Anda di halaman 1dari 5

Fobia

By Suli Hendriani Local / semester VII C Fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Fobia bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap Fobia sulit dimengerti. Itu sebabnya, pengidap tersebut sering dijadikan bulan bulanan oleh teman sekitarnya. Ada perbedaan "bahasa" antara pengamat fobia dengan seorang pengidap fobia. Pengamat fobia menggunakan bahasa logika sementara seorang pengidap fobia biasanya menggunakan bahasa rasa. Bagi pengamat dirasa lucu jika seseorang berbadan besar, takut dengan hewan kecil seperti kecoak atau tikus. Sementara di bayangan mental seorang pengidap fobia subjek tersebut menjadi benda yang sangat besar, berwarna, sangat menjijikkan ataupun menakutkan. Dalam keadaan normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut. Akan tetapi bila seseorang terpapar terus menerus dengan subjek Fobia, hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi. Fiksasi adalah suatu keadaan dimana mental seseorang menjadi terkunci, yang disebabkan oleh ketidak-mampuan orang yang bersangkutan dalam mengendalikan perasaan takutnya. Penyebab lain terjadinya fiksasi dapat pula disebabkan oleh suatu keadaan yang sangat ekstrem seperti trauma bom, terjebak lift dan sebagainya. Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan memiliki kesulitan emosi (mental blocks) dikemudian harinya. Hal tersebut dikarenakan orang tersebut tidak memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat. Setiap kali orang tersebut berinteraksi dengan sumber Fobia secara otomatis akan merasa cemas dan agar "nyaman" maka cara yang paling mudah dan cepat adalah dengan cara "mundur kembali"/regresi kepada keadaan fiksasi. Kecemasan yang tidak diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan akumulasi emosi negatif yang secara terus menerus ditekan kembali ke bawah sadar (represi). Pola respon negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek subjek fobia lainnya dan intensitasnya semakin meningkat. Walaupun terlihat sepele, pola respon tersebut akan dipakai terus menerus untuk merespon masalah lainnya. Itu sebabnya seseorang penderita fobia menjadi semakin rentan dan semakin tidak produktif. Fobia merupakan salah satu dari jenis jenis hambatan sukses lainnya. Beberapa istilah sehubungan dengan fobia :

afrophobia ketakutan akan orang Afrika atau budaya Afrika. agoraphobia - takut pada lapangan

antlophobia takut akan banjir. bibliophobia - takut pada buku caucasophobia ketakutan akan orang dari ras kaukasus. cenophobia takut akan ruangan yang kosong. claustrophobia - takut akan naik lift. dendrophobia - takut pada pohon ecclesiophobia - takut pada gereja felinophobia - takut akan kucing genuphobia - takut akan lutut hydrophobia ketakutan akan air. hyperphobia - takut akan ketinggian iatrophobia - takut akan dokter japanophobia - ketakutan akan orang jepang lygopobia - ketakutan akan kegelapan necrophobia - takut akan kematian panophobia - takut akan segalanya photophobia ketakutan akan cahaya. ranidaphobia - takut pada katak schlionophobia - takut pada sekolah uranophobia - ketakutan akan surga xanthophobia - ketakutan pada warna kuning arachnophobia - ketakutan pada laba-laba lachanophobia - ketakutan pada sayur-sayuran

Gejala Gejala Phobia Sistem yang muncul pada penderita hampir sama dengan gejala kecemasan, akan tetapi simtem-simtem yang ada terarah pada situasi dan kondisi tertentu saja (tidak menyeluruh). Beberapa simtem yang ditemukan pada penderita gangguan phobia: 1) Sering sakit kepala, migrain. 2) Ingin tidur lebih lama. 3) Berkeringat secara berlebihan. 4) Otot menegang. 5) Rasa ingin muntah. 6) Peningkatan rasa cemas 7) Berpikir secara tidak realistis, takut dan membayangkan sesuatu bakal terjadi. 8) Sulit berkonsentrasi. 9) Mudah merasa capai atau letih.

10) Gemetar. 11) Kewaspadaan secara berlebihan (overt alertness) 12) Phobia erat kaitannya dengan pengalaman trauma sebelumnya 13) Takut terhadap sesuatu kondisi atau situasi tertentu yang menimbulkan kecemasan akan tetapi kecemasan itu berkurang bila situasi atau objek yang ditakuti itu tidak berada disekitar individu

Phobia dan Cara Mengatasinya

Kata phobia sendiri berasal dari istilah Yunani phobos yang berarti lari (fight), takut dan panik (panic-fear), takut hebat (terror). Istilah ini memang dipakai sejak zaman Hippocrates. Phobia adalah ketakutan yang luar biasa dan tanpa alasan terhadap sebuah obyek atau situasi yang tidak masuk akal. Pengidap phobia merasa tidak nyaman dan menghindari objek yang ditakutinya. Terkadang juga bisa menghambat aktivitasnya Phobia ini terbagi menjadi 3 kategori, yaitu: 1. Phobia khusus yaitu ketakutan terhadap obyek atau aktivitas tertentu. Miisalnya acrophobia: takut ketinggian, ailurophobia: takut kucing, arachnophobia: takut laba-laba, cynophobia: takut anjing, nyctophobia: takut gelap, dll. 2. Phobia sosial yaitu ketakutan terhadap penilaian orang lain. 3. Agoraphobia yaitu rasa takut berada di tempat terbuka atau pusat keramaian. Banyak hal yang membuat seseorang mengidap phobia. Paling sering karena traumatis, terutama yang terjadi dimasa kecil. Phobia terjadi karena pikiran bawah sadar kita salah memberi arti terhadap peristiwa traumatis yang menyebabkan phobia.

Bila seseorang yang menderita phobia melihat atau bertemu atau berada pada situasi yang membuatnya takut (phobia), gejalanya adalah sebagai berikut: * Jantung berdebar kencang * Kesulitan mengatur napas * Dada terasa sakit * Wajah memerah dan berkeringat * Merasa sakit * Gemetar * Pusing * Mulut terasa kering * Merasa perlu pergi ke toilet * Merasa lemas dan akhirnya pingsan Kita mungkin jengkel melihat teman, saudara atau pasangan kita yang phobia. Suasana menjadi kacau, karena sesuatu yang kita pandang biasa malah membuatnya berteriak histeris, lari, atau bahkan pingsan. Seperti yang dialami suamiku, dia phobia banget kalau melihat darah. Pernah ketika itu menjenguk saudara dirumah sakit karena kecelakaan, suamiq terdiam setelah itu tiba - tiba pingsan gara - gara liat darah wach..jadi bener - bener kacau. Niatnya menjenguk ech malah jadi yang dijenguk. Tapi sekarang banyak cara mengatasi phobia. Berikut berdasarkan info yang ku dapat ada beberapa perawatan utama untuk mengatasi fobia, yaitu: a. Terapi berbicara. Perawatan ini seringkali efektif untuk mengatasi berbagai fobia. Jenis terapi bicara yang bisa digunakan adalah:

1. Konseling: konselor biasanya akan mendengarkan permasalahan seseorang, seperti ketakutannya saat berhadapan dengan barang atau situasi yang membuatnya fobia. Setelah itu konselor akan memberikan cara untuk mengatasinya. 2. Psikoterapi: seorang psikoterapis akan menggunakan pendekatan secara mendalam untuk menemukan penyebabnya dan memberi saran bagaimana cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. 3. Terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioural Therapy/CBT): yaitu suatu konseling yang akan menggali pikiran, perasaan dan perilaku seseorang dalam rangka mengembangkan cara-cara praktif yang efektif untuk melawan fobia. b. Terapi pemaparan diri (Desensitisation). Orang yang mengalami fobia sederhana bisa diobati dengan menggunakan bentuk terapi perilaku yang dikenal dengan terapi pemaparan diri. Terapi ini dilakukan secara bertahap selama periode waktu tertentu dengan melibatkan objek atau situasi yang membuatnya takut. Secara perlahan-lahan seseorang akan mulai merasa tidak cemas atau takut lagi terhadap hal tersebut. Kadang-kadang dikombinasikan dengan pengobatan dan terapi perilaku. c. Menggunakan obat-obatan. Penggunaan obat sebenarnya tidak dianjurkan untuk mengatasi fobia, karena biasanya dengan terapi bicara saja sudah cukup berhasil. Namun, obat-obatan ini dipergunakan untuk mengatasi efek dari fobia seperti cemas yang berlebihan. Terdapat 3 jenis obat yang direkomendasikan untuk mengatasi kecemasan, yaitu: 1. Antidepresan: obat ini sering diresepkan untuk mengurangi rasa cemas, penggunaannya dizinkan untuk mengatasi fobia yang berhubungan dengan sosial (social phobia). 2. Obat penenang: biasanya menggunakan obat yang mengandung turunan benzodiazepines. Obat ini bisa digunakan untuk mengatasi kecemasan yang parah, tapi dosis yang digunakan harus serendah mungkin dan penggunaannya sesingkat mungkin yaitu maksimal 4 minggu. Ini dikarenakan obat tersebut berhubungan efek ketergantungan. 3. Beta-blocker: obat ini biasanya digunakan untuk mengobati masalah yang berhubungan dengan kardiovaskular, seperti masalah jantung dan tekanan darah tinggi (hipertensi). Karena berguna untuk mengurangi kecemasan yang disertai detak jantung tak beraturan.

Anda mungkin juga menyukai