Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Massa dan energi dalam kehidupan sehari-hari selalu berhubungan antara
keduanya, dan mempuyai sifat yang kekal. Massa yang masuk akan sama dengan
massa yang keluar, bila tidak ada perubahan laju akumulasi massa. Begitu juga
dengan energi, jumlah energi yang masuk akan sama dengan jumlah energi yang
keluar.
Hukum kekekalan massa dan hukum kekalan energi menyatakan bahwa
massa dan energi tidak dapat dimusnahkan atau dihilangkan dan tidak dapat
dibuat ataupun diciptakan, bila terjadi perubahan massa maka yang terjadi
hanyalah merupakan konversi massa dari bentuk satu menjadi bentuk lainnya
dengan jumlah massa yang tetap.
Sehingga untuk mengetahui tentang kedua hukum kekekalan ini lebih
lanjut maka dalam praktikum acara ini akan mempelajari prinsip kekekalan
massa dan energi serta analisa neraca massa dan energi. yang merupakan prinsip
dasar yang sangat penting dalam proses produksi.
Sifat inilah yang dijadikan dasar dalam pembuatan neraca massa dan
neraca energi. Dengan menghitungkan jumlah massa yang terlibat dalam suatu
reaksi, kita dapat menghitung efektifitas suatu proses.

B. Tujuan
1. Mempelajari prinsip kekekalan massa
2. Mempelajari prinsip kekekalan energi
3. Mempelajari analisa neraca massa
4. Mempelajari analisa neraca energi



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Prinsip dari neraca bahan dan energi adalah bahwa jumlah bahan atau
energi yang masuk ke dalam suatu sistem yang setimbang (steady state) adalah
sama dengan yang keluar, jadi massa dan energi yang bekerja pada suatu sistem
adalah tetap. Prinsip tersebut mendasarkan pada hukum kekekalan massa dan
energi. Sistem di sini diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dicirikan oleh
adanya batas-batas (boundary) yang jelas, sedang setimbang yang dimaksud tidak
ada akumulasi yang bekerja secara kontinyu. Pada umumnya suatu proses atau
sistim kontinyu diawali dengan suatu fase tidak setimbang (unsteady state)
terlebih dahulu, setelah ada penyesuaian baru menjadi setimbang (steady state)
atau stabil. (Suyitno, 1989)
Sebelum membuat persamaan untuk keseimbangan massa, terlebih dahulu
visualisasikan prosesnya dan tentukan batasan dari sistem dimana keseimbangan
massa terjadi. Sangatlah penting mengetahui tentang jalannya proses dan efek-
efek yang mempengaruhi distribusi bahan.(Toledo, 1981)
Inflow = Outflow + Accumulation
Persamaan tersebut digunakan untuk mengetahui berat total dari masing-
masing bahan yang masuk atau meninggalkan sistem yang akan memperlihatkan
besar total keseimbangan massa. (Toledo, 1981)
Penyusuanan neraca massa dilakukan berdasarkan hukum kekekalan
massa, ditulis sgg berikut :
m
masuk
m
ak
= m
kel
Dengan demikian tahap I dalam penyusunan neraca massa adalah melihat
pada tiga kategori dasar yaitu massa yang masuk, massa yang terakumulasi atau
massa yang tersimpan dan massa yang keluar atau meninggalkan sistem. Jika
massa saja terakumulasi = 0, maka m
in
= m
out
maka proses disebut steady state.
Bila terakumulasi = 0, berarti m
in
= m
out
, maka proses terjadi disebut unsteady
state. Persamaan neraca massa dapat digunakan seacara terpisah maupun secara
bersamaan, tergantung pada permasalahan yang akan diselesaikan. (Supriyanto,
1999).
Pada prinsip kekekalan dan neraca massa energi terdapat tiga persamaan:
out in
ak
out in
m m
dt
dm
m m
=
+ =

dt
dm
m
ak
in
=

Energi dalam proses pengolahan pangan dapat digolongkan menjadi
energi mekanik dan energi panas. Energi mekanik dalam proses dapat berubah
menjadi panas namun sering diabaikan sehingga dianggap tidak ada konversi
energi mekanik menjadi energi panas. Energi mekanik (dalam joule) sendiri dapat
dikelompokkan menjadi energi tekanan statis (p v), energi kinetik dan energi
potensial (m g z). Bila energi dinyatakan dalam satuan energi/bobot (dalam satuan
meter = joule/newton), maka akan berupa tinggi energi. Neraca tinggi energi
mekanik dalam angkutan massa berupa aliran cairan dalam pipa dikemukakan
dengan persamaan Bernoulli:
p
1
/
g
+ u
1
2
+ z
1
= p
2
/
2
+ u
2
2
+ z
2
= H
Dengan mengabaikan kehilangan energi karena gesekan dengan dinding
pipa, maka persamaan tersebut dapat digunakan untuk menunjukkan konversi
bentuk energi mekamik satu kebentuk lainnya (Anonim, 2003).
Menurut Wilson (1984), Penentuan kondisi aliran merupakan bentuk hukum
pertama termodinamika yang diaplikasikan untuk mengontrol penurunan volume ,
bentuk keadaan yang tepat dari persamaan hukum pertama termodinamika adalah
persamaan Bernoulli yaitu :
y
1
+ p
atm
/
g
= V
2
2
/2g + p
atm
/
g

Menurut Robert dan Vennard (1982), untuk aliran fluida yang seragam
dan incompressibel persamaan dimensi pertama mungkin lebih mudah
diintegrasikan dalam dua titik karena dan g
n
keduanya konstan, maka :
P
1
/ + V
1
2
/2g
n
+ z
1
= P
2
/ + V
2
2
/2g
n
+ z
2

Dengan persamaan Bernoulli :
P/ + V
2
2
/2g
n
+ z = H = konstan






















BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan bahan
- Bak air
- Pipa aliran
- Stopwacth
- Gelas ukur atau ember sudah ditera
- Garis atau mistar ukur
- Air

B. Cara kerja
a. Pengukuran lama pengisian dan laju aliran massa kebak air
Air dimasukkan ke dalam gelas ukur yang sudah ditera hingga batas ukur.
Kran pengatus bak air ditutup. Stopwacth disiapkan. Pipa pasokan air ke bak
dihubungkan dan start pada stopwacth ditekan. Perubahan volume atau tinggi air
dalam bak diamati. Setiap kenaikan 10 cm waktu pengisian dicatat. Dilakukan dua
kali pengulangan untuk setiap bukaan kran pemasok air. Yang mana terdapat tiga
bukaan, yaitu bukaan penuh, sedang, dan kecil.

b. Pengukuran pasokan dan pengatusan massa tanpa ada perubahan
volume akumulasi
Bak air digunakan pada percobaan A, biarkan air penuh. Pipa pasokan air
dibuka dengan bukaan bervariasi yaitu buka penuh, sedang, dan kecil dan kran
pengatus dibuka penuh. Setiap 10 detik ketinggian air di dalam gelas ukur yang sudah
ditera dicatat. Pengambilan data dilakukan hingga air dalam gelas ukur konstan.
Dilakukan dua kali penggulangan untuk tiap tiap bukaan kran pemasok air.
c. Pengukuran aliran pengatusan massa dan perubahan volume
akumulasi
Air dimasukkan ke dalam gelas ukur yang sudah ditera hingga batas ukur.
Kran pengatus bak air dibuka. Stopwacth disiapkan. Stopwatch dinyalakan ketika
kran pengatus dibuka. Perubahan volume atau tinggi air dalam bak diamati. Setiap
penurunan 10 cm waktu pengisian dicatat. Dilakukan dua kali pengulangan untuk
setiap bukaan kran pengatus air. Yang mana terdapat tiga bukaan, yaitu bukaan
penuh, sedang, dan kecil.
d. Pengukuran kecepatan pasokan dan pengatusan dengan tinggi
permukaan berubah
Bak air dikosongkan. Pipa pasokan air dibuka dengan bukaan kecil dan kran
pengatus dibuka bervariasi. Setiap 10 detik ketinggian air di dalam gelas ukur yang
sudah ditera dicatat. Pengambilan data dilakukan hingga air dalam gelas ukur
konstan. Dilakukan dua kali penggulangan untuk tiap tiap bukaan kran pengatus air
yaitu bukaan penuh, sedang, dan kecil.

C. Cara analisa
1. Pengukuran Lama Pengisian dan Laju Aliran Massa ke Bak Air
a. Dibuat grafik antara t vs h
b. Kemudian dari grafik dicari nilai gradient (dh/dt)
Atau bisa menggunakan rumus :
( )
( ) 1 1
1 1

=
t
t
t t
h h
dt
dh

c. Menghitung luas lubang tabung
( )
4
2
tab
D
A
t
=


d. Menghitung debit masuk
A
dt
dh
Q
in
=
e. Menghitung laju aliran massa
in in
Q M . =

2. Pengukuran pasokan dan pengatusan massa tanpa ada perubahan
volume akumulasi
a. Menghitung luas lubang kran
( )
4 3
1
2
kran
kran
D
A
t
= untuk bukaan kecil
( )
4 3
2
2
kran
kran
D
A
t
= untuk bukaan sedang
( )
4 3
3
2
kran
kran
D
A
t
= untuk bukaan penuh
b. Menghitung kecepatan air keluar
gh V
out
2 =
c. Menghitung debit air keluar
kran out out
A V Q . =
d. Menghitung laju aliran massa keluar
out out
Q M . =
e. Mencari gradient garis
( )
( ) 1 1
1 1

=
t
t
t t
h h
dt
dh

f. Menghitung Qak
tab ak
A
dt
dh
Q . =

g. Menghitung Qin
Qin = Qout + Qak
h. Dibuat grafik antara t vs Mout

3. Pengukuran Aliran Pengatusan Massa Dan Perubahan Volume
Akumulasi
a. Mencari gradient
( )
( ) 1 1
1 1

=
t
t
t t
h h
dt
dh

b. Menghitung debit keluar
A
dt
dh
Q
out
=
c. Menghitung laju aliran massa
out out
Q M . =
d. Dibuat grafik antara t vs h

4. Pengukuran kecepatan pasokan dan pengatusan dengan tinggi
permukaan berubah
a. Menghitung kecepatan air keluar
gh V
out
2 =
b. Menghitung debit air keluar
kran out out
A V Q . =
c. Menghitung laju aliran massa keluar
out out
Q M . =
d. Mencari gradient
( )
( ) 1 1
1 1

=
t
t
t t
h h
dt
dh

e. Menghitung Qak
tab ak
A
dt
dh
Q . =
f. Menghitung Qin
Qin = Qout + Qak
g. Dibuat grafik antara t vs Qak























BAB VI
KESIMPULAN
1. Semakin besar bukaan kran, semakin besar kecepatan aliran, debit aliran air
dan laju aliran massa akan semakin besar.
2. Ketinggian air akan konstan ketika laju aliran masaa masuk sama dengan laju
aliran massa keluar.
3. Semakin tinggi air, semakin kecil bukaan kran pengatus maka kecepatan
aliran keluar, debit alir keluar, laju aliran massa keluar akan semakin besar.
4. Laju aliran massa dan debit alir berbanding lurus dengan kecepatan aliran.




















DAFTAR PUSTAKA
Olson dan Wright, 1993, Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.

Toledo, Romeo T. 1979. Fundamentals of Food Process Engineering. Avi Publishing
Company. Westport Connecticut.

Supriyanto. 1999. Hand Out Satuan Operasi. Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas gadjah Mada. Yogyakarta

Suyitno. 1989. Satuan Operasi. Pusat Pengantar Universitas pangan danGizi
Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.

Robert dan Vennard, 1982, Elementary Fluid Mechanics, John Wiley dan Sons, USA.

Anda mungkin juga menyukai