Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ABSES BARTHOLINI
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI 2009 HALAMAN PENGESAHAN
Juli 2009
Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, atas rahmat dan karunia Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas presentasi kasus ABSES BARTHOLINI. Tujuan pembuatan Presentasi Kasus ini untuk memenuhi salah satu dari syarat program pendidikan profesi sub bidang OBSGIN di RSUD Tidar kota Magelang dan menambah pengetahuan penulis tentang Abses Bartholini sebagai salah satu kasus di bagian OBSGIN.
Terima kasih yang sebanyak - banyaknya penulis ucapkan kepada : 1. Dr. Edi Gunawan Sp OG selaku pembimbing laporan kasus di bagian OBSGIN. 2. Semua dokter ,bidan dan perawat di RSB Budi Rahayu yang banyak membantu penulis dalam Co As di bagian OBSGIN. 3. Rekan-rekan Co Assisten atas semangat, dorongan dan bantuannya.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.1 KATA PENGANTAR.2 DAFTAR ISI....3 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang4 I.2. Narasi Kasus7 BAB II KASUS DAN PEMBAHASAN Identitas Pasien...8 II.1. Anamnesis...8 II.2. Pemeriksaan Fisik..10 II.3. Diagnosis sementara......11 II.4. Rencana Permulaan...11 II.5. Hasil Pemeriksaan Penunjang...12 II.6. Hasil Observasi.12 II.7. Pembahasan Kasus....13 BAB III KESIMPULAN/DIAGNOSIS...15 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG Vulva merupakan salah satu bagian dari alat genital pada wanita. Bagian tersebut terkadang dapat terkena infeksi. Salah satu infeksi tersebut adalah infeksi pada bartholini. Infeksi bartholini seringkali disebabkan oleh kuman gonokokus tetapi bartholinitis juga dapat disebabkan oleh streptokokus atau basil koli. Pada bartholinitis terdapat ciri kelenjar bartholini membesar, merah, nyeri dan panas. Biasanya pada bartholinitis tidak diberi terapi operatif tetapi cukup diberi antibiotic dan obat simptomatik. Pada abses bartholini terdapat ciri kelenjar membesar, kadang merah, nyeri dan berisi nanah atau darah serta pada palpasi teraba massa kistik. Pada abses bartholini sudah diperlukan terapi operatif, berupa incisi yaitu membuat irisan pada dinding kista/abses untuk mengeluarkan isinya. Selain itu juga diberi terapi obat antibiotic dan obat simptomatik. Radang pada glandula bartholini dapat terjadi berulang-ulang dan akhirnya dapat menjadi menahun dalam bentuk kistha bartolini. Pengobatan kista bartholini dengan memberikan analgetik dan antibiotic spectrum luas. Jika terjadi menahun maka harus dilakukan marsupialisasi. Marsupialisasi pada glandula bartholini adalah indikasi umum ketika sebuah abses menjadi besar sehingga eksisi sulit dilakukanpada abses yang besar tersebut. Pada operasi ini, pembedahan dilakukan dengan membuka dinding dan mengeluarkan eksudatnya. Marsupialisasi ini sangat menguntungkan karena selain cepat , operasi ini resiko perdarahan sangat rendah dan dapat dilakukan hanya dengan pemberian anestesi local. Yang perlu diperhatikan adalah pembelahan pada glandula harus cukup adekuat untuk mengeluarkan isi abses tersebut.
1. A thorough bimanual examination should be performed to determine the extent of the abscess.
2. The labia are retracted with interrupted 3-0 sutures, and the introitus of the vagina is exposed. An incision is made over the mucosa of the vagina at its junction with the introitus down to the wall of the gland.
3. 4.
The wall of the gland is incised. The entire length of the superficial incision is shown.
5. 6.
The contents of the abscess are evacuated. A culture is taken of the abscess. The walls of the abscess are grasped with Allis clamps.
7. The wall of the abscess is sutured with interrupted 3-0 synthetic absorbable suture to the skin of the introitus laterally and to the vaginal mucosa medially. 8. The marsupialization is complete. Generally, no packing or drain is necessary. The patient is placed on a regimen of hot sitz baths on the second postoperative day. A laxative and stool softener are given on the third postoperative day. Antibiotic therapy should be directed by the results of the culture. Sexual intercourse can usually be resumed in 4 weeks.
I.2. NARASI KASUS Seorang ibu, Ny. N berumur 40 tahun, beralamat di Pinggir Rejo Rt 5 Rw 7 Wates Magelang, datang ke Rumah Sakit pada tanggal 16 Juni 2009 dengan keluhan bengkak di vagina sebesar telur ayam. Pasien merasakan nyeri di vagina sejak 1 minggu yang lalu. Kemudian terasa bengkak di vagina sebesar telur ayam sejak 5 hari yang lalu. Pasien lalu datang ke puskesmas. Pasien diberi obat Amoxicillin, Captopril, metronidazol. Tetapi keluhan belum berkurang sehingga pasien dirujuk ke RSB Budi Rahayu Tidar kota Magelang. Pasien mengalami haid pertama pada umur 12 tahun, dengan lama mens 7 hari dan teratur setiap bulannya. Ibu pernah hamil 3 x dan melahirkan 3 x ( G3P3A0 ). Semua anak dilahirkan spontan, cukup bulan dan sekarang dalam keadaan sehat. Pasien pernah mengunakan pil KB selama 1 tahun. Dari pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum ibu tampak kesakitan, dengan tekanan darah 190/130 mmhg, Nadi 84 x / menit, suhu badan 37,5 C, dan terihat benjolan pada vagina sebesar telur ayam. Nyeri ekan positif pada daerah labia mayora kanan.
BAB II KASUS DAN PEMBAHASAN IDENTITAS PASIEN : Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Suku/Bangsa Alamat Ny. N 40 th SMP Ibu Rumah Tangga ( IRT ) Islam Jawa / Indonesia Pinggir Rejo Rt 5 Rw 7 Wates Magelang
Pasien datang dengan membawa surat rujukan dari puskesmas Wates, Magelang dengan bengkak di vagina. Os merasakan nyeri di vagina sejak 1 minggu yang lalu. Kemudian terasa bengkak di vagina sebesar telur ayam sejak 5 hari yang lalu. Pasien lalu datang ke puskesmas. Pasien diberi obat Amoxicillin, Captopril, metronidazol. Tetapi keluhan belum berkurang sehingga pasien dirujuk ke RSB Budi Rahayu Tidar kota Magelang. 3. Riwayat Penyakit Dahulu
5.
Riwayat Haid : 12 th : Teratur, 30 hari : sehari 2 x ganti pembalut : 7 hari : ( - ) tidak ada
Haid pertama umur Siklus Banyaknya darah haid Lama haid Nyeri yang menyertai haid 6. Riwayat Perkawinan
Kawin : 1 X, Dengan suami sekarang sudah : 11 tahun 7. I. Riwayat Obstetri H Aterm, PP Spontan, laki-laki, 10 th, sehat lahir di bidan
II.H Aterm, PP Spontan, perempuan, 3 th, sehat lahir di BR. III. 8. H Aterm, Pp Spontan, perempuan, 2 th, sehat, lahir di BR. Riwayat Operasi dan penyakit yang pernah dialami
Keadaan Umum : Tampak Kesakitan Kesadaran Vital Sign : Compos Mentis : TD : 190/130 mmhg N : 84 X / mnt Kulit Kepala Mata Telinga Hidung Mulut : Dbn : mesosephal :Conjunctiva anemis ( - ), sclera tidak ikterik : Secret ( - ) : Secret ( - ) : Lidah Kotor tidak ada, gigi karies tidak ada S : 37,5 C P : 20 X / mnt
Thorax Payudara Pulmo Palpasi Perkusi : Dbn. Tidak keluar air dari puting. Tidak ada benjolan. : Inspeksi : Retraksi ( - ), Ketinggalan gerak nafas ( - ) : Ketinggalan gerak nafas ( - ) : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler, ronkhi ( - ), Wheezing ( - ) Jantung Palpasi Perkusi : Inspeksi : Ictus Cordis tak tampak
Auskultasi : Regular, bising ( - ), Gallop ( - ) Abdomen Palpasi Perkusi : Inspeksi : Perut sejajar dada.
2.
Pemeriksaan Ginekologi : Vulva : terdapat benjolan sebesar telur bebek di labia mayora kanan, hiperemi ( +
Inspeksi )
Uretra : Tidak ada kelainan Vagina : Tidak ada kelainan Palpasi : TFU : tidak teraba.
Nyeri tekan (+) pada labia mayora kanan Teraba massa kistik pada labia mayora kanan. VT : Fluxus (-), Fluor (-)
II.3.
DIAGNOSIS SEMENTARA
II.4. 1. 2.
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Asam Mefenamat 3 x 500 mg Parasetamol 3 x 500 mg Kompres betadine pada tempat abses Perbaikan KU untuk rencana Marsupialisasi Pemeriksaan darah lengkap EKG Konsul penyakit dalam hasil EKG dan Hipertensi
II.5. 1.
HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium : 14,1 U/L : 13,4 U/L : 17,9 mg/dL : 0,53 mg/dL
Glukosa ad random : 103,4 mg/dL HGB WBC 2. EKG : 15.0 g/dL : 16.55 10^3/uL
II.6. HASIL OBSERVASI Hasil Observasi tanggal 17 Juni 2009 Keluhan : Benjolan sudah kempes, pada pukul 07.00 keluar darah dan nanah dari benjolan tersebut.
KU Vital Sign
Inspeksi : Vulva : benjolan mengecil, terdapat robekan yang tidak teratur pada daerah benjolan tersebut. Hiperemi ( - ). Mata : Conjunctiva anemis ( - ), Sklera tidak ikterik
II.7.
PEMBAHASAN KASUS
Dari kasus diatas didapatkan bahwa ibu , Ny. N, umur 40 th, datang dengan keluhan terdapat benjolan pada bibir kemaluan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan tersebut sebesar telur bebek, teraba massa kistik, hiperemi dan nyeri tekan. Suhu ibu subfebril. Maka dapat disimpulkan sementara diagnosis ibu adalah abses bartholini DD kista bartholini. Bartholinitis dapat langsung disingkirkan karena pada bartholinitis tidak teraba massa kistik. Pada hari kedua di RS benjolan tersebut pecah dan berisi darah beserta nanah. Kista Bartholini juga dapat disingkirkan karena pada kista isinya menyerupai agar - agar . selain itu juga kista biasanya terjadi setelah pasien sudah berulang - ulang dan bertahun - tahun menderita abses bartholini. Pada pasien ini diberikan terapi : 1. 2. 3. 4. Kompres betadine Injeksi Ampicillin 4 x 1 gr selama 3 hari Asam mefenamat 3 x 500 mg Paracetamol 3 x 500mg jka suhu diatas 36 C
Terapi bedah seperti incisi tidak dilakukan karena abses telah pecah.
Seorang pasien Ny. N, umur 40 tahun, Gravida 3 Para 3 Abortus 0, dengan Abses Bartholini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hutabarat Herbert, Radang dan beberapa penyakit lain pada alat alat genital Wanita dalam buku ilmu kandungan, yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta, 2005. 2. Llewellyn, Jones Derek. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi.Jakarta:Hipocrates. 2002. 3. Mochtar, R. Sinopsis Obstetri. Jakarta. EGC. 1998.