Anda di halaman 1dari 9

COAL QUALITY

Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang mempengaruhi potensi kegunaanya. Kualitas dari batubara ditentukan oleh penyusun maceral dan mineral matternya, dan juga oleh derajat coalification (rank).

2.3.1 Sifat kimia dari batubara

Dalam istilah sederhana, batubara dapat diutarakan tersusun dari moisture, pure coal dan mineral matter. Moisture terdiri dari surface moisture dan chemically bound moisture yang terdiri dari pure coal mencerminkan jumlah organic matter yang hadir. Mineral matter merupakan jumlah fraksi anorganik yang ketika terjadi pembakaran akan menjadi ash. Analisa batubara sering dilaporkan sebagai analisa proksimat dan analisa ultimat. Analisa proksimat adalah anlisa kasar yang menentukan jumlah : moisture, volatile matter, karbon tertambat dan ash.

Analisa ultimate adalah penentuan elemen kimia pada batubara seperti : karbon hydrogen oksigen nitrogen sulphur tambahan :elemen lainyang berguna untuk kegunaan batubara : sulphure, klorin, fosfor, dan analisa dari elemen yang menyusun kandungan mineral matter dari batubara, dan unsur jarang

2.3.1.1 Dasar-dasar analisa data

Analisis batubara (table 2.12) dapat dilaporkan sebagai : 1. As received basis (a.r.) atau as sampled. Data tersebut mengungkapkan sebaggai presentasi batubara termasuk kandungan moisture total, yaitu surface moisture dan airdried moisture content Air dried basis (a.d.b.) = inherent moisture basis data ini mencerminkan presentase dari air-dried coal; termasuk air dried moisture, tapi tidak surface moisture. Dry basis (dry). Data ini mencerminkan prosentasi dari batubara setelah semua moisturenya dihilangkan. Dry ash-free basis (d.a.f) Data ini mempertimbangkan kandungan volatile matter dan karbon tertambat dengan moisture dan ash dihilangkan. Mesti diingat tidak boleh ada vaolatil matter dari mineral yang ada pada air-dried coal. Laporan ini digunakan sebagai cara paling mudah untuk membandingkan fraksi organic dari batubara. Dry, mineral matter free (d.m.m.f.) Di sini diperlukan jumlah total mineral matter daripada penentuan jumlah ash, jadi jumlah volatile matter pada mineral matter dapat dihilangkan.

2.

3.

4.

5.

Lalu apa yang dimaksud dengan surface moisture dan sebagainya itu hah?

2.3.2 analisa proksimat

Moisture (lengas)

1.

surface moisture :ini merupakan lengas tambahan (adventitious), tidak asli berasal dari batubara, dan dapat dihilangkana dengan pengeringan udara 400 C. Tahap pengeringan ini biasanya merupakan tahap pertama dari analisa apapun, dan moisture yang tersisa setelah pengeringan ini adalah air-dried moisture as received atau as delivered moisture : ini merupakan moisture total dari sample batubara ketika diterima atau dikirim ke laboratorium. Biasanya lab akan mengeringkan batubara dengan udara, dan dengan begitu akan diperoleh loss on air drying . Hasil ini kemudian ditambah dengan air dried moisture mengahasilkan as delivered moisture.

2.

3. 4.

Total moisture. Ini semua moisture yang dapat dihilangkan dengan pengeringan (1500 C pada vakum atau nitrogen atmosfer) Air dried moisture- lihat no 1.

kandungan moisture yang tinggi tidak dikehendaik pada batubara, sebagaimana moisture ini secara kimia inert dan menyerap panas selama pembakaran, dan membuat kesulitan pada saat pengiriman dan transport. Moisture juga merendahkan nilai kalori pada steam coal, dan menurunkan jumlah karbon yang ada di coking coal.

ASH. Kandungan ash dari batubara berarti residue anorganik yang tersisa setelah pembakaran. mesti diingat bahwa menentukan kandungan ash tidak sama dengan kandungan mineral matter pada batubara. Pada steam coal, kandungan ash yang tinggi akan mengurangi jumlah kalor. Kandungan ash yang direkomendasikan untuk steam coal yang digunakan sebagai pulverized fuel adalah sekitar 20% (air dried), tapi untuk stoker-fired boilers bisa lebih rendah. Untuk coking coals, maksimum 1020% (air-dried). Konsentrasi ash yang lebih tinggi akan mengurangi efisiensi tungku pembakaran.

volatile matter : (kandungan gas dan uap) volatile matter mencerminkan bahwa komponen dari batubara, kecuali moisture, yang terbebaskan pada temperature tinggi tanpa udara. Material ini umumnya berasal dari fraksi organic dari batubara, tapi sebagian kecil bisa juga dari mineral matter yang ada. Untuk pembangkit listrik pada pulverized fuel firing, boilers didisain untuk jumlah volatile maater minimum 20-25% (d.a.f). Pada stoker firing untuk pembangkit listrik 25-40%(d.a.f.) Tidak ada batasan yang jelas untuk penggunaan batubara untuk semen. Untuk coke production 20-35%(air-dried).

fixed carbon. kandungan karbon tertambat pada batubara adalah karbon yang ditemukan pada residue yang tersisa setelah volatile matter telah dibebaskan. Fixed carbon tidak ditentukan secara langsung, tapi didapat dari pengurangan presentasi component, yaitu moisture, ash dan volatile matter lain terhadap 100%.

2.3.1.3 Analisa ultimate

Analisa ultimate dari batubara terdiri dari penentuan karbon dan hydrogen sebagai produk gas, dari pembakaran sempurna, penentuan sulfur, nitrogen dan ash dalam material secara keseluruahn, dan perhitungan oksigen dari selisihnya.

carbon dan hydrogen. Dibebaskan sebagai CO2 dan H2O ketika batubara dibakar. CO2 bisa berasal dari mineral karbonat yang ada, dan H2O bisa berasal dari mineral lempung atau inherent moisture pada air-dried coal atau pada keduanya.

Nitrogen. kandungan nitrogen dari batubara merupakan hal yang signifikan, khususnya dengan hubungan polusi udara. jadi batubara dengan nitrogen yang rendah lebih diharapkan pada industri. Batubara tidak boleh mengandung nitrogen lebih dari 1.5-2.0% (d.a.f.)

sulphur. sebagaimana nitrogen, kandungan sulfur dari batubara menyebabkan masalah degnan polusi dan kegunaan. Sulfur menyebabkan korosi dan pengotoran pada pipa boiler dan mneyebabkan polusi udara ketika dikeluarkan sebagai asap cerobong. sulfur dapat hadir di batubara dalam 3 bentuk : 1. 2. 3. sulfur organic, hadir pada senyawa organic pada batubara. pyritic sulfur, hadir sebagai mineral sulfide pada batubara, pada dasarnya iron pyrite mineral sulfat, biasanya hydrous iron atau kalsium sulfat, dihasilkan dari oksidasi fraksi sulfide pada batubara.

Kandungan total dari sulfur pada steam coal yang digunakan untuk pembangkit listrik tidak boleh melebihi 0.8-1 % (air-dried); jumlah maksimum tergantung dari peraturan emisi local. Pada industri semen, total sulfur > 2% masih diterima, tapi..di coking coals diperlukan maksimum 0.8% (air-dried) karenan value yang lebih tinggi mempengaruhi kualitas baja.

oksigen. Oksigen merupakan komponen dari banyak campuran organic dan anorganik pada batubara, sebagaimana kandungan moisture. Ketika batubara teroksidasi, oksigen dapat hadir sebagai oksida, hidroksida dan mineral sulfat, seperti material orgaink yang teroksidasi. Perlu diingat bahwa oksigen merupakan indicator penting rank coal.

2.3.1.4 Analisis lain

form of sulfur . perbandingan dari organic, anorgaink dan form of sulfur penting dalam sector komersial batubara. Preparasi batubara dapat mereduksi fraksi pyritik dan sulfate, tapi tidak mengurangi kanudngan sulfur orgainik. Jadi batubara yang punya sulfur tinggi mesti diketahui apakah berasal dari fraksi pyritik atau organic, dalam kata lain, bisa dihilangkan atau tidak. Pyritic sulfur juga dapat dihubungkan dengan pembakaran spontan.

karbondioksida , karbondioksida dalam batubara terjadi sebgagai fraksi carbonat mineral matter. Karbonat membebaskan CO2 dalam pembakaran dan mengkontribusi total carbon content pada batubara. Reaksi ini mengurangi jumlah energi yang dihasilkan batubara.

chlorine. Kandungan chlorine pada batubara rendah, biasanya terjadi sebagai garam anorganik sodium, potassium dan kalsium klorida. Keberadaan jumlah klorin yang tinggi merusak penggunaannya. Pada boiler, menyebabkan korosi dan pengotoran, pada asap cerobong menghasilkan polusi. Steam coal mesti mengandung chloride maksimum 0.2-0.3% (air-dried) pda produksi semen : 0.1% (air-dried).

fosfor. Fosfor dapat hadir dalam batubara, biasanya terkonsentrasi pada mineral apatite. Fosfor yang tinggi akan mengakibatkan baja yang britel pada industri metalurfi. Pada stoker firing menyebabkan pengotoran di boiler. Coking coal maksimum fosfornya 0.1% (air-dried).

ash analysis ash pada coal mencerminkan residu dari mineral matter yang terbakarm dan dapat teruraikan menjadi seri dari oksida besi yang menyusun litosfer. (SiO2, Al2O3, TiO2, CaO, MgO, K2O, Na2O, P2O5, Fe2O3 dan SO3). Data ini penting untuk menentukan bagaimana batubara akan bersifat.

trace element analysis Trace elemen yang biasa berasosiasi dengan fraksi organic adalah boron, berilliym, dan germanium. yang berasosiasi dengan fraksi anorganik : arsenic, cadmium, mercury, manganese, molybdemun, lead, zinc dan zincornium. Baron dapat menjadi indeks yang berguna dalam mengindikasiksan paleosalinitas dari kondisi pengendapan batubara.

2.3.2 Sifat-sifat pembakaran batubara

Test pembakaran dilakukan untuk menentukan performan coal dalam tungku pembakaran, yaitu jumlah kalori dan temperatru titik lebur abu. Caking dan coking properties diperlukan untuk batubara industri metalurgi.

2.3.2.1 calorific value calorivic value dari batubara adalah jumlah panas yang dihasilkan per satuan masa dari batubara ketika dibakar. Kalorific value sama juga dengan specific energy (Australia). 1 btu = 251.995 gram kalori Calorific value dinyatakan dalam 2 cara : 1. gross calorific atau higher heating value. Ini merupakan jumlah panas yang dikeluarkan selama testing di lap ketika batubara dibakar pada kondisi yang distandarkan pada volume tetap, jadi semua air pada produk menyisakan bentuk likuid net calorific atau lower heating value. Selama pembakaran nyata di tungku, gross calorific value tidak pernah tercapai, sebab beberapa produk, khusunya air hilang dengan penguapan. Jumlah calorific yang dicapai pada kondisi ini adalah net calorific value pada tekanan konstan. Net CV ini dapat dikalkulasi dan dinyatakan dalam joules, calories pergram, atau Btu per pound. Persamaan yang telah disederhanakan :

2.

dalam MJ/kg Net CV = Gross CV 0,212 H 0,024 M

dalam kcal/kg Net CV = gross CV 50,7 H 5.83 M

dalam Btu/lb Net CV = gross CV 91.2H -10.5 M

dimana H = hydrogen (%), M = moisture (%)

sebagai approximate value, pada bituminous, gross as received calorific value dapat di convert menjadi net as received dnegan menambahkan 1,09 MJ/kg atau 260 kcal/kg atua 470 Btu.

ash fusion temperatures

Bagaimana residu ash bereaksi pada temperature tinggi dapat menjadi hal yang kritis dalam menentukan batubara sebagai bahan bakar, yaitu bagaimana ash bereaksi ketika berada pada tungku pembakaran atau boiler.

Empat titik temperature yang kritis dapat dikenali :

..loncat dulu

2.4. Klasifikasi Batubara

Klasifikasi batubara ditentukan berdasarkan sifat kimia batubra berhubungan dengan kegunaan industri. Klasifikasi batubara telah dilakukan untuk keperluan keilmuan dan untuk kegunaan batubara. Klasifikasi scientific menggunakan hubungan carbon/oksigen atau karbon/hydrogen. Klasifikasi ini yang paling baik dibuat oleh Seyler(1899, 1931) gambra 2.11. Klasifikasi untuk kegunaan batubara (komercial) yang digunakan sekarang sering digunakan adalah klasifikasi ASTM 1977 (appendix 1). Klasifikasi ini berdasarkan 2 sifat batubra, yaitu jumlah karbon padat (fixed carbon) dan jumlah kalor (dalam d.m.m.f. basis).

loncat lagi parr formula :

Dry,Mm-free FC =

(FC-0.15S)*100

100-(M+ 1.08 A + 0.55S)

Dry, Mm-free VM = 100-Dry, Mm-free FC

Moist, Mm-free Btu = (Btu-50S)*100 100-(1.08A+0.55S)

rank calculation.--The rank of coal is to be calculated by using the following instructions which are quoted from the standard specifications for classification of coals by rank (ASTM Standards, 1981, p. 212-216): 8. Calculation to Mineral-Matter-Free Basis 8.1 Calculation of Fixed Carbon and calorific value: For classification of coal according to rank, fixed carbon and calorific value shall be calculated to the mineral-matter-free basis in accordance with either the Parr formulas, Eqs 1, 2, and 3, or the approximation formulas, Eqs 4, 5, and 6, that follow. In case of litigation use the appropriate Parr Formula. 8.2 Calculation to Mm-free basis: Parr Formulas: Dry, Mm-free FC=(FC-0.15S)/{100-(M+1.08A+0.55S)}*100 (1) Dry, Mm-free VM=100-Dry,Mm-free FC (2) Moist, Mm-free Btu=(Btu-50S)/{100-(1.08A+0.55S)}*100 (3) Note--The above formula for fixed carbon is derived from the Parr formula for volatile matter. Approximation Formulas. Dry, Mm-free FC=FC/{100-(M+1.1A+0.1S}*100 (4) Dry, Mm-free VM=100-Dry,Mm-free FC (5) Moist, Mm-free Btu=Btu/{100-1.1A+0.1S)}*100 (6) where Mm = Mineral matter, Btu = British thermal units per pound (calorific value), FC = percentage of Fixed carbon, VM = percentage of volatile matter, M = percentage of moisture, A = percentage of ash, and S = percentage of sulfur. Above quantities are all on the inherent moisture basis. This basis refers to coal containing its natural inherent or bed moisture but not including water adhering to the surface of the coal. Btu = british termal unit perpoind = 1,8185*CV adb Dari : http://pubs.usgs.gov/circ/c891/specific.htm

Anda mungkin juga menyukai