3/Juli/1989 1
MENGENAL SUPERKONDUKTOR
Oleh : Sugata Pikatan
Superkonduktivitas suatu bahan bukanlah hal yang baru. Sifat ini diamati untuk
yang pertama kalinya pada tahun 1911 oleh fisikawan Belanda H.K. Onnes, yaitu ketika ia
menemukan bahwa air raksa murni yang didinginkan dengan helium cair ( suhu 4,2 K )
kehilangan seluruh resistansi listriknya. Sejak itu harapan untuk menciptakan alat-alat
listrik yang ekonomis terbuka lebar-lebar. Bayangkan, dengan resistansinya yang nol itu
superkonduktor dapat menghantarkan arus listrik tanpa kehilangan daya sedikitpun, kawat
superkonduktor tidak akan menjadi panas dengan lewatnya arus listrik.
Kendala terbesar yang masih menghadang terapan superkonduktor dalam peralatan
praktis sehari-hari adalah bahwa superkonduktivitas bahan barulah muncul pada suhu yang
amatrendah, jauh di bawah 0 °C! Dengan demikian niat penghematan pemakaian daya
listrik masih harus bersaing dengan biaya pendinginan yang harus dilakukan. Oleh sebab
itulah para ahli sampai sekarang terus berlomba-lomba menemukan bahan superkonduktor
yang dapat beroperasi pada suhu tinggi, kalau bisa ya pada suhu kamar.
SUHU KRITIK
Perubahan watak bahan dari keadaan normal ke keadaan superkonduktor dapat
dianalogikan misalnya dengan perubahan fase air dari keadaan cair ke keadaan padat.
Perubahan watak seperti ini sama-sama mempunyai suatu suhu transisis, pada transisi
superkonduktor suhu ini disebut sebagai suhu kritik Tc, pada transisi fase ada yang disebut
titik didih (dari fase cair ke gas) dan titik beku (dari fase cair ke padat). Pada transisi
feromagnetik suhu transisinya disebut suhu Curie. Besaran fisis yang berkaitan dengan
transisi superkonduktor adalah resistivitas bahan, mari kita lihat grafik resistivitas sebagai
fungsi suhu mutlak pada gambar 1.
Gambar 1.
Pada suhu T > Tc bahan dikatakan berada dalam keadaan normal, ia memiliki
resistansi listrik. Transisi ke keadaan normal ini bukan selalu berarti menjadi konduktor
biasa yang baik, pada umumnya malah menjadi penghantar yang jelek, bahkan ada yang
ekstrim menjadi isolator! Untuk suhu T < Tc bahan berada dalam keadaan
superkonduktor. Di dalam eksperimen, pengukuran resistivitasnya dilakukan dengan
menginduksi suatu sampel bahan berbentuk cincin, ternyata arus listrik yang terjadi dapat
Kristal no.3/Juli/1989 2
bertahan sampai bertahun-tahun. Resistivitasnya yang terukur tidak akan melebihi 10-25
ohm.meter, sehingga cukup beralasan bila resistivitasnya dikatakan sama dengan nol.
Perkembangan bahan superkonduktor dari saat pertama kali ditemukan sampai
sekarang dapat diikuti pada tabel di bawah ini.
Bahan Tc (K) Ditemukan tahun
Raksa Hg (α ) 4,2 1911
Timbal Pb 7,2 1913
Niobium nitrida 16,0 1960-an
Niobium-3-timah 18,1 1960-an
Al0,8Ge0,2Nb3 20,7 1960-an
Niobium germanium 23,2 1973
Lanthanum barium
tembaga oksida 28 1985
Yttrium barium tembaga
oksida (1-2-3 atau YBCO) 93 1987
Thalium barium kalsium
tembaga oksida 125 1987
Gambar 2
Ic = 2 π . r . Hc
Satu liter He harganya US$ 4 (Rp.7000) sedangkan satu liter N2 cuma 25 cent (Rp.450),
padahal dalam prakteknya penguapan 1 liter N2 setara dengan penguapan 25 liter He.
EFEK MEISSNER
Sifat kemagnetan superkonduktor diamati oleh Meissner dan Ochsenfeld pada
tahun 1933, ternyata superkonduktor berkelakuan seperti bahan diamagnetiksempurna, ia
menolak medan magnet sehingga ia pun dapat mengambang di atas sebuah magnet tetap.
Jadi kerentanan magnetnya (susceptibility) χ = -1, bandingkan dengan konduktor biasa
yang χ = -10-5. Fenomena ini disebut efek Meissner yang tersohor itu.
Jadi satu keunggulan lagi bagi superkonduktor terhadap konduktor biasa. Ia tidak
saja menjadi perisai terhadap medan listrik, tapi juga terhadap medan magnet, artinya
medan listik dan magnet sama dengan nol di dalam bahan superkonduktor.
Tetapi pada tahun 1935 London bersaudara melalui penelitian sifat elektrodinamik
superkonduktor mendapatkan bahwa intensitas medan magnet masih dapat menembus
bahan superkonduktor walaupun hanya sebatas permukaan saja, ordenya hanya beberapa
ratus angstrom. Sifat rembesan ini dinyatakan oleh parameter λ yang disebut kedalaman
rembesan London. Medan magnet ternyata berkurang secara eksponensial terhadap
kedalaman sesuai dengannya.
Gambar 3.
Kristal no.3/Juli/1989 5
Pada tipe ii terdapat daerah peralihan yaitu antara Hcl dan Hc , pada saat itu struktur bahan
terjadi dari daerah normal yang berupa silinder-silinder kecil, disebut fluksoid karena bisa
diterobos fluks magnet, yang dikelilingi sepenuhnya oleh daerah superkonduktor.
TEORI BCS
Teori tentang superkonduktor yang lebih terinci melibatkan mekanika kuantum
yang dalam, diajukan oleh Barden, Cooper dan Schrieffer pada tahun 1975 dikenal
sebagai teori BCS yang akhirnya memenangkan hadiah Nobel pada tahun 1972.
Dalam teori ini dikatakan bahwa elektron-elektron dalam superkonduktor selalu
dalam keadaan berpasang-pasangan dan seluruhnya berada dalam keadaan kuantum yang
sama, pasangan-pasangan ini disebut pasangan Cooper.
Kita bandingkan dengan elektron konduksi dalam konduktor biasa. Di sini elektron
bergerak sendiri-sendiri dan akan kehilangan sebagian energinya jika ia terhambur oleh
kotoran (impurities) atau oleh phonon, phonon adalah kuantum energi getaran kerangka
(lattice) kristal bahan. Elektron tersebut akan menimbulkan distorsi terhadap kerangka
kristal sehingga menimbulkan daerah tarikan. Tarikan ini dalam superkonduktor pada suhu
rendah bisa mengalahkan tolakan Coulomb antar elektron, sehingga dengan ukar menukar
phonon dua elektron justru akan membentuk ikatan menjadi pasangan Cooper. Oleh
karena keadaan kuantum mereka semuanya sama, suatu elektron tidak dapat terhambur
tanpa mengganggu pasangannya, padahal pada suhu T < Tc getaran kerangka tidak
memiliki cukup energi untuk mematahkan ikatan pasangan tersebut. Akibatnya mereka
tahan terhadap hamburan, jadilah bahan tersebut superkonduktor.
SUPERKONDUKTOR KERAMIK
Bahan superkonduktor suhu tinggi yang memiliki bahan dasar keramik secara
teoritis belum dapat dijelaskan tuntas. Ia tidak bisa digolongkan ke dalam tipe I maupun II
karena ada beberapa sifatnya yang unik.
Bentuk kristalnya termasuk golongan perovskite, suatu bentuk kristal kubus yang
cukup populer. Rumus umum molekul perovskite adalah ABX3 , dimana A dan B adalah
kaiton logam dan X adalah anion non logam. Banyak bahan elektronis yang memiliki
bentuk perovskite ini, misalnya PbTiO3 dan PbZrO3 yang bersifat piezoelektrik kuat
sehingga baik digunakan untuk pressure-gauge.
Superkonduktor suhu tinggi ini ternyata berupa perovskite yang cacat. Misalnya
YBCO yang ditemukan oleh Chu Chingwu cs. dari Universitas Houston berbentuk 3
kubus perovskite dengan rumus molekul YBa2Cu3O6,5 , yang menunjukkan defisiensi atom
oksigen sebagai anionnya (mestinya ada 9 atom). Nama lain untuk YBCO ini adalah 1-2-3,
menunjukkan perbandingan cacah atom Y, Ba dan Cu di dalam kristalnya. Atom-atom
tembaganya terletak pada suatu lapisan inilah arus listrik lewat dalam bahan YBCO.
Struktur yang demikian memiliki andil yang besar bagi sifat superkonduktivitas suhu
tinggi, terbukti senyawa barium-kalium-bismuth-oksida buatan AT & T Bell Laboratoies
(1988) cuma memiliki Tc = 30 K, senyawa ini tentu saja tidak memiliki atom tembaga
sebagai lapisan penghantar elektron.
Elektron-elektron juga dalam keadaan berpasangan, hal ini telah dibuktikan dengan
dijumpainya flukson yang merembes di dalamnya. Flukson adalah kuantum fluks
Kristal no.3/Juli/1989 6
- Hazen, robert M. : Perovskites, Scientific American vol.258, hlm 74-81, Juni 1988.
- Horgan, John : Theory - resistant, Scientific American vol.264,hlm 20-22,
Desember 1988.
- Wolsky, A,M., Glese, R.F., Daniels, E.J. : The New Superconductor : Prospects
for Application, Scientific American vol.266,hlm 60-69, Februari 1989.
- Omar, M.Ali : Elementary Solid State Physics, Addison-Wesley, 1975.
- Dewsberry, R., Hine, R., Potter, R. : Matter and Molecules, Penguin Education,
1973.
************************