................................................................
(2.11)
Dimana:
E = perbedaan antara evapotranspirasi potensial dan aktual (mm/bulan);
ET
0
= evapotranspirasi potensial (mm/bulan);
m = proporsi permukaan tanah yang tidak ditutupi oleh vegetasi tiap
bulan;
n = jumlah hari hujan;
E = evapotranspirasi aktual (mm/bulan);
SMS = simpanan kelembaban tanah (mm/bulan);
ISM = kelembaban tanah awal (mm/bulan);
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 16

Re = curah hujan bulanan (mm/bulan);
Ws = kelembaban air (mm/bulan);
inf = infiltrasi (mm/bulan);
IF = faktor infiltrasi = 0,4;
G.STOR
t
= daya tampung air tanah pada awal bulan (mm/bulan);
G.STOR
t-1
= daya tampung air tanah pada bulan sebelumnya (mm/bulan);
Rc = konstanta pengurangan aliran;
Q
base
= besar limpasan dasar (mm/bulan);
Q
direct
= besar limpasan permukaan (mm/bulan);
Q
strom
= besar limpasan hujan sesaat (mm/bulan);
Q
total
= besar limpasan (mm/bulan);
Q
s
= debit rata-rata bulanan (mm/bulan);
A = luas daerah aliran sungai (DAS) (km
2
);

Menurut Ir. Dirwan,SU (2004), debit andalan diperoleh dengan
mengurutkan debit rata-rata bulanan dari urutan besar ke urutan kecil. Nomor urut
data yang merupakan debit andalan Metode Mock dapat dihitung dengan
mengunakan rumus:
Pr = % 100
1

+ n
m
........................................................... (2.12)

Dimana:
Pr = probabilitas (%);
n = jumlah tahun data;
m = nomor urut data setelah diurut dari nilai besar ke nilai yang kecil.

Sebagai contoh disajikan perhitungan Debit andalan sebagi berkut :
Debit andalan pada bulan januari 1985
Data :
- ETo = 131,133 mm/bulan
- Jumlah hari = 5 hari
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 17

- Curah hujan setengah bulanan = 128 mm
- Proporsi permukaan tanah yang tidak di tutupi oleh vegetasi tiap bulan
= 20%
- Kelembaban tanah awal (ISM) = 200 mm
- Faktor Infiltrasi (IF) = 0,4
- Konstanta pengurangan aliran (Rc) = 0,6
- Penyiapan air tanah pada bulan sebelumnya (G STOR(t-1) yaitu 0
- Luas daerah aliran sungai (DAS) = 177,00 km
2


Langkah perhitungan :
1. Evapotranspirasi actual
( )
mm/bulan 114,09 17,047 - 131,133 E - ET E
mm/bulan 17,047 5) - (18 x (0,2/20) x 131,133
n 18
20
m
ET E
0
0
= = A =
= =
=

2. Penyiapan kelembaban tanah (SMS)
mm/bulan 200 SMS
Jadi 0 0 SMS , 200 200 SMS
mm/bulan, 213,91 114,09 - 128 200
E Re ISM SMS
=
= < = >
= + =
+ =

3. Kelebihan Air (WS)
mm/bulan 13,91 200 - 114,09 - 128 200
SMS E Re ISM WS
= + =
+ =

4. Infiltrasi (inf)
mm/bulan 5,57 0,4 x 13,91
IF WS inf
= =
=

5. Penyiapan air tanah pada akhir bulan (G STORt)
mm/bulan 4,45 5,57 x 0,6)/2) 1 (( 0,6 x 0
inf
2
Re 1
Re G.STORt G.STORt
1) (t
= + + =

|
.
|

\
| +
+ =


6. Limpasan dasar (Qbase)
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 18

mm/bulan 1,11 0 4,45 - 5,57
G.STOR G.STORt inf Q
1) (t base
= + =
+ =


7. Limpasan permukaan (Qdirect)
( )
mm/bulan 8,35 0,4) - (1 x 13,91
IF 1 Ws Q
direct
= =
=

8. Limpasan hujan sesaat (Qstorm)
mm/bulan 6,4 0,05 x 128
pf Re Q
strom
= =
=

9. Total Limpasan (Qtotal)
mm/bulan 15,86 6,4 8,35 1,11
Q Q Q Q
strom direct base total
= + + =
+ + =

10. Total Limpasan (Qtotal)
/detik m 1,08 1.000.000 x 1000) x 30 x 24 x 60 x (60 / 2807,22
/bulan m 2807,22 177 x 15,86
A Q Q
3
3
total S
= =
= =
=

11. Debit sungai bulan januari setiap tahun tersebut diurut dari kecil ke besar
dan di cari no urut dengan rumus m = 0,2 x
d
n . Pada no urut januari
diperoleh debit andalan bulanan sebesar 1,306 /detik m
3
.

Hasil perhitungan debit sungai dengan metode Mock untuk bulan
berikutnya dapat dilihat pada Lampiran.

3.3 Debit Banjir Rancangan

Debit banjir rancangan dihitung dengan metode Derweduwen. Karena luas
DAS < 100 km
2
, yaitu 17,454 km
2
. Debit yang dihitung adalah debit banjir
rencana (Q
T
) untuk 2, 5, 10, 20, 50 dan 100 tahun. Debit banjir ini dihitung
dengan menggunakan data hujan harian.
Rangkaian data debit banjir untuk berbagai periode ulang haruslah
tersedia. Hal ini bereart bahwa harga-harga tersebut harus didasarkan pada
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 19

catatan-catatn banjir yang mencakup jangka waktu tertentu (sekitar 20 tahun atau
lebih). Apabila data semacam ini tidak tersedia kita harus menggunakan cara lain
berdasarkan data curah hujan didaerah aliran sungai. Bila data tersebut juga tak
tersedia maka kita harus menggunakan data curah hujan daerah terdekat. Debit
banjir dengan dengan periode-periode ulang 2,5,10,20,25,50 dan 100 tahun
(dalam tahun ).

Hasil perhitungan Debit banjir menggunakan metode Nakayasu dapat di lihat pada
Lampiran.

Debit banjir rancangan dengan menggunakan metode Nakayasu ini
merupakan hidrograf satuan sintetik dari hasil penyelidikan Nakayasu dari Jepang.
Rumus tersebut adalah sebagai berikut:
Qp =
( )
0,3
0
T 0,3Tp 3,6
R A C
+


Keterangan :
Qp = debit puncak banjir (m
3
/det)
R
0
= hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu (time lag) dari permulaan hujan sampai puncak
banjir (jam)
Tp = tg + 0,8 tr
Tg = waktu konsentrasi (jam), tenggang waktu dari titik berat hujan sampai
titik berat hidrograf (time lag)
dalam hal ini, jika:
L < 15 km tg = 0,21 . L
0,7

L > 15 km tg = 0,4 + 0,058 . L
tr = tenggang waktu hidrograf (time base of hidrograf)
= 0,5 sampai 1 tg
T
0,3
= .tg
=
( )
tg
L A 0,47
0,25


Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 20

untuk :
1. Daerah pengaliran biasa
2. Bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat
3. Bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat
Bagian lengkung naik (rising limb) hidrograf satuan memiliki rumus :
Qa =
2.4
p
p
T
t
Q
|
|
.
|

\
|

keterangan,
Qa = limpasan sebelum mencapai debit puncak (m3/det)
t = waktu (jam)
Bagian lengkung turun (decreasing limb) hidrograf satuan
Qd1 =
0,3
T
Tp t
0,3 Qp


Qd2 =
0,3
1,5T
0,3
0,5T Tp t
0,3 Qp
+


Qd3 =
0,3
2T
0,3
1,5T Tp t
0,3 Qp
+



Sebagi contoh disajikan perhitungan menggunakan metode Nekayasu :
Luas DAS (A) = 177 km2
Panjang sungai utama (L)= 70 km
Curah hujan efektif (Re) = 1

Koef.Karakteristik DAS = 2

Tg = 0, 4+ 0,058L

Tg = 0, 4+ 0,058 (200) Qp =
Tg = 4,46



Qp =
Tr = 0, 5 Tg

Tr = (0, 5) (4,46) Qp = 4.56 m
3
/dt
Tr = 2,23 jam


Tp = Tg + 0,8Tr
Tp = 4,46+ 0, 8 (2,23)
Tp = 6,24 jam

)
24 8 , 16 ( 3 , 0
) 1 )( 177 (
(
6 , 3
1
+
)
3 , 0
Re
(
6 , 3
1
3 , 0
T Tp
A
+
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 21



T0,3= Tg

T0,3= 2 (4,46)

T0,3= 8,92 jam

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran hitungan Nekayasu.

Tabel 9. Debit Banjir Rencana berdasarkan periode waktu
T (tahun) Q (m
3
/dt)
2 109,437
5 139,61
10 159,115
25 183,369
50 201,215
100
218,996

















Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 22

BAB IV
PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI

Pada perencanaan ini direncanakan luas sawah yang akan di aliri adalah
7577 Ha. Setelah dilakukan beberapa simulasi pola tanam didapati jumlah air
tidak mencukupi luas sawah tersebut, maka untuk mengoptimasi layanan maka
luas sawah yang dilayani menjadi 200 Ha. Pola tanam yang digunakan adalah
mulai tanam pada 15 Oktober.
Sawah yang terlayani dibagi menjadi beberapa petak. Direncanakan skema
jaringan irigasi untuk mengaliri air ke petak sawah tersebut.

4.1 Pola Tanam dan Kebutuhan Air Tanaman

Menurut Yulianur (2005), kebutuhan air bersih di sawah untuk tanaman
padi dapat dihitung dengan dua rumus:
- Kebutuhan bersih air di sawah saat penyiapan lahan:
NFR = IR R
ef

- Kebutuhan bersih air di sawah saat sesudah penyiapan lahan:
NFR = ETc + P R
ef
+WLR
Keterangan:
NFR = kebutuhan bersih air untuk padi (mm/hari);
IR(LP) = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari);
R
ef
= curah hujan efektif (mm/hari);
ETc = kebutuhan air konsumtif (mm/hari);
P = perkolasi (mm/hari);
WLR = penggantian lapisan air (mm/hari).

Kebutuhan pengambilan dihitung dengan rumus sebagai berikut :
DR =
64 , 8 ef
NFR


Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 23

Keterangan:
DR = kebutuhan pengambilan (l/dtk/ha);
NFR = kebutuhan bersih air di sawah (mm/hari);
ef = efisiensi irigasi total (65%);
1/8,64 = angka konversi satuan mm/hari menjadi l/dtk/ha.
Debit pengambilan ditentukan oleh kebutuhan pengambilan dan luas
daerah yang akan diairi. Debit pengambilan dapat dihitung dengan rumus
(Yulianur, 2005):
1000
A DR
Q

=
Keterangan:
Q = debit pengambilan (m
3
/dtk);
DR = kebutuhan pengambilan (l/dtk/ha);
A = luas areal sawah (ha).

Sebagai contoh disajikan perhitungan Debit pengambilan sebagi berkut :

Sebagai contoh dihitung kebutuhan pengambilan untuk palawija dari tabel
Alternatif musim tanan untuk periode Januari I yang nilai NFR = 2,266 mm/hari.
Dengan menggunakan rumus :
DR=
64 , 8 ef
NFR

DR= ha l det/ / 343 , 1
64 , 8 65 , 0
104 , 7
=


Pola tanam dicoba dengan empat pola waktu mulai tanam, kemudian
dipilih satu pola tanam yang dianggap paling efektif. Hasil perhitungan Pola
Tanam dan Kebutuhan Air Tanaman dapat di lihat pada Lampiran C.3 hal.




Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 24

4.2. Pembagian Petak Layanan

Daerah yang akan dilayani seluas 200 Ha dibagi menjadi 6 petak, yaitu :
Nama Petak Luas
A1 30 Ha
A2 30 Ha
A3 25 Ha
A4 35 Ha
A5 40 Ha
A6 40 Ha
Jumlah 200 Ha

Kebutuhan air pada saat rendaman penuh diperhitungkan sebanyak 1.793
l/dt,

4.3 Skema Jaringan Irigasi

Skema jaringan irigasi tergantung pada luas daerah irigasi yang akan dialiri
pada perencanaan ini.Gambar skema jaringan irigasi dapat dilihat pada lampiran.

4.4 Saluran Pembawa Primer ( Penampang Trapesium )

Sebagai contoh disajikan perhitungan Saluran Pembawa Primer sebagai
berkut :
Data :
DR = 1,79 lt/dt/ha
Luas sawah yang diairi (A) = 200 ha
n = 0,025 (pasangan batu disemen)
I = 0,0004
Kemiringan tebing = 1 : 1
R = h/2 =0,5 h
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 25

Langkah perhitungan:
a. Debit Rencana Saluran

=

1000
=
1,793 200
1000
= 0,359



b. Luas tampang aliran
A = b x h
= (2h x h) = 2h
2


Keliling basah


= 1+2 x (2)


= 3,828 h



Jarijari hidrolis
=


= 2h
2
/ 3,828h `
= 0,5224h

Kecepatan aliran
=
1


2
3


1
2


V = k x R
2/3
x I
1/2
= 60 x (0,5224h)
2/3
x (0,0004)
1/2

= 0.728 h
2/3
m/dt

Q = V x A
0,359 = 0.728h
2/3
x 2h
2

h
8/3
= 0,248
h = 0.248
3/8

Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 26

= 0.591m
b = h
= 1 x 0,0.591
= 0,591 m
w =
1
3
=
1
3
0.591 = 0.2
GAMBAR DIMENSI SALURAN SPKN A1

Gambar 4.1 Penampang saluran primer

Dengan menggunakan metode perhitungan yang sama, maka dimensi
saluran pembawa lainnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel Dimensi Saluran Pembawa



Nama
Bangunan
K DR
A
(ha)
Q
(m
3
/dt)
L (m) I m b/h
A
(m)
P R V h
8/3
h (m) b (m)
w
(m)
SPKN
A1
60 1,793 200 0,359 1200 0,0004 1 1 2h 3,8284h 0,5224h 0.0728h
2/3
0,246 0,591 0,591 0,2
SPKN
A2
60 1,793 55 0,099 675 0,0004 1 1 2h 3,8284h 0,5224h 0.0728h
2/3
0,063 0,355 0,355 0,1
SPKN
A3
60 1,793 25 0,045 860 0,0004 1 1 2h 3,8284h 0,5224h 0.0728h
2/3
0,029 0,264 0,264 0,1
SPKN
A4
60 1,793 115 0,206 1060 0,0004 1 1 2h 3,8284h 0,5224h 0.0728h
2/3
0,132 0,469 0,469 0,2
SPKN
A5
60 1,793 80 0,143 1035 0,0004 1 1 2h 3,8284h 0,5224h 0.0728h
2/3
0,092 0,409 0,409 0,1
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 27

BAB V
PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA

5.1 Perancanaan Bendung
5.1.1 Profil Mercu Bendung

Dalam perencanaan konstruksi bangunan air yang harus diperhatikan
untuk merencanakan mercu bendung adalah debit banjir yang akan dilewatkan,
ketinggian air sebelum pembendungan dan kemiringan muka bendung bagian
hulu dan hilir. Untuk memilih mercu bendung, terlebih dahulu harus diperhatikan
adalah ketinggian air sebelum pembendungan dan tinggi rencana mercu. Jika
ketinggian air sebelum pembendungan lebih rendah dari tinggi mercu yang
direncanakan maka dipilih mercu tipe ogee, tetapi bila ketinggian air sebelum
pembendungan diperoleh lebih tinggi dari tinggi mercu rencana, maka mercu
yang akan digunakan adalah mercu bulat. Untuk merencanakan profil mercu
bendung maka diperlukan data-data sungai sebagai berikut

Data Perencanaan
Data-data sungai yang ada adalah sebagai berikut :
+ Debit banjir rencana (Q
maks
) = 803.152 m
3
/dt
+ Lebar Sungai = 53 m
+ Slope dasar sungai (I
sungai
) = 0,0125
+ Talud sungai, V : H (m) = 1 : 1
+ Koefisien Manning = 0,04 dt/m
1/3

+ Elevasi dasar sungai bagian hulu (UGL) = + 45.746
+ Elevasi dasar sungai bagian hilir (DGL) = + 44.996
+ Kebutuhan air irigasi (NFR) = 1,10 lt/dt/ha
+ Elevasi Sawah tertinggi = 47.00
+ Kehilangan energy akibat bangunan = 0.2
+ Kehilangan energy akibat saluran = 0,05
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 28

+ Ketinggian air di sawah = 0,10
+ Elevasi mercu Bendung (HL) = 48.35

5.1.2 Rating Curve

1. Perhitungan Kedalaman Air di Sungai Sebelum Pembendungan

Untuk mendapatkan ketinggian air sebelum pembendungan maka perhitungan
dapat menggunakan cara coba-coba (trial and error). Pada perhitungan pertama,
kedalaman air sebelum pembendungan dianggap mempunyai ketinggian tertentu.
Dari berbagai langkah hitungan akan diperoleh debit pada ketinggian air tersebut.
Ketinggian air sebelum pembendungan telah benar jika debit (Qhitungan) yang
diperoleh dari perhitungan coba-coba telah sama dengan debit maksimum (Qmax).
Untuk memperoleh ketinggian air sebelum pembendungan rumus-rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut :

A = ( B + m H ) H
P = B + 2H
2
1 m +

R =
P
A

V =
2 / 1 3 / 2
1
I R
n

Q = A . V
Dimana :
A = luas tampang aliran sungai (m
2
)
B = lebar sungai (m)
m = talud sungai
H = kedalaman air sebelum pembendungan (m)
P = keliling basah sungai (m)
R = jari-jari hidrolis sungai (m)
v = kecepatan aliran (m/dt)
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 29

n = koefisien Manning sungai
I = slope memanjang sungai
Q = debit sungai (m
3
/dt)

Sebagai taksiran awal diambil nilai H = 1,5 m
Tabel 5.1 Perhitungan Kedalaman Air Sebelum Pembendungan dengan
cara Trial and Error untuk mendapatkan h
H A P R V Q hitung Q maks
m m2 m m m/det m3/det m3/det
2 110 58,657 1,875 4,251 467,560
2,2 121,44 59,223 2,051 4,511 547,865
2,769 154,4163 60,832 2,538 5,201 803,152
803,152

Dari perhitungan di atas diperoleh Q
hitung
= 803.152 m
3
/dt, sehingga nilai Q
hitung
~
Q
maks
. Jadi kedalaman air sebelum pembendungan adalah sebesar H = 2.769 m.
Elevasi muka air bagian hulu sungai sebelum pembendungan :
UWL
awal
= UGL + H
= + 45.746 + 2.769
= + 48.515 m

Tinggi Bendung (P)
P = HL UGL
= + 48.35 45.746
= 2.604m
Karena elevasi
mercu (HL = +48.35) berada di bawah elevasi muka air sungai (UWL
awal
=
+48.515), maka tipe aliran adalah menyelam, oleh karenanya jenis mercu bendung
yang digunakan adalah tipe Ogee. Bendung yang direncanakan sebagai bendung
pasangan batu dengan mercu bulat dengan kemiringan hulu 1:3 dan kemiringan
hilir 1:1.
Perhitungan dilakukan dengan cara coba banding dengan menetapkan nilai H
sampai didapat Q Q
T.


Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 30


2. Perhitungan Debit Per Satuan Lebar Bendung

Debit persatuan lebar bendung dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
B
eff
= 90 % B
q
eff
=
eff
B
Q
max


Keterangan :
q
eff
= debit per satuan lebar bendung (m
3
/dt)
Q
maks
= debit banjir rencana (m
3
/dt)
B
eff
= lebar efektif bendung (m)
B = lebar rata-rata sungai (m)

Sehingga diperoleh :



q
eff
=
eff
B
Q
max
B
eff
= 0,9 B
=
48
152 . 803
= 0,9 (53)
= 16.73 m
3
/dt = 48 m

3. Perhitungan Tinggi Air di atas Mercu Bendung

B
eff
= 48 m
C
d
= C
0
C
1
C
2

Q
maks
=
5 , 1
1
3
2
3
2
H B g C
eff d

Keterangan :
v = kecepatan aliran (m/dt)
H
1
= tinggi air di atas mercu (m)
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 31

C
d
= koefisien debit
G = gravitasi (9,81 m/dt
2
)
r = jari-jari mercu (m)

Harga-harga koefisien C
0,
C
1
, dan C
2
ditentukan dari grafik 1, 2 dan 3,
dengan harga jari-jari yang dimisalkan 1.75 m dan P dimasukkan 2.35 m.
Untuk perhitungan H
d
, perkirakan harga C
d
= 1,3

Q
maks
=
5 , 1
1
3
2
3
2
H B g C
eff d

803.152 =
5 , 1
1
48 81 , 9
3
2
3
2
3 . 1 H
|
.
|

\
|




Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2 Perhitungan tinggi air sungai


Cd
awal

H
1

H1/r C
0
p/H1 C
1
C
2
Cd
baru


(m)

1,3000 3,6024 2,0585 1,2900 0,7229 0,9568 1,0029 1,2378
1,2378 3,7221 2,1269 1,3107 0,6996 0,9557 1,0035 1,2570
1,2570 3,6841 2,1052 1,3057 0,7068 0,9560 1,0023 1,2512
1,2512 3,6955 2,1117 1,3071 0,7046 0,9557 1,0027 1,2525
1,2525 3,6928 2,1102 1,3069 0,7052 0,9559 1,0026 1,2525







Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 32

4. Perhitungan Tekanan Negatif Pada Mercu Bendung

Mercu bulat adalah struktur pelimpah dengan koefisien debit lebih
besar dan sering digunakan sebagai pelimpah, bendung terdiri dari arah hulu
yang vertikal, mercu yang berbentuk silinder dan tegak lurus horizontal
searah aliran, dan sisi hilir bendung yang mempunyai kemiringan 1 : 1 ( o =
45
0
).
Dengan H
1
= 3.693 dan radius 1.75 m, tekanan negatif yang
bekerja pada mercu dapat dicek.
( )
n
r
ny r
y H H
g
p
2
1 1
) (
)
`

+
=


dengan n = 1,6 + 0,35 cot o
n = 1,6 + 0,35 cot 45
n = 1,95

y = 0,7 H
1

y = 0,7 x 3.693
y = 2.585 m

Bendung direncanakan terbuat dari pasangan batu, maka tekanan negatif
pada mercu minimum -1.

( )
95 , 1
2
75 . 1
585 . 2 95 , 1 75 . 1
) 585 . 2 693 . 3 ( 693 . 3
)
`

+
=
x
g
p


756 , 0 =
g
p

> -1 ( OK)





Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 33

5.2 Perancanaan Kolam Olak

Dalam perencanaan, bendung harus dilengkapi dengan kolam olakan.
Kolam olakan berfungsi sebagai peredam energi dan menstabilkan loncatan air.
Air yang jatuh dari mercu dapat diredam dalam kolam olakan sehingga tidak
terjadi pengikisan dasar pada bagian hilir bendung. Untuk merencanakan kolam
olak diperlukan data-data seperti UWL, DGL, dan DWL. Dari data elevasi mercu
(HL) dan tinggi air di atas mercu (H
d
) dapat dihitung elevasi muka air bagian hulu
sungai sesudah pembendungan (upstream water level).
UWL = HL + H
1

= + 48.35 + 3.693
= + 52.043 m

1. Tinggi Kecepatan di Hulu
Kecepatan aliran air pada bagian hulu bendung :
v
1
=
A
Q

=
1
H B
Q
eff
maks


=
m m
dt m
693 . 3 48
152 . 803
3

= 4.53 m/dt

Tinggi kecepatan di hulu :
h
d1
=
g
v
H
2
2
1
1
+ dimana
g
v
2
2
1
=
2
2
81 , 9 2
) 53 . 4 (
dt m
dt m


=
3.693 + 1.05
= 1.05
= 4.743 m




Elevasi tinggi kecepatan di hulu :
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 34

UWL
d
= HL + h
d1
atau UWL
d
= UWL + v
1
2
/2g
= + 48.35 + 4.743 UWL
d
= +52.043 + 1.05
= + 53.093 = +53.093
Dari data elevasi sungai bagian hilir (DGL) dan tinggi air sebelum
pembendungan (H) dapat dihitung elevasi muka air bagian hilir sungai
(downstream water level).
DWL = DGL + H
2
= + 44.996 + 2.769
= + 47.765 m

2. Tinggi Kecepatan di Hilir
Kecepatan aliran air pada bagian hilir sungai telah diperoleh pada Tabel
5.1, yaitu v
2
= 5.201 m/dt
Tinggi kecepatan di hilir :
h
d2
=
g
v
H
2
2
2
+ dimana
g
v
2
2
2
=
2
2
81 , 9 2
) 5,201 (
dt m
dt m


=
2.769 + 1.38
= 1.38
= 4.148 m

Elevasi tinggi kecepatan di hilir :
DWL
d
= DGL + h
d2
atau DWL
d
= DWL + v
2
2
/2g
= + 44.996+ 4.148 DWL
d
= +47.765 + 1.38
= + 49.144 = + 49.144

3. Beda Tinggi Muka Air Di Hulu Dan Hilir
Beda tinggi muka air antara hulu dengan hilir :
AH = UWL
d
DWL
d

= 53.093 49.144
= 3.949m

Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 35

4. Kedalaman Kritis (h
c
)
Kedalaman kritis :
q
eff
=
48
152 . 803
max
=
eff
B
Q

= 16.73 m
2
/dt/m


h
c
=
3
2
g
q
eff


=
3
2
81 , 9
16.73

= 3.05 m
Maka :

c
h
H A
=
m
m
05 . 3
949 . 3
= 1.29

5. Jari-Jari Bak Minimum (R
min
)
Jari-jari minimum bak kolam olak (R
min
) merupakan fungsi dari AH/h
c
.
Dari Lampiran Grafik 5 diperoleh :

c
h
R
min
= 1,54
sehingga : R
min
= 1,54 h
c

= 1,54 3.05 m
= 4.70 m

6. Batas Muka Air Minimum (T
min
)
Batas muka air minimum (T
min
) juga merupakan fungsi dari AH/h
c,
dapat
dihitung melalui persamaan :

c
h
T
min
=
215 , 0
88 , 1
|
|
.
|

\
| A
c
h
H

=
215 , 0
3.05
949 . 3
88 , 1
|
|
.
|

\
|
m
m

Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 36

= 1.99
maka :
T
min
= 1.99 h
c

= 1.99 3.05 m
= 6 m
1
3
1,750
h1 =
0,470
1
5
DWLd = +47.765
H =
DWLd = +49.144
P =
UWLd = +51.714
UWL = +51.471
? H =
T =
3,786
2,604
6
0,750
4,700
4,700
2,769
4,149 hd2 =
3,949
1,050
3,693


Gambar :1 Konstruksi bendung
















Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 37

BAB VI
STABILITAS BENDUNG


Terdapat 2 kodisi tinjauan stabilitas, yaitu:
- selama debit sungai rendah
- selama terjadi banjir rencana

6.1 Stabilitas Bendung Selama Debit Sungai Rendah
Saat debit sungai rendah diasumsikan :
- Elevasi muka air hulu (UWL) = elevasi mercu bendung (HL) = + 48.35
- Elevasi muka air hilir (DWL) = elevasi ambang kolam olak dengan bak
yang dipompa sampai kering = + 43.202

Sebelum diselidiki stabilitasnya, terlebih dahulu dicek rembesan
dan tekanan air di bawah tanah sehingga dapat diketahui apakah
diperlukan lantai lindung atau tidak. Disini akan digunakan rumus Metode
Lane, dimana :

Hw
L L
C
H V
L

+
=
3
1
........................... (4.1)

Keterangan :
C
L
= angka rembesan Lane
EL
V
= jumlah panjang vertikal (m)
EL
H
= jumlah panjang horizontal (m)
Hw = beda tinggi muka air (m)





Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 38

a. Perhitungan Jalur Rembesan dan Tekanan Air Tanah untuk
Konstruksi Awal Bendung
Tabel 6.1 Jalur Rembesan Air Tanah untuk Konstruksi Awal Bendung
Titik Garis
L
rembesan

L
hitung
L
x

Ver Hor Hor/3
(m) (m) (m)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
A0
A A0-A 0,500 0,500 0,500
B A-B 3,500 3,500 4,000
C B-C 1,800 0,600 0,600 4,600
D C-D 1,500 1,500 6,100
E D-E 1,800 0,600 0,600 6,700
F E-F 1,500 1,500 8,200
G F-G 1,800 0,600 0,600 8,800
H G-H 1,500 1,500 10,300
I H-I 1,200 0,400 0,400 10,700
J I-J 1,200 1,200 11,900
K J-K 4,500 1,500 1,500 13,400
L K-L 1,200 1,200 14,600
M L-M 1,200 0,400 0,400 15,000
N M-N 5,995 5,995 20,995
Jumlah
L
V
L
H
1/3 L
H
L
hitung


16,895 12,300 4,100 20,995
Beda tinggi muka air antara hulu dan hilir adalah :
Hw = HL Elevasi titik N
= 48.35 43.202
= 5.148 m

Dari tabel di atas dihitung angka rembesan Lane-nya :
Hw
L L
C
H V
L

+
=
3
1


Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 39

m
m m
C
L
148 . 5
100 . 4 895 . 16 +
= = 4.078

Harga minimum angka rembesan Lane untuk pasir halus = 7,0 (Tabel B.1)
sedangkan hasil yang diperoleh adalah 4.078 berarti :
C
L hit
< C
L min
.

Oleh karena itu, untuk melindungi terhadap bahaya rembesan dan
erosi bawah tanah yang akan terjadi pada bendung diperlukan
perlindungan tambahan berupa konstruksi lindung. Dalam perencanaan ini
digunakan lantai hulu.

Lantai hulu tersebut akan memperpanjang jalur rembesan. Untuk
keperluan perhitungan diasumsikan panjang lantai hulu 16 m dengan
koperan setiap 3,5 m

b. Perhitungan Jalur Rembesan dan Tekanan Air Tanah untuk
Konstruksi Bendung dengan Lantai Hulu
Tabel 6.2 Jalur Rembesan Air Tanah untuk Konstruksi Awal Bendung.

Titik Garis
L
rembesan

L
hitung
L
x

L
x
/
L
hit

H
x

P= H
x
-
[(L
x
/L)
x H
w
]
Ver Hor Hor/3
(m) (m) (m)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
A0 2,604 2,60
A1 A0-A1 1,900 1,900 1,900 0,051 4,504 4,24
A2 A1-A2 0,500 0,167 0,167 2,067 0,055 4,504 4,22
A3 A2-A3 1,400 1,400 3,467 0,092 3,104 2,63
A4 A3-A4

3,500 1,167 1,167 4,633 0,124 3,104 2,47
A5 A4-A5 1,400 1,400 6,033 0,161 4,504 3,68
A6 A5-A6 0,500 0,167 0,167 6,200 0,165 4,504 3,65
A7 A6-A7 1,400 1,400 7,600 0,203 3,104 2,06
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 40

A8 A7-A8 3,500 1,167 1,167 8,767 0,234 3,104 1,90
A9 A8-A9 1,400 1,400 10,167 0,271 4,504 3,11
A10 A9-A10 0,500 0,167 0,167 10,333 0,276 4,504 3,09
A11 A10-A11 1,400 1,400 11,733 0,313 3,104 1,49
A12 A11-A12 3,500 1,167 1,167 12,900 0,344 3,104 1,33
A13 A12-A13 1,400 1,400 14,300 0,381 4,504 2,54
A14 A13-A14 0,500 0,167 0,167 14,467 0,386 4,504 2,52
A15 A14-A15 1,400 1,400 15,867 0,423 3,104 0,93
A A15-A 3,500 1,167 1,167 17,033 0,454 3,104 0,77
B A-B 3,500 3,500 20,533 0,548 6,604 3,78
C B-C 1,800 0,600 0,600 21,133 0,564 6,604 3,70
D C-D 1,500 1,500 22,633 0,604 8,104 5,00
E D-E 1,800 0,600 0,600 23,233 0,620 8,104 4,91
F E-F 1,500 1,500 24,733 0,660 9,604 6,21
G F-G 1,800 0,600 0,600 25,333 0,676 9,604 6,13
H G-H 1,500 1,500 26,833 0,716 11,104 7,42
I H-I 1,200 0,400 0,400 27,233 0,726 11,104 7,36
J I-J 1,200 1,200 28,433 0,758 9,904 6,00
K J-K 4,500 1,500 1,500 29,933 0,798 9,904 5,79
L K-L 1,200 1,200 31,133 0,830 11,104 6,83
M L-M 1,200 0,400 0,400 31,533 0,841 11,104 6,77
N M-N 5,956 5,956 37,489 1,000 5,148 0,00
Jumlah
L
V
L
H

1/3
L
H

L
hitung


28,056 28,300 9,433 33,252

Maka angka Rembesan Lane yang baru adalah:
Hw
L L
C
H V
L

+
=
3
1

m
m m
C
L
148 . 5
433 . 9 056 . 28 +
= = 7.28
Harga minimum angka rembesan Lane untuk pasir halus = 7,0; sedangkan
hasil yang diperoleh adalah 7.28 berarti :
C
L hit
> C
L min
(OK)
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 41

Dengan demikian, konstruksi bendung aman terhadap rembesan dan
tekanan air tanah.

Selanjutnya dihitung tekanan air tanahnya dengan rumus :
Hw
L
L
H P
HIT
X
X X

=
Keterangan :
P
X
= tekanan air pada titik X (t/m
2
)
H
X
= tinggi energi di hulu bendung pada titik X (m)
L
X
= jarak sepanjang bidang kontak dari hulu sampai titik X (m)
L = panjang total / lintasan jalur rembesan (m)
Hw = beda tinggi muka air (m)
dengan X adalah titik yang ditinjau.

Hasil perhitungan tekanan air tanah pada Lampiran Gambar . dapat
dilihat pada Tabel

6.1.1 Stabilitas
Gaya-gaya yang bekerja pada tubuh bendung adalah :
a. Tekanan air
(1). Gaya tekanan hidrostatis
Tekanan hidrostatis, merupakan fungsi kedalaman di bawah
permukaan air. Tekanan air akan selalu bekerja tegak lurus terhadap muka
bangunan.

Dimana :
W = (h
w
) h ...........................
Keterangan :
W = Gaya tekanan hidrostatis (ton)

w
= Berat volume air (
w
= 1 t/m
3
)
h = kedalaman air (m)
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 42

(2). Tekanan air tanah

b. Tekanan tanah
Tekanan tanah, termasuk tekanan lumpur di dalamnya (sediment
pressure), bekerja secara horizontal terhadap bangunan bendung dan
dianggap sebagai tekanan tanah aktif. Dalam perhitungan diasumsikan
lumpur yang terjadi adalah setinggi mercu, sehingga kedalaman lumpur
dihitung dari elevasi mercu sampai elevasi paling bawah dari bendung.
Rumus yang digunakan adalah :

2
2
h Ka P
w s
S
|
.
|

\
|
=


dengan nilai :
|
.
|

\
|
=
2
45 tan
2
|
Ka
Keterangan :
P
S
= tekanan tanah aktif (ton)

s
= berat volume tanah/lumpur (
s
= 1,8 t/m
2
)

w


= berat volume air (
w
= 1 t/m
2
)
Ka = koefisien tanah aktif
h = kedalaman tanah (m)
| = sudut gesekan dalam yang tergantung dari jenis tanah
(| = 31
0
)

c. Berat mati bendung (G)
Berat sendiri konstruksi atau berat mati bangunan bergantung
kepada material yang dipakai untuk membuat bangunan itu.Berat volume
untuk :
- pasangan batu = 2,2 t/m
2

- beton tumbuk = 2,3 t/m
2

- beton bertulang = 2,4 t/m
2

Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 43

Rumus yang digunakan :
G = A

Keterangan :
G = berat sendiri konstruksi (ton)
A = luas penampang (m
2
)
= berat volume material (t/m
2
)
Dalam perencanaan ini digunakan material pasangan batu ( = 2,2 t/m
2
).
Tabel 6.3 Gaya dan Momen pada Bendung Selama Debit Rendah
Horizontal
Gaya
Vertikal Horizontal Gaya Lengan Momen
(m) (m) (t/m) (ton) (m) (t.m)

Tekanan Hidrostatis
W1 2,604 2,604 1 3,390408 9,338 31,660

Tekanan Air Tanah
W2 3,5 0,77 1 2,695 6,25 16,844
3,5 3,01 1 5,268 5,67 29,851

W3 1,5 3,7 1 5,550 3,75 20,813
1,5 1,3 1 0,975 3,50 3,413

W4 1,5 4,91 1 7,365 2,25 16,571
1,5 1,3 1 0,975 2,00 1,950

W5 1,5 6,13 1 9,195 0,75 6,896
1,5 1,29 1 0,968 0,50 0,484

W6 1,2 6 1 -7,200 0,60 -4,320
1,2 1,36 1 -0,816 0,40 -0,326

W7 1,2 5,79 1 6,948 0,60 4,169
1,2 1,04 1 0,624 0,40 0,250

W8 5,956 6,77 1 -20,161 1,985 -40,026

Tekanan Tanah
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 44

Ps
() x k
a
x (
s
-
w
) x h
2

15,771 5,26 82,907
() x 0,32 x (1,8-1) x 11,1
2

TOTAL
RH = MH =
31,546 171,235

Vertikal
Gaya
Vertikal Horizontal Gaya Lengan Momen
(m) (m) (t/m) (ton) (m) (t.m)
Berat Sendiri Bendung
G1
2,604 0,868 2,2
-2,486 14,537 -36,143
G2
2,604 2,021 2,2
-11,578 13,237 -153,257
G3
2,604 2,604 2,2
-7,459 11,358 -84,718
G4
3,5 5,493 2,2
-42,296 12,368 -523,118
G5
3,861 3,861 2,2
-16,398 8,336 -136,694
G6
1,5 3,691 2,2
-12,180 11,468 -139,684
G7
3,139 9,622 2,2
-66,448 4,811 -319,679
G8 1,355 1,355 2,2 -2,020 0,922 -1,862
G9
1,355 0,47 2,2
-1,401 0,235 -0,329
G10
1,5 1,891 2,2
-6,240 10,568 -65,947
G11
1,2 1,2 2,2
-3,168 9,113 -28,870
G12
1,2 1,407 2,2
-1,857 8,045 -14,941
G13
0,3 9,713 2,2
-6,411 4,857 -31,136
G14
1,2 1,407 2,2
-1,857 1,669 -3,100
G15
1,2 1,2 2,2
-3,168 0,600 -1,901

W9 0,868 2,604 1 -1,130 14,834 -16,764

U1 3,7 0,6 1 2,220 14,214 31,555
0,08 0,6 1 0,024 14,538 0,349
U2 4,91 0,6 1 2,946 12,414 36,572
0,09 0,6 1 0,027 12,714 0,343
U3 6,13 0,6 1 3,678 10,614 39,038
0,08 0,6 1 0,024 10,914 0,262
U4 7,36 0,4 1 2,944 9,114 26,832
0,06 0,4 1 0,012 9,339 0,112
U5 6 0,469 1 2,814 7,811 21,980
1,36 0,469 1 0,319 8,045 2,566
U6 5,79 1,5 1 8,685 4,857 42,183
0,21 1,5 1 0,158 5,607 0,883
U7 5,79 0,469 1 2,716 1,904 5,170
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 45

1,04 0,469 1 0,244 1,669 0,407
U8 6,77 0,4 1 2,708 0,600 1,625
0,06 0,4 1 0,012 0,800 0,010
TOTAL
RV MV
-156,568 -1348,259

Resultan gaya-gaya yang bekerja pada bendung adalah:
R
V
= 156,568 ton
R
H
= + 31,546 ton
M
V
= 1348,259 tm
M
H
= + 171,235 tm

Jumlah momen total adalah :
M
O
= M
V
+ M
H

= 1348,259 tm + 171,235 tm
= 1177,024 tm

Garis tangkap (line of action) gaya resultante sekarang dapat ditentukan
sehubungan dengan titik M.
h =
H
H
R
M
=
ton
tm
546 , 31
235 , 171
= 5,428 m
v =
V
V
R
M
=
ton
tm
568 , 156
259 , 1348
= 8,611 m

6.1.2 Kestabilan Konstruksi Bendung Tanpa Dipengaruhi Gaya Gempa
Kestabilan tubuh bendung harus dicek terhadap :
(a). Eksentrisitas (e)
e =
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
V
O
R
M L
2




Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 46

Maka:
e =
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
t
tm m
568 , 156
024 , 1177
2
113 , 15

e = 0,042 m


Batas maksimum eksentrisitas adalah :
e
syarat
= L
6
1
= 113 , 15
6
1
= 2,519 m
dimana L adalah panjang pondasi bendung yaitu L = 15,113 m
Dari hasil perhitungan diperoleh e
hitung
< e
syarat
(OK)

(b). Tekanan Tanah di Bawah Bendung
Tekanan tanah : o = |
.
|

\
|

L
e
L
R
V
6
1
Maka:
o = |
.
|

\
|

113 , 15
042 , 0 6
1
113 , 15
568 , 156

o
maks
= 10,533 ton/m
2
= 105,33 kN/m
2
pada titik B
o
min
= 10,187 ton/m
2
= 101,87 kN/m
2
pada titik M

Daya dukung tanah yang diizinkan untuk pasir dan kerikil adalah
20 60 t/m
2
atau 200 600 kN/m
2
(dapat dilihat pada Lampiran .).
Karena tekanan tanah maksimum dan minimum lebih kecil dari daya
dukung tanah yang diizinkan, maka konstruksi bendung aman.

(c). Gelincir
Keamanan terhadap gelincir meliputi bagian tanah pasif di ujung
hilir konstruksi. Karena perkembangan tanah pasif memerlukan gerak,
maka hanya separuh dari tekanan yang benar-benar dihitung.
Dimana nilai koefisien tanah pasif adalah :
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 47

|
.
|

\
|
+ =
2
45 tan
2
|
Kp
|
.
|

\
|
+ =
2
31
45 tan
2
Kp
124 , 3 = Kp
Pada M-N
h
MN
= 5,956 m

Tekanan tanah pasif pada koperan M-N :
Ep
M-N
= (s w) h
MN
efektif Kp
Ep
M-N
= (1,8 1,0) 0,5 x 5,956 3,124
Ep
M-N
= 3,7213 t/m

Tekanan tanah pasif Ep
1
menjadi :
Ep
1
= 1/2 (h
MN
efektif Ep
M-N
)
= 1/2 (2,978 m x 3,721 t/m)
= 5,541 ton

Tekanan tanah pasif pada koperan I - J :
Ep
I-J
= (s w) h
IJ
Kp
Ep
I-J
= (1,8 1,0) 1,2 3,124
Ep
I-J
= 1,786 t/m

Tekanan tanah pasif Ep
2
menjadi :
Ep
2
= 1/2 (h
IJ
Ep
I-J
)
= 1/2 (1,2 m x 1,786 t/m)
= 1,072 ton

Maka, tekanan total tanah pasif adalah :
Ep = Ep
1
+ Ep
2


Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 48

= (5,541 + 1,072) ton
= 6,613 ton


Keamanan terhadap gelincir menjadi :
S =
Ep R
R
f
H
V
E


Keterangan :
f = koefisien gesek (f = 0,5 untuk tanah kerikil berpasir)
S = faktor keamanan (S = 2 untuk kondisi beban normal da S = 1,25
untuk kondisi beban ekstrim)

Maka:
S =
613 , 6 546 , 31
568 , 156
5 , 0


S = 3,14 > 2 OK
Karena diperoleh nilai S > 2, berarti bendung aman terhadap gelincir.


6.1.3 Keamanan Terhadap Erosi Bawah Tanah (Piping)
Harga keamanan terhadap erosi tanah harus sekurang-kurangnya 2, untuk
mencegah pecahnya bagian hilir bangunan.
Keamanan terhadap erosi bawah tanah (piping) dapat dihitung dengan
rumus berikut:
S =
s
h
s
a
s
|
.
|

\
|
+ 1


Keterangan :
S = faktor tekanan (S = 2)
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 49

s = kedalaman tanah (5,956 m)
a = tebal lapisan lindung (dimisalkan 0,0 m)
h
s
= tekanan air pada titik M (m)
(P
M
h
MN
= 6,770 5,956 = 0,814)

Maka keamanan terhadap erosi:
S =
814 , 0
956 , 5
0
1 956 , 5 |
.
|

\
|
+

= 7,316 > 2 OK

6.1.4 Kestabilan Konstruksi Bendung Terhadap Gaya Gempa
Dari peta daerah gempa, dapat dihitung koefisien gempa.
a
d
= n (a
c
z)
m

E =
g
a
d

Keterangan :
a
d
= percepatan gempa rencana, (cm/dt
2
)
n,m = koefisien jenis tanah
(di sini digunakan jenis tanah aluvium, n = 1,56, m = 0,89)
a
c
= percepatan gempa dasar, (160 cm/dt
2
)
z = faktor yang tergantung dari letak geografis
(untuk Indonesia z= 0,56)
E = koefisien gempa bumi
g = percepatan gravitasi (9,81 m/dt
2
)

Maka, nilai koefisien gempa :
a
d
= 1,56 (160 0,56)
0,89

= 85,247 cm/dt
2

E =
2
2
/ 981
/ 247 , 85
dt cm
dt cm
= 0,087 < 0,10 ambil E = 0,10
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 50


Tabel 6.4 Berat Sendiri Bendung

G1
-2,486
G2
-11,578
G3
-7,459
G4
-42,296
G5
-16,398
G6
-12,180
G7
-66,448
G8
-2,020
G9
-1,401
G10
-6,240
G11
-3,168
G12
-1,857
G13
-6,411
G14
-1,857
G15
-3,168
-184.967

Gaya horizontal tambahan ke arah hilir adalah :
H
e
= EG E
= 184,97 ton 0,10
= 18,497 ton
Momen tambahan yang dipakai adalah :
M
He
= H
e
h
= 18,497 ton 5,428 m
= 100,40 tm
Jumlah momen sekarang menjadi :
M = M
O
+ M
He

= 1177,024 + 100,40
= 1076,6 tm
Keterangan :
He = gaya akibat gaya gempa bumi ditinjau arah hilir (ton)
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 51

G = gaya berat sendiri konstruksi (ton)
M
He
= momen yang terjadi akibat gempa (tm)

Pemeriksaan stabilitas bendung terhadap momen gempa
(a). Eksentrisitas
Eksentrisitas : e =
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
V
R
M L
2

Maka:
e = |
.
|

\
|
|
.
|

\
|
568 , 156
6 , 1076
2
113 , 15 m

e = 0,680 m < e
syarat
= 52 , 2 ) 113 , 15 (
6
1
6
1
= = L m OK

(b). Tekanan Tanah di Bawah Bendung
Tekanan tanah : o = |
.
|

\
|

L
e
L
R
V
6
1
o = |
.
|

\
|

113 , 15
680 , 0 6
1
113 , 15
568 , 156

o
maks
= 13,157 ton/m
2
= 131,57 kN/m
2
pada titik B
o
min
= 7,563 ton/m
2
= 75,63 kN/m
2
pada titik M
o
maks
dan o
min
, berada di bawah batas tekanan yang diizinkan untuk pasir
dan kerikil yaitu 20 60 t/m
2
atau 200 600 kN/m
2
OK.

(c). Gelincir
S =
Ep H R
R
f
e H
V
E +

S =
613 , 6 947 , 18 546 , 31
568 , 156
5 , 0
+

S = 1,784 > 1,25 OK

Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 52

6.2 Stabilitas Bendung Selama Debit Sungai Banjir
Selama terjadi rencana (Q
max
= 803.152 m
3
/dt), muka air hulu bendung
adalah UWL = + 52,043 m dan di hilir bendung DWL = + 47,765 m (dengan
asumsi h
1
= H
1
). Tekanan air pada tubuh bendung dihitung seperti selama debit
rendah, maka diperoleh :

Tabel 6.5 Jalur Rembesan dan Tekanan Air Tanah
Titik Garis
L
rembesan

L
hitung
L
x
Ver Hor Hor/3
(m) (m) (m)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
A0
A A0-A 0,500 0,500 0,500
B A-B 3,500 3,500 4,000
C B-C 1,800 0,600 0,600 4,600
D C-D 1,500 1,500 6,100
E D-E 1,800 0,600 0,600 6,700
F E-F 1,500 1,500 8,200
G F-G 1,800 0,600 0,600 8,800
H G-H 1,500 1,500 10,300
I H-I 1,200 0,400 0,400 10,700
J I-J 1,200 1,200 11,900
K J-K 4,500 1,500 1,500 13,400
L K-L 1,200 1,200 14,600
M L-M 1,200 0,400 0,400 15,000
N M-N 5,956 5,956 20,956
Jumlah
L
V
L
H
1/3 L
H
L
hitung


16,856 12,300 4,100 20,956







Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 53

Pengecekan angka rembesan Lane
Perbedan tinggi muka air antara hulu dan hilir adalah :
Hw = El. muka air hulu (UWL) El. muka air hilir (DWL)
= +52.043 + 47,765 = 4,3 m
Dari perhitungan tabel 6.5 angka rembesan Lane diperoleh sebagai berikut :
Hw
L L
C
H V
L

+
=
3
1

m
m m
C
L
3 . 4
100 , 4 856 . 16 +
=
7 873 , 4 < =
L
C



Tabel 6.6 Perhitungan Jalur Rembesan dan Tekanan Air Tanah (MAB)

Titik Garis
L
rembesan

L
hitung
L
x

L
x
/
L
hit

H
x

P= H
x
-
[(L
x
/L
) x
H
w
]
Ver Hor Hor/3
(m) (m) (m)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
A0 6,335 6,34
A1 A0-A1 1,900 1,900 1,900 0,051 8,235 8,02
A2 A1-A2 0,500 0,167 0,167 2,067 0,055 8,235 8,00
A3 A2-A3 1,400 1,400 3,467 0,092 6,835 6,44
A4 A3-A4

3,500 1,167 1,167 4,633 0,124 6,835 6,30
A5 A4-A5 1,400 1,400 6,033 0,161 8,235 7,54
A6 A5-A6 0,500 0,167 0,167 6,200 0,165 8,235 7,52
A7 A6-A7 1,400 1,400 7,600 0,203 6,835 5,96
A8 A7-A8 3,500 1,167 1,167 8,767 0,234 6,835 5,83
A9 A8-A9 1,400 1,400 10,167 0,271 8,235 7,06
A10 A9-A10 0,500 0,167 0,167 10,333 0,276 8,235 7,05
A11 A10-A11 1,400 1,400 11,733 0,313 6,835 5,48
A12 A11-A12 3,500 1,167 1,167 12,900 0,344 6,835 5,35
A13 A12-A13 1,400 1,400 14,300 0,381 8,235 6,59
A14 A13-A14 0,500 0,167 0,167 14,467 0,386 8,235 6,57
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 54

A15 A14-A15 1,400 1,400 15,867 0,423 6,835 5,01
A A15-A 3,500 1,167 1,167 17,033 0,454 6,835 4,87
B A-B 3,500 3,500 20,533 0,548
10,33
5
7,97
C B-C 1,800 0,600 0,600 21,133 0,564
10,33
5
7,90
D C-D 1,500 1,500 22,633 0,604
11,83
5
9,23
E D-E 1,800 0,600 0,600 23,233 0,620
11,83
5
9,16
F E-F 1,500 1,500 24,733 0,660
13,33
5
10,49
G F-G 1,800 0,600 0,600 25,333 0,676
13,33
5
10,42
H G-H 1,500 1,500 26,833 0,716
14,83
5
11,75
I H-I 1,200 0,400 0,400 27,233 0,726
14,83
5
11,70
J I-J 1,200 1,200 28,433 0,758
13,63
5
10,36
K J-K 4,500 1,500 1,500 29,933 0,798
13,63
5
10,19
L K-L 1,200 1,200 31,133 0,830
14,83
5
11,25
M L-M 1,200 0,400 0,400 31,533 0,841
14,83
5
11,20
N M-N 5,956 5,956 37,489 1,000 8,879 4,56
Jumlah
L
V
L
H

1/3
L
H

L
hitung



28,05
6
28,300 9,433 37,489


Maka diperoleh:
Cw =
Hw
Hv Lv
3
1
E +


=
3 , 4
433 , 9 056 , 28 +

Cw = 8,686 > 7 ( aman )




Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 55

Tabel 6.7 Stabilitas Bendung Selama Debit Banjir

Horizontal
Gay
a
Vertikal Horizontal Gaya Lengan Momen
(m) (m)
(t/m2
)
(ton) (m) (ton m)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Tekanan Hidrostatis
W1
2,604 3,731
1 4,86 9,802 47,616
2,604 2,604 1 3,39 9,368 31,761
Tekanan Air Tanah
W2 3,5 4,87 1 17,045 6,25 106,531
3,5 3,1 1 5,425 5,67 30,743
W3 1,5 7,9 1 11,850 3,75 44,438
1,5 1,33 1 0,998 3,50 3,491
W4 1,5 9,16 1 13,740 2,25 30,915
1,5 1,33 1 0,998 2,00 1,995
W5 1,5 10,42 1 15,630 0,75 11,723
1,5 1,33 1 0,998 0,50 0,499
W6 1,2 10,36 1 -12,432 0,60 -7,459
1,2 1,34 1 -0,804 0,40 -0,322
W7 1,2 10,19 1 12,228 0,60 7,337
1,2 1,06 1 0,636 0,40 0,254
W8 10,519 11,2 1 -58,906 3,506 -206,545
Tekanan Tanah
PS () x k
a
x (
s
-
w
) x h
2
17.82 5,94 105,883
() x 0,32 x (1,8-1) x 11,8
2

JUMLAH
RH = MH =
30,085 208,86




Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 56

Vertikal
Gay
a
Vertikal Horizontal Gaya Lengan Momen
(m) (m)
(t/m2
)
(ton) (m) (ton m)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Berat Mati Bendung
G1
2,604 0,868 2,2
-2,486 14,537 -36,143
G2
2,604 2,021 2,2
-11,578 13,237 -153,257
G3
2,604 2,604 2,2
-7,459 11,358 -84,718
G4
3,5 5,493 2,2
-42,296 12,368 -523,118
G5
3,861 3,861 2,2
-16,398 8,336 -136,694
G6
1,5 3,691 2,2
-12,180 11,468 -139,684
G7
3,139 9,622 2,2
-66,448 4,811 -319,679
G8
1,355 1,355 2,2
-2,020 0,922 -1,862
G9
1,355 0,47 2,2
-1,401 0,235 -0,329
G10
1,5 1,891 2,2
-6,240 10,568 -65,947
G11
1,2 1,2 2,2
-3,168 9,113 -28,870
G12
1,2 1,407 2,2
-1,857 8,045 -14,941
G13
0,3 9,713 2,2
-6,411 4,857 -31,136
G14
1,2 1,407 2,2
-1,857 1,669 -3,100
G15
1,2 1,2 2,2
-3,168 0,600 -1,901

-
184.97

-1541.381
Gaya Berat Air
W9 2,604 0,868 1
-1,130
14,834 -16,764
W10 3,693 2,889 1
-
10,779
13,671 -145,857
W11 3,693 3,729 1
-6,956
10,984 -75,631
W12 0,585 0,585 1
-0,171
11,836 -2,025
W13 0,585 3,144 1
-1,839
10,070 -18,521
W14 0,585 0,585 1
-0,171
8,303 -1,421
W15 5,88 5,88 1
-
17,287
7,722 -133,492
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 57

W16 5,88 3,937 1
-
23,150
3,739 -86,556
W17 4,525 1,355 1
-6,131
1,148 -7,039
W18 4,525 0,47 1
-2,127
0,235 -0,500
W19 1,355 1,355 1
-0,918
1,373 -1,260
Gay
a
Vertikal Horizontal Gaya Lengan Momen


(m) (m)
(t/m2
)
(ton) (m) (ton m)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Tekanan Air Tanah (Uplift Pressure)
U1 7,9 0,6 1 4,740 14,214 67,374
0,07 0,6 1 0,021 14,514 0,305
U2 9,16 0,6 1 5,496 12,414 68,227
0,07 0,6 1 0,021 12,714 0,267
U3 10,42 0,6 1 6,252 10,614 66,359
0,07 0,6 1 0,021 10,914 0,229
U4 11,7 0,4 1 4,680 9,114 42,654
0,05 0,4 1 0,010 9,339 0,093
U5 10,36 0,469 1 4,859 7,811 37,952
1,34 0,469 1 0,314 8,045 2,528
U6 10,19 1,5 1 15,285 4,857 74,239
0,17 1,5 1 0,128 5,607 0,715
U7 10,19 0,469 1 4,779 1,904 9,099
1,06 0,469 1 0,249 1,669 0,415
U8 11,2 0,4 1 4,480 0,600 2,688
0,05 0,4 1 0,010 0,800 0,008
JUMLAH
RV

MV
-204,10

-1659,295

Gaya-gaya yang bekerja pada bendung diringkas pada Tabel 7. Berat air di atas
bendung tidak dihitung, karena tekanan airnya sama dengan nol. Diandaikan
bahwa air yang memancar bertambah cepat sampai elevasi + 44,996 m, dari titik
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 58

tesebut tekanan air dianggap sebagai hidrostatis dan tebal pancaran air dianggap
konstan. Tekanan air pada bak bertambah akibat gaya sentrifugal dan sama
p =
r
v
g
d
2

dimana :
d =
v
q
eff

dan v = ) ( 2
1
z H g +

Keterangan :
p = tekanan air (t/m
2
)
d = tebal pancaran air (m)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/dt
2
)
v = kecepatan pancaran air (m/dt)
r = jari-jari bak (m)
H
1
= tinggi air di atas mercu (m)
z = beda antara elevasi mercu (HL) dengan elevasi dasar kolam
olak ( z = 48,35 41,885 = 6,465 m)

Tanpa menghitung gesekan, kecepatan air pada elevasi +44,996 adalah :
v = ) ( 2
1
z H g +
= ) 465 , 6 693 , 3 ( ) 81 , 9 ( 2
2
m m dt m +
= 14,12 m/dt

Tebal pancaran air :
d =
v
q
eff

=
dt m
dt m
12 , 14
16,73
3

= 1,18 m
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 59


Tekanan sentrifugal pada bak :
p =
r
v
g
d
2

=
m
dt m
dt m
m
70 , 4
) 12 , 14 (
81 , 9
18 , 1
2
2

= 5,10 ton/m
2


Gaya sentrifugal resultan :
Fc = R p |
.
|

\
|
4
t

= 70 , 4
4
10 , 5 |
.
|

\
| t

= 18,82 ton hanya bekerja ke arah vertikal saja.

Gayagaya yang bekerja pada bendung atau gaya-gaya resultante adalah
(tidak termasuk tekanan tanah vertikal dan gesekan)
Rv = - 204,102 ton
Rh = 30,085 ton
Mv = -1657,295 tm
Mh = 208,860 tm
Mo = Mv + Mh
= -1657,295 + 208,860
= -1448,435 tm

Gaya tangkap (line of action) gaya resultante sekarang dapat ditentukan
sehubungan dengan titik M.
h =
Rh
Mh
E
E
=
085 , 30
208,860
= 6,942 m
v =
Rv
Mv
E
E
=
102 , 204
295 , 1657

= 8,12 m
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 60


Tekanan tanah di bawah bendung dapat dihitung sebagai berikut :
Panjang telapak pondasi L = 15,113 m
Eksentrisitas = e =
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
Rv
Mo L
2

e =
|
|
.
|

\
|

|
.
|

\
|
102 , 204
1448,435 -
2
113 , 15

= 0,460 m < L/6 = 2,52 m (OK)
bangunan aman terhadap bahaya guling selama terjadi debit banjir.

Tekanan tanah : =
|
.
|

\
|

L
e
L
Rv 6
1
=
|
|
.
|

\
|

113 , 15
460 , 0 6
1
113 , 15
102 , 204


max
= 15,97 t/m
2
= 15,97 KN/m
2
pada titik B

min
= 11,03 t/m
2
= 110,3 KN/m
2
pada titik M

o
maks
dan o
min
, berada di bawah batas tekanan yang diizinkan untuk pasir
dan kerikil yaitu 20 60 t/m
2
atau 200 600 kN/m
2
OK.

Keamanan terhadap gelincir tanpa tekanan tanah pasif:
S = f x
Rh
Rv

= 0,50 x
085 , 30
102 , 204

= 3,392 > 1,25 (OK)
Bangunan aman terhadap bahaya gelincir selama terjadi debit banjir.

Keamanan terhadap gelincir dengan tekanan tanah pasif:
S = f x
Ep Rh
Rv
E

Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 61

S = 0,50 x
) 613 . 6 085 , 30 (
102 . 204


= 4,348 > 1,25 (OK)


Bangunan Pengambil dan Penguras
Perencanaan Bangunan Pengambilan Utama

Luas area sawah = 200 Ha
Kebutuhan air tanaman (NFR) = 1,40 /


DR =
1,40
0,65
= 2,154


Q
rencana
intake = Dr x A
= 2,154 x 5180
= 11157,72


= 11,158 m
3
/det
Kehilangan tinggi energi = 0.3
Q
rencana
= 1.2 Q
sadap
= 1,2 11,158 m
3
/dt
= 13,390 m
3
/dt

Dimensi bangunan pengambilan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
v = z g 2
Q = v a b = a b z g 2
Keterangan :
v = kecepatan pengambilan rencana (m/dt)
Q = debit rencana (m
3
/dt)
= koefisien debit (= 0,8 pengambilan tenggelam)
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 62

a = tinggi bersih bukaan (m)
b = lebar bersih bukaan (m)
g = percepatan gravitasi (g = 9,81 m/dt
2
)
z = kehilangan tinggi energi pada bukaan (m)

Tinggi Bangunan Pengambilan saluran primer
Direncanakan :
Tinggi Mercu Bendung = 3 m
Hulu Bendung = + 49.00
Hilir Bendung = + 46.00
Elevasi dasar intake = + 46.00 + 1 = + 47.00
Elevasi air setelah pintu pengambilan = HL z
= 49 0,3
= 48,7
Elevasi dasar hilir pengambilan dengan kantong lumpur dalam keadaan penuh
= 34,89 - h
n

= 34,89 0,344
= +34,546
Elevasi dasar pengambilan menjadi = 34,546 + d
= 34,546 + 0,20
= + 34,746

Tinggi air (h) = 49 47
= 2
Koefisien pengalian, = 0,8

Menghitung lebar bangunan pengambilan saluran Primer :
Q = x b xh z g. . 2
b =
z g h
Q
. . 2

Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 63


b =
3 , 0 81 , 9 2 2 8 , 0
390 , 13


b = 3,449 m 3,45 m

Dibuat 3 pintu dengan lebar bukaan @ b = 1,15 m
Direncanakan pilar pengarah arus 2 buah @ b = 1 m
Total Intake = (3 x 1,15) + 2 x 1 = 5,45 m

Perencanaan Bangunan Penguras
Karena sungai diperkirakan mengangkut batu-batu bongkah, diperlukan
bangunan pembilas dengan bagian depan tertutup. Lebar bersih bangunan
pembilas (Bsc) adalah :
Bsc = 60 % dari lebar total pintu bangunan pengambilan
= 0,6 5,45 m
= 3,27 m
Lebar bangunan penguras direncanakan terdiri dari 3 bukaan @ 1,15 m
dan 2 pilar @ 1 m.


Perencanaan Kantong Lumpur
Kecepatan endap dibaca dari Grafik hubungan antara diameter saringan
dan kecepatan endap untuk air tenang. Di Indonesia dipakai suhu air 20
o
C.
Dengan diameter sedimen 0,07 mm kecepatan endap = 0,004 m/dt.
Kecepatan endap () = 0.004 m/det
T = 1 minggu sekali
Q
n
=

1000
=
1,793 7577
1000
= 13,59


LB = = =
004 , 0
59 , 13
e
n
Q
3397,5 m
2
Keterangan :
L = panjang kantong lumpur (m)
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 64

B = lebar kantong lumpur (m)
Q
n
= debit saluran (= Q
sadap
) (m
3
/dt)
e = kecepatan endap partikel sedimen (m/dt)
Dimensi kantung sebaiknya mengikuti kaidah 8 >
B
L
, sehingga lebar
saluran maka dapat dihitung:
L = 8B
LB = 3397,5
8B
2
= 3397,5
B = 20,61 m dan L = 164,45m
Maka B < 20.61 m dan L > 164,45 m

Penentuan I
n
(eksploitasi normal dengan kolam hampir penuh)
Biasanya V
n
diambil 0,40 m/dt untuk mencegah tumbuhnya vegetasi dan
agar partikelpartikel yang besar tidak langsung mengendap dihilir pengambilan.
Harga K
s
dapat diambil 40. Untuk menentukan R
n
, luas harus diperkirakan dulu.
- Luas Penampang basah, A
n
= = =
40 , 0
13,59
n
n
V
Q
33,975 m
2

- Kedalaman normal, h
n
= = =
61 , 20
975 , 33
B
A
n
1,65 m
- Keliling Basah P
n
menjadi:
P
n
= b + 2 h
n
( )
2
1 m +
P
n
= 20,16 + (2) (1,65) ( )
2
1 1+
P
n
= 24.83 m
R
n
= = =
83 . 24
975 . 33
n
n
P
A
1.37 m

- I
n
dapat ditentukan sebagai berikut:
I
n
=
( )
2
3 / 2
2
s
n
n
K R
V


dimana k
s
= 1/n = 1/0,025 = 40
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 65

I
n
=
( )
2
3 / 2
2
40 1,288
40 , 0

I
n
= 0,0000657

Penentuan I
s
(pembilasan kantong lumpur kosong)
Sedimen di dalam kantung berupa pasir kasar. Untuk asumsi awal dalam
menentukan I
s
, kecepatan aliran untuk pembilasan direncanakan 1 m/dt.
- Debit untuk pembilasan diambil
Q
s
= 1,2 x Q
n
= 1,2 x 13.59 = 16.308 m
3
/dt.

- Luas penampang basah, A
s

A
s
= = =
1
308 . 16
s
s
V
Q
16.308 m
2

Bentuk Penampang adalah persegi, maka :
- Kedalaman Kantong Lumpur
A
s
= B x h
s

16.308 = 20.61 x h
s
h
s
= 0.791m

- Keliling Basah, P
s

P
s
= B + 2 h
s

P
s
= 20.61 + (2) (0,791)
P
s
= 22.192 m

- Jari jari hidraulis
R
s
= = =
192 . 22
308 . 16
s
s
P
A
0,735 m
I
s
dapat ditentukan sebagai berikut:
I
s
=
( )
2
3 / 2
2
s
s
K R
V

Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 66

I
n
= 0,0000713
I
s
= 0,00107
+ 44,5
+ 43,783
+ 43,59
+ 45,5
L = 177,5 m
H = 0,19
Hs = 0,717
I
s
=
( )
2
3 / 2
2
40 735 , 0
1

I
s
= 0.001


Dimensi kantong lumpur
Volume kantong lumpur (V) hanya bergantung kepada jarak waktu
(interval) pembilasan.Interval pembilasan = 7 hari
Direncanakan kantong lumpur 2 pias :
Q =

2
=
13,59
2
= 6.795
m
3
dt

V = 0,0005 x Q
n
x T
= 0,0005 x 6.795 x 7 x 3600 x 24
= 2054.808 m
3
V = 0,5 b L + 0,5

L
2
.b
2054.808 = 0,5 x 20.61 L + 0.5 ((1.0 x 10
-3
) - (6.57 x 10
-5
)) L
2
x 20.61
2054.808 = 10.305 L+ 0,000854 L
2
Dengan iterasi didapat L = 199.399 m 199.4 m
Maka,
L = 177,5 m B = L/10
= 199.4/10
= 19.94 m








Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 67

+ 45,06
+ 44,38
0,878
+ 44,18
Bangunan Pembilas Kantong Lumpur dan Saluran Pembilas
- Bangunan Pembilas
Direncanakan 5 buah pintu dengan b = 2,00 m dan 4 pilar dengan b = 0,8
m
B
nf
= 5 x 2,00 m = 10 m

- b x h
s
= b
nf
x h
nf
20.61 x 0,791 = 10 x h
nf
h
nf
= 1.63 m

- kedalaman tambahan 1,63 0,791 = 0.839 m ~ 0,8 m








\ Saluran Pembilas
V = 1 m
3
/dt
Elevasi Dasar Sungai = +44.996
Panjang Saluran Pembilas = 60 m
Dengan menggunakan nilai banding b/h = 8,5 ;
A
f
= b
nf
x h
f
= 10,00 x 1,63 = 16.3 m
2

A
f
= ( n + m )H
2

16.3 = (8,5 + 1)H
2

H = 1,31 m
B = 11.135 m

Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 68

+ 44,18
+ 44,10
+ 44,00
H = 0,96 m
+ 45,06
0,1
60 m
If = 0,0017
Kemiringan yang diperlukan dapat ditentukan dengan rumus Strickler, K
s

= 35
V
f
= K
s
x R
f
2/3
x i
f


1 = 35 x 1.0
2/3
x i
f
1/2
i
f
1/2
= 0,03
i
f
= 0,001









6. Bangunan Pengambilan Saluran Primer
Ambang pengambilan disaluran primer diambil 0,1 m diatas muka kantong
lumpur dalam keadaan penuh (+45,8).
H
n
= 1,032 m
Muka air disebelah hulu pengambilan = +45,8 + 1,21 = +47,01
Direncanakan kehilangan tinggi energi = 0,1 m diatas pengambilan.
Q
n
= x h
i
x b
i
x 2gz
13.59 = 0,9 x 1,01 x b
i
x 2 x 9,81 x 0,1
b
i
= 10.84 m
b
i
= lebar bersih bangunan pengambilan
Dengan menggunakan 5 bukaan masing-masing 1,9 m, diperlukan 4 pilar masing-
masing 0,8 m. Jadi lebar total adalah :
b
i
=(5 x 1,9) +( 4 x 0,80) = 12,7 m






+ 45,80
+ 47,01
+ 46,91
+ 45,70
Hi = 1,01 m Hn = 1,21 m
+ 45,90
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 69






Potongan memanjang bangunan pengambilan saluran primer



























Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 70

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 KESIMPULAN :

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa :

1. Sistem penanaman yang direncanakan menggunakan padi varietas unggul
dan palawija dengan perencanaan 3 (tiga) kali penanaman dalam setahun
dengan pola tanam yaitu padi-padi-palawija.
2. Tinggi air sungai sebelum pembendungan sebesar 2,769 m dan tinggi air
setelah pembendungan sebesar 3,693 m
3. Kontruksi bendung didapat mercu bulat dengan elevasi dasar sungai
+45,746 m dan tinggi pembendungan yaitu 2.604 m dengan kemiringan
sebelah hilir 1:1

7.2 SARAN :

Menurut Anonim 1 (1986), banjir rencana maksimum diambil sebagai
debit banjir dengan periode ulang 50 tahun. oleh karena itu, debit banjir
rencana sebaiknya diambil dengan periode ulang 50 tahun.
Perhitungan harus dilakukan dengan sangat teliti, dan baik agar dapat
menghasilkan perencanaan yang benar benar sermpurna. Mahasiswa
hendaknnya segera menyusun laporan, sehingga nantinya perencanaan yang
dikerjakan dapat menghasilkan suatu perencanaan yang benar. Mahasiswa
juga diharapkan rajin berkonsultasi dengan pembimbing jika ada suatu
masalah. Hal ini dimaksudkan untuk tercapainya suatu perencanaan yang baik.



Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 71



DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. anonim 1996, Standar Perencanaan Irigasi, KP 01, Direktorat Jendral
Pengairan, Jakarta.
2. anonim 1986, standar perencanaan irigasi, KP 02, Badan Penerbit
Pekerjaan Umum, Jakarta.
3. anonim 1986, standar perencanaan irigasi, KP 03, Badan Penerbit
Pekerjaan Umum, Jakarta.
4. anonim 1996, Petak Tersier, KP 05, Direktorat Jendral Pengairan, Jakarta.
5. anonim 1996, Standar Penggambaran, KP-06, Direktorat Jendral
Pengairan, Jakarta
6. anonim 1986, standar perencanaan irigasi, KP 06, Badan Penerbit
Pekerjaan Umum, Jakarta.
7. anonim 1986, standar perencanaan irigasi, Bagian Penunjang, Badan
Penerbit Umum, Jakarta.
8. Dirwan, Ir., S.U., 2005, Perancangan Bendung Irigasi , Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
9. Diktat Catatan Kuliah Bangunan Air, Fakultas Teknik Unsyiah.











Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 72



L
A
M
P
I
R
A
N




Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 73



Data stasiun hujan dan klimatologi

Elevasi =

15 m dpl

Koordinat = 05 31' 07" LU dan 95 25' 45" BT


Tabel A.1 Data Klimatologi Rerata Bulanan

Data Unit Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
T C 25 26 26 27 27 28 26 27 26 26 26 25
U km/j 10 9 9 8 9 8 9 9 8 8 8 9
n % 48 53 50 55 53 55 50 48 40 39 43 44
RH % 80 79 80 80 78 73 72 71 76 79 81 82

T = temperatur / suhu
U = kecepatan angin
n = rasio antara penyinaran matahari aktual
dengan penyinaran matahari teoritis
RH = kelembaban relatif


Tabel A.2 Data Curah Hujan Harian Maksimum Bulanan
Tahu
n
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1985 37 43 51 49 35 53 87 19 48 45 34 54
1986 19 40 44 38 27 8 16 19 17 41 44 53
1987 46 16 69 32 125 18 13 56 48 23 40 22
1988 13 52 37 18 30 15 20 31 141 39 77 35
1989 69 14 25 47 63 8 43 28 61 22 86 20
1990 57 19 88 12 30 9 23 15 9 39 18 14
1991 50 110 54 16 10 34 6 16 8 34 25 41
1992 34 17 38 44 11 41 32 19 40 43 35 116
1993 56 10 13 35 62 28 21 24 44 8 52 106
1994 41 26 55 49 17 57 15 41 17 43 96 54
1995 109 10 67 21 58 32 8 22 12 73 65 13
1996 34 73 8 54 58 13 22 94 26 137 53 40
1997 120 15 24 26 26 67 82 19 24 59 62 40
1998 47 19 115 34 43 28 7 58 35 42 107 61
1999 108 43 21 20 32 17 14 82 20 29 51 81
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 74

2000 39 51 8 11 34 28 50 153 30 25 46 185
2001 60 33 26 13 31 52 23 15 38 24 185 100
2002 85 65 113 32 41 54 21 54 71 38 77 80
2003 49 72 11 80 95 155 54 124 45 126 42 75
2004 30 30 21 20 33 6 20 6 40 80 27 13
2005 85 65 113 32 41 54 21 20 25 38 77 80
2006 68 2 26 40 34 20 14 27 17 81 126 24
2007 30 18 29 42 21 12 39 29 75 13 37 68

Tabel A.3 Data Curah Hujan Setengah Bulan
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1985 I 74 50 59 34 35 59 18 53 28 106 127 67
II 54 115 107 89 154 167 119 127 57 76 106 48
1986 I 37 145 83 17 21 73 15 35 10 187 94 122
II 18 161 43 92 84 436 37 23 46 23 124 109
1987 I 194 169 18 94 302 36 9 27 67 29 60 79
II 4 11 72 88 23 20 13 75 134 53 49 37
1988 I 98 67 26 40 147 31 61 118 18 90 103 178
II 25 106 62 29 97 7 49 56 192 93 0 82
1989 I 67 64 39 107 153 2 70 145 52 30 171 68
II 107 27 47 67 43 8 5 68 119 6 157 60
1990 I 25 3 220 80 49 4 48 34 170 73 67 42
II 101 23 76 31 22 11 36 16 54 129 12 26
1991 I 82 10 67 71 238 76 1 33 18 66 50 91
II 142 103 107 5 31 22 12 30 10 66 80 95
1992 I 35 27 29 61 23 52 18 17 120 98 19 199
II 94 16 76 71 26 14 149 103 63 51 146 49
1993 I 87 27 0 35 173 69 4 57 11 24 50 27
II 15 123 20 69 29 8 28 101 80 10 110 141
1994 I 38 53 86 46 62 13 13 158 15 76 214 144
II 84 34 91 85 21 60 26 49 18 101 151 108
1995 I 57 234 102 29 38 2 4 11 18 185 61 149
II 56 146 165 106 61 37 26 72 33 79 183 23
1996 I 94 31 0 34 86 40 19 116 20 14 106 22
II 55 168 107 101 40 1 36 58 53 172 59 110
1997 I 14 293 160 36 62 110 275 40 18 83 35 205
II 73 56 47 50 21 10 10 71 39 101 226 37
1998 I 150 49 24 33 70 45 0 4 62 97 87 75
II 60 21 244 67 35 33 17 74 66 160 171 94
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 75

1999 I 116 104 25 20 57 39 30 15 14 55 82 32
II 12 68 21 55 30 24 105 153 40 41 38 44
2000 I 21 55 13 57 55 22 14 12 46 23 180 79
II 83 131 11 2 23 28 8 234 70 50 156 109
2001 I 122 3 12 12 72 98 40 32 35 54 66 27
II 8 97 34 33 47 38 25 157 70 15 472 151
2002 I 147 133 134 49 83 207 20 116 0 38 62 80
II 83 67 20 5 63 0 21 79 122 198 189 180
2003 I 169 151 9 143 227 159 90 17 38 192 129 19
II 75 173 37 0 104 26 187 281 53 206 103 222
2004 I 24 28 27 34 97 2 31 22 27 85 125 51
II 40 69 35 34 47 188 50 3 96 191 42 17
2005 I 147 133 134 49 83 207 20 116 0 38 62 80
II 83 67 20 5 63 0 21 79 122 129 189 180
2006 I 191 2 25 81 9 28 53 21 25 54 69 55
II 103 107 62 73 86 26 0 61 35 26 267 41
2007 I 42 45 98 40 95 117 119 16 147 15 174 191
II 182 50 27 108 45 42 104 87 10 45 84 118

TABEL A.4 EVAPOTRANSPIRASI (ET
0
)

Data stasiun hujan dan klimatologi

Elevasi = 15 m dpl


Koordinat = 05 31' 07" LU dan 95
25' 45" BT

Parameter Satuan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
T C
25 26 26 27 27 28 26 27 26 26 26 25
U km/j
10 9 9,0 8 9,0 8 9 9 8 8 8 9
n/N %
48 53 50 55 53 55 50 48 40 39 43 44
RH %
80 79 80 80 78 73 72 71 76 79 81 82
Ra mm/hari
13,996 14,848 15,424 15,424 15,052 14,628 14,828 15,176 15,300 15,024 14,272 13,796
ea mbar
31,70 33,60 33,60 35,70 35,7 37,8 33,6 35,7 33,6 33,6 33,6 31,7
ed mbar 25,360 26,544 26,880 28,560 27,846 27,594 24,192 25,347 25,536 26,544 27,216 25,994
ea - ed mbar 6,340 7,056 6,720 7,140 7,854 10,206 9,408 10,353 8,064 7,056 6,384 5,706
f(u) 0,918 0,853 0,853 0,788 0,853 0,788 0,853 0,853 0,788 0,788 0,788 0,853
W
0,7403 0,7503 0,7503 0,7603 0,7603 0,7703 0,7503 0,7603 0,7503 0,7503 0,7503 0,7403
1 - W 0,260 0,250 0,250 0,240 0,240 0,230 0,250 0,240 0,250 0,250 0,250 0,260
f(t)
15,650 15,900 15,900 16,100 16,100 16,300 15,900 16,100 15,900 15,900 15,900 15,650
f(ed)
0,120 0,117 0,116 0,107 0,111 0,112 0,120 0,120 0,120 0,117 0,114 0,120
f(n/N)
0,534 0,580 0,550 0,610 0,580 0,600 0,550 0,530 0,460 0,452 0,490 0,500
Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 76

Rs mm/hari 6,858 7,647 7,712 8,098 7,752 7,680 7,414 7,436 6,885 6,686 6,636 6,484
Rns mm/hari 5,144 5,735 5,784 6,073 5,814 5,760 5,561 5,577 5,164 5,014 4,977 4,863
Rn1 mm/hari 1,003 1,082 1,011 1,053 1,034 1,096 1,049 1,024 0,878 0,843 0,888 0,939
Rn mm/hari 4,141 4,653 4,773 5,020 4,779 4,664 4,511 4,553 4,286 4,171 4,090 3,924
c 0,955 0,988 0,985 0,982 0,991 0,999 0,981 0,974 0,979 0,939 0,972 0,956
ET0 mm/hari 4,371 4,936 4,938 5,073 5,193 5,436 5,287 5,434 4,702 4,243 4,204 3,986
Keterangan :
ET0 = c [ W Rn + (1-W) f(u) (ea-ed) ]
Rn1 = f(T) f(ed) f(n/N)
c = 1
Rn = [ (1-) Rs) ] - Rn1
f(u) = 0,27 [ 1 + (u/100) ]
= 0,25
Rs = Ra [ 0,25 + (0,50 n/N) ]























Perencanaan Irigasi & Bangunan Air

FACHRURRAZIE /0704101020051 77

Anda mungkin juga menyukai