Anda di halaman 1dari 19

HUBUNGAN ANTARA PARITAS IBU DENGAN STATUS PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM KOTA MADIUN TAHUN 2010

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh : NININ RETNO ANGGANI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA JURUSAN KEBIDANAN PRODI D IV BIDAN KLINIK KAMPUS MAGETAN MAGETAN 2011

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Status persalinan berdasarkan usia kehamilan dibedakan menjadi tiga yaitu persalinan preterm, aterm dan postterm. Persalinan preterm merupakan masalah penting dalam obstetri khususnya di bidang perinatologi. Persalinan preterm merupakan hal yang berbahaya karena mempunyai dampak yang potensial meningkatkan kematian perinatal. Di negara berkembang maupun negara maju penyebab morbiditas dan mortalitas neonatus terbanyak adalah bayi yang lahir preterm (Wiknjosastro, 2007:312). Semakin pendek usia kehamilan, alat-alat tubuh bayi semakin kurang sempurna, sehingga resiko komplikasi pada janin semakin tinggi dan kematian perinatal banyak terjadi pada bayi preterm (Yulida, 2008). Pada persalinan postterm, menunjukkan peningkatan risiko kematian dan kesakitan perinatal menjadi 3 kali dibandingkan persalinan aterm. Hal ini berkaitan dengan penurunan fungsi plasenta yang mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan menurun setelah usia kehamilan 42 minggu (Wiknjosastro, 2007:318). Di Amerika Serikat kejadian persalinan preterm sekitar 12,3% dari keseluruhan 4 juta persalinan tiap tahunnya, dan merupakan tingkat kelahiran preterm tertinggi di antara negara industri (Health Technology Assessment Indonesia, 2009). Sekitar 8% dari 4 juta persalinan tersebut diperkirakan lahir pada usia kehamilan 42 minggu atau lebih, dan sisanya lahir aterm (Cunningham,

2006:811). Di negara berkembang angka kejadian persalinan preterm 10% dari seluruh kelahiran (Jusuf, 2008). Angka kejadian persalinan preterm di Indonesia berkisar antara 7-10% dari seluruh kelahiran (Norwitz, 2008), kira-kira 10% kehamilan berlangsung terus sampai 42 minggu, 4% berlanjut sampai usia 43 minggu (Sastrawinata, 2005:12). Data dari Buku Register Persalinan Rumah Sakit Umum Kota Madiun periode 1 Januari-31 Desember 2010 menunjukkan bahwa angka kejadian persalinan preterm sebesar 10,46%, postterm sebesar 12,35% dan sisanya sebesar 77,19% adalah persalinan aterm. Pada bulan Januari 2011 terdapat 5 persalinan preterm, 2 di antaranya terjadi pada primipara dan 3 sisanya terjadi pada multipara. Persalinan preterm merupakan hal yang berbahaya karena potensial meningkatkan kematian perinatal sebesar 65-75% (Rompas, 2004). Berdasarkan hasil kajian Health Technology Assessment (HTA) Indonesia 2009, diperkirakan 10% dari seluruh bayi baru lahir yang dirawat di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) disebabkan oleh persalinan preterm. Menurut data dunia, 75-80 % kematian bayi pada usia kurang dari 28 hari disebabkan oleh persalinan preterm (Kurniasih, 2009). Janin yang lahir secara preterm mempunyai resiko komplikasi sangat tinggi, sehingga risiko untuk terjadi asfiksia juga tinggi. Hal ini dikarenakan bayi sulit untuk menyesuaikan diri di luar rahim ibu disebabkan alatalat tubuh bayi belum berfungsi secara optimal seperti bayi yang lahir aterm (Yulida, 2008). Persalinan preterm mempunyai dampak negatif tidak saja pada kematian perinatal, tetapi juga terhadap morbiditas, potensi generasi akan datang, kelainan mental dan beban ekonomi bagi keluarga dan bangsa secara keseluruhan.

Hal ini disebabkan oleh kesulitan utama dalam persalinan preterm adalah perawatan bayi preterm, yang semakin muda usia kehamilannya semakin besar pula morbiditas dan mortalitas. Pada persalinan postterm, masalah perinatal yang dihadapi di antaranya adalah janin yang mengalami pertumbuhan terhambat dan penurunan berat akibat dari proses penuaan plasenta sehingga pasokan makanan dan oksigen akan menurun di samping adanya spasme arteri spiralis (Wiknjosastro, 2007:312-318). Pada kebanyakan kasus, penyebab persalinan preterm tidak diketahui. Berbagai sebab dan faktor demografik diduga sebagai penyebab persalinan preterm, seperti solusio plasenta, kehamilan ganda, kelainan uterus,

polihidramnion, kelainan kongenital janin, ketuban pecah dini dan lain-lain. Penyebab persalinan preterm bukan tunggal, tetapi multikompleks (Rompas, 2004). Menurut Agustina (2005), paritas juga merupakan faktor penyebab terjadinya persalinan preterm, 20% dari persalinan preterm tersebut disebabkan oleh faktor paritas. Wanita yang pernah melahirkan lebih dari satu kali atau yang termasuk paritas tinggi mempunyai risiko lebih tinggi mengalami persalinan preterm karena menurunnya fungsi alat reproduksi dan meningkatkan risiko terjadinya perdarahan antepartum yang dapat menyebabkan terminasi kehamilan lebih awal (Yulida, 2008). Tingginya morbiditas pada neonatal tersebut dapat dikurangi dengan pencegahan persalinan preterm. Saat ini yang sudah dilakukan adalah intervensi untuk menghilangkan atau mengurangi faktor risiko serta menunda terjadinya persalinan dengan pemberian tokolitik, kortikosteroid untuk pematangan paru

janin dan antibiotik profilaksis. Selain intervensi, prediksi dini dan akurat tentang persalinan preterm sangat diperlukan. Bertolak dari permasalahan di atas, maka perlu dikaji lebih lanjut mengenai faktor risiko, antara lain paritas ibu. Bagi praktisi kesehatan dan profesi yang terkait diharapkan mampu mengambil kebijakan yang efektif dan efisien misalnya dengan segera merujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih kompleks bila ditemukan faktor resiko terjadinya persalinan preterm guna mendapatkan intervensi selanjutnya. 1.2 Identifikasi Faktor Penyebab Masalah Penyebab pasti persalinan preterm masih sulit ditentukan, akan tetapi tampaknya mempunyai hubungan dengan status medis dan status sosial diantaranya kemiskinan, malnutrisi, ketergantungan obat, penyakit menular seksual, perokok dan kehamilan pada usia muda (Yuli, 2004). Menurut Cunningham (2006:773) kelahiran preterm disebabkan karena beberapa hal yang bisa menimbulkan kontraksi spontan, dimana kemungkinan telah terjadi produksi prostaglandin. Secara anatomis kutub bawah persambungan selaput janin dengan desidua yang menutupi kanalis servikalis tersambung dengan vagina. Meskipun demikian susunan anatomis ini menyediakan jalan masuk bagi penyebaran mikroorganisme ke dalam jaringan intrauteri dan kemudian menginvasi kantung amnion. Mikroorganisme ini menginduksi pembentukan sitokinin yang memicu produksi prostaglandin dan mendorong terminasi kehamilan lebih dini. Menurut Agustina (2005), paritas juga merupakan faktor penyebab terjadinya persalinan preterm, 20% dari persalinan preterm tersebut disebabkan oleh faktor paritas.

Peluang terjadinya persalinan preterm pada paritas tinggi 3,28 kali lebih besar dibanding dengan paritas rendah. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan ruang lingkup permasalahan penelitian dan luasnya faktor yang mempengaruhi masalah, maka obyek penelitian dibatasi pada faktor paritas ibu yang berhubungan dengan status persalinan preterm. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka peneliti merumuskan masalah yaitu Adakah hubungan antara paritas ibu dengan status persalinan preterm di RSU Kota Madiun ? 1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan umum Mengetahui hubungan antara paritas ibu dengan status persalinan preterm di Rumah Sakit Umum Kota Madiun periode 1 Januari - 31 Desember 2010. 1.5.2 1. Tujuan khusus Mengidentifikasi paritas ibu yang bersalin di Rumah Sakit Umum Kota Madiun periode 1 Januari-31 Desember 2010. 2. Mengidentifikasi status persalinan preterm di Rumah Sakit Umum Kota Madiun periode 1 Januari-31 Desember 2010. 3. Menganalisis hubungan antara paritas ibu dengan status persalinan preterm di Rumah Sakit Umum Kota Madiun periode 1 Januari-31 Desember 2010.

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan untuk menurunkan kejadian persalinan preterm yaitu persiapan bagi calon ibu sebelum hamil agar memperhatikan faktor paritas. 1.6.2 Manfaat praktis

1. Bagi pendidikan Sebagai acuan yang dapat digunakan untuk menambah perbendaharaan dan informasi tentang hubungan paritas ibu dengan status persalinan preterm. 2. Bagi tenaga kesehatan Sebagai pertimbangan dalam mengambil tindakan dan prediksi serta pencegahan dini terhadap kejadian persalinan preterm, sekaligus persiapan penanganan sewaktu persalinan, khususnya berkaitan dengan masalah yang ditimbulkan akibat persalinan preterm yaitu penanganan segera bayi preterm. 3. Bagi masyarakat Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat, dan meningkatkan kesadaran ibu-ibu tentang faktor resiko paritas dengan kejadian persalinan preterm.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu 2.2 Konsep dasar paritas 2.2.1 Pengertian 2.2.2 Pembagian paritas 2.3 Persalinan 2.3.1 Pengertian 2.3.2 Etiologi 2.3.3 Macam persalinan 2.4 Persalinan preterm 2.4.1 Pengertian persalinan preterm 2.4.2 Faktor risiko persalinan preterm 2.4.2 Tanda dan gejala persalinan preterm 2.4.3 Patogenesis persalinan preterm 2.4.4 Diagnosis persalinan preterm 2.4.5 Penatalaksanaan persalinan preterm

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA

Faktor anatomi : - serviks inkompeten - uterus iritable - uterus septus - uterus arkuatus - double uteri

Faktor predisposisi persalinan

Faktor obstetri : Penyakit ibu - hipertensi - diabetes - ginjal-jantung Komplikasi obstetri - paritas - preeklampsia - eklampsia -plasenta previa - gemeli - usia ibu - KPD/infeksi

Fungsi alat reproduksi

Persalinan

Preterm

Postterm

Faktor sosial : - Sosial ekonomi - Kurang gizi - Pekerjaan

Aterm

: diteliti

berat : tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelituian

Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi persalinan, diantaranya adalah faktor anatomi, obstetri dan faktor sosial. Salah satu yang termasuk faktor obstetri adalah paritas. Paritas merupakan jumlah kelahiran yang lebih dari usia kehamilan 20 minggu tanpa memperhatikan hasil akhir janin. Secara teori, paritas dibedakan menjadi primipara dan multipara. Multipara dianggap paritas yang berisiko untuk melahirkan preterm, karena semakin tinggi paritas akan mempengaruhi fungsi alat reproduksi. Dalam penelitian ini ingin mengetahui adakah hubungan antara paritas ibu dengan status persalinan preterm. 2.6 Hipotesis Hipotesis merupakan sebuah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris (Hidayat, 2007:45). Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara paritas ibu dengan status persalinan preterm.

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan survei analitik. Penelitian survei analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi (Notoatmodjo, 2002:145). Dalam penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara paritas ibu dengan persalinan preterm. 4.2 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan (Nursalam, 2003:80). Rancangan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kasus kontrol (case control). Menurut Notoatmodjo (2002:150) rancangan penelitian case control adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospective. Dengan kata lain, efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko diidentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu. Rancangan penelitian case control dapat dilihat pada gambar 4.1.

Faktor risiko (+) : Multipara


Retrospektif

EFEK (+) = kasus Persalinan preterm


Populasi (sampel) : ibu bersalin di RSU kota Madiun periode 1 Januari31 Desember 2010

Faktor risiko (-) :

Primipara
(Matching) Faktor risiko (+) : Multipara
Retrospektif

EFEK (-) = kontrol Persalinan normal

Faktor risiko (-) : Primipara

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Case Control 4.3 Kerangka Operasional Kerangka operasional adalah merupakan langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah mulai dari penetapan populasi, sampel dan seterusnya yaitu kegiatan sejak awal dilaksanakannya penelitian (Nursalam, 2003:81). Kerangka operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.2.

Populasi : ibu bersalin di RSU Kota Madiun periode 1 Januari-31 Desember 2010 Sampel : kelompok kasus adalah semua ibu yang melahirkan preterm (57 kasus), kelompok kontrol adalah ibu yang melahirkan normal (57 kontrol) dengan matching usia Pengumpulan data : data sekunder diperoleh dari studi dokumentasi Pengolahan data : editing, coding, tabulating Analisis data : menggunakan uji statistik x2 koefisien kontingensi dan odd ratio Hasil dan kesimpulan

Laporan dan publikasi Gambar 4.2 Kerangka operasional penelitian

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini mengambil lokasi di RSU Kota Madiun. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Oktober 2011 penyusunan proposal sampai dengan Pebruari 2012 untuk pembuatan laporan. 4.5 Populasi Menurut Notoatmodjo (2002:138) populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu bersalin di RSU Kota Madiun periode 1 Januari-31 Desember 2010.

4.6 Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007:68). Sampel dalam penelitian ini terdiri dari kelompok kasus (subyek yang menderita penyakit atau efek yang sedang diteliti) dan kelompok kontrol (subyek yang tidak menderita penyakit atau efek) yang diambil dari populasi yang sama. Kelompok kasus adalah ibu yang melahirkan preterm sebanyak 57 kasus, sedangkan kelompok kontrol adalah ibu yang melahirkan normal dan jumlahnya disesuaikan dengan jumlah kasus yaitu 57 kontrol. Pengambilan kelompok kontrol dilakukan dengan metode simple random sampling dan matching usia. 4.7 Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian (Notoatmodjo, 2002). 4.7.1 Variabel independen Variabel independen adalah variabel yang dimanipulasi oleh peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada variabel dependen. Variabel ini biasanya diamati, diukur untuk diketahui hubungannya dengan variabel lain (Setiadi, 2007). Variabel independen dalam penelitian ini adalah paritas ibu. 4.7.2 Variabel dependen Variabel dependen adalah variabel yang muncul sebagai akibat dari manipulasi suatu variabel independen (Setiadi, 2007). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status persalinan.

4.8 Definisi Operasional Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga definisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Setiadi, 2007). Tabel 4.1 Definisi Operasional Varibel Varibel independen: paritas ibu Definisi Paritas adalah jumlah total persalinan pada usia gestasi >20 minggu baik hidup maupun mati, yang diperoleh melalui studi dokumentasi Kategori/ kriteria 1. Paritas berisiko (multipara) 2. Paritas tidak berisiko (primipara) Instrumen Skala data Nominal

Variabel dependen: status persalinan

Gambaran proses persalinan pada ibu hamil yang didasarkan pada tuanya usia kehamilan, yang diperoleh melalui studi dokumentasi

Buku register persalinan RSU Kota Madiun periode 1 Januari-31 Desember 2010 1. Preterm Buku Nominal (usia register kehamilan persalinan 20-37 RSU Kota minggu) Madiun 2. Tidak periode 1 preterm Januari-31 (usia Desember kehamilan > 2010 37 minggu)

4.9 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2003). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Buku Register Persalinan RSU Kota Madiun Periode 1 Januari-31 Desember 2010.

4.10 Teknik Pengolahan dan Analisa Data 1. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan (Hidayat, 2007). Pada penelitian ini editing

dilakukan bersamaan saat pengumpulan data. 2. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2007). Pada penelitian ini, untuk variabel independen (paritas ibu) dikategorikan menjadi 2, yaitu kode 1 untuk paritas berisiko (multipara), kode 2 untuk paritas tidak berisiko (primipara). Sedangkan variabel dependen (status persalinan) juga dikategorikan menjadi 2, yaitu kode 1 untuk persalinan preterm (20-37 minggu), kode 2 untuk persalinan tidak preterm (> 37 minggu). 3. Tabulating Tabulating adalah kegiatan memasukkan data ke dalam tabel sesuai variabel (Arikunto, 2006). 4. Analyzing Setelah data diolah kemudian dianalisis, sehingga hasil analisis data dapat digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam penanggulangan masalah (Setiadi, 2007). Analisis data penelitian yang dilakukan secara diskriptif meliputi penghitungan untuk memperoleh distribusi frekuensi berdasarkan persentase. Penghitungan menggunakan bantuan komputer.

Analisis secara statistik untuk hubungan antara paritas ibu dengan status persalinan preterm adalah : a. Chi square (x2) Uji chi square (x2) dengan taraf signifikansi (=0,05) dan df=1. Rumus yang digunakan sebagai berikut.
x
2

(O E ) E

Keterangan : x2 = chi-square/chi kuadrat O = observation E = expectation Kemudian harga x2 tersebut dikonfirmasi dengan harga x2 tabel. Apabila x2 hitung lebih dari atau sama dengan x2 tabel berarti Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan yang positif dan signifikan antara paritas ibu dengan status persalinan preterm. b. Koefisien kontingensi (C) Koefisien kontingensi adalah ukuran kadar asosiasi atau relasi antara dua himpunan atribut (Sugiyono, 2007:239). Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung koefisien kontingensi adalah sebagai berikut.
C x x n
2 2

dan

maks

m 1 m

Keterangan : C = koefisien kontingensi x2 = chi square/chi kuadrat

n = besar sampel m = harga minimum dari banyaknya baris dan kolom pada tabel kontingensi Kategori koefisien kontingensi dapat digolongkan sebagai berikut : Tabel 4.2 Pedoman interpretasi koefisien kontingensi C=0 0 < C 0,2 Cmaks 0,2 Cmaks C 0,4 Cmaks 0,4 Cmaks C 0,6 Cmaks 0,6 Cmaks C 0,8 Cmaks 0,8 Cmaks C Cmaks C = Cmaks Tidak mempunyai relasi Korelasi rendah sekali Korelasi rendah Korelasi sedang Korelasi tinggi Korelasi tinggi sekali Korelasi sempurna

c. Odd ratio Menurut Sastroasmoro (1995:87), untuk memperoleh estimasi risiko relatif pada penelitian case control dilakukan penghitungan besar odd ratio (OR). Pada studi case control dengan matching individual, maka harus dilakukan analisis dengan menjadikan kasus dan kontrol sebagai pasangan-pasangan. Untuk memudahkan menggunakan tabel 2x2 dengan susunan sebagai berikut. Sel A Sel B Sel C Sel D : kasus mengalami pajanan, kontrol mengalami pajanan : kasus mengalami pajanan, kontrol tidak mengalami pajanan : kasus tidak mengalami pajanan, kontrol mengalami pajanan : kasus tidak mengalami pajanan, kontrol tidak mengalami pajanan Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Studi Case Control dengan Matching Individual KASUS Risiko (+) Risiko (-) KONTROL Resiko (-) B D

Risiko (+) A C

Dari tabel tersebut OR dapat dihitung dengan rumus OR=B/C. Interpretasi hasil adalah sebagai berikut. Bila OR > 1 berarti faktor yang diteliti memang merupakan faktor risiko. Bila OR = 1 atau mencakup angka 1 berarti faktor tersebut bukan merupakan faktor risiko. Bila OR < 1 berarti merupakan faktor protektif. 4.11 Etik Penelitian 4.11.1 Kerahasiaan nama dan identitas (Anonimity) Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data tetapi hanya diberi kode tertentu. 4.11.2 Kerahasiaan hasil (Confidentiality) Kerahasiaan informasi yang diperoleh dijamin sepenuhnya oleh peneliti. Data tersebut hanya disajikan dan dilaporkan kepada beberapa kelompok yang berhubungan dengan penelitian. 4.12 Keterbatasan Keterbatasan adalah kelemahan dan hambatan dalam penelitian (Nursalam, 2003:73).

Anda mungkin juga menyukai