Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH LABA AKUNTANSI (LABA KOTOR, LABA OPERASI, DAN LABA BERSIH) TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2006-2009

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan bagi para pemiliknya, untuk itu perusahaan harus memperoleh hasil yang menguntungkan dan perlu berkembang sehingga dibutuhkan dana. Perusahaan lebih memilih pasar modal sebagai sumber pembiayaan eksternal dibandingkan perbankan karena memiliki biaya yang lebih rendah. Hal tersebut dapat terjadi instrument keuangan itu dapat diperdagangkan di pasar modal dan salah satu instrument tersebut adalah saham. Saham adalah surat atau sertifikat tanpa penyetoran modal pada suatu perusahaan atau perseroan (Siamat 2004). Harga saham suatu perusahaan menunjukan nilai penyertaan dalam perusahaan. Tinggi rendahnya saham suatu peusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor. Seperti yang diungkapkan Weston dan Brigham, banyak faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham, salah satunya adalah laba akuntansi. Riset akuntansi keuangan, terutama yang mencari hubungan angka laba dengan harga saham selalu menggunakan angka laba operasi yang dihitung menggunakan angka laba bersih dan tidak pernah menggunakan angka laba kotor. Secara implisit bahwa laporan keuangan laba rugi harus memuat informasi laba kotor, laba operasi, dan laba bersih. Sebenarnya dalam perincian masing- masing angka laba tersebut bertujuan untuk pengukuran efisiensi manajer dalam mengelola perusahaan. Laba kotor adalah selisih dari pendapatan perusahaan dikurangi dengan barang kos barang terjual. Semua biaya biaya langsung yang berhubungan dengan penciptaan barang terjual ini dikelompokan sebagai barang kos terjual. Bagi perusahaan dagang, kos barang terjual ini terdiri dari harga beli barang dan biaya lain yang dikeluarkan untuk menjadikan barang tersebut siap dijual.

Laba operasi adalah selisih laba kotor dengan biaya-biaya operasi. Biaya operasi adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan operasi perusahaan. Diantara biaya-biaya operasi tersebut adalah biaya gaji karyawan, administrasi, biaya perjalanan dinas, dan biaya iklan dan promosi. Laba bersih adalah selisih antara seluruh pendapatan yang operatif maupun tidak operatif dan selisih biaya operatif dan tidak operatif. Dengan demikian, laba bersih adalah laba yang menunjukan bagian laba yang ditahan dalam perusahaan da yang akan dibagikan sebagai deviden. Dalam SFAC no.1 menunjukan bahwa laba akuntansi adalah alat ukur yang baik untuk mengukur kinerja perusahaan dan juga untuk meramalkan aliran kas perusahaan (Hendrikson dan Van Breda: 2001). Dengan demikian laba akuntansi relevan dalam pengambilan keputusan yang dibuat oleh investor dan kreditur. Namun menurut Bedford (1971) menyatakan bahwa pembaca laporan keuangan harus menyadari makna laba akuntansi hanya bias dimengerti dengan jalan memahami bagaimana angka laba tersebut bisa dihasilkan atau diukur. misalnya ketiga angka laba tersebut memiliki makna (emantik ) yang berbeda dengan perbedaan tersebut juga memiliki efek (pragmatik) yang berbeda dengan penggunanya. Berbagai penelitian yang menghubungkan informasi angka laba dengan harga saham, umumnya menggunakan laba operasi sebagai ukuran angka laba. Menurut Bushman, Shinta, dan Kusuma (2004), menyatakan bahwa angka laba operasi lebih mampu menggambarkan operasi perusahaan dibandingkan dengan laba bersih. Selain itu, laba operasi juga diasumsikan memiliki hubungan langsung dengan proses penciptaan laba. Laba bersih dianggap masih dapat dipengaruhi oleh hal-hal yang ada di luar kendali manajemen, misalnya peristiwa luar biasa yang meningkatkan laba atau menurukan laba. Jika angka laba bersih tidak sepenuhnya bisa dikendalikan oleh manajemen dan angka laba operasi tidak sepenuhnya berhubungan dengan operasi perusahaan, maka angka laba kotor sebenarnya lebih terkendali oleh manajer dan memiliki hubungan yang lebih erat dengan penciptaan pendapatan. Rekening kos barang terjual sepenuhnya dikendalikan oleh manajemen karena akan menentukan daya saing produk di pasar. Oleh Karena itu, manjemen pasti berusaha untuk mengendalikan biaya tersebut pada tingkat yang lebih rendah agar barang yang dijual dengan harga yang kompetitif. Dengan demikian, laba kotor sebenarnya lebih operatif sifatnya dibandingkan dengan laba operasi. Karena laba kotor dapat menyediakan angka yang berguna untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dan menilai laba masa depan. Walaupun laba operasi didefinisikan sebagai laba yang mampu menggambarkan operasi normal perusahaan, namun tidak

seluruh biaya yang tergambar di dalam rekening biaya-biaya operasi merupakan biaya yang berhubungan langsung dengan penciptaan pendapatan. Usaha untuk mengungkap potensi laba dalam kemampuannya untuk memprediksi keuntungan investasi di masa depan telah banyak dilakukan oleh para peneliti, dari yang menguji kandungan nilai informasi laba, kemampuan prediksi laba sampai yang berhubungan dengan return saham. Namun pada umumnya para peneliti terdahulu menguji hanya pada angka laba operasi ataupun laba bersih saja. Seperti yang dinyatakan pada penelitian Daniarti dan Suhairi (2006) dan Febrianto dan Widiastuty (2005), mengenai laba terutama yang mencari hubungan angka laba dengan harga saham maupun return saham, selalu menggunakan angka laba operasi atau earning per share yang dihitung menggunakan angka laba bersih dan jarang menggunakan angka laba kotor. Berdasarkan kedua penelitian tersebut, yang mengindikasikan bahwa laba kotor direaksi paling kuat oleh pasar dan berpengaruh terhadap expected return saham, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai PENGARUH LABA AKUNTANSI (LABA KOTOR, LABA OPERASI, DAN LABA BERSIH) TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2003-2006 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka dapat ditarik suatu permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah laba akuntansi (laba kotor, laba operasi, dan laba bersih) memilki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2009? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan secara signifikan pengaruh laba akuntansi (laba kotor, laba operasi, dan laba bersih) terhadap harga saham pada perusahan manufaktur di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2009.

1.4. Manfaat Penelitian


3

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memberi informasi mengenai pengaruh laba akuntansi terhadap keuntungan saham bagi para pelaku pasar modal. 2. Bagi manajemen, hasil penelitian ini dapat dijadikan input dalam menentukan kebijakan perusahaan dalam mengambil keputusan terutama untuk mengambil keputusan investasi.
3. Memberi kontribusi terhadap akademisi, dosen, dan mahasiswa yang diharapkan

manambah wawasan sebagai referensi dalam melakukan penelitian sejenis. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut ( Darmadji dan Fakhruddin, 2001). Menurut Weston dan Copeland (1998), saham adalah tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas seperti yang telah diketahui bahwa tujuan pemodal membeli saham untuk memperoleh penghasilan dari saham tersebut. Masyarakat pemodal ini dikategorikan sebagai investor dan speculator. Investor disini adalah masyarakat yang membeli saham untuk memiliki perusahaan dengan harapan mendapatkan deviden dan capital gain dalam jangka panjang. Sedangkan speculator adalah masyarakat yang membeli saham untuk segera dijual kembali bila situasi kurs dianggap paling menguntungkan. Namun menurut Mishkin (2004), saham adalah suatu sekuritas yang memilki klaim terhadap pendapatan dan asset sebuah perusahaan. Sekurutas sendiri dapat diartikan sebagai pendapatan masa depan seorang peminjam yang dijual kepada yang meminjamkan, sering juga disebut instrument keuangan. Dalam transaksi jual beli di bursa efek, saham (shares) merupakan instrument yang paling dominan diperdagangkan. Ada dua jenis saham yaitu: 1. Saham biasa (Common Stock) Saham biasa adalah efek dari pernyataan pemilikan (equity security) dari badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas. Menurut Dahlan Siamat (1995:385), cirri-ciri dari saham biasa adalah sebagai berikut: a. Deviden dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.
4

b. Memiliki hak suara c. Hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan apabila bangkrut dilakukan setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi. 2. Saham preferen ( Prefered Stock) Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Adapun ciri-ciri dari saham preferen ( Dahlan Siamat, 1995:385) adalah sebagai berikut: a. Memiliki hak paling dahulu memperoleh deviden. b. Tidak memiliki hak suara c. Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan pengurus. d. Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditur apabila perusahaan dilikuidasi. Selembar saham mempunyai nilai atau harga, dan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: 1. Harga nominal Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham Karena deviden minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal. 2. Harga perdana Harga ini menerapkan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana. 3. Harga pasar Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Transaksi disisni tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi, harga inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya. Karena pada transaksi di pasar sekunder kecil sekali terjadi negoisasi harga investor dengan perusahaan penerbitnya.

2.1.2. Laba akuntansi


5

Para akuntan mendefinisikan laba dari sudut pandang perusahaan sebagai satu kesatuan. Laba akuntansi (accounting income) secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Belkoui menyebutkan bahwa laba akuntansi memiliki lima karakteristik berikut (Belkoui, 1993) : 1. 2. 3. 4. 5. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual terutama yang berasal dari penjualan barang atau jasa. Laba akuntansi didasarkan pada postulat periodeisasi dan mengacu pada kinerja perusahaan selama satu periode tertentu. Laba akuntansi didasarkan prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan. Laba akuntansi memerlukan pengukuran tentang biaya (expenses) dalam bentuk biaya historis. Laba akuntansi menghendaki adanya penandingan (matching) antara pendapatan dengan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut. Kelima karakteristik laba akuntansi di atas memungkinkan untuk menganalisis keunggulan dan kelemahan laba akuntansi. Keunggulan laba akuntansi dapat dirumuskan sebagai berikut (Belkoui, 1993) : 1. 2. 3. 4. Laba akuntansi bermanfaat untuk membantu pengambilan keputusan ekonomi. Laba akuntansi diukur dan dilaporkan secara objektif, dapat diuji kebenarannya karena didasarkan pada transaksi atau fakta aktual, yang didukung bukti objektif. Laba akuntansi memenuhi kriteria konservatisme, dalam arti akuntansi tidak mengakui perubahan nilai tetapi hanya mengakui untung yang direalisasi. Laba akuntansi dipandang bermanfaat untuk tujuan pengendalian, terutama pertanggungjawaban manajemen. Sementara itu, kelemahan mendasar dari laba akuntansi terletak pada relevansinya dalam proses pengambilan keputusan. Kelemahan laba akuntansi dapat dirumuskan sebagai berikut (Belkoui, 1993) : 1. 2. Laba akuntansi gagal mengakui kenaikan aktiva yang belum direalisasi dalam satu periode karena prinsip cost histories dan prinsip realisasi. Laba akuntansi yang didasarkan pada cost histories mempersulit perbandingan laporan keuangan karena adanya perbedaan metode perhitungan cost dan metode alokasi.
6

3.

Laba akuntansi yang didasarkan prinsip realisasi, cost histories, dan konservatisme dapat menghasilkan data yang menyesatkan dan tidak relevan. Menurut Febrianto dan Widiastuty (2005), ketiga angka laba akuntansi yakni laba kotor,

laba operasi, dan laba bersih bermanfaat untuk pengukuran efisiensi manajer dalam mengelola perusahaan. Investor dan kreditur yakni bahwa ukuran kinerja yang diutamakan dlam penilaian kinerja perusahaan adalah ukuran kinerja yang mampu menggambarkan kondisi dan prospek perusahaan dimasa mendatang dengan lebih baik. Penilaian kinerja perusahaan ini didasaran melalui informasi pada laporan laba rugi yang menyajikan informasi laba kotor, laba operasi, dan laba bersih. Masing-masing laba tersebut memiliki kandungan informasi tersendiri yang dapat digunakan untuk memprediksi laba dan juga aliran arus kas masa depan. Martin H.LTobing (2007), menyimpulkan bahwa laba yang dihasilkan perusahaan memilki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Dengan demikian laba sangat penting dalam manilai kinerja suatu perusahan terutama dalam pengambilan keputusan untuk investasi. 2.2. Penelitian Terdahulu Sampai saat ini penelitian-penelitian mengenai pengaruh laba akuntansi terhadap harga saham telah banyak dilakukan dan terus berkembang. Sbagian peneliti menggunakan laba operasi sebagai variabelnya untuk penelitian mengenai laba dalam pengujian kandungan informasi dan prediksi laba dengan harga saham. Banyak penelitian-penelitian mengenai laba dengan harga saham yang dilakukan dengan menggunakan laba operasi atau laba bersih, tidak pernah menggunakan laba kotor. Febrianto dan Widiastuty (2005), meneliti tentang angka laba akuntansi yakni laba kotor, laba operasi, dan laba bersih untuk mengetahui mana yang lebih bermakna bagi investor. Pada penelitian ini ditemukan bahwa laba kotor direaksi paling kuat dan mampu memberikan gambaran lebih baik tentang hubungan antara laba dengan harga saham. Penelitian Ball dan Brown (1968), menyimpulkan bahwa perubahan laba tahunan berkorelasi dengan return saham residual, sehingga banyak pnelitian yang secara konsisten menemukan bukti hubungan tentang relevansi dan ketepatan waktu (timeliness) laba akuntansi. Hasil penelitian tersebut menunjukan adanya hubungan antara laba kejutan dengan return residual secara signifikan. Luciana Spica Almira dan Dwi Sulistyowati (2007), meneliti tentang analisa terhadap relevansi nilai laba, arus kas operasi dan nilai buku ekuitas pada periode sekitar krisis keuangan
7

pada perusahaan manufaktur di BEJ. Dalam penelitian ini menyatakan bahwa berdasarkan nilai koefisien R menunjukan bahwa pada saat periode non krisis dan pasca krisis relevansi, nilai laba lebih tinggi dibandingkan arus kas operasi dan nilai buku ekuitas. Dan pada saat krisis relevansi nilai laba lebih rendah dan hasilnya mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Brown dan Sivakumar (2001), mereka membandingkan kualitas tiga angka laba kuartalan: laba operasi pro forma, EPS dari laba operasi, dan EPS dari laba sebelum pos-pos luar biasa, dan operasi yang dihentikan. Mereka menemukan bahwa laba operasi pro forma memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan EPS dari operasi atau EPS dari laba sebelum pos-pos luar biasa dan operasi yang dihentikan. 2.3 Kerangka Pemikiran Informasi tentang kinerja suatu perusahaan terutama tentang profitabilitas dibutuhkan untuk mengambil keputusan dalam suatu perusahaan dimasa yang akan datang. Dalam penyusunan laporan laba rugi, laba kotor dilaporkan lebih awal dari dua angka laba lainnya. Hal ini menunjukan bahwa perhitungan laba kotor akan menyertakan lebih sedikit komponen pendapatan dan biaya dibandingkan dengan angka laba operasi dan laba bersih. Perubahan laba menyediakan informasi yang diperlukan oleh investor dan kreditur untuk membantu dalam memprediksi jumlah ketepatan waktu dan ketidakpastian dari arus kas masa depan. Dalam mendukung kegunaan informasi laba, para peneliti akuntansi menemukan bahwa harga saham perusahaan berubah ketika perusahaan mempublikasikan laporan laba (W.H Brever, 2002). Dengan demikian informasi laba mempunyai pengaruh terhadap perubahan harga saham suatu perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan Luciana Spica Almira dan Dwi Sulistyowati (2007), dengan sampel 60 perusahaan selama tahun 1995-1998 dan menggunakan tehnik analisis regresi linier berganda. Dalam penelitian ini menyatakan bahwa berdasarkan nilai koefisien R menunjukan bahwa pada saat periode non krisis dan pasca krisis relevansi, nilai laba lebih tinggi dibandingkan arus kas operasi dan nilai buku ekuitas. Dan pada saat krisis relevansi nilai laba lebih rendah dan hasilnya mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Pada penelitian yang dilakukan Febrianto dan Widiastuty (2005), ditemukan bahwa laba kotor direaksi paling kuat oleh pasar dan berpengaruh terhadap expected return saham. Berdasarkan dua penelitian tersebut, penelitian ini akan menguji kemampuan laba kotor, laba operasi, dan laba bersih dalam mempengaruhi terhadap harga saham.

2.3.Hipotesis Penelitian Kothari (1989), mengidentifikasikan setisaknya ada empat hipotesa yang menjelaskan besaran koefisien respon laba: persistensi laba, resiko, pertumbuhan, dan tingkat bunga. Persistensi laba ditemukan memiliki hubungan yang positif dengan koefisien respon laba (ERC). Semakin persisten atau semakin permanen laba perusahaan, maka akan semakin tinggi ERC. Menurut Ramakrishnan dan Thomas (1991), menyatakan bahwa komponen laba bersih yang berbeda (termasuk juga komponen-komponen yang digunakan untuk menghitung laba kotor dan laba operasi). Akan memiliki persistensi yang berbeda. Sehingga pemilik tidak menghitung ERC secara rata-rata namun lebih baik membedakan ERC atas dasar kepermanenannya. Artinya adalah bahwa informasi laba akuntansi harus disajikan secara detail. Beberapa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu adalah: Ha1 : Laba kotor berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham Ha2 : Laba operasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham Ha3 : Laba bersih berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham Ha4: Laba kotor lebih baik dibandingkan dengan laba operasi dan laba bersih dalam pengaruhnya terhadap harga saham. III. METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003 sampai dengan 2006. Metode yang digunakan dalam penelitian objek pada penelitian ini adalah purpose sampling yaitu metode pemilihan objek dengan beberapa kriteria tertentu. Kriteria yang dimaksudkan adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. Tersedia laporan keuangan selama periode tahun 2003-2006. Mengumpulkan dan menyajikan secara lengkap data yang dibutuhkan. Tidak mengalami kerugian dn tidak melakukan merger selama periode pengamatan .

Berdasarkan kriteria di atas maka terpilih sampel sebanyak 42 perusahaan manufaktur go publik dibursa efek Indonesia. 3.2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain adalah dengan melakukan dokumentasi dimana penulis mencari
9

data dari catatan-catatan atau laporan keuangan yang ada Bursa Efek Indonesia (BEI). Jenis data yang digunakan merupakan data sekunder yang meliputi laporan keuangan yang telah dipublikasikan yang diambil dari Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006-2009. Yaitu laporan laba rugi perusahaan manufaktur yang terdaftar dan sesuai kriteria pemilihan sampel. Dan data yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory ( ICMD) yang meliputi harga pasar saham, nilai buku saham, dan earning per share. 3.3. Variabel Penelitian Di dalam penelitian ini variabel-variabel penelitian diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable).

Variabel terikat (dependent variable) pada penelitian ini adalah reaksi pasar yang diperoleh dengan akumulasi return abnormal (CAR). Perhitungan return abnormal adalah sebagai berikut :

ARJ,t = RJ,t Rm,t ARJ,t : return abnormal perusahaan J pada hari t RJ,t Rm,t

(3)

: return sekuritas : return indeks pasar

Variabel bebas (independent variable) Variabel bebas pada penelitian ini adalah laba kotor, laba operasi, dan laba bersih dengan pengukuran sebagai berikut : 1. Laba kotor yaitu selisih dari pendapatan perusahaan dikurangi dengan barang cost barang terjual. Cost barang terjual adalah semua biaya yang dikorbankan dimana untuk perusahaan dimulai dari tahap ketika bahan baku masuk ke pabrik, diolah hingga dijual. Biaya-biaya langsung yang berhubungan dengan penciptaan produk tersebut yang dikelompokan sebagai cost barang terjual. 2. Laba operasi yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan operasional utama perusahaan, setelah dikurangi dengan biaya-biaya usaha. Laba bersih yaitu angka yang menunjukan selisih antara seluruh pendapatan dari kegiatan operasi perusahaan maupun non operasi perusahaan. 3. Laba bersih yaitu angka yang menunjukan selisih antara seluruh pendapatan dari kegiatan operasi maupun non operasi perusahaan.

10

Penelitian ditujukan untuk membandingkan kekuatan hubungan ketiga angka laba tersebut dengan harga saham. Kekuatan hubungan tersebut diukur sekitar tanggal sebelum pengumuman laba, termasuk tanggal pengumuman laba, dan setelah tanggal pengumuman laba. 3.4. Metode Analisa Model analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda dimaksudkan untuk menguji sejauh mana dan bagaimana arah variabervariabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Model Imhoff dan Lobo (1992) adalah model interaksi yang dinyatakan sebagai berikut :

CARj,[t1-t2] = b0 + b1UEJ,t + e CARj,[t1-t2] J UEJ,t b1 b0 e


: akumulasi return abnormal perusahaan : Interval waktu dari t1 hingga t2

(1)

: selisih laba akuntansi (laba kotor, laba operasi, dan laba bersih) : ERC : Estimasi intercept regresi : Random error

Kedua, kami menguji hubungan antara return abnormal, laba kotor, laba operasi, dan laba bersih dengan menggunakan persamaan regresi sebagai berikut :

CARj,[t1-t2] = b0 + b1kotor + b2operasi + b3bersih + e (2)


Pengujian ini dilakukan untuk menguji kandungan informasi dari laba kotor, laba operasi, dan laba bersih. Persamaan tersebut mengikuti prosedur yang dilakukan oleh Swaminathan dan Weintrop (1991). Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana, pada keempat variabel penelitian tersebut dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinieritas. Hal ini bertujuan agar hasil perhitungan tersebut dapat diinterpretasikan secara tepat dan efisien.

11

\ DAFTAR PUSTAKA Febrianto, R. dan E. Widiastuty. 2005. Tiga Angka Laba Akuntansi : Mana yan Lebih Bermakna Bagi Investor? SNA VIII (Solo): 159-169. Kieso, Donald E. dan Jerry J. Weygandt. 2007. Akuntansi Intermediate. Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Daniati, Ninna dan Suhairi. 2006. Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor, dan Size Perusahaan terhadap Expected Return Saham. SNA IX Padang.
12

Rahayu, Sri. 2009. Pengaruh pengumuman laba terhadap perubahan harga saham. www.google.com

Murhadi, Werner R. 2009. Analisis saham: pendekatan fundamental. Jakarta : indeks Ariani, Marisca Dwi. 2010. Pengaruh laba kotor, laba operasi, dan laba bersih dalam memprediksi arus kas di masa mendatang. SNA VIII Purwokerto.
Ball, R. dan P. Brown. 1968. An empirical evaluation of accounting income numbers. Journal of Accounting Research 6, 159-177. Imhoff, E. A. dan G. J. Lobo. 1992. The effect of ex ante earnings uncertainty on earnings response coefficients. The Accounting Review, 67 (April). Kothari, S. 2001. Capital markets research in accounting. Journal of Accounting and Economics 31, 105-231. Nurmalasari, Indah. 2010. Analisis pengaruh rasio profabilitas terhadap harga saham emiten LQ45. www.google.com

13

Anda mungkin juga menyukai