Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


Untuk memeperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi atau tes dilakukan melalui kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses pemberian skor atau angka-angka terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan atura-aturan tertentu. Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara pengukuran (measurment) dan evaluasi (evaluation) kegiatan pengukuran merupakan dasar dalam kegiatan evaluasi. Suatu tes merupakan proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan menyajikan suatu informasi yang bermanfaat untuk pembelajaran merupakan tes dalam bidang pembelajaran. Tujuan evaluasi atau pembelajaran adalah untuk menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Tes

perkembangan, dan pencapaian belajar siswa, serta keefektifan pengajaran guru. Evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian. Bila ditinjau dari tujuannya, evaluasi pembelajaran dibedakan atas evaluasi diagnostik, selektif, penempatan, formatif dan sumatif. Bila ditinjau dari sasarannya, evaluasi pembelajaran dapat dibedakan atas evaluasi konteks, input, proses, hasil dan outcom. Proses evaluasi dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengolahan hasil dan pelaporan.

B. Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan atau pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut : Mampu mendefinisikan apa yang dimaksud dengan tes Mampu mengutarakan berbagai macam tes yang dapt dilakukan terhadap para siswa/I disekolah Diharapkan dapat membuat syarat-syarat dalam pembuatan tes terhadap siswa/i Mampu membuat bagaimana sebenarnya cirri-ciri tes yang baik. Dan lain-lain

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian/Definisi Tes


Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulusatau pertanyaan (Djemari Mardapi, 1999: 2). Tugas pertama yang akan dihadapidalam merancang suatu tes untuk siswa adalah menentukan tujuan tes. Mendefinisikan tes akan membantu untuk memilih jenis tes yang baik, dan hal inimembantu untuk memfokuskan tujuan khusus dari tes tersebut. Ada dua tipe tes,pertama yang mungkin tidak biasa dibuat oleh seorang guru

Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Perancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Ada pula yang mengartikan sebuah piring yang dibuat dari tanah. Seorang ahli bernama James Ms. Cattel, pada tahun 1890 telah memperkenalkan pengertian tes ini kepada masyarakat melalui bukunya yang berjudul Mental Test and Measurement. Selanjutnya di Amerika Serikat tes ini berkembang dengan cepat sehingga dalam tempo yang tidak begitu lama masyarakat mulai menggunakannya. Banyak ahli yang mulai mengembangkan tes ini untuk berbagai bidang, namun yang terkenal adalah sebuah tes inteligensi yang disusun oleh seorang Prancis bernama Binet, yang kemudian dibanbtu penyempurnaannya oleh Simon, sehingga tes tessebut dikenal sebagai tes Binet-Simon (tahun 1904). Dengan alat ini Binet dan Simon berusaha untuk membedabedakan anak menurut tingkat inteligensinya. Dari pekerjaan Binet dan Simon inilah kemudian kita kenal istilah-istilah: umur kecerdasan (mental age), umur kalender (chronological age), dan indeks kecerdasan. Inteligensi kuosien atau Inteligence Quotient (IQ) Sebagai perkembangannya, Yerkes di Amerika Serikat menyusun tes kelompok (group tes) yang digunakan untuk menyeleksi calon militer sebanyak-banyaknya dalam waktu yang singakat karena diperlukan pada waktu perang Dunia 1. Tes ini dikenal dengan nama Army Alpha dan Army Betha.

Didorong oleh munculnya statistic dalam penganalisisan data dan informasi, maka akhirnya tes ini digunakan dalam berbagai bidang seperti tes kemampuan dasar, tes kelelahan perhatian, tesw ingatan,l tes minat, tes sikap, dan sebagainya. Yang terkenal penggunaannya disekolah hanyalah tes prestasi belajar. Sebelum sampai kepada uraian yang lebih jauh, maka akan diterangkan dahulu arti dari beberapa istilah-istilah yang berhubungan dengan tes ini. Tes (sebelum adanya ejaan yang disempurnakan dalam bahasa Indonesia ditulis dengan tes), adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan yang sudah ditentukan. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan misalnya: melingkari skah satu huruf di depan pilihan jawaban, menerangkan, mencoret jawaban yang salah, melakukan tugas atau suruhan, menjawab secar lisan, dan sebagainya. Testing Testing merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan. Dapat juga dikatakan testing adalah saat pengambilan tes. Testee (Dalam istilah Indonesia tercoba), adalah responden yang sedang mengerjakan tes. Orang-orang inilah yang akan dinilai dan diukur, baik mengenai kemampuan, minat, bakat, pencapaian, dan sebagainya. Tester (Dalam istilah Indonesia pencoba), adalah orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden. Dengan kata lain, tester adalah subjek evaluasi (tetapi adakalanya hanya orang yang ditunjuk oleh subjek evaluasi untuk melaksanakan tugasnya). Tugas tester antara lain: a. Mempersiapkan ruangan dan perlengkapan yang diperlukan. b. Membagikan lembaran tes dan alat-alat lain untuk mengerjakan. c. Menerangkan cara mengerjakan tes. d. Memberikan tanda-tanda waktu. e. Mengumpulkan pekerjaan responden. f. Mengisi berita acara atau laporan yang diperlukan (jika ada)

Macam-macam test a. Menurut pelaksanaannya dalam praktek test terbagi atas: Tes tulisan (written tes), yaitu test yang mengajukan butir-butir pertanyaan dengan mengharapkan jawaban tertulis. Biasanya test ini digunakan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik. Test lisan (oral test), yaitu tes yang mengajukan pertanyan-pertanyaan dengan menghendaki jawaban secara lisan. Test ini juga dilakukan untuk aspek kognitif peserta didik. Test perbuatan (performance test), yaitu tes yang mengajukan pertanyanpertanyaan dengan menghendaki jawaban dalam bentuk perbuatan. Test ini digunakan untuk menilai aspek psikomotor/ keterampilan peserta didik. b. Menurut fungsinya test terbagi atas: Tes formatif (formative test), yaitu test yang dilaksanakan setelah selesainya satu pokok bahasan. Test ini berfungsi untuk menetukan tuntas tidaknya satu pokok bahasan. Tindak lanjut yang dapat dilakukan setelah diketahui hasil test formatif peserta didik adalah: Jika materi yang ditestkan itu telah dikuasai, maka pembelajaran dilanjutkan dengan pokok bahasan yang baru. Jika ada bagian-bagian yang belum dikuasai oleh peserta didik, maka sebelum melanjutkan pokok bahasan yang baru, terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan kembali bagian-bagian yang belum di kuasai. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki tingkat penguasaan peserta didik Tes sumatif (summative test), yaitu test yang diberikan setelah sekumpulan satuan program pembelajaran selesai diberikan. Disekolah test ini dikenal sebagai ulangan umum. Test diagnostik (Diagnostic test), yaitu test yang dilakukan untuk menentukan secara tepat, jenis kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. c. Menurut waktu diberikannya test tergagi atas: Pra test (pre test), yaitu test yang diberikan sebelum proses pembelajaran. Test ini bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Jenis-jenis pra test antara lain: a. Test persyaratan (Test of entering behavior), yaitu tes yang dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan dasar yang menjadi syarat guna memasuki suatu kegiatan tertentu. b. Input test (test of input competence), yaitu test yang digunakan menentukan kegiatan belajar yang relevan, berhubungan dengan kemampuan dasar yang telah dimiliki oleh peserta didik. Test akhir (Post test), yaitu test yang diberikan setelah dilaksanakan proses pembelajaran. Tes tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan intelektual (tingkat penguasaan materi) peserta didik. Biasanya test ini berisi pertanyaan yang sama dengan pra test.

Menurut kebutuhannya, macam test antara lain: Psycho test, yaitu test tentang sifat-sifat atau kecenderungan atau hidup kejiwaan seseorang (peserta didik). IQ test, yaitu test kecerdasan. Test ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecerdasan seseorang (peserta didik). Test kemampuan (aptitude test), yaitu test bakat. Test ini bertujuan untuk mengungkap kemampuan atau bakat khusus yang dimiliki oleh seseorang.

Menurut jenisnya tes terbagi menjadi: Test standar, yaitu test yang sudah dibakukan setelah mengalami beberapa kali uji coba (try out) dan memenuhi syarat test yang baik. Test buatan guru, yaitu test yang dibuat oleh guru.

Menurut jenis waktu yang disediakan test terdiri atas: Power test, yakni test dimana waktu yang disediakan untuk menyelesaikan test tidak dibatasi. Speed test, yaitu test dimana waktu yang disediakan untuk menyelesaikan test dibatasi.

Ranah kognitif (kemampuan intelek) ; meliputi : Mengenal atau mengingat kembali Pemahaman Penerapan atau aplikasi Perincian atau analisis Pemanduan atau sintesis Evaluasi Ranah afektif ; berhubungan dengan pandangan siswa Ranah psikomotorik ; berhubungan dengan kerja otot atau keterampilan, meliputi : Persepsi Kesediaan bertindak Menirukan dan mencoba Gerak mekanik Gerak kompleks Standar penilaian ; terdiri dari : Standar mutlak atau standar absolute (seperti yang dilakukan pada system belajar tuntas) Standar relative (tergantung pada guru)

B. Persyaratan Tes
Pada bagian permulaan buku ini telah disinggung bahwa mengukur panjang sisi meja dengan menggunakan karet elastic yang diulur-ulur, sama halnya dengan tidak mengukur. Hasil ukurannya tidak akan dapat dipercaya. Akan tetapi apabila keadaannya memang terpaksa, yakni apabila kita harus melakukan pengukuran padahal yang ada di situ asal menggunakannya mengikuti aturan tertentu, yakni tidak boleh ditarik-tarik. Apabila situasi ini kita pindahkan kepada pelaksanaan evaluasi atau tes, maka dapat disajikan dalam situasi berikut ini: a. Seorang gur yang belum berpenglaman menyusun tes, mengadakan tes Bahasa Indonesia. Kepada siswa diberikan sebuah bacaan panjang dan beberpa pertanyaan yang dimaksudkan untuk mengukur kemapuan siswa mwnagkap isi bacaan tersebut, tetapi hanya meliputi bagian awal dari bacaan saja. Di samping itu, siswa diminta untuk

mengambil beberapa kata sukar dari bacaan itu dan menerangkan artinya. Pada waktu tes berlangsung, guru menungguinya dengan teliti dan tidak member kesempatan kepada siswa untuk saling bekerja sama. Tes berjalan dengan tertib. b. Seorang gur yang sudah berpengalaman, menyusun sebuah tes dengan baik. Kebetulan guru ini juga mengajar Bahasa Indonesia. Seperti halnya gur pertama, ia memberikan sebuah bacaan dan diikuti pertnyaan-pertanyaan tentang isi bacaan. Setelah itu diikuti deretan kata-kata sukar yang harus diterangkan oleh siswa. Pada waktu pelaksaan tes diserahkan kepada kawannya, orang guru yang baik hati . dibiarkan saja anak-anak bercakap-cakap merundingkan jawaban pertanyaan itu, atau anak-anak dengan sengaja mengeluarkan buku catatan dan melihat-lihat isinya. Dengan gambaran dua buah situasi tes diatas dapat dengan cepat diambil kesimpulan bahwa keduanya merupakan dua contoh pelaksanaan tes yang diharapkan. Keduanya tidak akan menghasilkan informasi yang baik tentang siswa. Walaupun dalam melaksanakan tes sudah diusahakan mengikuti aturan tentang suasan, cara, dan prosedur yang telah ditentukan namun tes itu sendiri mengandung kelemahan-kelemahan. Gilbert sax (1980, 31-42).

Jenis-jenis validitas

Validitas ramalan (Predictive validity); artinya ketepatan (kejituan) dari suatu alat pengukur ditinjau dari kemampuan tes tersebut untuk meramalkan prestasi yang dicapainya kemudian.

Validitas bandingan (Concurent-validity); artinya kejituan daripada suatu tes dilihat dari korelasinya terhadap kecakapan yang telah dimiliki saat kini secara riil.

Validitas isi (Content validity); artinya kejituan daripada suatu tes ditinjau dari isi tes tersebut (representative).

Validitas susunan (Construct Validity); artinya kejituan daripada suatu tes ditinjau dari susunan tes tersebut.

Tingkat kesahihan dan keterandalan evaluasi ditentukan oleh :

Keadaan objek yang dievaluasi. Misalnya sasaran didik sedang dalam keadaan sedih dan senang, maka kalau orang tersebut dites, ia akan memberikan respon yang berbeda terhadap suatu tes atau ujian yang sama.

Alat pengukur. Alat yang kurang baik, misalnya penggaris yang melengkung, timbangan yang tidak pernah ditar dan sebagainya

Situasi pengukuran. Situasi yang akrab akan menghasilkan data yang berbeda dengan situasi yang tegang. Misalnya pada waktu evaluasi dilakukan, kelas ditunggu oleh Menteri hasilnya akan lain apabila ditunggu oleh muridnya.

Penyelenggaraan evaluasi. Evaluasi yang diselenggarakan secara tertib akan menghasilkan data yang berbeda dengan yang diselenggarakan secara kacau.

Macam-macam Tes Objektif Bentuk Tes Benar Salah (True False) Bentuk tes benar salah memiliki soal yang berupa statemen. Statemen tersebut dapat disusun sedemikian rupa, ada yang benar dan ada yang salah. a. Kelebihan Tes Benar Salah

Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak memakan tempat yang banyak Mudah dalam penyusunannya Petunjuk mengerjakannya mudah dimengerti

Dapat digunakan berkali-kali Objektif

b. Kelemahan Tes Benar Salah


Mudah ditebak Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan kemungkinan benar atau salah

Hanya dapat mengungkapkan daya ingat dan pengenalan kembali Hindari kalimat negatif, yakni kalimat yang mengandung kata tidak atau bukan

c. Petunjuk Penyusunan

Pernyataan harus disusun sedemikian rupa sehingga siswa yang memiliki pengertian samar-samar dapat terkecoh dalam menjawabnya Dalam menyusun keseluruhan tes, diharapkan item yang mengandung salah sedikit cukup banyak

d. Cara Melakukan Pen-skor-an Tes Benar Salah

Dengan Denda Menggunakan rumus : Skor = Jumlah jawaban benar Jumlah jawaban Salah

e. Tanpa Denda Menggunakan rumus : Skor = Jumlah jawaban yang benar Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice Test) Tes pilihan ganda merupakan tes yang menggunakan pengertian/ pernyataan yang belum lengkap dan untuk melengkapinya maka kita harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban benar yang telah disiapkan. a. Pilihan ganda biasa (melengkapi pilihan) Bentuk ini merupakan suatu kalimat pernyataan yang belum lengkap dan diikuti empat atau lima kemungkinan jawaban yang tepat dan melengkapi pernyataan tersebut. b. Hubungan antar hal (Sebab akibat) Bentuk tes ini terdiri dari dua kalimat : satu kalimat pernyataan dan satu kalimat alasan. Ditanyakan apakah pernyataan memiliki hubungan sebab akibat atau tidak dengan alasan. c. Analisa Kasus entuk tes analisa kasus ini menghadapkan peserta pada satu masalah. d. Membaca Diagram, atau table Bentuk soal ini mirip dengan bentuk pilihan ganda biasa, hanya saja disertai dengan tabel. e. Asosiasi pilihan ganda Bentuk soal ini sama dengan bentuk soal melengkapi pilihan, yakni suatu pernyataan

yang tidak lengkap yang diikuti dengan beberapa kemungkinan, hanya perbedaan pada bentuk asosiasi pilihan ganda kemungkinan jawaban bisa lebih dari satu, sedangkan melengkapi pilihan hanya satu yang paling tepat.Petunjuk : Pilih A jika (1), (2) dan (3) benar Pilih B jika (1) dan (3) benar Pilih C jika (2) dan (4) benar Pilih D jika hanya (4) yang benar Pilih E jika semuanya benar Saran Pembuatan Soal Pilihan Ganda a. Pernyataan dan pilihan merupakan suatu rangkaian kalimat b. Hindari pilihan yang tidak ada kaitannya satu sama lain c. Buat pilihan yang mirip dengan jawaban kunci d. Letak kunci jawaban sebaiknya tidak selalu berada pada tempat (poin) yang sama e. Hindari kaitan antara satu soal dengan soal lainnya Cara Memberikan Skor a. Tanpa Denda Skor = Banyaknya jawaban yang benar b. Dengan Denda Menjodohkan (Matching Test) Menjodohkan terdiri atas satu sisi pertanyaan dan satu sisi jawaban, setiap pertanyaan mempunyai jawaban pada sisi sebelahnya. Siswa ditugaskan untuk memasangkan atau mencocokkan, sehingga setiap pertanyaan mempunyai jawaban yang benar. a. Saran Penulisan

Banyaknya jawaban di sebelah kanan lebih dari jawaban di sebelah kiri Lebihnya jawaban hendaknya menunjukkan jawaban yang salah Materinya setiap sisi baiknya mengenai satu pokok bahasan saja Pisahkan menjadi dua kolom, kolom pertama memuat jawaban, nomor soal dan pertanyaan. Sedangkan kolom kedua memuat kode dan pilihan jawaban.

b. Cara Memberikan Skor. Penskoran pada tes menjodohkan tidak diberikan denda terhadap jawaban yang salah Skor = Jumlah jawaban benar

10

Tes Isian (Complementary Test) Tes isian terdiri dari kalimat yang dihilangkan (diberi titiktitik). Bagian yang dihilangkan ini yang diisi oleh peserta tes merupakan pengertian yang diminta agar pernyataan yang dibuat menjadi pernyataan yang benar. Cara Memberikan Skor Pada tes ini sulit dilakukan tebakan, sehingga tidak diperlukan denda terhadap jawaban yang salah. Maka rumus yang digunakan adalah : Skor = Jumlah jawaban benar Tes Objektif Bentuk Tes Objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Kelebihan Tes Objektif

ebih mewakili isi dan mencakup materi yang luas Lebih mudah dan cepat karena pemeriksaannya menggunakan kunci Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain Dapat digunakan untuk menilai kelompok yang besar Menghindari kemungkinan siswa berspekulasi dalam mempelajari bahan pelajaran Tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi

Kelemahan Tes Objektif


Penyusunan tes sukar dan memerlukan waktu yang cukup banyak Memberi peluang kepada siswa untuk memberikan jawaban yang bersifat coba-coba (untung-untungan)

Kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk menyatakan kemampuan ilmiahnya Sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi Kerjasama antar siswa dalam mengerjakan soal lebih terbuka Menggunakan bahan (kertas) yang lebih banyak

Tes Uraian dan cara pembuatannya Tes Uraian atau Subjective Test (Essay Test)Tes uraian ialah tes yang disajikan dalam bentuk uraian, yang mengharapkan jawaban dalam bentuk uraian pula. Biasanya untuk mengukur

11

kemampuan anak dalam menjabarkan, memadukan, dan menilai aspek kognitif di samping kemampuan lainnya. Kelebihan Tes Uraian

Mudah disiapkan dan disusun Siswa tidak mudah berspekulasi Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusunnya dalam kalimat yang baik

Untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami dan menguasai materi Ekonomis, sebab dapat menggunakan kertas yang sedikit

Kelemahan Tes Uraian


Kadar validitas dan reliabilitas rendah Scope yang dinilai sempit Pemeriksaan yang sulit dan subjektif Hanya dapat diperiksa oleh guru yang bersangkutan

Petunjuk Penyusunan Tes Uraian


Hendaknya tes meliputi ide-ide pokok bahan yang akan dites-kan Soal tidak sama persis dengan contoh yang ada pada catatan Pada waktu menyusun soal, hendaknya juga dibuatkan kunci jawaban Pertanyaan menggunakan kata tanya yang bervariasi Hendaknya rumus yang digunakan dalam menjawab soal jelas dan mudah dipahami Hendaknya ditegaskan model jawaban yang dikehendaki oleh pembuat, untuk itu harus spesifik dan tidak terlalu umum

Cara Melakukan Pen-skor-an Tes Uraian Perhatikan petunjuk penyusunan soal, untuk menentukan skor jawaban sebaiknya digunakan kriteria yang akan digunakan

Setiap jawaban soal hendaknya diklasifikasi dalam 4 atau 5 tingkatan, dengan skor 0, 1, 2, 3,4 atau dengan huruf A, B, C, D dan E. Tiap nomor soal seharusnya ditentukan bobot masingmasing Skor mentah yang diperoleh ditransfer ke nilai 1 10 atau 1 100 Contoh : Apakah yang dimaksud dengan titik fokus pada elips?

12

C. Ciri-ciri Tes Yang Baik


Sebuah tes dapat dikatakan memenuhi persyaratan kalau tes tersebutmemiliki kesahihan, keandalan, dan keobyektifan. Selain dari itu tes harusmemiliki sifat praktis dan ekonomis. Untuk menunjukan bahwa tes tersebut telahmemenuhi persyaratan dapat dilihat dari hasil tes yang diperoleh. Kemudianketepatan waktu, dan tidak ada faktor yang mempengaruhi. Lebih lanjut, kitadapat melihat definisi-definisi dan keterangannya berikut ini. Arikunto (1999: 64)mengemukakan definisi-definisi yang menjadi pedoman bagi setiap pembuat tes. a. Sahih (Valid ) Sebuah tes dapat disebut sahih apabila tes itu dapat tepat mengukur apayang hendak diukur. Jika data yang dihasilkan dari sebuah instrumen sahih,maka dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut sahih, karena dapatmemberikan gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan ataukeadaan sesungguhnya. Dengan kata lain, jika data yang dihasilkan olehinstrumen benar dan sahih, sesuai kenyataan, maka instrumen yang digunakantersebut juga sahih. b. Andal (Reliable) Sebuah tes dapat dikatakan andal apabila hasil-hasil tes tersebutmenunjukan ketepatan. Dengan kata lain, jika kepada para siwa diberikan tesyang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap beradadalam urutan (rank ) yang sama dalam kelompoknya. Walaupun tampaknyahasil tes pada pengetesan kedua lebih baik akan tetapi karena kenaikannyadialami oleh semua siswa, maka tes yang digunakan dapat dikatakan memilikikeandalan yang tinggi. Kenaikan tes kedua yang tinggi mungkin disebabkanoleh adanya pengalaman yang diperoleh pada waktu mengerjakan tespertama. c. Objektif (Objektive) Sebuah tes memiliki keobjektifan (objectivity) apabila dalammelaksanakan tes itu ada faktor subjektivitas, apabila dalam melaksanakan testidak ada faktor subjektip yang mempengaruhi. McDonal (1999: 17)mengemukakan bahwa pernyataan dari apa yang dimaksud dengan tes objektif,tes tersebut adalah cukup untuk mengatakan bahwa tes tersebut objektif apabilabutir-butirnya tidak keluar dari ruang penilaian dalam menilai jawaban siswa.Apabila dikaitkan dengan keandalan maka keobyektifan menekankanketepatan (consistency) pada sistem skoring, sedangkan kendalan menekankanketepatan dalam hasil tes.

d. Praktis Sebuah tes dikatakan memiliki kepraktisan ( practicality) yang tinggiapabila tes tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya. Tes yangpraktis adalah tes yang:(1) Mudah dilaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak danmemberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagianyang dianggap mudah oleh siswa; (2) Mudah memeriksannya, artinya bahwa tesitu dilengkapi dengan

13

kunci jawaban maupun pedoman skoringnya. Untuk soalbentuk obyektif, pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan jika dikerjakan olehsiswa dalam lembar jawaban; dan (3) Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan/diwakili oleh orang lain. e. Ekonomis ( Economical ) Yang dimaksud dengan ekonomis di sini ialah bahwa pelaksanaan testersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak,dan waktu yang lama. Grambs & Carr (1979: 350) menyatakan bahwa satubutir soal pilihan ganda yang disusun baik seharusnya memerlukan palingsedikit satu menit untuk mempertimbangkan jawabannya, diasumsikan rata-ratasiswa atau lebih baik daripada rata-rata pembaca soal. Siswa SMA khususnyamasih diberi tes dengan waktu empat puluh lima sampai dengan lima puluhlima menit untuk mengerjakan seluruh soal yang berjumlah 45 sampai denga 50soal. Dengan memperhitungkan waktu yang tepat, siswa tidak akan merasabosan ketika mereka mengerjakan tes.

2. Tes Standar Tes standar didefinisikan sebagai alat pengukuran yang dikelola, dinilai,dan ditafsirkan dalam suatu sikap yang standar. Tes standar biasanya menilaiprestasi dan ketangkasan siswa. Tes standar dari prestasi siswa dikembangkan oleh perusahaan tes yang besar sama dengan departemen pendidikan negeri (biasanyauntuk memenuhi suatu rekrut yang dipertanggungjawabkan pendidkan) ditentukansecara perwakilan. Tes standar dari ketangkasan siswa dikembangkan olehpengelola tes nasional, misalnya Ujian Nasional (UN). Walaupun kebanyakan tesstandar mengutamakan penggunaan butir soal responsif terseleksi, banyak pengembang tes standar mencoba untuk memasukkan peningkatan jumlah butirresponsif yang disusun dalam perangkat pengukuran mereka.Untuk menggambarkan sebaran sekor tes, dua indikasi dari pusatkecenderungan nilai rata-rata dan nilai tengah-digambarkan sama dengan duaindikasi dari peubah jajaran dan simpangan baku. Irvine (2002: 289) menyatakanbahwa suatu teori dapat menurunkan hal-hal yang menghasilkan fakta-fakta yangdapat diterima tentang suatu sifat mental khusus. Hal ini menyarankan bahwapeneliti benar-benar memulai sesuatu untuk memahami sifatnya agar dapatmemaknai penomena yang terkandung di dalamnya.Ada tiga cara menafsirkan hasil tes standar: bagian per seratus, angka-skorekwivalen, dan sekala skor. Sifat dasar masing-masing penapsiran prosedur inidigambarkan sama dengan kekuatan dan kelemahan dari tiga prosedur penafsirantersebut (Popham, 1995: 226).

14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Tes adalah suatu teknik atau cara dalam rangka melaksanakan kegiatan evaluasi, yang didalamnya terdapat berbagai item atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh anak didik, kemudian pekerjaan dan jawaban itu menghasilkan nilai tentang perilaku anak didik tersebut. Tes dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar siswa selama proses belajar berlangsung, untuk memberikan balikan (feed back) bagi penyempurnaan program belajarmengajar, serta untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan, sehingga hasil belajar-mengajar menjadi lebih baik. Soal-soal tes formatif ada yang mudah dan ada pula yang sukar, bergantung kepada tugas-tugas belajar (learning tasks) dalam program pengajaran yang akan dinilai. Tujuan utama tes formatif adalah untuk memperbaiki proses belajar, bukan untuk menentukan tingkat kemampuan anak. Tes sesungguhnya merupakan criterion-referenced test. Tes tersebut lebih tepat disebut sebagai subtes sumatif. Jika dimaksudkan untuk perbaikan proses belajar, maka maksud itu baru terlaksana pada jangka panjang, yaitu pada saat penyusunan program tahun berikutnya.

B. Saran Setelah mempelajari sub bab di atas ada beberapa saran yang dapat di utarakan penulis yaitu antara lain sebagai berkut : Sebagai guru atau tenaga pengajar yang handal diharapkan mampu mengintegrasikan bahwa pelaksanaan tes itu merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam proses pengevaluasian belajar para peserta didik. Guru juga harus tangkas dalam membuat dan memberikan tes terhadap para peserta didiknya Harus mampu memilah dan membuat bagaimana sebenarnya syarat melakukan tes Diharapkan juga supaya guru dapat mengenali dan memperaktekkan bagaimana sebenarnya cirri-ciri tes yang baik tersebut.

15

DAFTAR PUSTAKA
Benjamin S. Bloom. Book on formative and summative evaluation of student learning, Mc. Graw-Hill Book Company, 1971 Departemen P dan K : Pedoman penelitian buku pedoman khusus seri kurikulum 1975, Jakarta 1976. Sumber Google.com

Anda mungkin juga menyukai