Anda di halaman 1dari 21

Laporan Kasus Kandidiasis Vulvovaginitis

BAB I PENDAHULUAN
Keputihan (flour albus) merupakan salah satu masalah yang muncul pada wanita. Penyebab dari keputihan ini dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, maupun parasit. Salah satu penyebab kedua tersering dari flour albus ini adalah jamur yakni spesies Candida albicans, yang disebut pula dengan penyakit Kandidiasis vulvovaginitis.1 Kandidiasis vulvovaginitis (KV) adalah infeksi jamur pada vagina yang merupakan infeksi kedua tersering yang ditemukan setelah bakterial vaginitis. Antara 20-25% dari kasus vaginitis disebabkan oleh infeksi jamur kandida.1,2,3 Diperkirakan 75% dari wanita dewasa di dunia pernah menderita KV sekali selama hidup dan 40-50% akan mengalami episode berulang.1,3 Wanita dengan KV sering menghindar aktivitas seksual karena sakit, tidak nyaman selama berhubungan dan bisa menularkan penyakit pada pasangannya. Pengaruh psikososial penyakit bervariasi, sebagian sampai tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial, olah raga atau aktivitas yang lain, dan menyebabkan susah berkonsentrasi dalam pekerjaan. Oleh karena itu penanganan penyakit ini perlu dilakukan dengan baik.4,5 Berikut akan dilaporkan sebuah kasus keputihan yang mengarah pada etiologi jamur yakni Candida Albicans.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Pelita Harapan Siloam Hospital Lippo Village

Laporan Kasus Kandidiasis Vulvovaginitis

BAB II LAPORAN KASUS

3.1. IDENTITAS PASIEN Nama Lengkap Jenis Kelamin Usia Status Pernikahan Agama Pekerjaan Alamat : Ny. F : Perempuan : 29 tahun : Menikah : Islam : Ibu Rumah Tangga : Balaraja

3.2. ANAMNESIS (Autoanamnesis) Keluhan Utama : Pasien mengeluh keputihan sejak 4 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien mengeluh keputihan sejak 4 hari sebelum datang ke puskesmas (PKM) Balaraja. Keputihan yang dialami berwarna kuning, kental, dan menggumpal. Keputihan tersebut disertai rasa gatal sehingga aktivitas sehari-hari terganggu, dan tidak berbau. Keluhan serupa pernah dialami pasien saat hamil anak pertama saat usia kehamilan sekitar 3 bulan, dan saat itu, Ia berobat ke bidan dan membaik (lupa nama obat). Untuk keluhan saat ini, pasien belum berobat. Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, tidak dalam keadaan hamil, tidak mengonsumsi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Pelita Harapan Siloam Hospital Lippo Village

Laporan Kasus Kandidiasis Vulvovaginitis antibiotik tertentu, tidak menggunakan kontrasepsi oral. Buang air besar dan buang air kecil tidak ada keluhan.

Riwayat Haid
Menarche Siklus haid Lama Panjang siklus Banyak Nyeri haid : 13 tahun : teratur : 5-7 hari : 30 hari : 2-3 pembalut/hari : kadang-kadang

Riwayat Keluarga Berencana Riwayat penggunaan kontrasepsi pil atau suntik maupun AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) disangkal, hanya menggunakan kondom.

Riwayat Pernikahan : Pasien menikah 1 kali sudah dan telah memiliki 1 orang anak berusia 1 tahun.

Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien menyangkal adanya riwayat sakit hipertensi, asma, diabetes mellitus, penyakit jantung, dan penyakit serius lainnya. Riwayat operasi disangkal (termasuk belum pernah operasi sesar).

Riwayat Alergi dan Obat-obatan: Riwayat alergi obat, alergi makanan disangkal

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Pelita Harapan Siloam Hospital Lippo Village

Laporan Kasus Kandidiasis Vulvovaginitis Riwayat Sosial dan Kebiasaan Riwayat merokok, minum alkohol, obat-obatan, dan jamu disangkal oleh pasien. Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Keadaan sosial ekonomi sedang. Mengganti celana 2 kali sehari. Riwayat Keluarga: Pasien tidak mengetahui riwayat penyakit hipertensi, asma, maupun kencing manis dalam keluarganya. 3.3. PEMERIKSAAN FISIK STATUS GENERALIS: Keadaan Umum Kesadaran Tekanan Darah Nadi Pernapasan Suhu Berat Badan TB
Kulit Kepala Bentuk Rambut : Normosefali, simetris : Rambut hitam, tidak mudah rontok, alis tidak mudah dicabut Warna Turgor : Sawo matang, tidak pucat, tidak ikterik : Baik

: Sedang : Composmentis : 120/80 mmHg : 76 x/menit, regular, isi cukup : 19 x/menit : 36.5 0C : 62 kg : 156 cm

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Pelita Harapan Siloam Hospital Lippo Village

Laporan Kasus Kandidiasis Vulvovaginitis


Mata Telinga Hidung Bentuk Septum Mukosa hidung : Normal : Deviasi (-) : Tidak hiperemis Daun Telinga Liang Telinga Pendengaran : Normal : Bersih : Normal Pupil Refleks pupil Gerakan bola mata Konjungtiva Sklera Refleks cahaya : bulat, isokor : +/+ : Baik : Anemis -/: Ikterik -/: +/+

Mulut dan Tenggorokan Leher Tiroid Trakea : Pembesaran (-) : Terletak di tengah Bibir Gigi geligi Lidah Faring : Pucat (-), Sianosis (-) : Lengkap, karies (-) : Bersih, tepi hiperemis (-), tremor (-) : Tidak hiperemis

Kelenjar Getah Bening KGB leher KGB aksila KGB inguinal : tidak terdapat pembesaran : tidak terdapat pembesaran : tidak terdapat pembesaran

Thoraks:

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Pelita Harapan Siloam Hospital Lippo Village

Laporan Kasus Kandidiasis Vulvovaginitis Paru-paru: Inspeksi : Bentuk simetris, pergerakan pernapasan simetris Palpasi Perkusi Auskultasi Jantung: Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Mamae: - Simetris, tidak ada benjolan. - Areola mammae pigmentasi normal. - Puting susu menonjol, ASI (-) Abdomen: Inspeksi : Dinding perut terlihat simetris, bentuk dinding perut datar, tidak ada kelainan kulit maupun pelebaran vena, tidak ada spider nevi. Palpasi : Dinding perut supel, tidak terdapat distensi abdomen, nyeri tekan (-). Hepar tidak teraba, limpa tidak teraba, ginjal ballotenment (-) Perkusi Auskultasi Punggung: - Nyeri ketok costovertebral tidak ada - Tidak ada skoliosis, hiperlordosis, hiperkifosis : Timpani di seluruh lapangan abdomen : BU (+) normal : Iktus cordis terlihat : Iktus cordis teraba : jantung dalam batas normal : S1, S2, Murmur (-), Gallop (-) : Fremitus raba simetris : Sonor : vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki -/-

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Pelita Harapan Siloam Hospital Lippo Village

Laporan Kasus Kandidiasis Vulvovaginitis

Ekstremitas: - Akral hangat, pulsasi kuat dan teratur - Varises (-), Sianosis (-), edema (-) Status Ginekologis Inspeksi Tampak peradangan (eritem) pada vulva, tidak tampak benjolan, tak tampak flour albus. Inspekulo Terdapat discharge berwarna kuning, kental dan menggumpal pada dinding vagina, tidak ditemukan massa.

3.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak dilakukan 3.5. DIAGNOSA Kandidiasis vulvovaginitis 3.6. DIAGNOSA BANDING y y
Vaginitis trichomoniasis Vaginosis bakterial

3.7.PENATALAKSANAAN MEDIKAMENTOSA - Nystatin 100,000 Unit vaginal tablet, 1 kali sehari NON-MEDIKAMENTOSA - Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi agar tetap kering dan tidak lembab - Tidak menggunakan celana yang ketat

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Pelita Harapan Siloam Hospital Lippo Village

Laporan Kasus Kandidiasis Vulvovaginitis - Membasuh tangan dengan sabun sebelum menyentuh

genetalia, membersihkan genetalia dari depan (simpisis) sampai kebelakang (periotonium) lakukan dalam 1 arah.

3.8. PROGNOSIS Ad vitam Ad fungsionam Ad sanationam : bonam : bonam : bonam

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Pelita Harapan Siloam Hospital Lippo Village

Laporan Kasus Kandidiasis Vulvovaginitis

BAB III TINJAUAN PUSTAKA


1. DEFINISI Kandidiasis vulvovaginitis merupakan satu dari penyakit vagina yang terbanyak setelah vaginitis bakterial. Antara 20-25% dari kasus vaginitis disebabkan oleh infeksi kandida.1,2,3 Diperkirakan 75% dari wanita dewasa didunia pernah menderita Kandidiasis vulvovaginitis sekali selama hidup dan 40-50% akan mengalami episode kedua.1,3 Wanita dengan Kandidiasis vulvovaginitis sering menghindar aktivitas seksual karena sakit, tidak nyaman selama berhubungan dan bisa menularkan penyakit pada pasangannya.4,5 2. ETIOLOGI Candida Albikans merupakan penyebab terbanyak yang dapat diisolasi > 80% dari penderita Kandidiasis vulvovaginitis.4,6 Spesies jamur ini dapat dijumpai di kulit yang normal, vagina dan saluran pencernaan. Di tempat ini ia hidup sebagai saprofit tetapi pada keadaan tertentu dengan pemakaian antibiotika yang cukup lama atau keadaan hormonal yang mengubah ekologi sekelilingnya, maka Candida ini akan tumbuh dengan cepat dan berubah bentuk dengan membuat miselia sehingga jamur ini menjadi pathogen.7

3.

KLASIFIKASI Kandidiasis vulvovaginitis dapat diklasifikasikan sebagai uncomplicated

dan

complicated.

Uncomplicated

Kandidiasis

vulvovaginitis

adalah

candidiasis dengan gejala ringan sampai sedang, terjadi sporadik dan tidak berulang, tidak immunocompromised, dan sangat mungkin penyebabnya

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Pelita Harapan Siloam Hospital Lippo Village

Laporan Kasus Kandidiasis Vulvovaginitis adalah C.albicans. Complicated Kandidiasis vulvovaginitis adalah

Kandidiasis vulvovaginitis yang rekurens, gejala yang berat, penyebabnya non-albican, atau wanita dengan diabetes yang tidak terkontrol, debilitasi, atau immunocompromised. Kandidiasis vulvovaginitis yang rekurens didefinisikan sebagai empat atau lebih episode Kandidiasis vulvovaginitis simtomatik dalam 1 tahun. Kandidiasis vulvovaginitis dengan gejala berat adalah eritema, edema, ekskoriasi vulva yang luas dan formasi fissura. 3,5 4. y FAKTOR PREDISPOSISI Faktor Lokal Mode pakaian ketat dan pakaian dalam yang dibuat dari serat sintetis rnenyebabkan panas, kulit lembab, dan permukaan mukosa genital sangat rentan terhadap infeksi Candida. Efek ini diperberat pula oleh kegemukan/obesitas. Kulit yang sensitif terhadap spray vagina dapat menimbulkan kerusakan integritas epitel vagina dan merupakan predisposisi dari infeksi.2,3 KV dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Apabila persiapan hubungan seksual tidak adekuat, vagina relatif kering merupakan predisposisi terjadinya trauma mukokutaneus yang mempermudah terjadinya infeksi.2,4 y Kehamilan Koloni vagina rata-rata meningkat selama kehamilan dan insiden keluhan vaginitis meningkat terutama pada trimester terakhir. Pedersen pada tahun 1969 menemukan 42% kandidiasis vagina pada kehamilan trimester terakhir dan menurun menjadi 11% pada hari ke tujuh setelah melahirkan. Kandungan glikogen pada sel sel vagina meningkat

dengan tingginya kadar hormon dalam sirkulasi. Ini mempertinggi proliferasi, pengembangbiakan dan perlekatan dari kandida albikan. Pertumbuhan jamur akan distimulasi dengan tingginya kadar hormon

10

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Pelita Harapan Siloam Hospital Lippo Village

Laporan Kasus Kandidiasis Vulvovaginitis estrogen, karena hormon ini dapat menurunkan PH vagina menjadi suasana yang lebih asam.2 y Imunosupresi Pemberian obat dalam jangka waktu yang lama terutama kortikosteroid sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kandida albikan, oleh karena obat ini bersifat imunosupresi.2 y Diabetes Militus Glukosa yang tinggi pada urine dan peningkatan konsentrasi sekresi vagina pada diabetes melitus mempertinggi pertumbuhan jamur.2 y Pengobatan Antibiotika Penggunaan antibiotika dapat mengurangi pertumbuhan bakteri yang sensitif tetapi tidak berpengaruh terhadap Candida. Antibiotika dapat membunuh bakteri gram negatif yang memproduksi anti kandida komponen, sehingga dapat merangsang pertumbuhan Candida.9 y Kontrasepsi Oral Episode gejala dari kandidiasis vagina biasanya lebih banyak pada wanita dengan pemakaian kontrasepsi oral daripada wanita yang tidak. Dikatakan bahwa kontrasepsi oral menyebabkan perubahan-perubahan pseudogestasional pada epitel vagina. Penelitian yang dilakukan oleh Caterall dengan pil estrogen dosis tinggi rnendapatkan hasil bahwa penderita KV gagal diobati dengan bermacam-macam obat dan segera sembuh setelah pemakaian kontrasepsi oral dihentikan. Tetapi penelitian lain tidak dapat menunjukan perbedaan frekuensi kandidiasis vagina dengan pemakaian pil atau cara KB yang lain.2

5.

PATOGENESIS Diperkirakan sekitar 20% dari wanita seksual aktif mengandung

11

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Pelita Harapan Siloam Hospital Lippo Village

Laporan Kasus Kandidiasis Vulvovaginitis strain kandida albikan didalam saluran pencernaan dan vagina. Banyaknya pertanyaan mengenai apakah kandida albikan dianggap sebagai bagian dari flora normal vagina yang asimtomatik masih kontroversial. Beberapa penulis menganggap beberapa perubahan lokal atau sistemik pada wanita dengan daya tahan tubuh yang lemah dapat memudahkan timbulnya KV.1 Pada pasien dengan koloni kandida albikan, sering dihubungkan dengan trauma vagina lokal yang kecil sebagai akibat dari hubungan seksual, pemasangan tampon vagina atau perubahan bakteri yang dihubungkan dengan pemakaian antibiotika. Tampaknya bahwa flora normal dapat menghasilkan komponen anti kandida yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangbiakan jamur.2,9 Hipersensitifitas terhadap antigen kandida, penting dievaluasi pada beberapa wanita dengan jamur yang sedikit, dapat merupakan reaksi imunitas humoral yang mempunyai efek pada KV. Sekresi antibodi mukosa mengandung sistem kompleks yang terbanyak adalah

imunoglobulin A. Tingginya level IgA pada sekresi vagina dapat mengurangi perlekatan kandida pada sel epitel dan mengurangi insiden vaginitis.2,9 Imunitas seluler dihubungkan dengan gangguan fungsi T sel, seperti pada keganasan hematologi atau infeksi dengan human imunodefisiensi virus, sehingga dengan menurunnya fungsi T sel, dapat menyebabkan insiden dan beratnya penyakit kandida makin meningkat.2 KV yang rekuren terdapat beberapa faktor endogen dan eksogen seperti diabetes melitus yang tidak terkontrol, penggunaan hormon estrogen, penggunaan antibiotika berspektrum luas dan adanya penurunan daya tahan tubuh. Faktor lainnya seperti penggunaan pakaian

12

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Pelita Harapan Siloam Hospital Lippo Village

Laporan Kasus Kandidiasis Vulvovaginitis yang ketat dari bahan nilon dan tidak adanya ventilasi dibawah pakaian memudahkan timbulnya infeksi karena peningkatan keringat dan peningkatan suhu permukaan tubuh. Banyak wanita dengan kandidiasis vagina rekuren tidak ditemukan faktor predisposisinya.9 Infeksi KV yang berulang dianggap berasal dari saluran pencernaan karena pada suatu penelitian ditemukan spesies kandida albikan dari hasil kultur rectal.9 Peran transmisi hubungan seksual yaitu ditemukannya koloni kandida dikulit penis kira kira 20% dari laki laki pasangan wanita laki

dengan KV yang rekuren. Kolonisasi asimtomatis pada penis laki 4 kali lebih sering pada laki

laki yang pasangan seksual terinfeksi KV.

Strain yang ditemukan pada kedua pasangan seksual biasanya identik.9 Ada bukti bahwa wanita dengan KV rekuren mempunyai kelainan antigen kandida spesifik dalam sel mediated imuniti. Penelitian ini memberikan hipotesa bahwa adanya imunodefisiensi didapat yang selektif pada wanita dengan kandidiasis vagina yang rekuren, dengan rusaknya respon T limposit.9

6.

GEJALA KLINIS Kandidiasis vulvovaginitis dijumpai pada masa seksual aktif dan dapat

timbul

pada

kehamilan.

diabetes

melitus,

penggunaan

obat-obat

imunosupresi dan antibiotika spektrum luas. Peradangan pada vagina disertai gejala-gejala subyektif berupa gatal-gatal, nyeri dan rasa panas. Eritem dan edema vulva dengan ekskoriasi merupakan temuan yang sering (Gambar 1).8 Pada pemeriksaan inspekulo mukosa vagina tertutup pseudomembran yang berwarna putih seperti keju halus. Apabila pseudomembran diangkat akan tampak bercak-bercak perdarahan. Sekret biasanya sedikit seperti air, tapi

13

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Pelita Harapan Siloam Hospital Lippo Village

Laporan Kasus Kandidiasis Vulvovaginitis kadang-kadang banyak dan berwarna putih, mengandung noda-noda seperti keju atau purulen. Labia mayora tampak bengkak dan merah tertutup oleh lapisan putih. Lesi-lesi ini terasa amat sakit sehingga menimbulkan dispareunia. Sedangkan sakit saat kencing disebabkan oleh karena urine melewati vagina yang meradang.2,3,8

Gambar 1. Eritem dan edema vulva.

7.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pada KV pH vagina tetap normal yakni kurang dari 4.5 dan pemeriksaan

mikroskopik dari vaginal discharge dengan saline dan 10% KOH memungkinkan identifikasi jamur (Gambar 2). Candida albicans dapat terlihat di vagina sebagai pseudohyphae atau germinated yeast dengan mycelia. Kultur, walaupun merupakan pemeriksaan gold standard, umumnya tidak direkomendasikan secara rutin.4,8 Kultur hanya direkomendasikan untuk pasien yang gagal dengan pengobatan empiris dan wanita dengan bukti infeksi, tetapi tidak ditemukan jamur pada pemeriksaan mikroskopik.3,8

14

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Pelita Harapan Siloam Hospital Lippo Village

Laporan Kasus Kandidiasis Vulvovaginitis

Gambar 2. Candida albicans dalam preparasi potassium hydroxide.Terlihat serpentine pseudohyphae.

8.

DIAGNOSIS Diagnosis kandidiasis vagina ditegakkan berdasarkan gejala-gejala klinis

yang khas dan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan mikroskopik. Walaupun saat ini, KV secara rutin didiagnosis tanpa mikroskop atau kultur, dan setengah dari kasus begitu didiagnosis, mungkin saja wanita-wanita tersebut tidak terinfeksi atau memiliki kondisi penyakit lainnya.3

9.

PENATALAKSANAAN Formulasi topikal jangka pendek (dosis tunggal dan regimen 1-3 hari)

secara efektif dapat mengobati vulvovaginal candidiasis tanpa komplikasi. Obat azole topikal yang dioleskan lebih efektif dibandingkan dengan nistatin. Pengobatan dengan azole menghasilkan pemulihan gejala dan kultur negatif pada 80-90% pasien yang menyelesaikan terapi. Krim dan suppositories dalam regimen yang direkomendasikan berbasis minyak sehingga dapat melemahkan kondom latex dan diafragma. Sediaan intravagina

15

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Pelita Harapan Siloam Hospital Lippo Village

Laporan Kasus Kandidiasis Vulvovaginitis butaconazole, clotrimazole, miconazole, dan tioconazole tersedia over-thecounter. 5
Regimen Rekomendasi Agen Intravagina Over-the-counter: Butoconazole 2% cream 5 g intravagina selama 3 hari ATAU Clotrimazole 1% cream 5 g intravagina selama 7-14 hari ATAU Clotrimazole 2% cream 5 g intravagina selama 3 hari ATAU Miconazole 2% cream 5 g intravagina selama 7 hari ATAU Miconazole 4% cream 5 g intravagina selama 3 hari ATAU Miconazole 100 mg vaginal suppository, 1 per hari selama 7 hari ATAU Miconazole 200 mg vaginal suppository, 1 per hari selama 1 hari ATAU Tioconazole 6.5% ointment 5 g intravagina dalam 1 kali pakai Agen Intravagina dengan Resep Dokter: Butoconazole 2% cream 5 g intravagina selama 1 hari ATAU Nystatin 100,000 unit vaginal tablet, 1 kali selama 14 hari ATAU Terconazole 0.4% cream 5 g intravagina selama 7 hari ATAU Terconazole 0.8% cream 5 g intravagina selama 3 hari ATAU Terconazole 80 mg vaginal suppository, 1 per hari selama 3 hari

16

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Pelita Harapan Siloam Hospital Lippo Village

Laporan Kasus Kandidiasis Vulvovaginitis


Agen Oral: Fluconazole 150 mg PO, 1 kali dosis tunggal
Sumber: Center for Disease Control and Prevention. Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2010.

Pasien dianjurkan kembali untuk evaluasi ulang apabila gejala menetap atau berulang dalam waktu 2 bulan setelah onset awal gejala. KV umumnya tidak didapat melalui hubungan seksual sehingga tidak terdapat data yang mendukung pengobatan untuk pasangan seks. 5 KV yang rekuren diberikan terapi awal dengan durasi yang lebih panjang (contoh 7-14 hari terapi topikal atau 100 mg, 150 mh, atau 200 mg dosis fluconazole oral setiap hari ketiga sebanyak 3 dosis (hari 1, 4, dan 7) untuk mencapai remisi mikologik sebelum memulai regimen antifungal maintenance. Regimen maintenance adalah fluconazole oral 100 mg, 150 mg, atau 200 mg per minggu selama 6 bulan sebagai terapi lini pertama. 5 KV dengan gejala berat diberikan terapi dengan durasi yang lebih lama. Topikal azole selama 7-14 hari atau 150 mg fluconazole dalam dua dosis (dosis kedua 72 jam setelah dosis pertama) direkomendasikan. Pengobatan optimal untuk nonalbicans KV masih belum diketahui. Beberapa opsi adalah terapi dengan durasi lebih lama (7-14 hari) dengan nonfluconazole azole (oral atau topikal) sebagai terapi lini pertama. Apabila rekurensi terjadi, 600 mg boric acis dalam kapsul gelatin direkomendasikan, diberikan intravagina sekali sehari selama 2 minggu. Angka eradikasi regimen ini secara klinis dan mikologis adalah 70%. Pasien yang immunocompromised harus diperbaiki keadaan umumnnya dan diberikan pengobatan antimikotik yang lebih lama (7-14 hari). Dalam situasi kehamilan, hanya topikal azole yang direkomendasikan untuk pengobatan KV. 5

17

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Pelita Harapan Siloam Hospital Lippo Village

Laporan Kasus Kandidiasis Vulvovaginitis

BAB IV PEMBAHASAN
Pasien seorang wanita bernama Ny.F, berusia 29 tahun datang ke PKM Balaraja dengan keluhan keputihan sejak 4 hari yang lalu. Dari anamnesis didapatkan gejala keputihan berwarna kuning, kental,

menggumpal, disertai rasa gatal, dan tidak berbau. Pasien pernah mengalami keluhan serupa sewaktu hamil dan berobat ke bidan dan kemudian membaik tetapi pasien lupa nama obat oles yang diberikan. Untuk keluhan saat ini, pasien belum sempat berobat ke dokter. Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan keadaan umum sedang dan sadar penuh. Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal. Pemeriksaan fisik umum pasien dalam batas normal. Pada pemeriksaan khusus genital didapatkan eritema pada vulva, dan pada pemeriksaan inspekulo: discharge berwarna kuning, kental dan menggumpal pada dinding vagina. Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan ginekologis yang telah dilakukan pasien ini didiagnosa Kandidiasis vulvovaginitis. Walaupun sebenarnya dalam menegakkan diagnosis KV ini diperlukan korelasi antara gejala klinis, pemeriksaan ginekologis dan hasil swap vagina.

Hasil anamnesis yang mendukung diagnosis KV adalah keputihan yang disertai rasa gatal dan tidak berbau. Hasil pemeriksaan fisik yang mendukung diagnosis ini adalah keputihan dengan discharge berwarna kuning kental, menggumpal.

18

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Pelita Harapan Siloam Hospital Lippo Village

Laporan Kasus Kandidiasis Vulvovaginitis Diagnosis vaginosis bakterial dapat disingkirkan karena pada pemeriksaan ditemukan tanda radang pada vagina dan discharge vagina tidak berbau amis. Diagnosis vaginitis trikomoniasis juga dapat disingkirkan karena discharge tidak berbau busuk dan tidak berwarna kehijauan. Penatalaksanan keputihan harus didasarkan pada etiologi penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Pada kasus ini diberikan antifungal intravagina yakni nystatin 100,000 unit vaginal tablet, 1 kali sehari. Dan pada pasien ini disarankan agar lebih menjaga daerah pribadi supaya tidak lembab dengan

menggunakan celana dalam yang kering, bahan katun, memilah pakaian luar yang longgar seperti rok atau celana bahan dasar seperti non jeans, mengganti pembalut min 3x / hari saat mens.

19

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Pelita Harapan Siloam Hospital Lippo Village

Laporan Kasus Kandidiasis Vulvovaginitis

BAB V KESIMPULAN
Seorang wanita berusia 27 tahun datang dengan keluhan keputihan, berdasarkan dari anamnesa dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, pasien tersebut didiagnosa Kandidiasis vulvovaginitis. Umumnya sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina. Gejala dari flour albus tergantung berdasarkan dari penyebabnya. Penegakkan diagnosis KV berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit. Pada kasus ini diberikan antijamur yakni nystatin tablet intravagina 100,000 unit, dan pasien diharapkan menjaga kebersihan dan kelembaban di daerah pribadi wanita.

20

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Pelita Harapan Siloam Hospital Lippo Village

Laporan Kasus Kandidiasis Vulvovaginitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Latif OMS, Chelmow D. Vulvovaginitis. 2009. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/270872-overview 2. Kinghorn GR. Medical Overview of Vaginal Candidiasis. Int J Gynecol Obstet. 2002; 37:3 7. 3. Nabhan A. Vulvovaginal Candidiasis. ASJOG. 2006;3:73-9. 4. Mazdisnian F. Benign Disorders of the Vulva and Vagina. Dalam: DeCherney AH, Nathan L. Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and Gynecology. 10th ed. USA:McGraw-Hill. 2007;37. 5. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2010. Morbidity and Mortality Weekly Report. 2010;59:RR-12 6. Roy S. Vulvovaginitis. In : Mishell D R, Brenner P F, Eds. Management of common problem in obsterics and gvnecology. 3 rd ed. Oxford : Black Well. Scientific Publications, 1994 ; 278 14.

7. Sobel J D. Antimycotic azole resistance in vulvovaginal candidiasis. Int Gynecol Obstet. 2003 38 : 39 43. 8. Schorge JO, et al. Gynecologic Infection. In: Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham FG. Williams Gynecology. USA:McGraw-Hill. 2008;3.

21

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Pelita Harapan Siloam Hospital Lippo Village

Anda mungkin juga menyukai