Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah penderita kanker 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar 11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun. Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 25 tahun ( pada usia pertumbuhan). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui. Melihat jumlah kejadian diatas serta kondisi penyakit yang memerlukan pendeteksian dan penanganan sejak dini, penulis tertarik untuk menulis makalah Asuhan Keperawatan Osteosarkoma.

1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien Osteosarkoma. 1.2.2 Tujuan Khusus Diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan meliputi :

Mampu memberikan gambaran tentang pengkajian pada klien dengan osteosarkoma Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan osteosarkoma. Mampu membuat rencana keparawatan pada klien dengan osteosarkoma. Mampu menyebutkan faktor pendukung dan penghambat dalam asuhan keperawatan pada anak dengan Osteosarkoma.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle. 1999: 244 ). Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh .( Wong. 2003: 595 ). Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik) adalah tumor yang muncul dari mesenkim pembentuk tulang. ( Wong. 2003: 616 ) Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 1998: 1213 ). Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat.( Smeltzer. 2001: 2347 ) Klasifikasi tumor pada muskuloskletal adalah : 2.1.1 Tumor tumor jinak ( benigna ) Osteoma Osteoma merupakan lesi tulang yang bersifat jinak dan ditandai oleh pertumbuhan tulang yang abnormal. Osteoma berwujud sebagai suatu benjolan yang tumbuh dengan lambat dan tidak nyeri. Pada pemeriksaan radiografi osteoma perifer tampak sebagai lesi yang meluas pada permukaan tulang. Sedangkan osteoma sentral tampak sebagai suatu masa berbatas jelas dengan tulang.

Kondroblastoma Konroblastoma adalah tumor jinak yang sering ditemukan pada tulang humerus. Gejala yang sering timbul adalah nyeri yang timbul pada tulang rawan.

Enkondroma Enkondroma adalah tumor jinak sel sel rawan displastik yang timbul pada metafisis tulang tubular, terutama pada tangan dan kaki.

2.1.2 Tumor tumor ganas ( maligna )

Multipel myeloma

Tumor ganas pada tulang akibat proliferasi ganas dari sel sel plasma.

Sarkoma osteogenik Sarkoma osteogenik merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas

Kondrosarkoma Kondrosarkoma merupakan tumor tulang ganas yang terdiri dari kondrosit anaplastik yang dapat tumbuh sebagai tumor tulang perifer atau sentral.

2.2 Anatomi Dan Fisiologi

Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk gerak pasif, proteksi alat-alat di dalam tubuh, pemberi Ruang ditengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik yang membentuk berbagai sel darah dan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan posfat. Ruang ditengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik yang membentuk berbagai sel darah dan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan posfat. Sebagaimana jaringan pengikat lainnya, tulang terdiri dari komponen matriks dan sel. Matriks tulang terdiri dari serat-serat kolagen dan protein non-kolagen. Sedangkan sel tulang terdiri dari osteoblas, oisteosit, dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang. Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki aliran darah, dengan demikian maka kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteoklas adalah sel-sel berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel-sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulan90g sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah. (Setyohadi, 2007; Wilson. 2005; Guyton. 1997) 2.3 Etiologi Etiologi dari osteosarkoma adalah :

Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi Keturunan ( genetik )


3

Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya yang disebabkan oleh penyakit. Pertumbuhan tulang yang terlalu cepat. Sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan zat pengawet, Merokok Dan Lain-Lain

2.4 Patofisiologi Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang). Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa tidak menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan sering dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya garis epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.

2.5 Manifestasi Klinis Manifestasi klinis dari osteosarkoma adalah :

Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan

parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit)

terbatas pelebaran vena menurun dan malaise.


2.6

Pemeriksaan Penunjang Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang diagnosis

seperti CT, biopsi, dan pemeriksaan biokimia darah dan urine. Pemeriksaan foto toraks
3

dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk follow-up adanya stasis pada paru-paru. Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari payudara, paru, dan ginjal. Gejala hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan, anoreksia, mual, muntah, poliuria, kejang dan koma. Hiperkalsemia harus diidentifikasi dan ditangani segera. Biopsi bedah dilakukan untuk identifikasi histologik. Biopsi harus dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang terjadi setelah eksesi tumor. 2.7 Penatalaksanaan 2.7.1 Penatalaksanaan medis Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi. Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan atau radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi. Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid. ( Gale. 1999: 245 ).

2.7.2 Tindakan keperawatan

Manajemen nyeri Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).

Mengajarkan mekanisme koping yang efektif


3

Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.

Memberikan nutrisi yang adekuat Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.

Pendidikan kesehatan Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah. ( Smeltzer. 2001: 2350 )

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOSARKOMA

3.1 Pengkajian 3.1.1 Data Biografi

Data biografi biasanya mencakup nama, umur, alamat, pekerjaan, No. MR, agama dan lain-lain yang dianggap perlu. 3.1.2 Riwayat Kesehatan 3.1.2.1 Riwayat kesehatan sekarang Klien mengatakan nyeri pada ekstremitas, sering berkeringat pada malam hari, nafsu makan berkurang dan sakit kepala. 3.1.2.2 Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan pernah terpapar sering dengan radiasi sinar radio aktif dosis tinggi Kemungkinan pernah mengalami fraktur Kemungkinan sering mengkonsumsi kalsium dengan batas normal Kemungkinan sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan zat pengawet, merokok dan lain-lain

3.1.2.3 Riwayat kesehatan keluarga Kemungkinan ada salah seorang keluarga yang pernah menderita kanker. Pemeriksaan fisik Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan Adanya tanda-tanda inflamasi Pemeriklsaan TTV klien

1.3

pelebaran vena yang terbatas

3.1.4 Pemeriksaan Diagnostik lakukan pemeriksaan radiografi, pemindaian tulang, dan biopsi tulang. 3.2 Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri yang berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan (amputasi) Intervensi:
3

Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki perubahan karakteristik nyeri. Berikan tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatan lembut) visualisasi dan pedoman khayalan) dan sentuhan terapeutik. Tingkatkan aktivitas hiburan. Berikan analgetik; kaji efektifitas dari tindakan penurunan rasa nyeri. Hasil yang diharapkan/evaluasi: Menyatakan nyeri hilang atau terkontrol Tampak rileks dan mampu istirahat/tidur dengan tepat Menyatakan pemahaman nyeri fantom dan metode untuk menghilangkannya 2. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan muskuluskletal,nyeri dan amputasi Intervensi: Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan. Bantu dengan dan berikan program latihan yang dipesankan. Latihan rentang gerak, ambulasi, perawatan diri, dan AKS sesuai toleransi. Diskusikan pentingnya membuat waktu instirahat yang sering karena semuanya tidak menguntungkan. Berikan aktivitas hiburan. Kaji status neurovaskular; pantau nadi perifer dan periksa warna kulit
pada ekstremitas, kehangatan, sensasi, edema, dan kelemahan setiap 4jam. Bantu dengan dan ajarkan tentang latihan nafas dalam untuk meningkatkan fungsi

Berikan dorongan untuk penggunaan manajemen stres (contoh latihan nafas dalam,

pernafasan dan vaskular perifer.


Bantu latihan rentang gerak khusus area yang sakit dan yang tak sakit mulai secara

dini pada tahap pasca operasi. Dorong latihan aktif/isometrik untuk bagian ekstrimitas yang diamputasi Berikan perawatan puntung secara teratur. Instruksikan pasien untuk tidur denga posis tengkurap sesuai toleransi sedikitnya 2 kali sehari dengan bantal dibawah abdomen. Tunjukan/bantu teknik pemindahan dan penggunaan alat mobilitas seperti walker dan kruk. Tingkatkan ambulasi; bantu sesuai kebutuhan.
3

Hasil yang diharapkan/evaluasi:


Pasien menyatakan pemahaman situasi individual, program pengobatan, dan

tindakan keamanan
Pasien ikut serta dalam program latihan/menunjukan keinginan berpartisipasi dalam

aktivitas
Pasien menunjukan teknik/perilaku yang memampukan tindakan beraktivitas

Mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal

3. Gangguan harga diri/citra tubuh yang berhubungan dengan gangguan struktur tubuh/ gangguan fungsi, faktor biofisikal; kehilangan bagian tubuh. Intervensi: Kaji/pertimbangkan persiapan pasien dan pandangan terhadap amputasi Kaji derajat dukungan yang ada untuk pasien.
Perhatikan perilaku menarik diri, membicarkan diri tentang hal negatif,penggunaan

penyangkalan atau terus-menerus melihat perubahan nyata/yang diterima. Berikan waktu dan dorongan untuk mengungkapkan perasaan masalah. Tekankan penjelasan dokter tentang proses penyakit, tindakan, dan hasil yang diharapkan; klarifikasi setiap salah konsep yang terjadi. Hasil yang diharapkan/evaluasi:
Pasien Mengungkapkan perasaan/perhatian dan menggunakan keterampilan koping

yang positif dalam mengatasi perubahan citra. Membuat rencana nyata untuk adapatsi peran baru/perubahan peran. Mengenali dan menyatu dengan perubahan dalam konsep diriyang akurat tanpa harga diri negative

4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang pelaksanaan perawatan di rumah,kurang mengingat/terpajan, salah interpretasi informasi. Intervensi: Kaji ulang proses penyakit/prosedur bedah dan harapan yang akan datang.

Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh oedema,

eritema, peningkatan suhu tubuh.

Tekankan pentingnya dan keuntungan dalam mempertahankan program Diskusikan tentang pengobatan: nama, jadwal, tujuan, dosis, dan efek Tingkatkan aktivitas fisik; rentang gerak, nafas dalam Tekankan pentingnya diet nutrisi seimbang dan pemasukan cairan yang Tekankan pentingnya lingkungan yang aman untuk mencegah fraktur. Diskusikan tanda dan gejala kemajuan penyakit: peningkatan nyeri dan

latihan yang telah dianjurkan sesuai toleransi. samping.

adekuat.

mobilitas Diskusikan perawatan puntung umum, contoh: Masase puntung setelah balutan dilepas dan jahitan sembuh Hindari penggunaan lotion Gunakan kaos kaki yang pas, bersih Hasil yang diharapkan/evaluasi:

Pasien Mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana Melakukan dengan benar prosedur tertentu dan menjelaskan alasan tindakan. Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program

pengobatan, dan gejala kemajuan penyakit.

pengobatan

3.3 Evaluasi

Pasien mampu mengontrol nyeri Melakukan teknik manajemen nyeri Patuh dalam pemakaian obat yang diresepkan.

Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat istirahat, Masukan nutrisi yang adekuat Mengalami peningkatan berat badan Menghabiskan makanan satu porsi setiap makan Tidak ada tanda tanda kekurangan nutrisi Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif. Mengemukakan perasaanya dengan kata-kata
3

selama menjalankan aktifitas hidup sehari-hari

Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien Keluarga mampu membuat keputusan tentang pengobatan pasien Memperlihatkan konsep diri yang positif Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki pasien Memperlihatkan penerimaan perubahan citra diri Klien dan keluarga siap menghadapi amputasi

BAB IV PENUTUP
3

4.1 Kesimpulan Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 1998: 1213 ). Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 25 tahun ( pada usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui Tanda dan gejala dari Osteosarkoma adalah Nyeri dan/ atau pembengkakan ekstremitas yang terkena, pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas, teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena dan gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun dan malaise. 4.2 SARAN Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman teman sesama mahasiswa. Selain itu penyakit osteosarkoma ini sangat berbahaya dan kita sebagai host harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA
3

Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC. Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC. Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC. Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8. Jakarta : EGC. Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Rahmadi, Agus. 1993. Perawatan Gangguan Sistem Muskuloskletal.

Anda mungkin juga menyukai